LAPORAN PASANG SURUT OSEANOGRAFI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG- HASIL DAN PEMBAHASAN

18
LAPORAN RESMI PASANG SURUT WORLDTIDE Oleh : Jefri Gunawan Manurung 26020212120013 TIM ASISTEN Mohammad Iqbal Primandanda 26020210110028 Kirana Candrasari 26020210120041 Hafiz Achmad T 26020210141011 Pulung Puji Wicaksono 26020211140088 Tria Dewi Anggraeni 26020211130053 Yulianto Dwi L 26020211140104 Mia Juni Pratiwi 26020211140093 Cintya Oktaviana 26020211130024 PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

description

LAPORAN PASANG SURUT OSEANOGRAFI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG- HASIL DAN PEMBAHASAN

Transcript of LAPORAN PASANG SURUT OSEANOGRAFI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG- HASIL DAN PEMBAHASAN

  • LAPORAN RESMI

    PASANG SURUT

    WORLDTIDE

    Oleh :

    Jefri Gunawan Manurung 26020212120013

    TIM ASISTEN

    Mohammad Iqbal Primandanda 26020210110028

    Kirana Candrasari 26020210120041

    Hafiz Achmad T 26020210141011

    Pulung Puji Wicaksono 26020211140088

    Tria Dewi Anggraeni 26020211130053

    Yulianto Dwi L 26020211140104

    Mia Juni Pratiwi 26020211140093

    Cintya Oktaviana 26020211130024

    PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

    JURUSAN ILMU KELAUTAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2014

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil

    4.1.1. Tide Analysis

    Gambar 23. Tide Analysis Residual Periodogram hubungan antara frekuensi dan energy pasut

    Gambar 24. Tide Analysis selama 29 Hari dalam hitungan Julian day 2013 bulan Maret.

  • 4.1.2. Tides Prediction

    Gambar 25. Tides Prediction hubungan antara Tinggi muka air dengan most frequencies dalam

    total waktu.

    Gambar 26. Prediksi pasang surut dalam satu bulan Maret 2013 penuh.

  • Gambar 27. Grafik M (Month) Maret tahun 2013

    Gambar 28. Grafik W (Week 1) Maret tahun 2013

  • Gambar 29. Grafik W (Week 2) Maret tahun 2013

    Gambar 30. Grafik W (Week 3) Maret tahun 2013

  • Gambar 31. Grafik W (Week 4) Maret tahun 2013

    4.2. Pembahasan

    4.2.1. Perbandingan Metode Admiralty dengan Tide Analysis

    A. Dalam tabel 1 berikut adalah komponen pasang surut metode admiralty

  • b. Dalam tabel 2 berikut adalah komponen pasang surut didapatkan dengan metode

    tide analysis

    Gambar 32. Nilai komponen pasut dari aplikasi World Tide.

    Gambar 33. Perbandingan komponen pasang surut antara metode Admiralty dengan World Tide

  • Simbol-simbol komponen sebagai konstanta pasang surut ini mewakili

    sekelompok komponen penting yang dapat menggambarkan bagaiman keadaan suatu

    perairan berkaitan dengan air tinggi tertinggi, rendah terendah dan sebagainya yang

    berkaitan dengan naik turunnya muka air laut suatu perairan. Lima konstituen pertama

    adalah yang menjadi komponen utama yang menentukan jenis pasang ataupun surut pada

    suatu daerah titik pengamatan. Jika amplitudo untuk M2 , S2 , dan N2 lebih besar

    dibandingkan dengan amplitudo untuk K1 dan O1 kemngkinan besar pasang di wilayah

    ini akan menjadi tipe semidiurnal (Jacobs,2000). Jika K1 dan O1 beramplitudo besar

    dibandingkan dengan komponen yang lain , maka pasang akan menjadi tipe diurnal (satu

    tinggi dan satu surut setiap hari ). Sedangkan tipe pasang surut yang berasal dari

    perbedaan amplitudo adalah antara konstituen utama bagi pasang surut itu sendiri , siklus

    dalam rentang atau range pasang surut (perbedaan ketinggian antara pasang tinggi dan

    rendah berturut-turut ) akan sangat bergantung pada perbedaan dalam kecepatan fasenya

    .

    Siklus musim semi perbani misalnya , adalah terjadi karena perbedaan kecepatan

    antara M2 dan S2 . S2 akan menyelesaikan setiap 360 siklus sedikit lebih cepat dari M2.

    S2 Mampu meyelesaikan dalam 30 dari siklus itu dalam satu jam sementara M2 hanya

    selesai sebesar 28,984. Pada tingkat itu, S2 akan lebih cepat dari M2 dalam siklus penuh

    360 yaitu terdiri dari siklus - musim semi - perbani siklus untuk setiap 14 hari dan

    ( dua siklus setiap 29 hari , bulan lunar ) . Sebagai gelombang M2 terus tertinggal

    gelombang. Akan terjadi pasang surut musim semi ketika M2 dan S2 berada dalam fase

    yang sama sehingga kedua puncak gelombang pada saat yang sama adalah sama besar

    sehingga menyebabkan pasang surut dalam rentang yang sama besar.

    Pasang perbani terjadi ketika M2 dan S2 adalah keluar dari satu fase dan

    cenderung melebihi cepat masing-masing satu sama lain sehingga menyebebkan dan

    mengurangi kisaran pasang surut. Ada kalanya terjadi pasang maksimum dimana M2,S2

    dan N2 dalam satu fase, Hal ini mengakibatkan apa yang disebut pasang perigean - musim

    semi kisaran maksimal yang terjadi beberapa kali dalam setahun . Karena air pasang pada

    waktu tertentu adalah hasil dari intervensi sejumlah gelombang yang, sehingga selalu ada

    banyak variasi. kita tidak bisa mengharapkan satu pasang purnama terlihat persis seperti

    yang lain. Empat konstituen pasang-surut yang terakhir di atas disebut pasang di perairan

    dangkal. Saat pasang memasuki perairan di mana rentang pasang surut tidak lagi

    signifikan dibandingkan dengan kedalaman sehingga menjalani transformasi yang

    menghasilkan gelombang tambahan yang disebut overtides. frekuensi (kecepatan ) dari

  • overtides selalu merupakan kelipatan dari frekuensi fundamental - frekuensi gelombang

    induk yang mengalami transformasi .

    Karena kecepatan mereka adalah kelipatan dari kecepatan gelombang induk

    overtides saat pasang memasuki perairan di mana rentang pasang surut tidak lagi

    signifikan dibandingkan dengan kedalaman sehingga menjalani transformasi yang

    menghasilkan gelombang tambahan yang disebut overtides akan muncul selalu tetap atau

    mengalami fase terkunci, dalam time series plot, mereka membentuk gelombang yang

    tidak bergerak relatif terhadap gelombang induk. Sebaliknya mereka merusak gelombang

    induk dan menimbulkan asimetri pasang surut permanen, misalnya perbedaan dalam

    durasi pasang naik versus pasang jatuh (catatan tidak ada perbedaan dalam durasi untuk

    gelombang kosinus sederhana ditampilkan).

    Selain overtides, pasang lain yang disebut pasang surut senyawa juga muncul di

    air perairan dangkal. Gelombang ini ( misalnya MS4 ) hasil dari interaksi air dangkal dari

    dua komponen gelombang induknya (M2 dan S2 ) . Ada banyak perairan dangkal yang

    konstituen pasang-surut nya merekonstruksi asimetri pasang surut dan in terlihat di

    sebagian besar lokasi di dunia. Sehingga perbedaan antara metode admiralty dan metode

    world tide bukan merupakan satu kesatuan yang hatus identic. Terlihat dari tabel yang

    disediakan diatas,terdapat perbedaan yang signifikan dan cukup besar terjadi antara

    metode admiralty dengan metode world tide. Nilai yang cenderung besar terdapat dalam

    perhitungan metode admiralty walaupun selisihnya tidak terpaut begitu jauh. Ada

    hubungan yang significan antara nilai yang dihasilkan antara metode admiralty dengan

    metode world tide.

    Untuk komponen pasang surutnya tidak mengalami perbedaan yang terlalu besar,

    namun perbedaan yang terpaut jauh adalah pada fasa perhitungan nya, nilai fasa pada

    metode world tide lebih besar dibandingkan dengan metode admiralty. Untuk nilai

    Formzahl,MSL,LLWL,HHWL cukup mendekati nilai yang sama yaitu masing masing

    adalah sebagai berikut : MSL pada metode admiralty adalah sebesar 74.99861371629 dan

    pada metode World Tide adalah sebesar 89.5516; untuk nilai LLWL adalah pada metode

    admiralty sebesar 20.3111117941567 dan dengan metode World Tide 26.59008; untuk

    nilai HHWL nya adala pada Metode Admiralty sebesar 101.6176 sedangkan pada metode

    World Tide sebesar 87.40092 dan untuk nilai Formzahl nya adalah pada metode admiralty

    bernilai 2.1946 dan dengan metode World Tide adalah sebesar 4.7049. Untuk nilai

    Formzahl dan komponen konstanta pasut hingga nilai MSL,HHWL,LLWL tidak terpaut

    terlalu jauh, secara keseluruhan signifikansi keduanya adalah 80% dan hanya terjadi

  • perbedaan yang cukup besar pada penentuan fasa saja. Terjadinya perbedaan pada

    penentuan fasa ini bisa disebabkan oleh human error, karena pada meode admitralty

    sangat dibutuhkan perhatian khusus dan ketelitian tingkat tinggi karena perhitungannya

    sangat rumit dan berbelit-belit. Semakin sulit perhitungan suatu metode maka peluang

    untuk terjadinya kesalahan adalah sangat besar, sedangkan dengan metode world tide kita

    hanya diminta untuk menjalankan aplikasi world tide dalam Bahasa program MATLAB

    dan pada metode admiralty kita diminta untuk menghitung dengan excel yang cukup

    rumit. Namun jika user memiliki ketelitian yang lebih baik lagi maka signifikansi hasil

    dari kedua metode ini bisa mendekati angka yang relative sama.

    4.2.2 Tide Prediction

    Dari data yang saya dapatkan dengan memprediksi pasang surut melalui aplikasi world

    tide, didapatkan data dalam tabel sebagai berikut melalui kalkulasi pasang surut dalam buku

    (Jacobs,2000) :

    Symbol kecepatan amplitudo phase pada malam hari

    16-17 Maret 2021

    M2 2T-2s+2h = 28.984 3.185 -127.24

    N2 2T-3s+2h+p = 28.439 0.696 263.60

    S2 2T = 30.000 0.538 -343.66

    K1 T+h = 15.041 0.295 142.02

    L2 2T-s+2h-p = 29.528 0.277 -4.72

    O1 T-2s+h = 13.943 0.212 505.93

    Kurva pasang surut yang ideal untuk setiap port yang diberikan disajikan

    sebagai tinggi rata-rata pada z=0 dan ditambah sejumlah istilah (konstituen ) yang masing-

    masing terdiri dari formula f ( t ) = H cos ( at + \ phi ).

    Nilai dari t sebagai fungsi waktu diukur dalam jam , dan f keluar di kaki(ft).

    Variabel-variabel numerik H, a \ phi adalah masing-masing sebagai fungsi amplitudo ,

    kecepatan dan fase konstituen. Kecepatan diberikan dalam derajat / jam ,dan fase dalam

    derajat (jadi ini adalah fungsi cosinus yang dimasukan hingga bernilai derajat ).

    Konstituen yang berbeda memiliki kecepatan yang berbeda pulak, jumlah

    dan perbedaan dari kelipatan tersebut perbedaannya disebabkan oleh fenomena

    astronomi. Langkah pertama untuk melakukan prediksi pasang surut adalah evaluasi yang

    tepat terhadap pengaruh langsung Bulan , Matahari dan planet-planet , umumnya disebut

  • pasang astronomi. Hal ini didasarkan pada perkembangan dari pasang surut potensial

    (Melchior, 1978) .

    Untuk menjelaskan prediksi pasang surut kita harus mempertimbangkan

    faktor skala yang sering disebut sebagai " Doodson " konstan, bagian geometris

    tergantung pada posisi di permukaan bumi ( koefisien geodesi ), yang berbeda untuk

    setiap komponen pasang surut , dan bagian harmonik ,yang merupakan jumlah dari istilah

    sinusoidal . Pengembangan potensi pasang surut memberikan setiap istilah amplitudo

    normal dan argumen yang merupakan kombinasi linear dari argumen astronomi dari

    benda-benda angkasa .

    Hanya 6 argumen yang diperlukan untuk pasang Luni - solar. Luni adalah

    bulan dan solar adalah matahari, Variabel dasar yang dipilih oleh Doodson adalah =

    14,49205 (periode 24 jam 50 menit ) untuk waktu lunar.

    Gerakan orbital bulan membutuhkan 3 variabel tambahan yaitu untuk waktu lunar=

    0.544902 ( periode 27,321 hari ) s didefinisikan sebagai posisi Bulan pada orbitnya . Hal

    ini sesuai dengan variasi deklinasi of the Moon ( tropic bulan ) sebesar = 0,00464 ( periode

    8,847 tahun ) terkait dengan revolusi lunar perigee berarti sama dengan ( Periode 18,613

    tahun ) sesuai dengan revolusi retrograde dari node lunar. Sebagai waktu matahari dan

    bulan rata-rata adalah ( t et ) terkait dengan sidereal waktu t.

    Namun faktor-faktor amplitudo akan berbeda secara sistematis pasang

    surut untuk melakukan prediksi 2 1,155 ( LP ) , 1,15 ( D ) di luar resonansi atau 1,16

    ( SD ) sedangkan 3 1.07 4 1,04 .

    khususnya untuk pasang diurnall. Untuk memperhitungkan perbedaan sistematis ini

    secara konvensional dengan rasio 3 / 2 atau 4 / 2 yaitu antara faktor pasang surut

    yang sesuai dengan tingkat harmonik atau tidak harmonikan dan apakah faktor pasang

    surut sesuai dengan komponen pasang surut tersebut. Mengabaikan koreksi ini akan

    memperkenalkan efek sistematis pada tingkat 1.nms - 2 ( 0,5 10-3 TR ) dan kesalahan

    RMS dari 0.61nms - 2 .

    Selain kendala dalam melakukan prediksi pasang surut tersebut efek

    pembebanan laut jauh lebih rendah pada konstituen namun akan tetap riskan sekalo.

    Analisis ketentuan yang dihasilkan oleh M dan S dipertimbangkan melalui catatan

    panjang gravimeters superkonduktor yang disediakan faktor amplitudo yang nilainya

    dekat dengan 1,07 dan perbedaan fase ini sangat kecil . Dengan menggunakan referensi

    faktor pasang surut yang dimodelkan m , sehingga akan lebih tepat untuk

  • memperbanyak istilah seperti MS1 , M1 dan S2 , M2 dengan 3,4 / m . Jika faktor

    pasang surut diamati dan sangat dirasa perlu untuk memeriksa bagaimana mereka

    diperoleh. Sebagian besar program analisis pasang surut termasuk masih bisa melakukan

    itu. Amplitudo dari konstituen pada potensi pasang surut dikalikan dengan rasio 3 / 2

    atau 4 / 2 .

    Dengan demikian lebih baik menggunakan normalisasi yang sama dalam

    prediksi pasang surut . Sebuah prosedur yang akan lebih tepat jika digunakan dalam VAV

    Program. Kemudian faktor pasang surut yang diamati bisa bebas dari segala pengaruh

    W3 , W4 yang merupaka istilah orbs atau noise yang mengganggu analisa pasang surut

    dan lebih baik untuk diterapkan dalam prediksi pasang surut dengan rasio 3,4 / dengan

    ketentuan yang datang yang ditentukan bersama.

    Berdasarkan grafik yang muncul pada peramalan pasang surut untuk tahun

    2021, terlihat bahawa percent of total time tertinggi dalam grafik horizontal Height above

    LAT adalah berkisar antara 0.2-0.3 meter dengan persen kemungkinan muncul kurang dari

    10% dari total waktu peramalan, artinya angka ini masih cukup kecil kemungkinan untuk

    benar-benar terjadi LAT(lowest) penambahan pasang terendah sebesar 0.2-0.3 meter dari

    biasanya di perairan pantai Semarang.

    Sedangkan untuk adanya HAT(highest) yang lebih tinggi sebesar 0.967

    yang hampir 1 meter terjadi kenaikan pasang, peluang untuk terjadinya hal tersebut cukup

    besar karena sebesar 20 % dari persen total waktu menunjukkan angka >0.664 dan

    kemungkinan untuk terjadi penambahan sebesar 0.45 meter dan 0.29 meter

    probabilitasnya semakin besar dengan total present secara keseluruhan masing-masing

    adalah sebesar 50% dan 80 %, kemungkinan artinya akan sangat besar terjadi, namun

    karena ini hanya permalan, hal-hal lain yang bisa merubah kondisi tersebut masih

    memungkinkan mengingat peramalan yang dilakukan sejauh 8 tahun, namun disisi lain

    jika kerusakan dan instabilitas alam tetap terjadi, maka kemungkinan yang akan lebih

    buruk bisa terjadi karena pasang yang terlalu tinggi dapat menyebabkan gelombang

    pasang yang tentunya sangat membahayakan.

    Untuk grafik peramalan harian, akan terjadi pasang tertinggi yaitu pada

    pukul 7.36 yaitu dengan kenaikan muka air laut sebesar 0.94 meter dan kemudian

    mengalami penurunan muka air laut lagi hingga pukul 15.00 dengan tinggi muka air

    sebesar 0.34 lalu naik lagi sedikit hingga maksimal pada pukul 18.10 dengan tinggi muka

    air laut berkisar antara 0.3 meter-.4 meter dan kembali mengalami penurunan muka air

  • hingga mencapai batas rendah terendahnya bernilai sebesar 0.2-0.3 meter dan ini

    merupakan surut terendah di hari pertama bulan Maret tahun 2021 tepatnya hari Jumat.

    Di hari kedua terjadi perubahan waktu pasang yang dimulai lebih lama dibandingkan hari

    pertama. Pada hari kedua, tinggi muka air laut masih sama yaitu dengan nilai sebesar 0.97

    meter namun pasang tertinggi tersebut dimulai lebih lama/telat yang dimuali pukul 8.12

    dan ini telat sebesar 1 jam 24 menit dari seharusnya.

    Kemudian mengalami surut hingga mencapai surut rendah pukul 16.00

    dengan tinggi muka air laut sebesar 0.33 meter dan kemudian naik lagi perlahan mencapai

    puncak nya di pukul 19.00 dengan tinggi muka air sebesar 0.35 meter dan turun hingga

    surut rendah terendah pada pukul 22 higga menyentuh 0.25 meter. Keadaan ini terus

    berlanjut dan terus menerus terjadi pergeseran tinggi pasang muka air laut dan juga surut

    nya. Nilai tertinggi untuk pasang justru terjadi di hari ke 29, yaitu muka air tertinggi

    tercatat sebesar 0.97 meter dan surut rendah terendahnya hanya 0.24 meter hingga 0.25

    meter dan dilihat secara keseluruhan di perairan pantai semarang berpotensi sekali terjadi

    pasanng surut ganda yaitu dua kali pasang dan dua kali surut, namun pasang tertinggi

    tetap terjadi pada pasang pertama kali dan pasang selanjutnya cukup terpaut jauh, oleh

    karena itu hal ini cukup tidak terasa jika dilihat secara kasat mata karena angka pasang

    selanjutnya cukup jauh dari pasang pertama dan cukup dekat dengan surut rendah

    terendah selanjutnya. Namun tetap saja bahwa perairan pantai semarang berpotensi

    mengalami dua kali pasang dan dua kali surut.

    Pada minggu pertama terjadi pasang maksimum yatu menyenth 0.95 dan

    menalami surut pada bulan 3/2. Hal yang sama juga terjadi pada bulan 3/3. Sejak minggu

    pertama 3/1 hingga terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dan kemudian setelah itu

    3/5 minggu hingga 3/7 hanya satu kali pasang dan satu kali surut dan surut terendah

    ditutup pada hari terakhir di minggu pertama berkisar 0.2 meter. Kemudian di hari

    pertama di minggu kedua di bulan yang sama, nilai pasang semakin mengecil namun

    angka surutnya air laut semakin rendah dan rendah lagi di 3/9 bulan. Hingga di 3/11 bulan

    dan kemudian menanjak lagi di 3/12 bulan hingga nilai pasang tertinggi di minggu ini

    terjadi pada hari terakhir di 3/15 bulan. Pada minggu ketiga kurang variatif dan relative

    sama dengan minggu kedua, namun menariknya setelah memuncak di 3/16 bulan hingga

    3/20 bulan justru terjadi satu kali pasang maksimum yaitu pada 0.9 meter dan terjadi dua

    kali surut dengan angka berkisar 0.3 meter dan 0.4 hal ini bisa disebabkan oleh pengaruh

    gaya Tarik bulan yang semakin besar di belahan bumi yang lain sehingga surut terjadi dua

    kali sedangkan pasang nya hanya sekali di minggu ketiga ini.

  • Dan kemudian kembali normal lagi hingga 3/23 bulan dengan satu kali

    pasang dan satu kali surut. Pada minggu keempat sangat fluktuatif dimana pasang terenda

    sangat terendah sebagai sisa diakhir minggu ketiga tai dan kemudian naik drastis di 3/26

    bulan dan terus naik hingga di 3/31 akhir bulan dengan kenaikan maksimum terjadi pada

    3/29 bulan dengan tinggi puncaknya berkisar 0.96 meter dan masih stabil hingga minggu

    terakhir dan terjadi dua kali pasang dan dua kali suut walaupun jarak antara pasnag dan

    surut yang kedua kalinya bisa dikatakan terpaut sangat jauh. Hal ini bisa terjadi karena

    mungkin saja sedang terjadi bulan baru/bulan mati sehingga terjadi gaya tarik yang sangat

    besar terjadi pada minggu keempat ini.

    Gambar 34. keadaan bulan di tanggal 17 Maret 2021.

    Dengan aplikasi stellarium kita bisa melihat pembuktiannya bahwa di

    Semarang pada tanggal 17 Maret terbentuk bulan mati dimana semua muka bulan

    adalah gelap pada keadaan ini posisi Semarang sedang tidak menghadap bulan

    melainkan bulan ada dibagian belahan bumi lainnya. Gambar ini saya dapat

    dengan mengeksekusi daratan dan merubah degradasi angkasa menjadi gelap.

    Pada saat bulan mati berpotensi besar untuk mengalami surut tedendah dan hal

    tersebut sesuai dengan peramalan yang dijelaskan dimana muka air laut akan terus

    surut hingga mencapai minggu ketiga.

    Dan pada tanggal mendekati minggu ketiga terlihat jelas pada bulan Maret

    2021, posisi Kota Semarang tepat menghadap bulan dan sedan terjadi bulan

    purnama hingga muncullah pasang purnama atau spring tide yang sesuai dengan

    data awala bahwa terjadi muka air tertinggi sebesar 0.96 meter.

  • Gambar 34b. Bulan muncul di Malam tanggal 20 Maret 2021.

    Gambar 35. Bulan Purnama mulai pada tanggal 20 Maret 2021

    Selama terjadi bulan penuh atau bulan baru yang terjadi ketika Bumi,

    matahari , dan bulan hampir dalam rentang yang sama atau sejajar. Hal ini terjadi

    dua kali setiap bulan. Bulan tampak baru ( gelap ) ketika itu langsung antara Bumi

    dan matahari. Bulan muncul penuh ketika bumi berada di antara bulan dan

    matahari. Dalam kasus kasus ini, tarikan gravitasi matahari tambah dan juga

    gravitasi bulan pada bumi pun akan bertambah sehingga menyebabkan lautan akan

    naik lebih banyak dari biasanya . Ini berarti bahwa air pasang sedikit lebih tinggi

    dan terjadi pasang surut yang sedikit lebih rendah daripada rata-rata.

    Hal ini disebut pasang surut musim semi. Tujuh hari setelah pasang ini ,

    matahari dan bulan berada pada sudut 90 derajat . Ketika ini terjadi , naiknya muka

  • air laut yang disebabkan oleh gravitas matahari sebagian lagi membatalkan

    naiknya muka air laut yang disebabkan oleh gravitasi bulan . Ini menghasilkan

    pasang moderat yang dikenal sebagai pasang perbani dan pasang perbani ini

    nilainya/ angkanya adalah kecil dibanding pasang purnama/spring tide karena

    terjadi gravitasi yang saling meniadakan antara bulan dan matahari,yang berarti

    bahwa gelombang tinggi yang sedikit lebih rendah dan pasang surut yang sedikit

    lebih tinggi daripada rata-rata .

    Pasang perbani terjadi selama kuartal pertama dan ketiga tiap bulan saat

    bulan akan muncul setengah penuh. Pada hari pertama di bulan maret tanggal 1

    Maret 2021 terlihat bahwa terjadi kenaikan muka air laut dan turun drastic di

    pertengahan bulan dan di minggu ketiga naik lagi yaitu tepatnya di tanggal 26-29

    Maret 2021 dan kemudian turun lagi di akhir bulan dan kemungkinan naik lagi di

    awal bulan April seperti yang dialami di awal bulan Maret yang mungkin saja

    merupakan imbas daris urut terendah di akhir bulan februari.

    Masalah utama untuk prediksi pasang surut adalah bahwa pasang surut

    Bumi yang sangat tergantung oleh gravitasi bulan yang terkadang tidak stabil yang

    memodifikasi distribusi parameter pasang surut pada permukaan bumi .

    Gelombang laut menghasilkan daya tarik langsung karena massa air yang bergerak

    , lentur kerak dan perubahan tambahan dari potensi akibat redistribusi massa juga

    tidak kalah mempengaruhinya.

    Jika kita ingin memprediksi pasang surut haruslah ada evaluasi dengan

    mempertimbangkan parameter-parameter yang salah satunya disebut sebagai

    vektor beban L ( L , ) , dimana mencirikan perbedaan fasa antara efek

    samudera sebuah Bumi pasang vektor untuk setiap gelombang. Hal ini juga

    memungkinkan untuk menghitung parameter setara pasang m , m yang akan

    diperkenalkan dalam program prediksi pasang surut : A m ( m.Atheo , m ) =

    R ( R , 0 ) + L ( L , ). Peramalan dengan MATLAB ini cukup sempurna untuk

    memprediksi pasang surut dalam jangka waktu yang cukup lama dengan aplikasi

    World Tide.

    4.2.3. Overlay Grafik Metode Admiralty dan Metode World Tide (Terlampir)

    Pada kedua metode yang jelas berbeda ini tentunya terdaapt perbedaan pula pada

    pola grafiknya. Pola grafik didasarkan pada elevasi tiap muka air laut dalam rentang

    waktu tertentu. Hasil yang ditampilkan terlihat berbeda hanya karena metode yang

  • digunakan adalah berbeda, berbeda system dan perhitungan serta analisanya. Perbedaan

    tersebut tidak terpaut jauh dan masih bisa ditoleransi, hanya saja perbedaan yang besar

    adalah pada nilai fase Metode World Tide dan nilai Komponen utama pasut pada Metode

    admiralty. Kemungkinan yang menyebabakan hal tersebut terjadi adalah ada metode

    admiralty karena dengan perhitungan excel yang harus sangat teliti sangat memungkinkan

    untuk terjadinya human error karena kelaalaian dan kelelahan.

    Karena pola kedua grafik perbedaannya tidak telalu ekstream sehingga grafik yang

    terbentuk masih dapat diterima dan menunjukkan fluktuasi muka air laut dalam rentang

    yang telah ditentukan, karena rentang data yang ada antara metode admiralty dan world

    tide tidaklah diharuskan sama.

  • LAMPIRAN