Laporan Observasi Pkn Sd

54
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa ”Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu: Page 1 of 54

description

laporan

Transcript of Laporan Observasi Pkn Sd

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34) bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi yaitu:1. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral.2. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.3. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur. (Depdiknas 2003 : 4)Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa dalam mata pelajaran Kewarganegaraan seorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005 : 33) yang menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga negara yang diwujudkan melalui pemahaman, keterampilan sosial dan intelektuan, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungannya.Untuk mencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, maka guru berupaya melalui kualitas pembelajaran yang dikelolanya, upaya ini bisa dicapai jika siswa mau belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam pembelajaran PKn.Berdasar uraian di atas bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan guru melakakukan berbagai upaya baik itu dalam bentuk penerapan strategi pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan ataupun hal-hal pendukung lainnya yang diaplikasikan guru dalam kegiatan pembelajaran PKn di sekolah dasar.Berangkat dari hal tersebut observer tertarik untuk melakukan kegiatan observasi terhadap kegiatan pembelajaran pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas III dan kleas IV Sekolah Dasar Negeri 175 Pekanbaru, kegiatan apa saja yang muncul dalam kegiatan pembelajaran PKn baik kegiatan awal, inti dan akhir, sehingga observer mengetahui apa kegiatan yang muncul, apa strategi yang digunakan dalam pembelajaran PKn, apa model yang digunakan dalam pembelajarn PKn. 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam kegiatan observasi adalah apa problematika dan kelebihan kegiatan pembelajaran mata pelajaran PKn SD kelas III dan IV di Sekolah Dasar Negeri 175 Pekanbaru?

1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan dari kegiatan observasi adalah mengetahui kelebihan dan problematika kegiatan pembelajaran PKn serta bagaimana solusi pemecahan problematika pada mata pelajaran PKn kelas III dan kelas IV Sekolah Dasar Negeri 175 Pekanbaru. 1.4 Manfaat Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan, terdapat manfaat berdasar hasil observasi yang diperuntukkan kepada mahasiswa, guru, siswa dan sekolah :a) Manfaat Bagi Mahasiswa :1) Mahasiswa dapat mengetahui apa problematika yang sering muncul dalam kegiatan pembelajaran PKn SD.2) Mahasiswa dapat mempelajari bagaimana strategi dan model pembelajaran pada mata pelajaran PKn SD.3) Mahasiswa dapat menemukan inovasi-inovasi pendidikan yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran PKn SD.b) Manfaat Bagi Guru :1) Guru dapat mengetahui metode pembelajaran apa yang paling cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran PKn SD.2) Guru dapat mengetahui solusi dari pemecahan problematika dari kegiatan pembelajaran PKn SD3) Guru dapat mengetahui apa kesulitan yang dialami oleh siswa.c) Manfaat Bagi Siswa :1) Siswa dapat memahami materi dengan mudah dengan penggunaan model pembelajaran yang cocok dengan karakteristiknya.2) Siswa dapat menjawab kesulitan dalam pembelajaran PKn SD.d) Manfaat Bagi Sekolah : 1) Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikan serta meningkatkan profesionalitas guru.2) Sekolah mengetahui apa problematika serta bagaimana solusi untuk memecahkan problematika pembelajaran PKn.

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Desain Pembelajaran PKnMenurut Eraut (1991:315) istilah disain pembelajaran atau instructional design biasanya merujuk pada disain materi pembelajaran yang disusun oleh sebuah tim yang dapat melibatkan guru atau tidak perlu melibatkan guru yang akan melaksanakan pembelajaran tersebut. Artinya, bahwa pengembangan disain pembelajaran dapat menjadi tugas para pakar pembelajaran yang diharapkan akan membantu/mempermudah para guru dalam mengembangkan dan melaksanakan proses pembelajaran.Kontribusi disiplin ilmu pada pengembangan desain pembelajaran PKn, sangat penting untuk memahami, mangkaji, dan menganalisis situasi. Sehingga dari prosess manganilisis situasi diharapkan akan memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Dapat menganalisis faktor eksternal dan internal yang perlu dipertimbangkan dalam proses penyusunan desain pembelajaran.Setelah kita mengetahui paradigm PKn dan pengembangan materi PKn merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu atau disebut interdisipliner dan multidomensional serta apa tujuan dan fungsinya. Apabila diklasifikasikan (secara sederhana), faktor-faktor tersebut dibagiatau dibedakan atas faktor eksternal dan faktor internal. 2) Dapat menganalisis disiplin ilmu pendukung yang banyak berpengaruh dalam penyusunan desain pembelajaran.Analisis situasi biasanya dilakukan sebelum proses pengembangan kurikulum. Artinya, selama proses mengembangkan kurikulum, guru dituntut agar menyadaridan mempertimbangkan tentang situasi yang sedang terjadi atau berubah di sekitarnya. Laurie Brady (1990) menegaskan bahwa analisis situasidiperlukan untuk menentukan efektifitas penerapan kurikulum yang baru.Sockett (1976) memberikan saran-saran dengan menekankan pentingnya analisis situasidalam pengembangan kurikulum, yaitu :a) Guru seyogianya melakukan suatu transaksidengan siswa tentang apa yang akan dilakukan dalam proses belajar mengajar.b) Guru hendaknya secara terus-menerus mengevaluasidan mempertahankan suasana belajar di kelas.c) Guru hendaknya mendekatkan proses belajar kearah situasi nyata dan kemungkinan perubahan situasitersebut.Skillbeck (1984) membagi dua faktor yang dapat menggambarkan situasi sebagai bahan analisis guru yaitu :1) Faktor-faktor eksternal meliputi :a) Perubahan sosial-budaya dan harapan masyarakatLaurie Brady (1990) menyatakan Apabila sekolah ingin berfungsi sebagai cermin masyarakat maka sekolah-sekolah harus memperhatikan perubahan sosial-budaya pada saat menyusun kurikulum.b) Tuntutan dan tantangan sistem pendidikanPada sistem pendidikan Indonesia Mendiknas Wardiman Djojonegoro menitik beratkan perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui kebijakan link and match. Ada empat topik kebijakan yang ditempuh, yakni relevansi, pemerataan, efisiensi dan efektifitas. Keempat hal ini hendaknya dijadikan sebagai rambu-rambu oleh guru dalam mendesain pembelajaran baik dalam menyusun program (materi pelajaran) maupun dalam menentukan desain pembelajaran seperti aspek metode, media, sumber dan evaluasi.c) Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkanKurikulum yang baik adalah kurikulum yang sesuaidengan kebutuhan atau tuntutan masyarakat. Dengan demikian, perubahan mata pelajaran merupakan proses penyesuaian yang dilakukan oleh guru dalam menjawab tuntutan masyarakat. d) Kontribusidarisistem dukungan guruHakekat dari sistem dukungan guru mungkin beragam tergantung pada peningkatan profesionalisme guru selain itu adalah sumber-sumber belajar yang dapat mendukung terhadap proses belajar mengajar. Bahan belajar yang sekaligus menjadi sumber belajar terdiri atas: bahan audio-visual (misalnya pesawat televisi), buku-buku profesional, peragaan dan alat peraga. e) Sumber masukan bagi sekolahMenurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Di Indonesia, nampaknya tanggung jawab sekolah masih lebih besar dibebankan kepada pihak pemerintah dan orang tua siswa. Idealnya tentu saja harus ada kesadaran dari semua pihak bahwa maju mundurnya sekolah atau baik tidaknya sekolah akan sangat tergantung kepada tiga pihak diatas.

2) Faktor-faktor internal, meliputi:a) Siswa meliputi aspek bakat, kecakapan dan kebutuhannyaSiswa memiliki bakat, kecakapan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Kita juga mengetahui dengan ciri guru profesional yang pertama, ialah guru harus mengenal peserta didik secara mendalam. Pembelajaran untuk tiga domain tersebut akan sulit tercapai apabila guru tidak mengenal siswanya secara mendalam.Aspek-aspek tentang siswa sebagai bahan analisis faktor internal dapat digolongkan berdasarkan :1) Karakteristik sekolah, jenjang dan kelasnya.2) Kemajuan/prestasi belajarnya di sekolah3) Perkembangan fisik, seperti keterampilan motoriknya, kebutuhan fisik dan kesehatan4) Perkembangan emosional dan sosial, misalnya bagaimana hubungan antar sesama siswa, antara siswa dengan guru dan dengan orang tua.5) Perkembangan intelektual, misalnya kesiapan belajar, kecakapan, tingkat perkembangan kognitif, bakat khusus, dan pengalaman. 6) Karakteristik personal, misalnya kepribadian, karakter, perkembangan moral, nilaidan sikap, motivasi, aspirasi, rasa percaya diri, kecenderungan sikap anti-sosial dan pro-sosial serta perbedaan prilaku. Aspek-aspek inilah yang perlu mendapat perhatian/ pertimbangan guru dalam merancang/mengembangkan pembelajaran dari faktor internal khususnya yang berkaitan dengan faktor siswa. b) Guru, Laurie Brady (1990) mengemukakan beberapa karakteristik kemampuan guru yang harus mendapat perhatian pada saat menyusun desain pembelajaran, yaitu :1) Kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri guru. Dalam penggunaan metode mengajar, misalnya, ada guru yang mahir menggunakan metode diskusi namun kurang mahir dalam berceramah. Kemahiran dan kekurangan ini hendaknya disadaripada saat mendesain pembelajaran sehingga guru perlu mengurangi penggunaan metode ceramah.2) Ketertarikan guru. Kekuatan kecakapan guru akan bervariasi sesuai dengan hobidan ketertarikannya pada suatu obyek. 3) Harapan guru. Guru memiliki harapan yang berbeda darisiswa yang berbeda. Harapan guru terhadap siswa yang pandai akan lebih besar dari pada harapannya terhadap siswa yang kurang pandai.4) Sikap guru terhadap pengembangan dan inovasi pembelajaran. Tidak semua guru memiliki sikap inovatif terhadap upaya peningkatan mutu pembelajaran atau pendidikan. 5) Gaya mengajar. Sikap ingin maju dari guru akan mempengaruhi pemilihan pengalaman belajar dalam proses perencanaan pembelajaran. Ada guru yang lebih memusatkan perhatiannya pada gaya mengajar demokaratis namun ada yang lebih tertarik dengan gaya mengajar otoriter dan laissez faire. 6) Evaluasi diri guru sendiri. Banyak guru profesional yang selalu mengevaluasi kemampuannya baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain.7) Peran guru. Peran guru dalam kegiatan pengembangan kurikulum seperti melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) perlu mendapat pertimbangan dalam proses penyusunan desain pembelajaran. Dalam forum MGMP, idealnya guru akan mendapat banyak pengalaman sebagaibahan untuk analisis situasi dari faktor internal.c) Etos kerja sekolah dan struktur politikEthos sekolah. Istilah ethos sering digunakan untuk menggambarkan iklim, atmosfir, sifat sekolah sebagai suatu organisasi. Miles (1975) menyarankan sejumlah pendekatan dalam menciptakan iklim organisasi yang sehat antara lain dengan cara mengkaji diri (self-study) dan menekankan saling hubungan dalam suasana kelompok dari pada suasana individual yang terisolir. Dengan cara/pendekatan ini maka diharapkan ethos sekolah yang dipertimbangkan selama proses penyusunan desain pembelajaran akan memberikan masukan positif terhadap peningkatan kualitas analisis situasi.d) Sumber-sumber bahan pembelajaranPekerjaan guru dalam penyusunan desain pembelajaran perlu juga mempertimbangkan bahan-bahan pelajaran, peralatan peralatan dan semua fasilitas yang ada di sekolah. Kelangkaan sumber-sumber belajar ini sering menjadi penghambat dalam proses penyusunan desain pembelajaran namun sebaliknya kelengkapan sumber pelajaran akan lebih mempermudah bagi guru dalam mendesain pembelajaran.e) Masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang dirasakan dalam kurikulum yang berlaku.Adanya perubahan terhadap kurikulum yang berlaku karena adanya kekurangan atau masalah merupakan upaya inovasi dalam pembelajaran. Namun perlu disadari bahwa masih ada masalah atau hambatan dalam upaya inovasipendidikan. Laurie Brady (1990) mengemukakan bahwa sering inovasimengalamikegagalan karena:1) rendahnya tingkat pemahaman guru terhadap inovasi;2) rendahnya tingkat pemahaman guru atas peran barunya yang dituntut oleh inovasi;3) rendahnya keahlian guru dalam memenuhiperan barunya;4) rendahnya sumber-sumber pelajaran yang diperlukan;5) rendahnya komunikasidisekolah (kesempatan untuk melakukan umpan balik);6) organisasisekolah yang sudah tidak sesuaidengan tuntutan inovasi. Tugas pengembangan materi pembelajaran sebagai aspek penting dalam pengembangan desain pembelajaran PKn di Indonesia, khususnya pasca berlakunya Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isiadalah tugas satuan pendidikan. Melaluipanduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, guru memilikikewenangan yang lebih luas dalam pengembangan kurikulum termasuk mengembangkan desain pembelajaran. Ada tiga langkah yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam menyusun desain pembelajaran sebagai bagian daritugas pengembangan kurikulum disatuan pendidikan, ialah: 1) Mengkaji dan menentukan Standar Kompetensi 2) Mengkaji dan menentukan Kompetensi Dasar 3) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

2.2 Model Pembelajaran PKnMenurut Suparman (1997), proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses baik secara mental maupun secara fisik. Lebih lanjut dikemukakan bahwa model proses pembelajaran ini disebut pembelajaran interaktif yang memiliki karakteristik sebagai berikut:1) adanya variasikegiatan klasikal, kelompok, dan perorangan2) keterlibatan mental baik pikiran maupun perasaan3) guru lebih berperan sebagai fasilitator, narasumber, manajer kelas yang demokratis4) menerapkan pola komunikasibanyak arah5) suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang dan tetap terkendali oleh tujuan6) potensial dapat menghasilkan dampak instruksional dan dampak pengiring lebih efektif7) dapat digunakan didalam dan/atau diluar kelas/ruangan.Ada tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif, meliputi: 1) model berbagi informasi; 2) model belajar melalui pengalaman; 3) model pemecahan masalah. Tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif ini terdiri atas:Dalam rangka sosialisasiKTSP, Departemen Pendidikan Nasional (2006) membagitiga jenis model pembelajaran, yakni: 1) Model Pembelajaran Langsung atau Direct Instruction (DI)Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat kepada guru sehingga lebih mengutamakan pada penyampaian pengetahuan dengan target hasil belajar pengetahuan deklaratif sederhana. Meskipun demikian, untuk mencapai tujuan yang maksimal, model pembelajaran ini perlu perencanaan yang matang dengan penguasaan bahan materi pembelajaran oleh guru yang mendalam.Model pembelajaran langsung dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai berikut: Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswaFase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilanFase 3: Membimbing pelatihanFase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balikFase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapanTugas guru:a) Menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.b) Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.c) Merencanakan dan memberibimbingan pelatihan awal.d) Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberiumpan.e) Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasilebih kompleks dalam kehidupan sehari hari.2) Model Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning (CL)Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilandasi oleh teori konstruktivisme dengan pendekatan masyarakat belajar (learning community), berpusat kepada siswa dengan target hasil belajar akademik dan keterampilan sosial. Model ini menuntut adanya pengelolaan suasana kelas yang demokratis dan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru melalui model pembelajaran ini hendaknya berupaya lebih banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai berikut: Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswaFase 2: Menyajikan informasiFase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kelompok belajarFase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajarFase 5: Evaluasi Fase 6: Memberikan penghargaanTugas guru:a) Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa belajar.b) Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.c) Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.d) Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.e) Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/ meminta kelompok mempresentasikan hasil kerja.f) Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.3) Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem-Based Instruction (PBI)Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang dilandasi oleh teorikonstruktivisme dengan pendekatan inkuiri, berpusat kepada siswa dengan target hasil belajar pemecahan masalah (authentic) dan menjadi pebelajar yang mandiri. Model inimenuntut adanya pengelolaan suasana kelas yang demokratis dan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru melalui model pembelajaran ini hendaknya berupaya lebih banyak melibatkan siswa dalam pembelajaran secara terbuka, demokratis, dan memilikikebebasan berpendapat. Model pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagaiberikut: Fase 1: Orientasisiswa pada masalah.Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar.Fase 3: Membimbing penyelidikan secara individual dan kelompok.Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasiproses pemecahan masalah.Tugas guru:a) Menjelaskan tujuan, logistik yg dibutuhkan.b) Memotivasisiswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah yg dipilih.c) Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungandengan masalah tersbeut.d) Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasiyang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.e) Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yg sesuaisepertilaporan, model, dan berbagitugas dengan temanf) Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/meminta kelompok presentasi hasil kerja.Model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri pada hakekatnya sejalan dengan gagasan dari John Dewey tentang prinsip-prinsip pembelajaran interaktif. Keberhasilan pembelajaran demokrasi dalam PKn sebagai suatu seni akan ditentukan oleh prinsip-prinsip pembelajaran interaktif model John Dewey, yakni:a) Menghormatidan penuh perhatian kepada orang lainb) Berpikir kreatifc) Menghasilkan sejumlah solusi tentang masalah-masalah bersamad) Berusaha menerapkan solusi-solusi tersebutUntuk mengadakan suatu proses pembelajaran, terlebih dahulu guru perlu mempertimbangkan sejumlah kemampuan dasar (core competencies) untuk setiap dimensiatau aspek-aspek diatas. Kemampuan dasar yang dimaksud adalah standar kompetensidan kompetensidasar sebagaimana yang ditetapkan dalam Standar Isi. Untuk menerapkan model pembelajaran inkuiri tentang konsep demokrasi misalnya, seorang guru dapat membuka dahulu dokumen standar isi, misalnya, Kelas II Semester 2 tentang sikap demokratis, sebagaiberikut.Veldhuis (1998) mengemukakan bahwa kemampuan dasar yang sering disebut pula minimal package ditentukan oleh:a) kebutuhan individu untuk memecahkan isu-isu dan masalah-masalah sosial dan politik yang mereka sedang dan akan hadapi; b) isu-isu dan masalah-masalah yang telah menjadi topik dan agenda publik yang penting. Ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pembelajaran demokrasi, yakni :1) Situasi lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung yang meliputi:a) Jenis sekolahb) Jenis pendidikan c) Masyarakat tetanggad) Kelompok kepentingane) Partaipolitikf) Asosiasiatau perkumpulan dimasyarakat2) Karakteristik sosial, ekonomidan budaya peserta didik yang meliputi:a) Karakteristik individu, seperti usia dan jenis kelaminb) Karakteristik sosial individu, status sosial ekonomi (pendapatan, pekerjaan), tempat tinggal (perkotaan/ perdesaan)c) Karakteristik budaya: tingkat pendidikan, nasionalitas, sejarah, agama, etnis.Langkah-langkah yang dapat dikembangkan oleh guru untuk mengadakan proses pembelajaran demokrasi, sebagai berikut: Merumuskan tujuan, Menyajikan kata-kata (istilah) yang perlu diketahui, Menyajikan ide-ide yang perlu dipelajari, Memecahkan masalah, Menerapkan kemampuan yang telah dikuasai.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Waktu, Tempat dan Subjek Pelaksanaan Observasi Kegiatan observasi tentang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 175 Pekanbaru, yaitu di kelas III dan IV pada tanggal 22 Maret 2014 dan 26 Maret 2014. Subjek kegiatan observasi yang pertama adalah kelas IV Sekolah Dasar Negeri 175 Pekanbaru, dengan jumlah siswa adalah 24 orang, 17 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Sedangkan subjek observasi kedua adalah kelas III Sekolah Dasar Negeri 175 Pekanbaru, dengan jumlah siswa adalah 32 orang, 20 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

3.2 Kegiatan Observasi Pembelajaran PKn SD Kelas IVDalam observasi dalam proses pembelajaran PKn pada kelas IV ada beberapa kegiatan pembelajaran yang muncul dalam proses belajar-mengajar, yaitu :1) Kegiatan PendahuluanKegiatan Pendahuluan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dengan komponen-komponen pembelajaran lainnya. Kegiatan pendahuluan pada dasarnya merupakan kegiatan yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan sebuah pembelajaran. Fungsi kegiatan pendahuluan terutama adalah untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dalam kegiatan observasi dalam pembelajaran PKn pada kelas IV, kegiatan pendahuluan yang muncul adalah :

NoGambarKegiatan

1Guru mengkondisikan siswa sebelum memasuki kelas dengan membiasakan berbaris rapi serta bersalaman satu persatu kemudian siswa masuk ke kelas secara tertib.

2Guru memberikan salam, kemudian berdoa bersama anak-anak dan guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira.

3Guru memberikan pertanyaan sebagai appersepsi, yang kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa, dan menyampaikan tema dan tujuan kegiatan pembelajaran.

2) Kegiatan Intikegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Guru perlu mengupayakan bagaimana caranya supaya siswa dapat mengoptimalkan kegiatan belajarnya. Melalui kegiatan inti pembelajaran siswa tidak hanya diharapkan memiliki kemampuan yang merupakan dampak instruksional (langsung berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang dirancang sesuai kurikulum) tetapi juga memiliki sikap positif terhadap bahan pelajaran (sebagai dampak pengiring dari kegiatan pembelajaran).

NoGambarKeterangan

1Guru menginformasikan materi tentang globalisasi, yang kemudian guru bersama-sama dengan siswa mempelajari tentang pengaruh globalisasi terhadap alat transportasi dan komunikasi.

2Guru mengajukan pertanyaan untuk menyebut contoh alat transportasi, dan komunikasi. Kemudian siswa menjawab secara bergiliran. Setelah itu guru dan siswa mempelajari apa dampak positif dan negatif tentang globalisasi serta apa sikap kita terhadap globalisasi.

3Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian guru membagikan LKS dan selanjutnya siswa mengerjakan soal evaluasi dan memaparkan hasil diskusi yang ada di LKS.

3) Kegiatan AkhirKegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup semua rangkaian kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini juga mengandung makna sebagai kegiatan untuk memantapkan pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar dan bahan pembelajaran yang telah dipelajarinya, serta mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dan dijalani oleh siswa dan guru. Kegiatan yang biasa dilakukan guru dalam kegiatan akhir ini adalah memberikan tes, baik lisan maupun tertulis. Berdasarkan hasil kegiatan akhir (meninjau kembali penguasaan siswa dan atau melaksanakan penilaian).NoGambarKeterangan

1Guru bersama anak-anak untuk menarik kesimpulan dan meluruskan miskonsepsi, serta memberiakan tugas rumah sebagai tindak lanjut pembelajaran.

2Guru dan siswa menutup pelajaran dengan berdoa bersama, kemudian satu-persatu siswa bersalaman keluar ruang kelas.

3.3 Problematika Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IVBerdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran PKn SD di kelas IV, dari pengamatan kami pada porses pembelajaran pendidikan PKn SD muncul beberapa problematika yang dialami oleh peserta didik dan guru, yaitu :1. Guru merasa kesulitan untuk menentukan metode apa yang paling tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran PKn. Hal ini dikarenakan metode yang ada terlalu kaku sehingga tidak sesuai dengan yang dibutuhkan serta tidak sesuai dengan kondisi realita peserta didik, sehingga yang terjadi adalah siswa tidak dapat memehami materi apa yang disampaikan guru, hal ini dikarenakan guru merasa kesulitan bagaimana menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan metode pembelajaran.2. Guru kesulitan untuk membuat desain pembelajaran, hal ini disebabkan karena guru belum dapat mengalisa situasi.3. Guru sulit untuk membuat atau menggunakan media dalam proses pembelajaran PKn, hal ini disebabkan karena materi yang disampaikan banyak yang berbentuk sikap atau penanaman nilai.4. Siswa merasa kesulitan untuk menyampaikan ide, gagasan atau argumen kedalam kalimat pada saat proses pembelajaran berlangsung. 5. Siswa merasa kesulitan terhadap materi yang memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga siswa tidak mampu mencapai indikator yang telah ditetapkan. Siswa juga merasa kebingungan terhadap metode pembelajaran yang digunakan guru. Hal ini dikarenakan ketidak sesuaian dengan kebutuhan dan kondisi realita peserta didik.6. Siswa mengeluhkan terlalu banyak materi yang harus dihafal atau dikuasi.

3.4 Solusi Problematika Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar Kelas IVBerkenaan dengan permasalahan yang ditemukan pada proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan SD pada kelas IV Sekolah Dasar Negeri 175 Pekanbaru, ada beberapa solusi menyelesaikan problematika yang ada, yaitu :1. Guru memahami dulu apa yang dimaksud dengan model pembelajaran dan yang paling penting adalah kemampuan menganalisa situasi siswa, karen jika guru tidak dapat menganalisa situasi maka sulit bagi guru untuk mengetahui model pembelajaran apa yang paling cocok dengan anak. Selain itu guru juga harus melakukan pembaharuan dalam menggunakan model pembelajaran yang awalnya hanya konvensional harus dirubah dengan menggunakan model pembelajaran yang terbaru dengan harapan siswa akan menjadi lebih aktif dan dapat menemukan sendiri sehingga pengkontruksian informawis dapat bertahan lama. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah : CTL, Koopertif, PBL, Inkuiri, Discovery, dll.2. Guru harus mengakaji dulu apa yang harus diperhatikan dalam membuat desain pembelajaran terutama yang berkaitan kdengan siswa, karena dengan kita dapat mengetahui situaasi siswa maka mudah bagi guru untuk membuat desain pembelajaran yang jitu.3. Guru dapat menggunakan media video yang berisikan perilaku atau contoh peristiwa yang tujuan utamanya adalah menanamkan nilai.4. Dalam mengatasi kesulitan anak yang sulit untuk mengungkapkan ide atau gagasanya, yaitu guru harus membiasakan anak untuk aktif berbicara misalkan dengan sering mengajak diskusi, berbicara, menjawab pertanyaan atau mengajukan pertanyaan sehingga anak akan mudah untuk menyampaikan idenya karena anak sudah terbiasa sebelumnya, selain itu peran dari model pembelajaran juga menentukan apakah anak akan aktif atau sebaliknya, jika guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional maka yang ada hanya anak akan pasif mendengarkan penjelasan dari guru saja, sebaliknya jika guru menggunakan model yang merangsang anak untuk aktif terlibat didalamnya maka anak akan menjadi lebih aktif baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotornya.5. Dalam permasalahan terlalu luasnya cakupan materi pendidikan kewarganegaraan PKn, guru dapat mencari strategi pembelajaran atau cara yang paling lebih efektif agar siswa dapat dengan mudah memahami apa yang guru sampaikan, selain itu jika siswa merasa kebingungan dengan model yang guru terapkan guru harus memahami bahwa yang terpenting dalam menerapkan kegiatan pembelajaran adalah antara guru dan siswa harus merasa nyaman dengan model yang diterapkan.6. Dalam permasalahan siswa yang menganggap terlalu banyak materi PKn dan terlalu banyak materi yang dihafal, untuk hal ini guru dapat membuat rangkuman materi yang diajarkan dan guru juga dapat mengaitkan materi anak dengan kehidupan sehari-hari, sehinngga anak lebih mengerti materi yang diajarkan karena materi tidak asing bagi siswa sehingga mudah dicerna siswa.

3.5 Kegiatan Observasi Pembelajaran PKn SD Kelas IIIPada pelaksanaan kegiatan observasi pada proses pembelajaran PKn pada kelas III ada beberapa kegiatan pembelajaran yang muncul dalam proses belajar-mengajar, yaitu :1) Kegiatan PendahuluanPada kegiatan pendahuluan di kelas III pada mata pelajaran PKn SD, tidah berbeda jauh dengan kegiatan yang muncul di pembelajaran PKn SD di kelas IV, adapun kegiatan pendahuluan yang muncul pada pembelajaran PKn adalah :NoGambarKegiatan

1Tidak jauh berbeda dengan kelas IV, dikelas III juga Guru mengkondisikan siswa sebelum memasuki kelas dengan membiasakan berbaris rapi serta bersalaman satu persatu kemudian siswa masuk ke dalam kelas secara tertib.

2Setelah semuanya masuk kedalam kelas Guru memberikan salam, kemudian berdoa bersama anak-anak dan guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira.

3Guru memberikan pertanyaan sebagai appersepsi, yang kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa, dan menyampaikan tema dan tujuan kegiatan pembelajaran.

3) Kegiatan IntiDalam kegiatan inti dalam pembelajaran ini juga tidak terlalu berbeda jauh dengan kegiatan inti yang seperti biasa, adapun kegiatan inti yang muncul berdasarkan hasil observasi pada kegiatan pembelajaran PKn kelas III adalah :NoGambarKeterangan

1Dalam kegiatan ini Guru menginformasikan materi yang kemudian guru bersama siswa mempelajari materi,

2Guru mengadakan tanya jawab seputar materi yang disampaikan.

4) Kegiatan AkhirPada kegiatan akhir dari proses pembelajaran PKn SD muncul beberapa kegiatan seperti :NoGambarKeterangan

1Guru bersama anak-anak untuk menarik kesimpulan dan meluruskan miskonsepsi, serta memberiakan tugas rumah sebagai tindak lanjut pembelajaran.

2Guru dan siswa menutup pelajaran dengan berdoa bersama, kemudian satu-persatu siswa bersalaman keluar ruang kelas.

3.6 Problematika Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas IIIBerdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran PKn SD di kelas III, muncul beberapa problematika yang dialami oleh peserta didik dan guru, yaitu :1. Kurang aktifnya siswa dalam proses belajar mengajar hal ini dikarenakan faktor guru yang menggunakan model pembalajaran konvensional sehingga siswa hanya terduduk diam mendengarkan apa yang disampaiakan guru. 2. Guru merasa kesulitan untuk menentukan metode apa yang paling tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran PKn. Hal ini dikarenakan siswa kelas III belum mengetahui betul apakah model itu cocok untuk dia atau tidak. Disamping itu guru kesulitan untuk membuat desain pembelajaran, hal ini disebabkan karena guru belum dapat mengalisa situasi.3. Siswa merasa kesulitan terhadap materi yang memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga siswa tidak mampu mencapai indikator yang telah ditetapkan. Siswa mengeluhkan terlalu banyak materi yang harus dihafal atau dikuasi.

3.7 Solusi Problematika Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar Kelas IIIBerkenaan dengan permasalahan yang ditemukan pada proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan SD pada kelas III Sekolah Dasar Negeri 175 Pekanbaru, ada beberapa solusi menyelesaikan problematika yang ada, yaitu :1. Guru perlu mengetahui bahwa guru hanya berfungsi sebagai fasilitator, siswa yang harus aktif dalam kegiatan belajar. Dalam permasalahan ini guru dapat menggunakan model pembelajarn yang bisa menjadikan anak lebih aktif dalam pembelajaran salah satunya adalah CTL, Model pembelajaran interaktif, CBSA, dll.2. Dalam menentukan model ataupun desain pembelajaran, guru terlebih dahulu harus bisa mengalisa situasi siswa, yang mana dengan guru yang dapat mengalisa situasi siswa maka guru akan tahu kunci dari masing-masing siswa, hal ini nantinya akan menopang keberhasilan dari penggunakan model dan desain pembelaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran PKn SD.3. Untuk permasalahan materi yang terlalu luas dan daya tangkap anak rendah, guru diperbolehkan membuat rangkuman materi serta mengkaitkan kegiatan belajara dengan kehidupan sehari-hari yang nantinya anaka tidak akan merasakan bahwa materi terlalu luas dan banyak.Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan SD kelas III dan IV di Sekolah Dasar Negeri 175 Pekanbaru, kita mengetahui bahwa masih banyak problematika dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung mempengaruhi hasil belajara siswa. Di sisi lain kita juga mengetahui bahwa masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga siswa tidak dapat berkembang dan bekerja aktif sehingga siswa cenderung pasif menunggu dari pa yang diberikan oleh guru.

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanDari hasil observasi pada proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan SD di kelas III dan kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 175 Pekanbaru, kita mengetahui bahwa terdapat problematika pada proses belajar mengajar, antara lain yaitu :Problematika yang muncul pada proses pembelajaran PKn di kelas IV, sebagai berikut :1. Guru merasa kesulitan untuk menentukan metode apa yang paling tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran PKn. Hal ini dikarenakan metode yang ada terlalu kaku sehingga tidak sesuai dengan yang dibutuhkan serta tidak sesuai dengan kondisi realita peserta didik, sehingga yang terjadi adalah siswa tidak dapat memehami materi apa yang disampaikan guru, hal ini dikarenakan guru merasa kesulitan bagaimana menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan metode pembelajaran.2. Guru kesulitan untuk membuat desain pembelajaran, hal ini disebabkan karena guru belum dapat mengalisa situasi.3. Guru sulit untuk membuat atau menggunakan media dalam proses pembelajaran PKn, hal ini disebabkan karena materi yang disampaikan banyak yang berbentuk sikap atau penanaman nilai.4. Siswa merasa kesulitan untuk menyampaikan ide, gagasan atau argumen kedalam kalimat pada saat proses pembelajaran berlangsung. 5. Siswa merasa kesulitan terhadap materi yang memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga siswa tidak mampu mencapai indikator yang telah ditetapkan. Siswa juga merasa kebingungan terhadap metode pembelajaran yang digunakan guru. Hal ini dikarenakan ketidak sesuaian dengan kebutuhan dan kondisi realita peserta didik.6. Siswa mengeluhkan terlalu banyak materi yang harus dihafal atau dikuasi.Adapun solusi dari problematika yang muncul adalah sebagai berikut :1. Guru memahami dulu apa yang dimaksud dengan model pembelajaran dan yang paling penting adalah kemampuan menganalisa situasi siswa, karen jika guru tidak dapat menganalisa situasi maka sulit bagi guru untuk mengetahui model pembelajaran apa yang paling cocok dengan anak. Selain itu guru juga harus melakukan pembaharuan dalam menggunakan model pembelajaran yang awalnya hanya konvensional harus dirubah dengan menggunakan model pembelajaran yang terbaru dengan harapan siswa akan menjadi lebih aktif dan dapat menemukan sendiri sehingga pengkontruksian informawis dapat bertahan lama. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah : CTL, Koopertif, PBL, Inkuiri, Discovery, dll.2. Guru harus mengakaji dulu apa yang harus diperhatikan dalam membuat desain pembelajaran terutama yang berkaitan kdengan siswa, karena dengan kita dapat mengetahui situaasi siswa maka mudah bagi guru untuk membuat desain pembelajaran yang jitu.3. Guru dapat menggunakan media video yang berisikan perilaku atau contoh peristiwa yang tujuan utamanya adalah menanamkan nilai.4. Dalam mengatasi kesulitan anak yang sulit untuk mengungkapkan ide atau gagasanya, yaitu guru harus membiasakan anak untuk aktif berbicara misalkan dengan sering mengajak diskusi, berbicara, menjawab pertanyaan atau mengajukan pertanyaan sehingga anak akan mudah untuk menyampaikan idenya karena anak sudah terbiasa sebelumnya, selain itu peran dari model pembelajaran juga menentukan apakah anak akan aktif atau sebaliknya, jika guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional maka yang ada hanya anak akan pasif mendengarkan penjelasan dari guru saja, sebaliknya jika guru menggunakan model yang merangsang anak untuk aktif terlibat didalamnya maka anak akan menjadi lebih aktif baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotornya.5. Dalam permasalahan terlalu luasnya cakupan materi pendidikan kewarganegaraan PKn, guru dapat mencari strategi pembelajaran atau cara yang paling lebih efektif agar siswa dapat dengan mudah memahami apa yang guru sampaikan, selain itu jika siswa merasa kebingungan dengan model yang guru terapkan guru harus memahami bahwa yang terpenting dalam menerapkan kegiatan pembelajaran adalah antara guru dan siswa harus merasa nyaman dengan model yang diterapkan.6. Dalam permasalahan siswa yang menganggap terlalu banyak materi PKn dan terlalu banyak materi yang dihafal, untuk hal ini guru dapat membuat rangkuman materi yang diajarkan dan guru juga dapat mengaitkan materi anak dengan kehidupan sehari-hari, sehinngga anak lebih mengerti materi yang diajarkan karena materi tidak asing bagi siswa sehingga mudah dicerna siswa.Problematika yang muncul pada proses pembelajaran PKn SD pada kelas III, adalah :1. Kurang aktifnya siswa dalam proses belajar mengajar hal ini dikarenakan faktor guru yang menggunakan model pembalajaran konvensional sehingga siswa hanya terduduk diam mendengarkan apa yang disampaiakan guru. 2. Guru merasa kesulitan untuk menentukan metode apa yang paling tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran PKn. Hal ini dikarenakan siswa kelas III belum mengetahui betul apakah model itu cocok untuk dia atau tidak. Disamping itu guru kesulitan untuk membuat desain pembelajaran, hal ini disebabkan karena guru belum dapat mengalisa situasi.3. Siswa merasa kesulitan terhadap materi yang memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga siswa tidak mampu mencapai indikator yang telah ditetapkan. Siswa mengeluhkan terlalu banyak materi yang harus dihafal atau dikuasi.Adapun solusi dari problematika yang muncul adalah sebagai berikut :1. Guru perlu mengetahui bahwa guru hanya berfungsi sebagai fasilitator, siswa yang harus aktif dalam kegiatan belajar. Dalam permasalahan ini guru dapat menggunakan model pembelajarn yang bisa menjadikan anak lebih aktif dalam pembelajaran salah satunya adalah CTL, Model pembelajaran interaktif, CBSA, dll.2. Dalam menentukan model ataupun desain pembelajaran, guru terlebih dahulu harus bisa mengalisa situasi siswa, yang mana dengan guru yang dapat mengalisa situasi siswa maka guru akan tahu kunci dari masing-masing siswa, hal ini nantinya akan menopang keberhasilan dari penggunakan model dan desain pembelaran yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran PKn SD.3. Untuk permasalahan materi yang terlalu luas dan daya tangkap anak rendah, guru diperbolehkan membuat rangkuman materi serta mengkaitkan kegiatan belajara dengan kehidupan sehari-hari yang nantinya anaka tidak akan merasakan bahwa materi terlalu luas dan banyak.

4.2 SaranBerdasarkan hasil observasi di atas, sebaiknya dalam kegiatan pembelajaran harus :1. Guru tidak lagi menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga siswa dapat menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.2. Guru sebaikanya menggunakan media dalam mengajar sehingga siswa lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan belajara.3. Guru sebaikanya mencari solusi dari permasalahan siswa, misalnya siswa sulit untuk mengungkapkan idenya, maka guru dapat membiasakan siswa-siswanya untuk bertanya jawab sehingga anak terbiasa berbicara.4. Guru harus dapat menganalisa situasi agar guru dapat mengetahui kunci bagaimana penyampaian yang disampaikan gru benar-benar sampai pada anak.5. Dalam setiap pertemuan hendaknya guru memberikan kegiatan tindak lanjut yang tujuannya agar anak terbiasa dan bertambah lama informasi yang diperoleh ketika belajar di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Sapriya. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Direktoral Tinggi Pendidikan Islam; Jakarta.

Irsyadi, 2011.Penerapan model pembelajaran. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/13842. Diakses tanggal 5 April 2014.

Irsyadi, 2011.Penerapan model pembelajaran. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/13842. Diakses tanggal 5 April 2014.

Kornelius, (2012).Penerapan metode kelompok interaktif. http://pendidikannegeriku.wordpress.com/2012/04/21/. Diakses tanggal 5 April 2014.

Mulyana, A. 2012. Model dan desain pembelajaran. http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/model-desain-pembelajaran-.html. Diakses tanggal 5 April 2014.

LAMPIRAN

GAMBAR AKTIFITASBERBARIS DILUAR KELAS SEBELUM MASUK KE DALAM KELAS

GAMBAR AKTIFITAS BERDOA BERSAMA

GAMBAR GURU MEMBERIKAN APPERSEPSI DAN MEMBERI MOTIVASI KEPADA SISWA

GAMBAR AKTIFITAS GURU MENYAMPAI TUJUAN DAN MATERI YANG AKAN DI AJARKAN

GAMBAR AKTIFITAS TANYA JAWAB SISWA DAN GURU

GAMBAR AKTIFITAS SISWA YANG SEDANG MENDENGARKAN PENJELASAN MATERI DARI GURU

GAMBAR AKTIFITAS SISWA YANG SEDANG MENGERJAKAN EVALUASI YANG DIBERIKAN GURU

GAMBAR AKTIFITAS SISWA YANG SEDANG MENDENGARKAN PENJELASAN MATERI DARI GURU

Page 16 of 34