Laporan Pelatihan Pembuatan Peta Tematik (4-5 Juni 2013, Bogor)
-
Upload
henrico-impola -
Category
Documents
-
view
418 -
download
6
description
Transcript of Laporan Pelatihan Pembuatan Peta Tematik (4-5 Juni 2013, Bogor)
Pelatihan Pembuatan Peta Tematik Kehutanan 4-5 Juni 2013
Laporan
PHOTO: BI/ASEP AYAT
Prepared by:
Burung Indonesia Jl. Dadali No. 32, Bogor 16161 PO BOX 310/Boo, Bogor 16003, Indonesia Phone: +62 251 835 7222 | Fax: +62 251 835 7961
Page | i
Daftar Isi
Daftar Isi ....................................................................................................................................... i
Daftar Singkatan ........................................................................................................................... ii
Pendahuluan ................................................................................................................................ 1
Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
Tujuan...................................................................................................................................... 2
Hasil ........................................................................................................................................ 2
Waktu dan Tempat ................................................................................................................... 2
Hasil Kegiatan............................................................................................................................... 2
A. Kebijakan dan Ketentuan Umum Pemetaan Kehutanan....................................................... 2
B. Kodefikasi Peta Digital Kehutanan...................................................................................... 3
C. Pengantar Peta/GIS, ArcGIS dan Pengenalan ArcCatalog/Management Data Spasial dan
Geodatabase .................................................................................................................... 3
D. Penyajian Peta Kehutanan dan Pembuatan PDAK ............................................................... 4
E. Pengolahan, Interpretasi dan Penyajian Citra Landsat ......................................................... 4
F. Penyiapan Data, Pembuatan dan Penyajian Peta RKU / RKT ................................................ 5
G. Penyiapan Data, Pembuatan dan Penyajian Peta Pedoman Tata Batas ................................. 5
Penutup ....................................................................................................................................... 6
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan ......................................................................................................... 7
Lampiran 2. Isi Presentasi Pelatihan Pembuatan Peta Tematik Kehutanan ....................................... 8
Lampiran 3. Foto Kegiatan........................................................................................................... 28
Lampiran 4. Daftar Absensi Peserta ............................................................................................. 29
Page | ii
Daftar Singkatan
BPKH : Balai Pemantapan Kawasan Hutan
GIS : Geographic Information system
HPH : Hak Pengusahaan Hutan sekarang dikenal dengan IUPHHK-HA
IUPHHK RE Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu - Hutan Alam Restorasi
Ekosistem
PDAK : Peta Dasar Areal Kerja
PDTK : Peta Dasar Tematik Kehutanan
PHPL : Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
PT REKI : Perusahaan Terbatas Restorasi Ekosistem Indonesia
RBI : Rupa Bumi Indonesia
RKT : Rencana Kerja Tahunan
RKU : Rencana Kerja Usaha
TB : Tata Batas
TPTI : Tebang Pilih Tanam Indonesia
TPTJ : Tebang Pilih Tanam Jalur
UMHH : Unit Manajemen Hutan Harapan
Page | 1
Pendahuluan
Latar Belakang
Dalam setiap kegiatan sektor kehutanan selalu diawali dengan perencanaan dan kegiatan yang
berhubungan dengan penyiapan prakondisi pengelolaan kawasan hutan, yang biasanya selalu
membutuhkan informasi dalam bentuk peta. Misalnya saja, untuk melakukan kegiatan penanaman
selalu diawali dengan rencana kegiatan yang harus digambarkan dalam peta rencana kerja
penanaman.
Hal ini berlaku juga untuk kegiatan restorasi ekosistem di Hutan Harapan. Dalam implementasi
restorasi ekosistem di lapangan, Unit Manajemen Hutan Harapan (UMHH) seringkali berhubungan
dengan penyajian data dan informasi dalam bentuk peta baik untuk kepentingan komunikasi internal
maupun eksternal (terutama dengan instansi yang terkait dengan kehutanan). Bahkan ketersediaan
peta ini menjadi salah satu bukti (verifier) dalam penilaian kinerja Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari (PHPL). Secara spesifik, ketersediaan peta termasuk dalam verifier khusus di dalam Standar
PHPL, yaitu verifier 1.1.1, 2.5.1, dan 4.4.2.
Dalam beberapa kesempatan menyajikan dokumen perencanaan, UMHH selalu mendapatkan
“kritikan” atas format peta yang disajikan, karena dianggap masih belum memenuhi ketentuan dari
kementerian kehutanan (c.q. Ditjen Planologi Kehutanan). Misalnya, pada saat pembahasan
Dokumen Rencana Kerja Usaha (RKU) dan dokumen pedoman tata batas. Demikian halnya dengan
proses untuk mendapatkan pengesahan peta penafsiran citra landsat dari Ditjen Planologi
Kehutanan yang sedang dilakukan oleh Burung Indonesia.
Pada tahap- tahap perencanaan pengelolaan hutan memerlukan peta dengan kriteria yang berbeda.
Kriteria yang dimaksud antara lain peta dasar yang harus digunakan, skala peta yang harus dipenuhi,
penamaan lokasi (annotasi), informasi tematik yang harus ditampilkan, sistem koordinat dan
proyeksi yang harus digunakan, dan standard layout yang akan ditampilkan. Jenis peta pengelolaan
untuk unit manajemen hutan pun sangat beragam mulai peta pengajuan ijin sampai peta laporan
realisasi dari Rencana Kerja Tahunan (RKT) ke Kementerian Kehutanan.
Dengan banyaknya jenis peta yang dibutuhkan dalam pengelolaan hutan, maka diperlukan kaidah
baku untuk satu jenis peta untuk suatu tahap pengelolaan. Misalnya untuk tahap penyiapan
kawasan, pengukuhan kawasan sampai pembuatan blok RKT mempunyai aturan pemetaan yang
spesifik. Demikian juga untuk penyajian peta (layout) untuk setiap jenis peta pengelolaan hutan.
Banyaknya Unit Manajemen hutan yang mempunyai ijin melakukan pengelolaan hutan juga
menuntut adanya keseragaman antar unit manajemen untuk memudahkan dalam verifikasi pihak
kementerian Kehutanan. Ketentuan layout peta di Kementerian Kehutanan mempunyai aturan
kartografi yang spesifik.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka dirasa perlu untuk meningkatkan kapasitas staf teknis
di UMHH dan Burung Indonesia terutama untuk dapat mengetahui regulasi/ketentuan penyajian
peta tematik kehutanan. Peningkatan kapasitas kali ini dilakukan melalui pelatihan penyusunan peta
tematik kehutanan yang akan diselenggarakan oleh Burung Indonesia dengan mengundang nara
sumber dari Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan serta trainer yang berasal dari konsultan
Page | 2
bidang kehutanan, yang memiliki kapasitas dan kompetensi dalam bidang pemetaan tematik
kehutanan.
Tujuan
Tujuan diselenggarakanya pelatihan ini adalah:
1. Berbagi informasi mengenai ketentuan atau regulasi yang terkait dengan penyusunan peta
tematik kehutanan untuk pengelolaan hutan di Indonesia;
2. Untuk memberikan ketrampilan staf UMHH dan Burung Indonesia dalam penyajian peta
tematik kehutanan yang sesuai dengan aturan di Kementerian Kehutanan.
Hasil
Dari pelatihan ini diharapkan staf teknis UMHH dan Burung Indonesia yang bekerja dengan
pemetaan dapat memahami ketentuan dan regulasi untuk penyusunan peta tematik kehutanan
dalam pengelolaan hutan di Indonesia, dan dapat menyajikan peta-peta tersebut yang sesuai dengan
aturan yang berlaku di Kementerian Kehutanan.
Waktu dan Tempat
Pelatihan Pembuatan Peta Tematik Kehutanan dilaksanakan pada Selasa sampai Rabu, 4-5 Juni 2013
di ruang Mahoni 2, Hotel Sempur Park, Jl. Sempur N0. 2, Bogor. Pelatihan diikuti oleh 7 (tujuh) orang
peserta dari Burung Indonesia dan 5 orang dari UMHH (Unit Manajemen Hutan Harapan). Para
trainer yang memberikan pelatihan adalah Mursid Wibawa dan Sudirman Sudrajat dari Ditjen
Planologi Kementerian Kehutanan serta Kardi dan Dwi Sulistyanto dari PT Wahana. Daftar hadir
peserta terlampir.
Hasil Kegiatan
A. Kebijakan dan Ketentuan Umum Pemetaan Kehutanan
Oleh Bapak Mursid Wibawa
Peta merupakan salah satu alat untuk komunikasi kepada para pihak. Agar pesan yang disampaikan
dalam peta bisa dimengerti oleh para pihak maka peta di bidang kehutanan harus sesuai memenuhi
kaidah-kaidah yang dapat dimengerti oleh para pihak. Secara internal, Ditjen Planologi telah
membuat kaidah-kaidah/ketentuan terkait pembuatan peta tematik kehutanan, yang diharapkan
perlu diikuti juga oleh pihak yang mengurus peta di Kemenhut. Hanya saja sampai dengan saat ini
belum semuanya telah dibuatkan kaidah/ketentuannya. Yang sudah secara resmi menjadi ketentuan
baru pedoman teknis penyajian peta penafsiran citra landsat yang harus diikuti oleh semua pihak.
Untuk penyajian peta yang lain yang belum ada ketentuan formalnya “diminta” menyesuaikan
dengan ketentuan tersebut.
Ditjen Planologi di Kemenhut mempunyai inisiatif untuk adanya peta dasar yang sama untuk seluruh
Indonesia yang dinamakan dengan peta dasar tematik kehutanan. Awalnya sasaran peta dasar ini
Page | 3
untuk menggambarkan pulau-pulau di Indonesia yang garis pantainya lebih akurat. Sampai sekarang
peta dasar kawasan hutan memiliki skala 250.000.
Inisiasi Peta Dasar Tematik Kehutanan (PDTK) dimulai pada tahun 2003. Pada tahun 2008 peta dasar
tersebut di-update sesuai dengan perubahan yang terjadi pada status hutan. Mulai 2008 hasil-hasil
tata batas tersebut menjadi plot PDTK yang baru kelihatan hasilnya pada tahun 2012.
B. Kodefikasi Peta Digital Kehutanan
Oleh Bapak Mursid Wibawa
Kemajuan penggunaan GIS di Indonesia masih belum diimbangi dengan pemahaman database. GIS
saat ini baru dimanfaatkan sebagai tools untuk membuat peta, padahal GIS dibangun berbasiskan
database. Lemahnya pemahaman database GIS di Indonesia karena database belum menjadi
budaya.
Berdasarkan hasil penjaringan informasi dari seluruh instansi yang ada di kemenhut, saat ini telah
terkumpul 83 tema peta dasar kehutanan sehingga diperlukanlah adanya database data spasial
(geodatabase) yang sistematis sehingga memudahkan dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan penjaringan informasi inilah, kamus data spasial kehutanan dibuat untuk internal
kemenhut. Namun, saat ini masih mengalami kesulitan untuk mengubah kode yang lama menjadi
yang baru ini. Kita masih akan menemui kode-kode lama pada peta digital kehutanan.
Dalam kamus data spasial ini disertakan informasi walidata untuk setiap data spasial yang ada.
Walidata ini bertanggung jawab terhadap pengumpulan atau koleksi data atau informasi,
pengelolaan informasi atau datasets yang berkualitas, serta melakukan revisi untuk menjamin
kemutakhiran datasets.
Kodefikasi/kamus data spasial kehutanan bukan hal yang harus diikuti user (pengguna) karena
memang didesain untuk internal kemenhut, namun jika kita menggunakannya dapat membantu
dalam pembuatan dan penyajian peta. Secara umum, struktur basisdata spasial kehutanan terdiri
dari data-data yang disusun sesuai dengan fitur-fitur yang dikelompokkan dalam tema-tema
tertentu, yang disusun berdasarkan wali data. Softcopy Kamus Data Spasial Kehutanan 2011 sudah
tersedia untuk panduan Burung Indonesia dan PT REKI.
C. Pengantar Peta/GIS, ArcGIS dan Pengenalan ArcCatalog/Management Data
Spasial dan Geodatabase
Oleh Kardi dan Dwi Sulistyanto
Fokus pelatihan ini pada pembuatan peta dengan tema-tema yang menjadi concern kegiatan
restorasi ekosistem yang diperlukan untuk pengajuan peta kepada Kehutanan. Pengelolaan GIS yang
terkait dengan ini mencakup 2 jenis peta yaitu peta dasar dan peta tematik.
ArcGIS digunakan untuk mengelola data peta. Di pasaran sudah banyak berkembang sotware untuk
mengelola data vector yang sudah mulai bisa membuat data raster. ArcCatalog digunakan untuk
mengelola database peta.
Page | 4
Isi presentasi Pengantar GIS; Pengolahan Data GIS; Pengenalan GIS dan ArcGIS; Metadata GIS
dapat dilihat pada Lampiran 2.
D. Penyajian Peta Kehutanan dan Pembuatan PDAK
Oleh Kardi dan Dwi Sulistyanto
Penyajian peta di kehutanan mempunyai standard warna, ketebalan untuk jalan, sungai, dll. Untuk
pembuatan Peta Dasar Areal Kerja (PDAK) konsesi RE diperlukan pembuatan batas areal dengan peta
Rupa Bumi Indonesia (RBI) Bakosurtanal skala 1 : 50.000 dan dilayout dengan peta kontur, sungai,
tutupan lahan dan dengan peta kawasan hutan.
E. Pengolahan, Interpretasi dan Penyajian Citra Landsat
Oleh Sudirman Sudrajat
Surat permohonan yang diajukan untuk mendapatkan izin konsesi selain dilengkapi dengan
rekomendasi Bupati/Gubernur juga harus melalui koreksi Landsat di Dirjen Planologi. Untuk proses
penafsiran akan melalui proses pengesahan, yang salah satu persyaratannya adalah harus ada
kepastian luas lahan, dll. Penutupan lahan di Indonesia sangat heterogen sehingga digunakan
interpretasi secara visual.
Tahapan proses pembuatan peta sebagai berikut:
• Tahap persiapan
yaitu mengoleksi data citra satelit, land cover untuk bahan acuan dan data-data pendukung
(misalnya untuk HTI ada peta realisasi tanam);
• Tahap pemrosesan awal
yaitu proses koreksi geometrik, dll dan tahap penyusunan kombinasi warna/citra composit
(dimozaik);
• Tahap interpretasi
yang dilakukan selain berpedoman pada kunci interpretasi juga pada juknis, dan sampai pada
layout mengacu pada juknis;
• Tahap koreksi dan pemeriksaan
pada tahapan ini dilengkapi dengan lampiran surat permohonan dan kelengkapan lainnya;
• Tahap penggandaan dan pengesahan
peta yang sudah selesai digandakan dan ditandatangani Planologi di mana peta dibuat 2 jenis
yaitu Peta Citra Landsat dan Peta Penutupan Lahan. Skala peta tergantung pada luasannya
(misalnya untuk luasan lebih dari 10.000 menggunakan skala 100.000).
Isi presentasi Pengolahan dan Interpretasi Citra Landsat dan Penyajian Peta Penafsiran Citra Satelit
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Page | 5
F. Penyiapan Data, Pembuatan dan Penyajian Peta RKU / RKT
Oleh Kardi dan Dwi Sulistyanto
Format peta RKU bisa melihat contoh yang sudah ada. Pada areal HPH buffer zone jaraknya adalah 1
km jika belum tata batas atau 500 m jika sudah tata batas, namun pada RE biasanya tidak ada
bufferzone sehingga yang dilihat blok-blok efektif yang dapat dibagi untuk penyusunan RKT-nya.
Dasar pembuatan peta di HPH (ada TPTI dan TPTJ) adalah terkait dengan rencana mengeksploitasi
kayu. Sedangkan RE sangat berbeda karena lebih mengarah pada penanaman, seperti HTI. Mengacu
pada P.56/2009, sekarang pembuatan peta masih fokus pada penyajian petanya.
Untuk peta RKU dan RKT skalanya 100.000 atau mengikuti Landsat (ukuran kertas peta
menyesuaikan agar dapat memuatnya dalam 1 lembar peta). Pada dasarnya peta-peta yang
diperlukan hampir sama, hanya legendanya yang berbeda-beda. Pada RKU sudah menuliskan
perencanaan untuk kemudian dilakukan analisis oleh GIS.
Untuk penyajian Peta RKU berikut ini panduannya:
• Batas mengikuti PDAK (Peta PDAK belum tentu sudah ada atau selesai tata batasnya tetapi sudah
disyahkan)
• Koreksi geometrik
• Buffer RKT : 500m ke dalam, kecuali sudah ada HL/kws lindung
• 1 Grid 100 Ha : 1x1 km
• Pengambilan blok RKT diambil yang Hutan Primer dan Hutan Sekunder, sungai besar tidak
diambil
• Clip dengan batas areal
• Hitung luas Hutan Primer & Hutan Sekunder (setelah dikurangi buffer sungai, buffer HL, buffer
kawasan lindung)
• Layer 2: Peta Sungai dari PDTK
• Layer 3: Peta Jalan dari PDTK
• Penutupan Lahan menggunakan data Landsat terbaru max 2 tahun terakhir
• Kawasan Hutan mengacu SK Penunjukkan yang terbaru
• Diajukan bersama laporan RKU
• Dikoreksi � diekspos RKU (masukan dari subdit lain)
• Perbaikan RKU
• Koreksi lagi
• Final � ditandatangani oleh konsultan, perusahaan
G. Penyiapan Data, Pembuatan dan Penyajian Peta Pedoman Tata Batas
Oleh Kardi dan Dwi Sulistyanto
Proses pembuatan Peta Pedoman Tata Batas menjadi lama biasanya disebabkan oleh faktor non
teknis bukan faktor teknis. Jika proses berjalan normal peta bisa selesai di Ditjen Planologi dalam
waktu 3 bulan. Salah satu yang membuat prosesnya lama yaitu terkait batas antar provinsi dan antar
Kabupaten. Legenda peta ini lebih sederhana daripada PDAK, juga teknis pembuatan peta namun
Page | 6
pekerjaannya menjadi rumit karena aspek non teknis. Aspek non teknis bukan hanya hal-hal yang
terkait dengan instansi pemerintah juga terkait dengan masyarakat.
Panduan pembuatan Peta Pedoman Tata Batas adalah sebagai berikut:
• Peta Dasar dengan RBI 50.000 (untuk layer jalan dan sungai)
• Pata Dasar Tematik Kehutanan Skala 100.000
• Ada patok (1 - xxx), antar patok biasanya maksimal 3 km dan tiap 100m diberi tanda dengan pal
(kayu)
• Ada titik ikat (T1 - Tx)
Proses pembuatan Peta Pedoman Tata Batas meliputi:
• Peta trayek
• Peta cetak peta digital dan pedoman diajukan ke Ditjen Planologi (Pengukuhan) � dikoreksi
• Revisi
• Acara expose , yang diundang : Dishut Kabupaten, BPKH Provinsi & Dishut Provinsi (dan
perusahaan lain jika ada)
• Revisi (biasanya proses mandek dgn BPKH shg lama bisa berbulan-bulan)
• Pengesahan pedoman
• Pembuatan Juknis oleh BPKH (biaya pendampingan o/ BPKH, biaya pengerjaan o/ Perusahaan)
• Pelaksanaan TB (bersama masyarakat, BPKH, Dishut)
• Ekspos di Ditjen Planologi di Bogor (Pelaksana TB : Dinas, BPKH)
Penutup
Dari kegiatan pelatihan Pembuatan Peta Tematik Kehutanan secara umum peserta merasakan
pengetahuan yang didapat sangat berguna dan menambah wawasan khususnya dalam proses
pembuatan peta tematik kehutanan di masa depan yang lebih baik dan sesuai standard peta yang
dipakai oleh Kemenhut.
Beberapa evaluasi dan komentar (positif maupun negatif) dari para peserta terkait proses pelatihan
adalah sebagai berikut:
� Trainer cukup kooperatif dan mau share data.
� Susunan acara sangat padat dan waktu kurang panjang.
� Ruangan tempat pelatihan kurang nyaman (sempit, silau sinar matahari).
� Peserta dari beragam latar belakang (ada yang sangat menguasai GIS dan awam; ada yang
menggunakan GIS dalam pekerjaan dan tidak menggunakannya). Namun secara umum peserta
sangat antusias dan aktif selama pelatihan.
Page | 7
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan
Susunan acara kegiatan Pelatihan Pembuatan Peta Tematik Kehutanan sebagai berikut:
WAKTU KEGIATAN PETUGAS
Hari ke-1 (Selasa, 4 Juni 2013)
08:30 – 08:45 Pembukaan Head of ERRC
08:45 – 10.00 Kebijakan dan Ketentuan Umum
Pemetaan Kehutanan
Narasumber dari Ditjen Planologi
Kehutanan
10.00 – 11.00 Kodefikasi Peta Digital Kehutanan Narasumber dari Ditjen Planologi
Kehutanan
11.00 – 11.15 Pengantar Peta/GIS Trainer
11.15 – 11.30 Pengantar ArcGIS Trainer
11.30 – 12.00
Pengenalan ArcCatalog /
Management Data Spasial dan
Geodatabase
Trainer
12.00 – 13.00 ISHOMA Panitia
13.00 – 14.00 Pengenalan ArcMap /
Penyajian Peta Kehutanan Trainer
14.00 – 16.30 Pembuatan PDAK Trainer
Hari ke-2 (Rabu, 5 Juni 2013)
08.30 – 10.00 Pengolahan dan Interpretasi Citra
Landsat Trainer
10.00 – 11.00 Pembuatan Peta Penafsiran Citra
Landsat (Layout, dll) Trainer
11.00 – 12.00 Penyiapan Data Peta RKU / RKT
12.00 – 13.00 ISHOMA Panitia
13.00 – 14.30 Pembuatan Peta RKU / RKT Trainer
14.00 – 16.00 Pembuatan Peta Trayek Tata Batas Trainer
16.00 – 16.30 Pembuatan Pedoman Tata Batas Trainer
Page | 8
Lampiran 2. Isi Presentasi Pelatihan Pembuatan Peta Tematik
Kehutanan
Lampiran 2.1. Presentasi Pengantar GIS.
Page | 9
Page | 10
Page | 11
Lampiran 2.2. Presentasi Pengolahan Data GIS.
Page | 12
Page | 13
Page | 14
Lampiran 2.3. Presentasi Pengenalan GIS dan ArcGIS.
Page | 15
Page | 16
Lampiran 2.4. Presentasi Metadata GIS.
Page | 17
Page | 18
Lampiran 2.5. Presentasi Pengolahan dan Interpretasi Citra Landsat.
Page | 19
Page | 20
Page | 21
Page | 22
Lampiran 2.6. Presentasi Penyajian Peta Penafsiran Citra Satelit.
Page | 23
Page | 24
Page | 25
Page | 26
Page | 27
Page | 28
Lampiran 3. Foto Kegiatan
Page | 29
Lampiran 4. Daftar Absensi Peserta