Laporan Pendahuluan Hemoroid 1
-
Upload
muhammad-sulbi -
Category
Documents
-
view
48 -
download
2
description
Transcript of Laporan Pendahuluan Hemoroid 1
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMOROID
A. DEFENISI HEMOROID
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti
kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja
mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah,
walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan
varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki,
sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di
daerah anorektal.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Kolon merupakan sambungan dari usus halus, dengan panjang kira – kira satu setengah
meter. Dimulai pada katup ileosekal. Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel
pada otot iliopsoas, kemudian kolon naik sebelah kanan lumbal yang disebut ; kolon asendens,
lalu dibawah hati berbeluk pada tempat yang disebut fleksura hepatika.
Selanjutnya kolon berjalan melalui tepi daerah epigastrium dan umbilikal sebagai kolon
transversal kemudian membelok sebagai fleksura lienalis dan berjalan melalui daerah kiri
lumbal sebagai kolon desendens. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut fleksura
sigmoid dan dibentuk kolon sigmoideus dan kemudian masuk ke dalam pervis besar dan
menjadi rektum.
Rektum kira – kira sepuluh sentimeter terbawah dari usus besar. Dimulai dari kolon sigmoid
dan berakhir pada saluran anal yang kira – kira 3 cm panjangnya. Saluran ini berakhir pada
anus yang diapit oleh otot internus dan otot eksternus.
Usus besar menunjukkan empat morfologi lapisan seperti apa yang ditemukan juga pada usus
halus yaitu :
1. Lapisan serosa.
Merupakan lapisan paling luar, dibentuk oleh peritoneum. Mesenterium merupakan
lipatan peritoneum yang lebar, sehingga memungkinkan usus bergerak lebih leluasa.
Mesenterium menyokong pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf mensuplai usus.
Fungsi dari peritoneum adalah mencegah pergesekan antara organ – organ yang berdekatan,
dengan mengekskresikan cairan serosa, yang berfungsi sebagai pelumas.
2. Lapisan otot longitudinal
Meliputi usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita, yang disebut
taenia koli, taenia bersatu pada sigmoid distal sehingga rektum mempunyai selubung otot
yang lengkap.
3. Lapisan otot sirkuler
Diantara kedua lapisan otot tersebut, terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe, yang
mensuplai usus.
4. Lapisan mukosa
Lapisan paling dalam tidak mempunyai vili atau rugae dan merupakan salah satu
perbedaan dengan usus halus.Usus besar secara klinis, dibagi dalam separuh bagian kanan
dan kiri, menurut suplai darahnya. Arteri mesenterika superior memperdarahi separuh bagian
kanan, yaitu sekum, kolon asendens dan dua pertiga proksimal kolon transversal. Arteri
mesenterika inferior mensuplai separuh bagian kiri yaitu sepertiga distal kolon mendatar
(transversum).
Suplai darah lain pada rektum diselenggarakan oleh arterial haemoroidalis yang berasal dari
aorta abdominalis dan arteri iliaka interna.
Venous rektum dari kolon dan rektum superior melalui vena mesenterika superior dan
inferior, dan vena haemorhoidalis superior yang menjadi bagian dari sistem porta yang
mengalirkan darah ke hati. Vena haemorhoidalis medial dan inferior mengalirkan darah ke
vena iliaka dan merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Suplai saraf usus besar, dilakukan
oleh sistem saraf dengan mengecualikan sfingter eksterna yang diatur oleh sistem volunter.
Serabut parasimpatis berjalan melalui nervus vagus, kebagian tengah kolon transversum dan
nervus pervikus, yang berasal dari daerah sakral mensuplai bagian distal. Perangsangan
simpatis menyebabkan penghambatan sekresi, kontraksi dan perangsangan sfingter rektum
sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek – efek berlawanan.
C. KLASIFIKASI
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.
2. Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
a. Hemoroid Interna
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak
adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus
dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat
depikasi, tapi setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan
sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya
tetapi harus di dorong.
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat
defekasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus
yang di ikuti infeksi dan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di
sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada yang menyempit
hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah karena muskulus spingter
ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka
dan menutup. Tapi bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat
akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut
dengan perolaps hemoroid.
b. Hemoroid Eksterna.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.
Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit.
Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari
kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
D. ETIOLOGI
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelainan organik yang menyebabkan
gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga
terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan
pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga
aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal
dan lain lain.
2. Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab
timbulnya hemoroid Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan
hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah
kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
- Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid.
- Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
- Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3. Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,
konstipasi dan kehamilan.
4. Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan
tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.
E. PATOFISOLOGIS
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul
bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan
rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi
akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun
berasal dari vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema
yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid.
Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama berupa :
1. Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
2. Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain yang mengikuti :
1. Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
2. Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
3. Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan colok dubur
Dibutuhkan buat menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada hemoroid
interna tak bisa diraba sebab tekanan vena di dalamnya tak cukup cukup tinggi &
biasanya tak nyeri.
2. Anoskop
Dibutuhkan buat melihat hemoroid interna yg tak menonjol keluar.
3. Proktosikmoidoskopi
Buat memastikan bahwa keluhan bukan dikarenakan karena proses
pembengkakan/radang / proses keganasan di tataran yg lebih cukup tinggi.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Operasi Herniadectomy
2. Non operatif
Untuk derajat I dan II
- Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.
- Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan feces.
- Anti biotik bila terjadi infeksi.
- Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan timbul fibrosis
dan hemoroid lalu mengecil ).
- “ Rubber Band Ligation “ yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastic kira – kira I
minggu, diharapkan terjadi nekrosis.
Untuk derajat III dan IV Dapat dilakuakan
- Pembedahan
- Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.
- Dapat dilakukan rendam duduk.
- Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk mengontrol pendarahan dan kolaps (keluar)
hemoroid interna yang kecil sampai sedang.
Bila seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di lakukan oprasi, harus di
usahakan menjadi derajat III dulu. Dengan cara duduk berendam dengan cairan PK
1/10.000 selama 15 menit, kemudian di kompres dengan larutan garam hipertonik sehingga
edema keluar dan kotoran keluar. Biasanya setelah dua minggu akan menjadi derajat III.
Pada wanita hamil, karena akan sembuh setelah kehamilan berakhir, maka tidak perlu di
adakan oprasi karena akan membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan hilang. Bila
ada perdarahan lakukan pengikatan sementara, setelah partus baru di adakan tindakan
defenitif.
3. Terapi Bedah
- Bedah Konvensional
Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu:
Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari
rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus
hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter
internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips
dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis
internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya.
Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat
gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan
hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan
jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.
Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum
yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada
mengambil terlalu banyak jaringan.
Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.
Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan
jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi
jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem
diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan
stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter
ini harus benar-benar lumpuh.
4. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri
sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang
minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri.
Di anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa
nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut
saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser,
serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut
syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt.
Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu
4 – 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat
jalan.
5. Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter,
terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.Pada dasarnya hemoroid
merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai
bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini untuk
melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur.
Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas
garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya
semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB,
sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat
stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari
titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang
berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung
alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti
sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu
fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar
bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih
cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian post operasi tersusun atas observasi dari pembalut mau adanya perdarahan
yg berlebihan, menentukan adekuat BAB, pengkajian nyeri & gejala infeksi & pengawasan
pengeluaran tinja. Menentukan perasaan pasien & kaitannya dgn kasus & perawat & jg
tataran pengetahuan dasar dari klien.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien yg menerima perawatan pada gangguan daerah rectal
meliputi :
a. Konstipasi berhubungan dgn penahan dari keinginan buat BAB buat menghindari nyeri
karena hemoroid / sesudah pembedahan hemoroid.
b. Nyeri berhubungan dgn hemoroid / sesudah penanganan bedah & perlukaan jaringan.
c. Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dgn iritasi karena
defekasi (internal).
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Konstipasi berhubungan dgn penahanan dari keinginan buat BAB buat
menghindari nyeri karena hemoroid / sesudah pembedahan hemoroid.
Tujuan :
Eliminasi BAB pasien normal dgn nyeri normal minimal.
Intervensi & rasional
1. Berikan obat nyeri secara teratur sesudah pembedahan 24-48 jam.
Rasional :
Pengontrolan nyeri mau membantu mengurangi resiko konstipasi yg munkin
dampak pasien menahan keinginan buat BAB karena nyeri rektal.
2. Anjurkan duduk rendam sekali / dua kali sehari.
Rasional :
Hal ini menghilangkan rasa tak nyaman & menunjang penyembuhan dgn
menaikkan sirkulasi ke daerah perianal & mempertahankan hygiene yg baik.
3. Berikan cincin busa / donat pada pasien buat duduk.
Berikan Pelunak tinja selama beberapa hari, jika tak berhasil selanjutkan
berikan minyak enema. Anjurkan pasien buat menaikkan inteke cairan (6
gelas air perhari).
Rasional :
Mencegah pengerasan tinja mau menaikkan rasa tak nyaman dgn BAB.
b. Nyeri berhubungan dgn hemoroid / sesudah penanganan bedah & perlukaan
jaringan.
Tujuan :
Pasien mau mengalami rasa tak menyenangkan yg minimal intervensi & rasional :
1). Berikan obat nyeri secara teratur sesudah pembedahan 24-48 jam. Jika pasien
rawat jalan, ajarkan pasien memanfaatkan obat nyeri secara teratur sesuai
kebutuhan.
Rasional :
Hal ini mengurangi stimulasi nyeri.
2). Ajarkan pasien buat menghindari peregangan pada saat BAB
Rasional :
Hal ini mencegah penekanan pada daerah perineal / jaringan rectal yg luka.
Penekanan mau menyebabkan nyeri & mungkin memperlambat penyembuhan.
3). Ajarkan pasien memanfaatkan salep , suposotoria, / wujud lain.
Rasional :
Membantu menyusutkan / menganastesi membran mukosa yg membengkak.
4). Ajarkan pasien mengenai prognosis :
a. Penyembuhan yg sempurna mungkin memakan waktu
beberapa minggu.
b. Nyeri mau hilang sesudah waktunya.
Rasional :
Pengetahuan tentang hasil yg diharapkan mau mengurangi ketakutan &
memberikan referensi bagi kemajuan terhadap penyembuhan yg sempurna.
c. Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dgn iritasi karena
defekasi (internal) / ruptur hemoroid (eksternal).
Tujuan :
Pasien tak mengalami perdarahan lewat rectal
Intervensi & rasional :
Ajarkan pasien dlm program BAB
1. Ajarkan pasien buat menaikkan diet intake cairan (1-2 quarts) & serat
(buah-buahan & sayur).
2. Ajarkan pasien memanfaatkan pelunak tinja sesuai kebutuhan.
3. Ajarkan pasien menghindari peregangan.
4. Ajarkan pasien buat menghindari mengangkat.
Rasional :
Tinja yg keras / peregangan pada saat BAB mau mengiritasi hemoroid &
mukosa rectum & mungkin membuat dampak perdarahan.
Ajarkan pasien buat mengobservasi perdarahan rectal
Rasional :
Perdarahan pelan, tak ditangani mungkin mau menyebabkan anemia,
khususnya pada pasien yg tua.
Anjurkan pasien buat melakukan pemeriksaan rektal secara teratur.
Rasional :
Hemoroid internal, tak bergejala mungkin muncul / muncul kembali.
Observasi pembalut seringkali sesudah pembedahan (setiap 24 jam).
Informasikan pasien tentang periode berbahaya 5 hari sesudah pembedahan,
ketika jaringan mengelupas.
Rasional :
Ini memungkinkan seseorang bisa mendeteksi perdarahan dgn cepat, jika
terjadi. Penanganan dini perdarahan mencegah kehilangan darah yg lebih
berlimpah.