Laporan Pbl Konseling Gizi
-
Upload
maharani-anda -
Category
Documents
-
view
799 -
download
94
Transcript of Laporan Pbl Konseling Gizi
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
1/17
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang maha esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga laporan hasil PBL Konseling Giziselesai tepat pada
waktunya.
Keberhasilan penulis dalam penulisan laporan hasil PBL Konseling Gizi
Tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantau terselesaikannya laporan hasil PBL Konseling Giziini.
Penulis menyadari bahwa dalam menulis laporan hasil PBL Konseling Gizi
Masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih
perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan laporan hasil PBL Konseling Gizi, sehingga
dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Masamba, 29 Maret 2014
Penulis
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
2/17
DAFTAR ISI
Halaman
Halamam Judul i
Halaman Pengantar ii
Daftar isi iii
Daftar table iv
Daftar Gambar v
Daftar lampiran vi
Bab.I : Pendahuluan
1.1. Latar Belakang .
1.2. Ulasan Kasus
Bab.II : Tinjauan Pustaka
2.1. Defenisi Status Gizi .
2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
2.3. Faktor Yang Membantu Tercapainya
Status Gizi Yang Baik ..
2.4. Metode Penilaian Status Gizi..
2.5. Alat dan Langkah Penggunaan Serta Gambar
Pengukuran Antropometri .
2.6. Macam Klasifikasi Status Gizi
2.7. Pengukuran Pola Asuh Gizi.
Bab.III
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
3/17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi
anak balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi.
Disamping itu pula dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan
metode tersebut. (Supariasa, 2002)
Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara universal,
tidak mahal, dan metode yang non invasif untuk mengukur ukuran, bagian, dan komposisi
dari tubuh manusia. Hal itu, membuat antropometri penting untuk kesehatan masyarakat dan
juga secara klinis yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan sosial dari individu
dan populasi. (Supariasa, 2002)
Antropometri dapat dibagi menjadi dua, yaitu Antropometri Statis / structural
(Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh) dan Antropometri
dinamis/fungsional (pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak
atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut
melaksanakan kegiatannya). (Supariasa, 2002)
Selain itu, aplikasi antropometri mencakup berbagai bidang karena dapat dipakai
untuk menilai status pertumbuhan, status gizi dan obesitas, identifikasi individu, olahraga,
militer, teknik dan lanjut usia. Pada dasarnya jenis pertumbuhan dapat dibagi dua yaitu ;
pertumbuhan yang bersifat linier dan pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang
antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier
menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat lampau dan pertumbuhan massa
jaringan menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat
pengukuran. (Supariasa, 2002).
Setelah dilakukan pengukuran di Posyandu Ramin III saya mengambil salah satu bayi
sebagai sampel untuk dihitung nilai kebutuhan gizi.
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
4/17
1.2 Ulasan Kasus
1. Identitas Balita
Nama : Muh.Bryan Alfrian
Nama orangtua :
Ayah : Alfian
Ibu : Ny. Junarti
Alamat : Dusun Harapan Keluahan Marobo
Tanggal lahir : 26 Februari 2013
Kelahiran tunggal/ kembar : Tunggal
Berat lahir : 3000 gr
Panjang badan lahir : -
Kelahiran ke : 1
Umur berhenti menyusui : Muh.Bryan Alfrian masih menyusu sampai sekarang
Umur : 13 Bulan
2. Data Subyektif
a. Riwayat Nutrisi
Ibu Junarti hanya memberikan ASI pada Gani, sampai sekarang dan Ibu Murni berencana
untuk memberikan ASI eksklusif sampai Gani genap berumur 6 bulan. Ibu Murni berencana
akan memberikan MPASI seperti bubur susu dan pisang kepada Gani setelah Gani berumur 7
bulan.
b. Riwayat Penyakit
Sekarang
Ketika dilakukan penimbangan berat badan terhadap Gani, menurut pernyataan ibu Gani
tidak terjadi perubahan berat badan terhadap Gani/sama dengan penimbangan berat badan
pada bulan sebelumnya.
Dahulu
Berdasarkan pernyataan ibu Murni, Gani jarang sekali terserang sakit dan jika ada sakit
Gani hanya batuk, pilek dan demam.
Keluarga
Keadaan orang tua Gani tidak ada yang mengalami penyakit apapun dan Ibu Murni
terlihat sehat dan baik pada saat mengantar anaknya ke posyandu.
c. Data Sosial Ekonomi
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
5/17
Ibu Murni adalah seorang ibu rumah tangga yang mengurus anaknya dan mengurus
semua urusan rumah tangga. Mereka hidup sederhana dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
3. Data Obyektif
a. Data Antropometri
Nama : Abdul Gani
Jenis kelamin : Laki-laki
PB : 68,8 cm
BB : 8 kg
Umur : 5 bln
BBI : n+9 = 7 kg
2
BB/U
Median : 7,5
1 SD : 8,4
Z-Score : 8 - 7.5 = 0.5 = 0,55 ( status gizi normal )8.4 - 7.5 0.9
PB/U
Median : 65,9
-1 SD : 68,0
Z-Score : 68.8 - 65.9 = 2.9 = 1,38 (status gizi normal )
68.0 - 65.9 2.1
BB/TB
Median : 8,1
1 SD : 7,5
Z-Score : 8 - 8.1 = -0.1 = -0,16 ( status gizi normal )8.1 - 7.5 0.6
IMT/U
Median : 17,3
-1 SD : 15,3
IMT : 8 = 16,90
(0.688)2
Z-Score : 16.90 - 17.3 = -0,4 = -0,2 ( status gizi normal )
17.3 - 15.3 2
b. Data Fisik Klinis
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
6/17
Abdul Gani mempunyai postur tubuh yang sedang dan sedikit gemuk, selain itu juga dia
tidak rewel pada saat ditimbang dan diukur berat dan panjang badannya.
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
7/17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Status Gizi
Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Contoh: Gondok merupakan
keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa.
IDN, 2002: 18).
Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang individu
dalam suatu variabel (Hadi, 2002).
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan
antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Gibson, 1990).
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
2.2.1 Faktor External
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
1) Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2) Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku
orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
4) Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
8/17
2.2.2 Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
1) Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua
dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
2) Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak
yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat
gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
3) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).
2.3 Faktor Yang Membantu Tercapainya Status Gizi yang Baik
Ada beberapa faktor yang membantu tercapainya status gizi yang baik, antara lain
(Barasi, M.E, 2007: 90) :
1. Aktivitas fisik
Aspek ini mempertahankan kebutuhan energi dan nafsu makan, menjamin asupan
makanan yang adekuat, serta mempertahankan massa otot, yang menunjang hidup mandiri
dan kemampuan menyediakan makanannya sendiri.
2. Interaksi sosial
Hal ini mendorong orang untuk makan dan mempertahankan minat mereka terhadap
makanan.
3. Pemilihan makanan
Pemilihan makanan dari berbagai macam jenis, yang mencakup semua kelompok
makanan dalam jumlah yang sesuai.
2.4 Metode Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi ada 2 macam, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian
status gizi secara tidak langsung ( Supariasa. IDN, 2002: 18).
A. Penilaian Status Gizi secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu:
1. Antropometri
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
9/17
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut pandang
gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein
dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara
beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering
digunakan yaitu:
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana
keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin,
maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat
badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(Current Nutrirional Status).
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
c. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu.
d. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang
berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan.
Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya,
seperti adanya edema, asites dan hepatomegali.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
IMT = berat badan (kg)
tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
10/17
Batas ambang IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut:
IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat
berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
IMT 17,0-18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan Kekurangan Berat Badan
tingkat ringan atau KEK ringan.
IMT 18,5-25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
IMT 25,1-27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat
ringan.
IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat
berat.
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,
rambut, dan organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu
atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, antara lain: darah, urine,
tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
4. Biofisik
Merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
endemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
B. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Survei Konsumsi Makanan
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
11/17
Merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah
dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat
gizi
b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa statistic kesehatan seperti
angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu
dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
c. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari
keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi.
2.5 Alat dan Langkah Penggunaan serta Gambar Pengukuran Antropometri
1. Timbangan DACIN
Timbangan gantung ( Dacin) dan sarung timbang digunakan untuk bayi dan anak
dibawah usia 2 tahun. Mereka harus ditimbang denagn tidak memakai baju atau dengan
menggunakan baju seminimal mungkin. Setelah meletakkan bayi pada sarung, berat badan
akan dapat diketahui dengan membaca skala.
2. Tinggi Badan ( Panjang badan)
Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Pada
bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama,
pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan lahir). Penambahan tersebut
akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru
pada masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
12/17
25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar 10 30 cm/tahun.
Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 1820 tahun.
Cara pengukuran tinggi badan anak adalah :
a. Usia kurang dari 2 tahun :
1. Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada, dapat digunakan pita pengukur
(meteran)
2. Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada meja
(posisi ekstensi)
3. Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan
meja pengukur) lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
4. Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada
tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala
dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita
pengukur.
b. Usia 2 tahun atau lebih :
1. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong,
punggung dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada
alat pengukur.
2. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi
horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
3. Microtoice
Mikrotoise adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan seseorang. Dalam
menggunakan mikrotoise seseorang perlu berhati-hati dan teliti saat memasang alat sebelum
digunakan.Selain itu perlu diperhatikan pula prosedur pelaksanaan pengukuran tinggi bada
yang tepat untuk mendapatkan hasil yang benar.
Cara pemakaian microtoice :
a. Pilihlah tempat dengan dinding vertical (sedapat mungkin 90 derajat) dan permukaan lantai
yang horizontal (180 derajat).
b. Letakan microtoise di lantai dan tarik pita sentimeter ke atas sepanjang dinding sampai angka
0 muncul dan persis pada penunjuk angka microtoise.
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
13/17
c. Pasang ujung microtoise pada dinding dengan paku/ lakban.
d. Periksa kembali alat penunjuk angka pada microtoise di lantai apakah masih menunjukan
angka 0. Jika tidak pasang ulang posisi microtoise yang benar.
e. Subjek yang akan diukur tidak boleh menggunakan alas kaki dan topi.
f. Mikrotoa digeser ke atas sehingga lebih tinggi dari subjek yang akan di ukur.
g. Pastikan bahwa subjek tersebut tidak menggunakan alas kaki dan tutup kepala (Topi).
h. Subjek yang akan diukur berdiri tegak lurus dan rapat ke dinding tepat dibawa mikrotoa
(kepala bagian belakang, bahu bagian belakang, pantat dan tumit harus rapat ke dinding serta
pandangan rata ke depan)
i. Geser mikrotoa sampai menyentuh tapat pada bagian atas kepala dan pastikan sisi mikrotoa
tetap menempel rapat ke dinding.
j. Lalu baca penunjukan mikrotoa dengan pembacaan dilakukan dari arah depan tegak lurus
dengan mikrotoa (Posisi pembacaan sangat mempengaruhi hasil tinggi badan.
k. Pencatatan tinggi badan silakukan dengan ketelitian satu angka sibelakang koma. (0,1)
2.6 Macam Klasifikasi Status Gizi
Tabel 1. Kategori Status gizi berdasarkan Indeks IMT/U
Status Z-Score
Sangat kurus < -3 SD
Kurus -3 SD s/d < -2SD
Normal -2 SD s/d +2 SD
Gemuk > +2 SD
Tabel 2. Kategori Status gizi berdasarkan Indeks BB/UStatus Z-Score
BB buruk < -3 SD
BB Kurang -3 SD s/d < -2SD
BB Baik -2 SD s/d +2 SD
BB Lebih > +2 SD
Tabel 3. Kategori Status gizi berdasarkan Indeks TB/U
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
14/17
Status Z-Score
Sangat pendek < -3 SD
Pendek -3 SD s/d < -2SD
Normal -2 SD s/d +2 SD
Tinggi > +2 SD
Tabel 4. Kategori Status gizi berdasarkan Indeks BB/TB
Status Z-Score
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus -3 SD s/d < -2SD
Normal -2 SD s/d +2 SD
Gemuk > +2 SD
Sumber : Depkes RI, 2002.
2.7Pengukuran pola asuh gizi
Pengukuran pola asuh gizi didasarkan pada kuesioner yang berkaitan dengan pola
pemberian makan baik kuantitas maupun secara kualitas. Pola asuh gizi ini berkaitan dengan
perawatan dan perlindungan bagi ibu untuk anaknya, penyiapan makanan, kebersihan diri dan
sanitasi lingkungan serta praktek kesehatan dirumah dan pola pencarian
kesehatan.(Soekirman, 2006).
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
15/17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Masalah
Masalah yang didapat dalam kasus ini adalah :
Dari hasil perhitungan Z-score dengan empat indikator dan hasil data pengamatan yang
didapat dari buku GPA ditemukan hasilnya, yaitu Abdul Gani memiliki status gizi normal.
3.2 Intervensi
Memberikan konsultasi kepada ibu Murni untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada
Gani. Dan memberikan MPASI bila Gani telah berumur lebih dari 6 bulan.
Terapi Edukasi
- Tujuan
Adapun tujuan diadakannya konsultasi ini adalah mempertahankan status gizi baik pada
Abdul Gani.
Jangka Pendek : 1. Memberikan asupan gizi yang tidak berlebihan untuk
balita.
Jangka Panjang : 1. Mengatur pola makan seimbang dan sesuai dengan pertambahan
usianya
- Sasaran : Orang tua Abdul Gani
- Waktu : 30 menit
- Tempat : Posyandu Ramin III
- Metode : Ceramah, Tanya jawab
- Alat bantu : Buku GPA dan KMS
- Materi konsultasi : Pola Makan Anak dan Status Pertumbuhan
- Evaluasi :
Diberikan pertanyaan sebagai feed back bahwa orang tua Gani memahami serta menjalankan
anjuran yang diberikan, dengan memberikan pertanyaan sebagai berikut :
a. Berapa umur anak ibu sekarang ?
b. Apakah anak ibu masih menyusui ?
c. Dari umur berapa anak ibu di beri ASI ?
d. Selain ASI apakah ibu juga memberikan MPASI ?
e. MPASI yang seperti yang apa ibu berikan ?
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
16/17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran antropometri yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Status gizi Gani berdasarkan indikator BB/U, PB/U, BB/PB, dan IMT/U masuk kedalam
kategori status gizi normal.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada orangtua Gani yaitu :
- Sebaiknya ibu tetap memberikan ASI eksklusif sampai anak berusia 6 bulan.
- Sebaiknya ibu membawa anaknya ke posyandu setiap bulan.
-
5/25/2018 Laporan Pbl Konseling Gizi
17/17
DAFTAR PUSTAKA
Andrews, G, (2010), Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita: EGC. Jakarta
Arisman. (2010), Gizi Dalam Daur Kehidupan: EGC. Jakarta
Barasi, M. E, (2007), At A Glance Ilmu Gizi: Erlangga. Surabaya
Baziad, Ali. (2003), Menopause dan Andropause: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
Baziad, Ali. (2010), Waspadai Menopause Dini. http://m.okezone.com diakses pada 7
Pebruari 2011
Lestari, D. (2010), Seluk Beluk Menopause: Gara Ilmu. Jogjakarta
Notoatmodjo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan: Rineka Cipta. Jakarta
Nursalam. (2008), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Salemba Medika. Jakarta
Paath, E. F. (2005), Gizi Dalam Kespro: EGC. Jakarta
Prawirohardjo, S. (2005), Ilmu Kandungan: Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Soekirman. 2006.Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia.Jakarta: PT
Primamedia Pustaka.
Sugiyono. (2007), Statistika Untuk Penelitian: Alfabeta. Bandung
Supariasa, I.D.N. (2002), Penilaian Status Gizi: EGC. Jakarta
Tirtawinata, T.C. (2006), Makanan Dalam Prespektif Al Quran dan Ilmu Gizi: FKUI. Jakarta
Utama, H. (2006), Gizi Sehat Untuk Perempuan: FKUI. Jakarta
Varney, H. (2007), Buku Ajar Asuhan Kebidanan: EGC. Jakarta