LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA
Transcript of LAPORAN PENELITIAN - UHAMKA
LAPORAN PENELITIAN
PENELITIAN DASAR PEMULA
GAMBARAN STATUS GIZI , PENGETAHUAN GIZI DAN KEAMANAN
MAKANAN, KEBIASAAN SARAPAN DAN KEBIASAAN JAJAN PADA ANAK
SD SUKAMANAH DAN SUKAASIH DI KECAMATAN CUGENANG
CIANJUR, JAWA BARAT
TIM PENGUSUL
ALIBBIRWIN,SKM,M.EPID (0309087101)
NURASIAH, SKM, MKES (0313077403)
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2017
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ……………………………………………………… i
Identitas Usulan Penelitian ……………………………………………………… ii
Abstrak ……………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
Latar Belakang ……………………………………………………… 2
Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2
Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 3
Urgensi Penelitian ……………………………………………………… 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………… 11
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………… 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………… 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 22
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 24
LAMPIRAN
IDENTITAS DAN URAIAN PENELITIAN
1. Judul penelitian : Gambaran Status Gizi , Pengetahuan Gizi Dan
Keamanan Makanan, Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan Pada Anak
Sekolah Dasar Di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Jawa Barat
2. TimPeneliti
No Nama Jabatan Bidang Keahlian
Instasi Asal
Alokasi waktu (Jam/Minggu)
1. Alibbirwin, SKM, M.Epid
Ketua Kesehatan Masyarakat
FIKES UHAMKA
9 jam / minggu
2. Nur Asiah, SKM,M.Kes
Anggota Kesehatan Masyarakat
FIKES UHAMKA
9 jam / minggu
3. Objek penelitian : Anak SD kelas 4,5,6 di 4 SD Sukamanah dan Sukaasih yang
ada di Desa Sukamanah Kecamatn Cugenang. Cianjur JAwa Barat.
4. Masa pelaksanaan Mulai :
Mulai : Bulan : September Tahun
:2017Berakhir : Bulan :Mei Tahun :2018
5. Biaya Internal UHAMKA Rp.6.500.000
6. Lokasi penelitian : di Desa Sukamanah Kecamatan Cugenang. Cianjur JAwa
Barat.
7. Instansi lain yang terlibat :Puskesmas di Kecamatan
KecamatanCugenang
8. Temuan yang ditargetkan : gambaran status gizi dan Variabel-
variabelYang diduga berpengaruh dengan Status Gizi anak Sekolah.
9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu
Hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
meningkatkan Satus Gizi anak Sekolah dan untuk perbaikan regulasi pada
variable yang berhubungan yang efektif untuk meningkatkan Status Gizi.
10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran Arkesmas jurnal lokal ber-ISSN.
ABSTRAK
Gizi yang baik pada anak sekolah merupakan investasi suatu bangsa, karena di tangan generasi muda bangsa dapat melanjutkan pembangunan yang berkesinambungan. Untuk mencapai status gizi yang balk pada anak sekolah diperlukan perilaku makan yang baik sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu gizi modern.
Masalah status gizi yang dialami oleh anak akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh, meningkatkan angka kesakitan (morbiditas), pertumbuhan tidak normal, tingkat kecerdasan rendah, menurunnya tingkat produktivitas, dan terhambatnya pertumbuhan organ reproduksi (Epridawati, 2012).
Laporan Riskesdas 2013 menunjukkan masih tingginya persentase anak usia 5- 12 tahun yang kurus, pendek (stunting), gemuk dan anemia yaitu masing-masing 11,2%, 30,7%, 18,8% dan 26,4%. Meskipun persentase anak sekolah dasar yang pendek di Indonesia menurun dari 35,8% (Riskesdas 2010) menjadi 30,7% (Riskesdas, 2013), tetapi persentase tersebut masih tergolong sangat tinggi dan merupakan masalah gizi masyarakat .Ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran. dan hasil screening awal rendahnya anak yang berstatus gizi baik di Kecamatan Cugenang Cianjur yaitu 42% maka perlu diketahui bagaimana status gizi, pengetahuan gizi dan keamanan makanan, kebiasaan sarapan pagi dan kebiasaan jajan pada anak SD Sukamananh dan Sukaasih di Kecamatan Cugenang Cianjur , JAwa Barat.
Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain Cross Sectional, Populasi dalam penelitian ini adalah anak SD dari SD SUkamanah dan Sukaasih yang ada di Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang. Sampel dalam penelitian ini yaitu anak kelas 4,5,6 SD dari SD SUkamanah dan Sukaasih yang ada di Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang. Dengan jumlah63 orang dengan pengambilan sampel dengan cara Purposive sampling., dan memenuhi kriteria inklusi dan kriteriaeksklusi.
Hasil penelitian Proporsi terbesar status gizi tidak normal (gemuk dan kurus) lebih banyak yaitu 35 respoden (55,5%). PRoporsi terbanyak umur sampel adalah 10tahun yaitu 24 siswa dengan persentase 38,1%. Proporsi dari 63 responden yang diteliti, persentase siswa berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 responden (61,9%). Proporsi terbanyak Kebiasaan jajan siswa dalam kategori sering yaitu sebanyak 38 responden (60.3%), proporsi terbanyak Kebiasaan Sarapan pagi siswa dalam kategori jarang yaitu sebanyak 38 responden (60.3%) dan proporsi terbanyak sampel yang mempunyai pengetahuan rendah lebih banyak yaitu 35 responden ( 55,6%).Dari hasil uji bivariate diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan jajan .kebiasaan sarapan,dan pengetahuan dengan status gizi siswa dengan pValue secara berturut-turut 0.862; 0,278 ; 0,954; 0,565 dan 0, 461.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATARBELAKANG
Gizi yang baik pada anak sekolah merupakan investasi suatu bangsa, karena di
tangan generasi muda bangsa dapat melanjutkan pembangunan yang berkesinambungan.
Untuk mencapai status gizi yang balk pada anak sekolah diperlukan perilaku makan yang
baik sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu gizi modern. Perilaku makan yang baik tersebut
didapat melalui pendidikan di rumah tangga atau keluarga dan di lingkungan
sekolah.Anak sekolah sebagian besar waktunya dihabiskan disekolah sehingga peran
sekolah dalam menyediakan makanan yang sehat dan bergizi sangat diharapkan. Namun
sangat disayangkan berdasarkan hasil penelitian dari sekolah yang memiliki kantin,
sebesar 84,30% kantinnya belum memenuhi syarat kesehatan. Dan masih banyaknya
ditemukan pangan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi persyaratan mutu
kebersihan, kesehatan dan keamanan, sehingga dapat menimbulkan dampak yang tidak
baik bagi kesehatan siswa.
Laporan Riskesdas 2013 menunjukkan masih tingginya persentase anak usia 5-12
tahun yang kurus, pendek (stunting), gemuk dan anemia yaitu masing-masing 11,2%,
30,7%, 18,8% dan 26,4%. Meskipun persentase anak sekolah dasar yang pendek di
Indonesia menurun dari 35,8% (Riskesdas 2010) menjadi 30,7% (Riskesdas, 2013), tetapi
persentase tersebut masih tergolong sangat tinggi dan merupakan masalah gizi masyarakat
.
Dari laporan PBL (Praktek Belajar Lapangan) Mahasiswa Fikes UHAMKA bulan
Februari sampai Maret 2017 di Kecamatan Cugenang, diperoleh informasi anak
sekolah yang berstatus gizi baik berdasarkan IMT/U sebesar 42%. Hal ini tentunya
menjadi perhatian kita karena Kekurangan gizi pada siswa di sekolah akan mengakibatkan
anak menjadi lemah, cepat lelah dan sakit-sakitan, sehingga anak menjadi sering absen
serta mengalami kesulitan untuk mengikuti dan memahami pelajaran dengan baik
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016 meluncurkan Program
Gizi Anak Sekolah (ProGAS) dengan tujuan umum untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dan prestasi belajar peserta didik melalui pemberian pendidikan gizi,
peningkatan asupan gizi melalui sarapan sehat dan pendidikan karakter agar siswa
mempunyai perilaku dan budaya hidup bersih dan sehat untuk membentuk karakter insan
Indonesia yang tangguh dan berdaya saing . Dalam rangka mencapai status gizi yang baik
pada anak sekolah diperlukan usaha- usaha yang nyata dalam pemenuhan kebutuhan
gizinya. Kebutuhan utama yang harusdiperhatikan adalah terutama kebutuhan energi
dan protein yang diperoleh dari sarapan pagi, makan siang dan malam serta kudapan yang
salah satunya diperoleh dari jajan, disamping zat gizi lainnya. Penanaman pola makan gizi
seimbang harus dilaksanakan pada anak sekolah.
2. RUMUSANMASALAH
Menurut data Laporan Riskesdas 2013 menunjukkan masih tingginya persentase
anak usia 5-12 tahun yang kurus, pendek (stunting), gemuk dan anemia yaitu masing-
masing 11,2%, 30,7%, 18,8% dan 26,4%. Meskipun persentase anak sekolah dasar
yang pendek di
Indonesia menurun dari 35,8% (Riskesdas 2010) menjadi 30,7% (Riskesdas, 2013), tetapi
persentase tersebut masih tergolong sangat tinggi dan merupakan masalah gizi
masyarakat . Dari laporan PBL (Praktek Belajar Lapangan) Mahasiswa Fikes UHAMKA
bulan Februari sampai Maret 2017 di Kecamatan Cugenang, diperoleh informasi anak
sekolah yang berstatus gizi baik berdasarkan IMT/U sebesar 42%. Hal ini tentunya
menjadi perhatian kita karena Kekurangan gizi pada siswa di sekolah akan mengakibatkan
anak menjadi lemah, cepat lelah dan sakit-sakitan, sehingga anak menjadi sering absen
serta mengalami kesulitan untuk mengikuti dan memahami pelajaran dengan baik. Maka
perlu diketahui bagaimana Gambaran Status Gizi , Pengetahuan Gizi Dan Keamanan
Makanan, Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan Pada Anak Sekolah Dasar Di
Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur JawaBarat
3. TUJUAN PENELITIAN
TujuanUmum
Diketahuinya gambaran Status Gizi , Pengetahuan Gizi Dan Keamanan
Makanan, Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan Pada Anak Sekolah Dasar Di
Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Jawa Barat
Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran Status Gizi , Pengetahuan Gizi Dan Keamanan
Makanan, Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan Pada Anak Sekolah
Dasar Di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Jawa Barat
b. Diketahuinya hubungan antara Pengetahuan Gizi Dan
KeamananMakanan,Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan dengan
Status Gizi Pada AnakSekolah Dasar Di Kecamatan Cugenang Kabupaten
Cianjur Jawa Barat.
4. UrgensiPenelitian
Beberapa alasan yang mendasari pentingnya penelitian untuk melihat
Pengetahuan Gizi Dan Keamanan Makanan, Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan
berpengaruh dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Cugenang
Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Adalah:
1. Anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok yang rawan terhadap
masalah gizi dan kesehatan. Sementara itu, anak usia sekolah merupakan aset
negara yang sangat penting karena dapat meningkatkan kualitas SDM di masa
depan. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian secara khusus terkait status gizi
maupun status kesehatan anaksekolah.
2. Masalah status gizi yang dialami oleh anak akan mengakibatkan penurunan daya
tahan tubuh, meningkatkan angka kesakitan (morbiditas), pertumbuhan tidak
normal, tingkat kecerdasan rendah, menurunnya tingkat produktivitas, dan
terhambatnya pertumbuhan organ reproduksi (Epridawati, 2012).
3. Laporan Riskesdas 2013 menunjukkan masih tingginya persentase anak usia 5-12
tahun yang kurus, pendek (stunting), gemuk dan anemia yaitu masing-masing
11,2%, 30,7%, 18,8% dan 26,4%. Meskipun persentase anak sekolah dasar yang
pendek di Indonesia menurun dari 35,8% (Riskesdas 2010) menjadi 30,7%
(Riskesdas, 2013), tetapi persentase tersebut masih tergolong sangat tinggi dan
merupakan masalah gizi masyarakat .
4. Murid sekolah dasar (SD) adalah sumber daya manusia yang kelak akan menjadi
generasi penerus bangsa. Usia anak SD adalah antara 6-12 tahun. Pada permulaan
usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, anak-anak mulai masuk ke dalam dunia
baru, dimana mulai banyak berhubungan dengan orang-orang di luar
keluarganya dan berkenalan pula dengan suasana dan lingkungan baru dalam
hidupnya. Hal ini banyak mempengaruhi kebiasaan makan anak. (Hidayat et al
1998, Moehji 2003). Kebiasaan jajan memiliki aspek positif dalam memberikan
asupan energi dan gizi bagi anak-anak usia sekolah. Oleh karena itu, dapat
dipahami peran penting makanan jajanan pada pertumbuhan dan prestasi anak
sekolah. Tetapi peran strategi makanan jajanan sering tidak diimbangi dengan
mutu dan keamanan yang baiksehingga dapat menimbulkan dampak negatif.
Aspek negatif dari makanan jajanan berhubungan dengan bahan tambahan pangan
dan proses persiapan yang kurang higienis sehingga banyak terjadi kontaminasi
yang terkandung dalam makanan. Masalah lain yang terdapat pada
penyalahgunaan bahan kimia berbahaya atau penambahan bahan tambahan
pangan terhadap pangan jajanan (Khomsan 2004, BPOM 2007). Pengetahuan
gizi berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan penentuan jumlah
makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi dan keamanan pangan perlu dimiliki
oleh semua orang dalam pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan anak dapat
diperoleh baik secara internal maupun secara eksternal. Pengetahuan secara
internal yaitu pengetahuan yang berasal dirinya sendiri berdasarkan pengalaman
hidup sedangkan secara eksternal yaitu pengetahuan yang berasal dari orang lain
sehingga pengetahuan anak tentang gizi bertambah. (Solihin 2005).
BAB 2
TINJAUANPUSTAKA
2.1 Status Gizi
Gizi merupakan suatu istilah yang merujuk kepada suatu proses dari organisme
dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pembuangan yang dipergunakan untuk pemeliharaan
hidup, pertumbuhan fungsi organ tubuh dan produksi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat zat gizi.3 status gizi dapat pula diartikan sebagai tanda fisik yang
diakibatkan oleh karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran gizi
melalui variabel variabel tertentu yaitu indikator status gizi. definisi lain menyebutkan
bahwa status gizi adalah suatu keadaan fisik seseorang yang ditentukan dengan salah satu
atau kombinasi dari ukuran ukuran gizitertentu.
Status gizi optimal adalah suatu keadaan dimana terdapat keseimbangan antara
asupan dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktivitas sehari hari. Status
gizi lebih terjadi apabila asupan zat gizi diperoleh dalam jumlah berlebih, sedangkan
status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan zat-zat gizi. Status gizi
seseorang dipengaruhi oleh konsumsi makan yang bergantung pada jumlah dan jenis
pangan yang dibeli, pemasukan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara
perorangan.
Menurut Supariasa (2012), gizi merupakan suatu proses pengolahan makanan yang
dialami oleh manusia meliputi digesti (penguraian), absorpsi (penyerapan), transportasi
(pengedaran), penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak
diperlukan oleh tubuh serta menghasilkan energy.
Gizi adalah sesuatu yang dikonsumsi oleh manusia yang mengandung unsur-unsur
zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia yang akan digunakan dalam proses
pertahanan hidup, pertumbuhan serta perkembangan organ-organ manusia (Sartika,
2010).Status gizi merupakan gambaran seimbang atau tidaknya keadaan seseorang yang
dapat dilihat dalam bentuk variabel-variabel tertentu (Supariasa, 2012). Asupan gizi yang
cukup akan diperoleh jika pada saat proses perencanaan, pemilihan, pengolahan, dan
penyajian makanan dapat lebih diperhatikan (Sediaoetama, 2000).
Masalah gizi utama di Indonesia terbagi menjadi 2, yaitu gizi kurang
(undernutrition) dan gizi lebih (overnutrition).Gizi kurang terjadi karena kekurangan
konsumsi pangan secara relative dan absolut pada periode tertentu sehingga zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi (Supariasa, 2012). Kekurangan zat gizi secara umum
akan menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh,
perkembangan struktur dan fungsi otak, dan perilaku yang negative (Almatsier, 2009).
Sedangkan gizi lebih merupakan keadaan dimana tubuh seseorang mendapatkan kelebihan
zat gizi dalam periode tertentu (Supariasa, 2012). seseorang mengalami kegemukan bahkan
obesitas dan selanjutnya akan memiliki risiko yang tinggi akan penyakit-penyakit
degenerative, seperti hipertensi, diabetes, jantung coroner, dan lain-lain (Almatsier, 2009).
2. 2. Faktor yang mempengaruhi status gizi
Masalah gizi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti jenis kelamin,
pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan pagi, perilaku merokok, rendahnya aktivitas fisik dan
lain-lain. Penanggulangan masalah gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
memperhatikan asupan makanan, menyeimbangkan makanan yang dikonsumsi,
peningkatan aktivitas fisik, dan menghindari stress (Almatsier, 2009).
G a n ggu a n gi z i ( a lma t s i e r , 20 03 ) di se ba bka n ole h f a kt or p r
ime r da n se k un de r . f a kto r p r ime r a da l a h b i l a su su na n ma kana n se
se ora n g sa l a h d a l a m k u a n t i t a s d a n a t a u k u a l i t a s y a n g d i s
e b a b k a n o l e h k u r a n g n y a p e n y e d i a a np a n g a n , k u r a n g
b a i k n y a d i s t r i b u s i p a n g a n , k e m i s k i n a n , k e t i d a k t a h u a n ,
k e b i a s a a n m a k a n y a n g s a l a h , d a n s e b a g a i n y a . f a k t o r sekunder
meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai d i se l - se l tu
bu h se t e l a h ma ka n d ik on su msi. mi sa lnya f a kt or - f a k to r ya n
gmenyebabkan terganggunya pencernaan seperti gigi geligi yang tidak baik,kelainan
struktur saluran cerna dan kekurangan enzim. faktor-faktor yangmengganggu absorbsi
zat-zat gizi adalah adanya parasit, penggunaan laksan (o b a t c u c i p e r u t ) , d a n
s e b a g a i n y a . f a k t o r - f a k t o r y a n g m e m p e n g a r u h i e ks kre s i
se h in gga me n ye ba b ka n ba n ya k ke hila n ga n za t - za t gi z i a da l a h
banyakkencing(polyuria),banyakkeringatdan penggunaanobat-obat.
Masalah status gizi yang dialami oleh anak sekolah akan mengakibatkan
penurunan daya tahan tubuh, meningkatkan angka kesakitan (morbiditas), pertumbuhan
tidak normal, tingkat kecerdasan rendah, menurunnya tingkat produktivitas,
dan terhambatnyapertumbuhan organ reproduksi (Epridawati, 2012).
Status gizi remaja berkaitan dengan berbagai macam faktor yang akan
mempengaruhi perilaku makan remaja. Menurut Worthtington-Robert (2000) faktor-
faktor yang mempengaruhi konsumsi pada remaja terbagi menjadi faktor eksternal dan
faktor internal.Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status
gizi yang berasal dari luar diri manusia.Sedangkan faktor internal adalah faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi status gizi yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri.
Faktor eksternal yang dapat berkaitan dengan perilaku makan diantaranya adalah :
jumlah dan karakteristik keluarga, peranan orang tua, teman sebaya, social budaya, nilai
dan norma, media massa, pengetahuan gizi, dan pengalaman dari masing-masing
individu. Sedangkan faktor internal yang berkaitan dengan perilaku makan individu,
seperti : kebutuhan fisiologi seseorang, body image, nilai dan kepercayaan individu,
pemilihan dan arti makanan, psikososial serta kesehatanindividu.
Hal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang adalah faktor
genetik dan faktor lingkungan.Salah satu faktor lingkungan adalah gizi. Pertumbuhan
menunjukkan perubahan secara kuantitas yang dapat dilihat dari berat badan, tinggi
badan dan status gizi, sedangkan perkembangan berhubungan dengan peningkatan
kualitas seperti perkembangan otak yang mempengaruhi prestasi (Ikalor 2013). Masalah
kurang gizi pada anak berpengaruh terhadap perkembangan fisik, mental, produktivitas
pencapaian hasil pendidikan dan fungsi kekebalan tubuh. Anak yang mengalami kurang
gizi akan lesu sehingga menurunkan daya konsentrasi dan tidak bersemangat dalam
mengikuti pelajaran yang akan berdampak pada rendahnya prestasi belajar.
PengetahuanGizi
Makanan merupakan kebutuhan vital yang diperlukan oleh seluruh makhluk
hidup. Bagi manusia makanan tidak hanya berfungsi untuk mengenyangkan, tetapi yang
lebih penting lagi adalah fungsinya dalam memelihara kesehatan tubuh melalui manfaat
zat-zat gizi yang terkandung didalamnya. Untuk memperoleh kesehatan tubuh yang
optimal, perlu diketahui kualitas susunan makanan yang baik dan jumlah makanan yang
seharusnya dimakan. Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukan
kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi ses2.6.eorang dalam
memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al. 1985).
Pengetahuan merupakan kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
panca indera (Soekanto 1981). Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan
formal,informal dan non formal. Tingkat pengetahuan gizi berpengaruh terhadap sikap
dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan
kejelasan konsep mengenai obyektertentu.
Engel et al. (1994) mendefenisikan pengetahuan adalah informasi yang disimpan di
dalam ingatan yang menjadi penentu utama perilaku seseorang. Menurut Harper et al.
(1985), suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada
tiga kenyataan:
1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan
2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu
menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal,
pemeliharaan dan energi.
3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar
menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.
Pengetahuan gizi menjadi andalan yang menentukan konsumsi pangan. Individu
yang memiliki pengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi
pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion & Khomsan 1995).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi
individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang
diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati et al. 1992).
Pengetahuan gizi berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan penentuan
jumlah makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi dan keamanan pangan perlu
dimiliki oleh semua orang dalam pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan anak dapat
diperoleh baik secara internal maupun secara eksternal. Pengetahuan secara internal yaitu
pengetahuan yang berasal dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup sedangkan secara
eksternal yaitu pengetahuan yang berasal dari orang lain sehingga pengetahuan anak
tentang gizi bertambah (Solihin2005).
KebiasaanMakan
Kebiasaan makan merupakan cara individu atau kelompok individu memilih
pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik,
dan sosial budaya (Sanjur 1982). Sedangkan menurut Suhardjo (1989) kebiasaan
makan merupakanistilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang
berhubungan dengan makanan dan makan seperti tata krama makan, frekuensi makan,
pola makanan yang dimakan, kepercayaan tentang makan, distribusi makan antar anggota
keluarga. Kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan
seseorang, pola makanan atau susunan hidangan yang dimakan, pantangan, distribusi
makanan dalam anggota keluarga.
Kebiasaan makan adalah suatu tingkah laku seseorang atau sekelompok orang
dalam memenuhi kebutuhannya akan makan, sikap kepercayaan dan pemilihan makanan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan terdiri dari faktor intrinsik dan
ekstrinsik.Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang meliputi
emosi, kesehatan, dan penilaian yang lebih terhadap mutu makanan. Sedangkan faktor
ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar individu antara lain adalah lingkungan
alam, sosial budaya, dan ekonomi.
Kebiasaan sarapanpagi
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas gizi adalah pola makan yang
seimbang dan teratur.Sarapan merupakan hal yang paling penting dilakukan setiap hari
karena dapat berkontribusi pada asupan dan kebutuhan zat gizi harian.Konsumsi sarapan
pada anak memberikan performa belajar yang lebih baik saat di sekolah (Mahoney et al.
2005), namun masih banyak anak yang tidak terbiasa mengonsumsi sarapan.Menurut
penelitian Soedibyo dan Gunawan (2009), prevalensi anak yang tidak biasa sarapan di
Jakarta sebesar 22.4%. Penelitian Hardinsyah dan Perdana (2013) menyatakan bahwa
69.6% anak Indonesia belum mengonsumsi sarapan sesuai dengan anjuran gizi seimbang
(25% kebutuhan sehari). Menunda sarapan dapat menyebabkan kekurangan zat gizi
dalam tubuh di pagi hari dan meningkatkan risiko malnutrisi (Kleinman et al. 2002).
Menunda sarapan akan mengakibatkan konsumsi makanan yang berlebihan di waktu
makan lain terutama makan malam sehingga menyebabkan obesitas (Martin et al. 2000),
sebaliknya berdasarkan penelitian Millimet (2010), sarapan dapat meminimalisasi
kemungkinan gizi lebih dan obesitas. Penelitian Berkey et al. (2003) menunjukkan
bahwa menunda sarapan dapat memberikan pengaruh negatif dalam menjawab soal dan
kemampuan berpikir, jarang hadir di sekolah, dan masalah psikologi. Masalah yang
dihadapi ketika menunda sarapan adalah penurunan kadar glukosa darah yang
menyebabkan tidak adanya tenaga. Sebaliknya, anak-anak yang mengKosumsi sarapan
memberikan performa yang lebih baik dalam aritmatika, menjawab soal dan kemampuan
berpikir logis.
KebiasaanJajan
Kebiasaan jajan memiliki aspek positif dalam memberikan asupan energi dan gizi bagi
anak- anak usia sekolah. Oleh karena itu, dapat dipahami peran penting makanan jajanan
pada pertumbuhan dan prestasi anak sekolah. Tetapi peran strategi makanan jajanan sering
tidak diimbangi dengan mutu dan keamanan yang baik sehingga dapat menimbulkan
dampak negatif. Aspek negatif dari makanan jajanan berhubungan dengan bahan
tambahan pangan dan proses persiapan yang kurang higienis sehingga banyak terjadi
kontaminasi yang terkandung dalam makanan. Masalah lain yang terdapat pada
penyalahgunaan bahan kimia berbahaya atau penambahan bahan tambahan pangan
terhadap pangan jajanan (Khomsan 2004, BPOM 2007). Konsumsi, ketersediaan
pangan dan kecukupan energi serta zat gizi dapat dipengaruhi oleh sosial ekonomi
keluarga. Salah satu yang dapat faktornya adalah pendapatan keluarga, dimana keluarga
dengan penghasilan rendah akan memiliki kecenderungan untuk membeli bahan pangan
lebih sedikit atau rendah, sedangkan keluarga dengan penghasilan yang lebih tinggi akan
membelanjakan penghasilannya untuk membeli lebih banyak bahan pangan atau
makanan. Penelitian di Bogor oleh Februhartanty et al (2004), menemukan bakteri
Salmonella paratyphi A 25%-50% pada sampel minuman dan 10- 15% bahan kimia
berbahaya pada sampel makanan yang dijual di kaki lima. Kandungan kimiawi yang
digunakan seperti formalin, boraks, rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), methanil
yellow (pewarna kuning pada tekstil) dan pemanis buatan.
Penelitian Kurnia Noviani,2015 mengenai Kebiasaan jajan dan pola makan serta
hubungannya dengan status gizi anak usia sekolah di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta
diketahui Responden yang memiliki kebiasaan jajan sering dengan status gizi normal yaitu
sebanyak 27 responden (81%), dan yang tidak sering jajan dengan status gizi kurus
berjumlah 7 responden (21,9%). Responden dengan pola makan yang baik >80% AKG
dengan status gizi kurus sebesar 9 responden (75%) dan responden yang memiliki pola
makan tidak baik dengan status gizi normal sebesar 34 responden (66%). Hasil analisis
chi-square hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi diperoleh p 0,781 (p>0,05) yang
berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi.
KerangkaKonsep
Hubungan antara pengetahuan gizi, keamanan pangan serta kebiasaan jajan dan
sarapan pagi terhadap status gizi diduga dipengaruhi oleh karakteristik anak dan
karakteristik keluarga. Karakteristik anak meliputi umur, jenis kelamin, berat badan dan
tinggi badan. Selain karakteristik anak, kerakteristik keluarga juga diduga sebagai faktor
yang mempengaruhi konsumsi makanan jajanan anak. Konsumsi makanan jajanan di
lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku kebiasaan jajan anak.Hal ini diduga
dapat dipengaruhi oleh faktor kesukaan anak dan pengaruh teman sebaya sehingga
menyebabkan meningkatnya frekuensi jajan anak. Kebiasaan jajan yang dilakukan oleh
anak dapat diamati dari jenis jajanan dan frekuensi jajan yang diduga mempengaruhi
asupan zat gizi yang dikonsumsi anak. Selain itu, dapat dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga terutama terkait kondisi sosial ekonomi keluarga diduga dapat mempengaruhi
kebiasaan jajan anak-anak. Besarnya keluarga dapat berpengaruh pada distribusi pangan
bagi anggota keluarga dan jumlah pangan yang tersedia dalam sebuah keluarga yang
besar terkadang hanya dapat mencukupi setengahkebutuhan keluarga, sehingga tidak
mampu mencegah terjadinya gangguan gizi pada salah satu anggota keluarga (Suhardjo
1989). Pendapatan keluarga diduga mempengaruhi ketersediaan pangan keluarga.
Keluarga dengan penghasilan rendah memiliki kecenderungan untuk membeli bahan
pangan yang lebih murah, sedangkan keluarga dengan penghasilan yang lebih tinggi
akan membelanjakan penghasilannya untuk membeli lebih banyak bahan pangan atau
makanan yang lebih mahal. Tingkat pengetahuan gizi yang baik diduga berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku seseorang dalam pemilihan pangan dan konsumsi pangan.
Semakin baik pengetahuan anak diharapkan akan mempengaruhi jumlah dan jenis
makanan jajanan yang dibeli. Secara sistematis, kerangka konsep dapat disederhanakan
dalam Gambar1.
Gambar 1 Kerangka Konsep Gambaran Status Gizi, Pengetahuan Gizi dan Keamanan
Pangan serta Kebiasaan Jajan dan Sarapan Pagi pada Anak Sekolah
di Kecamatan Cugenang, Cianjur Jawa Barat
Karakteristik
responden
Akses Terhadap
Informasi
Kebiasaan sarapan pagi,
kebiasaan jajan
(Jenis dan Frekuensi )
Pengetahuan Gizi
dan Keamanan
Pangan
KontribusiMakananJajanan
dan kebiasaan sarapan
terhadapkecukupanEnergi
STATUS GIZI
(IMT/U)
Karakteristik
keluarga
BAB 3
METODEPENELITIAN
3.1 Alur Penelitian
3.2 JenisPenelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan desain yang
digunakan adalah cross sectional, yaitu pengambilan data yang berkaitan dengan variabel
dependen dan independen dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan September 2017 sampai dengan bulan Mei
tahun 2018, Penelitian dilakukan pada remaja di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur,
JawaBarat
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa siswi pada Sekolah dasar Sukamanah dan Sukaasih di
Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kelas 4, 5, dan 6.
Sampel sebanyak 63 siswa, Tehnik pengambilan sample adalah Purposive sampling. Penelitian ini
diawali dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak SD yang diizinkan untuk
mengikuti penelitian dari tiap kelas.
3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer, meliputi :
Mulai
Pengumpulan data Primer dan
sekunder
Pengolahan data
Studi Literaturdan studi lapangan
Populasi dansampel
Analisa data dan hubungan variabel
Rumusan Masalah dan tujuan penelitian dan
urgensi penelitian Desain Penelitian
Hasil dan pembahasan
Metode Penelitian,
kuesioner Selesai
Kesimpulan dan saran
a. Data karakteristik individu, Kebiasaan sarapan pagi, Kebiasaan jajan dan pengetahuan gizi
dan keamananpangan.
b. Data antropometri remaja meliputi berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui pengukuran
secara langsung. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur berat badan yaitu dengan
menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0.1 Kg dan tinggi badan dengan alat
pengukur tinggi badan (microtoise) dengan ketelitian 0.1 cm.
3.5 PengolahanData
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program perangkat lunak statistic dimana
data yang dikumpulkan akan diolah secara deskriptif. Langkah-langkah pengolahan data dengan
computer adalah sebagai berikut :
3.5.1 Coding
Suatu kegiatan pemberian kode-kode pada seluruh variabel dalam kuesioner agar
mempermudah dalam proses olah data. Coding dapat dilakukan pada saat sebelum atau
setelah pengumpulan data dilaksanakan (Budiarto, 2002).
3.5.2 Editing
Proses pemeriksaan data yang telah dikumpulkan. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengkoreksi apakah data yang dikumpulkan terdapat kesalahan atau tidak.Proses
editingsebaiknya dilakukan pada saat pengumpul data masih berada dilapangan, agar jika
ditemukan data yang salah atau meragukan dapat langsung ditelusuri dan dikonfirmasi
kembali kepada responden (Budiarto, 2002).
3.5.3 Processing
Merupakan pemrosesan data agar dapat dianalisis. Data di input kedalam computer untuk
diproses dan di entri menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service
Solution). Kegiatan ini dilakukan setelah proses coding dan editing dilakukan oleh peneliti
(Hastono, 2010). Dalam kegiatan ini, biasanya peneliti dibantu oleh beberapa orang yang
sudah dilatih terlebih dahulu.
3.5.4 Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan lembar data yang sudah di entri apakah terdapat
kesalahan dalam entry data atau tidak (Hastono, 2010).
3.5.5 Scoring
Merupakan proses pemberian skor atau nilai pada data yang telah dikumpulkan dengan
menghitung jumlah skor yang ada pada variabel pengetahuan gizi.
a. PengetahuanGizi
Pengukuran variabel pengetahuan gizi dilakukan dengan pengisian kuesioner. Skor 1
diberikan pada setiap jawaban yang benar dan skor 0 untuk jawaban yang
salah.Kemudian dibuat variabel Total Skor Pengetahuan.Dari hasil total skor
pengetahuan, didapatkan hasil memiliki distribusi tidak normal, sehingga total skor
pengetahuan dikelompokkan berdasarkan nilai median. Selanjutnya total skor
pengetahuan dikelompokkan menjadi :
Tinggi, jika total skor pengetahuan ≥ nilai median
Rendah, jika total skor pengetahuan <nilai median
b, Kebiasaan sarapanpagi
a. selalu, Frekuensi sering
b. kadang-kadang frekuensinya kadang- kadang ataujarang
c. KebiasaanJajan
Kebiasaan jajan contoh meliputi jenis dan frekuensi jajan dan tingkat kesukaan contoh
membeli makanan jajanan.Jumlah makanan jajanan yang biasa dibeli dikategorikan
menjadi 1-2 jenis, 3-4 jenis, 5-7 jenis dan >7 jenis. Frekuensi jajan contoh
dikategorikan menjadi sering,dan kadang-kadang.
3.6 AnalisisData
AnalisisUnivariat
Analisis univariat merupakan analisis menggunakan satu variabel yang dilakukan
denganmenggunakan tabel yang diberi tambahan penjelas berupa narasi.Analisis univariat
dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik dari variabel dependen maupun variabel
independen (Hastono, 2007).Analisis univariat pada penelitian ini akan digunakan untuk
beberapa variabel yang terdapat dalam penelitian.
AnalisisBivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel.Analisis ini
digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen atau untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara 2 atau
lebih kelompok.Untuk membuktikan adanya hubungan antara kedua variabel independen dan
dependen peneliti menggunakan metode Chi-Square yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi.Pada prinsipnya, uji Chi-Square dilakukan untuk membandngkan nilai yang didapat
pada saat observasi dengan nilai harapan atau nilai ekspektasi (Hastono, 2007).
Analisa bivariat desain cross sectional menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat
kepercayaan 95% (α = 5%). Jika nilai Pvalue < 0,05 berarti hasil perhitungan statistic bermakna
(ada hubungan), jika nilai P value ≥ 0,05 berarti hasil perhitungan statistic tidak bermakna (tidak
ada hubungan). Hal tersebut dapat dilihat dari rumus Chi-Square, sebagai berikut:
= Σ 2
df = (k – 1)(b – 1)
Keterangan: O = Observered (Nilai yang diamati)
E = Expected ( Nilai yang diharapkan)
X2 = Chi-Square k
= jumlah kolom b =
jumlah baris
The image part w ith
relationship ID rId15 w as
not found i…
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Dari Tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa dari 63 responden yang diteliti, persentase siswa
berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 responden (61,9%) dan sisanya laki-laki sebanyak
24 responden (38,1%).
Tabel 4.1. jenis kelamin responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 24 38.1 38.1 38.1
perempuan 39 61.9 61.9 100.0
Total 63 100.0 100.0
Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel proporsi jumlah perempuan lebih besar daripada
proporsi jumlah laki-laki.
Sebaran Usia Siswa
Tabel 4.2. usia responden (dalam tahun) pembulatan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 9 14 22.2 22.2 22.2
10 24 38.1 38.1 60.3
11 11 17.5 17.5 77.8
12 12 19.0 19.0 96.8
13 2 3.2 3.2 100.0
Total 63 100.0 100.0
Kategori umur paling banyak dalam penelitian ini yaitu 10 tahun berjumlah 24 siswa (38,1%)
dan yang paling sedikit yaitu umur 13 tahun berjumlah 2 siswa (3,2%).pengkategorian umur
mengacu ke pengelompokkan umur menurut depkes RI, yaitu dikatakan remaja jika berumur 12 tahun
ke atas, jika 5-11 tahun masuk kategori anak-anak. Jadi kategori untuk keperluan analisis bivariatenya
<12 dan >=12
Tabel 4.3kategori usia
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid < 12 49 77.8 77.8 77.8
>= 12 14 22.2 22.2 100.0
Total 63 100.0 100.0
Kebiasaan Jajan siswa
Tabel 4.4 Kebiasaan jajan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Sering 38 60.3 60.3 60.3
Jarang 25 39.7 39.7 100.0
Total 63 100.0 100.0
Kebiasaan jajan siswa dalam kategori sering yaitu sebanyak 38 responden (60.3), dan
Kebiasaan jajan siswa dalam kategori jarang yaitu sebanyak 25 siswa (39.7).
Kebiasaan sarapan pagi siswa
Tabel 4.5. kebiasaan sarapan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid kadang-kadang 38 60.3 60.3 60.3
Sering 25 39.7 39.7 100.0
Total 63 100.0 100.0
Kebiasaan sarapanpagi siswa dalam kategori sering yaitu sebanyak 25 siswa (39.7%). dan
Kebiasaan Sarapan pagi siswa dalam kategori jarang yaitu sebanyak 38 responden (60.3%).
Pengetahuan gizi dan makanan jajanan yang sehat
Tabel 4.6. tingkat pengetahuan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Rendah 35 55.6 55.6 55.6
Tinggi 28 44.4 44.4 100.0
Total 63 100.0 100.0
Tingkat pengetahuan gizi dan makanan jajanan siswa SD Sukamanah dan Sukaasih tersebar
dengan nilai minimal 35 dan nilai maksimal 75, dengan nilai mean dan median 50.
Setelah dikelompokan berdasarkan nilai yang didapat ≤ 50 dan >50 maka diperoleh siswa
yang mempunyai pengetahuan rendah lebih banyak yaitu 35 responden (55,6%)
dibandingkan siswA yang memiliki pengetahuan tinggi yaitu 28 (44,4%).
Status Gizi Siswa
Dikategorikan berdasarkan score IMT/U
Table 4.7. status gizi responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Normal 28 44.4 44.4 44.4
Kurus 20 31.7 31.7 76.2
obesitas 15 23.8 23.8 100.0
Total 63 100.0 100.0
Pengukuran status gizi (IMT/U) responden dikategorikan menjadi 3 kelompok dan sebagian
besar responden (44,4%) mempunyai status gizi normal. Namun ketika dikategorikan
menjadi 2 yaitu normal dan tidak normal (gemuk dan kurus) maka status gizi tidak normal
menjadi lebih banyak yaitu 35 respoden (55,5%).
Rangkuman karakteristik reponden
Tabel 4.7 Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik n (%)atau median (min – max) Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan
24 (38.1) 39 (61.9)
Umur, tahun Median (min – max)
10 (9 – 13)
Kategori Umur, tahun 9 10 11 12 13
14 (22.2) 24 (38.1) 11 (17.5) 12 (19) 2 (3.2)
Kebiasaan Jajan Sering Jarang
38 (60.3) 25 (39.7)
Kebiasaan Sarapan Kadang - kadang Sering
38 (60.3) 25 (39.7)
Pengetahuan Median (min – max) Kategori Pengetahuan*
Kurang Baik (≤ 50) Baik (>50)
50 (35 – 75)
35 (55.6) 28 (44.4)
Status Gizi**
Obesitas kurus Normal
15 (23.8) 20 (31.8) 28 (44.4)
*dikategorikan berdasarkan nilai median skor pengetahuan
**dikategorikan berdasarkan z score IMT/U
4.2. Analisis Bivariat
Hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi siswa SD Sukamanah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi hubungan antara kebiasaan jajan dengan status
gizi siswa SD Sukamanah,Cugenang Cianjur
status gizi responden 2
Total tidak normal normal
kebiasaan jajan sering 21 17 38
55.3% 44.7% 100.0%
jarang 14 11 25
56.0% 44.0% 100.0%
Total 35 28 63
55.6% 44.4% 100.0%
Dari table diatas dapat diketahui bahwa dari 38 siswa yang mempunyai kebiasaan jajan sering
terdapat 21 orang (55,3%) yang berstatus gizi tidak normal dan responden yang memiliki
kebiasaan jajan jarang dengan status gizi normal yaitu sebanyak 11 responden (44%).
Hasil analisis chi-square hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi diperoleh p 0,954
(p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi
Hal ini dimungkinkan sedikitnya sampel yang digunakan dari tiap sekolah.Hasil ini senada
dengan penelitian yang diadakan oleh Kurnia N, 2015 di SD Wonosewu
Bantul Jogjakarta. Hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi siswa SD Sukamanah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi hubungan antara kebiasaan Sarapan dengan status
gizi siswa SD Sukamanah,Cugenang Cianjur
status gizi responden
Total tidak normal normal
kebiasaan
sarapan
kadang-
kadang
20 18 38
52.6% 47.4% 100.0%
sering 15 10 25
60.0% 40.0% 100.0%
Total 35 28 63
55.6% 44.4% 100.0%
Dari table diatas dapat diketahui bahwa dari 38 siswa yang mempunyai kebiasaan jajan sering
terdapat 21 orang (55,3%) yang berstatus gizi tidak normal dan responden yang memiliki
kebiasaan jajan jarang dengan status gizi normal yaitu sebanyak 11 responden (44%).
Hasil analisis chi-square hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi diperoleh p 0,954
(p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi
Hal ini dimungkinkan sedikitnya sampel yang digunakan dari tiap sekolah.Hasil ini senada
dengan penelitian yang diadakan oleh Kurnia N, 2015 di SD Wonosewu
Bantul Jogjakarta.
Crosstab
status gizi responden
Total tidak normal normal
tingkat pengetahuan kurang baik 18 17 35
51.4% 48.6% 100.0%
baik 17 11 28
60.7% 39.3% 100.0%
Total 35 28 63
55.6% 44.4% 100.0%
Rekapitulasi Analisi Bivariat
Analisis Bivariate
Variabel Status Gizi berdasarkan
IMT/U PR (95% CI) Nilai p#
Tidak Normal Normal Kebiasaan Jajan
Sering Jarang
21 (55.3) 14 (56)
17 (44.7) 11 (44)
0.987
(0.629 – 1.548)
0.954
Kebiasaan Sarapan Kadang - kadang Sering
20 (52.6) 15 (60)
18 (47.4) 10 (40)
0.877
(0.565 – 1.362)
0.565
Pengetahuan Kurang Baik (≤ 50) Baik (>50)
18 (51.4) 17 (60.7)
17 (48.6) 11 (39.3)
0.847
(0.546 – 1.313)
0.461
# X2 test
Dari table diatas dapat dilihat bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antarakebiasaan jajan .
kebiasaan sarapan,dan pengetahuan dengan status gizi siswa denganpValue secara berturut-turut
0.862; 0,278 ; 0,954; 0,565 dan 0, 461. Hal ini senada dengan penelitianNoviani.2015 pada anak SD
Sonosewu Bantul Yogyakarta. Hasil analisis chi-square hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi
diperoleh p 0,781 (p>0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan
status gizi. Demikian juga dengan hasil penelitian Trini Maudi, 2016 pada anak SD di Kota
Bogor.Tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05) antara kebiasaan sarapan dengan status gizi.
Penelitian Syaidatul, Lisma, 2016 pada anak SD Sukasenang kelas 4,5, dan 6 Tasikmalaya tidak ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang gizi dengan Status Gizi.Hasil ini dimungkinkan
pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil sedikit dan karena variable-variabel tersebut adalah
factor penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi anak sekolah dasar. Sehingga ada
variable lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi status gizi nya seperti intake makananya, pola
makan dan penyakit infeksi atau status kesehatan anak sekolah dasar.Namun dengan hasil peneltian ini
dapat diketahui bahwa kebiasaan jajan yang sering pada anak SD kadang menggantikan makanan
utamanya sehingga sangat dianjurkan pihak sekolah untuk memperhatikan kantin dan jajanan yang
tersedia di sekolah dan kebiasaan sarapan pagi yang jarang menyebabkan anak sering jajan
disekolah.Dan banyaknya siswa dengan pengetahuan tentang gizi dan keamanan jajanan yang rendah
harus menjadi perhatian pihak sekolah dan puskesmas serta dinas kesehatan untuk membuat
penyuluhan terkait gizi dan keamanan makanan jajanan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Proporsi terbesar umur sampel adalah 10tahun yaitu 24 siswa dengan persentase
38,1%. Proporsi dari 63 responden yang diteliti, persentase siswa berjenis kelamin
perempuan sebanyak 39 responden (61,9%). Proporsi terbanyak Kebiasaan jajan siswa dalam
kategori sering yaitu sebanyak 38 responden (60.3%), proporsi terbanyak Kebiasaan Sarapan
pagi siswa dalam kategori jarang yaitu sebanyak 38 responden (60.3%) dan proporsi
terbanyak sampel yang mempunyai pengetahuan rendah lebih banyak yaitu 35 responden (
55,6%).
Status gizi (IMT/U) responden dikategorikan menjadi 3 kelompok dan sebagian besar
responden 28 siswa (44,4%) mempunyai status gizi normal. Namun ketika dikategorikan
menjadi 2 yaitu normal dan tidak normal (gemuk dan kurus) maka status gizi tidak normal
menjadi lebih banyak yaitu 35 respoden (55,5%).
Dari hasil uji bivariate diperoleh tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
jajan .kebiasaan sarapan,dan pengetahuan dengan status gizi siswa dengan pValue secara
berturut-turut 0.862; 0,278 ; 0,954; 0,565 dan 0, 461
6.2. Saran
Dengan hasil peneltian ini dapat diketahui bahwa Status Gizi tidak normal (gemuk dan kurus)
memiliki proporsi lebih banyak sehingga harus menjadi perhatian semua pihak karena status gizi anak
sekolah mempeengaruhi prestasi belajarnya.kebiasaan jajan yang sering pada anak SD kadang
menggantikan makanan utamanya sehingga sangat dianjurkan pihak sekolah untuk memperhatikan
kantin dan jajanan yang tersedia di sekolah dan kebiasaan sarapan pagi yang jarang menyebabkan
anak sering jajan disekolah. Dan banyaknya siswa dengan pengetahuan tentang gizi dan keamanan
jajanan yang rendah harus menjadi perhatian pihak sekolah dan puskesmas serta dinas kesehatan
untuk membuat penyuluhan terkait gizi dan keamanan makanan jajanan. Dan memasukkan materi gizi
seimbang dan keamanan makanan jajanan kedalam materi pelajaran disekolah seperti pelajaran IPA,
olahraga dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin YN. 2014. Hubungan antara karakteristik keluarga dan konsumsi pangan dengan status gizi dan prestasi belajar anak sekolah dasar stunting dan normal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Deni & Dwiriani MC. 2009.Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik,Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya pada Murid Sekolah Dasar di Bogor yang berstatus Gizi Normal dan Gemuk. Jurnal gizi dan pangan, 4 (2), 92-97
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015 www.depkes.go.id [20 Desember 2012]
Dwi Nuraini . 2013 Pengetahuan Gizi Dan Keamanan Pangan Serta Kebiasaan Jajan Anak Di Sd Negeri Sukadamai 03 Bogor Dan Sd Negeri Situgede 04 Bogor (Skripsi) , Institut Pertanian Bogor
Fariza Yulia Kartika Sari, 2015 Keterkaitan Pengetahuan, Perilaku Hidup Bersih- Sehat, Status Gizi Dengan Status Kesehatan Anak Sekolah Dasar ( Skripsi), Institut PertanianBogor.
Gunawan E. 2012. Pengetahuan Gizi Ibu dan Kebiasaan Jajan Siswa serta Kaitannya dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri Cipicung 01 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Hardiansyah & Martianto D. 1989a.Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan.Bogor : Wirasari Jakarta.
& Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan KonsumsiPangan.GiziMasyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Hardinsyah, Lwin M, Dwiriani CM, Au C, Aries M, Setiawan B, Madanijah S, Dwiyanti F & Nababan S. 2013. Pendidikan Gizi dan Keamanan Pangan untuk Pengembangan Sekolah Dasar Bersih dan Sehat. Bogor: Pergizi Pangan Indonesia, PT Kraft Food Indonesia dan Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Khomsan A. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: PT. Gramedia Widiasaranan Indonesia. Moehji S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Papar Sinar. Pratiwi A. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terhadap Status Kesehatan Mahasiswa [Skripsi]. Bogor: Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut PertanianBogor.
Kurnia, Noviani, 2015. Hasil penelitian Kebiasaan jajan dan pola makan serta hubungannya dengan status gizi anak usia sekolah di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta, Jurnal gizi dan dietetic Indonesia, volume 4, nomor 2, Mei 2016
Maudi Trini Kusprasetia, 2016 Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Dengan Status Gizi Dan Prestasi Belajar Pada Anak Sekolah Dasar Di Kota Bogor Skripsi Ipb
Monalisa A. 2013. Hubungan antara konsumsi jajanan.higiene dan sanitasi dengan mordibitas dan status gizi anak di SD Negeri Serua 3 Tangerang Selatan dan Negeri Parakan 1 Tangerang Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Republik
Indonesia. Syaidatul, Lisma, 205) Hubungan Pengetahuan Gizi dan pola makan dengan Staus Gizi
Keluarga pada Anak Sekolah Dasar Sukasenang di Tasikmalaya, (Karyat tulis) , D III Gizi Tasikmalaya Kemenkes RI
Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian Rakyat. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya: untuk keluarga dan masyarakat.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Soleman A. 2013. Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Persepsi mengenai Keamanan Pangan Jajanan pada Guru SD di Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Solihin P. 2005.Ilmu Gizi pada Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Syafitri Y, Syarief H, Baliwati YF. 2009. Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar Negeri
Lawanggintung 01 Kota Bogor. Jurnal gizi dan pangan, 4 (3), 167-175 Syarifah NP. 2010. Kebiasaan Jajan serta Kontribusi Energi dan Zat Gizi Makanan
Jajanan terhadap Kecukupan Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri Pajeleran 01 Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Umardani MW. 2011. Kebiasaan jajan. aktivitas fisik. status gizi dan kesehatan serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Windyaningrum K. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Status Anemia Anak Usia Sekolah di SDN Palasari 02 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
[WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi.2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI.
Yasmin G & Madanijah Siti. 2010. Prilaku Penjaja Pangan Jajanan Anak Sekolah Terkait Gizi dan Keamanan Pangan di Jakarta dan Sukabumi. Jurnal Gizi dan Pangan, 5 (3),148-157
Yuni Yanti Mariza, 2012 Hubungan antara kebiasaan sarapan dan kebiasaan jajan dengan status gizi anak sd di kecamatan pedurungan kota semarang Skripsi Prodi Ilmu Gizi FK Universitas Diponegoro