Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

14
LAPORAN PENDAHULUAN SINDROM GAWAT NAFAS A. Definisi Respiratory Distress Syndrome atau RDS adalah suatu keadaan dimana bayi mengalami kegawatan pernafasan yang diakibatkan kurang atau tidak adanya surfaktan dalam paru-paru (Nelson, 2000) Bangunan paru janin dan produksi surfactan penting untuk fungsi respirasi normal. Bangunan paru dari produksi surfaktan bervariasi pada masing-masing bayi. Bayi prematur lahir sebelum produksi surfactan memadai. Surfactan, suatu senyawa lipoprotein yang mengisi alveoli, mencegah alveolar colaps dan menurunkan kerja respirasi dengan menurunkan tegangan permukaan. Pada defisiensi surfactan, tegangan permukaan meningkat, menyebabkan kolapsnya alveolar dan menurunnya komplians paru, yang mana akan mempengaruhi ventilasi alveolar sehingga terjadi hipoksemia dan hiperkapnia dengan acidosis respiratory. Reduksi pada ventilasi akan menyebabkan ventilasi dan perfusi sirkulasi paru menjadi buruk, menyebabkan keadaan hipoksemia. Hipoksia jaringan dan acidosis metabolik terjadi berhubungan dengan atelektasis dan kegagalan pernafasan yang progresif. RDS merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi prematur, biasanya setelah 3 – 5 hari. Prognosanya buruk jika support ventilasi lama diperlukan, kematian bisa terjadi setelah 3 hari penanganan.

description

Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

Transcript of Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

Page 1: Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

LAPORAN PENDAHULUAN SINDROM GAWAT NAFAS

A. Definisi

Respiratory Distress Syndrome atau RDS adalah suatu keadaan dimana bayi

mengalami kegawatan pernafasan yang diakibatkan kurang atau tidak adanya surfaktan dalam

paru-paru (Nelson, 2000)

Bangunan paru janin dan produksi surfactan penting untuk fungsi respirasi normal.

Bangunan paru dari produksi surfaktan bervariasi pada masing-masing bayi. Bayi prematur

lahir sebelum produksi surfactan memadai. Surfactan, suatu senyawa lipoprotein yang

mengisi alveoli, mencegah alveolar colaps dan menurunkan kerja respirasi dengan

menurunkan tegangan permukaan. Pada defisiensi surfactan, tegangan permukaan meningkat,

menyebabkan kolapsnya alveolar dan menurunnya komplians paru, yang mana akan

mempengaruhi ventilasi alveolar sehingga terjadi hipoksemia dan hiperkapnia dengan

acidosis respiratory. Reduksi pada ventilasi akan menyebabkan ventilasi dan perfusi sirkulasi

paru menjadi buruk, menyebabkan keadaan hipoksemia. Hipoksia jaringan dan acidosis

metabolik terjadi berhubungan dengan atelektasis dan kegagalan pernafasan yang progresif.

RDS merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan pada bayi prematur, biasanya

setelah 3 – 5 hari. Prognosanya buruk jika support ventilasi lama diperlukan, kematian bisa

terjadi setelah 3 hari penanganan.

B. Etiologi

Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32 minggu) dan tidak

adanya, gangguan atau defisiensi surfactan

Bayi prematur yang lahir dengan operasi caesar

Penurunan suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur atau

prematur.

Kurang/tidak adanya surfaktan dalam paru-paru

Page 2: Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

Unsur utama surfaktan adalah dipalmitilfosfatidilkolin (lesitin), fosfatidilgliserol,

apoprotein (protein surfaktan = ps A, B, C, D) dan kholesterol.

Faktor predisposisi :

1.      Bayi dari ibu diabetes

2.      Persalinan sebelum umur kehamilan 37 minggu

3.      Kehamilan multijanin

4.      Persalinan SC

5.      Persalinan cepat

6.      Asfiksia

7.      Stress dingin

8.      Riwayat bayi sebelumnya terkena RDS

C. Patofisiologi

Tidak adanya surfaktan berperan dalam kegagalan mengembangkan kapasitas residu

fungsional (Functional Residual Capasity) dan kecenderungan paru-paru terkena atelektasis

serta mempunyai korelasi dengan tegangan permukaan alveolar yang tinggi. Sintesis

surfaktan sebagian bergantung pada pH, suhu dan perfusi normal. Sintesis dapat ditekan juga

dalam keadaan asfiksia, hipoksemia, hipotensi maupun jejas akibat kadar oksigen yang turun

pada alveolar.

Definisi sintesis atau pelepasan surfaktan bersama dengan unit saluran pernafasana

dan dinding dada yang lemah, menghasilkan atelektasis, mengakibatkan adanya perfusi pada

alveolus tetapi tidak ada ventilasi dan menyebabjan hipoksia.

D. Manifestasi klinis

Menurut Martin, 1999 manifestasi klinis antara lain :

1.  Kesulitan dalam memulai respirasi normal

2.   Dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, diamati pada saat bayi tidak dalam keadaan

menangis (disebabkan oleh penutupan glotis) merupakan tanda/indikasi awal penyakit,

berkurangnya dengkingan mungkin merupakan tanda pertama perbaikan.

3.   Refraksi sternum dan interkosta

4.   Nafas cuping hidung

Page 3: Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

5.      Sianosis pada udara kamar

6.      Respiarasi cepat atau kadang lambat jika sakit parah

7.      Auskultasi; udara yang masuk berkurang

8.      Edema ekstremitas

9.      Pada foto rontgen ditemukan retikulogranular, gambaran bulat-bulat kecil dengan

corakan bronkogram udara.

Kelainan-kelainan fisiologis:

1.      Daya kembang paru-paru berkurang hingga mencapai seperlima sampai sepersepuluh nilai

normal.

2.      Daerah paru-paru yang tidak mengalami perfusi luas mencapai 50-60%

3.      Aliran darah kapiler pulmonal kurang

4.      Ventilasi alveolus berkurang dan usaha nafas meningkat

5.      Volume paru-paru berkurang

Perubahan-perubahan ini menyebabkan hipoksemia, seringkali hiperkarbia dan jika

mengalami hipoksemia berat menimbulakan asidosis.

E. Komplikasi

Menurut Nelson, 2000 komplikasi yang dapat terjadi adalah :

1.      Acidosis, baik respiratorik atau metabolik

2.      Displasia bronchopulmonal

3.      Apnoe

4.      Merupakan penyabab kematian utama BBL dengan angka 30 % dari semua kematian

neonatus oleh RDS atau komplikasinya.

 

F. Penatalaksanaan

Perawatan suportif awal bayi terutama penanganan hipoksia, hipotermia, sangat

mengurangi tingkat keparahan RDS :

1.      Bayi ditempatkan didalam inkubator dengan suhu didalamnya dipertahankan 35-36 C.

2.      Kalori dan cairan diberikan glukosa 10 % dengan kecepatan 65-75 ml/kg/24 jam

3.      Oksugen yang hangat dan dilembabkan dengan kadar yang cukup

Page 4: Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

4.      Bayi dengan RDS yang berat dan apnoe memerlukan bantuan ventilasi mekanis (pH arteri

<7,20; pCO2 60 mmHg atau lebih; pO2 darah arteri 50 mmHg atau kurang pada kadar O2

70-100 %)

5.      Pemasukan surfaktan eksogen kedalam endotrakea bayi dan ventilasi mekanis untuk

pengobatan (rescue terapi) dapat memperbaiki ketahanan hidup dan mengurangi incidens

kebocoran udara paru (Survanta adalah surfaktan eksogen yang dpersiapkan dari paru sapi

yang dicincang halus dengan ekstra lipid ditambahkan fosfatidilkolin, asam palmitat dan

trigliserida; sedangkan eksosurf adalah surfaktan sintesis yang mengandung

dipalmitiodilfosfatidilkolin, heksadekanol dan tiloksapol)

Tindakan –tindakan pencegaha umum

Usaha pokok penanganan penyakit ini harus selalu dipusatkan pada usaha

pencegahan. Sejumlah besar penelitian menunjukkan tingginya insiden kelainan tanpa alasan

setelah persalinan sesar yang tidak disertai dokumentasi memadai maturitas pulmonal

berdasarkan tes cairan amnion. Memperpanjang umur kehamilan dengan tirah baring dan atau

obat-obat yang menghambat persalinan prematur (misal agen tokolitik) dan induksi surfaktan

pulmonal dengan cara pemberian steroid melalui ibu, memainkan peran penting untuk

mengurangi insiden penyakit ini.

Sedangkan menurut Martin, 1999 perawatan pendukung bayi dengan RDS adalah :

1.      Tenaga

Ø  Perawat terlatih (rasio 1:1 atau 1:2) dan alat pemantau

Ø  Dokter terlatih tersedia

2.      Pengawasan suhu dengan teliti untuk mempertahankan bayi pada suhu netral

3.      Monitoring tanda vital :

Ø  Pengukuran pH, Pa CO 2, Pa O 2 dan HCO 3 tiap 4 jam

Ø  Pertahnkan Pa O2 sebesar 50-80 mmHg, kontinu optimal

Ø  Pantau tekanan darah

Ø  Usahakan memeprrtahankan pH

Ø  Batasi pemberian Na HCO3 sebesar 8 meq/kg/hari

4.      Terapi surfaktan (membutuhkan pipa endotrakeal)

5.      Glukosa IV sebesar 60 ml/kg pada hari pertama, 80-100 ml/kg pada hari kedua dengan

penentuan berat badan bagi bayi-bayi kecil untuk menghitung jika H2O dibutuhkan lebih

banyak.

Page 5: Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

6.      Pemberian O2 diawasi, dihangatkan dan dilembabkan mengguanakan kap (hood)

7.      Terus menerus memantau pernafasan, frekuensi denyut jantung dan suhu

8.      Pengukuran kadar gula darah dan hematokrit sering dilakukan (Na, K, Cl tiap 12-24

jam)

9.      Lakukan tranfusi jika hematokrit sentral awal < 40 atau jika hematokrit < 40 selama

fase akut penyakit.

10.  Catat semua hasil pengamatan dalam satu formulir

11.  Lakukan kultur darah dan mengurangi prosedur rutin sepereti pengisapan, pemegangan

dan auskultasi.

G. Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian :

1)      Identitas : lengkap, termasuk orang tua bayi

2)      Riwayat kesehatan :

a.       Keluahan utama, terutama sistem pernafasan : cyanosis, grunting , RR, cuping hidung

b.      Riwayat kesehatan : terutama umur kehamilan dan proses persalinan

3)      Pemeriksaan Fisik :

a.       Keadaan umum : kesadaran, vital sign

b.      Pemeriksaan persistem : terutama pada sistem yang terlibat langsung

Ø  Sistem pernafasan : kesulitan dalam respirasi normal. Refraksi strenum dan interkosta,

nafas cuping hidung, cyanosis pada udara kamar, grunting, respirasi cepat atau lambat

Ø  Sistem kardiovaskulaer : takikardia, nadi lemah/cepat, akral dingin/hangat, cyanosis

perifer

Ø  Sistem gastrointestinal : muntah, kembung, peristaltik menurun/meningkat

Ø  Sistem perkemihan : keluaran urine, warna

Riwayat maternal

- Menderita penyakit seperti diabetes mellitus

- Kondisi seperti perdarahan placenta

- Tipe dan lamanya persalinan

- Stress fetal atau intrapartus

Status infant saat lahir

Page 6: Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

- Prematur, umur kehamilan

- Apgar score, apakah terjadi aspiksia

- Bayi prematur yang lahir melalui operasi caesar

Cardiovaskular

- Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat

- Murmur sistolik

- Denyut jantung dalam batas normal

Integumen

- Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi periferal

- Pitting edema pada tangan dan kaki

- Mottling

Neurologis

- Immobilitas, kelemahan, flaciditas

- Penurunan suhu tubuh

Pulmonary

- Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x )

- Nafas grunting

- Nasal flaring

- Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal

- Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan persentase

desaturasi hemoglobin

- Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea

I. STATUS BEHAVIORAL

- Lethargy

II. STUDY DIAGNOSTIK

Page 7: Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

- Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi diaphragma dengan

overdistensi duktus alveolar

- Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.

Data laboratorium

- Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk janin

yang mempunyai predisposisi RDS)

Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio

2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru

Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu

Tingkat phosphatydylinositol

- Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi

oksigen 92% - 94%, pH 7,31 – 7,45

- Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel alveolar yang

rusak

2.      Diagnosa keperawatan

1)      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (defisiensi

surfaktan dan ketidakstabilan alveolar)

2)      Hipotermia berhubungan dengan berada di lingkungan yang dingin

3)      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar

4)      Resiko infeksi

Page 8: Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

Rencana Keperawatan

No Diagnose

Keperawatan

Tujuan Intervensi

1 Kerusakan

pertukaran gas b.d

perubahan mem-

bran kapiler-alveoli

Batasan

karakteristik :

-      Takikardia

      Hiperkapnea

      Iritabilitas

      Dispnea

      Sianosis

      Hipoksemia

      Hiperkarbia

-      Abnormal frek,

irama, kedalaman

nafas

      Nafas cuping

hidung

Status Respirasi :

Ventilasi (0403) :

          Pasien menunjukkan

peningkatan ventilasai dan

oksigenasi adequat

berdasarkan nilai AGD

sesuai parameter normel

pasien

          Menunjukkan fungsi

paru yang normal dan bebas

dari tanda-tanda distres

pernafasan

Monitor Respirasi (3350) :

1.       Monitor rata-rata irama, kedalaman dan

usaha untuk bernafas.

2.       Catat gerakan dada, lihat kesimetrisan,

penggunaan otot bantu dan retraksi dinding

dada.

3.       Monitor suara nafas, saturasi oksigen,

sianosis

4.       Monitor kelemahan otot diafragma

5.       Catat onset, karakteristik dan durasi

batuk

6.       Catat hasil foto rontgen

Terapi Oksigen (3320) :

1.       Kelola humidifikasi oksigen sesuai

peralatan

2.       Siapkan peralatan oksigenasi

3.       Kelola O2 sesuai indikasi

4.       Monitor terapi O2 dan observasi tanda

keracunan O2

Manajemen Jalan Nafas (3140) :

1.       Bersihkan saluran nafas dan pastikan

airway paten

2.       Monitor perilaku dan status mental

pasien, kelemahan , agitasi dan konfusi

3.       Posisikan klien dgn elevasi tempat tidur

4.       Bila klien mengalami unilateral penyakit

paru, berikan posisi semi fowlers dengan

posisi lateral 10-15 derajat / sesuai tole-

Page 9: Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

ransi

5.       Monitor efek sedasi dan analgetik pada

pola nafas klien

Manajemen Asam Basa (1910) :

1.       Kelola pemeriksaan laboratorium

2.       Monitor nilai AGD dan saturasi oksigen

dalam batas normal

2 Pola nafas tidak

efektif b.d imaturitas

(defisiensi surfaktan

dan ketidak-stabilan

alveolar).

Batasan

karakteristik :

          Bernafas

mengguna-kan otot

pernafasan tambahan

          Dispnea

          Nafas pendek

          Pernafasan rata-

rata < 25 atau > 60

kali permenit

Status Respirasi :

Ventilasi (0403) :

          Pernapasan pasien 30-

60X/menit.

          Pengembangan dada

simetris.

          Irama pernapasan teratur

          Tidak ada retraksi dada

saat bernapas

          Inspirasi dalam tidak

ditemukan

          Saat bernapas tidak

memakai otot napas

tambahan

          Bernapas mudah

          Tidak ada suara napas

tambahan

Manajemen Jalan Nafas (3140) :

1.       Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher

ektensi jika memungkinkan.

2.       Posisikan klien untuk memaksimalkan

ventilasi dan mengurangi dispnea

3.       Auskultasi suara nafas

4.       Monitor respirasi dan status oksigen

Monitor Respirasi (3350) :

1.       Monitoring kecepatan, irama, kedalaman

dan upaya nafas.

2.       Monitor pergerakan, kesimetrisan dada,

retraksi dada dan alat bantu pernafasan

3.       Monitor adanya cuping hidung

4.       Monitor pola nafas : bradipnea,

takipnea, hiperventilasi, respirasi kusmaul,

apnea

5.       Monitor adanya lelemahan otot

diafragma

6.       Auskultasi suara nafas, catat area

penurunan dan ketidak adanya ventilasi

dan bunyi nafas

3 Hipotermia b.d

berada di lingkungan

Termoregulasi Neonatus

(0801) :

Pengobatan Hipotermi (3800) :

1.       Pindahkan bayi dari lingkungan yang

Page 10: Laporan Pendahuluan Sindrom Gawat Nafas

yang dingin

Batasan

karakteristik :

          Penurunan suhu

tu-buh di bawah ren-

tang normal

          Pucat

          Menggigil

          Kulit dingin

          Dasar kuku

sianosis

          Ppengisian

kapiler lambat

          Suhu axila 36-37˚ C

          RR : 30-60 X/menit

          Warna kulit merah muda

          Tidak ada distress

respirasi

          Tidak menggigil

          Bayi tidak gelisah

          Bayi tidak letargi

dingin ke dalam lingkungan / tempat yang

hangat (didalam inkubator atau lampu

sorot)

2.       Segera ganti pakaian bayi yang dingin

dan basah dengan pakaian yang hangat dan

kering, berikan selimut.

3.       Monitor gejala dari hopotermia : fatigue,

lemah, apatis, perubahan warna kulit

4.       Monitor status pernafasan

5.       Monitor intake dan output