Laporan Paired Comparison
Click here to load reader
-
Upload
anditya-candra-satriani -
Category
Documents
-
view
210 -
download
11
description
Transcript of Laporan Paired Comparison
I. PENDAHULUAN
a. Tinjauan Pustaka
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat
sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat disajikan sejumlah sampel,
tetapi selalu ada dua sampel yang dipertentangkan. Uji ini juga dipergunakan untuk
menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam
pengolahan pangan suatu industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau
persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama. Jadi agar efektif sifat atau kriteria
yang diujikan harus jelas dan dipahami panelis (Soekarto, 1985).
Keandalan (reliabilitas) dari uji pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat
mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan kepekaan masing-masing panelis
(Sarastani, 2012). Uji pembedaan terdiri dari uji perbandingan pasangan, dimana para
panelis diminta untuk menyatakan apakah ada perbedaan antara dua contoh yang
disajikan. Uji perbandingan pasangan atau Paired Comparison, uji ini hampir menyerupai
uji pasangan, bedanya terletak pada pertanyaan untuk panelis. Jika pada uji pasangan
dinyatakan ada atau tidaknya perbedaan, maka pada uji perbandingan pasangan
pertanyaan itu dapat ditambah lagi “mana yang lebih” dari dua contoh yang diuji.
Kelebihan ini dapat berarti lebih baik atau lebih buruk, dapat pula pertanyaan dilanjutkan
seberapa tingkat lebihnya ( Hastuti et al., 1988).
b. Tujuan
Mahasiswa memahami prinsip pengujian paired comparison
c. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari, tanggal : Senin, 20 April 2015
Waktu : 13.30-15.00
Tempat : Laboratorium Teknologi Ikan Jurusan Perikanan UGM
II. METODE PRAKTIKUM
a. Bahan dan Alat
1. Bakso
2. Piring plastik
3. Scorsheet
4. Bolpoin
b. Cara kerja
1. Bakso sejumlah 2 buah disajikan dalam piring lastik. Pada masing-masing
sampel, di beri kode yang berbeda.
2. Panelis diminta untuk menguji tekstur dan rasa dari kedua sampel tersebut.
3. Panelis diminta untuk membandingkan sampel yang teksturnya lebih kenyal dan
rasanya lebih gurih diantara kedua sampel tersebut.
4. Hasil dari pengujian tersebut dituliskan dalam score sheet.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Tabel 1. Hasil Penilaian Atribut Kekenyalan
Tabel 2. Hasil Penilaian Atribut Kegurihan
No Nama Sampel689 > 917 689 < 917
1 Anditya 1 02 Amalina 0 13 Umro 0 14 Almira 0 15 Pingkan 0 16 Abdu 1 07 Lovina 1 08 Lulu 0 19 Nilam 0 110 Qurrota 1 011 Ade 1 0
No Nama Sampel689 > 917 689 < 917
1 Anditya 0 12 Amalina 0 13 Umro 0 14 Almira 0 15 Pingkan 1 06 Abdu 0 17 Lovina 1 08 Lulu 1 09 Nilam 1 010 Qurrota 1 011 Ade 0 112 Rizky 0 113 Rachmat 0 114 Ahmad Nawwar 1 015 Denny 0 116 Asterina 1 017 Andika 1 0Jumlah Pemilih 8 9N 17X = (N – jumlah pemilih terkecil) 9
12 Rizky 0 113 Rachmat 1 014 Ahmad Nawwar 1 015 Denny 0 116 Asterina 1 017 Andika 0 1Jumlah Pemilih 8 9N 17X = (N – jumlah pemilih terkecil) 9
2. PEMBAHASAN
Uji perbandingan pasangan yang juga disebut dengan paired comparison, paired
test atau comparison merupakan uji yang sederhana dan berfungsi untuk menilai ada
tidaknya perbedaan antara dua macam produk. Biasanya produk yang diuji adalah jenis
produk baru kemudian dibandingkan dengan produk terdahulu yang sudah diterima oleh
masyarakat (Sarastani, 2012). Dalam penggunaannya uji pembedaan pasangan dapat
memakai produk baku sebagai acuan atau hanya membandingkan dua contoh produk
yang diuji. Sifat atau kriteria contoh yang disajikan tersebut harus jelas dan mudah untuk
dipahami oleh panelis (Soekarto, 1985). Terdapat dua pendekatan pada panelis yang
dilakukan untuk mendapatkan hasil dalam uji paired comparison ini, yaitu opsi harus
memilih (forced-choice) dan opsi tidak memilih (no-perceivable-difference). Opsi harus
memilih adalah metode dimana panelis diwajibkan untuk memilih contoh yang berbeda,
apabila panelis tidak dapat mengidentifikasi perbedaan yang ada maka mereka harus
menebaknya. Opsi boleh tidak memilih adalah metode dimana panelis dapat dengan
bebas mengekspresikan perasaannya, apabila mereka tidak dapat mengidentifikasi
perbedaan maka mereka dapat mengatakan sesuai dengan apa yang dirasakan ( Hastuti et
al., 1988).
Uji perbandingan pasangan atau Paired Comparison, uji ini hampir menyerupai
uji pasangan, bedanya terletak pada pertanyaan untuk panelis. Jika pada uji pasangan
dinyatakan ada atau tidaknya perbedaan, maka pada uji perbandingan pasangan
pertanyaan itu dapat ditambah lagi “mana yang lebih” dari dua contoh yang diuji.
Kelebihan ini dapat berarti lebih baik atau lebih buruk, dapat pula pertanyaan dilanjutkan
seberapa tingkat lebihnya ( Hastuti et al., 1988).
Praktikum Pengujian Paired Comparison ini diawali dengan menyiapkan sampel
berupa bakso. Kemudian bakso sejumlah 2 buah disajikan dalam piring lastik. Lalu pada
masing-masing sampel, diberi kode yang berbeda. Selanjutnya panelis diminta untuk
menguji tekstur dan rasa dari kedua sampel tersebut. Sampel dibandingkan, yang sampel
yang teksturnya lebih kenyal dan rasanya lebih gurih diantara kedua sampel tersebut.
Kemudian hasil dari pengujian tersebut dituliskan dalam score sheet.
Analisis data pada praktikum ini menggunakan Uji t, uji tersebut digunakan
karena sampel yang digunakan hanya dua. Prinsip dari uji t adalah untuk mengetahui ada
tidaknya beda nyata dari sampel yang diuji.
Dari data pengujian tekstur yang di dapatkan, dapat dibuat hipotesis : H0 = tidak
terdapat perbedaan kekenyalan antara kedua sampel bakso ikan dan H1 = ada perbedaan
kekenyalan antara kedua sampel bakso ikan. Data hasil praktikum dilakukan perhitungan
yaitu : Z hitung = ( XN
−P)−1/2n
√ PxQ /N = ( 9
17−0.5)−1 /34
√0.5 x 0.5/17
= 0,0294−0,0294
√0,25 /17 = 0 dan
digunakan probabilitas 95%. Hasil dari Z tabel adalah = T.INV.2T (0,05; 16) = 2,119.
Oleh karena itu, Z hitung lebih kecil daripada Z tabel, sehingga H0 diterima. Karena H0
diterima, artinya tidak terdapat perbedaan kekenyalan antara kedua sampel bakso ikan.
Selain pengujian tekstur (kekenyalan) dilakukan juga pengujian dengan parameter rasa.
Berdasarkan data yang didapatkan, dibuat hipotesis H0 = tidak terdapat perbedaan
kegurihan antara kedua sampel bakso ikan dan H1 = ada perbedaan kegurihan antara
kedua sampel bakso ikan. Kemudian dilakukan perhitungan dari data yaitu Z hitung =
( XN
−P)−1/2n
√ PxQ /N = ( 9
17−0.5)−1 /34
√0.5 x 0.5/17
= 0,0294−0,0294
√0,25 /17 = 0 dengan probabilitas 95%.
Hasil dari Z tabel adalah Z tabel = T.INV.2T (0,05; 16) = 2,119. Oleh karena itu, Z
hitung lebih kecil daripada Z tabel, sehingga H0 diterima. Karena H0 diterima maka tidak
terdapat perbedaan kegurihan antara kedua sampel bakso ikan. Karena baik parameter
kekenyalan maupun rasa tidak ada beda nyata, maka tidak perlu dilakukan uji lanjutan.
IV. KESIMPULAN
Pengujian paired comparison dilakukan dengan membandingkan dua sampel
berdasarkan parameter tertentu dan menentukan sampel mana yang lebih kuat atributnya
dibanding sampel yang lain.
SARAN
Sebaiknya pengujian dilakukan saat panelis dalam keadaan sehat karena bila
panelis dalam keadaan sakit dapat mempengaruhi pengujian.
V. DAFTAR PUSTAKA
Hastuti., W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan
Gizi UGM. Yogyakarta.
Sarastani, Dewi. 2012. Penuntun Praktikum Analisis Organoleptik . Program Diploma
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soekarto, Soewarno. 1985. Penilaian Organoleptik. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN
UJI PAIRED COMPARISON
Disusun Oleh:
Anditya Candra Satriani
12/334989/PN/12980
Golongan A
LABORATORIUM TEKNOLOGI IKAN
JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
LAMPIRAN
Perhitungan parameter kekenyalan
H0 = tidak terdapat perbedaan kekenyalan antara kedua sampel bakso ikan
H1 = ada perbedaan kekenyalan antara kedua sampel bakso ikan
Z hitung = ( XN
−P)−1/2n
√ PxQ /N = ( 9
17−0.5)−1 /34
√0.5 x 0.5/17
= 0,0294−0,0294
√0,25 /17 = 0
Prob : 95%
Z tabel = T.INV.2T (0,05; 16)
= 2,119
Z hitung < Z tabel maka H0 diterima
Kesimpulan : tidak terdapat perbedaan kekenyalan antara kedua sampel bakso ikan
Perhitungan paremeter kegurihan
H0 = tidak terdapat perbedaan kegurihan antara kedua sampel bakso ikan
H1 = ada perbedaan kegurihan antara kedua sampel bakso ikan
Z hitung = ( XN
−P)−1/2n
√ PxQ /N = ( 9
17−0.5)−1 /34
√0.5 x 0.5/17
= 0,0294−0,0294
√0,25 /17 = 0
Prob : 95%
Z tabel = T.INV.2T (0,05; 16)
= 2,119
Z hitung < Z tabel maka H0 diterima
Kesimpulan : tidak terdapat perbedaan kegurihan antara kedua sampel bakso ikan