Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

20
LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF) I. PENGERTIAN Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk aides aegypti dan aides albopictus. (Soegijanto, 2006) Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, nyeri pada penggerakan bola mata, trombositopenia ringan dan bintik-bintik merah, pendarahan spontan (petekie). (Hendrawanto, 2004). II.PATOFISIOLOGI Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, klien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan

description

Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

Transcript of Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

Page 1: Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

I. PENGERTIAN

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk aides aegypti

dan aides albopictus. (Soegijanto, 2006)

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat

pada anak remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam,

nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, nyeri pada

penggerakan bola mata, trombositopenia ringan dan bintik-bintik merah,

pendarahan spontan (petekie). (Hendrawanto, 2004).

II. PATOFISIOLOGI

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, klien akan mengalami

keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri

otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan

kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti

pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF

disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan

membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler

karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi

system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini

berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,

hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan

ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum,

pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat

kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan,

asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah

perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan

Page 2: Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses

imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran

darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati

yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi.

Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada KLIEN dengan

perdarahan hebat.

III. PATOFISIOLOGI NURSING PATHWAY

Virus dengue

Proliferasi dan transformasi limfosit imun dalam tubuh

Replikasi virus dalam limfosit

Aktifasi sistem komplemen

fungsi agregasi trombosit pelepasan anafilaktoxin histamin

menurun serotonin

megakariosit meningkat permeabilitas kapiler meningkat

umur trombosit menurun ekstravasasicairan intravaskuler

ke ektravaskuler

trombositopeni

volume plasma menurun

hipotensi,hemokonsentrasi,hipo

proteinemia,efusi dan renjatan

anoksia jaringan ,asidosis metb

resiko syok hipovolemi

pedarahan Defisit Cairan tubuh

Hipertermi

Page 3: Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

IV. KLASIFIKASI DHF

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4

golongan, yaitu :

a. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7

hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan

seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

c. Derajat III

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan

cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah

menurun, (120/80 120/100 120/110 90/70 80/70 80/0 0/0 )

d. Derajat IV

Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 140x/mnt)

anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

V. TANDA DAN GEJALA

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya,

tanda dangejala lain adalah :

a. Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.

b. Asites

c. Cairan dalam rongga pleura ( kanan )

d. Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

VI. PEMERIKSAAN DAN DIGNOSIS

a. Trombositopeni ( 100.000/mm3)

b. Hb dan PCV meningkat ( 20% )

c. Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )

d. Isolasi virus

e. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder

f. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau

Page 4: Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis,

FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

VII.PENATALAKSANAAN

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :

a. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan

kurang ) atau kejang-kejang.

b. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet

positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV

meningkat.

c. Panas disertai perdarahan

d. Panas disertai renjatan.

Belum atau tanpa renjatan:

1. Grade I dan II :

a. Oral ad libitum atau

b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk

anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak

dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air

buah atau susu secukupnya.

Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan

minum sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.

Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah

cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan

penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai

berikut :

1) 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

2) 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg

3) 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

4) 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

5) Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain,

antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan

hebat.

Dengan Renjatan ;

Page 5: Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

1. Grade III

a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80

mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan

akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam.

Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah

cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu

24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa

waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi

renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm

diperhitungkan sebagai berikut :

1) 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg.

2) 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.

3) 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.

4) 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1

jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi

cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh

plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya )

sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30

mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum

membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama

24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu

setelah dapat mengatasi renjatan.

c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10

mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur

kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka

penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma

ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam.

Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24

jam.

Page 6: Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identitas

DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan

kematian anak, remaja dan dewasa

b. Keluhan Utama

Klien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan

nafsu makan menurun.

c. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal

seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan

nafsu makan menurun.

d. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

e. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat

menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa

ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

f. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti

kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti

airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

g. Riwayat Tumbuh Kembang

h. Pengkajian Per Sistem

1) Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal,

epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada

auskultasi terdengar ronchi, krakles.

2) Sistem Persyarafan

Pada grade III klien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran

serta pada grade IV dapat trjadi DSS

Page 7: Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

3) Sistem Cardiovaskuler

Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet

positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan

sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut,

hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan

tekanan darah tak dapat diukur.

4) Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada

epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen

teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat

menelan, dapat hematemesis, melena.

5) Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan

mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.

6) Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I

terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade

III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

b. Defisit cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan

intravaskuler ke ekstravaskuler.

c. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang

berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

d. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak

adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

e. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-

fakto pembekuan darah (trombositopeni).

f. Kecemasan berhubungan dengan kondisi Klien yang memburuk

dan perdarahan.

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Page 8: Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana tindakan Rasional

1 2 3 4

1. Hipertermi

berhubungan dengan

proses infeksi virus

dengue.

Suhu tubuh anak normal.

Kriteria hasil :

1. Suhu tubuh antara

36,5oC – 37,5oC

2. Nyeri otot hilang

1. Beri komres air kran.

2. Berikan / anjurkan klien untuk banyak

minum 1500-2000 cc/hari (sesuai

toleransi).

3. Anjurkan klien untuk menggunakan

pakaian yang tipis dan mudah menyerap

keringat.

4. Observasi intake dan output, tanda vital

(suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam

sekali atau lebih sering.

5. Kolaborasi : pemberian cairan intravena

dan pemberian obat sesuai program.

1. Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas

secara konduksi.

2. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang

akibat evaporasi.

3. Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang

tipis mudah menyerap keringat dan tidak

merangsang peningkatan suhu tubuh.

4. Mendeteksi dini kekurangan cairan serta

mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit

dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan

untuk mengetahui keadaan umum klien.

5. Pemberian cairan sangat penting bagi klien

dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat

khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh klien.

Page 9: Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

2. Defisit volume cairan

berhubungan dengan

pindahnya cairan

intravaskuler ke

ekstravaskuler.

Anak tidak mengalami defisit

volume cairan.

Kriteria Hasil:

1. Input dan output

seimbang

2. Vital sign dalam batas

normal

3. Tidak ada tanda

presyok

4. Akral hangat

5. Capilarry refill < 3

detik

1. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering.

2. Observasi capillary Refill.

3. Observasi intake dan output. Catat warna

urine/ konsentrasi, BJ.

4. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari

(sesuai toleransi).

5. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena.

1. Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi

cairan intravaskuler.

2. Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.

3. Penurunan haluaran urine pekat dengan

peningkatan BJ diduga dehidrasi.

4. Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh

peroral.

5. Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh,

untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

3. Resiko Syok

hypovolemik

berhubungan dengan

perdarahan yang

berlebihan, pindahnya

cairan intravaskuler ke

ekstravaskuler.

Tidak terjadi syok

hipovolemik pada anak.

Kriteria Hasil:

Tanda vital dalam batas

normal.

1. Monitor keadaan umum klien.

2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau

lebih.

3. Jelaskan pada klien dan keluarga tanda

perdarahan, dan segera laporkan jika

terjadi perdarahan.

4. Kolaborasi : Pemberian cairan

1. Untuk memonitor kondisi klien selama

perawatan terutama saat terdi perdarahan.

Perawat segera mengetahui tanda-tanda

presyok/ syok.

2. Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign

untuk memastikan tidak terjadi presyok/ syok.

3. Dengan melibatkan psien dan keluarga maka

Page 10: Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

intravena.

5. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV,

trombo.

tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui

dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera

diberikan.

4. Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi

kehilangan cairan tubuh secara hebat.

5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh

darah yang dialami klien dan untuk acuan

melakukan tindakan lebih lanjut.

4. Resiko gangguan

pemenuhan kebutuhan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

intake nutrisi yang

tidak adekuat akibat

mual dan nafsu makan

yang menurun.

Tidak terjadi gangguan

kebutuhan nutrisi pada anak.

Kriteria Hasil:

1. Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi

2. Menunjukkan berat

badan yang seimbang.

1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan

yang disukai.

2. Observasi dan catat masukan makanan

klien.

3. Timbang BB tiap hari (bila

memungkinkan).

4. Berikan makanan sedikit namun sering dan

atau makan diantara waktu makan.

5. Berikan dan Bantu oral hygiene.

6. Hindari makanan yang merangsang dan

mengandung gas.

1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga

kemungkinan intervensi.

2. Mengawasi masukan kalori/kualitas

kekurangan konsumsi makanan.

3. Mengawasi penurunan BB/ mengawasi

efektifitas intervensi.

4. Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan

dan meningkatkan masukan juga mencegah

distensi gaster.

5. Meningkatkan nafsu makan dan masukan

peroral.

6. Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

5. Resiko terjadi Tidak terjadi perdarahan pada 1. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit 1. Penurunan trombosit merupakan tanda adanya

Page 11: Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

perdarahan

berhubungan dengan

penurunan factor-

faktor pembekuan

darah (trombositopen)

anak.

Kriteria Hasil:

1. TD 100/60 mmHg, N:

80-100x/menit reguler,

pulsasi kuat.

2. Tidak ada tanda

perdarahan lebih

lanjut, trombosit

meningkat.

yang disertai tanda klinis.

2. Monitor trombosit setiap hari.

3. Anjurkan klien untuk banyak istirahat

(bedrest).

4. Berikan penjelasan kepada klien dan

keluarga untuk melaporkan jika ada tanda

perdarahan spt : hematemesis, melena,

epistaksis.

5. Antisipasi adanya perdarahan: gunakan

sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan

mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap

selesai ambil darah.

kebocoran pembuluh darah yang pada tahap

tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis

seperti epistaksis, ptike.

2. Dengan trombosit yang dipantau setiap hari,

dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh

darah dan kemungkinan perdarahan yang

dialami klien.

3. Aktifitas klien yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan terjadinya perdarahan.

4. Keterlibatan klien dan keluarga dapat

membantu untuk penaganan dini bila terjadi

perdarahan.

5. Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

Page 12: Laporan Pendahuluan Dhf Jadi

DAFTAR PUSTAKA

Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam : jilid 1. Jakarta : FKUI

M, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta : Salemba

Medika

Soegijarto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak (diagnosa dan penatalaksanaan).

Jakarta : Salemba Medika

Soegijarto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue : edisi ke-2. Surabaya :

Aerlangga