Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

52
Seni Budaya dan Keterampilan | 1 BAB I PENDAHULUAN A. Profil Proses Pembelajaran di Kelas Seiring dengan perkembangan pendidikan di mana sebagai seorang guru dituntut agar betul-betul professional dibidangnya. Begitupun bagi seorang calon guru agar nantinya setelah menjadi guru, akan betul-betul menjadi guru yang profesional, sehingga Universitas Muhammadiyah khususnya di Makassar sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan di mana salah satu fakultas yang mempunyai mahasiswa yang paling banyak adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Oleh karena itu, pihak perguruan tinggi tersebut melakukan upaya-upaya untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Salah satu upaya adalah dengan melakukan perubahan dari mata kuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata) menjadi Program Pemantapan Profesi Keguruan (P2K). program pemantapan profesi guru diartikan sebagai salah satu program yang merupakan ajang pelatihan untuk menerapkan berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam rangka pembentukan guru yang profesional. Program Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) berlokasi di MTs Guppi Biangloe menempatkan penulis sebagai peneliti dimana meninjau pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Kelas yang ditinjau disini adalah kelas yang benar benar siswanya adalah heterogen dari segi kemampuan akademik. Agar apa yang akan diteliti jelas terlihat perubahan yang terjadi. Kelas yang ditinjau adalah kelas VII.a.

description

Laporan P2K yang dilakukan di Bantaeng

Transcript of Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Page 1: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Profil Proses Pembelajaran di Kelas

Seiring dengan perkembangan pendidikan di mana sebagai seorang guru

dituntut agar betul-betul professional dibidangnya. Begitupun bagi seorang calon

guru agar nantinya setelah menjadi guru, akan betul-betul menjadi guru yang

profesional, sehingga Universitas Muhammadiyah khususnya di Makassar sebagai

perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan di mana salah satu fakultas

yang mempunyai mahasiswa yang paling banyak adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Oleh karena itu, pihak perguruan tinggi tersebut melakukan upaya-upaya

untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Salah satu upaya adalah

dengan melakukan perubahan dari mata kuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata) menjadi

Program Pemantapan Profesi Keguruan (P2K). program pemantapan profesi guru

diartikan sebagai salah satu program yang merupakan ajang pelatihan untuk

menerapkan berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam rangka

pembentukan guru yang profesional.

Program Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) berlokasi di MTs Guppi

Biangloe menempatkan penulis sebagai peneliti dimana meninjau pembelajaran yang

terjadi di dalam kelas. Kelas yang ditinjau disini adalah kelas yang benar – benar

siswanya adalah heterogen dari segi kemampuan akademik. Agar apa yang akan

diteliti jelas terlihat perubahan yang terjadi. Kelas yang ditinjau adalah kelas VII.a.

Page 2: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 2

kelas ini merupakan salah satu kelas yang termasuk heterogen dari beberapa kelas di

sekolah tersebut. Keadaan siswanya sangat bervariasi, ada yang memang pintar dalam

hal seni budaya atau menguasai pelajaran seni rupa, seni tari, seni drama dan seni

musik. Ada juga yang sedang atau biasa-biasa saja, ada juga yang sama sekali tidak

suka atau memang tidak senang dalam belajar seni budaya. Informasi tersebut di

peroleh dari hasil observasi yang dilakukan.

Dalam kelas tersebut siswanya berjumlah 28 orang yang terdiri dari 14 orang

laki-laki dan 14 orang perempuan. Dalam proses belajar mengajar yang dilakukan,

dipilih sebuah model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi

para siswanya. Sebelumnya menurut guru seni budaya di sekolah tersebut hanya

menggunakan satu model pembelajaran saja. Yakni model pengajaran langsung.

Model pengajaran macam ini di anggap sudah biasa dan diperlukan suatu model

yang lebih sesuai dan merupakan hal baru bagi guru dan siswa-siswanya. Model

pembelajaran yang berusaha diterapkan adalah model pembelajaran cooperative

dengan Tipe Jigsaw.

Proses pembelajaran berlangsung dengan mengutamakan pemberian tindakan

secara langsung kepada peserta didik. Sesuai dengan penelitian yang akan

dilaksanakan yakni Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pemberian perlakuan langsung

dalam bentuk tindakan ini, diharapkan dapat lebih meningkatkan motivasi belajar

siswa, aktifitas siswa, kreatifitas siswa, terlebih dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa yang selama ini dianggap masih rendah. Dengan demikian, maka peneliti

menganggap perlu adanya suatu metode atau model pembelajaran yang diberikan

Page 3: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 3

dalam bentuk sebuah tindakan. Agar pembelajaran dalam kelas juga tidak

berlangsung secara menoton dan terjadi hanya satu arah, yaitu dari guru ke siswa.

Tapi lebih dari itu, peneliti berharap dengan penerapan model pembelajaran ini, maka

diharapkan terjadi komunikasi dua arah antara guru ke siswa dan siswa ke guru.

Dalam pembelajaran tipe Jigsaw siswa dibentuk dalam beberapa kelompok

kemudian dari kelompok tersebut ditunjuk salah satu siswa yang dianggap mampu

dan membentuk kelompok ahli. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan ada

beberapa aspek yang diperhatikan disini, yakni, Minat siswa, Perhatian Siswa,

Partisipasi siswa, serta Presentasi siswa di kelas. Proses pembelajaran di kelas

berlangsung dalam bentuk siklus. Ada beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan

seorang guru dalam proses belajar mengajar yakni, Apersepsi, Penjelasan materi,

Penjelasan metode cooperative tipe Jigsaw, Tekhnik pembagian kelompok,

Pengelolaan Kegiatan Diskusi, Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw, tugaskan setiap siswa pada setiap kelompok untuk mempelajari

seperempat halaman dari bacaan atau teks pada mata pelajaran apa saja atau

seperempat bagian dari sebuah topik yang harus mereka pelajari atau ingat. Setelah

setiap siswa tadi menyelesaikan pembelajarannya dan kemudian saling mengajarkan

(menjelaskan) tentang materi yang menjadi tugasnya atau saling bekerjasama untuk

membentuk sebuah kesatuan materi yang utuh saat mereka menyelesaikan sebuah

tugas atau teka-teki., Kemampuan melakukan Evaluasi, Memberikan Penghargaan

Individu dan kelompok, Menentukan Nilai Individu dan Kelompok Menyimpulkan

materi Pembelajaran dan menutup Pembelajaran.

Page 4: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 4

Melalui model pembelajaran inilah, diharapkan prestasi belajar siswa semakin

meningkat. Oleh karena itu, maka peneliti merasa perlu menggunakan Model

Pembelajaran cooperative tipe Jigsaw ini pada siswa kelas VII.a. karena dengan

Melihat kondisi pembelajaran sebelumnya, serta melihat keadaan siswa di kelas

tersebut sangat heterogen.

B. Profil Hasil Belajar

Undang-undang sistem pendidikan RI Nomor 20 tahun 2003 bertujuan bahwa

semua peserta didik diharap menjadi manusia beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga Negara yang demokratif serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan

pendidikan itu, di sekolah perlu dilaksanakan pembelajaran yang komprehensif yang

mengarah pada bagaimana kehidupan manusia pada masa kini maupun masa depan

ada dalam semua mata pelajaran. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentu

tidak terlepas dari dunia pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu wadah

untuk melahirkan generasi yang berkualitas dan mandiri. Oleh karena itu pendidikan

juga dituntut memiliki kualitas yang baik.

Pendidikan seni di sekolah dilaksanakan melalui pelajaran Seni Budaya dan

Kerajinan Tangan (SBK) mempunyai tujuan: (1) mengembangkan kemampuan dan

ketrampilan siswa melalui penelaan jenis, sifat, fungsi, alat, bahan, proses dan teknik

dalam membuat berbagai produk teknologi serta seni yang berguna bagi kehidupan

manusia, (2) mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan

kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan

Page 5: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 5

dari berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara, dan (3) menumbuh kembangkan

sikap profesional, kooperatif, toleransi, kepemimpinan, kekaryaan, dan

kewirausahaan.

Pendidikan seni, sebagai bagian dari mata pelajaran yang harus dikuasai oleh

siswa merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan untuk membentuk

manusia berkualitas, khususnya dalam menari merupakan pendekatan yang ideal

dengan tujuan merangsang daya imajinasi dan kreativitas dalam berfikir serta

membentuk jiwa melalui pengalaman emosi, imajinatif, dan ungkapan kreatif.

Menyadari besarnya manfaat pembelajaran Seni Tari maka perlu diterapkan

inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi dan kreativitas belajar

siswa sehingga tidak membosankan

Rendahnya minat siswa dalam proses belajar mengajar Seni Tari dapat

mengakibatkan proses belajar menjadi kurang optimal sehingga hasil yang didapat

tidak maximal. Kondisi siswa kelas VII.a berjumlah 28 siswa relative heterogen, baik

dari segi ekonomi, kemampuan akademik, maupun sarana yang dimilikinya.

Berdasarkan segi pemilikan buku paket yang dimiliki siswa cukup kecil merupakan

kepemilikan sekolah. Hanya kurang lebih 25 % saja siswa yang berminat aktif dan

kurang lebih 75 % siswa tidak menunjukkan minatnya.

Hal ini menunjukkan bahwa jika kita ingin meningkatkan hasil belajar siswa,

maka kita harus dapat meningkatkan minat siswa. terhadap mata pelajaran yang

dipelajari. Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan

menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu yang

Page 6: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 6

menarik minatnya dan akan menjadikan anak lebih kreatif. Minat akan semakin

bertambah jika disalurkan dalam suatu kegiatan. Keterikatan dengan kegiatan tersebut

akan semakin menumbuh kembangkan minat dan kreatif anak

C. Rumusan Masalah berdasarkan profil proses pembelajaran dan hasil belajar

Berdasarkan profil proses pembelajaran dan hasil belajar, maka rumusan

masalahnya yakni: “Apakah dengan penerapan model pembelajaran cooperative

tipe Jigsaw dapat meningkatkan minat dan kreativitas siswa kelas VII.a dalam

pembelajaran seni tari nusantara dengan media audio visual.”

D. Bentuk tindakan untuk memecahkan masalah sesuai dengan masalah

Bentuk tindakan yang dilakukan dalam memecahkan masalah sesuai dengan

masalah yang ada dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dengan

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw.

Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Jigsaw dengan media

audio visual ini, maka diharapkan dapat meningkatkan minat dan kreativitas siswa

kelas VII.a.

E. Argumentasi Logis Pilihan Tindakan

Berdasarkan masalah tersebut, penulis tertarik melakukan perbaikan

pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Perbaikan awal yang

dilakukan adalah penerapan model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan

siswa dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi secara

maksimal. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran

kooperatif.

Page 7: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 7

Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi pendidikan yang

menekankan berfikir dan latihan bertindak demokratis, pembelajaran aktif, perilaku

kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multibudaya. Dalam

pelaksanaannya model pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran

terpusat pada guru keperan pengelolah aktivitas kelompok kecil. Sehingga dengan

demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan peserta didik akan

semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan

yang dianggap sulit sekalipun. Beberapa penelitian yang terdahulu menggunakan

model pembelajaran koopertif menyimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut

telah memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru, dan terutama peserta

didik dalam meningkatkan prestasi belajar.

F. Tujuan

Mengacu pada permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui

Penelitian Tindakan Kelas ini adalah “Meningkatkan minat dan kreativitas siswa

kelas VII.a MTs Guppi Biangloe Bantaeng dalam pembelajaran seni tari

nusantara melalui pendekatan kooperative tipe jigsaw dengan media audio visual”

Page 8: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Belajar menurut Slameto adalah proses perubahan tingkah laku seseorang

sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya (Jihad

dan Haris, 2008: 2). Robert M. Gagne mengatakan bahwa belajar adalah sebuah

proses alami yang dapat membawa perubahan pada pengetahuan, tindakan, dan

perilaku seseorang (Pribadi, 2009: 6).

Robert Heinich mengatakan bahwa belajar merupakan sebuah proses

perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjadi manakalah

seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber belajar

(Pribadi, 2009: 6). Selanjutnya, menurut Sudjana belajar adalah proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar

dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta

perubahan aspek-aspek yang ada pada individu belajar (Jihad dan Haris, 2008: 2).

Menurut Sardiman (2010: 8) belajar adalah perubahan tingkah laku atau

penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar akan lebih baik, kalau si

subjek (anak didik) belajar itu mengalami atau melakukannya sendiri.

Page 9: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 9

Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseoarang untuk mencapai

tujuan tertentu. Adapaun tujuan belajar secara umum menurut Sardiman (2010: 26)

adalah:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

2. Penanaman konsep dan keterampilan

3. Pembentukan sikap.

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan untuk memperoleh berbagai

perubahan. Ciri-ciri perubahan dalam belajar menurut Slameto (Jihad dan Haris,

2008: 3) adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan secara sadar

2. Bersifat kontinu dan fungsional

3. Bersifat positif dan aktif

4. Tidak bersifat sementara

5. Memiliki tujuan dan terarah

6. Mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Dengan demikian, belajar pada dasarnya merupakan suatu proses yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru sebagai hasil interaksi

individu itu sendiri dengan lingkungannya dan dilakukan secara sadar yang meliputi

perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif).

Page 10: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 10

B. Pembelajaran Seni Budaya

Pembelajaran menurut Dengeng (Ratuman, 2005: 3) adalah upaya menciptakan

kondisi yang memungkinkan siswa untuk belajar atau merupakan upaya untuk

membelajarkan siswa.

Gagne (Pribadi, 2009: 9) mendefenisiskan istilah pembelajaran sebagai “a set of

events embedded in purposeful activities that facilitate learning” yaitu serangkaian

aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya

proses belajar.

Pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan komponen-komponen yang

saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yaitu mencapai tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Komponen-komponen dari sebuah sistem pembelajaran

meliputi siswa, guru, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media

pembelajaran, strategi pembelajaran, evaluasi dan umpan balik.

Memperbincangkan masalah seni, tidak terlepas dari factor adanya keindahan,

karena seni itu sendiri memperbincangan masalah keindahan, meskipun yang

diperbincangkan tentang keindahan itu sendiri juga belum tentu menyentuh tentang

adanya nilai-nilai kandungan seni, wajar jika setiap orang memiliki daya pandang

yang berbeda-beda terhadap pengertian seni, sehingga tidak ada satu defenisi yang

mutlak terhadap pengertian seni. Sehingga muncullah pertanyaan apa sebenarnya seni

itu..?

Page 11: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 11

Sebagai bahan perbandingan memperbincangkan tentang definisi seni

dibawa ni terdapat beberapa pendapat para ahli, pemerhati seni, pendidik seni, dan

juga seniman yang mempunyai pendapat yang berbeda-beda sebagai berikut:

1. Menurut Leo Tolstoy, Bahwa seni adalah kegiatan manusia yang dilakukan

secara sadar dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu untuk

menyampaikan perasaan yang telah di hayatinya kepada orang lain sehingga

mereka kejangkitan perasaan ini dan juga mengalaminya.

2. Menurut Ki Hajar Dewantoro bahwa seni adalah perbuatan manusia yang

timbul dari kehidupan perasaannya dan brsifat indah sehingga dapat

menggerakkan jiwa perasaan manusia yang mengandung refleksi realita.

3. Menurut Goethe, 1773 mengatakan bahwa seni adalah kreatifitas,ekspresi, dan

proses.

4. Menurut Prof. Drs Suwaji Bastomi mengatakan bahwa karya seni adalah suatu

hasil pernyataan batin atau ungkapan jiwa seseorang yang mengandung

maksud tertentu. Hal itu dapat di tinjau dari segi psikologi dan segi estetik.

5. Menurut Drs Beni subiantoro juga berpendapat bahwa seni adalah suatu hasil

karya cipta manusia yang bermuatan adanya unsure-unsur estetika.

Selain dari lima pengertian seni yang di cantumkan diatas masi banyak lagi

yang pendapat lain dari para toko seni, pengamat seni, maupun pekerja seni lainnya

yang belum dicatumkan. Hal inilah yang mendorong kami untuk melakukan

penelitian ini dengan metode yang telah kami tetapkan.

Page 12: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 12

C. Hasil Belajar Seni Budaya

Hasil merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan tingkat

keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha.

Selanjutnya dalam kaitannya dengan belajar, maka hasil belajar merupakan tingkat

keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Sudjana berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh

siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Jihad dan Haris, 2008: 15).

Menurut Usman (Jihad dan Haris, 2008: 16) hasil belajar dikelompokkan

kedalam tiga kategori, yaitu:

1. Kognitif, yang meliputi: pengetahuan (knowledge), pemahaman

(comprehension), aplikasi, analisa, sintesa, dan evaluasi.

2. Kemampuan sikap (affective), yang meliputi: menerima atau memperhatikan,

merespon, penghargaan, mengorganisasikan dan mempribadi (mewatak).

3. Ranah psikomotorik, yang meliputi: Menirukan, manipulasi, keseksamaan

(precision), artikulasi (articulation) dan naturalisasi.

Belajar seni budaya adalah sebuah proses untuk memahami tentang materi

pelajaran seni yang nantinya akan membawa pada perubahan pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar seni budaya

adalah tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Page 13: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 13

D. Pengertian minat

Menurut Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 1990 : 99-100) aktivitas siswa

digolongkan menjadi 8 golongan, yaitu : visual activities, oral activities, listening

activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan

emotional activities.

Visual activities meliputi membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,

percobaan, pekerjaan orang lain. Oral activities misalnya menyatakan, merumuskan,

bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, interupsi,

dan diskusi. Listening activities; misalnya mendengarkan uraian, percakapan, musik,

pidato. Writing activities; misalnya menulis cerita, karangan, laporan. Drawing

activities; misalnya menggambar, membuat grafik, peta. Motor activities; misalnya

melakukan percobaan, membuat konstruksi. Mental activities; misalnya menanggapi,

menganalisa, mengambil kesimpulan. Emotional activities; misalnya menaruh minat,

merasa bosan, berani, gembira, dan sebagainya.

Minat adalah suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir

dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan (Natawijaya,

1978:94)

Menurut Soesilowindradini (dalam Tuharjo,1989:13), “suatu kegiatan yang

dilakukan tidak sesuai minat akan menghasilkan prestasi yang kurang

menyenangkan”. Dapat dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang akan

mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi.

Purnama (1994:15) menjabarkan karakteristik individu yang memiliki minat tinggi

Page 14: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 14

terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi,

berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebangggaan, kesediaan untuk berusaha

dan mempunyai pertimbangan yang positif. Pendapat tersebut tidak jauh berbeda

dengan pendapat Slameto dalam (TomiDarmawan,2007) yang menyatakan “bahwa

minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada

yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan

tersebut maka semakin besar minatnya”. Suyanto (1969:9) memandang minat sebagai

pemusatan perhatian yang tidak sengaja yag terlahir dengan penuh kemauan dan

tergantung dari bakat dan lingkungan. Utami dan Fauzan dalam (Tomi

Darmawan,2007) memandang minat sebagai kecenderungan yang relatif menetap

sebagai bagian diri seseorang, untuk tertarik dan menekuni bidang-bidang tertentu.

Winkel (1987:105) menyatakan “bahwa minat merupakan suatu kecenderungan

subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi tertentu dan merasa

senang untuk mempelajari materi itu”.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat ditemukan adanya beberapa unsur pokok

dalam pengertian minat, yaitu adanya perhatian, daya dorong tiap-tiap individu dan

kesenangan. Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa,

1997 : 370). Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan

sikap.Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting

dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan

menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. (Gunarso,1995 : 68). Minat

Page 15: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 15

merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang

mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995 : 144).

Kesimpulan dari beberapa definisi di atas tentang minat, bahwa minat

merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan

penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan

sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam

mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.

Minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu: (Hurlock, 1995 : 117)

a. Aspek Kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari

baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media massa.

b. Aspek Afektif

Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalamsikap

terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman

pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru dan teman sebaya

terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang

dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiata.

c. Aspek Psikomotor

Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.

Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan

meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.

Page 16: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 16

1. Macam minat

Minat dibedakan menjadi 2 yaitu: (Witherington, 1999 : 26)

a. Minat primitif

Disebut pula minat biologis, yaitu minat yang berkisar soal makanan dan

kebebasan aktifitas.

b. Minat kultural

Disebut juga minat sosial yaitu minat yang berasal dari perbuatan yang lebih

tinggi tarafnya.

2. Kriteria Minat

Menurut Nursalam (2003), minat seseorang dapat digolongkan menjadi

a) Rendah : Jika seseorang tidak menginginkan obyek minat

b) Sedang : Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak

dalam waktu segera.

c) Tinggi : Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam

waktu segera.

3. Cara menimbulkan minat

Minat dapat ditimbulkan dengan cara: (Effendi dan Praja, 1993 : 72)

a. Membangkitkan suatu kebutuhan.

b. Menghubungkan dengan pengalaman yang lampau.

c. Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang lebih baik.

Page 17: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 17

E. Pengertian Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang

menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang

dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut

pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi

kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat

didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi

Person, Proses, Press dan Product sebagai berikut :

1. Definisi kreativitas dalam dimensi Person

Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang

berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.

“Creativity refers to the abilities that are characteristics of creative people”

(Guilford, 1950 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)

“Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment

in an unique and characteristic way” (Hulbeck, 1945 dikutip Utami Munandar, 1999)

Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau

kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.

Sedangkan Hulbeck menerangkan bahwa tindakan kreatif muncul dari

keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.

Definisi kreativitas dari dua pakar diatas lebih berfokus pada segi pribadi.

2. Kreativitas dalam dimensi Process

Page 18: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 18

Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus

pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.

“Creativity is a process that manifest in self in fluency, in flexibility as well in

originality of thinking” (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001).

Utami Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau

kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan

orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,

memperkaya, memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada

aspek proses perubahan (inovasi dan variasi). Selain pendapat yang diuraikan diatas

ada pendapat lain yang menyebutkan proses terbentuknya kreativitas sebagai berikut :

Wallas (1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 mengemukakan empat tahap

dalam proses kreatif yaitu :

Tahap Persiapan; adalah tahap pengumpulan informasi atau data sebagai bahan

untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini terjadi percobaan-percobaan atas dasar

berbagai pemikiran kemungkinan pemecahan masalah yang dialami.

Inkubasi; adalah tahap dieraminya proses pemecahan masalah dalam alam prasadar.

Tahap ini berlangsung dalan waktu yang tidak menentu, bisa lama (berhari-hari,

berbulan-bulan, bertahun-tahun), dan bisa juga hanya sebentar (hanya beberapa jam,

menit bahkan detik). Dalam tahap ini ada kemungkinan terjadi proses pelupaan

terhadap konteksnya, dan akan teringat kembali pada akhir tahap pengeraman dan

munculnya tahap berikutnya.

Page 19: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 19

Tahap Iluminasi; adalah tahap munculnya inspirasi atau gagasan-gagasan untuk

memecahkan masalah. Dalam tahap ini muncul bentuk-bentuk cetusan spontan,

seperti dilukiskan oleh Kohler dengan kata-kata now, I see itu yang kurang lebihnya

berarti “oh ya”.

Tahap Verifikasi; adalah tahap munculnya aktivitas evaluasi tarhadap gagasan

secara kritis, yang sudah mulai dicocokkan dengan keadaan nyata atau kondisi realita.

Dari dua pendapat ahli diatas memandang kreativitas sebagai sebuah proses yang

terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan sebuah

gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir).

3. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press

Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau

dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat

untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal

dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (1982) dalam S. C. U.

Munandar 1999, merujuk pada aspek dorongan internal dengan rumusannya

sebagai berikut :

“The initiative that one manifests by his power to break away from the usual

sequence of thought”

Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan

fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang

berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang

terbukanya terhadap perubahan atau perkembangan baru.

Page 20: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 20

4. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product

Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas

yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik

sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif.

“Creativity is the ability to bring something new into existence” (Baron, 1976 dalam

Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001) Definisi yang berfokus pada produk kreatif

menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh Baron (1969) yang

menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan

sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (1962) dalam Munandar, 1999; yang

menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi

baru yang mempunyai makna sosial. Dari dua definisi ini maka kreatifitas tidak hanya

membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari sesuatu yang sudah

ada sebelumnya.

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjelaskan makna

dari kreativitas yang dikaji dari empat dimensi yang memberikan definisi saling

melengkapi. Untuk itu kita dapat membuat berbagai kesimpulan mengenai definisi

tentang kreativitas dengan acuan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para

ahli. Dari beberapa uraian mengenai definisi kreativitas yang dikemukakan diatas

peneliti menyimpulkan bahwa :

“Kreativitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif

(bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik)”.

Page 21: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 21

F. Pengertian Seni Tari

Istilah seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang

artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa belanda

yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni dalam seni budayaberasal dari

kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya

Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil

1. Pengertian menurut para ahli budaya

Drs. Popo Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin

disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat /

berkelompok.

Ahdian Karta Miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan realitas

dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk membangkitkan

pengalaman tertentu dalam rohaninya penerimanya

Ki Hajar Dewantara, seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari

perasaan dan sifat indah, hingga menggerakan jiwa perasaan manusia

Plato dan Reuseau berpendapat, seni adalah hasil peniruan dari alam dengan

segala seginya

2. Cabang – cabang seni

Seni sebagai media pengungkapan terbagi atas 5 cabang yaitu :

Seni rupa yaitu seni yang mengungkapkan melalui media bahan, cat (pewarna),

garis dan bentuk

Page 22: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 22

Seni musik, yaitu seni yang diungkapkan melalui media bunyi – bunyian atau

suara

Seni Tari, yaitu media seni yang diungkapkan melalui media gerakan tubuh

Seni sastra, yaitu seni yang diungkapkan melalui media kata dan bahasa

Seni Teater, yaitu seni yang diungkapkan melalui media kata, gerak, bunyi/suara

dan rupa (merupakan seni multimedia)

Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah

tubuh.

Kesejalanan yang dikembangkan berhubungan dengan konsep tari masih banyak

diperdebatkan. Hal ini terbukti masih belum komplitnya pemahaman tari itu sendiri

yang berkembang di masyarakat. Pendapat para ahli tentang tari juga masih beragam

yaitu :

1. Hawkin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh

imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak

yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak

langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa

menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan.

2. La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi

harus diinternalisasikan.

4. Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk

obyektif (Meri:1987, 12). Dalam upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.

Page 23: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 23

5. Tari disampaikan oleh Soedarsono bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia

yang diubah melalui gerak ritmis yang indah.

6. Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan

kepada gerak tubuh yang berirama

7. M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa gerak-gerak

anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik adalah tari.

8. Di sisi lain Sussanne K Langer menyatakan, tari adalah gerak ekspresi manusia

yang indah. Gerakan dapat dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme

tertentu.

G. Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif berasal dari kata bahasa Inggris yaitu cooperate yang berarti

bekerja sama. Jadi pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menuntut kerja

sama siswa dalam proses belajar mengajar melalui pembentukan kelompok-kelompok

kecil.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dimana siswa belajar dalam

kelompok kecil yang memiliki tingkat pengetahuan berbeda. Dalam menyelesaikan

masalah yang setiap kelompok saling bekerjasama dan membantu untuk memahami

materi yang berkaitan dengan masalah tersebut (Amri dan Ahmadi; 2010: 67).

Kelompok dalam pembelajaran kooperatif bukanlah semata-mata sekumpulan

orang namun kelompok dalam hal ini adalah kelompok yang dapat melakukan

interaksi, mempunyai tujuan dan groupness atau satu kesatuan.

Page 24: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 24

Unsur-unsur pembelajaran kooperatif menurut Roger dan David Jhohnson

(Suprijono, 2009; 58) adalah sebagai berikut:

1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif)

2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)

3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif)

4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)

5. Group processing (pemrosesan kelompok).

Tabel fase-fase pembelajaran cooperative

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi

siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada

pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan perubahan

yang efisien.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok – kelompok belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan

tugas mereka.

Page 25: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 25

Fase 5

Mengetes materi

Guru mengetes materi pelajaran atau

kelompok menyajikan hasil-hasil

pekerjaan mereka.

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru memberikan cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil

belajar individu dan kelompok.

H. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson

dan teman teman di Universitas Texas pada tahun kurun waktu 1971 sampai 1978.

Mereka mengembangkan model tersebut berdasarkan karakteristik kelas yang sangat

heterogen dari segi latar belakang sosial.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif

yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab

atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut

anggota kelompok lainnya (Arends,1997:34). Model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam

kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Anggota kelompok berkomposisi

heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung

jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi

yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal.

Page 26: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 26

Jigsaw dirancang untuk memberikan kesempatan belajar yang adil kepada

semua siswa. Demikian juga memberikan kesempatan yang sama untuk terlibat aktif

dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada

setiap siswa untuk mempelajari bagian materi ajar sehingga ia akan menjadi ahli

dibidangnya. Keahlian yang dimilliki tersebut kemudian dibelajarkan kepada

rekannya di kelompok lain. Rekannya di kelompok lain juga mempelajari materi ajar

yang lain dan menjadi ahli di bidangnya. Interaksi yang terjadi adalah pola

pembelajaran saling berbagi (share). Setiap siswa akan memiliki rasa percaya diri

yang tinggi karna memiliki keahlian tersendiri yang diperlukan siswa lain. Setiap

siswa akan merasa saling memerlukan dan tergantung dengan siswa lain.

Pola distribusi siswa dalam kelompok jigsaw diawali dengan pembentukan

kelompok asal. Dari kelompok asal kemudian didistribusikan ke kelompok ahli untuk

mempelajari bidang tertentu sampai menjadi ahli. Siswa di kelompok ahli kemudian

kembali ke kelompok asal untuk berbagi tentang ilmu yang sudah didapatkan melalui

presentasi sederhana. Di kelompok asal siswa yang sudah ahli akan bertemu dengan

siswa lain yang ahli di bidang lain untuk saling berbagi menyelesaikan permasalahan

yang diberikan guru.

Berikut langkah-langkah model classrom jigsaw terdiri dari : 1). Membagi

siswa menjadi 6 kelompok jigsaw. Kelompok harus beragam dalam hal gender, etnis,

ras, dan kemampuan. 2). Menunjuk salah satu siswa dari tiap kelompok sebagai

pemimpin. Awalnya, orang ini harus menjadi siswa yang paling matang dalam

kelompok. 3). Membagi pelajaran hari itu menjadi beberapa bagian. 4).

Page 27: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 27

Tugaskan setiap siswa untuk belajar satu bagian, memastikan siswa memiliki akses

langsung hanya untuk bagian mereka sendiri. 5). Berikan siswa waktu untuk

membaca lebih bagian mereka setidaknya dua kali dan menjadi akrab dengannya.

Tidak perlu bagi mereka untuk menghafalkannya. 6). Membentuk "kelompok ahli"

dengan memilih salah satu siswa dari setiap kelompok jigsaw bergabung siswa yang

berbeda di bagian yang sama. Beri siswa dalam kelompok ahli waktu untuk

mendiskusikan poin-poin utama dari bagian mereka. 7). Bawa para siswa kembali ke

kelompok asal. Mintalah setiap siswa untuk mempresentasikannya atau menjelaskan

untuk kelompok asal. Mendorong anggota kelompok lain dalam kelompok untuk

mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi. 8). Peminpin kelompok dapat campur

tangan dalam mengendalikan jalannya diskusi agar tetap tertib sehingga tujuan

tercapai. 9). Pada akhir sesi, memberikan kuis pada materi sehingga siswa dengan

cepat menyadari bahwa sesi ini tidak hanya menyenangkan dan permainan tapi benar-

benar dihitung.

I. Pengertian media pembelajaran

Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara

atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan

tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2)

“media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”.

Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah

alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai

Tujuan pembelajaran”.

Page 28: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 28

Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :

“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.

a. Jenis – jenis media

Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian

informasi dan pesan – pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat pula

dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat – sifat media tersebut. Sampai

saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam mengelompokkan media..

Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh

Rohani (1997 : 16) yaitu :

1. Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film strip,

atau overhead proyektor.

2. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun yang

tidak bersuara.

3. Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.

4. Televisi

5. Benda – benda hidup, simulasi maupun model.

6. Instruksional berprograma ataupun CAI (Computer Assisten Instruction).

Penggolongan media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut pandang adalah

sebagai berikut :

Page 29: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 29

1. Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media

Visual dan media Audio Visual.

2. Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media dengan daya

liput luas dan serentak, media dengan daya liput yang terbatas dengan ruang dan

tempat dan media pengajaran individual.

3. Dilihat dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi media

sederhana (murah dan mudah memperolehnya) dan media komplek.

4. Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua

dimensi), media tiga dimensi, dan media elektronik.

b. Manfaat media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan pembelajaran

adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri keberadaannya. Karena memang

gurulah yang menghendaki untuk memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan

– pesan atau materi pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan

media, maka materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa,

terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek.

Materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu

sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media pembelajaran, tetapi

dilain sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Materi

pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu sukar dipahami oleh

siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi pembelajaran yang

disampaikan.

Page 30: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 30

Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245)

adalah :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata- katanya,

tetapi tidak tahu maksudnya)

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

3. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat

diatasi sikap pasif siswa.

4. Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.

Selanjutnya manfaat media menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :

1. Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan peredaran

darah.

2. Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam lingkungan belajar.

3. Menampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.

4. Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.

5. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.

6. Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan lingkungannya.

7. Membangkitkan motivasi belajar

8. Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar.

9. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun

disimpan menurut kebutuhan.

10. Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan ruang)

11. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.

Page 31: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 31

J. Pengertian Audio Visual

Audio Dalam sistem komunikasi bercirikan video, sinyal elektrik digunakan

untuk membawa unsur bunyi. Istilah ini juga biasa digunakan untuk menerangkan

sistem-sistem yang berkaitan dengan proses perekaman dan transmisi yaitu sistem

pengambilan/penangkapan suara, sambungan transmisi pembawa bunyi, amplifier

dan lainnya.

Macam macam audio visual

1. Audiovisual Perangkat soundsistem yang dilengkapi dengan penampilan gambar,

biasanya digunakan untuk presentasi, home theater, dsb.

2. Audio Streaming istilah yang dipergunakan untuk mendengarkan siaran secara

live melalui Internet. Dengan streaming kita dapat mendengarnya langsung tanpa

perlu mendownload file-nya sekaligus. Ada bermacam-macam audio streaming,

misalnya Winamp (mp3), RealAudio (ram) dan liquid radio.

3. Audio response Suara yang dihasilkan oleh komputer.Output pembicaraan yang

dihasilkan komputer untuk menanggapi input jenis khusus, misalnya permintaan

nomor telepon

4. Audio Oscillator Merupakan produk dari perusahaan Hewlett Packard yang

pertama. Produk ini digunakan oleh Walt Disney Studios dalam pembuatan

filmnya yang berjudul Fantasia

5. Audio Modem Riser Sebuah kartu plug-in untuk motherboard Intel yang memuat

sirkuit audio dan atau sirkuit modem. AMR memuat fungsi-fungsi analog (kode-

kode) yang dipelukan untuk operasi modem dan atau audio.

Page 32: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 32

Ditinjau dari segi bahasa pengertian audio visual :

Audio: radio (suara) Visual : grafik, gambar, dapat dilihat

Jadi Audio Visual : kombinasi antara gambar dan suara

Fungsi dari Audio Visual :

1. Fungsi Atensi: menarik dan mengarahkan perhatian komunikan untuk

berkonsentrasi pada isi dakwah yang berkaitan dengan makna visual yang

ditampilkan.

2. Fungsi Kognitif: memperlancar pencapaian, bertujuan untuk memahami dan

mengingat pesan yang disampaikan.

3. Fungsi Kompensatoris: membantu mengakomodasi komunikan yang lemah dan

lambat dalam memahami uji materi dakwah.

K. Kerangka Berfikir

Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan

belajar di kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan siswa belum berkembang

selama proeses pembelajaran yang terdampak pada hasil belajar siswa masih rendah

dalam mempelajari materi seni budaya. Hal ini yang menjadi indikator perlunya

upaya untuk membantu siswa agar dapat mempelajari pelajaran seni budaya dengan

lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Berdasakan paparan di atas, maka kerangka pikir penelitian tindakan

kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 33: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 33

Bagan 1. kerangka pikir

L. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka hipotesis tindakan dalam

penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan

media audio visual dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas VII.a MTs Guppi

Biangloe Bantaeng dalam pembelajaran seni tari nusantara

Proses Belajar Mengajar

Seni Tari

Nusantara

Kooperatif tipe

Jigsaw

Siklus I Siklus II

refleksi

Hasil Belajar

Temuan

Analisis

relevansi

Page 34: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 34

BAB III

PROSEDUR PELAKSANAAN

A. Jumlah Siswa, Tempat, dan Waktu Pelaksanaan P2K

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII.a MTs Guppi Biangloe

Bantaeng yang berlokasi di Jl. Batu Karaeng Kecamatan Pa’jukukang. Jumlah siswa

pada kelas ini adalah sabanyak 28 orang. Siswa dalam kelas ini terdiri dari 14 orang

siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.

Pelaksanaan P2K dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklus berlangsung

selama 4 kali pertemuan yang terdiri dari 3 kali pertemuan proses belajar mengajar

dan satu kali pertemuan untuk tes hasil belajar. Pelaksanaan P2K ini berlangsung

pada semester genap yang dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan.

B. Langkah – Langkah Pembuatan Perangkat Pembelajaran Inovatif Seperti

RPP dan Alat Evaluasi.

Langkah pertama adalah meminta Silabus pada guru Seni Budaya (Guru

Pembimbing), langkah kedua menelaah silabus yang telah diperoleh dan

mengkonsultasikannya pada guru pembimbing dan dosen pembimbing, langkah

ketiga menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan konsultasi pada

pembimbing, serta merumuskan alat evaluasi berupa soal – soal dalam bentuk

kelompok dan individu.

Page 35: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 35

Selanjutnya dapat dilihat pada bagan alur di bawah ini:

Gambar 1. alur penelitian

C. Indikator Keberhasilan

Yang menjadi kriteria keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah hasil belajar siswa secara individual mencapai minimal 70 %, secara

kuantitatif minimal 85 % siswa yang tuntas belajar, dan rata-rata kelas minimal

mencapai 70. Terjadinya peningkatan hasil belajar siswa, baik ditinjau dari hasil tes

setiap akhir siklus maupun dari segi keaktifan siswa dalam pembelajaran, yaitu

meningkatnya motivasi siswa dalam belajar seni budaya, meningkatnya frekuensi

kehadiran siswa, dan meningkatnya keaktifan siswa dalam mengerjakan soal-soal.

D. Implementasi RPP dan Evaluasi Di Kelas

Setelah menyusun Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), maka

proses belajar mengajar pun dapat dimulai. Implementasi dari RPP meliputi

Studi Pendahuluan

dengan meneliti silabus.

Menyusun RPP

dan Rencana

tindakan Siklus 1

Pelaksanaan

Tindakan dan

Pengamatan

Rencana

Tindakan

Siklus 2

Pelaksanaan

Tindakan dan

Pengamatan

Simpulan Refleksi

Refleksi

Page 36: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 36

Pembukaan sesuai dengan kegiatan yang telah dibuat, penjelasan Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar, menyampaikan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan,

penyampaian materi, penyampaian metode pembelajaran yang dilaksanakan,

pembentukan kelompok, mengarahkan siswa dalam kelompoknya, membuat

kesimpulan dan Penutup. Evaluasi di kelas dilaksanakan dalam bentuk tugas individu

dan tugas kelompok. Selanjutnya dapat dilihat pada lampiran mengenai RPP dan alat

evaluasi.

Prosedur pelaksanaan pembelajaran tertdiri dari 2 siklus setiap siklus

dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yaitu 3 pertemuan tatap muka dan 1 kali tes

siklus. Dalam proses pembelajaran yang tidak terlaksana sesuai dengan skenario

pembelajaran pada setiap pertemuan yaitu:

RPP yang telah dibuat oleh peneliti terlaksana dengan baik, karena peneliti

berfikir bahwa apa yang telah disusun dalam RPP tersebut adalah yang terbaik untuk

diterapkan pada penelitian tindakan kelas kali ini. Kemudian pada pelaksanaan

evaluasi dan semua bahan pengajaran dimasukkan. Dan siswa mengikuti evaluasi

dengan tenang

Sebelum tindakan dilakukan dibuat perencanaan berikut ini :

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Berdasarkan masalah yang terjadi dilapangan telah diuraikan dalam latar

belakang penelitian ini, peneliti melakukan kajian teori. Kajian teori yang

Page 37: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 37

dimaksudkan sebagai pertimbangan memilih alternatif strategi pembelajaran untuk

meningkatkan pemahaman siswa pada materi pembelajaran seni budaya.

Tahap perencanaan (planning):

1. Mengidentifikasi masalah (observasi)

2. Menganalisis dan merumuskan masalah.

3. Merancang model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions.

4. Mendiskusikan penerapan model pembelajaran.

5. Menyiapkan instrument/media pembelajaran (sillabus, RPP, pedoman

observasi, dan tes akhir)

6. Menentukan kriteria keberhasilan

7. Menyusun kelompok belajar peserta didik

8. Mengkoordinasikan rencana kerja pelaksanaan tindakan dengan observer.

b. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan yang dimaksud adalah yang melakukan proses pembelajaran.

Tahap melakukan tindakan (action), mencangkup :

1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan

2. Menerapkan model Jigsaw.

3. Membentuk kelompok dengan cara berpasangan

4. Memberikan pemahaman berupa penjelasan kepada siswa melalui

media yang telah tersedia

5. Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan penjelasan yang telah

diberikan kemudian presentasi kelompok.

Page 38: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 38

6. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan

sesuai rencana.

7. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan

yang dilaksanakan.

8. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala

saat melakukan tahap tindakan..

Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan skenario pembelajaran yang telah

disusun pada tahap perencanaan.

c. Pengamatan

Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah mendokumentasikan hasil data pada

siklus I. Observasi dilakukan oleh observer yang meliputi aktivitas peneliti sebagai

pengajar dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya.

Tahap mengamati (observasi) :

1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran yang

dilakukan.

2. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat proses

pembelajaran.

d. Evaluasi / refleksi

Evaluasi atau refleksi dilakukan untuk melihat keseluruhan proses

pelaksanaan siklus I. Dalam hal ini dimaksudkan sebagai kegiatan menganalisis,

memahami, dan membuat kesimpulan. Peneliti menganalisis hasil tindakan siklus

Page 39: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 39

pertama sebagai bahan pertimbangan apakah siklus I sudah mencapai kriteria

keberhasilan berdasarkan hasil tes tindakan pertama dan Melakukan diskusi dengan

guru pembimbing untuk membahas tentang kelemahan atau kekurangan yang

dilakukan serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Tahap perencanaan (planning), mencangkup:

1. Mengevaluasi hasil refleksi, diskusikan, dan mencari upaya perbaikan

untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.

2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran pada

siklus sebelumnya.

3. Menyusun skenario pembelajaran dan merancang perbaikan untuk

siklus kedua.

4. Mendiskusikan penerapan model pembelajran

5. Menyiapkan / media pembelajaran ( sillabus, RPP, pedoman observasi,

dan tes akhir)

6. Mengkoordinasikan rencana kerja pelaksanaan tindakan dengan

observer.

b. pelaksanaan tindakan

Tahap melakukan tindakan (action) mencangkup:

1. Melakukan analisis pemecahan masalah

2. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan

Page 40: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 40

3. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan

model pembelajaran Jigsaw.

4. Membentuk kelompok dengan cara berpasangan

5. Memberikan pemahaman berupa penjelasan kepada siswa melalui

media yang telah tersedia.

6. Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan penjelasan yangn telah

diberikan

7. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan

sesuai dengan rencana

8. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala

saat melakukan tahap tindakan .

Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan pembelajaran yang telah

disusun pada tahap perencanaan.

c. Pengamatan

Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah mendokumentasikan hasil

pengumpulan data pada siklus II. Observasi dilakukan oleh observer yang

meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar

observasi yang telah disiapkan sebelumnya.

Tahap mengamati (observation), mencangkup:

1. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran

yang dilakukan.

Page 41: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 41

2. Mencatat perubahan yang terjadi disiklus II saat penerapan model

pembelajaran.

d. Evaluasi / refleksi

Evaluasi atau refleksi dilakukan untuk melihat keseluruhan proses

pelaksanaan siklus kedua. Dalam hal ini dimaksudkan sebagai kegiatan

menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan. Peneliti menganalisis

hasil tindakan siklus ke dua sebagai bahan pertimbangan apakah siklus ke II

sudah mencapai kriteria keberhasilan berdasarkan hasil tes tindakan kedua

dan melakukan diskusi dengan guru pembimbing untuk membahas tentang

sejauh mana perkembangan yang dilakukan selama siklus II.

Page 42: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 42

BAB IV

HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Hasil dan analisis data penelitian dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari

kegiatan penelitian tentang hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw yang telah dilaksanakan di MTs Guppi Biangloe. Pelaksanaan ini

dilaksanakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, adapun yang dianalisis adalah tes

akhir siklus I dan tes akhir siklus II.

Hasil dan pembahasan yang diperoleh dari dua siklus pelaksanaan penelitian

ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Hasil analisis kuantitatif

Pada siklus I ini dilaksanakan tes hasil proses pembelajaran yang berbentuk

ulangan harian setelah penyajian materi selama 4 kali pertemuan. Adapun data skor

hasil proses pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 4.1 Statistik skor hasil belajar seni budayasiswa kelas VII.a MTs Guppi

Biangloe pada akhir siklus I

Statistik Nilai statistic

Jumlah siswa 28

Skor ideal 100

Nilai maksimum 80

Nilai minimum 30

Rentang skor 50

Skor rata-rata 57,6

Page 43: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 43

Dari table 4.1 menunjukkan bahwa skor rata-rata (mean) hasil proses

pembelajaran seni budaya setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

pada siklus I adalah 57,6 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100.

Hal ini disebabkan karena masih kurangnya perhatian siswa dengan

melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung. Apabila skor hasil

belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi

nilai seperti yang disajikan pad tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar seni budaya siswa

kelas VIIa MTs Guppi Biangloe pada akhir siklus I

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 0 – 34 Sangat rendah - -

2. 35 – 54 Rendah 5 27,7

3. 55 – 64 Sedang 7 38,8

4. 65 – 84 Tinggi 6 33,3

5. 85 – 100 Sangat tinggi - -

Jumlah 18 100

Persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

Persentase skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0% - 69% Tidak tuntas 10 35,7

70% - 100% Tuntas 18 64,2

Jumlah 28 100

Page 44: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 44

Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2 maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

belajar seni budaya siswa Kelas VIIA MTs Guppi Biangloe setelah dilakukan

tindakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada akhir siklus I berada dalam

kategori rendah.

b. Hasil Analisis Kualitatif

Selama berlangsungnya penelitian pada siklus I tercatat sikap yang terjadi

pada setiap siswa terhadap pelajaran seni budaya. Sikap siswa tersebut diperoleh dari

lembar observasi pada setiap pertemuan yang dicatat pada setiap siklus. Lembar

observasi tersebut digunakan untuk mengetahui perubahan sikap siswa selama

proses belajar mengajar berlangsung di kelas.

Data tentang sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran seni budaya

diperoleh melalui lembar observasi. Adapun deskriptif tentang sikap siswa selama

mengikuti proses pembelajaran pada siklus I.

Adapun sikap siswa dari siklus I adalah sebagai berikut:

a) Perhatian siswa pada siklus I ini masih berjalan seperti kurang antusiasnya

siswa dalam menyelesaikan tugas secara berkelompok dan masih kurangnya

kerjasama siswa dalam membantu temannya menyelesaikan tugas secara

berkelompok.

b) Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar semakin meningkat dalam

menjawab pertanyaan maupun bertanya tentang materi yang telah dibahas.

Mereka saling bersaing ingin kelompoknya yang unggul.

Page 45: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 45

c) Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sudah baik tapi dalam hal ini

siswa mengajukan diri baik mengerjakan soal yang masih didominasi oleh

siswa yang pintar dan itupun masih ditunjuk.

d) Pada saat siswa melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya masih

banyak siswa yang kurang memperhatikan.

e) Pada siklus I siswa dalam mempresentasikan hasil diskusinya kurang berani,

bahkan ada kelompok yang belum siap untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya.

f) Hasil analisis refleksi

Pada siklus I, semangat minat dan keaktifan siswa dalam proses belajar

mengajar dalam menjawab pertanyaan lisan guru, bertanya tentang materi yang

dibahas serta mengerjakan soal-soal di papan tulis dapat dikatakan kurang

sekali, hal tersebut hanya dilakukan oleh siswa yang tergolong pintar. Tampak

sekali tiap siswa yang hanya pasif dan hanya mendengarkan serta mencatat saja

tiap materi yang diajarkan.

Pada pertemuan kedua dan berakhirnya siklus pertama, semangat siswa

untuk menyelesaikan soal secara kelompok sudah tampak. Walaupun masih ada

siswa yang masih pasif. Hal ini terlihat dari kurang kompaknya setiap kelompok

dan kurang komunikasinya antara anggota kelompok serta masih banyak siswa

yang meminta bimbingan kepada guru sebelum melakukan diskusi dengan

teman sekelompoknya bahkan ada kelompok yang anggotanya tidak mau

membacakan hasil diskusinya.

Page 46: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 46

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa diantara mereka ada yang tidak

menerima dikelompokkan dengan teman sekelompoknya, karena mereka ingin

memilih anggota kelompoknya sendiri.

Pembelajaran tipe Jigsaw pada fase terakhir adalah pemberian penghargaan

baik secara individu maupun kelompok.

2. Siklus II

a. Hasil analisis kuantitatif

Seperti halnya siklus I, tes belajar pada siklus II ini dilaksanakan dengan bentuk

ulangan harian. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa skor rata-rata yang

dicapai oleh siswa kelas VIIA MTs Guppi Biangloe yang diajarkan dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siklus II yang disajikan

dalam tabel 4.4

Tabel 4.5 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa kelas VIIa MTs Guppi Biangloe Pada

Akhir Siklus II

Statistik Nilai statistic

Jumlah siswa 28

Skor ideal 100

Nilai maksimum 90

Nilai minimum 60

Rentang skor 30

Skor rata-rata 61,6

Page 47: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 47

Secara individual, skor yang dicapai siswa bervariasi dari skor minimum 60

dari terendah yang mungkin dicapai 0 sampai dengan skor maksimum 90 dari skor

ideal yang mungkin dicapai 100 dari rentang skor 30.

Apabila skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka

diperoleh distribusi frekuensi nilai dilihat dari tabel 4.5

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar seni budaya Siswa

kelas VIIA MTs Guppi Biangloe Pada Akhir Siklus II.

No Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 0 – 34 Sangat rendah -- -

2. 35 – 54 Rendah - -

3. 55 – 64 Sedang 4 19

4. 65 – 84 Tinggi 13 61

5. 85 – 100 Sangat tinggi 4 19

Jumlah 21 100

Apabila hasil belajar siswa pada siklus I dianalisis maka persentase

ketuntasan belajar siswa siklus II dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.7 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Persentase skor Kategori Frekuensi Persentase

(%)

0% - 69% Tidak tuntas 7 25

70% - 100% Tuntas 21 75

Jumlah 28 100

Dari tabel 4.7 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan kelas 75% yaitu 21

siswa dari 28 termasuk dalam kategori tuntas dan 25% atau 7 siswa dari 28 termasuk

dalam kategori tidak tuntas.

Page 48: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 48

b. Hasil analisis kualitatif

Selama penelitian berlangsung, selain terjadi peningkatan motivasi belajar

seni budaya pada siklus I dan siklus II tercatat sejumlah perubahan yang terjadi pada

setiap siswa terhadap pelajaran seni budaya. Perubahan tersebut diperoleh dari

lembar observasi pada setiap siklus. Lembar observasi tersebut untuk mengetahui

perubahan sikap siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

Adapun perubahan sikap siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:

1. Kehadiran siswa semakin meningkat dan semangat memperhatikan pelajaran

semakin terlihat, walaupun masih ada beberapa siswa yang kadang melakukan

kegiatan lain ketika guru sedang menjelaskan.

2. Sudah terlihat keseriusan siswa dalam menyelesaikan soal-soal serta sudah

terlihat kekompakan dalam kelompoknya.

3. Keaktifan siswa dalam proses belajar menjawab pertanyaan maupun bertanya

tentang materi yang dibahas. Mereka saling bersaing ingin kelompoknya yang

unggul.

4. Siswa sudah mampu mengerjakan soal latihan dengan meminta bimbingan dari

guru serta bertanya kepada teman sekelompoknya.

5. Siswa yang mengerjakan di papan tulis dengan benar semakin meningkat berkat

adanya kerjasama anggota kelompoknya.

6. Pada siklus II ini siswa sudah mulai berani mengangkat tangan dan

mempresentasikan hasil kerjasama mereka.

Page 49: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 49

c. Hasil Analisis Refleksi

Pada siklus II peneliti sedikit mengalami kesulitan yaitu pada saat

pembentukan kelompok baru, banyak siswa yang tidak ingin kelompoknya diubah

tapi setelah diberikan sedikit arahan mereka menerima satu sama lain. Sehingga pada

pertemuan berikutnya perhatian, minat dan motivasi belajar serta kerja sama antara

sesama anggota kelompoknya dalam proses belajar mengajar sudah mengalami

peningkatan, dilihat dari siswa yang ditunjuk dapat mewakili kelompoknya

membacakan hasil diskusinya di depan kelas dan mengerjakan soal dengan cepat dan

benar serta membimbing teman sekelompoknya.

Pada siklus II semangat dan keaktifan siswa semakin ditandai dengan

memperlihatkan kemajuan.. Secara umum dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan

pada siklus II ini mengalami peningkatan walaupun masih ada beberapa kegiatan

yang mengalami penurunan tapi dibandingkan dengan siklus I yang jauh lebih

menurun.

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang

terdiri dari dua siklus. Penelitian ini membuahkan hasil yang signifikan yakni

meningkatnya motivasi belajar seni budaya di kelas VIIA MTs Guppi Biangloe.

Peningkatan yang terjadi bila dilihat dari tabel 4.7 dan tabel 4.8 sebagai

berikut:

Page 50: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 50

Tabel 4.9 Perbandingan minat belajar seni budaya siswa kelas VIIA MTs Guppi

Biangloe

Siklus

Nilai Perolehan dari 28

siswa

Ketuntasan

Maks Min Mean Tuntas

Tidak

tuntas

1

2

80

90

30

60

57,6

61,6

18

21

10

8

Berdasarkan hasil deskriptif tabel 4.8 dan 4.9 di atas menunjukkan bahwa

setelah dilaksanakan dua kali tes siklus, banyak siswa yang tuntas secara perorangan

pada siklus I adalah 18 siswa meningkat menjadi 21 siswa pada siklus II. Pada siklus

I ketidaktuntasan belajar 10 siswa dan berkurang menjadi 8 siswa pada siklus ke II.

Page 51: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 51

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui Penelitian Tindakan

Kelas ini menunjukkan bahwa metode Jigsaw memberikan perubahan positif dan

signifikan khususnya dalam meningkatkan motivasi siswa dalam belajar seni budaya.

Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan yang signifikan dari partisipasi siswa

yang merespon setiap pertanyaan / permasalahan yang diajukan oleh guru/peneliti.

Selain itu, peningkatan keterlibatan siswa dalam kegiatan menjawab dan mengajukan

ide-idenya dan semakin menghidupkan pula suasana belajar dimana siswa semakin

merasa gembira dan senang mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat

dari banyaknya siswa yang mengusulkan agar metode diskusi ini sering-sering

dilakukan.

B. Saran

Berdasarkan pengalaman selama pelaksanaan penelitian, peneliti menyarankan

hal-hal sebagai berikut:

1. Setiap guru hendaknya selalu mencoba untuk berinovasi, berimpruvisasi,dan

berkreasi dalam rangka peningkatan kualitas belajar mengajar.

2. Guru sebaiknya mengelola kelas sedemikian rupa sehingga pelajar dapat

mengikuti kegiatan dengan senang dan gembira.

Page 52: Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09

Seni Budaya dan Keterampilan | 52

DAFTAR PUSTAKA

Gintings, Abdorrakhman. Ph.D. M.Ed. M.Si. 2008. Esensi Praktis Belajar dan

Pembelajaran. Bandung: humaniora

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Cipayung-Ciputat: Gaung Persada(GP)

press.

Ismail. 2003. Model Pembelajaran Koperatif. Dit. PLP Diknas.

Kagan, Spencer.1994.Cooperative Learning.San Clemente, CA: Kagan Publishing.

Slavin, R, E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice (second

edition). Boston, MA: Allyn and Bacon.

Rochiati Wiraatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Rusman. 2010. Model-Model pembelajaran. Bandung:Rajawali Pers

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabet

Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Koperatif: berorentasi pada Standar

proses pendidikan, jakarta : Kencana Prenada Media Goup.