Sistem Pengapian Unes
-
Upload
oon-sayank-iin -
Category
Documents
-
view
273 -
download
10
Transcript of Sistem Pengapian Unes
PROYEK TUGAS AKHIR
SISTEM PENGAPIAN II-A
Disusun untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III dengan gelar Ahli Madya
Disusun Oleh :
Nama : Dimas Unggul.H.
NIM : 5250302029
Jurusan : Teknik Mesin
Program Studi : D3
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan tugas akhir ini telah dipertahankan di hadapan sidang penguji Tugas
Akhir Fakultas Taknik Unversitas Negeri Semarang
Pada hari : tanggal :
Pembimbing:
Drs.Murdani.M.Pd NIP. 130894848
Penguji ll: Penguji I: Hadromi.S.Pd,MT Drs Murdani M.Pd NIP.132093201 NIP. 130894848 Ketua Jurusan Ketua Program Studi Drs. Pramono Drs. Wirawan Sambodo, M.T NIP. 131474226 NIP. 131876223
Dekan,
Prof. Dr. Soesanto NIP.130875753
iii
ABSTRAK
Dimas Unggul H. 2005. Sistem PengapianIIA. Laporan Proyek Akhir. Teknik Mesin D3. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang.
Sistem pengapian merupakan komponen yang sangat vital pada mesin khususnya mesin bensin. Karena sistem inilah yang menghasilkan percikan bunga api pada elektroda busi sesuai dengan saat pengapian yang tepat sehingga mampu membakar campuran bensin dan udara untuk menghasilkan tenaga mesin yang optimal.
Tujuan penulisan laporan sistem pengapian IIA adalah untuk mengetahui prinsip dan cara kerja sistem tersebut, serta mengetahui komponen-komponennya dan agar dapat mengetahui kerusakan yang sering terjadi dan cara mengatasinya.Prinsip dan cara kerja sistem pengapian IIA adalah menggunakan menggunakan signal generator dan igniter untuk memutus arus primer koil, dan koil tersebut terletak didalam distributor.Komponen-komponen sistem pengapian IIA antara lain baterai, kabel tegangan tinggi, busi, dan distributor yang terdiri dari koil pengapian, signal rotor, pick up coil, igniter, dan mekanisme pemaju saat pengapian.Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila menemui kerusakan atau gangguan pada sistem pengapian adalah memperhatikan dengan teliti darimana asal gangguan tersebut. Karena dengan mengetahui hal tersebut kita dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi gangguan tersebut.
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
• Berdoa dan selalu bersyukur untuk mendapatkan keinginan yang kekal.
• Kegagalan hari ini bukanlah kegagalan esok hari.
• Berharaplah karena dengan harapan pasti ada jalan kehidupan.
• Hidup ini tak akan berarti tanpa ada perjuangan maka berjuanglah untuk
kehidupanmu.
• Tersenyumlah karena dengan senyum di hidup ini akan menjadi indah.
• Dalam hidup kita boleh kehilangan segalanya tapi jangan pernah
kehilangan harapan.
• Ilmu bukanlah hasil dari harta, tapi harta adalah hasil dari ilmu.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan laporan ini untuk :
• Ayah dan Ibu tercinta.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah atas segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Proyek Akhir ini dengan judul “
Sistem Pengapian IIA ”. Proyek Akhir ini disusun dalam rangka menyelesaikan
studi diploma tiga (D3) untuk mencapai gelar ahli madya.
Selesainya Proyek Akhir ini terselenggara berkat kerja sama dan jasa baik
dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs . Pramono, Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri
Semarang.
2. Bapak Drs. Murdani, M.Pd , dosen pembimbing dan penguji laporan Proyek
Akhir.
3. Bapak Widi Widayat, ST,MT atas bimbinganya dalam menyelesaikan engine
stand Proyek Akhir.
4. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2002 yang telah banyak membantu baik
moral maupun material hingga terselesainya laporan Proyek Akhir ini.
Penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya
serta penyusun pada khususnya. Saran dan kritik yang membangun selalu
penyusun nantikan , sehingga dapat menambah nilai tambah dalam penyusunan
laporan ini.
Semarang , Maret 2006
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan dan Manfaat .............................................................. 2
C. Sistematika Laporan ............................................................. 3
BAB II. SISTEM PENGAPIAN II
A. Kajian Teori .......................................................................... 4
1. Teori Kelistrikan ................................................................ 5
2. Cara Kerja Sistem Pengapian............................................. 7
3. Perkembangan Sistem Pengapian ...................................... 10
B. Sistem Pengapian IIA Pada Nissan ....................................... 13
1. Komponen Sistem Pengapian IIA ...................................... 14
2. Prinsip Kerja Sistem Pengapian IIA .................................. 23
vii
C. Trouble shooting Sistem Pengapian IIA ............................. 26
1. Mesin Sulit distart .............................................................. 27
2. Mesin Pincang.................................................................... 28
3. Akselerasi mesin lemah...................................................... 28
4. Koil pengapian putus ........................................................ 29
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................... 31
B. Saran ..................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 33
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Induksi Sendiri (Self Induction Effect) .................................... 6
Gambar 2. Induksi Timbal Balik ( Mutual Induction Effect) ................. 7
Gambar 3. Posisi breaker point tertutup .................................................... 8
Gambar 4. Posisi breaker point terbuka ..................................................... 9
Gambar 5. Posisi breaker point tertutup kembali....................................... 10
Gambar 6. Sistem pengapian IIA............................................................... 13
Gambar 7. Distributor ................................................................................ 15
Gambar 8. Konstruksi signal generator ..................................................... 16
Gambar 9. Perubahan posisi rotor terhadap pick up coil .......................... 17
Gambar 10. Perubahan garis gaya magnet dan gaya gerak listrik ............... 18
Gambar 11. Sirkuit Igniter ........................................................................... 19
Gambar 12. Aliran arus saat mesin mati ....................................................... 23
Gambar 13 Aliran arus saat pick up coil menghasilkan tegangan
positif ....................................................................................... 24
Gambar 14 Aliran arus saat pick up coil menghasilkan tegangan
negatif....................................................................................... 25
Gambar 15 Sirkuit sistem pengapian IIA.................................................... 26
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel spesifikasi baterai............................................................... 14
Tabel 2. Tabel spesifikasi signal generator ............................................... 18
Tabel 3. Tabel spesifikasi koil pengapian ................................................. 21
Tabel 4. Tabel spesifikasi kabel tahanan tinggi ......................................... 21
Tabel 5. Tabel spesifikasi busi ................................................................... 22
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat tugas Dosen Pembimbing
2. Surat keterangan selesai bimbingan.
3. Surat keterangan menyelesaikan proyek akhir
4. Gambar proyek akhir
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat membawa
dampak bagi perkembangan dunia industri terutama industri otomotif.
Meningkatnya jumlah populasi manusia menuntut juga penyediaan sarana
transportasi, salah satu alat transportasi yang banyak digunakan oleh masyarakat
adalah mobil. Mengingat kebutuhan yang terus meningkat, para produsen mobil
kini berlomba-lomba menampilkan mobil-mobil baru dengan berbagai
keunggulan baik dari segi desain maupun keunggulan teknologinya.
Mesin mobil dapat diibaratkan merupakan nyawa dari mobil itu sendiri.
Mesin sendiri terdiri dari berbagai komponen yang kerjanya saling terkait satu
sama lain. Beberapa sistem yang merupakan komponen vital dalam mesin
diantaranya sistem bahan bakar, sistem pengisian, sistem pengapian, sistem
pelumasan, dan sistem pendinginan. Komponen komponen tersebut dari waktu ke
waktu mengalami perkembangan yamg tujuannya untuk mendapatkan komponen
yang lebih praktis dan efisien.
Salah satu komponen yang mengalami perkembangan pesat dalam dunia
otomotif khususnya mesin bensin adalah pada komponen sistem pengapian.
Perkembangan sistem pengapian secara singkat adalah mulai dari sistem
pengapian konvensional, semi transistor, full transistor, IIA ( integrated ignition
assembly ), dan yang terbaru adalah DLI ( distributor less ignition ).
2
Sistem pengapian mobil bensin yang terus berkembang tidak berarti sistem
pengapian yang terdahulu tidak dipakai. Sampai saat ini sistem pengapian
konvensionalpun masih banyak dipakai oleh masyarakat
Dari uraian diatas, maka penulis memilih judul sistem pengapian IIA pada
dengan alasan sebagai berikut :
1. Sistem pengapian merupakan salah satu komponen vital pada kendaraan.
2. Sistem pengapian IIA,meskipun bukan inovasi yang terbaru pada sistem
pengapian, tetapi sistem pengapian tersebut masih banyak digunakan sampai
saat ini.
B. Tujuan dan Manfaat.
Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan ini adalah:
1. Mengkaji cara kerja sistem pengapian IIA.
2. Mengkaji kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada sistem pengapian
IIA.
3. Mampu mengatasi kerusakan yang terjadi.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan laporan ini adalah :
1. Memberi informasi kepada pembaca tentang sistem pengapian IIA.
2. Menambah pengetahuan untuk mengatasi keruakan-kerusakan yang sering
terjadi pada sistem pengapian IIA
3. Kajian ini diharapkan dapat menambah wawasan dibidang otomotif terutama
pada sistem pengapian.
3
C. Sistematika Penulisan Laporan.
Laporan ini terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian
isi,dan bagian akhir. Bagian pendahuluan meliputi judul laporan, halaman
pengesahan, daftar isi, daftar gambar, dan daftar lampiran. Bagian isi meliputi Bab
I Pendahuluan, yang berisi latar belakang, tujuan dan manfaat, dan sistematika
penulisan laporan. Bab II meliputi kajian teori, sistem pengapian IIA, dan trouble
shooting yang terjadi pada sistem pengapian IIA. Bab III berisi simpulan dan
saran. Bagian akhir laporan meliputi daftar pustaka dan lampiran-lampiran
penunjang.
4
BAB II
SISTEM PENGAPIAN IIA
(Integrated Ignition Assembly)
A. Kajian Teori.
Sistem pengapian IIA ( integrated ignition assembly ) adalah sistem
pengapian full transistor dengan keunggulan secara konstruksi koil pengapian
terletak didalam distributor. Sistem pengapian digunakan pada motor bensin untuk
membakar campuran udara dan bensin agar menghasilkan pembakaran yang
optimal.
Motor bensin 4 langkah tiap siklusnya terdiri dari 4 langkah piston dimana
satu kali langkah adalah bergeraknya piston dari Titik Mati Atas ( TMA ) ke Titik
Mati Bawah ( TMB) atau sebaliknya. Pada langkah hisap piston bergerak dari
TMA menuju TMB, sedangkan posisi katup masuk terbuka dan posisi katup
buang tertutup, sehingga piston akan menghisap campuran bensin dan udara
masuk kedalam silinder. Pada langkah kompresi piston bergerak dari TMB
menuju TMA, sedang posisi kedua katup dalam keadaan tertutup. Pada akhir
langkah ini dipercikkan bunga api busi untuk membakar campuran bensin dan
udara yang dikompresi tersebut. Pada langkah usaha piston bergerak dari posisi
TMA menuju TMB, sementara posisi kedua katup masih tertutup. Pada langkah
ini piston didorong oleh tenaga hasil dari pembakaran campuran bensin dan udara.
Pada langkah buang piston bergerak dari posisi TMB menuju TMA, sedang posisi
5
katup masuk tertutup dan katup buang terbuka, sehingga gas sisa pembakaran
akan terdorong keluar dari dalam silinder.
Berdasarkan uraian diatas percikan bunga api busi diperlukan pada akhir
langkah kompresi yaitu untuk membakar campuran bensin dan udara. Percikan
bunga api busi itu sendiri dihasilkan dari serangkaian proses yang saling terkait
satu sama lain sehingga menjadi sebuah sistem yaitu sistem pengapian.
1. Teori Kelistrikan.
Sistem pengapian pada motor bensin pada dasarnya ditujukan untuk
menghasilkan percikan bunga api yang kuat dan tepat agar diperoleh daya mesin
yang optimal. Sistem pengapian pada motor menggunakan sistem pengapian
batere yang prinsipnya adalah menaikkan tegangan baterai 12 volt menjadi ± 10
kV agar menghasilkan percikan bunga api pada elektroda busi. Teori dasar
kelistrikan yang erat kaitannya dengan sistem pengapian adalah teori induksi
listrik.
a. Induksi Sendiri ( Self Induction Effect ).
Medan magnet akan dibangkitkan pada saat arus listrik dialirkan melalui
kumparan, akibatnya garis gaya listrik dibangkitkan dan menghasilkan garis
gaya magnet ( magnetic flux ) dengan arah yang berlawanan dengan
pembentukan garis gaya magnet dalam kumparan. Oleh karena itu arus tidak
akan mengalir seketika pada saat dialirkan kekumparan tetapi membutuhkan
waktu untuk menaikkan arus tersebut.Saat arus mengalir dalam kumparan
kemudian arus diputuskan tiba-tiba , maka gaya gerak listrik akan
dibangkitkan dalam kumparan dengan arah cenderung menghalangi hilangnya
6
garis gaya magnet. Dengan cara ini apabila kumparan yang dialiri arus
kemudian arus diputus secara tiba-tiba maka akan dibangkitkan gaya gerak
listrik yang arahnya melawan perubahan garis gaya magnet. ( Fundamental of
Electricity Step 2, 1996 : 3 )
Gambar1. Induksi sendiri ( Self Induction Effect ).
b. Induksi Timbal Balik ( Mutual Induction Effect ).
Saat dua kumparan disusun dalam satu garis dan besarnya arus yang
mengalir pada satu kumparan diubah, maka gaya gerak listrik akan
dibangkitkan pada kumparan lainnya dengan arah melawan perubahan garis
gaya magnet pada kumparan primer. Pada gambar dibawah ini bila arus tetap
mengalir pada kumparan primer maka tidak ada perubahan gaya gerak listrik
pada kumparan sekunder, tetapi saat arus yang mengalir diputuskan maka
gaya gerak listrik dibangkitkan pada kumparan sekunder. Kemudian apabila
arus dihubungkan kembali maka pada kumparan sekunder akan dibangkitkan
7
gaya gerak listrik dengan arah yang berlawanan dengan garis gaya magnet
pada kumparan primer. ( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 : 4 )
Gambar 2. Induksi Timbal Balik ( Mutual Induction Effect ).
Koil pengapian membangkitkan tegangan tinggi dengan cara yang sama
seperti uraian diatas, yang terjadi saat arus primer tiba-tiba diputuskan dengan
membuka breaker point. Besarnya gaya gerak listrik yang dihasilkan
dipengaruhi oleh tiga hal yaitu banyaknya garis gaya magnet yang dipengaruhi
oleh besarnya arus yang dialirkan pada kumparan primer, banyaknya jumlah
lilitan pada kumparan, dan kecepatan pemutusan arus pada kumparan primer.
2. Cara Kerja Sistem Pengapian
Cara kerja sistem pengapian pada dasarnya adalah mengubah tegangan
baterai 12 volt menjadi tegangan tinggi ± 10 kV sehingga mampu meloncatkan
bunga api pada busi. Untuk menaikkan tegangan tegangan listrik digunakan koil
pengapian yang bekerja dengan cara induksi seperti telah diuraikan diatas.
Sedangkan untuk memutus arus kumparan primer digunakan breaker point pada
8
sistem pengapian konvensional, dan menggunakan transistor pada sistem
pengapian transistor.
a. Breaker Point Tertutup.
Arus dari batere mengalir melalui terminal positif kumparan primer,
terminal negatif dan breaker point, selanjutnya ke massa. Akibatnya garis gaya
magnet akan terbentuk disekeliling kumparan. ( Fundamental of
Electricity Step 2, 1996 : 5 )
Gambar 3. Posisi breaker point tertutup.
b. Breaker Point Terbuka.
Poros engkol memutar distributor cam sehingga membuka breaker point
dan menyebakan arus pada kumparan primer terputus. Akibatnya garis gaya
magnet yang telah terbentuk pada kumparan primer mulai berkurang, karena
adanya efek mutual induction maka pada kumparan sekunder akan
dibangkitkan gaya gerak listrik yang besar bahkan dapat mencapai 30 kV.
9
Perubahan garis gaya magnet meningkat apabila pemutusan arus semakin
singkat. ( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 : 5 )
Gambar 4. Posisi breaker point terbuka.
c. Breaker Point Tertutup Kembali.
Breaker point mulai tertutup kembali karena gerakan distributor cam,
akibatnya arus mulai mengalir pada kumparan primer dan garis gaya magnet
mulai bertambah. Karena adanya efek self induction pada kumparan primer
maka penambahan arus secara tiba-tiba dicegah oleh gaya gerak listrik yang
dihasilkan pada kumparan primer. ( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 :
6 )
10
Gambar 5. Posisi breaker point tertutup kembali.
3. Perkembangan Sistem Pengapian.
Sistem pengapian pada perkembangannya telah mengalami banyak inovasi
yang tentu tujuannya untuk memperoleh kualitas pengapian yang semakin
sempurna.
a. Sistem Pengapian Konvensional.
Sistem pengapian konvensional menggunakan breaker point untuk
memutus dan menghubungkan arus pada kumparan primer. Sistem ini
memerlukan perawatan berkala terutama pada breaker point yang dikarenakan
hubungan antar benda logam disertai arus listrik sehingga menyebabkan
breaker point cepat aus. Namun demikian sistem ini masih banyak digunakan
sampai saat ini. ( New Step 1 Training Manual, 1996 : 6-7 )
11
b. Sistem Pengapian Semi Transistor.
Sistem pengapian semi transistor menggunakan transistor untuk memutus
dan menghubungkan arus ke kumparan primer pada koil pengapian.
Sedangkan untuk mematikan dan menghidupkan transistor tersebut
menggunakan breaker point. Sistem ini relatif lebih bagus daripada sistem
pengapian konvensional karena breaker point tidak menghubungkan arus yang
besar sehingga relatif lebih tahan terhadap keausan. ( New Step 1 Training
Manual, 1996 : 6-7 )
c. Sistem Pengapian Full Transistor.
12
Sistem pengapian full transistor menggunakan transistor untuk memutus
dan menghubungkan arus pada kumparan primer koil pengapian. Sedangkan
untuk menghidupkan dan mematikan transistor menggunakan signal rotor dan
generator yang cara kerjanya dengan induksi listrik. Ada juga yang untuk
mematikan dan menghidupkan transistor ini dengan menggunakan sensor infra
merah. ( New Step 1 Training Manual, 1996 : 6-7 )
d. Integrated Ignition Assembly ( IIA )
Sistem pengapian ini menggunakan sistem pengapian full transistor hanya saja
keunggulannya adalah koil pengapian disatukan didalam distributor sehingga
dari segi konstruksi lebih kompak dan praktis. ( Fundamental of Electricity
Step 2, 1996 : 42 )
13
e. Electronic Spark Advancer ( ESA )
Sistem pengapian ini juga menggunakan sistem pengapian full transistor
seperti pada IIA , keunggulannya adalah mekanisme pemajuan saat pengapian
tidak lagi di kontrol secara mekanik tetapi dikontrol menggunakan komputer
sehingga pemajuan saat pengapian lebih akurat baik berdasar putaran mesin
ataupun beban mesin. ( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 : 43 )
f. Distributor Less Ignition ( DLI )
Sesuai namanya sistem ini tidak lagi menggunakan distributor. Sistem ini
menggunakan sebuah koil untuk dua buah busi. Pengaturan arus yang masuk
ke kumparan primer dikontrol langsung oleh komputer. Keunggulan sistem ini
adalah koil pengapian dapat ditempatkan dekat dengan busi sehingga kabel
tegangan tinggi dapat diperpendek, selain sistem ini tidak memerlukan
penyetelan-penyetelan seperti pada sistem yang lain. ( Fundamental of
Electricity Step 2, 1996 : 44 )
14
B. Sistem Pengapian IIA.
Sistem pengapian full transistor yang dikembangkan untuk menghapuskan
perlunya pemeliharaan berkala seperti pada sistem pengapian konvensional, yang
pada akhirnya mengurangi biaya pemeliharaan bagi pemakai. Pada sistem
pengapian transistor, signal generator dipasang didalam distributor untuk
menggantikan breaker point dan cam. Signal generator membangkitkan tegangan
untuk mengaktifkan transistor pada igniter untuk memutus arus primer pada koil
pengapian. Sedang pada IIA ( Integrated Ignition Assembly ) koil pengapian
terletak didalam distributor sehingga lebih praktis dan kompak.
Gambar 6. Sistem pengapian IIA
15
1. Komponen Sistem Pengapian IIA Baterai.
Baterai adalah sebuah elemen kimia yang bekerja sedemikian rupa
sehingga mampu menyimpan arus listrik. Dalam sistem ini baterai berfungsi
sebagai penyuplai arus baik ke koil pengapian maupun ke igniter untuk
mengaktifkan power transistor.
Pemeriksaan kondisi baterai meliputi pemeriksaan tinggi elektrolit yaitu
berada diantara tanda upper dan lower . Jika berada dibawah tanda tersebut isi
dengan air suling sampai batas upper . Pemeriksaan lainnya adalah
pemeriksaan tegangan dan arus baterai dengan menggunakan multimeter
tester.
Spesifikasi baterai yang digunakan pada sistem pengapian IIA ditunjukkan
pada tabel 1.
Tabel 1. Spesifikasi baterai
Keterangan Spesifikasi
Tegangan baterai
Kapasitas baterai
12 volt
minimal 40 Ah
a. Distributor.
Distributor adalah komponen yang vital dalam sistem ini. Di dalam
distributor sistem ini terdapat beberapa komponen dan yang membedakan
sistem IIA ini adalah koil pengapian yang terletak didalam distributor.
16
Gambar 7. Distributor.
Komponen komponen pada distributor adalah :
1. Rotor koil.
Berfungsi mendistribusikan arus listrik tegangan tinggi yang dihasilkan
koil pengapian ke masing-masing silinder sesuai Firing Order ( urutan
penyalaan ).
2. Signal generator
Perbedaan utama pada sistem pengapian transistor dengan sistem
pengapian konvensional adalah pada signal generator dan igniter yang
menggantikan breaker point dan cam. Signal generator adalah semacam
generator arus bolak balik yang berfungsi untuk menghidupkan power
transistor didalam igniter untuk memutuskan arus primer pada koil pengapian
pada saat pengapian yang tepat.
Signal generator terdiri dari magnet permanen yang memberi garis gaya
magnet kepada pick up coil yang berfungsi untuk membangkitkan arus AC
dan signal rotor yang menginduksi tegangan AC didalam pick up coil sesuai
dengan saat pengapian. Signal rotor mempunyai gigi-gigi sebanyak jumlah
17
silinder. Pada Nissan twin cam jumlah gigi pada signal rotor berjumlah 4
buah sesuai jumlah silindernya.
Gambar 8. Konstruksi signal generator.
Garis gaya magnet dari magnet permanen mengalir dari signal rotor
melalui pick up coil. Celah udara antara rotor dan pick up coil menyebabkan
kepadatan garis gaya magnet berubah-ubah sehingga membangkitkan
tegangan pada pick up coil.
Gambar dibawah ini menunjukkan perubahan posisi signal rotor terhadap
pick up coil, perubahan garis gaya magnet dan gaya gerak listrik yang
dihasilkan.
18
Gambar 9. Perubahan posisi rotor terhadap pick up coil.
Saat gigi rotor berada pada posisi A , celah dengan pick up coil adalah
yang terbesar sehingga gaya magnetnya pun sangat lemah dan tidak ada
tegangan yang dibangkitkan. Pada posisi B perubahan garis gaya magnet
adalah yang terbesar dan gaya gerak listrik yang dihasilkan maksimum. Pada
posisi antara B dan C perubahan garis gaya magnet berkurang dan gaya listrik
yang dihasilkan juga berkurang.Karena gaya gerak listrik dalam pick up coil
diinduksikan dengan arah melawan perubahan garis gaya maka arah gaya
listrik terbalik pada saat gigi signal rotor mendekati pick up coil seperti
terlihat pada posisi B dan posisi D, dan pada posisi itulah tegangan yang
dihasilkan tertinggi dengan arah yang berkebalikan.
19
Gambar 10. Perubahan garis gaya magnet dan gaya gerak listrik.
Pemeriksaan pada signal generator meliputi pemeriksaan celah udara dan
pemeriksaan tahanan pick up coil.
Spesifikasi signal generator sistem pengapian IIA ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi signal generator.
Keterangan Spesifikasi
Tahanan pick up coil
Celah udara
420-540 Ω
0,35-0,45 mm
3. Igniter.
Perubahan gaya listrik yang terjadi pada signal generator akan dideteksi
oleh igniter. Igniter adalah sebuah detektor yang terdiri dari detektor yang
20
berfungsi menerima signal dari signal generator, amplifier yang berfungsi
untuk menguatkan signal tersebut, dan power transistor yang akan memutus
dan menghubungkan arus primer pada koil pengapian sesuai signal yang
diterima dari signal rotor.Igniter juga dilengkapi Dwell control yang berfungsi
untuk mengatur lamanya arus yang masuk ke kumparan primer pada koil
pengapian. Igniter juga dilengkapi dengan sirkuit pembatas arus yaitu untuk
membatasi arus maksimum pada kumparan primer yang disebut Current
limiting circuit.
Gambar 11. Sirkuit Igniter.
4. Sentrifugal advancer.
Berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai putaran mesin, yaitu
saat putaran mesin naik maka sentrifugal akan menggeser base plate untuk
memajukan saat pengapian.
21
Pemeriksaan komponen pada sentrifugal dapat dilakukan dengan cara
menghidupkan mesin, lepas vacuum hose dan sumbat vacuum hose tersebut.
Naikkan putaran mesin dan periksa saat pengapian dengan timing light apakah
terjadi pemajuan saat pengapian sesuai pertambahan putaran mesin, jika tidak
terjadi pemajuan saat pengapian maka lepas distributor dan periksa dan
gantilah sentrifugal spring.
5. Vacuum advancer.
Berfungsi untuk memajukan saat pengapian sesuai beban mesin, yaitu saat
kevakuman dalam karburator naik maka tekanan dalam diafragma bertambah
dan menekan spring serta controler rod sehingga akan menggeser base plate
untuk memajukan saat pengapian.
Pemeriksaan vacuum advancer dapat dilakukan dengan cara
menghidupkan mesin, hubungkan vacuum pump ke nipple dan tambahkan
vacuum pada vacuum pump secara bertahap dan periksa apakah terdapat
pemajuan saat pengapian sesuai penambahan vacuum pada vacuum pump. Jika
tidak terjadi pemajuan saat pengapian kemungkinan besar terjadi gangguan
pada diafragma atau pada spring. Untuk kerusakan tersebut lepaskan ditributor
dan gantilah komponen yang mengalami gangguan.
6. Koil Pengapian.
Berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai dari 12 volt menjadi ±12 kV
agar mampu menjadi percikan bunga api pada elektroda busi.
22
Pemeriksaan pada koil pengapian meliputi pemeriksaan tahanan kumparan
primer dan tahanan kumparan sekunder.Spesifikasi koil pengapian sistem
pengapian IIA ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3. Spesifikasi koil pengapian.
Keterangan Spesifikasi
Tahanan kumparan primer
Tahanan kumparan sekunder
0,9-1,2 Ω
20-29 kΩ
b. Kabel Tegangan Tinggi.
Kabel tegangan tinggi berfungsi untuk menyalurkan arus listrik tegangan
tinggi dari distributor ke busi.
Pemeriksaan pada kabel tegangan tinggi meliputi pemeriksaan cap
terhadap keretakan dan pemeriksaan tahanan kabel tegangan tinggi.
Spesifikasi tahanan kabel tegangan tinggi sistem pengapian IIA ditunjukkan
pada tabel 4.
Tabel 4. Spesifikasi tahanan kabel tegangan tinggi.
No 1 No 2 No 3 No 4
± 11,4 kΩ ±9,0 kΩ ±8,8 kΩ ±6,4 kΩ
c. Kondensor.
Kondensor berfungsi untuk menyimpan sementara arus listrik kumparan
primer pada saat terjadi self induction sewaktu terjadi pemutusan arus primer.
Pemutusan arus primer secara tiba-tiba menyebabkan efek self induction
23
sehingga tegangan primer naik, untuk itulah digunakan kondensor untuk
menyimpan sementara arus tersebut dan melepaskannya saat arus primer
terhubung kembali.
Spesifikasi kapasitas kondensor sistem pengapian IIA adalah 0,5 μF.
d. Busi.
Busi berfungsi untuk membuat loncatan bunga api dari tegangan tinggi
yang dihasilkan oleh koil pengapian.
Pemeriksaan pada busi meliputi pemeriksaan keausan pada elektroda busi,
pemeriksaan elektroda terhadap endapan karbon, dan pemeriksaan insulator
porselen dari keretakan. Spesifikasi busi yang digunakan pada sistem
pengapian IIA ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 5. Spesifikasi busi.
Pabrik Pembuat Tipe Busi
NGK
Nippon Denso
Champion
BP6ES
W20EP
N9YC
Spesifikasi celah busi adalah : 0,7-0,8 mm. 2. Prinsip Kerja Sistem Pengapian IIA
Aliran arus saat sistem pengapian ini bekerja sangat kompleks, terutama
aliran arus pada igniter. Oleh karena itu rangkaian igniter pada gambar berikut ini
akan disederhanakan pada kerja power transistor.
a. Mesin Mati.
24
Saat kunci kontak ON maka tegangan dialirkan ke titik P. Tegangan pada
titik P berada dibawah tegangan basis yang diperlukan untuk mengaktifkan
transistor melalui pengatur tegangan R1 dan R2, akibatnya transistor akan
tetap OFF selama mesin mati, dan tidak ada arus yang mengalir ke kumparan
primer koil pengapian. ( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 : 38 )
Gambar 12. Aliran arus saat mesin mati.
b. Mesin Hidup ( Pick up coil menghasilkan tegangan positif )
Saat mesin dihidupkan maka signal rotor pada distributor akan berputar,
dan menghasilkan tegangan AC dalam pick up coil. Bila tegangan yang
dihasilkan adalah positif tegangan ini ditambahkan dengan tegangan dari
batere yang dialirkan ke titik P untuk menaikkan tegangan pada titik Q diatas
tegangan kerja transistor, dan transistor ON. Akibatnya arus primer koil akan
mengalir melalui C ke E. ( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 : 38 )
25
Gambar 13. Aliran arus saat Pick up coil menghasilkan tegangan positif.
c. Mesin Hidup ( Pick up coil menghasilkan tegangan negatif )
Bila tegangan AC yang dihasilkan dalam pick up coil adalah negatif,
tegangan ini ditambahkan pada tegangan titik P sehingga tegangan pada titik
Q turun dibawah tegangan kerja transistor dan transistor OFF. Akibatnya arus
primer koil terputus dan tegangan tinggi diinduksi pada kumparan sekunder
koil pengapian. ( Fundamental of Electricity Step 2, 1996 : 39 )
26
Gambar 14. Aliran arus saat pick up coil menghasilkan tegangan negatif.
d. Diagram Sirkuit Pengapian IIA.
Rangkaian kelistrikan sistem pengapian IIA dapat digambarkan sebagai
berikut:
27
Gambar 15. Sirkuit sistem pengapian IIA
C. Trouble Shooting Sistem Pengapian IIA
Gangguan pada sistem pengapian dapat diatasi dengan cepat jika telah
diketahui penyebab dari gangguan tersebut. Oleh karena itu jika terjadi gangguan,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengkonsentrasikan perhatian pada
gejala gangguan. Jika penyebab gangguan telah diketahui maka dapat diambil
tindakan yang tepat untuk mengatasinya.
Pemeriksaan pada sistem dengan urutan mulai dari yang terkuat
kemungkinannya sebagai penyebab dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan
dalam mendapatkan penyebab gangguan tersebut. Jika tidak ditemukan gangguan
pada sistem pengapian maka barulah dicari penyebabnya pada sistem yang lain.
Dari pengalaman selama pengerjaan proyek akhir, setelah melakukan observasi
selama praktik industri, dan dari tanya jawab selama menyelesaikan proyek akhir,
gangguan yang sering terjadi pada sistem pengapian IIA adalah:
28
1. Mesin sulit distart.
Kemungkinan penyebabnya adalah:
a. Tegangan baterai lemah.
b. Kabel tegangan tinggi putus.
c. Busi aus.
d. Koil pengapian lemah.
e. Igniter rusak.
Cara mengatasinya adalah:
a. Periksa tegangan batere saat distart, jika tegangannya dibawah 8 volt saat
distart, charge atau ganti baterai.
b. Periksa tahanan kabel tegangan tinggi, jika tidak sesuai spesifikasi ganti.
c. Periksa kondisi busi dari keausan elektroda, kotoran, atau celah yang tidak
tepat.
d. Periksa tahanan primer dan sekunder koil pengapian, jika tidak sesuai nilai
standar ganti.
e. Pemeriksaan igniter sulit dilakukan, jadi untuk mengetahui apakah sebuah
igniter masih bagus atau tidak caranya dengan mencoba dengan igniter
yang lain.
2. Mesin pincang.
Kemungkinan penyebabnya adalah:
a. Salah satu kabel tegangan tinggi ada yang putus.
b. Salah satu busi ada yang mati.
Cara mengatasinya adalah:
29
a. Hidupkan mesin dan cabut salah satu kabel tegangan tinggi, jika terdapat
perubahan kondisi mesin maka kabel tersebut masih bagus, tetapi jika
setelah dicabut tidak terdapat perubahan pada kondisi mesin maka kabel
tersebut harus diperiksa.
b. Cara pemeriksaannya sama dengan point diatas, yaitu apabila setelah kabel
dicabut tidak terdapat perubahan pada kondisi mesin, maka periksa apakah
terdapat loncatan bunga api pada ujung kabel atau periksa tahanan kabel,
jika tahanannya sesuai maka cobalah dengan mengganti busi.
3. Akselerasi mesin lemah.
Kemungkinan penyebabnya adalah:
a. Saat pengapian tidak tepat.
b. Sentrifugal Advancer tidak bekerja.
c. Vacuum Advancer tidak bekerja.
Cara mengatasinya adalah:
a. Periksa saat pengapian sesuai prosedur yaitu dengan menggunakan timing
light pada putaran stasioner (±800 rpm) saat pengapian pada ± 8 º sebelum
TMA.
b. Hidupkan mesin, lepas dan sumbat vacuum hose dan naikkan putaran
mesin. Periksa apakah pertambahan timing sesuai pertambahan kecepatan.
Jika tidak sesuai lepaskan distributor dan ganti sentrifugal spring.
c. Hidupkan mesin dan biarkan pada putaran stasioner. Hubungkan vacuum
pump pada nipple dan tambahkan vacuum pump secara bertahap dan
30
periksa advance apakah sesuai dengan penambahan kevakuman. Jika tidak
terdapat perubahan maka gantilah diafragma.
4. Koil pengapian putus.
Kemungkinan penyebabnya adalah kapasitas kondensor yang menurun,
tetapi tidak terdeteksi secara dini dan akhirnya sampai kondensor tersebut
rusak. Kerusakan kondensor ini mengakibatkan penurunan kemampuan sistem
pengapian, jika hal ini dipaksakan maka akan menyebabkan kumparan primer
pada koil pengapian menjadi panas dikarenakan tidak ada penyerapan
tegangan induksi pada kumparan primer, dan akhirnya koil tersebut putus dan
tidak mampu menghasilkan tegangan tinggi.
Cara mengatasi gangguan ini adalah dengan penggantian koil pengapian
dan kondensornya. Sedangkan untuk mencegah agar hal tersebut tidak terjadi
adalah dengan melakukan pemeriksaan komponen apabila terjadi penurunan
kinerja mesin, dan jangan memaksakan menggunakan mesin yang mengalami
gangguan tersebut.
31
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan.
System pengapian IIA adalah suatus system pengapian yang sudah
menggunakan system pengapian full transistor yang sudah tidak menggunakan
breaker point jadi dapat menghasilkan pembakaran yang sempurna.
System pengapian merupakan suatu system yang ditunjukkan untuk
menghasilkan percikan bunga api pada busi saat akhir langkah kompresi yang
berfungsi untuk membakar campuran bensin dan udara didalam ruang baker.salah
satu gangguan yang sering terjadi pada system pengapian II A adalah mesin sulit
distart dikarenakan tegangan baterai lemah serta akselerasi lemah karena saat
pengapian yang tidak tepat.
B. Saran
Untuk mendapatkan ketepatan atau pembakaran yang sempurna sebaiknya
menggunakan system pengapian II A karena selain menghemat tempat pada kap
mesin karena koil sudah menjadi satu pada distributor system pengapian ini juga
menghemat biaya servis karena pada distributor tidak terdapat breaker point yang
memerlukan perawatan ekstra seperti pada system pengapian konvensional yang
masih menggunakan breaker point.
32
DAFTAR PUSTAKA
- Anonim. 1996. “New Step 1 Training Manual”. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor.
- Anonim. 1996. “Fundamental of Electricity Step 2”. Jakarta : PT. Toyota Astra Motor.
- Daryanto,. 2001. “Sistem Pengapian Mobil” . Jakarta : PT. Bumi Aksara.
- Yunan. 1999.”Listrik Otomotif”. Bandung: PT.Angkasa