Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09
-
Upload
qya-dierja -
Category
Education
-
view
1.203 -
download
2
description
Transcript of Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09
Seni Budaya dan Keterampilan | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Profil Proses Pembelajaran di Kelas
Seiring dengan perkembangan pendidikan di mana sebagai seorang guru
dituntut agar betul-betul professional dibidangnya. Begitupun bagi seorang calon
guru agar nantinya setelah menjadi guru, akan betul-betul menjadi guru yang
profesional, sehingga Universitas Muhammadiyah khususnya di Makassar sebagai
perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan di mana salah satu fakultas
yang mempunyai mahasiswa yang paling banyak adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Oleh karena itu, pihak perguruan tinggi tersebut melakukan upaya-upaya
untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Salah satu upaya adalah
dengan melakukan perubahan dari mata kuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata) menjadi
Program Pemantapan Profesi Keguruan (P2K). program pemantapan profesi guru
diartikan sebagai salah satu program yang merupakan ajang pelatihan untuk
menerapkan berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam rangka
pembentukan guru yang profesional.
Program Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) berlokasi di MTs Guppi
Biangloe menempatkan penulis sebagai peneliti dimana meninjau pembelajaran yang
terjadi di dalam kelas. Kelas yang ditinjau disini adalah kelas yang benar – benar
siswanya adalah heterogen dari segi kemampuan akademik. Agar apa yang akan
diteliti jelas terlihat perubahan yang terjadi. Kelas yang ditinjau adalah kelas VII.a.
Seni Budaya dan Keterampilan | 2
kelas ini merupakan salah satu kelas yang termasuk heterogen dari beberapa kelas di
sekolah tersebut. Keadaan siswanya sangat bervariasi, ada yang memang pintar dalam
hal seni budaya atau menguasai pelajaran seni rupa, seni tari, seni drama dan seni
musik. Ada juga yang sedang atau biasa-biasa saja, ada juga yang sama sekali tidak
suka atau memang tidak senang dalam belajar seni budaya. Informasi tersebut di
peroleh dari hasil observasi yang dilakukan.
Dalam kelas tersebut siswanya berjumlah 28 orang yang terdiri dari 14 orang
laki-laki dan 14 orang perempuan. Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan,
dipilih sebuah model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi
para siswanya. Sebelumnya menurut guru seni budaya di sekolah tersebut hanya
menggunakan satu model pembelajaran saja. Yakni model pengajaran langsung.
Model pengajaran macam ini di anggap sudah biasa dan diperlukan suatu model
yang lebih sesuai dan merupakan hal baru bagi guru dan siswa-siswanya. Model
pembelajaran yang berusaha diterapkan adalah model pembelajaran cooperative
dengan Tipe Jigsaw.
Proses pembelajaran berlangsung dengan mengutamakan pemberian tindakan
secara langsung kepada peserta didik. Sesuai dengan penelitian yang akan
dilaksanakan yakni Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pemberian perlakuan langsung
dalam bentuk tindakan ini, diharapkan dapat lebih meningkatkan motivasi belajar
siswa, aktifitas siswa, kreatifitas siswa, terlebih dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa yang selama ini dianggap masih rendah. Dengan demikian, maka peneliti
menganggap perlu adanya suatu metode atau model pembelajaran yang diberikan
Seni Budaya dan Keterampilan | 3
dalam bentuk sebuah tindakan. Agar pembelajaran dalam kelas juga tidak
berlangsung secara menoton dan terjadi hanya satu arah, yaitu dari guru ke siswa.
Tapi lebih dari itu, peneliti berharap dengan penerapan model pembelajaran ini, maka
diharapkan terjadi komunikasi dua arah antara guru ke siswa dan siswa ke guru.
Dalam pembelajaran tipe Jigsaw siswa dibentuk dalam beberapa kelompok
kemudian dari kelompok tersebut ditunjuk salah satu siswa yang dianggap mampu
dan membentuk kelompok ahli. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan ada
beberapa aspek yang diperhatikan disini, yakni, Minat siswa, Perhatian Siswa,
Partisipasi siswa, serta Presentasi siswa di kelas. Proses pembelajaran di kelas
berlangsung dalam bentuk siklus. Ada beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan
seorang guru dalam proses belajar mengajar yakni, Apersepsi, Penjelasan materi,
Penjelasan metode cooperative tipe Jigsaw, Tekhnik pembagian kelompok,
Pengelolaan Kegiatan Diskusi, Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw, tugaskan setiap siswa pada setiap kelompok untuk mempelajari
seperempat halaman dari bacaan atau teks pada mata pelajaran apa saja atau
seperempat bagian dari sebuah topik yang harus mereka pelajari atau ingat. Setelah
setiap siswa tadi menyelesaikan pembelajarannya dan kemudian saling mengajarkan
(menjelaskan) tentang materi yang menjadi tugasnya atau saling bekerjasama untuk
membentuk sebuah kesatuan materi yang utuh saat mereka menyelesaikan sebuah
tugas atau teka-teki., Kemampuan melakukan Evaluasi, Memberikan Penghargaan
Individu dan kelompok, Menentukan Nilai Individu dan Kelompok Menyimpulkan
materi Pembelajaran dan menutup Pembelajaran.
Seni Budaya dan Keterampilan | 4
Melalui model pembelajaran inilah, diharapkan prestasi belajar siswa semakin
meningkat. Oleh karena itu, maka peneliti merasa perlu menggunakan Model
Pembelajaran cooperative tipe Jigsaw ini pada siswa kelas VII.a. karena dengan
Melihat kondisi pembelajaran sebelumnya, serta melihat keadaan siswa di kelas
tersebut sangat heterogen.
B. Profil Hasil Belajar
Undang-undang sistem pendidikan RI Nomor 20 tahun 2003 bertujuan bahwa
semua peserta didik diharap menjadi manusia beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratif serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan
pendidikan itu, di sekolah perlu dilaksanakan pembelajaran yang komprehensif yang
mengarah pada bagaimana kehidupan manusia pada masa kini maupun masa depan
ada dalam semua mata pelajaran. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentu
tidak terlepas dari dunia pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu wadah
untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan mandiri. Oleh karena itu pendidikan
juga dituntut memiliki kualitas yang baik.
Pendidikan seni di sekolah dilaksanakan melalui pelajaran Seni Budaya dan
Kerajinan Tangan (SBK) mempunyai tujuan: (1) mengembangkan kemampuan dan
ketrampilan siswa melalui penelaan jenis, sifat, fungsi, alat, bahan, proses dan teknik
dalam membuat berbagai produk teknologi serta seni yang berguna bagi kehidupan
manusia, (2) mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan
kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan
Seni Budaya dan Keterampilan | 5
dari berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara, dan (3) menumbuh kembangkan
sikap profesional, kooperatif, toleransi, kepemimpinan, kekaryaan, dan
kewirausahaan.
Pendidikan seni, sebagai bagian dari mata pelajaran yang harus dikuasai oleh
siswa merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan untuk membentuk
manusia berkualitas, khususnya dalam menari merupakan pendekatan yang ideal
dengan tujuan merangsang daya imajinasi dan kreativitas dalam berfikir serta
membentuk jiwa melalui pengalaman emosi, imajinatif, dan ungkapan kreatif.
Menyadari besarnya manfaat pembelajaran Seni Tari maka perlu diterapkan
inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi dan kreativitas belajar
siswa sehingga tidak membosankan
Rendahnya minat siswa dalam proses belajar mengajar Seni Tari dapat
mengakibatkan proses belajar menjadi kurang optimal sehingga hasil yang didapat
tidak maximal. Kondisi siswa kelas VII.a berjumlah 28 siswa relative heterogen, baik
dari segi ekonomi, kemampuan akademik, maupun sarana yang dimilikinya.
Berdasarkan segi pemilikan buku paket yang dimiliki siswa cukup kecil merupakan
kepemilikan sekolah. Hanya kurang lebih 25 % saja siswa yang berminat aktif dan
kurang lebih 75 % siswa tidak menunjukkan minatnya.
Hal ini menunjukkan bahwa jika kita ingin meningkatkan hasil belajar siswa,
maka kita harus dapat meningkatkan minat siswa. terhadap mata pelajaran yang
dipelajari. Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan
menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu yang
Seni Budaya dan Keterampilan | 6
menarik minatnya dan akan menjadikan anak lebih kreatif. Minat akan semakin
bertambah jika disalurkan dalam suatu kegiatan. Keterikatan dengan kegiatan tersebut
akan semakin menumbuh kembangkan minat dan kreatif anak
C. Rumusan Masalah berdasarkan profil proses pembelajaran dan hasil belajar
Berdasarkan profil proses pembelajaran dan hasil belajar, maka rumusan
masalahnya yakni: “Apakah dengan penerapan model pembelajaran cooperative
tipe Jigsaw dapat meningkatkan minat dan kreativitas siswa kelas VII.a dalam
pembelajaran seni tari nusantara dengan media audio visual.”
D. Bentuk tindakan untuk memecahkan masalah sesuai dengan masalah
Bentuk tindakan yang dilakukan dalam memecahkan masalah sesuai dengan
masalah yang ada dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dengan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw.
Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw dengan media
audio visual ini, maka diharapkan dapat meningkatkan minat dan kreativitas siswa
kelas VII.a.
E. Argumentasi Logis Pilihan Tindakan
Berdasarkan masalah tersebut, penulis tertarik melakukan perbaikan
pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Perbaikan awal yang
dilakukan adalah penerapan model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan
siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi secara
maksimal. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran
kooperatif.
Seni Budaya dan Keterampilan | 7
Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang
menekankan berfikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku
kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya. Dalam
pelaksanaannya model pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran
terpusat pada guru keperan pengelolah aktivitas kelompok kecil. Sehingga dengan
demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan peserta didik akan
semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan
yang dianggap sulit sekalipun. Beberapa penelitian yang terdahulu menggunakan
model pembelajaran koopertif menyimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut
telah memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru, dan terutama peserta
didik dalam meningkatkan prestasi belajar.
F. Tujuan
Mengacu pada permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah “Meningkatkan minat dan kreativitas siswa
kelas VII.a MTs Guppi Biangloe Bantaeng dalam pembelajaran seni tari
nusantara melalui pendekatan kooperative tipe jigsaw dengan media audio visual”
Seni Budaya dan Keterampilan | 8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
Belajar menurut Slameto adalah proses perubahan tingkah laku seseorang
sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya (Jihad
dan Haris, 2008: 2). Robert M. Gagne mengatakan bahwa belajar adalah sebuah
proses alami yang dapat membawa perubahan pada pengetahuan, tindakan, dan
perilaku seseorang (Pribadi, 2009: 6).
Robert Heinich mengatakan bahwa belajar merupakan sebuah proses
perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjadi manakalah
seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber belajar
(Pribadi, 2009: 6). Selanjutnya, menurut Sudjana belajar adalah proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek-aspek yang ada pada individu belajar (Jihad dan Haris, 2008: 2).
Menurut Sardiman (2010: 8) belajar adalah perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar akan lebih baik, kalau si
subjek (anak didik) belajar itu mengalami atau melakukannya sendiri.
Seni Budaya dan Keterampilan | 9
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseoarang untuk mencapai
tujuan tertentu. Adapaun tujuan belajar secara umum menurut Sardiman (2010: 26)
adalah:
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
2. Penanaman konsep dan keterampilan
3. Pembentukan sikap.
Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan untuk memperoleh berbagai
perubahan. Ciri-ciri perubahan dalam belajar menurut Slameto (Jihad dan Haris,
2008: 3) adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan secara sadar
2. Bersifat kontinu dan fungsional
3. Bersifat positif dan aktif
4. Tidak bersifat sementara
5. Memiliki tujuan dan terarah
6. Mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Dengan demikian, belajar pada dasarnya merupakan suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru sebagai hasil interaksi
individu itu sendiri dengan lingkungannya dan dilakukan secara sadar yang meliputi
perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif).
Seni Budaya dan Keterampilan | 10
B. Pembelajaran Seni Budaya
Pembelajaran menurut Dengeng (Ratuman, 2005: 3) adalah upaya menciptakan
kondisi yang memungkinkan siswa untuk belajar atau merupakan upaya untuk
membelajarkan siswa.
Gagne (Pribadi, 2009: 9) mendefenisiskan istilah pembelajaran sebagai “a set of
events embedded in purposeful activities that facilitate learning” yaitu serangkaian
aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya
proses belajar.
Pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan komponen-komponen yang
saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yaitu mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Komponen-komponen dari sebuah sistem pembelajaran
meliputi siswa, guru, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media
pembelajaran, strategi pembelajaran, evaluasi dan umpan balik.
Memperbincangkan masalah seni, tidak terlepas dari factor adanya keindahan,
karena seni itu sendiri memperbincangan masalah keindahan, meskipun yang
diperbincangkan tentang keindahan itu sendiri juga belum tentu menyentuh tentang
adanya nilai-nilai kandungan seni, wajar jika setiap orang memiliki daya pandang
yang berbeda-beda terhadap pengertian seni, sehingga tidak ada satu defenisi yang
mutlak terhadap pengertian seni. Sehingga muncullah pertanyaan apa sebenarnya seni
itu..?
Seni Budaya dan Keterampilan | 11
Sebagai bahan perbandingan memperbincangkan tentang definisi seni
dibawa ni terdapat beberapa pendapat para ahli, pemerhati seni, pendidik seni, dan
juga seniman yang mempunyai pendapat yang berbeda-beda sebagai berikut:
1. Menurut Leo Tolstoy, Bahwa seni adalah kegiatan manusia yang dilakukan
secara sadar dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu untuk
menyampaikan perasaan yang telah di hayatinya kepada orang lain sehingga
mereka kejangkitan perasaan ini dan juga mengalaminya.
2. Menurut Ki Hajar Dewantoro bahwa seni adalah perbuatan manusia yang
timbul dari kehidupan perasaannya dan brsifat indah sehingga dapat
menggerakkan jiwa perasaan manusia yang mengandung refleksi realita.
3. Menurut Goethe, 1773 mengatakan bahwa seni adalah kreatifitas,ekspresi, dan
proses.
4. Menurut Prof. Drs Suwaji Bastomi mengatakan bahwa karya seni adalah suatu
hasil pernyataan batin atau ungkapan jiwa seseorang yang mengandung
maksud tertentu. Hal itu dapat di tinjau dari segi psikologi dan segi estetik.
5. Menurut Drs Beni subiantoro juga berpendapat bahwa seni adalah suatu hasil
karya cipta manusia yang bermuatan adanya unsure-unsur estetika.
Selain dari lima pengertian seni yang di cantumkan diatas masi banyak lagi
yang pendapat lain dari para toko seni, pengamat seni, maupun pekerja seni lainnya
yang belum dicatumkan. Hal inilah yang mendorong kami untuk melakukan
penelitian ini dengan metode yang telah kami tetapkan.
Seni Budaya dan Keterampilan | 12
C. Hasil Belajar Seni Budaya
Hasil merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat
keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan belajar, maka hasil belajar merupakan tingkat
keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Sudjana berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Jihad dan Haris, 2008: 15).
Menurut Usman (Jihad dan Haris, 2008: 16) hasil belajar dikelompokkan
kedalam tiga kategori, yaitu:
1. Kognitif, yang meliputi: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), aplikasi, analisa, sintesa, dan evaluasi.
2. Kemampuan sikap (affective), yang meliputi: menerima atau memperhatikan,
merespon, penghargaan, mengorganisasikan dan mempribadi (mewatak).
3. Ranah psikomotorik, yang meliputi: Menirukan, manipulasi, keseksamaan
(precision), artikulasi (articulation) dan naturalisasi.
Belajar seni budaya adalah sebuah proses untuk memahami tentang materi
pelajaran seni yang nantinya akan membawa pada perubahan pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar seni budaya
adalah tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Seni Budaya dan Keterampilan | 13
D. Pengertian minat
Menurut Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 1990 : 99-100) aktivitas siswa
digolongkan menjadi 8 golongan, yaitu : visual activities, oral activities, listening
activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan
emotional activities.
Visual activities meliputi membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain. Oral activities misalnya menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, interupsi,
dan diskusi. Listening activities; misalnya mendengarkan uraian, percakapan, musik,
pidato. Writing activities; misalnya menulis cerita, karangan, laporan. Drawing
activities; misalnya menggambar, membuat grafik, peta. Motor activities; misalnya
melakukan percobaan, membuat konstruksi. Mental activities; misalnya menanggapi,
menganalisa, mengambil kesimpulan. Emotional activities; misalnya menaruh minat,
merasa bosan, berani, gembira, dan sebagainya.
Minat adalah suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir
dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan (Natawijaya,
1978:94)
Menurut Soesilowindradini (dalam Tuharjo,1989:13), “suatu kegiatan yang
dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang kurang
menyenangkan”. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan
mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi.
Purnama (1994:15) menjabarkan karakteristik individu yang memiliki minat tinggi
Seni Budaya dan Keterampilan | 14
terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi,
berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebangggaan, kesediaan untuk berusaha
dan mempunyai pertimbangan yang positif. Pendapat tersebut tidak jauh berbeda
dengan pendapat Slameto dalam (TomiDarmawan,2007) yang menyatakan “bahwa
minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada
yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan
tersebut maka semakin besar minatnya”. Suyanto (1969:9) memandang minat sebagai
pemusatan perhatian yang tidak sengaja yag terlahir dengan penuh kemauan dan
tergantung dari bakat dan lingkungan. Utami dan Fauzan dalam (Tomi
Darmawan,2007) memandang minat sebagai kecenderungan yang relatif menetap
sebagai bagian diri seseorang, untuk tertarik dan menekuni bidang-bidang tertentu.
Winkel (1987:105) menyatakan “bahwa minat merupakan suatu kecenderungan
subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi tertentu dan merasa
senang untuk mempelajari materi itu”.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat ditemukan adanya beberapa unsur pokok
dalam pengertian minat, yaitu adanya perhatian, daya dorong tiap-tiap individu dan
kesenangan. Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa,
1997 : 370). Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan
sikap.Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting
dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan
menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. (Gunarso,1995 : 68). Minat
Seni Budaya dan Keterampilan | 15
merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang
mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995 : 144).
Kesimpulan dari beberapa definisi di atas tentang minat, bahwa minat
merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan
penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan
sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam
mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
Minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu: (Hurlock, 1995 : 117)
a. Aspek Kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari
baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media massa.
b. Aspek Afektif
Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalamsikap
terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman
pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya
terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang
dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiata.
c. Aspek Psikomotor
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.
Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan
meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.
Seni Budaya dan Keterampilan | 16
1. Macam minat
Minat dibedakan menjadi 2 yaitu: (Witherington, 1999 : 26)
a. Minat primitif
Disebut pula minat biologis, yaitu minat yang berkisar soal makanan dan
kebebasan aktifitas.
b. Minat kultural
Disebut juga minat sosial yaitu minat yang berasal dari perbuatan yang lebih
tinggi tarafnya.
2. Kriteria Minat
Menurut Nursalam (2003), minat seseorang dapat digolongkan menjadi
a) Rendah : Jika seseorang tidak menginginkan obyek minat
b) Sedang : Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak
dalam waktu segera.
c) Tinggi : Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam
waktu segera.
3. Cara menimbulkan minat
Minat dapat ditimbulkan dengan cara: (Effendi dan Praja, 1993 : 72)
a. Membangkitkan suatu kebutuhan.
b. Menghubungkan dengan pengalaman yang lampau.
c. Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang lebih baik.
Seni Budaya dan Keterampilan | 17
E. Pengertian Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang
menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang
dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut
pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi
kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat
didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi
Person, Proses, Press dan Product sebagai berikut :
1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person
Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang
berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.
“Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people”
(Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
“Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment
in an unique and characteristic way” (Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999)
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau
kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.
Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari
keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.
2. Kreativitas dalam dimensi Process
Seni Budaya dan Keterampilan | 18
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus
pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in
originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001).
Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau
kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,
memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada
aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas
ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :
Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap
dalam proses kreatif yaitu :
Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan
untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar
berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.
Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar.
Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari,
berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam,
menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan
terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan
munculnya tahap berikutnya.
Seni Budaya dan Keterampilan | 19
Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk
memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan,
seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya
berarti “oh ya”.
Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan
secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.
Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang
terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah
gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).
3. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau
dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat
untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal
dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U.
Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya
sebagai berikut :
“The initiative that one manifests by his power to break away from the usual
sequence of thought”
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan
fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang
berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang
terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.
Seni Budaya dan Keterampilan | 20
4. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product
Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas
yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik
sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.
“Creativity is the ability to bring something new into existence” (Baron, 1976 dalam
Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001) Definisi yang berfokus pada produk kreatif
menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang
menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan
sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang
menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi
baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya
membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah
ada sebelumnya.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna
dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling
melengkapi. Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi
tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para
ahli. Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas
peneliti menyimpulkan bahwa :
“Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif
(bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.
Seni Budaya dan Keterampilan | 21
F. Pengertian Seni Tari
Istilah seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang
artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa belanda
yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni dalam seni budayaberasal dari
kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya
Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil
1. Pengertian menurut para ahli budaya
Drs. Popo Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin
disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat /
berkelompok.
Ahdian Karta Miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas
dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk membangkitkan
pengalaman tertentu dalam rohaninya penerimanya
Ki Hajar Dewantara, seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari
perasaan dan sifat indah, hingga menggerakan jiwa perasaan manusia
Plato dan Reuseau berpendapat, seni adalah hasil peniruan dari alam dengan
segala seginya
2. Cabang – cabang seni
Seni sebagai media pengungkapan terbagi atas 5 cabang yaitu :
Seni rupa yaitu seni yang mengungkapkan melalui media bahan, cat (pewarna),
garis dan bentuk
Seni Budaya dan Keterampilan | 22
Seni musik, yaitu seni yang diungkapkan melalui media bunyi – bunyian atau
suara
Seni Tari, yaitu media seni yang diungkapkan melalui media gerakan tubuh
Seni sastra, yaitu seni yang diungkapkan melalui media kata dan bahasa
Seni Teater, yaitu seni yang diungkapkan melalui media kata, gerak, bunyi/suara
dan rupa (merupakan seni multimedia)
Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah
tubuh.
Kesejalanan yang dikembangkan berhubungan dengan konsep tari masih banyak
diperdebatkan. Hal ini terbukti masih belum komplitnya pemahaman tari itu sendiri
yang berkembang di masyarakat. Pendapat para ahli tentang tari juga masih beragam
yaitu :
1. Hawkin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh
imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak
yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak
langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa
menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan.
2. La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi
harus diinternalisasikan.
4. Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk
obyektif (Meri:1987, 12). Dalam upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.
Seni Budaya dan Keterampilan | 23
5. Tari disampaikan oleh Soedarsono bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia
yang diubah melalui gerak ritmis yang indah.
6. Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan
kepada gerak tubuh yang berirama
7. M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa gerak-gerak
anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik adalah tari.
8. Di sisi lain Sussanne K Langer menyatakan, tari adalah gerak ekspresi manusia
yang indah. Gerakan dapat dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme
tertentu.
G. Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif berasal dari kata bahasa Inggris yaitu cooperate yang berarti
bekerja sama. Jadi pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menuntut kerja
sama siswa dalam proses belajar mengajar melalui pembentukan kelompok-kelompok
kecil.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang memiliki tingkat pengetahuan berbeda. Dalam menyelesaikan
masalah yang setiap kelompok saling bekerjasama dan membantu untuk memahami
materi yang berkaitan dengan masalah tersebut (Amri dan Ahmadi; 2010: 67).
Kelompok dalam pembelajaran kooperatif bukanlah semata-mata sekumpulan
orang namun kelompok dalam hal ini adalah kelompok yang dapat melakukan
interaksi, mempunyai tujuan dan groupness atau satu kesatuan.
Seni Budaya dan Keterampilan | 24
Unsur-unsur pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David Jhohnson
(Suprijono, 2009; 58) adalah sebagai berikut:
1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
5. Group processing (pemrosesan kelompok).
Tabel fase-fase pembelajaran cooperative
Fase Kegiatan Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan perubahan
yang efisien.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok – kelompok belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
Seni Budaya dan Keterampilan | 25
Fase 5
Mengetes materi
Guru mengetes materi pelajaran atau
kelompok menyajikan hasil-hasil
pekerjaan mereka.
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru memberikan cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
H. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson
dan teman teman di Universitas Texas pada tahun kurun waktu 1971 sampai 1978.
Mereka mengembangkan model tersebut berdasarkan karakteristik kelas yang sangat
heterogen dari segi latar belakang sosial.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab
atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut
anggota kelompok lainnya (Arends,1997:34). Model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Anggota kelompok berkomposisi
heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung
jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi
yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal.
Seni Budaya dan Keterampilan | 26
Jigsaw dirancang untuk memberikan kesempatan belajar yang adil kepada
semua siswa. Demikian juga memberikan kesempatan yang sama untuk terlibat aktif
dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada
setiap siswa untuk mempelajari bagian materi ajar sehingga ia akan menjadi ahli
dibidangnya. Keahlian yang dimilliki tersebut kemudian dibelajarkan kepada
rekannya di kelompok lain. Rekannya di kelompok lain juga mempelajari materi ajar
yang lain dan menjadi ahli di bidangnya. Interaksi yang terjadi adalah pola
pembelajaran saling berbagi (share). Setiap siswa akan memiliki rasa percaya diri
yang tinggi karna memiliki keahlian tersendiri yang diperlukan siswa lain. Setiap
siswa akan merasa saling memerlukan dan tergantung dengan siswa lain.
Pola distribusi siswa dalam kelompok jigsaw diawali dengan pembentukan
kelompok asal. Dari kelompok asal kemudian didistribusikan ke kelompok ahli untuk
mempelajari bidang tertentu sampai menjadi ahli. Siswa di kelompok ahli kemudian
kembali ke kelompok asal untuk berbagi tentang ilmu yang sudah didapatkan melalui
presentasi sederhana. Di kelompok asal siswa yang sudah ahli akan bertemu dengan
siswa lain yang ahli di bidang lain untuk saling berbagi menyelesaikan permasalahan
yang diberikan guru.
Berikut langkah-langkah model classrom jigsaw terdiri dari : 1). Membagi
siswa menjadi 6 kelompok jigsaw. Kelompok harus beragam dalam hal gender, etnis,
ras, dan kemampuan. 2). Menunjuk salah satu siswa dari tiap kelompok sebagai
pemimpin. Awalnya, orang ini harus menjadi siswa yang paling matang dalam
kelompok. 3). Membagi pelajaran hari itu menjadi beberapa bagian. 4).
Seni Budaya dan Keterampilan | 27
Tugaskan setiap siswa untuk belajar satu bagian, memastikan siswa memiliki akses
langsung hanya untuk bagian mereka sendiri. 5). Berikan siswa waktu untuk
membaca lebih bagian mereka setidaknya dua kali dan menjadi akrab dengannya.
Tidak perlu bagi mereka untuk menghafalkannya. 6). Membentuk "kelompok ahli"
dengan memilih salah satu siswa dari setiap kelompok jigsaw bergabung siswa yang
berbeda di bagian yang sama. Beri siswa dalam kelompok ahli waktu untuk
mendiskusikan poin-poin utama dari bagian mereka. 7). Bawa para siswa kembali ke
kelompok asal. Mintalah setiap siswa untuk mempresentasikannya atau menjelaskan
untuk kelompok asal. Mendorong anggota kelompok lain dalam kelompok untuk
mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi. 8). Peminpin kelompok dapat campur
tangan dalam mengendalikan jalannya diskusi agar tetap tertib sehingga tujuan
tercapai. 9). Pada akhir sesi, memberikan kuis pada materi sehingga siswa dengan
cepat menyadari bahwa sesi ini tidak hanya menyenangkan dan permainan tapi benar-
benar dihitung.
I. Pengertian media pembelajaran
Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara
atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan
tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2)
“media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”.
Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah
alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai
Tujuan pembelajaran”.
Seni Budaya dan Keterampilan | 28
Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.
a. Jenis – jenis media
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian
informasi dan pesan – pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat pula
dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat – sifat media tersebut. Sampai
saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam mengelompokkan media..
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh
Rohani (1997 : 16) yaitu :
1. Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film strip,
atau overhead proyektor.
2. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun yang
tidak bersuara.
3. Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.
4. Televisi
5. Benda – benda hidup, simulasi maupun model.
6. Instruksional berprograma ataupun CAI (Computer Assisten Instruction).
Penggolongan media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut pandang adalah
sebagai berikut :
Seni Budaya dan Keterampilan | 29
1. Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media
Visual dan media Audio Visual.
2. Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media dengan daya
liput luas dan serentak, media dengan daya liput yang terbatas dengan ruang dan
tempat dan media pengajaran individual.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi media
sederhana (murah dan mudah memperolehnya) dan media komplek.
4. Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua
dimensi), media tiga dimensi, dan media elektronik.
b. Manfaat media Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran
adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang
gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan
– pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan
media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa,
terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek.
Materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu
sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi
dilain sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi
pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh
siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang
disampaikan.
Seni Budaya dan Keterampilan | 30
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245)
adalah :
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata- katanya,
tetapi tidak tahu maksudnya)
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat
diatasi sikap pasif siswa.
4. Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Selanjutnya manfaat media menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
1. Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran
darah.
2. Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan belajar.
3. Menampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
4. Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
5. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
6. Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
7. Membangkitkan motivasi belajar
8. Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.
9. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpan menurut kebutuhan.
10. Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)
11. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.
Seni Budaya dan Keterampilan | 31
J. Pengertian Audio Visual
Audio Dalam sistem komunikasi bercirikan video, sinyal elektrik digunakan
untuk membawa unsur bunyi. Istilah ini juga biasa digunakan untuk menerangkan
sistem-sistem yang berkaitan dengan proses perekaman dan transmisi yaitu sistem
pengambilan/penangkapan suara, sambungan transmisi pembawa bunyi, amplifier
dan lainnya.
Macam macam audio visual
1. Audiovisual Perangkat soundsistem yang dilengkapi dengan penampilan gambar,
biasanya digunakan untuk presentasi, home theater, dsb.
2. Audio Streaming istilah yang dipergunakan untuk mendengarkan siaran secara
live melalui Internet. Dengan streaming kita dapat mendengarnya langsung tanpa
perlu mendownload file-nya sekaligus. Ada bermacam-macam audio streaming,
misalnya Winamp (mp3), RealAudio (ram) dan liquid radio.
3. Audio response Suara yang dihasilkan oleh komputer.Output pembicaraan yang
dihasilkan komputer untuk menanggapi input jenis khusus, misalnya permintaan
nomor telepon
4. Audio Oscillator Merupakan produk dari perusahaan Hewlett Packard yang
pertama. Produk ini digunakan oleh Walt Disney Studios dalam pembuatan
filmnya yang berjudul Fantasia
5. Audio Modem Riser Sebuah kartu plug-in untuk motherboard Intel yang memuat
sirkuit audio dan atau sirkuit modem. AMR memuat fungsi-fungsi analog (kode-
kode) yang dipelukan untuk operasi modem dan atau audio.
Seni Budaya dan Keterampilan | 32
Ditinjau dari segi bahasa pengertian audio visual :
Audio: radio (suara) Visual : grafik, gambar, dapat dilihat
Jadi Audio Visual : kombinasi antara gambar dan suara
Fungsi dari Audio Visual :
1. Fungsi Atensi: menarik dan mengarahkan perhatian komunikan untuk
berkonsentrasi pada isi dakwah yang berkaitan dengan makna visual yang
ditampilkan.
2. Fungsi Kognitif: memperlancar pencapaian, bertujuan untuk memahami dan
mengingat pesan yang disampaikan.
3. Fungsi Kompensatoris: membantu mengakomodasi komunikan yang lemah dan
lambat dalam memahami uji materi dakwah.
K. Kerangka Berfikir
Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan
belajar di kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang
selama proeses pembelajaran yang terdampak pada hasil belajar siswa masih rendah
dalam mempelajari materi seni budaya. Hal ini yang menjadi indikator perlunya
upaya untuk membantu siswa agar dapat mempelajari pelajaran seni budaya dengan
lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berdasakan paparan di atas, maka kerangka pikir penelitian tindakan
kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Seni Budaya dan Keterampilan | 33
Bagan 1. kerangka pikir
L. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan
media audio visual dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas VII.a MTs Guppi
Biangloe Bantaeng dalam pembelajaran seni tari nusantara
Proses Belajar Mengajar
Seni Tari
Nusantara
Kooperatif tipe
Jigsaw
Siklus I Siklus II
refleksi
Hasil Belajar
Temuan
Analisis
relevansi
Seni Budaya dan Keterampilan | 34
BAB III
PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Jumlah Siswa, Tempat, dan Waktu Pelaksanaan P2K
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.a MTs Guppi Biangloe
Bantaeng yang berlokasi di Jl. Batu Karaeng Kecamatan Pa’jukukang. Jumlah siswa
pada kelas ini adalah sabanyak 28 orang. Siswa dalam kelas ini terdiri dari 14 orang
siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.
Pelaksanaan P2K dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklus berlangsung
selama 4 kali pertemuan yang terdiri dari 3 kali pertemuan proses belajar mengajar
dan satu kali pertemuan untuk tes hasil belajar. Pelaksanaan P2K ini berlangsung
pada semester genap yang dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan.
B. Langkah – Langkah Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif Seperti
RPP dan Alat Evaluasi.
Langkah pertama adalah meminta Silabus pada guru Seni Budaya (Guru
Pembimbing), langkah kedua menelaah silabus yang telah diperoleh dan
mengkonsultasikannya pada guru pembimbing dan dosen pembimbing, langkah
ketiga menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan konsultasi pada
pembimbing, serta merumuskan alat evaluasi berupa soal – soal dalam bentuk
kelompok dan individu.
Seni Budaya dan Keterampilan | 35
Selanjutnya dapat dilihat pada bagan alur di bawah ini:
Gambar 1. alur penelitian
C. Indikator Keberhasilan
Yang menjadi kriteria keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah hasil belajar siswa secara individual mencapai minimal 70 %, secara
kuantitatif minimal 85 % siswa yang tuntas belajar, dan rata-rata kelas minimal
mencapai 70. Terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, baik ditinjau dari hasil tes
setiap akhir siklus maupun dari segi keaktifan siswa dalam pembelajaran, yaitu
meningkatnya motivasi siswa dalam belajar seni budaya, meningkatnya frekuensi
kehadiran siswa, dan meningkatnya keaktifan siswa dalam mengerjakan soal-soal.
D. Implementasi RPP dan Evaluasi Di Kelas
Setelah menyusun Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), maka
proses belajar mengajar pun dapat dimulai. Implementasi dari RPP meliputi
Studi Pendahuluan
dengan meneliti silabus.
Menyusun RPP
dan Rencana
tindakan Siklus 1
Pelaksanaan
Tindakan dan
Pengamatan
Rencana
Tindakan
Siklus 2
Pelaksanaan
Tindakan dan
Pengamatan
Simpulan Refleksi
Refleksi
Seni Budaya dan Keterampilan | 36
Pembukaan sesuai dengan kegiatan yang telah dibuat, penjelasan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar, menyampaikan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan,
penyampaian materi, penyampaian metode pembelajaran yang dilaksanakan,
pembentukan kelompok, mengarahkan siswa dalam kelompoknya, membuat
kesimpulan dan Penutup. Evaluasi di kelas dilaksanakan dalam bentuk tugas individu
dan tugas kelompok. Selanjutnya dapat dilihat pada lampiran mengenai RPP dan alat
evaluasi.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran tertdiri dari 2 siklus setiap siklus
dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yaitu 3 pertemuan tatap muka dan 1 kali tes
siklus. Dalam proses pembelajaran yang tidak terlaksana sesuai dengan skenario
pembelajaran pada setiap pertemuan yaitu:
RPP yang telah dibuat oleh peneliti terlaksana dengan baik, karena peneliti
berfikir bahwa apa yang telah disusun dalam RPP tersebut adalah yang terbaik untuk
diterapkan pada penelitian tindakan kelas kali ini. Kemudian pada pelaksanaan
evaluasi dan semua bahan pengajaran dimasukkan. Dan siswa mengikuti evaluasi
dengan tenang
Sebelum tindakan dilakukan dibuat perencanaan berikut ini :
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Berdasarkan masalah yang terjadi dilapangan telah diuraikan dalam latar
belakang penelitian ini, peneliti melakukan kajian teori. Kajian teori yang
Seni Budaya dan Keterampilan | 37
dimaksudkan sebagai pertimbangan memilih alternatif strategi pembelajaran untuk
meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembelajaran seni budaya.
Tahap perencanaan (planning):
1. Mengidentifikasi masalah (observasi)
2. Menganalisis dan merumuskan masalah.
3. Merancang model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions.
4. Mendiskusikan penerapan model pembelajaran.
5. Menyiapkan instrument/media pembelajaran (sillabus, RPP, pedoman
observasi, dan tes akhir)
6. Menentukan kriteria keberhasilan
7. Menyusun kelompok belajar peserta didik
8. Mengkoordinasikan rencana kerja pelaksanaan tindakan dengan observer.
b. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan yang dimaksud adalah yang melakukan proses pembelajaran.
Tahap melakukan tindakan (action), mencangkup :
1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan
2. Menerapkan model Jigsaw.
3. Membentuk kelompok dengan cara berpasangan
4. Memberikan pemahaman berupa penjelasan kepada siswa melalui
media yang telah tersedia
5. Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan penjelasan yang telah
diberikan kemudian presentasi kelompok.
Seni Budaya dan Keterampilan | 38
6. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan
sesuai rencana.
7. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan
yang dilaksanakan.
8. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala
saat melakukan tahap tindakan..
Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan skenario pembelajaran yang telah
disusun pada tahap perencanaan.
c. Pengamatan
Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah mendokumentasikan hasil data pada
siklus I. Observasi dilakukan oleh observer yang meliputi aktivitas peneliti sebagai
pengajar dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya.
Tahap mengamati (observasi) :
1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran yang
dilakukan.
2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat proses
pembelajaran.
d. Evaluasi / refleksi
Evaluasi atau refleksi dilakukan untuk melihat keseluruhan proses
pelaksanaan siklus I. Dalam hal ini dimaksudkan sebagai kegiatan menganalisis,
memahami, dan membuat kesimpulan. Peneliti menganalisis hasil tindakan siklus
Seni Budaya dan Keterampilan | 39
pertama sebagai bahan pertimbangan apakah siklus I sudah mencapai kriteria
keberhasilan berdasarkan hasil tes tindakan pertama dan Melakukan diskusi dengan
guru pembimbing untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan yang
dilakukan serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Tahap perencanaan (planning), mencangkup:
1. Mengevaluasi hasil refleksi, diskusikan, dan mencari upaya perbaikan
untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran pada
siklus sebelumnya.
3. Menyusun skenario pembelajaran dan merancang perbaikan untuk
siklus kedua.
4. Mendiskusikan penerapan model pembelajran
5. Menyiapkan / media pembelajaran ( sillabus, RPP, pedoman observasi,
dan tes akhir)
6. Mengkoordinasikan rencana kerja pelaksanaan tindakan dengan
observer.
b. pelaksanaan tindakan
Tahap melakukan tindakan (action) mencangkup:
1. Melakukan analisis pemecahan masalah
2. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan
Seni Budaya dan Keterampilan | 40
3. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan
model pembelajaran Jigsaw.
4. Membentuk kelompok dengan cara berpasangan
5. Memberikan pemahaman berupa penjelasan kepada siswa melalui
media yang telah tersedia.
6. Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan penjelasan yangn telah
diberikan
7. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan
sesuai dengan rencana
8. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala
saat melakukan tahap tindakan .
Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan pembelajaran yang telah
disusun pada tahap perencanaan.
c. Pengamatan
Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah mendokumentasikan hasil
pengumpulan data pada siklus II. Observasi dilakukan oleh observer yang
meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disiapkan sebelumnya.
Tahap mengamati (observation), mencangkup:
1. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran
yang dilakukan.
Seni Budaya dan Keterampilan | 41
2. Mencatat perubahan yang terjadi disiklus II saat penerapan model
pembelajaran.
d. Evaluasi / refleksi
Evaluasi atau refleksi dilakukan untuk melihat keseluruhan proses
pelaksanaan siklus kedua. Dalam hal ini dimaksudkan sebagai kegiatan
menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan. Peneliti menganalisis
hasil tindakan siklus ke dua sebagai bahan pertimbangan apakah siklus ke II
sudah mencapai kriteria keberhasilan berdasarkan hasil tes tindakan kedua
dan melakukan diskusi dengan guru pembimbing untuk membahas tentang
sejauh mana perkembangan yang dilakukan selama siklus II.
Seni Budaya dan Keterampilan | 42
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
Hasil dan analisis data penelitian dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari
kegiatan penelitian tentang hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang telah dilaksanakan di MTs Guppi Biangloe. Pelaksanaan ini
dilaksanakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, adapun yang dianalisis adalah tes
akhir siklus I dan tes akhir siklus II.
Hasil dan pembahasan yang diperoleh dari dua siklus pelaksanaan penelitian
ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Hasil analisis kuantitatif
Pada siklus I ini dilaksanakan tes hasil proses pembelajaran yang berbentuk
ulangan harian setelah penyajian materi selama 4 kali pertemuan. Adapun data skor
hasil proses pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 4.1 Statistik skor hasil belajar seni budayasiswa kelas VII.a MTs Guppi
Biangloe pada akhir siklus I
Statistik Nilai statistic
Jumlah siswa 28
Skor ideal 100
Nilai maksimum 80
Nilai minimum 30
Rentang skor 50
Skor rata-rata 57,6
Seni Budaya dan Keterampilan | 43
Dari table 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) hasil proses
pembelajaran seni budaya setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada siklus I adalah 57,6 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100.
Hal ini disebabkan karena masih kurangnya perhatian siswa dengan
melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung. Apabila skor hasil
belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi
nilai seperti yang disajikan pad tabel 4.2
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar seni budaya siswa
kelas VIIa MTs Guppi Biangloe pada akhir siklus I
No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. 0 – 34 Sangat rendah - -
2. 35 – 54 Rendah 5 27,7
3. 55 – 64 Sedang 7 38,8
4. 65 – 84 Tinggi 6 33,3
5. 85 – 100 Sangat tinggi - -
Jumlah 18 100
Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Persentase skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0% - 69% Tidak tuntas 10 35,7
70% - 100% Tuntas 18 64,2
Jumlah 28 100
Seni Budaya dan Keterampilan | 44
Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2 maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar seni budaya siswa Kelas VIIA MTs Guppi Biangloe setelah dilakukan
tindakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada akhir siklus I berada dalam
kategori rendah.
b. Hasil Analisis Kualitatif
Selama berlangsungnya penelitian pada siklus I tercatat sikap yang terjadi
pada setiap siswa terhadap pelajaran seni budaya. Sikap siswa tersebut diperoleh dari
lembar observasi pada setiap pertemuan yang dicatat pada setiap siklus. Lembar
observasi tersebut digunakan untuk mengetahui perubahan sikap siswa selama
proses belajar mengajar berlangsung di kelas.
Data tentang sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran seni budaya
diperoleh melalui lembar observasi. Adapun deskriptif tentang sikap siswa selama
mengikuti proses pembelajaran pada siklus I.
Adapun sikap siswa dari siklus I adalah sebagai berikut:
a) Perhatian siswa pada siklus I ini masih berjalan seperti kurang antusiasnya
siswa dalam menyelesaikan tugas secara berkelompok dan masih kurangnya
kerjasama siswa dalam membantu temannya menyelesaikan tugas secara
berkelompok.
b) Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar semakin meningkat dalam
menjawab pertanyaan maupun bertanya tentang materi yang telah dibahas.
Mereka saling bersaing ingin kelompoknya yang unggul.
Seni Budaya dan Keterampilan | 45
c) Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sudah baik tapi dalam hal ini
siswa mengajukan diri baik mengerjakan soal yang masih didominasi oleh
siswa yang pintar dan itupun masih ditunjuk.
d) Pada saat siswa melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya masih
banyak siswa yang kurang memperhatikan.
e) Pada siklus I siswa dalam mempresentasikan hasil diskusinya kurang berani,
bahkan ada kelompok yang belum siap untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
f) Hasil analisis refleksi
Pada siklus I, semangat minat dan keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar dalam menjawab pertanyaan lisan guru, bertanya tentang materi yang
dibahas serta mengerjakan soal-soal di papan tulis dapat dikatakan kurang
sekali, hal tersebut hanya dilakukan oleh siswa yang tergolong pintar. Tampak
sekali tiap siswa yang hanya pasif dan hanya mendengarkan serta mencatat saja
tiap materi yang diajarkan.
Pada pertemuan kedua dan berakhirnya siklus pertama, semangat siswa
untuk menyelesaikan soal secara kelompok sudah tampak. Walaupun masih ada
siswa yang masih pasif. Hal ini terlihat dari kurang kompaknya setiap kelompok
dan kurang komunikasinya antara anggota kelompok serta masih banyak siswa
yang meminta bimbingan kepada guru sebelum melakukan diskusi dengan
teman sekelompoknya bahkan ada kelompok yang anggotanya tidak mau
membacakan hasil diskusinya.
Seni Budaya dan Keterampilan | 46
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa diantara mereka ada yang tidak
menerima dikelompokkan dengan teman sekelompoknya, karena mereka ingin
memilih anggota kelompoknya sendiri.
Pembelajaran tipe Jigsaw pada fase terakhir adalah pemberian penghargaan
baik secara individu maupun kelompok.
2. Siklus II
a. Hasil analisis kuantitatif
Seperti halnya siklus I, tes belajar pada siklus II ini dilaksanakan dengan bentuk
ulangan harian. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa skor rata-rata yang
dicapai oleh siswa kelas VIIA MTs Guppi Biangloe yang diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siklus II yang disajikan
dalam tabel 4.4
Tabel 4.5 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa kelas VIIa MTs Guppi Biangloe Pada
Akhir Siklus II
Statistik Nilai statistic
Jumlah siswa 28
Skor ideal 100
Nilai maksimum 90
Nilai minimum 60
Rentang skor 30
Skor rata-rata 61,6
Seni Budaya dan Keterampilan | 47
Secara individual, skor yang dicapai siswa bervariasi dari skor minimum 60
dari terendah yang mungkin dicapai 0 sampai dengan skor maksimum 90 dari skor
ideal yang mungkin dicapai 100 dari rentang skor 30.
Apabila skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka
diperoleh distribusi frekuensi nilai dilihat dari tabel 4.5
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar seni budaya Siswa
kelas VIIA MTs Guppi Biangloe Pada Akhir Siklus II.
No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
1. 0 – 34 Sangat rendah -- -
2. 35 – 54 Rendah - -
3. 55 – 64 Sedang 4 19
4. 65 – 84 Tinggi 13 61
5. 85 – 100 Sangat tinggi 4 19
Jumlah 21 100
Apabila hasil belajar siswa pada siklus I dianalisis maka persentase
ketuntasan belajar siswa siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.7 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Persentase skor Kategori Frekuensi Persentase
(%)
0% - 69% Tidak tuntas 7 25
70% - 100% Tuntas 21 75
Jumlah 28 100
Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan kelas 75% yaitu 21
siswa dari 28 termasuk dalam kategori tuntas dan 25% atau 7 siswa dari 28 termasuk
dalam kategori tidak tuntas.
Seni Budaya dan Keterampilan | 48
b. Hasil analisis kualitatif
Selama penelitian berlangsung, selain terjadi peningkatan motivasi belajar
seni budaya pada siklus I dan siklus II tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada
setiap siswa terhadap pelajaran seni budaya. Perubahan tersebut diperoleh dari
lembar observasi pada setiap siklus. Lembar observasi tersebut untuk mengetahui
perubahan sikap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
Adapun perubahan sikap siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Kehadiran siswa semakin meningkat dan semangat memperhatikan pelajaran
semakin terlihat, walaupun masih ada beberapa siswa yang kadang melakukan
kegiatan lain ketika guru sedang menjelaskan.
2. Sudah terlihat keseriusan siswa dalam menyelesaikan soal-soal serta sudah
terlihat kekompakan dalam kelompoknya.
3. Keaktifan siswa dalam proses belajar menjawab pertanyaan maupun bertanya
tentang materi yang dibahas. Mereka saling bersaing ingin kelompoknya yang
unggul.
4. Siswa sudah mampu mengerjakan soal latihan dengan meminta bimbingan dari
guru serta bertanya kepada teman sekelompoknya.
5. Siswa yang mengerjakan di papan tulis dengan benar semakin meningkat berkat
adanya kerjasama anggota kelompoknya.
6. Pada siklus II ini siswa sudah mulai berani mengangkat tangan dan
mempresentasikan hasil kerjasama mereka.
Seni Budaya dan Keterampilan | 49
c. Hasil Analisis Refleksi
Pada siklus II peneliti sedikit mengalami kesulitan yaitu pada saat
pembentukan kelompok baru, banyak siswa yang tidak ingin kelompoknya diubah
tapi setelah diberikan sedikit arahan mereka menerima satu sama lain. Sehingga pada
pertemuan berikutnya perhatian, minat dan motivasi belajar serta kerja sama antara
sesama anggota kelompoknya dalam proses belajar mengajar sudah mengalami
peningkatan, dilihat dari siswa yang ditunjuk dapat mewakili kelompoknya
membacakan hasil diskusinya di depan kelas dan mengerjakan soal dengan cepat dan
benar serta membimbing teman sekelompoknya.
Pada siklus II semangat dan keaktifan siswa semakin ditandai dengan
memperlihatkan kemajuan.. Secara umum dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan
pada siklus II ini mengalami peningkatan walaupun masih ada beberapa kegiatan
yang mengalami penurunan tapi dibandingkan dengan siklus I yang jauh lebih
menurun.
A. Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang
terdiri dari dua siklus. Penelitian ini membuahkan hasil yang signifikan yakni
meningkatnya motivasi belajar seni budaya di kelas VIIA MTs Guppi Biangloe.
Peningkatan yang terjadi bila dilihat dari tabel 4.7 dan tabel 4.8 sebagai
berikut:
Seni Budaya dan Keterampilan | 50
Tabel 4.9 Perbandingan minat belajar seni budaya siswa kelas VIIA MTs Guppi
Biangloe
Siklus
Nilai Perolehan dari 28
siswa
Ketuntasan
Maks Min Mean Tuntas
Tidak
tuntas
1
2
80
90
30
60
57,6
61,6
18
21
10
8
Berdasarkan hasil deskriptif tabel 4.8 dan 4.9 di atas menunjukkan bahwa
setelah dilaksanakan dua kali tes siklus, banyak siswa yang tuntas secara perorangan
pada siklus I adalah 18 siswa meningkat menjadi 21 siswa pada siklus II. Pada siklus
I ketidaktuntasan belajar 10 siswa dan berkurang menjadi 8 siswa pada siklus ke II.
Seni Budaya dan Keterampilan | 51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui Penelitian Tindakan
Kelas ini menunjukkan bahwa metode Jigsaw memberikan perubahan positif dan
signifikan khususnya dalam meningkatkan motivasi siswa dalam belajar seni budaya.
Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan yang signifikan dari partisipasi siswa
yang merespon setiap pertanyaan / permasalahan yang diajukan oleh guru/peneliti.
Selain itu, peningkatan keterlibatan siswa dalam kegiatan menjawab dan mengajukan
ide-idenya dan semakin menghidupkan pula suasana belajar dimana siswa semakin
merasa gembira dan senang mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya siswa yang mengusulkan agar metode diskusi ini sering-sering
dilakukan.
B. Saran
Berdasarkan pengalaman selama pelaksanaan penelitian, peneliti menyarankan
hal-hal sebagai berikut:
1. Setiap guru hendaknya selalu mencoba untuk berinovasi, berimpruvisasi,dan
berkreasi dalam rangka peningkatan kualitas belajar mengajar.
2. Guru sebaiknya mengelola kelas sedemikian rupa sehingga pelajar dapat
mengikuti kegiatan dengan senang dan gembira.
Seni Budaya dan Keterampilan | 52
DAFTAR PUSTAKA
Gintings, Abdorrakhman. Ph.D. M.Ed. M.Si. 2008. Esensi Praktis Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: humaniora
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Cipayung-Ciputat: Gaung Persada(GP)
press.
Ismail. 2003. Model Pembelajaran Koperatif. Dit. PLP Diknas.
Kagan, Spencer.1994.Cooperative Learning.San Clemente, CA: Kagan Publishing.
Slavin, R, E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice (second
edition). Boston, MA: Allyn and Bacon.
Rochiati Wiraatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Rusman. 2010. Model-Model pembelajaran. Bandung:Rajawali Pers
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabet
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Koperatif: berorentasi pada Standar
proses pendidikan, jakarta : Kencana Prenada Media Goup.