Laporan Pendahuluan Penyakit Abses

9
Laporan pendahuluan penyakit Abses LAPORAN PENDAHULUAN (LP) 1.DEFINISI Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004). Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison, 2003) 2.ETIOLOGI Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara: 1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril 2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain

Transcript of Laporan Pendahuluan Penyakit Abses

Page 1: Laporan Pendahuluan Penyakit Abses

Laporan pendahuluan penyakit Abses

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

1.DEFINISI

Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang

terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri

atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum

suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah

penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan

subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004).

Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang

melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekrotik,

bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison,

2003)

2.ETIOLOGI

                  Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui

beberapa cara:

1.      Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril

2.      Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain

3.      Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan

gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika  :

1.      Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

2.      Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang

3.       Terdapat gangguan sistem kekebalan

Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

3.KLASIFIKASI

1.      Abses Ginjal

Abses ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan pembentukan sejumlah

bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang disebabkan oleh infeksi yang

menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah.

2.      Abses Perimandibular

Page 2: Laporan Pendahuluan Penyakit Abses

Bila abses menyebar sampai di bawah otot-otot pengunyahan, maka akan timbul bengkak-

bengkak yang keras, di mana nanah akan sukar menembus otot untuk keluar, sehingga untuk

mengeluarkan nanah tersebut harus dibantu dengan operasi pembukaan abses.

3.      Abses Rahang gigi

Radang kronis, yang terbungkus dengan terbentuknya nanah pada ujung akar gigi atau

geraham. Menyebar ke bawah selaput tulang (sub-periostal) atau di bawah selaput lendir

mulut (submucosal) atau ke bawah kulit (sub-cutaneus). Nanah bisa keluar dari saluran pada

permukaan gusi atau kulit mulut (fistel). Perawatannya bisa dilakukan dengan mencabut gigi

yang menjadi sumber penyakitnya atau perawatan akar dari gigi tersebut.

4.     Abses Sumsum Rahang

Bila nanah menyebar ke rongga-rongga tulang, maka sumsum tulang akan terkena radang

(osteomyelitis). Bagian-bagian dari tulang tersebut dapat mati dan kontradiksi dengan tubuh.

Dalam hal ini nanah akan keluar dari beberapa tempat (multiple fitsel).

5.            Abses dingin (cold abcess)

Pada abses ini, karena sedikitnya radang, maka abses ini merupakan abses menahun yang

terbentuk secara perlahan-lahan. Biasanya terjadi pada penderita tuberkulosis tulang,

persendian atau kelenjar limfa akibat  perkijuan yang luas.

6.               Abses hati

Abses ini akibat komplikasi disentri amuba (Latin: Entamoeba histolytica), yang

sesungguhnya bukan abses, karena rongga ini tidak berisi nanah, melainkan jaringan nekrotik

yang disebabkan oleh amuba. Jenis abses ini dapat dikenali dengan ditemukannya amuba

pada dinding abses dengan pemeriksaan histopatologis dari jaringan.

7.             Abses (Lat. abscessus)

Rongga abnormal yang berada di bagian tubuh, ketidaknormalan di bagian tubuh, disebabkan

karena pengumpulan nanah di tempat rongga itu akibat proses radang yang kemudian

membentuk nanah. Dinding rongga abses biasanya terdiri atas sel yang telah cedera, tetapi

masih hidup. Isi abses yang berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan jaringan

yang nekrotik dan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman patogen misalnya: bisul.

                                       

4.PATOFISIOLOGI

Page 3: Laporan Pendahuluan Penyakit Abses

Jika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi suatu infeksi.

Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang

terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,

bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati, sel

darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada

akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas. Abses dalam hal ini

merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses

pecah di dalam tubuh, maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah

permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses. (Utama, 2001)

5.MANIFESTASI KLINIS

Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum, dan

otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul

diwajah.

Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan

pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:

a.       Nyeri

b.      Nyeri tekan

c.       Teraba hangat

d.      Pembengakakan

e.       Kemerahan

f.       Demam

Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan.

Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah,

maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di

dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Abses

dalam mungkin lebih menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.

6.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Temuan yang umum peradangan-panas, kemerahan, bengkak, dan nyeri-mudah

mengidentifikasi abses dangkal. Abses di tempat lain mungkin hanya memproduksi gejala

umum seperti demam dan ketidaknyamanan. Jika seseorang gejala dan hasil pemeriksaan

fisik tidak membantu, dokter mungkin harus resor untuk baterai tes untuk menemukan lokasi

Page 4: Laporan Pendahuluan Penyakit Abses

abses. Biasanya sesuatu dalam mengarahkan evaluasi awal pencarian. Baru atau penyakit

kronis di organ mungkin menunjukkan lokasi abses. Disfungsi organ atau sistem, misalnya

kejang atau berubah fungsi usus, dapat memberikan petunjuk. Rasa sakit dan nyeri pada

pemeriksaan fisik adalah temuan umum. Kadang-kadang abses yang mendalam akan makan

saluran kecil (sinus) ke permukaan dan mulai bocor nanah. Sebuah abses steril hanya dapat

menyebabkan benjolan yang menyakitkan jauh di pantat di mana tembakan itu diberikan.

7.KOMPLIKASI

Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan yang

jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Pada sebagian besar bagian

tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis secepatnya

diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan

konsekuensi yang fatal. Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur yang

vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004)

8.PENATALAKSANAAN MEDIS

Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan

menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan

intervensi bedah dan debridement.

Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya, terutama

apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila

tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya,

bersamaan dengan pemberian obat analgetik dan antibiotik.

Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah

berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak. Drain

dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa diproduksi bakteri.

Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan

pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan.

Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan untuk

membantu penanganan abses kulit.

Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik

antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan adanya

kemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang didapat melalui

komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang

didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-

sulfamethoxazole, dan doxycycline.

Page 5: Laporan Pendahuluan Penyakit Abses

Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan

antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang efektif. Hal tersebut

terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke dalam abses, selain itu antibiotik

tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam pH yang rendah

KONSEP ASKEP

1.DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

Menurut Herdman (2007), diagnosa keperawatan untuk abses adalah :

a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi

b. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

c. Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan.

2.INTERVENSI (RENCANA TINDAKAN)

Perencanaan keperawatan dibuat bedasarkan diagnosa keperawatan dengan menetapkan

tujuan, kriteria hasil, dan menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan :

1)      Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen injury biologik.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan rasa nyaman

nyeri teratasi.

Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri berkurang, klien dapat

rileks, klien mapu    mendemonstrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas sesuai dengan

kemampuannya, TTV dalam batas normal; TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x / menit,

pernapasan : 20 x / menit.

Intervensi :

a)      Observasi TTV

b)      Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi nyeri.

c)       Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

d)      Dorong menggunakan teknik manajemen relaksasi.

e)      Berikan obat analgetik sesuai indikasi.

2)         Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkanHipertermi dapat

teratasi.

Kriteria hasil   : Suhu tubuh dalam batas normal (36 0 C – 37 0C).

Page 6: Laporan Pendahuluan Penyakit Abses

 Intervensi :

a)      Observasi TTV, terutama suhu tubuh klien

b)      Anjurkan klien untuk banyak minum, minimal 8 gelas / hari

c)      Lakukan kompres hangat

d)     Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.

3)       Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan

trauma jaringan.

Tujuan  : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan integritas

kulit teratasi.

                                    Kriteria hasil  : Klien memeperlihatkan integritas kulit tetap baik  tidak ada tanda –

tanda infeksi, kulit elastis.

Intervensi :

a)      Observasi keadaan luka ( diameter luka, adanya pus dan darah )

b)      Lakukan perawatan luka, ganti perban luka klien

c)      Pertahankan linen tetap bersih dan tidak mengkerut

d)      Anjurkan klien untuk mengganti bajunya minimal 1 x sehari

e)       Kolaborasi dalam penggunaan obat topikal sesuai indikasi