Pembalajaran PKN SD

135
Pembelajaran PKn SD i Diktat P P e e m m b b e e l l a a j j a a r r a a n n P P e e n n d d i i d d i i k k a a n n K K e e w w a a r r g g a a n n e e g g a a r r a a a a n n S S D D (Untuk kalangan sendiri) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) HAMZANWADI SELONG 2010

Transcript of Pembalajaran PKN SD

Page 1: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD i

Diktat

PPeemmbbeellaajjaarraann

PPeennddiiddiikkaann KKeewwaarrggaanneeggaarraaaann SSDD

(Untuk kalangan sendiri)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) HAMZANWADI SELONG 2010

Page 2: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD ii

Diktat

PPeemmbbeellaajjaarraann

PPeennddiiddiikkaann KKeewwaarrggaanneeggaarraaaann SSDD

(Untuk kalangan sendiri)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) HAMZANWADI SELONG 2010

Page 3: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD iii

Daftar Isi

DAFTAR ISI iii

KATA PENGANTAR vi

Bab 1 Selayang Pandang Pendidikan Kewarganegaraan 1

a. Pengertian 1

b. Pengembangan Konsep, Nilai, Moral dan Norma Dalam PKn 5

c. Dimensi Pembelajaran PKn 9

Bab II Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 14

a. Karakteristik Materi PKn 14

b. Pengembangan Materi Pembelajaran PKn 20

Bab III Desain dan Model Pembelajaran PKn 24

a. Desain Pembelajaran PKn 24

b. Model Pembelajaran PKn 25

Bab IV Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 30

a. Strategi dan Metode Pembelajaran PKn 30

b. Metode Pembelajaran Afektif Dalam PKn 39

Bab V Media dan Sumber Pembelajaran Pendidikan Kewargaanegaraan 43

a. Media Pembelajaran PKn 43

b. Kedudukan Media Dalam Proses Pembelajaran 44

c. Kriteria Pemilihan Media 44

d. Klasifikasi Media Pembelajaran 46

e. Sumber Pembelajaran PKn 54

Bab VI Penilaian Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 56

a. Prinsip Penilaian 56

b. Teknik dan Instrumen Penilaian 57

c. Fokus Penilaian PKn 59

d. Penilaian Hasil Belajar 60

e. Prosedur Penilaian 61

f. Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran 63

Bab VII Pengembangan Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan SD 66

a. Pengembangan Kurikulum 66

b. Materi Kurikuluer Pendidikan Kewarganegaraan 67

c. Pengembangan Silabus dan RPP Pembelajaran PKn 70

Bab VIII Penutup 77

DAFTAR PUSTAKA 79

Page 4: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD iv

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., atas rahmat dan

karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga Bahan Ajar ini ini dapat diselesaikan

dengan baik. Bahan ajar ini terkait dengan mata kuliah Pembelajaran PKn SD.

Bahan ajar ini hadir sebagai salah satu upaya untuk berpartisipasi memperkaya

khazanah literatur yang terasa begitu minim di bidang Pendidikan

Kewarganegaraan. Diktat ini disusun secara sederhana berdasarkan silabus Mata

Kuliah Pembelajaran PKn SD, selain itu mata kuliah ini sebagai mata kuliah yang

memiliki peran penting dalam mendukung kelancaran proses pembelajaran pada

Program Studi PGSD STKIP HAMZANWADI Selong.

Diktat ini disusun secara sederhana, dengan harapan agar mahasiswa dapat

memahami strategi Pembelajaran PKn SD. Harapan ini dapat tercapai jika

mahasiswa mempunyai kemampuan berfikir kritis-analitis-sistematis dalam

menghadapi setiap permasalahan yang diketengahkan kepada mereka, sehingga

mampu mengembangkan permasalahan, aktif menyelami seluk-beluk dan

landasan permasalahan dalam dunia pendidikan; khususnya pada materi

Pembelajaran PKn SD, kemudian mencari dan menemukan hubungan antara

permasalahan dengan landasan pemecahan, menarik dan memaparkan hasil-hasil

penghubungan itu ke dalam bentuk rumusan-rumusan yang logis dan

membuktikan kebenarannya dengan jalan menghadapkannya kepada fakta-fakta

sosial yang telah ada.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa di dalam bahan ajar mata kuliah

Pembelajaran PKn SD ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena

itu saran-saran perbaikan yang membangun sangat diharapkan dari mahasiswa

untuk kesempurnaan diktat ini.

Semoga diktat yang sangat sederhana ini bermanfaat bagi mahasiswa

dalam mengkaji dan menganalisis persoalan kewarganegaraan maupun fenomena

masyarakat sipil. Akhirnya kepada Allah Swt jua penulis memohon ampun,

sekiranya terdapat kesalahan dalam penyusunan diktat Mata Kuliah Pembelajaran

PKn SD ini. ***

Selong, 15 Desember 2010

Penyusun,

Page 5: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 1

BAB I

SELAYANG PANDANG

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Pengertian

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang studi

yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang

keilmuan, namun secara filsafat keilmuan ia memiliki

ontology pokok ilmu politik, khususnya konsep “political

democracy” untuk aspek “duties and rights of citizen”

(Chreshore:1886). Dari ontologi pokok inilah berkembang

konsep “civics”, yang secara harfiah diambil dari bahasa

Latin “civicus” yang artinya warga negara pada jaman

Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis sebagai

embrionya “civic education”, yang selanjutnya di Indonesia

diadaptasi menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn).

Secara epistemologis, PKn sebagai suatu bidang

keilmuan merupakan pengembangan dari salah satu dari lima

tradisi “social studies” yakni “citizenship transmission”

(Barr, Barrt, dan Shermis:1978). Saat ini tradisi itu sudah

berkembang pesat menjadi suatu “body of knowledge” yang

dikenal dan memiliki paradigma sistemik yang didalamnya

terdapat tiga domain “citizenship education” yakni: domain

akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural”

(Winataputra:2003). Ketiga domain itu satu sama lain

memiliki saling keterkaitan struktural dan fungsional yang

diikat oleh konsepsi “civic virtue and culture” yang

mencakup “civic knowledge, civic disposition, civic skills,

civic confidence, civic commitment, dan civic competence”

(CCE:1998).

Oleh karena itu, ontologi PKn saat ini sudah lebih luas

dari pada embrionya, sehingga kajian keilmuan PKn,

program kurikuler PKn, dan aktivitas sosiokultural PKn

bersifat multidimensional. Sifat multidimensionalitas inilah

yang membuat bidang studi PKn dapat disikapi sebagai

Page 6: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 2

pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan

nilai dan moral, pendidikan kebangsaan, pendidikan

kemasyarakatan, pendidikan hukum dan hak azasi manusia,

dan pendidikan demokrasi. Bagi negara kita, Indonesia, arah

pengembangan PKn tidak boleh keluar dari landasan

ideologis Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, dan

landasan operasional Undang-undang Sisdiknas yang berlaku

saat ini, yakni UU Nomor 20 tahun 2003. Mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

bentuk dari domain kurikuler PKn. Sesuai dengan namanya,

PKn merupakan mata pelajaran dalam kurikulum SD, sebagai

mata kuliah dalam program pendidikan tenaga kependidikan,

PKn mempunyai misi sebagai pendidikan nilai Pancasila dan

pendidikan kewarganegaraan dan sebagai “subject-specific

pedagogy” atau pembelajaran materi subjek untuk guru PKn,

sebagai mata pelajaran di SD, PKn mempunyai misi sebagai

pendidikan nilai Pancasila dan kewarganegaraan untuk warga

negara muda usia SD.

Pembelajaran PKn di SD adalah pengembangan

kualitas warga negara secara utuh, dalam aspek-aspek:

o Kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic literacy),

yakni pemahaman peserta didik sebagai warga negara

tentang hak dan kewajiban warga negara dalam kehidupan

demokrasi konstitusional Indonesia serta menyesuaikan

perilakunya dengan pemahaman dan kesadaran itu;

o Komunikasi sosiokultural kewarganegaraan (civic

engagement), yakni kemauan dan kemampuan peserta

didik sebagai warga negara untuk melibatkan diri dalam

komunikasi sosial-kultural sesuai dengan hak dan

kewajibannya.

o Pemecahan masalah kewarganegaraan (civic skill and

participation), yakni kemauan, kemampuan, dan

keterampilan peserta didik sebagai warga negara dalam

mengambil prakarsa dan/atau turut serta dalam pemecahan

masalah sosialkultur kewarganegaraan di lingkungannya.

Page 7: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 3

o Penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), yakni

kemampuan peserta didik sebagai warga negara untuk

berpikir secara kritis dan bertanggungjawab tentang ide,

instrumentasi, dan praksis demokrasi konstitusional

Indonesia.

o Partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab

(civic participation and civic responsibility), yakni

kesadaran dan kesiapan peserta didik sebagai warga

Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, terdapat

pasal yang mengatur tentang Pendidikan Kewarganegaraan

untuk tingkat satuan pendidikan. Negara untuk berpartisipasi

aktif dan penuh tanggung jawab dalam berkehidupan

demokrasi konstitusional. PKn untuk sekolah sangat erat

kaitannya dengan dua disiplin ilmu yang erat dengan

kenegaraan, yakni Ilmu Politik dan Hukum yang terintegrasi

dengan humaniora dan dimensi keilmuan lainnya yang

dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan

pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, PKn di tingkat

persekolahan bertujuan untuk mempersiapkan para peserta

didik sebagai warga negara yang cerdas dan baik (to be smart

dan good citizen). Warga negara yang dimaksud adalah

warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values)

yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa

kebsangsaan dan cinta tanah air.

Pembelajaran PKn di SD lebih dititikberatkan pada

penghayatan dan pembiasaan diri untuk berperan sebagai

warga negara yang demokratis dalam konteks Indonesia.

Untuk itu guru PKn harus menjadi model warga negara yang

demokratis sehingga menjadi teladan bagi peserta didiknya.

Bertolak dari berbagai pertimbangan, maka untuk

pembelajaran PKn di SD tersebut seyogianya diorganisasikan

sebagai berikut.

o Pada jenjang SD kelas rendah (lower primary), yakni

rentang kelas 1-3, pengorganisasian materi pendidikan

kewarganegaraan menerapkan pendekatan terpadu

Page 8: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 4

(integrated) dengan fokus model pembelajaran yang

berorientasi pada pengalaman (experience oriented)

dengan memanfaatkan pola pengorganisasian

lingkungan yang meluas (expanding environment/

community approach). Tujuan akhir dari pendidikan

kewarganegaraan di kelas rendah ini adalah untuk

menumbuh kembangkan kesadaran dan pengertian awal

tentang pentingnya kehidupan bermasyarakat secara

tertib dan damai. Melalui pembiasaan para peserta didik

dikondisikan untuk selalu bersikap dan berperilaku

sebagai anggota keluarga, warga sekolah, dan warga

masyarakat di lingkungannya secara cerdas dan baik

(good and smart citizen). Proses pembelajaran

diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil bermain

(learning through gaming), belajar sambil berbuat

(learning by doing), dan belajar melalui interaksi sosial-

kultural di lingkungannya (enculturation and

socialization).

o Pada jenjang SD kelas tinggi (upper primary) (4-6)

pengorganisasian materi pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan sama dengan jenjang kelas 1-3 yakni

menerapkan pendekatan terpadu (integrated) dengan

model pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman

(experience oriented) dengan pola pengorganisasian

lingkungan meluas (expanding environment/community

approach) dengan visi utama sebagai pendidikan nilai

dan moral demokrasi (democracy value and moral

education). Perbedaannya, pada jenjang SD kelas

tinggi, pembelajaran sudah mulai dikenalkan mata

pelajaran yang terpisah. Guru SD sebagai guru kelas

membelajarkan lima mata pelajaran (Bahasa Indonesia,

Matematika, IPA, IPS, PKn) secara terpisah. Namun,

dianjurkan pula untuk beberapa kompetensi dasar, agar

guru menerapkan pendekatan tematik (integrated)

sesuai dengan memperhatikan prinsip kontekstual,

aktualitas, dan kebutuhan peserta didik. Untuk itu maka

Page 9: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 5

substansi pendidikan kewarganegaraan di kelas tinggi

dipilih dan diorganisasikan secara terorkestrasi

(orchestrated) dengan menekankan pada tumbuh-

kembangnya lebih lanjut kesadaran, pengertian, tentang

pentingnya kehidupan bermasyarakat secara tertib dan

damai dan mulai tumbuhnya tanggungjawab

kewarganegaraan (civic responsibility). Para peserta

didik dikondisikan, difasilitasi, dan ditantang untuk

selalu bersikap dan berperilaku sebagai anggota

keluarga, warga sekolah, dan warga masyarakat di

lingkungannya yang cerdas dan baik. Proses

pembelajaran diorganisasikan dalam bentuk belajar

sambil bermain (learning through gaming), belajar

sambil berbuat (learning by doing), dan belajar melalui

pembiasaan serta interaksi sosial-kultural di

lingkungannya (enculturation and socialization)

termasuk di lingkungan bermain.

Tujuan akhir dari pendidikan kewarganegaraan di SD

adalah menumbuh kembangkan kepekaan, ketanggapan,

kritisasi, dan kreativitas sosial dalam konteks kehidupan

bermasyarakat secara tertib, damai, dan kreatif. Para peserta

didik dikondisikan untuk selalu bersikap kritis dan

berperilaku kreatif sebagai anggota keluarga, warga sekolah,

anggota masyarakat, warga negara, dan ummat manusia di

lingkungannya yang cerdas dan baik. Proses pembelajaran

diorganisasikan dalam bentuk belajar sambil berbuat

(learning by doing), belajar memecahkan masalah sosial

(social problem solving learning), belajar melalui perlibatan

sosial (socioparticipatory learning), dan belajar melalui

interaksi sosial-kultural sesuai dengan konteks kehidupan

masyarakat.

Untuk mempermudah kajian dan analisis PKn dalam

mencapai tujuannya, maka para mahasiswa perlu mengenal

sejumlah dimensi Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di

Indonesia seperti yang berkembang di negara lain memiliki

multidimensional, artinya bahwa program PKn bukan hanya

Page 10: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 6

untuk satu tujuan. Winataputra (2003) mengemukakan bahwa

ada tiga dimensi PKn, yakni: (1) PKn sebagai program

kurikuler; (2) PKn sebagai program akademik; dan (3) PKn

sebagai program sosial kultural. Dalam pelaksanaan program,

tiga dimensi ini dapat saja terjadi secara simultan atau secara

bersamaan (overlaping), khususnya dalam mencapai tujuan

umum, yakni membentuk warga negara yang cerdas dan baik.

Khusus untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),

tujuan PKn dapat dilihat dalam UU RI No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bagian Penjelasan

Pasal 37 ayat (1) bahwa “Pendidikan kewarganegaraan

dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi

manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.”

Domain yang dikembangkan dalam pembelajaran PKn

dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

1. Domain PKn sebagai program kurikuler merupakan

program PKn yang dirancang dan dibelajarkan kepada

peserta didik pada jenjang satuan pendidikan tertentu.

Melalui domain ini, proses penilaian dimaksudkan untuk

mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap

program pembelajaran dan program pembangunan

karakter. Namun diakui oleh para pakar bahwa pencapaian

program PKn dalam domain kurikuler belumlah optimal

karena masih adanya kelemahan dalam dimensi kurikuler,

seperti masalah landasan, pengorganisasian kurikulum,

buku pelajaran, metodologi, dan kompetensi guru.

2. Domain PKn sebagai program akademik merupakan

program kajian ilmiah yang dilakukan oleh komunitas

akademik PKn menggunakan pendekatan dan metode

penelitian ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah

konseptual dan operasional guna menghasilkan

generalisasi dan teori untuk membangun batang tubuh

keilmuan PKn. Kajian ini lebih memperjelas bahwa PKn

bukan semata-mata sebagai mata pelajaran dalam

kurikulum sekolah melainkan pendidikan disiplin ilmu

yang memiliki tugas komprehensif dalam arti bahwa

Page 11: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 7

semua community of scholars mengemban amanat

(missions) bukan hanya di bidang telaah instrumental,

praksis-operasional dan aplikatif melainkan dalam bidang

kajian teoritis-konseptual yang terkait dengan

pengembangan struktur ilmu pengetahuan dan body of

knowledge.

3. Domain PKn sebagai program sosiokultural pada

hakikatnya tidak banyak perbedaan dengan program

kurikuler dilihat dari aspek tujuan, pengorganisasian

kurikulum dan materi pembelajaran. Perbedaan terutama

pada aspek sasaran, kondisi, dan karakteristik peserta

didik. Program PKn ini dikembangkan dalam konteks

kehidupan masyarakat dengan sasaran semua anggota

masyarakat. Tujuannya lebih pada upaya pembinaan

warga masyarakat agar menjadi warga Negara yang baik

dalam berbagai situasi dan perkembangan zaman yang

senantiasa berubah. Bangsa Indonesia pernah

menyelenggarakan PKn melalui program sosial kultural

pada masa pemerintahan Orde Baru, yakni melalui

berbagai program penataran P4. Program ini sekarang

sudah tidak ada lagi karena dipandang telah menyimpang

dari tujuan, sehingga tidak efektif lagi, sedangkan kalau

dipandang dari sudut kepentingan berbangsa dan

bernegara, terutama dalam pembangunan karakter bangsa,

PKn melalui program sosial kultural ini sangat penting.

Oleh karena itu, program PKn dalam dimensi sosiokultural

pada pasca dibubarkannya BP7 dan penghentian program

penataran P4 perlu direvitalisasi sesuai dengan tuntutan

dan kebutuhan pembangunan karakter warga negara

Indonesia yang baik.

B. Pengembangan Konsep, Nilai, Moral dan Norma

Dalam PKn

1. Konsep

Konsep merupakan pokok pengertian yang bersifat

abstrak yang menghubungkan orang dengan kelompok

Page 12: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 8

benda, peristiwa, atau pemikiran (ide). Lahirnya konsep

disebabkan oleh adanya kesadaran atas atribut kelas yang

ditunjukkan oleh simbol. Konsep “rakyat” merupakan

sebutan umum untuk sekelompok penghuni wilayah suatu

negara yang ada dalam pemerintahan negara tertentu.

Konsep “demokrasi” merupakan sebutan abstrak tentang

sistem kekuasaan pemerintahan yang berasal dari rakyat,

oleh rakyat, dan untuk rakyat. Contohnya, tampak bahwa

konsep bersifat abstrak dalam pengertian yang berkaitan

bukan hanya dengan contoh tertentu melainkan dengan

konteks. Konsep dapat dianggap sebagai suatu model

kelompok benda yang terpikirkan. Konsep “buruh”,

misalnya, dapat dipandang sebagai kesan mental tentang

semua yang memiliki ciri umum pekerja.

Konsep bukanlah verbalisasi melainkan kesadaran yang

bersifat abstrak tentang atribut umum dari suatu kelas.

Konsep merupakan kesadaran mental internal yang

mempengaruhi perilaku yang tampak. Konsep-konsep yang

digunakan dalam proses pembelajaran dapat diperoleh dari

konsep disiplin ilmu atau dari konsep yang telah biasa

digunakan di lingkungan kehidupan siswa atau masyarakat

setempat. Namun, sebagai ilustrasi dan contoh, sejumlah

konsep dasar yang sering digunakan dalam pembelajaran

PKn dapat diidentifikasi sebagai berikut: pemerintah,

negara, bangsa, negeri, wilayah, pembangunan, negara

berkembang, negara sedang berkembang, negara tertinggal,

pengambilan keputusan, moral, nilai, karakter, perasaan,

sikap, solidaritas, kekuasaan, kekuatan rakyat, kelas

penguasa, kelompok penekan, nasionalisme, moral,

perilaku, tindakan moral, kata hati, empati, kekuasaan,

wewenang, politik, partai politik, pemilu, konstitusi.

2. Nilai

Menurut Frankel (1978), nilai (value) adalah konsep

(concept), seperti umumnya konsep, maka nilai sebagai

konsep tidak muncul dalam pengalaman yang dapat

Page 13: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 9

diamati melainkan ada dalam pikiran orang. Nilai dapat

diartikan kualitas dari sesuatu atau harga dari sesuatu yang

diterapkan pada konteks pengalaman manusia. Nilai dapat

dibagi atas dua bidang, yakni nilai estetika dan nilai etika.

Estetika terkait dengan masalah keindahan atau apa yang

dipandang indah (beautiful) atau apa yang dapat dinikmati

oleh seseorang. Sedangkan etika terkait dengan

tindakan/perilaku/ akhlak (conduct) atau bagaimana

seseorang harus berperilaku. Etika terkait dengan masalah

moral, yakni pertimbangan reflektif tentang mana yang

benar (right) dan mana yang salah (wrong). Nilai bukanlah

benda atau materi. Nilai adalah standar atau kriteria

bertindak, kriteria keindahan, kriteria manfaat, atau disebut

pula harga yang diakui oleh seseorang dan oleh karena itu

orang berupaya untuk menjunjung tinggi dan

memeliharanya. Nilai tidak dapat dilihat secara konkrit

melainkan tercermin alam pertimbangan harga yang khusus

yang diakui oleh individu. Raths (dalam Fraenkel, 1978)

mengidentifikasi tiga aspek kriteria untuk melakukan

penilaian, yakni perlu ada pilihan (chooses), penghargaan

(prizes), dan tindakan (acts); Pertama, tindakan memilih

hendaknya dilakukan secara bebas dan memilih dari

sejumlah alternatif dan melakukan memilih hendaknya

dilandasi oleh hasil pemikiran yang mendalam, artinya

setelah memperhitungkan berbagai akibat dari alternatif

tersebut; Kedua, ada penghargaan atas apa yang telah

dipilih dan dikenal oleh masyarakat; Ketiga, melakukan

tindakan sesuai dengan pilihannya dan dimanfaatkan dalam

kehidupan secara terus menerus. Selain dengan kriteria di

atas, ada sejumlah indikator untuk menentukan nilai, yakni

dilihat dari tujuan, maksud, sikap, kepentingan, perasaan,

keyakinan, aktivitas, dan keraguan.

Namun, dalam konteks tertentu nilai dapat diidentifikasi

dari keadaan dan kegunaan atau kemanfaatan bagi

kehidupan umat manusia. Secara singkat dapat disimpulkan

bahwa nilai merupakan hasil pertimbangan baik atau tidak

Page 14: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 10

baik terhadap sesuatu yang kemudian dipergunakan sebagai

dasar alasan (motivasi) melakukan atau tidak melakukan

sesuatu. Prof. Dr. Notonegoro membagi nilai menjadi tiga

bagian, yaitu: (1) Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang

berguna bagi unsur jasmani manusia; (2) Nilai Vital, yaitu

segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

melaksanakan kegiatan atau aktivitas; (3) Nilai

Kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani

manusia. Sesuatu yang dianggap benar disebut nilai

kebenaran. Sesuatu yang dianggap indah disebut nilai

estetika. Sesuatu yang dianggap baik disebut nilai

moral/etika. Sesuatu yang dianggap berpahala dan berdosa

bila dilakukan disebut nilai religius, sedangkan Rokeah

(dalam Kosasih Djahiri, 1985:20) mengatakan bahwa

“Nilai adalah suatu kepercayaan/keyakinan (belief) yang

bersumber pada sistem nilai seseorang, mengenai apa yang

patut atau tidak patut dilakukan seseorang atau mengenai

apa yang berharga dan apa yang tidak berharga”.

3. Norma

Norma adalah kaidah atau peraturan yang pasti dan bila

dilanggar mengakibatkan sanksi. Norma disebut pula dalil

yang mengandung nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh

warga masyarakat di dalam berbuat, bertingkah laku, untuk

menciptakan masyarakat yang aman, tertib, dan teratur.

Secara umum, norma biasanya bersanksi, yakni ancaman

atau akibat yang akan diterima apabila norma itu tidak

dilaksanakan. Sedikitnya ada empat jenis norma, ialah:

norma kesopanan, norma kesusilaan, norma agama, dan

norma hukum. Dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Norma

kesopanan atau disebut pula norma sopan santun. Norma

ini dimaksudkan untuk menjaga atau menciptakan

keharmonisan hidup bersama dan sanksinya berasal dari

masyarakat berupa celaan atau pengucilan; (2) Norma

kesusilaan atau disebut pula moral/akhlak. Norma ini

dimaksudkan untuk menjaga kebaikan hidup pribadi atau

Page 15: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 11

kebersihan hati nurani serta ahklak. Sanksinya berupa

sanksi moral yang berasal dari hati nurani manusia itu

sendiri; (3) Norma Agama atau disebut pula norma religius.

Norma ini dimaksudkan untuk mencapai kesucian hidup

beriman dan sanksinya berasal dari Tuhan; (4) Norma

hukum adalah norma yang dimaksudkan untuk

menciptakan kedamaian hidup bersama dan sanksinya

berupa sanksi hukum yang berasal dari Negara atau

aparatur Negara. Ada beberapa ciri norma hukum yang

berbeda dari tiga norma lainnya, misalnya: (1) Adanya

paksaan dari luar yang berwujud ancaman hukum bagi

mereka yang melanggarnya. Ancaman hukum tersebut

pada umumnya berupa sanksi fisik yang dapat dipaksakan

oleh aparatur Negara; (2) Bersifat umum, yaitu berlaku

bagi semua orang.

Dengan kata lain, sanksi yang diterima oleh orang yang

melangggar norma hukum lebih pasti atau tegas, jelas, dan

nyata. Lebih pasti yang dimaksud bahwa sanksi hukum

sudah ditentukan berapa lama hukuman yang harus dijalani

oleh pelanggar hukum karena telah ada kitab undang-

undang yang mengatur. Tegas berarti norma hukum dapat

memaksa siapa saja yang melanggarnya melalui aparatur

penegak hukum. Norma hukum diperlukan karena: (1)

Tidak semua kepentingan atau tata tertib telah dilindungi

atau diatur oleh norma agama, norma moral, dan norma

sopan santun. Misalnya, norma sopan santun tidak

mengatur bagaimana penduduk/warga negara harus

membayar utang pitutang. Demikian pula, norma

kesusilaan tidak mengatur hal-hal tentang pajak, upah, lalu

lintas dan lain-lain; (2) Sanksi terhadap pelanggaran norma

kesopanan dan kesusilaan bersifat psikis dan abstrak,

sedangkan sanksi terhadap norma hukum bersifat fisik dan

konkrit; (3) Pada norma hukum, sifat pemaksaannya sangat

jelas dan dapat dipaksakan oleh aparatur Negara,

sedangkan norma kesusilaan tidak dapat dipaksakan oleh

Page 16: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 12

aparatur Negara, melainkan hanya berupa dorongan dari

diri pribadi manusia bahkan tidak tegas.

4. Moral

Istilah moral berasal dari bahasa Latin, mores, yaitu

adat kebiasaan. Istilah ini erat dengan proses pembentukan

kata, ialah: mos, moris, manner, manners, morals. Dalam

bahasa Indonesia kata moral hampir sama dengan akhlak

atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin

atau hati nurani yang dapat menjadi pembimbing tingkah

laku lahir dan batin manusia dalam menjalani hidup dan

kehidupannya. Oleh karena itu, moral erat kaitannya

dengan ajaran tentang sesuatu yang baik dan buruk yang

menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Dalam

konteks etika, setiap orang akan memiliki perasaan apakah

yang dilakukan itu benar atau salah, baik atau jelek?

Pertimbangan ini dinamakan pertimbangan nilai moral

(moral values). Pertimbangan nilai moral merupakan aspek

yang sangat penting khususnya dalam pembentukan warga

negara yang baik sebagai tujuan pendidikan

kewarganegaraan.

Tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang

dianut dan ditampilkan secara sukarela diharapkan dapat

diperoleh melalui proses pendidikan. Hal ini dilakukan

sebagai transisi dari pengaruh lingkungan masyarakat

hingga menjadi otoritas di dalam dirinya dan dilakukan

berdasarkan dorongan dari dalam dirinya. Tindakan yang

baik yang dilandasi oleh dorongan dari dalam diri inilah

yang diharapkan sebagai hasil pendidikan nilai dalam

pendidikan kewarganegaraan. Secara yuridis-formal,

pendidikan nilai, moral, dan norma di Indonesia

dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan yang

berlandaskan pada Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945 (UUD RI 1945) sebagai landasan

konstitusional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) sebagai

Page 17: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 13

landasan operasional, dan Peraturan Menteri Nomor 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Nomor 23 Tahun

2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai

landasan kurikuler. Sejalan dengan kebijakan Departemen

Pendidikan Nasional melalui Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP), maka kurikulum pendidikan

kewarganegaraan untuk lingkungan lembaga pendidikan

formal dilaksanakan dengan berpedoman pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

UUD 1945 sebagai landasan konstitusional pada bagian

Pembukaan alinea keempat memberikan dasar pemikiran

tentang tujuan negara. Salah satu tujuan negara tersebut

dapat dikemukakan dari pernyataan “mencerdaskan

kehidupan bangsa”. Apabila dikaji, maka tiga kata ini

mengandung makna yang cukup dalam. Mencerdaskan

kehidupan bangsa mengandung pesan pentingnya

pendidikan bagi seluruh anak bangsa. Dalam kehidupan

berkewarganegaraan, pernyataan ini memberikan pesan

kepada para penyelenggara negara dan segenap rakyat agar

memiliki kemampuan dalam berpikir, bersikap, dan

berperilaku secara cerdas baik dalam proses pemecahan

masalah maupun dalam pengambilan keputusan

kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan.

UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas sebagai

landasan operasional penuh dengan pesan yang terkait

dengan pendidikan kewarganegaraan. Pada Pasal 3 ayat (2)

tentang fungsi dan tujuan negara dikemukakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab. Selanjutnya,

pada Pasal 37 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum

Page 18: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 14

pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: “... b.

pendidikan kewarganegaraan; ...” dan pada ayat (2)

dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib

memuat: “... b. pendidikan kewarganegaraan; ...”.

Sedangkan pada bagian penjelasan Pasal 37 dikemukakan

bahwa “Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk

membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki

rasa kebangsaan dan cinta tanah air.”

Adanya ketentuan tentang pendidikan kewarganegaraan

dalam UU Sisdiknas sebagai mata pelajaran wajib di

jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi

menunjukkan bahwa mata pelajaran ini menempati

kedudukan yang strategis dalam mencapai tujuan

pendidikan nasional di negara ini. Adapun arah

pengembangannya hendaknya difokuskan pada

pembentukan peserta didik agar menjadi manusia Indonesia

yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Arah pengembangan pendidikan nasional pada era

reformasi mengacu pada UU Sisdiknas yang

dioperasionalkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

(SNP). Sejalan dengan kebijakan otonomi pendidikan,

maka pengembangan kurikulum sekolah tidak lagi

dibebankan kepada pemerintah pusat sebagaimana

terdahulu melainkan diserahkan kepada masing-masing

satuan pendidikan. Pemerintah pusat melalui Departemen

Pendidikan Nasional hanya menyediakan standar nasional

yakni berupa standar isi dan standar kompetensi lulusan

sementara pelaksanaan pengembangan kurikulum

dilaksnakan oleh setiap satuan pendidikan sesuai dengan

jenjang dan jenisnya. Sebagai landasan kurikulernya,

pendidikan kewarganegaraan untuk jenjang pendidikan

dasar dan menengah mengacu pada Permendiknas Nomor

22 dan 23 Tahun 2006 masing-masing tentang SI dan SKL.

Berlakunya ketentuan tentang otonomi pendidikan

membawa implikasi bagi setiap satuan pendidikan

Page 19: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 15

termasuk implikasi dalam pengembangan kurikulum.

Bahwa mereka memiliki kewenangan yang lebih besar

dalam pengembangan kurikulum bahkan dalam

pengelolaan bidang lainnya, namun di pihak lain mereka

pun dituntut agar selalu meningkatkan kualitas satuan

pendidikan yang sesuai dengan standar nasional terkait.

C. Dimensi Pembelajaran PKn

Dimensi pembelajaran yang diperlukan adalah

pembelajaran yang dapat mempersiapkan warga negara yang

mampu hidup dalam masyarakat demokratis. Dengan kata

lain, perlu ada sejumlah alternatif model pembelajaran PKn

yang mampu mengantarkan dan mengisi masyarakat

demokratis. Dalam masa transisi atau proses perjalanan

bangsa menuju masyarakat madani (civil society), pendidikan

kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran di

sekolah dan mata kuliah di perguruan tinggi perlu

menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman sejalan

dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang

berubah. Tuntutan dan tantangan masyarakat yang selalu

berubah ini tidak dapat dipisahkan dari pengaruh lingkungan

sekitar yang pada gilirannya berpengaruh pula terhadap

kehidupan bangsa dalam konteks yang lebih luas.

Proses pembangunan karakter bangsa (national

character building) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI

telah mendapat prioritas tidak steril pula dari pengaruh

perubahan ini sehingga perlu direvitalisasi agar sesuai dengan

arah dan pesan Konstitusi Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Pada hakekatnya proses pembentukan

karakter bangsa diharapkan mengarah pada penciptaan suatu

masyarakat Indonesia yang menempatkan demokrasi dalam

kehidupan berbangsa

dan bernegara sebagai titik sentral. Dalam proses itulah,

pembangunan karakter

bangsa kembali dirasakan sebagai kebutuhan yang sangat

mendesak yang harus

Page 20: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 16

dijawab oleh pendidikan kewarganegaraan dengan paradigma

barunya.

Tugas PKn dengan paradigma yang direvitalisasi adalah

mengembangkan pendidikan demokrasi yang mengemban

tiga fungsi pokok, yakni mengembangkan kecerdasan

warganegara (civic intelligence), membina tanggung jawab

warganegara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi

warganegara (civic participation). Kecerdasan warganegara

yang dikembangkan untuk membentuk warganegara yang

baik bukan hanya dalam dimensi rasional dan intelektual

semata melainkan juga dalam dimensi spiritual, emosional

dan sosial sehingga paradigma baru PKn bercirikan

multidimensional. Untuk mengembangkan masyarakat yang

demokratis melalui pendidikan kewarganegaraan diperlukan

suatu strategi dan pendekatan pembelajaran khusus yang

sesuai dengan paradigma PKn yang baru. Sebelum

mengembangkan model pembelajaran yang dimaksud,

terlebih dahulu perlu dikemukakan dahulu tentang konsep

warga negara yang demokratis. Oleh karena itu, bab ini akan

membahas secara berturut-turut dua topik utama, yakni: (1)

Warga negara demokratis dan (2) Pembelajaran PKn untuk

warga negara demokratis Dengan menganalisis kehidupan

warga negara yang demokratis dan bagaimana pembelajaran

untuk membentuk warga negara yang demokratis dalam

paradigm PKn yang baru, para pembaca diharapkan memiliki

kemampuan : (1) memahami kebutuhan kualitas WNI yang

demokratis; dan (2) membelajarkan PKn untuk

kewarganegaraan yang demokratis. Selain itu, menguasai

paradigma baru PKn baik tentang kualitas warga negara yang

demokratis maupun pembelajaran untuk mengembangkan

warga negara yang demokratis penting bagi calon guru dan

atau guru-guru pemula yang sering mengalami kesulitan

dalam memilih dan menyusun materi serta menentukan

model pembelajaran yang cocok untuk pokok bahasan

tertentu.

Page 21: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 17

Khusus bagi calon guru dan guru pemula diharapkan

agar sedapat mungkin memperbanyak latihan dalam

menerapkan model pembelajaran PKn dengan paradigma

baru. Dengan memahami dan menguasai materi ini

diharapkan anda akan terbantu dan tidak mengalami

kesulitan lagi dalam menguasai materi dan membelajarkan

PKn yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat

saat ini. Dengan demikian, kemampuan anda dalam

menerapkan model pembelajaran PKn menjadi semakin kaya

dan implikasi lebih lanjut, para siswa akan semakin

menyenangi belajar PKn karena gurunya memiliki

kemampuan yang memadai. Pada bagian pendahuluan telah

dikemukakan bahwa kebutuhan akan adanya revitalisasi

paradigma PKn saat ini sudah mendesak. Bangsa Indonesia

saat ini sedang mengalami perubahan ke arah terbentuknya

masyarakat demokratis yang sesungguhnya sesuai dengan

pesan dan misi gerakan reformasi dalam segala bidang

terutama bidang politik dan hukum. Namun, pembentukan

masyarakat demokratis tidaklah mudah terutama bagi

masyarakat yang memiliki pengalaman pada masa lampau

yang hidup dalam lingkungan masyarakat yang tidak

demokratis atau undemocratic democracy. Dapat dikatakan

bahwa membentuk masyarakat demokratis itu perlu

direncanakan. Artinya masyarakat demokratis tidak terjadi

dengan sendirinya, melainkan perlu dipersiapkan karena

demokrasi adalah karakter atau watak yang dapat terbentuk

melalui suatu proses. Alexis de Toqueville, negarawan

Perancis yang hijrah ke Amerika Serikat, menyatakan “The

habits of the mind, as well as „habits of the heart‟, the

dispositions that inform the democratic ethos, are not

inherited.” (Branson, 1999:2) Artinya, kebiasaan pikiran dan

juga „kebiasaan hati‟ yakni watak yang menginformasikan

demokrasi tidak diturunkan. Dengan kata lain, seorang

demokrat belum tentu melahirkan seorang anak yang

demokrat apabila anak itu tidak belajar demokrasi. Untuk

menjadi seorang demokrat perlu proses pendidikan dan

Page 22: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 18

pembelajaran. Demokrasi sering dikatakan sistem

pemerintahan yang cerdas dan rasional. Suatu negara tidak

dapat hidup secara demokratis apabila masyarakatnya dalam

keadaan miskin, bodoh, dan tidak terdidik. Dengan kata lain,

masyarakat demokratis baru dapat terwujud apabila

masyarakatnya berpendidikan, cerdas, memiliki tingkat

penghidupan yang cukup (layak), dan mereka punya

keinginan berpartisipasi aktif dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena

persyaratannya begitu tinggi maka sering dikatakan pula

bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan yang mahal.

Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi

yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan

politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan

prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia.

Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung

jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu

pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan

untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan

bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui

pengembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang

meningkatkan kemampuan individu berperan serta dalam

proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik

yang sehat serta perbaikan masyarakat. Menimbang dasar

pikiran dan tujuan PKn di atas, selayaknya pembelajaran PKn

dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan

keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman

praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam

berpartisipasi.

Oleh karena itu, ada dua hal yang perlu mendapat

perhatian kita dalam mempersiapkan pembelajaran PKn di

kelas, yakni bekal pengetahuan materi pembelajaran dan

metode atau pendekatan pembelajaran. Hal terakhir ini

merupakan titik yang masih lemah untuk mengantarkan para

peserta didik menjadi warga Negara yang demokratis.

Pembelajaran partisipatif yang berbasis portofolio (portfolio

Page 23: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 19

based learning) merupakan alternatif utama guna mencapai

tujuan PKn tersebut. Namun, sebelum membahas lebih jauh

tentang model pembelajaran PKn yang berbasis portofolio

Anda perlu pula mengenali materi pembelajarannya. Materi

PKn dengan revitalisasi paradigmanya dikembangkan dalam

bentuk standar nasional PKn, yakni standar kompetensi (SK)

dan kompetensi dasar (KD) yang pelaksanaannya berprinsip

pada implementasi kurikulum terdesentralisasi. PKn dengan

revitalisasi paradigma bertumpu pada kemampuan dasar

kewarganegaraan (civic competence) untuk semua jenjang

SD/MI; SMP/MTs; dan SMA/MA. Kemampuan dasar

tersebut selanjutnya diuraikan atau dirinci dalam bentuk

sejumlah kemampuan disesuaikan dengan tingkat/jenjang

sekolah sejalan dengan tingkat perkembangan para siswa.

Kemampuan diuraikan dalam bentuk butiran standar

kompetensi dan kompetensi dasar sebagaimana tertuang

dalam Peraturan Menteri nomor 22 tentang Standar Isi (SI)

dan 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Portofolio adalah suatu kumpulan pekerjaan siswa

dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut

panduan-panduan yang ditentukan. Panduan-panduan ini

beragam tergantung pada mata pelajaran dan tujuan penilaian

portofolio. Portofolio dalam pembelajaran PKn merupakan

kumpulan informasi/data yang tersusun dengan baik yang

menggambarkan rencana kelas siswa berkenaan dengan suatu

isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji oleh

mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara

keseluruhan. Portofolio kelas berisi bahanbahan seperti

pernyataan-pernyataan tertulis, peta, grafik, photografi, dan

karya seni asli. Bahan-bahan ini menggambarkan:

1. Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan

suatu masalah yang telah mereka pilih.

2. Hal-hal yang telah dipelajari siswa berkenaan dengan

alternatif-alternatif pemecahan terhadap masalah tersebut.

3. Kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat oleh siswa

untuk mengatasi masalah tersebut.

Page 24: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 20

4. Rencana tindakan yang telah dibuat siswa untuk

digunakan dalam mengusahakan agar pemerintah

menerima kebijakan yang mereka usulkan.

Dengan demikian, portofolio merupakan karya terpilih

kelas siswa secara keseluruhan yang bekerja secara

kooperatif membuat kebijakan publik untuk membahas

pemecahan terhadap suatu masalah kemasyarakatan. Dalam

menilai portofolio, “karya terpilih” merupakan istilah yang

sangat penting. Bahan penilaian harus menjadi akumulasi

dari segala sesuatu yang dapat ditemukan para siswa pada

topik mereka bukan hanya seksi penayangan dan bukan pula

seksi pendokumentasian. Portofolio harus memuat bahan-

bahan yang menggambarkan usaha terbaik siswa dalam

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya, serta

mencakup pertimbangan terbaiknya tentang bahan-bahan

mana yang paling penting. Pembelajaran PKn yang berbasis

portofolio memperkenalkan kepada para siswa dan mendidik

mereka dengan beberapa metode dan langkah-langkah yang

digunakan dalam proses politik atau kebijakan publik.

Pembelajaran ini bertujuan untuk membina komitmen aktif

para siswa terhadap kewarganegaraan dan pemerintahannya

dengan cara: membekali pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan untuk berpartisipasi secara efektif; membekali

pengalaman praktis yang dirancang untuk mengembangkan

kompetensi dan efektivitas partisipasi, dan mengembangkan

pemahaman akan pentingnya partisipasi wargan negara.

Pembelajaran ini akan menambah pengetahuan,

meningkatkan keterampilan, dan memperdalam pemahaman

siswa tentang bagaimana bangsa Indonesia, yakni kita semua,

dapat bekerja sama mewujudkan masyarakat yang lebih baik.

Pembelajaran ini bertujuan untuk membantu siswa belajar

bagaimana cara mengungkapkan pendapat, bagaimana cara

menentukan tingkat pemerintahan dan lembaga pemerintah

manakah yang paling tepat dan layak untuk mengatasi

masalah yang diidentifikasi oleh mereka, dan bagaimana cara

mempengaruhi penetapan-penetapan kebijakan pada tingkat

Page 25: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 21

pemerintahan tersebut. Pembelajaran ini mengajak para siswa

untuk bekerjasama dengan teman-temannya di kelas dan

dengan bantuan guru serta para relawan agar tercapai tugas-

tugas pembelajaran berikut: mengidentifikasi masalah yang

akan dikaji; mengumpulkan dan menilai informasi dari

berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang dikaji;

mengkaji pemecahan masalah; membuat kebijakan publik,

dan membuat rencana tindakan.

Dalam usaha mencapai tugas-tugas pembelajaran ini

ditempuh melalui enam tahap kegiatan sebagai berikut:

• Tahap I : Mengidentifikasi masalah kebijakan publik di

masyarakat.

• Tahap II : Memilih satu masalah untuk kajian kelas

• Tahap III : Mengumpulkan informasi masalah yang

akan dikaji oleh kelas

• Tahap IV : Membuat portofolio kelas

• Tahap V : Menyajikan portofolio

• Tahap VI : Refleksi terhadap pengalaman belajar

Dalam pembelajaran PKn yang berbasis portofolio, kelas

dibagi ke dalam empat kelompok. Setiap kelompok

bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio

kelas. Setiap kelompok memiliki tugas yang berbeda namun

mulai kelompok pertama sampai keempat harus saling terkait

(sekuensial) dan merupakan satu kesatuan. Adapun tugas

mereka dapat diuraikan sebagai berikut:

o Kelompok portofolio Satu: Menjelaskan Masalah.

Kelompok portofolio satu ini bertanggung jawab untuk

menjelaskan masalah yang telah dipilih untuk dikaji oleh

kelas. Kelompok ini pun harus menjelaskan mengapa

masalah tersebut penting dan mengapa lembaga

pemerintahan tersebut harus menangani masalah tersebut.

o Kelompok Portofolio Dua: Menilai kebijakan alternatif

yang diusulkan untuk memecahkan masalah. Kelompok ini

bertanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan saat ini

dan/atau kebijakan alternatif yang dirancang untuk

memecahkan masalah.

Page 26: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 22

o Kelompok Portofolio Tiga: Membuat satu kebijakan publik

yang akan didukung oleh kelas. Kelompok ini bertanggung

jawab untuk membuat satu kebijakan publik tertentu yang

disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas serta

melakukan justifikasi terhadap kebijakan tersebut.

o Kelompok Portofolio Empat: Membuat suatu rencana

tindakan agar pemerintah mau menerima kebijakan kelas.

Kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat suatu

rencana tindakan yang menunjukkan bagaimana warga

Negara dapat mempengaruhi pemerintah untuk menerima

kebijakan yang didukung oleh kelas. Bahan-bahan dalam

portofolio memuat dokumentasi terbaik yang telah

dikumpulkan oleh kelas dan kelompok dalam meneliti

masalah. Bahan-bahan dalam portofolio itu pun hendaknya

memuat bahan-bahan tulis tangan asli dan/atau karya seni

asli para siswa.

Dengan demikian, model pembelajaran PKn yang

berbasis portofolio yang diharapkan dapat menjadi wahana

dalam mengantarkan pelaksanaan kehidupan berdemokrasi.

Namun untuk penerapan di SD, guru perlu melakukan proses

penyederhanaan lagi, disesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak usia SD.***

BAB II

Page 27: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 23

PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Karakteristik Materi PKn

Hanna dan Lee (1962) pernah mengemukakan bahwa

“content” untuk program pembelajaran Social Studies

termasuk PKn yang dapat diadopsi dari berbagai sumber.

Sedikitnya ada tiga sumber yang mudah diidentifikasi, yakni:

1. Informal content” yang dapat ditemukan dalam kegiatan

masyarakat tempat para siswa berada, seperti kegiatan

anggota pemadam kebakaran, ekspedisi pendaki gunung,

kegiatan anggota DPR dalam membuat dan mengesahkan

undangundang, dan lain-lain.

2. The formal disciplines of the pure or semisocial sciences,

meliputi geografi penduduk, sejarah, ilmu politik, ekonomi,

sosiologi, antropologi, psikologi sosial, jurisprudensi,

filsafat dan etika serta bahasa. Menurut Hanna dan Lee,

tiga disiplin pertama, geografi penduduk, sejarah, dan ilmu

politik, “… have traditionally been the major reservoir for

social studies content”. Namun, secara umum, formal

content yang diadopsi dari ilmu-ilmu sosial utamanya

terjadi pada awal abad ke-20. Pada masa itu, belum ada

pemikiran orientasi “content” selain yang bersifat formal

content. Baru pada pertengahan abad ke-20, “social studies

content” banyak tergantung pada peristiwa terkini (current

events) dan hal yang penting menurut siswa (pupil

interest).

3. Ketiga, the responses of pupils ialah tanggapan-tanggapan

siswa baik yang berasal dari “informal content” (events)

maupun dari “formal disciplines” (studies). Gagasan Hanna

and Lee akan menjadi bahan yang berharga bagi

pengembangan “content” PKn dengan catatan perlu ada

seleksi disesuaikan dengan visi, misi dan karakteristik PKn.

Misalnya, tiga disiplin ilmu sosial utama dalam social

studies, meliputi geografi, sejarah dan ilmu politik, maka

Page 28: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 24

dalam PKn yang lebih dominan adalah ilmu politik dan

hukum.

Furman (1962:89) mengingatkan guru, bahwa dalam

mengembangkan program PKn hendaknya mengacu pada

tiga sasaran, yakni: (1) to serve the needs of children

(melayani kebutuhan siswa); (2) to serve the needs of society

(melayani kebutuhan masyarakat); and (3) to understand and

utilize the intellectual discipline called the social sciences

(memahami dan memanfaatkan disiplin ilmu yakni disiplin

ilmu-ilmu sosial). Saran dari Furman ini pada hakikatnya

tidak jauh berbeda dengan gagasan dari Hanna dan Lee di

atas, bahwa “content” untuk PKn hendaknya memperhatikan

kebutuhan siswa, masyarakat dan disiplin ilmu-ilmu sosial.

Hanya saja gagasan Furman lebih spesifik dan operasional

yang diarahkan kepada tugas guru untuk mengembangkan

program pembelajaran di kelas. Furman menjelaskan lebih

lanjut bahwa guru harus mengetahui dan mengerti betul

tentang siswa di kelas, baik kecakapannya, kebutuhannya,

kepentingannya, masalah yang dihadapi maupun

pertumbuhan dan perkembangan serta latar belakang

keluarganya. Guru pun perlu memahami kebutuhan dan

harapan masyarakat sekitar tempat siswa tinggal. Masyarakat

mungkin mengharapkan agar anak-anak belajar menjadi

warga negara yang baik, yakni anggota masyarakat di tingkat

lokal, nasional dan global. Para siswa hendaknya belajar

menjadi warga negara yang produktif di daerahnya, berguna

(useful) bagi bangsanya, dan berpikir kewarganegaraan

(civicminded) ketika hidup dalam konteks global.

Meskipun demikian, kecenderungan yang telah

mendorong pada pemikiran orientasi siswa dan masyarakat

sebagai trend baru hendaknya tidak meninggalkan sasaran

pokok, yakni disiplin ilmu sosial dan kondisi kehidupan

masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, guru pun

perlu memahami dan memanfaatkan disiplin ilmu-ilmu sosial

sebagai “content” untuk mengembangkan program PKn.

Namun, perlu mendapat perhatian pula bahwa kegiatan

Page 29: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 25

pembelajaran hendaknya berbasis konteks kehidupan siswa

dimana mereka berada. Oleh karena itu, pendekatan yang

digunakan hendaknya pendekatan kontekstual. Dari dua

konsepsi atau gagasan dari Hanna dan Lee dan Furman ini

dapat disimpulkan bahwa materi “content” PKn, dengan

merujuk pada gagasan “content” dan sasaran dalam social

studies, hendaknya mempertimbangkan hal-hal yang bersifat

informal content (the need of society), formal disciplines

(social sciences), dan (the responses of pupils/the needs of

children) dengan mempertimbangkan pula kebutuhan siswa,

masyarakat, dasar negara, cita-cita, dan tujuan nasional

sebagaimana yang dinyatakan dalam UUD 1945. Selain itu,

Kosasih Djahiri (1979) pernah menegaskan bahwa materi

PKn hendaknya lebih menitikberatkan pada pembinaan

watak, pemahaman dan penghayatan nilai dan pengamalan

Pancasila dan UUD 1945 sebagai falsafah dasar dan

pandangan hidup bangsa, pembinaan siswa untuk melihat

kenyataan, fokus belajar pada konsep yang benar menurut

dan sesuai dengan Pancasila.

Untuk mendefinisikan “fakta” sesungguhnya tidaklah

semudah yang sering kita bayangkan. Masih terdapat

berbagai pendapat dan tafsiran yang cukup beragam. Namun,

beberapa ahli Social Studies (Michaelis, 1980; Banks, 1984;

Sunal and Haas, 1993; Jarolimek and Parker, 1993)

mendefiniskan fakta dengan indikator yang tidak banyak

perbedaan. Michaelis (1980) mengartikan sebagai berikut:

“Facts are statements of information that include concepts,

but they apply only to a specific situation.” Banks (1984)

mendefinisikan fakta dalam konteks kajian etnis, bahwa

“Facts are low-level, specific empirical statement about

limited phenomena. Facts may be considered the lowest level

of knowledge and have the least predictive capacity of all the

knowledge forms.”, sedangkan menurut Sunal and Haas

(1993) “Facts are forms of content that are single

occurrences, taking place in the past or present.” Sunal dan

Haas menambahkan bahwa fakta belum dapat memprediksi

Page 30: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 26

suatu peristiwa atau suatu tindakan. Namun, dengan melihat

dari aspek perannya, Jarolimek dan Parker (1993)

menyatakan bahwa informasi faktual sangat penting untuk

memahami konsep dan generalisasi karena fakta akan

memberikan rincian informasi yang mendukung dan

elaborasi yang menjadikan konsep dan generalisasi itu

bermakna.

Suatu hal yang menarik dan perlu digarisbawahi dari

pernyataan para pakar Social Studies di atas bahwa fakta itu

sifatnya khusus ataupun terbatas, tidak bersifat general atau

umum yang tidak terbatas dan posisinya berada pada

tingkatan paling rendah dalam struktur ilmu pengetahuan.

Peran dan fungsinya sangat penting karena dapat

berkontribusi terhadap kebermaknaan suatu konsep dan

generalisasi. Selain itu, fakta dapat menunjukkan suatu sifat

yang nyata, yang ditampilkan dengan benar-benar ada,

terjadi, karena mempunyai realitas objektif. Dengan

demikian, hal ini sangat sesuai dengan pernyataan Bachtiar

(1997:112-13) bahwa “fakta” merupakan abstraksi dari

kenyataan yang diamati yang sifatnya terbatas dan dapat diuji

kebenarannya secara empiris. Fakta juga merupakan building

blocks of knowledge yang digunakan untuk mengembangkan

konsep (Fraenkel, 1980:94). Begitu juga menurut Sjamsuddin

(1996:5), bahwa fakta umumnya erat hubungannya dengan

jawaban atas apa, siapa, kapan, di mana, dan juga bisa berupa

benda-benda (things) yang benar-benar ada atau peristiwa

apa yang pernah terjadi pada masa lalu. Fakta harus

dirumuskan atas dasar sistem kerangka berpikir tertentu.

Fenomena yang sama akan menghasilkan fakta yang berbeda,

apabila kerangka berpikir yang dipergunakan berbeda. Oleh

karena itu, dalam konteks proses inkuiri, Banks menyatakan

“Facts are the particular instances of events or things that in

turn become the raw data or the observations of the social

scientist” (Banks, 1977:84).

Dalam pembelajaran PKn umumnya dan khususnya

untuk jenjang kelas di SD, fakta berupa kejadian, peristiwa,

Page 31: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 27

dan kasus aktual yang terkait dengan kewarganegaraan,

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sangat

penting. Bahkan materi pembelajaran PKn hendaknya

dipersiapkan dan dikemas oleh para guru dengan mengadopsi

dari kehidupan nyata (real life) masyarakat terutama para

siswa pada tataran lokal, nasional, dan global. Beberapa

contoh fakta yang dapat dimanfaatkan untuk materi dan

proses pembelajaran antara lain:

o Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta

oleh Soekarno dan Hatta.

o UUD 1945 disahkan pertama kali oleh PPKI dalam

sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945.

o Pemilu di Indonesia pertama kali diselenggarakan pada

tahun 1955.

o Memasuki era reformasi, UUD 1945 telah mengalami

perubahan sebanyak empat kali, yakni pada tahun 1999,

2000, 2001, dan 2002.

o Sejumlah anggota organisasi masyarakat turun memenuhi

jalan-jalan di ibu kota melakukan unjuk rasa menentang

penyerangan Israel terhadap warga Palestina di Jalur

Gaza.

Istilah “konsep” yang berkembang di masyarakat

hampir selalu dikaitkan dengan “rancangan” atau “draf” atau

sesuatu yang belum selesai. Konotasi yang demikian

sebetulnya tidak terlalu salah manakala kita melihatnya dari

sisi teoretik yang bersifat abstrak. Namun, ruang lingkup

“konsep” menyangkut juga hal-hal yang bersifat riil ataupun

konkret. Nama-nama seperti gunung, danau, kursi, meja,

pohon, mobil, kambing, ketimun, dan garam merupakan

“konsep”. Di dunia ini, banyak jenis konsep baik yang

tampak ataupun abstrak seperti agama, kebaikan, pandai,

merah, fantasi, kemenakan, gas, mertua semuanya adalah

konsep-konsep yang tak terhingga jumlahnya. Schwab (1962:

12-14) mengemukakan bahwa konsep merupakan abstraksi,

suatu konstruksi logis yang terbentuk dari kesan, tanggapan

Page 32: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 28

dan pengalaman-pengalaman kompleks. Pendapat Schwab

tersebut sejalan dengan pendapat Banks (1977: 85) yang

menyatakan bahwa “A concept is an abstract word or phrase

that is useful for classifying or categorizing a group of

things, ideas, or events”.

Pengertian konsep menunjuk suatu abstraksi,

penggambaran dari sesuatu baik yang konkret maupun

abstrak (tampak atau tidak tampak) atau dapat juga berbentuk

pengertian/definisi ataupun gambaran mental, atribut esensial

dari suatu kategori yang memiliki ciri-ciri esensial yang

relatif sama. Sebagai contoh konsep “demokrasi”. Jika

dilihat dari jenis dan bentuknya demokrasi itu sangat

beragam. Demokrasi Barat di Eropa Barat dan Amerika

Serikat akan jauh berbeda jika dibandingkan dengan

demokrasi di Cuba atau RRC. Tetapi apa yang membuat

mereka berbeda-beda itu disebut “demokrasi”? Tentu saja

karena mereka memiliki persamaan sebagai ciri esensialnya,

yaitu “kekuasaan ada di tangan rakyat”. Itulah ciri-ciri

esensial demokrasi. Dalam hal ini, kita dapat

mengidentifikasi tentang nama-nama lain, seperti presiden,

negara, pemerintahan, DPR dan sebagainya, yang dapat

diketahui ciri-ciri esensialnya yang relatif sama.

Berbeda dengan fakta yang menekankan pada

kekhususan, maka konsep memiliki ciri-ciri umum (common

characteristics) yang sudah tentu pengertian konsep lebih

luas daripada fakta. Fraenkel (1980:94-95) mengemukakan

“Whereas facts refer to a single object, event, or individual,

concepts represent something common to several events,

objects, or individual.” Lebih lanjut Fraenkel menyatakan

bahwa “Concepts do not exist in reality, …” (sebenarnya

konsep-konsep itu dalam kenyataannya tidak ada). Konsep

itu berada dalam ide atau pikiran manusia. Semua realitas

yang berada di sekeliling kita memasuki atau menyentuh

indera-indera manusia sebagai informasi dari berbagai

pengalaman. Kemudian, masukan-masukan indera (sensory

input) tersebut diatur dan disusun dengan mengenakan

Page 33: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 29

simbol-simbol (label kata-kata) berdasarkan persamaan-

persamaan esensial tersebut.

Menurut Kagan (dalam Fraenkel, 1980:99-100), ada

empat kualifikasi yang dapat diterapkan untuk menguji

apakah suatu konsep telah memenuhi persyaratan. Keempat

kualifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tingkat keabstrakan (degree of abstraction) dari konsep

tersebut. Ada konsep yang memiliki tingkat keabstrakan

rendah (“low-level” abstraction), misalnya bunga,

kambing, dan pabrik, sehingga konsep-konsep ini telah

mendekati tingkatan konkret. Namun ada konsep yang

memiliki tingkat keabstrakan tinggi (“higher-level”

abstraction), misalnya kebebasan, penghargaan, dan

kecerdasan, yang hanya dapat dipahami oleh kemampuan

tertentu, seperti kemampuan bahasa, ketajaman rasa,

penyesuaian diri, dan kemampuan belajar;

2. Kompleksitas (complexity). Konsep memiliki perbedaan

dalam jumlah atribut (ciri-ciri, indikator) yang diperlukan

untuk menjelaskan konsep tersebut. Semakin banyak

atribut yang diperlukan untuk menjelaskan konsep,

semakin kompleks konsep tersebut. Misalnya, konsep

“kucing”, mungkin dapat didentifikasi dari beberapa

atribut, seperti berkaki empat, berbulu lembut, bercakar,

suara mengeong, dsb), tetapi untuk konsep “kebudayaan”

tentunya memerlukan banyak sekali atribut sehingga

konsep “kebudayaan, patriotisme, demokrasi, keadilan

“termasuk konsep-konsep yang kompleks. “The more

complex a concept is, the greater its capacity to organize

and synthesize large numbers of simpler concepts and

specific facts. (1980:100);

3. Pembedaan (differentiation). Konsep juga berbeda dalam

ciri dasar yang dapat ditafsirkan berbeda-beda sehingga

masih perlu dijelaskan lagi. Misalnya, konsep “kekayaan”

tentu mengandung multi penafsiran karena konsep tersebut

dapat berupa tanah, uang, rumah, alat rumah tangga, emas,

Page 34: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 30

dan sebagainya. Bandingkan dengan konsep obeng, tentu

konsep ini akan mudah diidentifikasi;

4. Pemusatan dimensi (centrality of dimensions). Makna

sebuah konsep diperoleh dari satu atau dua atribut penting

yang merujuk pada ciri utama dari ide yang diwakili oleh

konsep. Misalnya, konsep “wisatawan” akan terkait

dengan atribut kunci “travel”, “bersenang-senang”, dan

“hotel”.

Fraenkel (1980:101-104) telah mengidentikasi

kegunaan konsep bagi kehidupan manusia sebagai berikut:

1. Konsep itu berguna untuk membantu mengatasi kerumitan

lingkungan dan melakukan efisiensi dan efektivitas bagi

manusia. Hal ini bisa kita fahami karena informasi-

informasi itu kian terus bertambah banyak dan semuanya

harus diidentifikasi dalam simbol-simbol yang dapat

disepakati. Fraenkel (1980:101) menyatakan “Through

concepts, we simplify and order the varying perceptions

that we receive through our senses.” Konsep-konsep dapat

disusun dengan cara mereduksi informasi-informasi

tersebut menurut proporsi-proporsi yang dapat ditangani.

Konsep dapat meliputi kelompok objek tertentu, peristiwa-

peristiwa, individu-individu, atau ide-ide;

2. Konsep membantu mengenali dan memahami bermacam-

macam objek yang ada di sekitar kita. Fraenkel (1980:102)

menyatakan “When an individual identifies an object, he

places it into a class.” Sehingga dalam klasifikasi

(kategorisasi) tersebut begitu nampak persamaan dan

perbedaannya. Misalnya, ketika orang lain mengatakan

panitia ad hoc atau rapat komisi, maka ia akan langsung

melakukan identifikasi, klasifikasi, dan menghubungkan

istilah tersebut dengan lembaga negara “Dewan

Perwakilan Rakyat” (DPR). Dengan mengenal konsep,

seseorang akan terhindar dari salah identifikasi atau

miskonsep yang dapat menimbulkan persepsi yang keliru

dan fatal;

Page 35: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 31

3. Konsep dapat berfungsi untuk mereduksi keperluan yang

sering dikatakan berulang-ulang terhadap sesuatu kajian

yang serupa dan sudah diketahui. Misalnya, ketika orang

sudah mengetahui konsep “legislatif”, maka ia akan

menggunakan konsep tersebut untuk DPR, DPRD

Propinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota;

4. Konsep dapat membantu untuk memecahkan masalah.

Dengan menempatkan objek-objek, individu-individu,

peristiwa-peristiwa, ataupun ide-ide kedalam kategori-

kategori yang benar, kita dapat memperoleh beberapa

wawasan bagaimana menangani sesuatu masalah tertentu

yang dihadapi. Misalnya, seseorang yang mengetahui

bahwa ia seorang ahli hukum, maka ia akan hati-hati

dalam berbicara dan tidak mudah sembarang menuduh

atau tindakan serupa lainnya yang berargumen

berdasarkan hukum;

5. Konsep juga berguna untuk menjelaskan (eksplanasi)

sesuatu yang dianggap rumit ataupun memerlukan

keterangan yang cukup panjang dan rinci. Banyak konsep-

konsep yang kita ketahui sekarang diperoleh melalui

proses pembelajaran ataupun pengenalan dari konsep-

konsep sebelumnya yang dianggap baru. Dengan demikian

konsep bisa dijadikan alat (tools) yang mengandung

karakteristik-karakteristik umum untuk dianalisis

sekalipun rumit. Misalnya, konsep “negara”, tentu

memerlukan penjelasan yang memadai, karena kriteria

untuk konsep “negara” tidaklah cukup hanya dengan

kriteria “wilayah” dan “penduduk” belaka, melainkan

harus disertai syarat-syarat lainnya;

6. Konsep sebagai stereotipe (stereotypes), artinya bahwa

mungkin konsep itu memberikan konotasi negatif. Hal ini

terjadi ketika antara dua atau lebih kelompok manusia baik

etnis, suku, atau bangsa saling berinteraksi dengan

memberikan “label” tertentu kepada etnis, suku, atau

bangsa lain dengan karakteristik tertentu yang berkonotasi

negatif. Di Indonesia juga sering kita dengar ungkapan-

Page 36: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 32

ungkapan yang bernada stereotipe. Contohnya: “Jawa

koek”, “Cina licik”, “Padang bengkok”, “Orang Batak si

tukang copet”, dan sebagainya. Bahkan dikalangan orang

Barat-pun stereotipe dan etnosentrisme pernah hidup dan

berkembang sebagaimana yang disebut Huntington (1998:

66) bahwa “In the nineteenth century the idea of “the

white man‟s burden” helped justify the extension of

Western political and economic domination over non-

Western societies” yang pada gilirannya melahirkan

imperialisme dan kolonialisme terhadap bangsa-bangsa

kulit berwarna;

7. Konsep mewakili gambaran kepada kita tentang “realitas”

dan dunia kita sendiri. Menurut Fraenkel, kita sulit

berpikir atau bahkan berpendapat tanpa konsep. Lebih

lanjut dinyatakan “We could not communicate, create a

society, or carry out anything but the simplest and most

animalistic behavior without them.” (Fraenkel, 1980: 103).

Tujuh manfaat konsep ini tidak diragukan lagi

kontribusinya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan

dan komunikasi dalam berbagai konteks kehidupan warga

negara dan manusia umumnya.

Konsep kewarganegaraan yang berasal dari kata “warga

negara” pada hakikatnya, membahas tentang hubungan warga

negara dengan negara atau pemerintah dalam arti yang luas.

Dalam hubungan tersebut sudah pasti terkait dengan masalah

kepentingan, hak dan kewajiban, kekuasaan, peraturan

hukum, dan konsep-konsep kenegaraan lainnya. Kehidupan

yang tertib, aman, dan damai merupakan bentuk kehidupan

yang dicita-citakan oleh umat manusia. Untuk mewujudkan

bentuk kehidupan tersebut, dibuatlah norma-norma perilaku

yang disepakati bersama sebagai panduan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Salah satu norma

yang dibuat untuk mengatur perilaku individu dalam

masyarakat adalah norma hukum, yakni hukum negara. Di

samping norma hukum terdapat sejumlah norma lainnya yang

juga berfungsi untuk mengatur perilaku individu dalam

Page 37: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 33

masyarakat. Norma-norma tersebut antara lain meliputi

norma kesopanan, adat-istiadat, kebiasaan, kesusilaan, dan

norma agama.

Kesadaran akan adanya norma yang mengatur perilaku

individu dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting

untuk ditanamkan kepada setiap individu sejak usia dini.

Oleh sebab itu, pendidikan hukum sebagai salah satu bentuk

upaya penanaman kesadaran akan norma tingkah laku dalam

masyarakat, dipandang sangat strategis untuk diberikan pada

seluruh jenis dan jenjang pendidikan persekolahan. Tidak

mungkin kita dapat mengharapkan tumbuhnya kesadaran dan

kepatuhan hukum dari setiap individu warga negara tanpa

upaya yang sadar dan terencana melalui proses pendidikan,

baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.

Penanaman nilai-nilai dan norma-norma sosial

kemasyarakatan merupakan salah satu bagian yang tak

terpisahkan dari proses sosialisasi anak menuju realita

kehidupan yang sesungguhnya di masyarakat.

Program pendidikan hukum (law-related education) di

persekolahan hendaknya diarahkan untuk membantu siswa

memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

agar mereka kelak dapat berpartisipasi secara efektif dalam

lembagalembaga hukum. Tujuan utama dari pendidikan

hukum, seperti dikemukakan oleh Bank (1977: 258-259),

adalah untuk membantu siswa mengembangkan pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh

hak-hak hukumnya secara maksimum dalam masyarakat. Di

samping itu, setiap warga negara memikul tanggung jawab

atas terciptanya sistem hukum yang bekerja secara efektif dan

adil. Para siswa hendaknya dibelajarkan untuk memperoleh

kemampuan mengkaji persoalanpersoalan yang berkaitan

dengan kesenjangan-kesenjangan yang acapkali terjadi antara

cita-cita hukum dengan kenyataan, dan bagaimana

kesenjangan tersebut dapat diatasi.

Program pendidikan hukum di persekolahan bukan

merupakan program yang berdiri sendiri melainkan

Page 38: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 34

merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn). Oleh karena itu, pendidikan

kewarganegaraan dapat berfungsi pula sebagai pendidikan

hukum. Menurut Bank (1977: 259), pendidikan hukum

memuat tujuan pendidikan hukum, siswa diharapkan dapat:

1. Mengembangkan pemahaman tentang hak-hak dan

tanggung jawabnya yang ditegaskan dalam konstitusi.

2. Memahami tuntutan masyarakat akan peraturan dan

hukum, sumber-sumber hukum, perubahan hukum, dan

sanksi hukum.

3. Memahami berbagai aspek hukum sipil yang

mempengaruhi kehidupannya-hukum perkawinan dan

perceraian, perjanjian/kontrak, asuransi, kesejahteraan

sosial, pajak, dan lembaga bantuan hukum.

4. Memahami sistem peradilan, struktur organisasi dan

fungsi lembaga penegak hukum.

5. Mengembangkan pengetahuan dan sikapnya berkenaan

dengan hukum dan sistem peradilan pidana-jadi

mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi dalam sistem

hukum masyarakat kontemporer.

B. Pengembangan Materi Pembelajaran PKn

Pendidikan kewarganegaraan adalah bidang kajian yang

bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan

yang bersifat interdisipliner/

multidisipliner/multidimensional. Namun secara filsafat

keilmuan bidang studi ini memiliki objek kajian pokok ilmu

politik, khususnya konsep demokrasi politik (political

democracy) untuk aspek hak dan kewajiban (duties and

rights of citizen). Dari objek kajian pokok inilah berkembang

konsep civics yang secara harfiah diambil dari bahasa latin

civicus, yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno.

Kemudian secara akademis diakui sebagai embrionya civic

education. Selanjutnya di Indonesia hal ini diadaptasi

menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn).

Page 39: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 35

Secara metodologis PKn sebagai suatu bidang keilmuan

merupakan pengembangan salah satu dari lima tradisi social

studies yakni transmisi kewarganegaraan (citizenship

transmission). Numan Somantri (2001) menyatakan bahwa

obyek studi civics dan civic education adalah warga negara

dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan,

sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, dan negara. Kata kunci

dari pengertian ini adalah warga negara dalam hubungannya

dengan pihak lain yang dimaksud adalah negara. Hal ini

sejalan dengan kajian yang telah dilakukan terdahulu bahwa

pada hakikatnya objek kajian PKn adalah perilaku warga

negara (Sapriya, 2007).

Dilihat dari fenomena PKn sebagai kajian perilaku

warga negara maka semakin tampak bahwa ruang lingkup

telaahnya begitu luas. Kajian yang berpusat pada perilaku

warga negara dapat dipandang dari berbagai dimensi yang

lebih spesifik daripada tiga dimensi di atas. Warga negara

merupakan individu yang dapat dipandang dari berbagai

dimensi seperti psikologis, sosial, politik, normatif,

antropologis dan dimensi lain sehingga dapat dinyatakan

dengan sifat multidimensional. Perilaku warga negara

sebagai pribadi maupun anggota masyarakat berada dalam

lingkup sebuah organisasi, sebagai pengikat dan sekaligus

yang memberi ruang untuk melakukan perbuatan. Organisasi

yang dimaksud tersebut adalah negara sebagai organisasi

tertinggi. Dalam hal ini, secara ontologis, sumber adanya

PKn itu adalah negara dalam konteks yang luas. Sebuah

negara dalam pengertian modern yang sesuai dengan hasil

kesepakatan internasional (Misalnya, Konvensi Montevideo

1933) meliputi empat unsur, yakni: (1) ada unsur manusia

atau rakyat; (2) ada unsur tanah air atau wilayah; (3) ada

unsur pemerintah; dan (4) ada unsur pengakuan (atau

kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara

atau subyek hukum bukan negara). Keberadaan negara

bersifat dinamis dan dapat berkembang. Misalnya, jauh

sebelum berdiri negara Kesatuan Republik Indonesia,

Page 40: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 36

mungkin hanya ada nusantara, sedangkan penduduk atau

penghuni umumnya adalah pendatang dari wilayah lain.

Secara kultural, kekayaan budaya dan adat istiadat

merupakan bagian utuh dari penduduk Asia dan bagian umat

manusia. Kemudian, adanya negara Indonesia karena ada

proklamasi. Sebelum proklamasi, di wilayah nusantara

pernah ada kerajaan-kerajaan, kemudian kerajaan dijajah

Belanda pada abad ke-16. Lalu ada aksi berjuang, lalu ada

merdeka 17 Agustus 1945. Konsep “ada” itu adalah

prosesnya. Oleh karena itu, keberadaan bangsa dan negara

merdeka, kondisi manusia Asia yang bersifat multietnis dan

multikarakter merupakan aspek sosiologis dan psikologis-

historis sebagai kajian ontologi PKn yang dapat dijadikan

untuk pembentukan pengetahuan, sikap dan perilaku warga

negara yang mendukung bagi pembangunan bangsa. Aspek

emosional seperti rasa kebangsaan (nationalism) dan cinta

tanah air (patriotism) bahkan dengan mengetahui dan

memahami diri secara sosiologis dan historis akan dapat

membangun kesadaran diri sebagai warga negara.

Sebagai standar nasional dalam aspek isi atau ruang

lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

sebagaimana termuat dalam standar isi (Permendiknas

Nomor 22/2005) meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun

dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai

bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam

pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan

Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam

kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang

berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah,

Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan

peradilan internasional

Page 41: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 37

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak

dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional

dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan

perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong,

Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan

berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat,

Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan

kedudukan

5. warga negara. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi

kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-

konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan

dasar negara dengan konstitusi

6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan

kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah

pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik,

Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem

pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi

7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar

negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila

sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila

dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi

terbuka;

8. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, Politik

luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak

globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi

internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Pengembangan materi pembelajaran PKn hendaknya

diarahkan pada ketentuan yang telah ada dalam standar isi

sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 tahun 2006.

Pembelajaran materi PKn harus pula mengacu pada tujuan

yang telah dirumuskan dalam ketentuan Permendiknas

tersebut, yakni:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan.

Page 42: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 38

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk

membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat

Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa

lainnya

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan

dunia secara langsung atau tidak langsung dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Selanjutnya, bagaimana pembelajaran materi PKn dapat

dilakukan? Sebelum membahas tentang persoalan ini terlebih

dahulu perlu dikemukakan beberapa prinsip berkenaan

dengan tujuan dan metode pembelajaran. Tiap usaha

pembelajaran (dalam arti membelajarkan siswa) sebenarnya

bertujuan untuk menumbuhkembangkan atau

menyempurnakan pola perilaku atau kompetensi tertentu

dalam diri peserta didik.

Pola perilaku ialah kerangka dasar dari sejumlah

kegiatan, yang lazim dilaksanakan manusia untuk bertahan

hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi

konkrit. Kegiatan itu dapat berupa keterampilan intelektual

seperti mengkaji, mengamati, menganalisis dan menilai

keadaan dengan daya nalar. Kegiatan pembelajaran dapat

juga berupa kegiatan jasmani, yang dilakukan dengan tenaga

dan keterampilan fisik. Namun, secara umum manusia

bertindak secara manusiawi apabila kedua jenis kegiatan

tersebut dibuat secara terjalin dan sinergis. Kegiatan jasmani

seyogianya didukung oleh kegiatan intelektual, dan demikian

juga sebaliknya.

Di samping menumbuhkan atau menyempurnakan pola

perilaku, pembelajaran bertujuan pula untuk menimbulkan

kebiasaan. Kebiasaan dapat dirumuskan sebagai keterarahan,

kesiapsiagaan dalam diri manusia untuk melakukan kegiatan

yang sama atau serupa dengan cara yang lebih mudah, tanpa

memeras dan menguras tenaga. Kebiasaan akan timbul justru

Page 43: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 39

apabila kegiatan manusia berulang kali dengan sadar dan

penuh perhitungan. Dengan demikian, tujuan tiap

pembelajaran ialah menimbulkan atau menyempurnakan pola

laku dan membina kebiasaan sehingga peserta didik terampil

menjawab tantangan situasi kehidupan secara manusiawi.

Dengan kata lain, pembelajaran ingin memekarkan

kemampuan berpikir dan kemampuan bertindak pada peserta

didik sehingga menghadapi keadaan apapun ia cukup

sanggup mengamati keadaan, menilai keadaan, dan

menentukan sikap serta tindakannya dalam keadaan tersebut.

Kehidupan manusia dalam masyarakat modern dewasa ini

sedang mengalami perubahan yang begitu pesat.

Oleh karena itu, pembelajaran di abad sekarang ini

hendaknya memperhatikan arus dan laju perubahan yang

terjadi. Pembelajaran perlu membina pola berpikir,

keterampilan dan kebiasaan, yang terbuka dan tanggap, yang

mampu menyesuaikan diri secara manusiawi dengan

perubahan. Kalau tujuan pembelajaran adalah menumbuhkan

dan menyempurnakan pola perilaku, membina kebiasaan dan

kemahiran menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah-

ubah, maka metode pembelajaran harus mampu mendorong

proses pertumbuhan dan penyempurnaan pola perilaku,

membina kebiasaan, dan mengembangkan kemahiran untuk

menyesuaikan diri. Pembelajaran harus mampu membina

kemahiran pada peserta didik untuk secara kreatif dapat

menghadapi situasi sejenis, malah situasi yang baru sama

sekali atas cara yang memuaskan. Pemikiran kreatif yang

dapat menelurkan tindakan kreatif pula wajib dibina dalam

tiap pembelajaran, terutama pada jaman kita sekarang ini

yang penuh dengan perubahan ini.***

Page 44: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 40

BAB III

DESAIN DAN MODEL PEMBELAJARAN PKN

A. Desain Pembelajaran PKn

Menurut Eraut (1991:315) istilah disain pembelajaran

atau „instructional design‟ biasanya merujuk pada disain

materi pembelajaran yang disusun oleh sebuah tim yang

dapat melibatkan guru atau tidak perlu melibatkan guru yang

akan melaksanakan pembelajaran tersebut. Memang,

sejumlah ahli mengatakan bahwa disain pembelajaran dibuat

oleh guru yang akan melaksanakan pembelajaran namun

bukanlah suatu keharusan disain pembelajaran dibuat hanya

oleh guru yang bersangkutan. Artinya, bahwa pengembangan

disain pembelajaran dapat menjadi tugas para pakar

pembelajaran yang diharapkan akan

membantu/mempermudah para guru dalam mengembangkan

dan melaksanakan proses pembelajaran.

Hal yang terpenting dalam mendesain materi

pembelajaran, dengan melakukan analisis situasi. Analisis

situasi biasanya dilakukan sebelum proses pengembangan

kurikulum, artinya, selama proses mengembangkan

kurikulum, guru dituntut agar menyadari dan

mempertimbangkan tentang situasi yang sedang terjadi atau

berubah di sekitarnya. Laurie Brady (1990) menegaskan

bahwa analisis situasi diperlukan untuk menentukan

efektifitas penerapan kurikulum yang baru. Guru seyogianya

dapat menangkap berbagai isu yang berkembang di

masyarakat untuk dijadikan sebagai pengalaman belajar

siswa. Guru haruslah dapat mengkaji situasi belajar, meliputi

faktor-faktor seperti: latar belakang pengalaman siswa, sikap

dan kemampuan guru, iklim sekolah, sumber belajar dan

hambatan-hambatan eksternal.

Pengembangan kurikulum diawali dengan melakukan

kajian situasi sekolah. Karena setiap sekolah memiliki

Page 45: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 41

karakteristik yang berbeda maka analisis situasi pada satu

sekolah tidak dapat ditransfer kepada sekolah lain. Analisis

situasi biasanya dilakukan oleh guru pada saat guru

merumuskan dan menetapkan tujuan pengajaran. Cara yang

dilakukan antara lain melalui diagnosis kelemahan-

kelemahan siswa maupun prestasi yang telah dicapainya,

apakah kebutuhan siswa pada saat kini maupun pada masa

depan, hal-hal apakah yang dapat membantu siswa untuk

memecahkan masalah dalam kehidupannya, mengapa banyak

orang (mahasiswa) melakukan demostrasi di depan Gedung

DPR RI, Gedung Kejaksaan RI, Gedung Kedutaan, dan

sebagainya. Peristiwa-peristiwa seperti inilah yang dapat

diangkat, dianalisis dan dimasukkan oleh guru menjadi bahan

perencanaan program pembelajaran PKn.

Sockett (1976) memberikan saran-saran dengan

menekankan pentingnya analisis situasi dalam

pengembangan kurikulum, sebagai berikut:

1. Guru seyogianya melakukan suatu transaksi dengan siswa

tentang apa yang akan dilakukan dalam proses belajar

mengajar.

2. Guru hendaknya secara terus-menerus mengevaluasi dan

mempertahankan suasana belajar di kelas.

3. Guru hendaknya mendekatkan proses belajar kearah

situasi nyata dan kemungkinan perubahan situasi tersebut.

Guru dituntut untuk selalu menyesuaikan program

pembelajarannya dengan situasi yang sedang terjadi

(berlangsung) di sekitar siswa atau kehidupan sekolah.

Skillbeck (1984) membagi faktor yang dapat

menggambarkan situasi sebagai bahan analisis guru atas dua

bagian, ialah faktor eksternal (external factors) dan faktor

internal (internal factors). Perhatikanlah faktor-faktor

eksternal dan internal menurut Skillbeck berikut ini:

Faktor-faktor eksternal meliputi:

o Perubahan sosial-budaya dan harapan masyarakat

o Tuntutan dan tantangan sistem pendidikan

o Perubahan mata pelajaran yang akan diajarkan

Page 46: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 42

o Kontribusi dari sistem dukungan guru

o Sumber masukan bagi sekolah

Faktor-faktor internal, meliputi:

o Siswa meliputi aspek bakat, kecakapan dan kebutuhannya

o Guru meliputi aspek nilai, sikap, keterampilan mengajar,

pengetahuan, pengalaman, kekuatan dan kelemahan

khusus serta perannya

o Etos kerja sekolah dan struktur politik

o Sumber-sumber bahan pembelajaran

o Masalah-masalah dan kekurangan-kekurangan yang

dirasakan dalam kurikulum yang berlaku.

B. Model Pembelajaran PKn

Pembelajaran PKn di SD hendaknya mampu

memberikan perubahan pada diri siswa baik pengetahuan,

sikap, maupun keterampilan. Untuk mengubah kemampuan

itu, banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru, seperti

melalui pembiasaan, transformasi pengalaman, keteladanan,

percontohan. Model-model pembelajaran ini sangat cocok

untuk siswa di SD karena mengandung unsur-unsur proses

pembelajaran yang baik. Menurut Suparman (1997), proses

pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang

memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam

keseluruhan proses baik secara mental maupun secara fisik.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa model proses pembelajaran

ini disebut pembelajaran interaktif yang memiliki

karakteristik sebagai berikut: 1) adanya variasi kegiatan

klasikal, kelompok, dan perorangan; 2) keterlibatan mental

baik pikiran maupun perasaan; 3) guru lebih berperan sebagai

fasilitator, narasumber, manajer kelas yang demokratis; 4)

menerapkan pola komunikasi banyak arah suasana kelas

yang fleksibel, demokratis, menantang dan tetap terkendali

oleh tujuan; 5) potensial dapat menghasilkan dampak

instruksional dan dampak pengiring lebih efektif dapat

digunakan di dalam dan/atau di luar kelas/ruangan.

Page 47: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 43

Ada tiga klasifikasi model pembelajaran interaktif,

meliputi: (1) model berbagi informasi; (2) model belajar

melalui pengalaman; dan (3) model pemecahan masalah.

Dalam rangka sosialisasi KTSP, Departemen Pendidikan

Nasional (2006) membagi tiga jenis model pembelajaran,

yakni: (1) Model Pembelajaran Langsung atau Direct

Instruction (DI), (2) Model Pembelajaran Kooperatif atau

Cooperative Learning (CL), dan (3) Model Pembelajaran

Berbasis Masalah atau Problem-Based Instruction (PBI).

Secara rinci masing-masing model pembelajaran tersebut

dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran

yang berpusat kepada guru sehingga lebih mengutamakan

pada penyampaian pengetahuan dengan target hasil belajar

pengetahuan deklaratif sederhana. Meskipun demikian,

untuk mencapai tujuan yang maksimal, model

pembelajaran ini perlu perencanaan yang matang dengan

penguasaan bahan materi pembelajaran oleh guru yang

mendalam. Model pembelajaran langsung dapat

dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai berikut:

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan atau

keterampilan

Fase 3: Membimbing pelatihan

Fase 4: Mengecek pemahaman dan memberikan umpan

balik

Fase 5: Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan

dan penerapan

Tugas guru:

o Menjelaskan TPK, informasi latar belakang

pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan

siswa untuk belajar.

o Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau

menyajikan informasi tahap demi tahap.

Page 48: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 44

o Merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan

awal.

o Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan

tugas dengan baik, memberi umpan.

o Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan

lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan

kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang dilandasi oleh teori konstruktivisme

dengan pendekatan masyarakat belajar (learning

community), berpusat kepada siswa dengan target hasil

belajar akademik dan keterampilan sosial. Model ini

menuntut adanya pengelolaan suasana kelas yang

demokratis dan peran aktif siswa dalam pembelajaran.

Oleh karena itu, peran guru melalui model pembelajaran

ini hendaknya berupaya lebih banyak melibatkan siswa

dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dapat

dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai berikut:

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Fase 2: Menyajikan informasi

Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok –

kelompok belajar

Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase 5: Evaluasi

Fase 6: Memberikan penghargaan

Tugas guru:

o Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai

selama pembelajaran dan memotivasi siswa belajar.

o Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

o Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara

membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Page 49: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 45

o Membimbing kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

o Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

dipelajari/ meminta kelompok mempresentasikan

hasil kerja.

o Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu

dan kelompok.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based

Instruction)

Model pembelajaran berbasis masalah adalah model

pembelajaran yang dilandasi oleh teori konstruktivisme

dengan pendekatan inkuiri, berpusat kepada siswa dengan

target hasil belajar pemecahan masalah (authentic) dan

menjadi pebelajar yang mandiri. Model ini menuntut

adanya pengelolaan suasana kelas yang demokratis dan

peran aktif siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu,

peran guru melalui model pembelajaran ini hendaknya

berupaya lebih banyak melibatkan siswa dalam

pembelajaran secara terbuka, demokratis, dan memiliki

kebebasan berpendapat. Model pembelajaran berbasis

masalah dapat dilaksanakan melalui beberapa fase sebagai

berikut:

Fase 1: Orientasi siswa pada masalah.

Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

Fase 3: Membimbing penyelidikan secara individual dan

kelompok.

Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah.

Tugas guru:

o Menjelaskan tujuan, logistik yg dibutuhkan.

o Memotivasi siswa terlibat aktif dalam pemecahan

masalah yg dipilih.

o Membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungandengan masalah tersbeut.

Page 50: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 46

o Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi

yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

o Membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yg sesuai seperti laporan, model,

dan berbagi tugas dengan teman.

o Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

dipelajari/meminta kelompok presentasi hasil kerja.

Pada hakikatnya, tiga model pembelajaran di atas dapat

diterapkan dalam pembelajaran PKn untuk siswa jenjang SD

dengan terlebih dahulu melakukan modifikasi atau

penyesuaian dengan kondisi dan karakteristik siswa. Namun,

apabila memperhatikan tujuan pembelajaran sebagaimana

ditentukan dalam standar isi mata pelajaran PKn, maka

model kedua dan ketiga perlu mendapat perhatian yang lebih

besar. Sesuai dengan tuntutan standar isi mata pelajaran PKn,

model pembelajaran berbasis masalah sangat dianjurkan

untuk dikuasai dan diterapkan dalam pembelajaran PKn.

Model ini menggunakan pendekatan inkuiri

yang sangat penting bagi PKn. Model pembelajaran dengan

pendekatan inkuiri pada hakekatnya sejalan dengan gagasan

dari John Dewey tentang prinsip-prinsip pembelajaran

interaktif. Keberhasilan pembelajaran demokrasi dalam PKn

sebagai suatu seni akan ditentukan oleh prinsip-prinsip

pembelajaran interaktif model John Dewey, yakni:

menghormati dan penuh perhatian kepada orang lain; berpikir

kreatif; menghasilkan sejumlah solusi tentang masalah-

masalah bersama; berusaha menerapkan solusi-solusi tersebut

Untuk mengadakan suatu proses pembelajaran, terlebih

dahulu guru perlu mempertimbangkan sejumlah kemampuan

dasar (core competencies) untuk setiap

dimensi atau aspek-aspek di atas. Kemampuan dasar yang

dimaksud adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar

sebagaimana yang ditetapkan dalam Standar Isi. Untuk

menerapkan model pembelajaran inkuiri tentang konsep

demokrasi misalnya, seorang guru dapat membuka dahulu

Page 51: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 47

dokumen standar isi. Veldhuis (1998) mengemukakan bahwa

kemampuan dasar yang sering disebut pula “minimal

package” ditentukan oleh: (1) kebutuhan individu untuk

memecahkan isu-isu dan masalah-masalah sosial dan politik

yang mereka sedang dan akan hadapi; dan (2) isu-isu dan

masalah-masalah yang telah menjadi topik dan agenda public

yang penting. Kemampuan dasar untuk Pendidikan

Kewarganegaraan yang demokratis dirinci menurut empat

aspek sbb.:

I. Pengetahuan (Knowledge) meliputi:

o Konsep demokrasi

o Konsep kewarganegaraan demokratis

o Memfungsikan demokrasi (termasuk masyarakat sipil)

o Pengaruh masyarakat pada individu

o Pengambilan keputusan politik dan pembuatan undang-

undang

o Hak-hak dan kewajiban warga negara

o Peran partai politik dan kelompok kepentingan

o Pilihan untuk partisipasi dalam pengambilan keputusan

o Bagaimana mempengaruhi pembuatan kebijakan

o Masalah-masalah politik saat ini

II. Sikap/Pendapat (Attitudes/Opinions)

o Perhatian terhadap persoalan sosial dan politik

o Identitas nasional

o Menghormati demokrasi

o Menuju warga negara yang demokratis

o Kepercayaan politik (political confidence)

o Kemanjuran politik (political efficacy)

o Disiplin pribadi

o Loyalitas

o Toleransi dan mengenali prasangka sendiri

o Menghormati orang lain

o Menghagai peradaban bangsa

o Nilai-nilai perjuangan bangsa

III. Keterampilan Intelektual (Intellectual Skills)

Page 52: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 48

o Mengumpulkan dan menyerap informasi politik melalui

beragam media

o Pendekatan kritis terhadap informasi, kebijakan, dan

berita

o Keterampilan berkomunikasi (dapat mengemukakan

alasan, berargumen, dan mentakan pandangan

o Menjelaskan proses, institusi, fungsi, tujuan, dll.

o Mengambil jalan penyelesaian konflik tanpa kekerasan

o Mengambil tanggung jawab

o Kecakapan menilai, dan Membuat pilihan, mengambil

posisi

IV. Keterampilan berpartisipasi (Participatory Skills)

o Mempengaruhi kebijakan dan keputusan (membuat

petisi dan lobi)

o Membangun koalisi dan bekerja sama dengan

organisasi

o Ambil bagian dalam diskusi politik

o Partisipasi dalam proses sosial dan politik (anggota

partai politik, kelompok kepentingan, voting, menulis

surat kepada pejabat, demonstrasi, dan lain-lainnya.

Oleh karena itu, untuk mencapai target standar kompetensi

sebagaimana dituntut oleh standar isi, guru perlu

mengemasnya sesuai dengan kondisi, karakteristik, dan

lingkungan siswa setempat. Penyelenggaraan program

pembelajaran demokrasi melalui pendidikan

kewarganegaraan memerlukan pertimbangan yang seksama

mengingat variabel yang terkait sangat luas dan kompleks.

Ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap

penyelenggaraan pembelajaran demokrasi, yakni:

I. Situasi lingkungan tempat proses pembelajaran

berlangsung yang meliputi:

o Jenis sekolah

o Jenis pendidikan

o Masyarakat tetangga

o Kelompok kepentingan

o Partai politik

Page 53: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 49

o Asosiasi atau perkumpulan di masyarakat

II. Karakteristik sosial, ekonomi dan budaya peserta didik

yang meliputi:

o Karakteristik individu, seperti usia dan jenis kelamin

o Karakteristik sosial individu, status sosial ekonomi

(pendapatan, pekerjaan),

o tempat tinggal (perkotaan/ perdesaan)

o Karakteristik budaya: tingkat pendidikan, nasionalitas,

sejarah, agama, etnis.

Dengan memperhatikan dimensi isi atau materi dan faktor

pengaruh lain dalam pembelajaran, seperti lingkungan dan

karakteristik siswa, maka proses pembelajaran demokrasi

dapat disusun menurut model yang layak. Langkah-langkah

yang dapat dikembangkan oleh guru untuk mengadakan

proses pembelajaran demokrasi, sebagai berikut:

o Pertama, Merumuskan tujuan

o Kedua, Menyajikan kata-kata (istilah) yang perlu diketahui

o Ketiga, Menyajikan ide-ide yang perlu dipelajari

o Keempat, Memecahkan masalah

o Kelima, Menerapkan kemampuan yang telah dikuasai.

Page 54: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 50

BAB IV

METODE PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Strategi dan Metode Pembelajaran PKn

Ada empat istilah yang sering digunakan dalam proses

pembelajaran ini seringkali digunakan saling bertukar makna

dan fungsi. Tidak hanya dalam tataran praktis melainkan

dalam tataran teoritik, empat istilah ini diartikan saling

bertukar makna (overlaping), bahkan ada pula yang

menyamakan artinya. Untuk kepentingan analisis, dipandang

perlu kita bedakan agar dapat mempermudah

penggunaannya, meskipun pada akhirnya tergantung pada

kesepakatan. Istilah pendekatan diartikan sebagai cara

memandang sesuatu (a way of viewing), cara mendekati suatu

persoalan/fenomena/proses. Dalam konteks pembelajaran,

pendekatan berarti cara mendekati suatu persoalan, objek,

dan unsur-unsur pembelajaran, antara lain siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya, agar siswa mau

dan mampu berkomunikasi atau berbicara dalam suatu

diskusi, maka seorang guru dapat berupaya mendekati siswa

dengan mengggali informasi tentang apa yang menjadi

kesenangan, hobi, harapan, dan cita-cita siswa tersebut.

Selanjutnya, guru berupaya mencari cara yang dapat

merangsang/mendorong siswa berbicara, menumbuhkan

minat/perhatian dengan media stimulus, seperti gambar,

cerita, film, pemodelan, percontohan, kasus, dan sebagainya.

Dalam konteks ini, strategi dapat diartikan sebagai cara untuk

mencapai suatu target (a way of achieving target).

Inovasi pembelajaran PKn dalam komponen

pendekatan harus selalu dilakukan oleh semua praktisi

pendidikan khususnya guru. Salah satu tindakan inovasi itu

adalah pergeseran dalam penerapan pendekatan pembelajaran

PKn dari pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan isi

(content based curriculum) ke arah yang lebih menekankan

Page 55: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 51

pada proses (process based curriculum) bahkan sekarang

telah bergeser pada inovasi yang lebih terkini, yakni

pendekatan yang berorientasi pada kompetensi (competency

based curriculum). Gagasan ini dimaksudkan agar melalui

pendidikan kewarganegaraan dapat terbentuk warga negara

yang lebih mandiri dalam memahami dan mencari solusi

terhadap masalah yang dihadapi serta mampu mengambil

keputusan-keputusan yang terbaik bagi dirinya, lingkungan

serta masyarakatnya. Kemampuan ini telah dirangkum

menjadi tiga sasaran pembelajaran PKn yang dikenal pula

sebagai orientasi tujuan pembelajaran PKn untuk

pembentukan warga negara yang demokratis, ialah

membentuk warga negara yang baik dan cerdas (good and

smart citizen), partisipatif (participative citizen), dan

bertanggung jawab (responsible citizen).

Penekanan pada proses dan kompetensi akan lebih

menjanjikan keberhasilan daripada yang menekankan hanya

pada hasil. Oleh karena itu, keterampilan bagi warga negara

dalam membuat atau mengambil keputusan perlu dilatihkan

secara terus menerus agar warga negara memiliki

keterampilan dalam mengembangkan berbagai alternatif

untuk sampai pada pembuatan keputusan yang tepat. Untuk

itu pendekatan-pendekatan yang bersifat desentralisasi atau

pemberian hak kewenangan kepada guru dalam kerangka

otonomi pendidikan sangat baik bagi sekolah sebagai satuan

pendidikan maupun individu guru. Hal ini sudah seharusnya

dilaksanakan, dalam semua mata pelajaran dan secara khusus

dalam pendidikan kewarganegaraan. Kondisi semacam itu,

harus pula diciptakan di lingkungan masyarakat sehingga

tidak terjadi kesenjangan penerapan nilai-nilai dan moral

antara apa yang disampaikan di sekolah dengan apa yang

terjadi dalam lingkungan keluarga dan masyarakat

sebagaimana terjadi dewasa ini. Penekanan perubahan

sebagaimana dikemukakan di atas, terutama menyangkut

pendekatan dalam pembelajaran PKn pada skala mikro

maupun pendekatan PKn dalam arti yang lebih luas.

Page 56: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 52

Pendekatan pembelajaran PKn seyogianya sejalan

dengan tujuan PKn yakni membangun siswa sebagai warga

negara yang baik dan cerdas secara intelektual, emosional,

sosial, spiritual, mau bertanggung jawab, dan mampu

berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Turner dkk (1990) mengidentifikasi pendekatan

pembelajaran PKn sebagai berikut: audiovisual materials,

case studies, community resourse persons, cooperative

learning, debates, polls, interviews, dan surveys, mock trials,

role plays and simulations, writing letters to public officials.

1. Pendekatan sumber belajar audio-visual

Bahan-bahan materi pembelajaran berupa audiovisual

meliputi berbagai ragam film, filmstrips, videotape, slide,

video camera, cassette recording, compact disk, DVD dan

lain-lain. Saat ini, bahan-bahan audiovisual sudah banyak

yang diproduksi baik oleh suatu perusahaan, instansi

pemerintah maupun pribadi. Dengan perkembangan

teknologi camera, para guru dapat mengembangkan

sendiri sumber pembelajaran audiovisual untuk PKn

dengan cara merekam berbagai peristiwa politik, hukum,

dan kewarganegaraan yang penting untuk pembelajaran di

kelas. Bahan materi audiovisual merupakan pendekatan

yang menarik dan efisien dalam menyampaikan informasi.

Presentasi menggunakan audiovisual dapat

menyederhanakan gagasan atau informasi yang abstrak

menjadi konkrit/nyata sehingga mudah diserap oleh siswa.

Materi audiovisual juga merupakan pendekatan yang

memfokuskan pada topik atau konsep tertentu untuk

mendukung keterampilan siswa dalam melakukan

observasi dan menganalisis suatu masalah. Dengan

pendekatan pembelajaran audiovisual yang

diselenggarakan oleh guru, maka siswa yang merasa

kesulitan membaca buku teks dapat terbantu.

2. Pendekatan Studi Kasus

Pendekatan studi kasus merupakan pendekatan yang

menyajikan kejadian situasi konflik atau dilema. Siswa

Page 57: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 53

menganalisis masalah berdasarkan fakta kasus untuk

menghasilkan keputusan menurut langkah-langkah secara

bertahap serta mempertimbangkan konsekuensi dari

keputusan yang diambil tersebut. Studi kasus mendorong

siswa untuk mengajukan pertanyaan, menetapkan

komponen-komponen yang dianggap penting dalam

situasi; menganalisis, menyimpulkan, dan membandingkan

serta mempertentangkan komponen-komponen tersebut;

dan membuat penilaian terhadap kasus tersebut.

Singkatnya, siswa melaksanakan semua jenjang berpikir

dari tingkatan yang paling sederhana (recall) hingga

tingkatan yang paling tinggi (evaluation).

3. Pendekatan nara sumber masyarakat

Setiap komunitas masyarakat memiliki nara sumber yang

dapat dihadirkan di kelas untuk berbagi

pengetahuan/informasi yang terkait dengan politik,

ekonomi, hukum, atau masalah-masalah internasional. Nara

sumber yang dapat dihadirkan di kelas adalah juru

kampanye, calon pemimpin, pejabat yang bekerja pada

institusi pemerintahan, polisi, guru besar ilmu politik atau

ekonomi, pimpinan perusahaan, dan lain-lain.Nara sumber

biasanya adalah orang yang berpengetahuan dan pandangan

luas yang akan memperkaya mata pelajaran. Oleh karena

itu, untuk menambah pengetahuan politik, misalnya,

seseorang tidak selalu harus membaca buku. Mengundang

ahli politik ke kelas akan lebih menarik bagi siswa untuk

meningkatkan kompetensi tentang politik. Dengan

menambah pengetahuan melalui nara sumber, pendekatan

ini akan membantu siswa mengaitkan proses politik secara

teoritis dengan kehidupan nyata dan sekaligus mengenal

bagaimana mesin politik itu bekerja di masyarakat.

4. Pendekatan Cooperative Learning

Pendekatan cooperative learning dimaksudkan untuk

mendorong siswa bekerja sama dalam sebuah tim sesuai

dengan tujuan yang telah disepakati. Setiap anggota

kelompok atau tim diberi tugas khusus yang harus

Page 58: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 54

diselesaikan. Siswa dijanjikan akan diberi hadiah seperti

nilai (point) tambahan bila mau dan mampu membantu

anggota lain dalam menyelesaikan pekerjaan tim. Penilaian

didasarkan atas hasil pekerjaan tim, bukan pekerjaan

individual meskipun ada pula nilai khusus untuk individu.

Pendekatan cooperative learning mendorong siswa agar

terlibat dalam belajar mandiri. Bekerja dalam kelompok

memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dalam

kemampuan akademik dan sekaligus sosial (academic and

social skills). Dengan belajar dalam kelompok diharapkan

siswa akan memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi,

mau mendengar pendapat orang lain, mampu

menyelesaikan konflik, dan mampu menjelaskan masalah

serta solusinya. Keterampilan sosial (social skills)

dimaksudkan pula untuk melatih siswa mau mendengarkan

gagasan anggota lain dalam kelompok, berkompromi,

bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama, dan

mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap sikap dan

perbuatan yang pernah dilakukannya.

5. Pendekatan Debat

Debat merupakan cara pengungkapan atau pembahasan

atau pertukaran pendapat mengenai sesuatu hal dengan

saling memberi argumen untuk mempertahankan argumen

masing-maisng yang telah berlangsung selama berabad-

abad. Sebagai pendekatan pembelajaran, debat merupakan

cara klasik bagi guru untuk mendorong siswa agar

memiliki kemampuan berargumen sesuai dengan posisinya.

Peserta debat dalam proses pembelajaran di kelas dapat

memilih posisi dan topik debat. Tujuan peserta debat

adalah untuk meyakinkan lawannnya bahwa posisi dirinya

yang benar atau yang paling meyakinkan. Oleh karena itu,

seorang pendebat berupaya mengembangkan argumen-

argumen dan pernyataan sesuai posisinya dengan melawan

argumen-argumen dari lawan baik secara perseorangan

maupun tim/kelompok. Pendekatan pembelajaran debat

memberi kesempatan kepada siswa untuk meneliti dan

Page 59: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 55

mengartikulasikan argumen secara jelas dan logis agar

tercapai simpulan yang rasional. Debat yang baik

memerlukan kemampuan dan pengetahuan yang luas hasil

kajian reflektif, berpikir kritis, dan kemampuan

berkomunikasi yang baik. Para siswa yang tidak terlibat

langsung dalam proses debat masih dapat berpartisipasi

dalam proses belajar seperti mendengarkan informasi

(mungkin) baru/aktual, menilai argumen-argumen yang

dikemukakan peserta debat, menilai kualitas penyajiannya,

dan membuat keputusan atau simpulan alternatif.

6. Pendekatan pemungutan suara, wawancara, dan survey

Pemungutan suara, wawancara, dan survey merupakan

pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk

mengumpulkan data primer dan informasi dari tangan

pertama (firsthand) tentang pandangan atau pendapat

kelompok masyarakat. Kegiatan pembelajaran ini sangat

efektif untuk mengeksplorasi ranah perasaan (afektif)

tentang isu atau tentang peran seseorang dalam proses

politik. Sebagai strategi pembelajaran, pemungutan suara,

wawancara, dan survey merupakan cara yang bermanfaat

untuk mengumpulkan data faktual tentang bidang kajian

tertentu. Menerapkan pendekatan pemungutan suara,

wawancara, dna survey memberi kesempatan kepada siswa

untuk mempraktekkan sejumlah keterampilan berpikir

kritis. Mampu mengajukan pertanyaan merupakan suatu

keterampilan bagi siswa dalam berkomunikasi,

mengumpulkan informasi, dan menilai data. Selain itu,

pendekatan ini dapat melatih para siswa untuk

menumbuhkan kesadarannya terhadap lingkungan hidup.

Melalui kegiatan berinteraksi dengan teman, tetangga, dan

anggota masyarakat lain, siswa dapat belajar banyak

tentang bagaimana warga Negara berpikir dan untuk

mengetahui apakah mereka mengetahui pemerintah,

politik, hukum, ekonomi, dan sistem kehidupan

internasional.

7. Pendekatan pengadilan tiruan (Mock trials)

Page 60: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 56

Pendekatan pengadilan tiruan sebenarnya merupakan

simulasi proses peradilan yang diperankan oleh siswa.

Melalui langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

proses peradilan yang dimulai oleh proses penuntutan oleh

jaksa, proses pembelaan oleh pengacara dan pembuktian

dengan alat bukti serta mendatangkan dan mendengarkan

keterangan saksi sampai proses pengambilan putusan oleh

hakim. Isu atau kasus pelanggaran hukum yang dibahas

dapat dipilih dari peristiwa nyata atau rekaan. Pendekatan

pengadilan tiruan merupakan pendekatan yang bermanfaat

karena dapat membantu siswa mengembangkan

pertanyaan, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan

keterampilan berkomunikasi dengan benar. Dengan

pendekatan ini pun para siswa akan memperoleh

pengetahuan tentang hukum dan pengalaman langsung

tentang tentang proses peradilan, terutama peran dari

masing-masing perangkat pengadilan seperti peran jaksa,

pengacara, hakim, panitera bahkan terdakwa.

8. Pendekatan bermain peran dan simulasi

Bermain peran merupakan pendekatan yang memfasilitasi

siswa berperan dalam melakukan perbuatan atau perilaku

orang yang dipersepsikan orang lain itu berbicara dan

melakukan sesuai dengan peran dan situasinya. Esensi

bermain peran adalah orang yang memiliki keyakinan dan

bagaimana mereka menjawab. Misalnya, sekelompok siswa

mungkin memerankan tindakan yang dilakukan oleh

seorang Presiden atau Menteri atau para pahlawan. Oleh

karena itu, bermain peran merupakan cara yang sangat

bermanfaat untuk mengeksplorasi perilaku politik karena

mereka membantu siswa memahami pentingnya individu

dalam proses politik. Simulasi termasuk bermain peran

tetapi situasinya terstruktur sehingga lebih mendekati

kejadian yang sebenarnya. Para siswa dapat

mensimulasikan tentang kegiatan rapat di badan legislatif,

proses dengar pendapat, rapat komisi, atau interaksi di

lingkungan birokrasi.

Page 61: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 57

9. Pendekatan menulis surat kepada pejabat publik

Menulis surat kepada pejabat publik merupakan salah satu

cara dalam partisipasi politik. Surat untuk pimpinan

pemerintahan banyak menyerupai surat bisnis. Aturan

penulisan surat tentu perlu diterapkan. Surat yang ditulis

seyogianya berisi pesan yang dapat

dipertanggungjawabkan misalnya hasil penelitian,

dikembangkan secara logis, dan ditulis secara jelas. Dalam

sistem pemerintahan demokrasi perwakilan, para siswa

harus berpartisipasi dalam proses politik sebanyak

mungkin. Berkomunikasi dengan pejabat publik melalui

surat merupakan cara bagi siswa untuk mengungkapkan

pendapatnya tentang berbagai isu. Sebaliknya, aktifitas ini

membantu pejabat publik menjaga hubungan dengan

konstituennya dna melaksanakan kewajiban sebagai wakil

rakyat. Partisipasi dalam sistem pemerintahan demokrasi

hendaknya dapat membantu siswa untuk percaya diri. Oleh

karena itu, para siswa diberi latihan praktek

mengembangkan keterampilan ang terkait dengan cara

menganalisis berbagai isu, membangun opini, dan

mengkomunikasikan gagasan dalam bentuk tulisan.

Demikianlah sejumlah pendekatan pembelajaran PKn yang

dapat dipilih oleh guru berdasarkan pertimbangan

karakteristik siswa, lingkungan sekolah, sarana, prasarana,

dan kemampuan guru. Sedangkan jenis pembelajaran PKn

SD dapat digolongkan menjadi:

1. Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam

jenis ini meliputi: gambaran ikhtisar terstruktur (structured

overview), ceramah (lecture), demonstrasi,

membandingkan dan mengontraskan/mempertentangkan

(compare and contrast). Secara umum, pembelajaran

langsung ini menggunakan pendekatan ekspositori, bersifat

satu arah, dan peran guru sangat dominan. Metode

pembelajaran langsung ini sangat efektif apabila digunakan

oleh seorang guru yang memiliki bakat sebagai orator.

Page 62: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 58

Sebenarnya selain dikelompokkan kedalam pembelaajran

langsung, metode ini dapat pula dimasukkan ke dalam

metode pembelqajaran tidak langsung karena ada tuntutan

yang mengajak siswa untuk bersama-sama

mengelompokkan istilah, kosa kata, dan ciri-ciri dari kata

kunci suatu konsep. Tujuannya adalah membantu siswa

membedakan antara berbagai jenis gagasan atau kelompok

gagasan konseptual. Dalam pembelajaran PKn, tentu saja

banyak jenis konsep yang abstrak sehingga memerlukan

penjelasan dan untuk memahami konsep tersebut perlu ada

pembandingan dan pengontrasan agar mudah dipahami

oleh siswa.

2. Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction)

Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam

jenis pembelajarn interaktif meliputi: debat, bermain peran

(role playing), curah pendapat (brainstorming), diskusi,

kelompok belajar kooperatif (cooperative learning groups),

jigsaw, pemecahan masalah, kelompok tutorial,

wawancara, dan konferensi. Secara umum, pembelajaran

interaktif ini menggunakan pendekatan siswa aktif, bersifat

dua arah, dan peran siswa lebih dominan. Metode

pembelajaran interaktif sangat tepat digunakan untuk

mengaktifkan siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian

beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan

dalam pembelajaran PKn di SD.

a. Debat

Debat adalah beradu argumen secara terstruktur antara

dua pihak (individu atau tim atau kelompok) yang

berlawanan dengan cara mempertahankan dan/atau

menyerang dalil atau pendapat yang dikemukakan.

Langkah dan aturan main debat bermacam-macam

tergantung pada tempat dan peserta. Proses debat

dipimpin dan pemenangnya ditentukan oleh wasit atau

hakim. Debat merupakan aspek yang fundamental dari

masyarakat demokratis. Oleh karena itu, metode ini

snagat cocok dikembangkan dalam mata pelajaran PKn.

Page 63: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 59

Tujuan dari strategi debat adalah melibatkan para siswa

dalam berbagai aktivitas yang terkait dengan mata

pelajaran. Debat mendorong peserta berpikir bukan

hanya mengenai fakta dari suatu situasi melainkan

implikasinya. Peserta didik pun didorong untuk berpikir

secara kritis dan strategis tentang posisinya dan posisi

lawan. Dengan cara berkompetisi maka debat mendorong

peserta untuk melibatkan diri dan berkomitmen terhadap

posisi. Debat mendorong siswa untuk berupaya meneliti,

mengembangkan kemampuan mendengarkan/menyimak,

dan kemampuan berorasi, menciptakan kondisi siswa

untuk berpikir secara kritis, dan memungkinkan guru

dapat menilai kualitas belajar siswa. Debat juga dapat

memberi peluang kepada teman-teman siswa untuk

menilai keterlibatan. Oleh karena itu, metode debat

sangat efektifbagi pembelajaran PKn terutama dalam

mempersiapkan peserta didik hidup dalam masyarakat

demokratis.

b. Bermain peran (role playing)

Bermain peran atau role playing adalah metode

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa

untuk memerankan karakter dalam situasi tertentu.

Artinya, bahwa siswa harus memainkan satu peran

tertentu sehingga yang bermain tersebut harus mampu

berbuat (berbicara atau bertindak) sesuai dengan

perannya. Misalnya, jika peran yang dimainkan adalah

polisi, maka ia harus mampu berperan sebagai polisi.

Bermain peran terjadi dalam situasi buatan (tiruan) atau

simulasi. Bermain peran memberi kesempatan kepada

siswa untuk bertindak dengan memerankan karakter

dalam situasi hipotetis. Kesempatan ini bertujuan:

o Membina sikap, yakni membantu siswa untuk

merasakan, menyadari, dan peka terhadap masalah

sosial.

o Memahami nilai yang ada di lingkungan masyarakat

yang beragam.

Page 64: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 60

o Memberi pembelajaran yang menyenangkan karena

banyak peran yang bervariasi sehingga menyegarkan

situasi.

o Memberi kesempatan untuk menghayati peran

tertentu dalam bentuk simulasi sebelum terlibat

dalam situasi sebenarnya.

c. Curah pendapat (brainstorming)

Metode curah pendapat atau brainstorming merupakan

metode pembelajaran yang melibatkan kelompok besar

atau kecil yang mendorong para siswa untuk

memecahkan masalah tertentu. Aktivitas dalam curah

pendapat terdiri atas dua tahap, yakni pertama adalah

tahap identifikasi gagasan; dan kedua adalah tahap

menilai gagasan. Penerapan metode ini dimuali dengan

mengajukan pertanyaan atau masalah atau dengan

memperkenalkan tema. Kemudian, siswa memberikan

respon atau jawaban atau gagasan/pendapat yang relevan.

Selanjutnya, guru harus menerima jawaban siswa tanpa

kritik atau tanggapan terhadap jawaban siswa. Mungkin

pada awalnya, banyak siswa yang engggan berbicara

dalam kelompok, tetapi dengan kegiatan curah pendapat

diharapkan semua siswa mau berpartisipasi dalam

menyampaikan pendapat. Dengan mengungkapkan

gagasan dan mendengarkan apa yang dikemukakan oleh

siswa lain, maka para siswa akan menyesuaikan

pengetahuan dan pemahaman sebelumnya dengan

menerima informasi baru.

Dalam kegiatan curah pendapat, guru perlu mendorong

siswa agar mendengarkan siswa lainnya yang sedang

berbicara. Siswa seyogianya diingatkan agar

mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang

dikemukakan, mengingatkan pula kepada pembicara

ketika suaranya tidak terdengar jelas. Dalam menerapkan

metode curah pendapat, ada dua prinsip yang perlu

diperhatikan: diutamakan bahwa agar diperoleh gagasan

sebanyak mungkin pada tahap curah pendapat; menunda

Page 65: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 61

pemberian kritik, atau tidak langsung menilai gagasan

yang dikemukakan.

Adapun tujuan penggunaan metode curah pendapat

dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

memfokuskan perhatian siswa pada suatu tema/topik;

membangkitkan semangat siswa untuk berpendapat;

melatih siswa mengekspresikan gagasan-gagasan baru

menurut daya imajinasinya melatih daya kreativitas

siswa; melatih siswa mau menerima dan menghargai

perbedaan individu; mendorong siswa berani mengambil

resiko dalam berbagi pendapat dan bila pendapatnya

salah; menunjukkan kepada siswa bahwa pengetahuan

dan kecakapan berbahasa, dan memiliki kegunaan dan

dapat diterima

3. Pembelajaran tidak langsung

Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam

jenis pembelajaran tidak langsung meliputi: pemecahan

masalah, studi kasus, inkuri, diskusi reflektif, pembentukan

konsep, dan pemetaan konsep. Secara umum, pembelajaran

tidak langsung ini menggunakan pendekatan siswa aktif,

bersifat dua arah, dan peran siswa lebih dominan. Metode

pembelajaran tidak langsung sangat tepat digunakan untuk

mengaktifkan siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian

beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan

dalam pembelajaran PKn di SD.

a. Pemecahan masalah

Ada dua jenis metode pemecahan masalah, ialah

pemecahan masalah yang bersifat reflektif dan

pemecahan masalah kreatif. Bagaimanapun jenis

pemecahan masalah yang digunakan oleh kelas,

pemecahan masalah memfokuskan pada upaya

mengetahui persoalan dengan mempertimbangkan semua

faktor kemungkinan untuk menemukan solusi. Karena

semua gagasan awalnya diterima, pemecahan masalah

memungkinkan dapat menemukan solusi terbaik bukan

solusi yang paling mudah atau usulan solusi pertama.

Page 66: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 62

Metode pemecahan masalah digunakan untuk membantu

siswa berpikir tentang masalah tanpa menerapkan

gagasan yang dimiliki sebelumnya. Merumuskan

masalah yang dihadapi berbeda dengan akibat dari

masalah untuk mencegah pendapat yang gegabah.

Sebagai metode pembelajaran, pemecahan masalah

merupakan bentuk seni berpikir yang paling murni. Di

kelas, pemecahan masalah untuk membantu siswa

memahami masalah etika yang dilematis, membantu

merencanakan strategi masa depan.

b. Metode Inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri memberi kesempatan

kepada siswa memperoleh pengalaman mengumpulkan

informasi. Hal ini tentu memerlukan kemampuan

berinteraksi yang intensif diantara peserta didik dengan

guru, bidang studi, sumber belajar, dan lingkungan

belajar. Secara aktif, siswa terlibat dalam proses belajar,

seperti: bertindak secara antusias dan penuh perhatian;

mengembangkan pertanyaan; menganalisis masalah

kontroversial dan dilematis; memeriksa dugaan awal dan

informasi yang sudah diketahui sebelumnya;

mengembangkan, mengungkapkan, dan menguji

hipotesis; dan, menyimpulkan dan menghasilkan solusi.

Bertanya adalah inti dari belajar inkuiri. Siswa harus

mengajukan pertanyaan yang relevan dan

mengembangkan bagaimana cara menjawab dan

menjelaskannya. Inkuiri menempatkan proses berpikir

dalam interaksi antar sesama siswa dalam menganalisis

persoalan, data, topik, konsep, bahan dan masalah.

Teknik berpikir yang dapat diterapkan antara lain

berpikir divergen, berpikir deduktif, dan berpikir

induktif. Dalam melatih berpikir divergen, guru

memfasilitasi dan mendorong siswa agar menyadari

bahwa suatu pertanyaan atau masalah dapat memiliki

lebih dari satu jawaban dan/atau solusi yang benar dan

baik.

Page 67: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 63

c. Peta konsep

Peta konsep adalah bentuk khusus dari diagram jaring

untuk mengeksplorasi pengetahuan dan mengumpulkan

dan berbagi informasi. Peta konsep adalah strategi untuk

mengembangkan konsep yang terdiri atas sejumlah sel

yang didalamnya ada konsep, pertanyaan yang terkait

dengan sel konsep atau pertanyaan lain.

Page 68: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 64

4. Pembelajaran melalui pengalaman (experiential learning)

Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam

jenis pembelajaran melalui pengalaman meliputi:

karyawisata, percobaan, simulasi, permainan, pengamatan

lapangan, bermain peran, survey, dan sebagainya. Secara

umum, pembelajaran melalui pengalaman ini menggunakan

pendekatan siswa aktif, bersifat interaksi multi arah, dan

peran siswa lebih dominan. Metode pembelajaran melalui

pengalaman sangat tepat digunakan untuk mengaktifkan

siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian salah satu

metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran PKn di SD, yakni simulasi. Simulasi adalah

bentuk belajar melalui pengalaman atau belajar dengan

mengalami. Sebagai metode pembelajaran, simulasi

memerlukan skenario apa yang akan diperankan oleh

siswa. Simulasi berarti pula pekerjaan tiruan atau meniru

perilaku pekerjaan, profesi, atau kegiatan tertentu. Mereka

dapat menjadi representasi dari sebuah realitas pada saat

siswa berinteraksi dengan siswa lain. Guru harus memantau

apa yang diperankan oleh siswa apakah mereka berperan

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya,

simulasi mengajar, simulasi melakukan pertolongan

terhadap orang yang kena bencana alam, simulasi

mengatasi kebakaran. Simulasi dapat pula sebagai model

pembelajaran, yakni peniruan yang menuntut kemampuan

tertentu. Simulasi bertujuan meningkatkan penguasaan

konsep melalui praktik pengalaman sehingga dapat

membantu siswa memahami nuansa sebuah konsep atau

lingkungan sekitar. Para siswa akan lebih menghayati arti

kehidupan bila sering terlibat dalam simulasi. Oleh karena

itu, para guru dianjurkan untuk menerapkan metode ini

dalam kegiatan pembelajaran PKn. Dalam melaksanakan

simulasi diharapkan guru dapat menanamkan disiplin dan

sikap hati-hati. Karena bila tidak disiplin maka

keterampilan akan sulit dikuasai bahkan tujuan akan sulit

dicapai. Demikian pula kebiasaan kerjasama dapat

Page 69: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 65

ditanamkan melalui simulasi terutama dalam simulasi

pekerjaan yang perlu dilakukan secara bersama. Simulasi

sebagai metode pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

o Sasaran, ialah siswa yang jumlahnya dapat bervariasi

sesuai dengan kebutuhan apa yang akan disimulasikan.

Bila kelas besar maka agar semua siswa dapat terlibat,

kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan

jumlah per kelompok antara 5-10 orang siswa.

o Tema yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang akan

disimulasikan. Apa target keterampilan simulasi,

apakah keterampilan intelektual, afektif, perilaku sosial

sesuai dengan praktik kehidupan nyata sehari-hari.

Sejumlah alat yang akan digunakan dalam simulasi

perlu dipersiapkan baik oleh guru maupun oleh siswa,

seperti sarana dan prasarana ruangan untuk simulasi

persidangan di pengadilan, ruangan dan peralatan

mengajar untuk simulasi proses pembelajaran, dan

sebagainya.

o Prosedur simulasi dapat diurutkan sebagai berikut: guru

menciptakan situasi atau membuat pemodelan jika

diperlukan; mengadakan tanya jawab; guru membagi

peran untuk tiap siswa; guru menyampaikan aturan

main; siswa baik secara individual maupun kelompok

bersiap-siap, dan siswa melakukan simulasi dan guru

mengamati aktivitas siswa

Untuk kelancaran pelaksanaan simulasi dan pencapaian

tujuan pembelajaran, ada delapan keterampilan dasar

mengajar yang perlu dikuasai oleh guru. Namun, dari delapan

keterampilan tersebut ada empat keterampilan dasar mengajar

yang utama, yakni keterampilan bertanya, menjelaskan,

memberi penguatan, dan mengajar kelompok kecil sebagai

berikut:

a. Keterampilan bertanya

Keterampilan bertanya ini digunakan oleh guru terutama

untuk memantapkan penguasaan konsep atau pemahaman

Page 70: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 66

siswa terhadap apa yang telah disimulasikan. Ada sejumlah

teknik bertanya, seperti mengajukan pertanyaan kepada

seluruh kelas terlebih dahulu, tidak menyebut nama

sebelum pertanyaan diajukan.

b. Keterampilan menjelaskan

Keterampilan menjelaskan ini penting dikuasai oleh guru

ketika memperkenalkan apa simulasi, tema apa yang

dipilih, aturan main. Penjelasan yang baik adalah

penjelasan yang mudah dipahami oleh siswa, misalnya

penjelasan yang disertai oleh uraian ilustrasi, contoh,

pemodelan, bahkan memberi tekanan terhadap hal-hal yang

penting dikuasai. Kemampuan menjelaskan menjadi sangat

penting karena bila salah menjelaskan maka tujuan

simulasi tidak akan tercapai.

c. Keterampilan memberi penguatan

Keterampilan memberi penguatan adalah memberi

pernyataan yang dapat mendorong atau memotivasi untuk

berulangnya sesuatu yang pernah dilakukan oleh siswa.

Memberi penguatan yang langsung dapat dirasakan oleh

siswa dalam konteks simulasi adalah memotivasi dan

membangkitkan minat siswa agar mau, antusias, dan

bersemangat untuk bersimulasi.

d. Keterampilan mengajar kelompok kecil

Ada simulasi yang dilakukan dalam kelompok kecil,

terutama apabila kelas yang dihadapi guru adalah kelas

besar. Kelas tersebut perlu dibagi menjadi beberapa

kelompok kecil. Dalam kelompok kecil inilah, seorang

guru perlu memahami dan mengelola kegiatan kelompok

kecil. Semua siswa yang ada di kelompok kecil harus dapat

terlayani dan mendapat bantuan dan perhatian yang adil.

B. Metode Pembelajaran Afektif Dalam PKn

Pembelajaran PKn di SD adalah pengembangan

kualitas warga negara secara utuh, dalam aspek-aspek: (1)

kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic literacy), (2)

komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic

Page 71: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 67

engagement), (3) pemecahan masalah kewarganegaraan

(civic skill and participation), (4) penalaran kewarganegaraan

(civic knowledge), dan (5) partisipasi kewarganegaraan

secara bertanggung jawab (civic participation and civic

responsibility). Apabila dikaji, maka misi PKn di atas pada

hakikatnya mengarah pada pembentukan warga negara yang

cerdas dan baik, yakni warga negara yang memiliki

pengetahuan, keterampilan, sikap/nilai dan bertanggung

jawab dalam kehidupan masyarakat yang demokratis.

Pembelajaran PKn yang layak adalah pembelajaran yang

sesuai dengan tuntutan tujuan pendidikan nasional, tujuan

kurikulum pada satuan pendidikan, konteks kehidupan

masyarakat, serta kebutuhan dan karakteristik siswa.

Kemampuan yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan

yang utuh, yang mampu mengembangkan semua potensi

yang baik yang ada dalam diri siswa. Potensi kemampuan

yang ada dalam diri siswa mencakup aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Kemampuan kognitif adalah potensi yang

terkait dengan kemahiran dan keterampilan mengingat,

memahami, berpikir kritis, analitis, sintesis, dan evaluatif.

Kemampuan afektif adalah potensi yang terkait dengan

masalah keyakinan, nilai, sikap, perasaan/emosional, dan

unsur afektif lainnya. Kemampuan psikomotorik adalah

potensi yang terkait dengan perilaku sosial, patriotis,

perjuangan, menegakkan kebenaran dan keadilan, dan

sebagai perilaku lain yang mencerminkan rasa kebangsaan

dan cinta tanah air.

Untuk mencapai tujuan PKn ini, peran guru sangat

besar baik sebagai perencana (planner), fasilitator, rewarder,

pengelola (manager), pengarah (director of learning), penilai

(evaluator), maupun pemberi keputusan (decision maker).

Peran guru seperti inilah yang akan banyak mendukung

keterlaksanaan dan tercapainya tujuan pembelajaran PKn

afektif. Semua peran guru tersebut hendaknya dapat

dimanfaatkan dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang

Page 72: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 68

kondusif untuk pembelajaran PKn afektif. Situasi yang perlu

diciptakan oleh guru bersama siswa adalah sebagai berikut.

o Proses pembelajaran seyogianya menggunakan pendekatan

yang humanistik, yakni suasana penuh kekeluargaan,

persabahatan, terbuka, hangat, adil, tidak ada tindakan yang

menekan siswa, dan tidak paksaan.

o Proses pembelajaran hendaknya berorientasi pada siswa

(students‟ centered) dengan mempertimbangkan

kerakteristik dan perkembangan kemampuan berpikir

siswa.

o Proses pembelajaran mengembangkan kemampuan belajar

(learning skills), keterampilan bagaimana belajar (learning

how to learn).

o Proses pembelajaran menggunakan metode yang

divariasikan dengan metode lain atau multimetoda,

misalnya menggunakan belajar kelompok dan/atau

permainan (games) yang menarik atau sesuai dengan dunia

siswa.

o Proses pembelajaran dengan pengalaman langsung atau

melakoni atau mencoba sendiri sehingga mereka akan lebih

menghayati dan merasakan sendiri yang akhirnya hasil

belajar itu akan menyatu dan mempribadi (personalized)

dalam dirinya.

Untuk melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan PKn khususnya yang menekankan pada aspek nilai,

metode yang cukup ampuh adalah model pembelajaran VCT

(Value Clarification Technique/Teknik Pengungkapan Nilai).

Ada sejumlah model VCT yang dianjurkan oleh Djahiri

(1985), meliputi (1) metode percontohan; (2) Analisis nilai;

(3) VCT Daftar/Matriks yang meliputi (a) daftar baikburuk,

(b) Daftar tingkat urutan, (c) daftar skala prioritas, (d) daftar

gejala kontinum, (e) daftar penilaian diri, (f) daftar membaca

perkiraan orang lain tentang diri kita, (g) perisai kepribadian

diri; (4) VCT dengan kartu keyakinan; (5) VCT melalui

teknik wawancara; (6) teknik yurisprudensi; dan (7) teknik

inkuiri nilai. Selain itu, dalam PKn dikenal pula model

Page 73: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 69

Permainan, antara lain metode bermain peran (role playing).

Metode atau model pembelajaran tersebut di atas dianggap

sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran PKn khususnya

untuk pengembangan domain afektif karena mata pelajaran

PKn mengemban misi untuk membina nilai, moral, sikap dan

perilaku siswa, di samping membina kecerdasan

(pengetahuan) siswa.

Menurut Djahiri (1992) pembelajaran VCT dianggap

unggul untuk pembelajaran afektif karena: Pertama, mampu

membina dan mempribadikan (personalisasi) nilaimoral;

Kedua, mampu mengklarifikasi dan mengungkapkan isi

pesan nilai-moral yang disampaikan. Ketiga, mampu

mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai-moral diri siswa

dan nilai moral dalam kehidupan nyata. Keempat, mampu

mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan

potensi diri siswa terutama potensi afektualnya; Kelima,

mampu memberikan pengalaman belajar berbagai kehidupan.

Keenam, mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi

dan melakukan subversi terhadap nilai-moral yang ada dalam

sistem nilai dan moral yang ada dalam diri seseorang;

Ketujuh, menuntun dan memotivasi hidup secara layak dan

bermoral tinggi. Perlu diketahui dan diingat bahwa materi

pembelajaran PKn umumnya mengandung konsep-konsep

yang abstrak. Terlebih konsep nilai, umumnya bersifat

abstrak, seperti nilai toleransi, kerukunan, keyakinan,

kemerdekaan, dna sebagainya.

Model VCT yang ditawarkan untuk pembelajaran nilai yuang

bersifat abstrak tersebut antara lain berupa percontohan,

cerita, dan kasus. Singkatnya, guru harus mampu

mengkonkritkan hal-hal yang abstrak atau

mengoperasionalkan hal-hal yang bersifat teoritis/konseptual,

dan menyederhanakan hal-hal yang bersifat kompleks. Oleh

karena itu, kajian materi yang abstrak tersebut perlu

divisualisasikan melalui contoh-contoh dalam bentuk

gambar, foto atau cerita. Penyajian contoh sebagai media

stimulus hendaknya diambil dari peristiwa nyata yang betul-

Page 74: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 70

betul terjadi. Dalam hal ini perlu ada pemilihan cerita yang

mengandung kriteria seperti aktual, dapat merangsang

imajinasi siswa, menarik perhatian, dilematis, kontroversial,

dan ekstrim. Dalam pelaksanaannya, model pemainan

(games) tidak berdiri sendiri, tetapi divariasikan dengan

metode lain, seperti ceramah, ekspositori, dan tanya jawab

nilai.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan model

Analisis Nilai sebagai berikut:

a. Persiapan

o Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai

dengan kompetensi dasar atau konsep yang akan

dibelajarkan.

o Menetapkan bagian mana dari materi/substansi yang

ada dalam kompetensi dasar yang akan disajikan

melalui analisis nilai.

o Menyusun skenario kegiatan sehingga jelas langkah-

langkah yang akan ditempuh.

o Menyiapkan media stimulus untuk ber-VCT, seperti

cerita, guntingan berita Koran, gambar, film dan

sebagainya.

o Menyiapkan lembar kerja siswa yang berisi panduan

terperinci bagi siswa dalam ber-VCT.

b. Pelaksanaan

Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

o Pertama: Setelah membuka pelajaran Anda

menjelaskan kepada siswa bahwa mereka akan ber-

VCT.

o Kedua: Pelontaran/pembagian media stimulus oleh guru

atau siswa berupa cerita atau gambar/photo.

o Ketiga: Guru memperhatikan aksi dan reaksi spontan

siswa terhadap cerita tersebut.

o Keempat: Melaksanakan dialog terpimpin melalui

pertanyaan guru, baik secara individual, kelompok

maupun klasikal. Pertanyaan yang diajukan hendaknya

Page 75: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 71

berisi analisis siswa terhadap nilai-moral yang terdapat

dalam cerita itu.

o Kelima, fase menentukan argumen dan klarifikasi

pendirian (melalui pertanyaan dan dialog guru dan

bersifat individual, kelompok, dan klasikal).

o Keenam, fase pembahasan/pembuktian argumen. Pada

fase ini sudah mulai

ditanamkan target nilai dan konsep sesuai materi

pelajaran.

o Ketujuh, fase penyimpulan.

Melalui model pembelajaran VCT analisis nilai

tersebut, sebagai guru yang mengajar PKn akan mudah

mengungkapkan sikap, nilai, dan moral siswa terhadap

suatu kasus yang disajikan. Tentu saja harus menguasai

berbagai keterampilan dasar mengajar, antara lain

keterampilan bertanya, reinforcement, variasi stimulus

dan menjelaskan.***

Page 76: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 72

BAB V

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Media Pembelajaran PKn

Proses pembelajaran merupakan suatu sistem karena di

dalamnya terdapat berbagai komponen yang saling berkaitan,

mempengaruhi, dan bahkan saling ketergantungan untuk

mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Komponen-komponen dimaksud adalah tujuan, materi,

metode, media, dan evaluasi. Pembelajaran merupakan

proses komunikasi antara guru sebagai fasilitator dengan

siswa sebagai pembelajar. Dalam komunikasi ada proses

penyampaian pesan (message) dari komunikator kepada

komunikan. Dalam penyampaian pesan dari komunikator

kepada komunikan diperlukan saluran (media), agar message

tersebut tersalurkan secara efektif dan efisien.

Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk

jamak dari kata “medium”, yang berarti perantara atau

pengantar, atau dengan kata lain, media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepada penerima. Media yang

dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemauan peserta didik sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

Media sebagai alat bantu visual dapat: 1) mendorong

motivasi belajar; 2) memperjelas dan mempermudah konsep

yang abstrak; 3) mempertinggi daya serap atau retensi

belajar.

Menurut istilah, media adalah segala bentuk atau

saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran

informasi. Schram (1977) menyatakan bahwa media adalah

teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran; NEA (1969) menyatakan bahwa

media adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun

audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya; Aect

Page 77: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 73

(1977) menyatakan bahwa media adalah segala bentuk dan

saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan,

dan Miarso (1989) menyatakan bahwa media adalah segala

sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan

yg dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

kemauan siswa untuk belajar.

Media pembelajaran yang disusun dengan baik,

memiliki manfaat atau nilai praktis yaitu: memvisualkan

yang abstrak (animasi peredaran darah); membawa objek

yang sukar didapat (binatang buas/berbahaya); membawa

objek yang terlalu besar (gunung, pasar); menampilkan objek

yang tidak dapat diamati mata (mikro organisme); mengamati

gerakan yang terlalu cepat (jalannya peluru); memungkinkan

berinteraksi dengan lingkungannya; memungkinkan

Keseragaman pengalaman; mengurangi resiko apabila objek

berbahaya; menyajikan informasi yang konsisten dan diulang

sesuai dengan kebutuhan; membangkitkan motivasi belajar;

dapat disajikan dengan menarik dan variatif; mengontrol arah

maupun kecepatan peserta didik; menyajikan informasi

belajar secara serempak dan dapat diulang maupun disimpan

menurut kebutuhan, dan mengatasi keterbatasan ruang dan

waktu, dan lainnya.

B. Kedudukan Media Dalam Proses Pembelajaran

Prinsip pembelajaran yang baik adalah jika proses

belajar mampu mengembangkan konsep, generalisasi, dan

bahan abstrak dapat menjadi hal yang jelas dan nyata.

Sumber belajar yang digunakan pengajar dan anak adalah

buku buku dan sumber informasi, tetapi akan menjadi lebih

jelas dan efektif jika pengajar menyertai dengan berbagai

media pengajaran yang dapat membantu menjelaskan bahan

lebih realistik (Hartono, 1996). Dengan demikian, salah satu

tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan

menentukan media pembelajaran. Dalam pembelajaran PKn,

mencari dan menentukan media dan sumber belajar sangat

penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis.

Page 78: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 74

Penyakit yang paling berkecamuk di sekolah ialah

verbalisme, yang terdapat dalam tiap situasi belajar

(Nasution, 1986:96). Menurutnya, penyakit tersebut biasanya

tidak terdapat dalam hal-hal yang dipelajari anak-anak

sebelum mereka bersekolah karena perbendaharaan

bahasanya diperolehnya dengan pengalaman langsung,

dengan melihat, mendengar, mencecap, meraba serta

menggunakan alat dria lainnya. Hasil pelajaran tersebut dapat

dianggap permanen dan tidak mudah dilupakannya, karena

kata-kata yang mereka peroleh benar-benar mereka kenal

yang diperolehnya melalui pengalaman yang konkrit.

Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat

mempermudah proses penerimaan materi pelajaran yang

disampaikan pendidik dan sudah barang tentu akan

mempermudah pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran.

Hal ini dikarenakan peserta didik akan lebih termotivasi

dalam mempelajari materi bahasan. Media pembelajaran

yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat

mendorong terjadinya proses kegiatan pada diri siswa. Di

samping itu media dapat membawakan pesan atau informasi

belajar dengan keandalan yang tinggi yaitu dapat diulang

tanpa mengalami perubahan isi.

C. Kriteria Pemilihan Media

Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru

adalah ketepatan memilih media pembelajaran. Mengapa

demikian? Karena memilih media yang tepat diyakini akan

meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya akan

meningkatkan hasil belajarnya. Sebaliknya, ketidaktepatan

memilih media akan melahirkan kebosanan siswa dalam

mengikuti pelajaran. Media yang paling baik adalah media

yang paling sesuai dengan tujuan pembelajaran/karakter

bahan ajar, metode yang akan digunakan, dan

keadaan/kebutuhan siswa, serta kemampuan guru/sekolah.

Page 79: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 75

Memilih media pembelajaran sebaiknya pahami dahulu

bebarapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan

pemilihan media seperti dikemukakan Jarolimek (Kosasih

Djahiri, 1979:76) yaitu: tujuan instruksional yang ingin

dicapai; tingkat usia dan kematangan siswa; kemampuan

baca siswa; tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran

tersebut; keadaan/latar belakang pengertahuan atau

pengalaman siswa. Kriteria tersebut hampir sejalan dengan

pandangan ahli lain bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran

adalah: tidak ada satu-satunya media yang paling baik untuk

semua siswa dan semua tujuan pembelajaran; penggunaan

harus relevan dan konsisten dengan tujuan pem-belajaran;

media yang digunakan hendaknya cukup dikenal siswa;

media hendaknya sesuai dengan sifat pelajaran; media harus

sesuai dengan kemampuan dan pola belajar audience; media

hendaknya dipilih secara obyektif, bukan didasarkan oleh

karena kesukaan subyektif; lingkungan sekitar perlu

diperhatikan dalam menggunakan media, karena penggunaan

media tertentu dapat mempengaruhi pihak-pihak lain,

misalnya mengganggu penerimaan siaran TV.

Selanjutnya Winataputra (1989:163) menegaskan

bahwa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan media

yang akan dipakai dalam PKn adalah bahwa media itu harus

dapat memberikan rangsangan kognitif atau cognitive

simulation. Dengan terciptanya kondisi psikologis tersebut

maka para siswa akan ditantang untuk dapat meningkatkan

taraf moralitasnya. Pemberian rangsangan moral kognitif

tersebut dapat melalui kliping surat kabar atau media yang

bersifat auditif seperti radio dan kaset yang berkaitan dengan

masalah aktual.

Untuk pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,

media yang diperlukan dan relevan dengan tujuan dan materi

pembelajaran tidak banyak tersedia di toko-toko, sehingga

guru dituntut untuk mampu mengembangkannya sendiri.

Persoalan kita sekarang, bagaimanakah teknik pembuatan

Page 80: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 76

media yang kita inginkan? Dalam hal ini, guru dituntut untuk

mahir dan kreatif membuat media sesuai dengan jenis media

yang telah dipilih atau ditentukan sebelumnya. Sebelum

membuat media terlebih dahulu harus menganalisis materi

apa yang akan disampaikan kepada peserta didik; kemudian

menetapkan media apa yang akan dikembangkan; setelah itu

kemudian menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk

mengembangkan media itu; baru setelah itu membuat media

yang kita kehendaki.

Oleh karena itu, sangatlah diperlukan kecermatan guru

dalam memilih media pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang memiliki ciri khas mengemban misi

sebagai pendidikan politik dan pendidikan nilai-moral.

Dilihat dari sumber pengadaannya, media yang lebih banyak

digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

merupakan media yang dibuat atau direkayasa sendiri oleh

guru seperti transparansi, flif chart, flannel/magnetic board,

kliping, gambar, dan media stimulus seperti cerita kasus dan

media VCT daftar. Hal lain yang perlu adalah materi

Pendidikan Kewarganegaraan sangat berkaitan dengan

peristiwa-peristiwa aktual dinamika politik dan

ketatanegaraan yang sedang berubah. Peristiwa-peristiwa

tersebut seyogianya dikaitkan dengan proses pembelajaran

sesuai dengan materi pokok yang sedang dibahas. Dalam

kaitan ini, media televisi, film, tape recorder, video recorder,

dan manusia sebagai model (tokoh) sangatlah membantu

keberhasilan proses pembelajaran.

D. Klasifikasi Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran pada dasarnya untuk

membantu mempermudah pemahaman siswa terhadap suatu

ide atau teori. Artinya, jenis-jenis media tersebut dapat

digunakan dalam pembelajaran materi Pendidikan

Kewarganegaraan dengan memperhatikan prinsip relevansi

dan konsistensi antara tujuan pembelajaran, materi pelajaran,

kondisi siswa dan lingkungannya serta karakteristik media

Page 81: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 77

yang akan digunakan. Para ahli (Edgar Dale, Burton, dan

Romiszowski) mengemukakan berbagai jenis media

pembelajaran dengan kriteria yang berbeda-beda. Edgar Dale

(1969) mengemukakan jenis media yang terkenal dengan

isitilah kerucut pengalaman (the cone of experience) yaitu: 1)

pengalaman langsung; 2) pengalaman yang diatur; 3)

dramatisasi; 4) demonstrasi; 5) karyawisata; 6) pameran; 7)

gambar hidup; 8) rekaman, radio, gambar mati; 9)lambang

visual; dan 10) lambang verbal.

Hampir sejalan dengan Egdar Dale, Burton (dalam

Nasution, 1989) membagi media berdasarkan pengalaman

langsung dan pengalaman tak langsung. Pengalaman

langsung yaitu turut melakukan dan mengalaminya.

Sedangkan pengalaman tak langsung dilihat berdasarkan

pengamatan langsung (seperti melihat peristiwa yang terjadi

dan melihat peristiwa dipentaskan), berdasarkan gambar

(melihat film dan foto), berdasarkan lukisan (menggunakan

peta, diagram, grafik, dsb), berdasarkan bahasa (membaca

uraian dan mendengarkan uraian), dan berdasarkan lambang

seperti lambang istilah, rumus dan indeks, sedangkan

Romiszowski (Sapriya (1999) mengemukakan bahwa media

dapat diartikan dalam pengertian sempit dan pengertian luas.

Dalam pengertian sempit, media meliputi sejumlah alat

yang dapat digunakan secara efektif untuk proses pengajaran

yang telah direncanakan. Sedangkan dalam pengerttian luas,

diartikan bukan hanya media komunikasi elektronik yang

rumit melainkan juga mencakup sejumlah perangkat yang

lebih sederhana seperti slide, photo, diagram, dan chart

buatan guru, benda-benda dan kunjungan ke tempat di luar

sekolah. Bahkan guru pun dapat menjadi salah satu media

presentasi seperi halnya radio dan televise yang

menyampaikan informasi. Para ahli pendidikan dan

pengajaran berpendapat bahwa media sangat diperlukan pada

anak anak tingkat dasar sampai menengah dan akan banyak

berkurang jika mereka sudah sampai pada tingkat pendidikan

tinggi. Pada tingkat sekolah dasar dan menengah, pengajar

Page 82: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 78

akan banyak membantu anak didik dengan mengembangkan

semua indera yang ada, yakni dengan mendengar, melihat,

meraba, memanipulasi, atau mendemonstrasikan dengan

media yang dapat dipilih.

Media pembelajaran adalah sarana yang membantu para

pengajar. Ia bukan tujuan sehingga kaidah proses

pembelajaran di kelas tetap berlaku. Pengajar juga perlu

sadar bahwa tidak semua anak senang dengan peragaan

media. Anak anak yang peka dan auditif mungkin tidak

banyak memerlukannya tetapi anak yang bersifat

visual akan banyak meminta bantuan media untuk

memperjelas pemahaman bahan yang disajikan. Demikian

pula waktu penyajian media sangat menentukan berhasil

tidaknya penjelasan dengan bantuan media .

Perkembangan peralatan pendidikan sudah maju, maka

pengajar dewasa ini dapat dengan “mudah” memilihnya.

Peralatan media yang pada mulanya terbatas dan sangat

mahal dewasa ini dengan mudah dipelajari dan dipergunakan

seperti kamera fotografi, kamera video, menjalankan

proyektor slide, atau TV video. Akan tetapi tanpa

memperhatikan apakah media yang digunakan bersifat

“lama” atau “baru” maka yang terpenting adalah terletak

pada kemampuan pengajar dalam mempelajari, keretampilan

memilih, menggunakan, dan kemampuan mengembangkan

perangkat lunak (Hartono, 1996).

Media yang tersedia di sekolah tentu ada yang cukup

lengkap, tetapi tentu ada juga yang sangat minim dan

terbatas. Jika minim atau bahkan tidak tersedia, maka media

media sederhana dapat dibuat sendiri oleh pengajar dengan

bantuan beberapa siswa, misalnya kliping, media grafis, peta,

atau gambar. Jika dilihat dari

indera (sensory channels), media pembelajaran dapat

dikelompokkan atas media yang dapat didengar (audio),

dapat dilihat (visual), dapat didengar dan dilihat (audio

visual), dan dapat disentuh (touch). Jenis media yang bisa

dikembangkan dalam pembelajaran materi PKn diantaranya:

Page 83: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 79

a) Hal-hal yang bersifat visual, seperti bagan, matrik, gambar,

flip chart, flannel, data dan lain-lain; b) Suara (audio) baik

suara guru ataupun suara kaset; c) Suara yang disertai

visualisasi (audio-visual) seperti tayangan televisi, film,

video, dan sebagainya; d) Hal-hal yang bersifat materil,

seperti model-model, benda contoh dan lain-lain; e) Gerak,

sikap dan perilaku seperti simulasi, bermain peran, dan lain-

lain; f) Barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah,

jurnal, dan brosur; g) Peristiwa atau ceritera kasus yang

mengandung dilema moral.

1. Media Visual; Media visual sering disebut juga media

tampak yang menggunakan indera penglihatan agar dapat

memahaminya. Media visual dapat berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan visual anak,

mengembangkan imajinasi anak, meningkatkan

penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak yang tidak

mungkin dihadirkan dalam kelas, dan mengembangkan

kreativitas siswa. Media visual itu sendiri secara garis

besar dikelompokkan sebagai berikut:

• Media visual diam, yang digolongkan menjadi: media

gambar datar, misalnya foto, buku, ensiklopedia,

majalah, surat kabar, buku referensi dan hasil cetakan

lain, gambar ilustrasi, gambar, kliping

• Media proyeksi diam, misalnya film bingkai/slides, film

rangkai/film strip, transparansi, mikrofis, overhead

projector

• Media grafis atau carta, misalnya grafik, bagan,

diagram, sketsa, poster, gambar kartun, peta dan globe

• Media visual yang bergerak, misalnya film bisu

Gambar; Gambar yang digunakan dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan disesuaikan dengan tujuan

pembelajarannnya. Gambar yang berwarna akan lebih

menarik daripada yang tidak berwarna. Ukuran gambar

juga harus dipertimbangkan supaya sesuai dengan benda

aslinya dan memungkinkan untuk dilihat dari seluruh

kelas. Mutu gambar juga harus mendapat perhatian, jangan

Page 84: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 80

sampai gambar yang ditampilkan tidak mempunyai mutu

yang bagus sehingga mengaburkan maknanya. Judul dan

penjelasan gambar perlu juga dipertimbangkan dengan

matang Pemeliharaan gambar dilakukan dengan melapisi

gambar dengan laminating/plastik, dan diberi bingkai agar

tidak kusut. Gambar adalah media umum yang paling

banyak digunakan, oleh karena itu seharusnya setiap

pengajar atau sekolah memiliki koleksi gambar-gambar,

baik diambil dari guntingan koran atau majalah, fotografi,

slide, fotocopy, atau pun gambar sket. Gambar gambar

tersebut dapat disimpan dalam map, atau filing kabinet

yang mudah dicari. Gambar yang diperagakan disusun di

muka kelas atau pada dinding di sekeliling kelas. Gambar

harus cukup jelas dipandang oleh siswa yang duduk di

muka. Gambar yang kurang jelas akan mempersulit siswa

dalam mengamati. Gambar yang baik akan banyak

membantu siswa dalarn mengembangkan diskusi di kelas.

Gambar gambar yang kecil dari buku teks atau buku PKn

dapat direproduksi melalui film slide yang peragaannya

melalui proyektor slide, atau yang berada dalam buku

dapat diproyeksikan dengan pertolongan episcope atau

epdiscope. Gambar gambar dapat dipasang permanen baik

di dalam kelas, di ruang perpustakaan sekolah, atau pada

papan peraga yang disediakan.

Foto; Foto digunakan untuk mendapatkan gambaran

yang nyata, menjelaskan ide, dan menunjukkan objek

(benda) yang sebenarnya. Semuanya memberikan arti

kepada pembelajaran sebab kata-kata saja tidak dapat

memberikan arti dengan tepat, hidup, atau cepat seperti

yang dapat dilakukan oleh gambar-gambar. Bagi siswa

SMP/SMA, foto ini lebih konkret daripada buku bacaan

yang “abstrak”. Contoh Media Foto

Slide, film strip, film gerak; Slide dan film strip adalah

gambar film transparan yang ditayangkan secara “diam”

dengan menggunakan proyektor filmslide dan film strip.

Alat ini sangat mudah pengoperasian dan

Page 85: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 81

penyimpanannya. Sebenarnya pengajar lebih mudah untuk

memilih media ini daripada film gerak yang perangkat

lunaknya sulit untuk direproduksi sendiri. Slide dan film

strip akan mudah dibuat oleh para pengajar, dengan sedikit

kepandaian memotret. Peralatan fotografi dewasa ini

sudah bukan barang mewah lagi. Kesulitan yang biasanya

terjadi adalah fasilitas ruang kelas sebagian besar tidak

mendukung penayangan slide dan strip ini sebab

dibutuhkan ruang gelap, seperti halnya penayangan film

gerak. Berbeda jika dilakukan penayangan dengan

transparansi OHP dan video. Penayangan slide, film strip,

dan film gerak banyak tidak berhasil dengan memuaskan

karena tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu,

perlu diperhatikan rangkaian atau langkah langkah

perencanaannya, mulai dari persiapan, penjelasan

pendahuluan, proses penayangan, dan akhir dari

penayangan.

Media Diagram, Chart, Grafis; Banyak pilihan yang

dapat dilakukan oleh para pengajar PKn, mereka akan

mampu membuat sendiri sesuai dengan kemampuan dan

kebutuhannya. Diagram dapat dirancang sesuai dengan

tata cara pembuatannya. Susunlah diagram untuk

menjelaskan suatu peristiwa tertentu. Akan banyak

petunjuk tentang hubungan antar peristiwa serta

distribusinya. Pada anak sekolah tingkat dasar dan

menengah gabungan antara peragaan dan penjelasan dari

suatu diagram adalah sangat baik. Bentuk diagram banyak

digunakan pengajar untuk menunjukkan garis peristiwa

suatu pembagian waktu, semacam periodisasi yang

sederhana. Akan tetapi sukar untuk diterapkan pada

berbagai topik bahasannya. Sebab lini waktu akan sangat

berbeda dari satu peristiwa dengan peristiwa yang lain.

Lini waktu yang sederhana adalah berupa garis lurus yang

dibagi sesuai dengan waktu dan peristiwa yang diminta.

Dalam chart dapat digambarkan berupa gambaran tentang

silsilah suatu tokoh atau alur waktu suatu periode

Page 86: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 82

pemerintahan dan suatu “flow chart” untuk memberikan

petunjuk suatu alur organisasi suatu pernerintahan yang

pernah berlaku. Chart adalah gambar yang

menginformasikan hubungan, misalnya kronologis,

jumlah, hierakhi. Chart dapat dibedakan: 1) Chart

Organisasi- hubungan dalam organisasi. Misalnya bagan

organisasi-Pemerintahan Desa/Kelurahan; 2) Chart garis

waktu (time line chart)-menggambarkan hubungan

kronologis antar beberapa peristiwa; 3) Chart Klasifikasi-

hampir sama dengan Chart Organisasi, tetapi chart ini

digunakan untuk klasifikasi objek atau kejadian; 4) Chart

Aliran (Flowchart)-menunjukkan sebuah sekuen,

prosedur, proses. Misal: prosedur penyusunan UU, proses

pemilihan umum; 5) Chart Tabulasi (Tabular Chart)-

informasi angka, data. Misalnya : hasil pemilu tahun 2004.

sedangkan grafis biasanya menyajikan bentuk visual dari

sejumlah angka yang diwakili oleh bentuk visualnya

seperti garis, batang, gambar orang, dan lainnya. Dengan

demikian, suatu diagram yang memberikan gambaran

sesuatu yang dapat diamati secara statistik atau kuantitatif

disebut media grafis. Grafik dapat dibedakan atas grafik

batang/bar, grafik Gambar, grafik lingkaran, dan grafik

garis.

Transparansi dan Overhead Projector (OHP);

Transparansi dibuat dengan cara menulisi plastik

transparansi. Transparasi ini juga memerlukan proyektor,

sebagaimana film bingkai dan film strip. Proyektor yang

digunakan disebut overhead projector. Saat ini,

penggunaan transparansi sudah semakin meluas di

kalangan pendidik dan lainnya untuk mempresentasikan

berbagai macam informasi. Dalam penggunaan media ini,

pengajar dapat langsung berhadapan dengan siswa dan

dapat digunakan berulang-ulang. Namun beberapa sekolah

masih belum mampu membeli media ini karena harganya

relatif mahal. Selain itu penggunaan transparansi

memerlukan persiapan yang cukup matang agar informasi

Page 87: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 83

ataupun gambar yang tersaji dapat dipelajari dengan teliti

oleh para siswa. Pengajar harus benarbenar

mempersiapkan hal ini, sebab meskipun sederhana, di

lapangan banyak pengajar yang belum tentu bisa

menoperasikannya dengan benar. Contoh Overhead

Projector (OHP); Media OHP memiliki fungsi untuk

memudahkan guru dalam menyajikan pokok-pokok atau

garis besar materi pelajaran. Selain itu OHP dapat

meningkatkan daya tarik siswa untuk belajar sehingga

perhatian siswa meningkat, lebih-lebih jika bagan atau

butiran materi ditulis/ ditik dengan warna yang bervariasi.

Kekurangan media transparasi antara lain: a) Memerlukan

listrik; b) Memerlukan peralatan khusus untuk

menampilkan yaitu Overhead Projector (OHP); c)

Memerlukan panataan yang khusus; d) Memerlukan

kecakapan khusus dalam pembuatan; e) Menuntut cara

kerja yang sistematis karena susunan urutan mudah kacau.

Kelebihan media transparasi antara lain: a)

Penggunaannya praktis; b) Mempunyai variasi teknik; c)

Tahan lama/tidak mudah rusak; d) Tidak memerlukan

ruang gelap; e) Mudah dioperasikan, sehingga tidak perlu

operator; f) Dapat disajikan berulang-ulang sesuai dengan

kebutuhan; g) Waktu penyajian dapat bertatap muka

dengan peserta didik; h) Dapat disiapkan sendiri oleh guru

Langkah-Langkah Pembuatannya: a) Analisis tujuan

Pokok Bahasan yang akan diajarkan; b) Analisis materi

pelajaran untuk menentukan jenis media yang diperlukan;

c) Analisis keadaan siswa untuk mempertimbangkan

kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menerima

pelajaran, kecepatan daya serap siswa, tingkat

perbendaharaan kata yang dipakai; d) Kembangkan bahan-

bahan tersebut ke dalam transparansi yang telah disiapkan;

e) Pengembangan transparansi dapat ditulis atau digambar

sendiri dengan menggunakan spidol transparansi yang

bersipat permanen, dan warna-warni sesuai pesan yang

ingin disampaikan. Ukuran tulisan/gambar/bagan tidak

Page 88: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 84

melebihi ukuran layar proyektor (kurang lebih 8,5 X 11

inci ); f) Pengembangan transparansi dapat pula dan lebih

bagus ditik komputer. Jika dicetak langsung dalam

komputer, caranya ketik bagan/gambar/butiran materi

kemudian dicetak menggunakan komputer langsung pada

lembar tranfaransi khusus. Tetapi jika akan dicopy, maka

ketik bagan/gambar/butiran materi pada lembar kertas

kemudian difoto kopi; g) Sajikan tarnsparansi di kelas

sesuai urutan materi, dan fokusnya diatur sebaik mungkin

sehingga apa yang tertera dalam transfaran dapat dibaca

dan dilihat dengan jelas oleh semua siswa, dan h) Selingi

penyajian dengan dengan pertanyaan, tanggapan dan

pernyataan dari siswa.

Kliping; Potongan gambar atau tulisan yang diperoleh

dari barbagai sumber seperti dari majalah, surat kabar,

buku, kalender, katalog, iklan dan poster disebut dengan

kliping. Kliping dapat membantu guru dan siswa dalam

mencari informasi sehubungan dengan topik-topik

tertentu. Misalnya kliping tentang pembatasan kekuasaan,

pemilu pasca reformasi, maraknya korupsi, dan

sebagainya.

Poster; Poster pada dasarnya bersifat simbolik dan

dirancang untuk memberi pesan dengan cepat dan ringkas.

Poster yang baik biasanya berwarna, menyajikan ide

tunggal, tulisan jelas, kaya dengan variasi, lugas, dan

terkadang mengandung pernyataan yang berlebihan. Poster

dibuat di atas kertas, kain, batang dan bahan lain yang

memungkinkan, sedangkan ukurannya biasanya relatif

besar disesuaikan dengan tempat yang akan dipasangi.

Guru dapat menggunakan media ini untuk menyimpulkan

suatu unit bahasan tertentu ataupun pembahasan unit

tertentu. Misalnya poster tentang dampak pelanggaran

HAM, ajakan memilih calon partai politik tertentu, dan

sebagainya.

Gambar Kartun dan Karikatur; Gambar kartun dan

karikatur adalah gambar imajinatif yang menggunakan

Page 89: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 85

simbol-simbol tertentu dan terkadang agak berlebihan

untuk menggambarkan orang atau situasi tertentu. Nilai

pendidikannya cukup besar untuk menarik perhatian,

mempengaruhi sikap serta perilaku. Gambar kartun

biasanya disampaikan untuk merangsang keterampilan

berpikir kritis siswa dalam mensikapi situasi atau kejadian

yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, gambar kartun

sering digunakan untuk menyatakan sesuatu yang bersifat

kritikan, ketidaksetujuan, masalah sosial yang menjadi

keprihatinan banyak orang. Gambar kartun biasanya

memuat esensi pesan dalam gambar yang sederhana, tidak

rinci, menggunakan simbol-simbol dan karakter yang

mudah dikenal. Pembelajaran yang dapat menggunakan

gambar karikatur, misalnya pembahasan tentang hutan

yang gundul, korupsi kolusi dan nepotisme (KKN),

kegiatan pedagang asongan atau petani pada waktu

musibah banjir, dan sebagainya.

Flif Chart; Tujuan penggunaan flif chart adalah

membantu dan mempermudah siswa dalam memahami inti

pelajaran, dan membantu guru dalam mengemukakan

rangkaian ide atau informasi dengan menggunakan

rangkaian gambar atau bagan yang telah disusun dengan

rapi. Pembuatan flif chart dilakukan oleh guru dengan

langkahlangkah pembuatan sebagai berikut: 1) Analisis

Materi pelajaran sesuai dengan materi pokok yang akan

disampaikan; 2) Mempersiapkan dan merumuskan konsep

inti materi pelajaran yang akan disampaikan; 3)

Mengembangkan konsep inti dalam bentuk bagan, gambar,

atau pernyataan ke dalam kertas manila karton dengan

jumlah lembaran sesuai kebutuhan. Besar hurup dan spasi

harus diatur supaya terbaca oleh seluruh siswa; 4)

Kemudian dibundel dan dijepit rapi; 5) Setelah itu

tempelkan pada standar khusus untuk itu atau standar

papan tulis. Dalam penggunaannya, guru menjelaskan

materi pelajaran dengan memperlihatkan

gambar/pernyataan satu persatu mengikuti urutan bahan

Page 90: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 86

yang sedang dibahas. Sesekali selingi dengan mengajukan

pertanyaan atau meminta tanggapan siswa supaya siswa

aktif dan kritis dalam mengikuti proses pembelajaran.

2. Media Audio

Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio

dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang disampaikan

dituangkan dalam lambang-lambang verbal, non verbal

atau kombinasi keduanya. Media audio ini berkaitan erat

dengan indera pendengaran. Pidato-pidato asli para

pemimpin negara dan tokoh masyarakat, tokoh LSM,

tukang becak, tukang bakso dan sebagainya dapat direkam

dan dapat digunakan sebagai sumber belajar (misalnya:

pembacaan RAPBN oleh presiden).

Termasuk di dalam media ini adalah radio, piringan

hitam, pita audio, tape recorder, dan telepon.

Radio; Siaran audio dapat membantu siswa untuk

meningkatkan komunikasi audio, membuat suasana belajar

lebih hidup dan meningkatkan kemampuan siswa dalam

mengapresiasi kejadian yang disiarkan. Apabila jadwal

siaran acara radio sesuai dengan jadwal jam pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan, acara tersebut dapat

langsung dimanfaatkan. Kerangka dan ikhtisar dilengkapi

dengan pertanyaan yang dicarikan jawabannya dari siaran

radio. Dengan melibatkan radio seperti ini anak-anak

dilatih untuk membuat cacatan. Misalnya pembacaan

tentang prosentase perolehan suara dalam pemilu atau

pemilihan kepala daerah secara langsung, nama-nama

menteri yang baru dilantik, jnama-nama partai politik

peserta pemilu, dsb. Jika acara siaran waktunya tertentu

sehingga kemungkinan tidak cocok dengan jadwal

pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka dalam hal

seperti ini siaran dapat direkam. Selanjutnya penyajian

hasil rekaman dilakukan seperti telah diuraikan dalam

pemanfaatan audio kaset.

Tape Recorder, Pita Suara, dan Piringan Hitam;

Kegunaan media ini hampir sama dengan media radio,

Page 91: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 87

yaitu meningkatkan komunikasi audio, meningkatkan

suasana belajar dan melatih daya apresiasi siswa. Pita

suara (kaset audio, audio cassette) dapat dipakai untuk

merekam suara khas. Misalnya untuk menggambarkan

hiruk pikuk di pasar, keramaian waktu panen di suatu

daerah atau upacara tradisional yang khas. Mungkin kita

perlu menjelaskan suasana suatu peristiwa yang disertai

suara khas. Apabila suara itu dijelaskan dengan kata-kata

saja mungkin suasananya akan hilang. Media audio

memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan media

Audio antara lain: a) Materi tak akan berubah; b) Biaya

produksi relatif murah; c) Peralatan paling murah

dibanding dengan media lainnya; d) Program kaset dapat

disajikan di luar sekolah (wawancara, rekaman kegiatan,

dll); e) Rekaman dapat dihapus dan kaset dapat dipakai

ulang; f) Penyajian sepenuhnya dikontrol penyaji,

sedangkan kelemahannya adalah: a) Memerlukan listrik;

b) Memerlukan ketelitian dalam pembuatan (rekam); c)

Harus selalu siap merekam suatu peristiwa

3. Media Audio-Visual

Media audio-visual merupakan gabungan antara media

audio dan media visual, misalnya: slide, dan film rangkai

yang disertai dengan suara. Media ini menjadi lebih efektif

jika dibandingkan dengan kedua media sebelumnya.

Ditinjau dari sifatnya, media audio-visual dibedakan

menjadi dua, yaitu: Media audio-visual diam: televisi

diam, slide dan suara, film rangkai dan suara, buku dan

suara; Media audio-visual gerak : video, CD, film rangkai

dan suara, televisi, gambar

dan suara.

Siaran Televisi; Televisi di Indonesia sudah digunakan

untuk pendidikan. Tinggal memilih acara yang relevan

dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Seperti halnya

dengan film, televisi adalah kombinasi visual dan

audio.Televisi merupakan media yang menyampaikan

pesan melalui gambar gerak dan dilengkapi dengan suara.

Page 92: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 88

Pada saat ini guru dihadapkan pada berbagai pilihan

stasiun televisi yang masing-masing mempunyai jenis

acara yang berbeda-beda, yaitu: TVRI, TV swasta, dan

jaringan TV luar negeri. Dengan demikian guru

mempunyai kesempatan sekaligus tantangan untuk dapat

memilih dan memanfaatkan program siaran yang relevan

dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Film; Film memberikan sumbangan yang besar bagi

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Film

memberikan kepada siswa pengalaman belajar dan dapat

membantu menampilkan waktu berabad-abad (film sejarah

atau peristiwa bersejarah) dan tempat yang berjarak ribuan

kilometer di mana siswa dapat melihat tempat, orang,

peristiwa yang tidak mungkin dilihatnya dengan cara lain.

Video dan Compact Disc; Media ini sangat populer

ditengah-tengah masyarakat. Seperti halnya film dan

televisi, video tape atau pita video dan CD dapat pula

menyajikan pesan audiovisual gerak untuk hal-hal yang

nyata maupun fiktif. Dalam penggunaannya video dan CD

memerlukan player dan televisi. Itu sebabnya mengapa

banyak guru yang belum menggunakan video dan CD

karena jangkauannya terbatas, peralatannya cukup mahal,

dan kurang praktis. Selain media di atas, Masyarakat

merupakan sumber dan media utama dalam pengajaran

Pendidikan Kewarganegaraan, karena pembelajaran ini

bertitik tolak dari masyarakat dan berorientasi pada

masyarakat. Dalam menggunakan masyarakat sebagai

media belajar, guru memerlukan informasi yang akurat

dan memadai mengenai orang-orang, lembaga, peristiwa,

keadaan yang ada di dalam masyarakat. Dalam

pemanfaatan ini terdapat tiga sarana: (a) tempat, orang,

organisasi yang dapat dijadikan sumber belajar atau untuk

meningkatkan belajar termasuk sumber masyarakat, (b)

kunjungan studi dan (c) nara sumber. Tempat mana atau

kantor mana yang dijadikan sumber bergantung kepada

tujuan dan hakikat pokok bahasan dalam pengajaran

Page 93: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 89

Pendidikan Kewarganegaraan. Termasuk di dalam sumber

belajar di dalam masyarakat adalah kerja lapangan, studi

wisata, perkemahan. Masyarakat di sekitar tempat tinggal

siswa merupakan sumber pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang tidak pernah kering. Dalam

masyarakat siswa dapat melihat langsung proses sosial

yang sedang berlangsung. Dalam masyarakat setempat

kepada siswa diperkenalkan konsep geografi setempat,

masalah kehidupan kelompok (Pendidikan

Kewarganegaraan), proses dan mekanisme pemerintahan

(civics, ilmu politik), aktivitas produksi dan distribusi

barang dan jasa (Pendidikan Kewarganegaraan), adat-

istiadat setempat (anthropologi), dan lokasi warisan

sejarah yang ada (sejarah). Dari masyarakat itu siswa

dapat melihat bahwa orang-orang yang berbeda latar

belakang suku, ras, agama, atau golongan dapat hidup

secara harnonis sebagai bangsa Indonesia, misalnya.

Dengan demikian masyarakat dapat memberi sumbangan

yang penting dalam program pembelajaran PKn. Ada

beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk

menggunakan sumber masyarakat setempat bagi program

pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

1. Mengundang anggota atau tokoh masyarakat setempat

ke dalam kelas untuk berbicara dengan siswa-siswa

mengenai suatu topik yang berhubungan dengan

profesinya (pekerjaannya). Anggota atau tokoh

masyarakat itu mungkin seorang dokter, pengarang,

wartawan, ketua RT/ RW, pedagang, sejarawan dan

sebagainya. Tentu saja guru lebih dahulu

mengkomunikasikan kepada pembicara tentang tujuan

undangan itu sehingga dapat berbicara santai dan

menyesuaikan diri dalam menggunakan bahasa yang

dapat dimengerti oleh anak SD. Umumnya nara

sumber yang bersangkutan berbicara tentang

pengalaman hidup mereka sehari-hari atau tentang

masa lalu.

Page 94: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 90

2. Mengunjungi langsung anggota-anggota atau tokoh-

tokoh masyarakat di tempat mereka tinggal atau

berada. Untuk itu siswa-siswa perlu diberi penjelasan

lebih dahulu tentang tujuan kunjungan itu dan mereka

harus menyiapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan

yang bisa mereka ajukan (wawancara).

E. Sumber Pembelajaran PKn

Salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah

mencari dan menentukan sumber belajar. Dalam PKn,

mencari dan menentukan sumber belajar sangat penting

sebab bahan ajarnya sangat dinamis sesuai dinamika dan

perkembangan kehidupan sosial politik yang terjadi saat ini.

Oleh karena itu, sumber belajar ini tidak cukup hanya dari

buku teks atau buku paket saja. Dalam pembelajaran PKn,

Anda dapat menggunakan sumber belajar yang diperoleh dari

media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal; dari

media elektronik seperti siaran TV, radio, film; dan manusia

(nara sumber) baik tokoh masyarakat dan pakar di bidang

tertentu maupun pejabat di suatu instansi/organisasi.

Pemanfaatan sumber-sumber belajar tersebut akan lebih

memperkaya bahan ajar yang diuraikan dalam buku teks atau

buku paket, di samping akan meningkatkan gairah belajar

siwa. Kosasih Djahiri (1990) menegaskan bahwa diantara

sumber belajar penting dalam PKn adalah: sumber formal

perundangan; buku paket/acuan resmi;

bahan/publikasi/informasi instansi resmi; media massa yaitu

TV, surat kabar, majalah; buku/literatur keilmuan; kitab suci;

kehidupan riil, adat, ipoleksosbudhankam, lingkungan

sekitar, daerah, nasional, dan internasional.

Kekeliruan yang sering dilakukan guru di lapangan

adalah hanya menggunakan buku teks atau paket yang

dijadikan satu-satunya sumber bahan ajar. Padahal realita

kehidupan di masyarakat dan berita media cetak dan

elektronik merupakan sumber belajar yang lebih aktual

dibandingkan dengan isi buku teks atau paket. Buku teks atau

Page 95: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 91

paket akan mudah ketinggalan perkembangan informasi baru

khususnya yang berkenaan dengan informasi politik dan

ketatanegaraan yang saat ini sedang mengalami perubahan

yang sangat mendasar. Oleh karena itu, Anda dituntut untuk

aktif dan kreatif mencari informasi baru yang diperoleh dari

berbagai media massa baik media cetak maupun elektronik

yang relevan dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.

Misalnya, ketika akan membahas materi pokok kedaulatan

rakyat dan sistem politik khususnya yang berkaitan dengan

contoh-contoh penyimpangan ketatanegaraan yang sedang

terjadi, Anda dapat mengkaji dari berita surat kabar dan

siaran atau diskusi dalam televisi. Demikian pula dalam

membahas budaya demokrasi dapat diperkaya dengan

mengambil sumber dari kehidupan riil di masyarakat .

Dengan demikian, sumber belajar tidak cukup hanya

dari buku teks atau paket, tetapi harus di lengkapi dengan

sumber-sumber lain. Bahkan Nasution (1992)

mengemukakan bahwa sumber-sumber belajar bisa diperoleh

dari masyarakat dan lingkungan berupa manusia, museum,

organisasi, dan lain-lain, bahan cetakan, perpustakaan, alat

audio-visual, dan sebagainya.

F. Sumber Belajar Pada Masyarakat

Masyarakat dan aktivitas pemerintah merupakan

sumber dan media utama dalam pembelajaran PKn, karena

pembelajaran ini bertitik tolak dari masyarakat dan

berorientasi pada masyarakat. Dalam menggunakan

masyarakat dan perilaku pemerintah sebagai media belajar,

guru memerlukan informasi yang akurat dan memadai

mengenai orang-orang, lembaga, peristiwa, keadaan yang ada

di dalam masyarakat. Dalam pemanfaatan ini terdapat tiga

sarana: (a) tempat, orang, organisasi yang dapat dijadikan

sumber belajar atau untuk meningkatkan belajar termasuk

sumber masyarakat, (b) kunjungan studi, dan (c) nara

sumber. Tempat mana atau kantor mana yang dijadikan

sumber tergantung pada tujuan dan kompetensi dasar dalam

Page 96: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 92

standar isi, termasuk sumber belajar yang ada dalam

masyarakat adalah kerja lapangan, studi wisata, dan

perkemahan.

Masyarakat dan pemerintahan di sekitar tempat tinggal

siswa merupakan sumber pembelajaran PKn yang tidak

pernah kering. Dalam masyarakat siswa dapat melihat

langsung proses sosial yang sedang berlangsung. Dalam

masyarakat setempat perlu diperkenalkan kepada siswa

tentang konsep-konsep lain yang berasal dari disiplin

geografi, masalah kehidupan kelompok dari disiplin

sosiologi, proses dan mekanisme pemerintahan dari civics/

ilmu politik, aktivitas produksi dan distribusi barang dan jasa

dari ekonomi, adat-istiadat setempat dari anthropologi, dan

lokasi warisan sejarah yang ada dari disiplin sejarah. Dari

masyarakat itu siswa dapat melihat bahwa orang-orang yang

berbeda latar belakang suku, ras, agama, atau golongan dapat

hidup secara harnonis sebagai bangsa Indonesia.

Masyarakat dan kehidupan pemerintah dapat memberi

sumbangan yang penting dalam program pembelajaran PKn.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk

menggunakan sumber masyarakat setempat bagi program

pembelajaran PKn.

1. Mengundang anggota atau tokoh masyarakat dan aparatur

pemerintah setempat ke dalam kelas untuk berbicara

dengan siswa-siswa mengenai suatu topik yang

berhubungan dengan profesinya (pekerjaannya). Anggota

atau tokoh masyarakat itu mungkin seorang dokter,

pengarang, wartawan, ketua RT/ RW, pedagang,

sejarahwan dan sebagainya. Tentu saja guru lebih dahulu

mengkomunikasikan kepada pembicara tentang tujuan

undangan itu sehingga dapat berbicara santai dan

menyesuaikan diri dalam menggunakan bahasa yang dapat

dimengerti oleh siswa SD. Umumnya nara sumber yang

bersangkutan berbicara tentang pengalaman hidup mereka

sehari-hari atau tentang masa lalu.

Page 97: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 93

2. Mengunjungi langsung anggota-anggota atau tokoh-tokoh

masyarakat dan pemerintahan di tempat mereka tinggal

atau berada. Untuk itu siswa-siswa perlu diberi penjelasan

lebih dahulu tentang tujuan kunjungan itu dan mereka

harus menyiapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang

bisa mereka ajukan melalui wawancara.***

Page 98: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 94

BAB VI

PENILAIAN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

A. Prinsip Penilaian

Dalam merencanakan dan melaksanakan penilaian,

guru perlu mengacu pada sejumlah prinsip penilaian. Dalam

Standar Penilaian dikemukakan bahwa penilaian hasil belajar

peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Sahih, yakni penilaian didasarkan pada data yang

mencerminkan kemampuan yang diukur. Oleh karena itu,

instrumen yang digunakan perlu disusun melalui prosedur

sebagaimana dijelaskan dalam panduan agar memiliki

bukti kesahihan dan keandalan.

2. Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan

kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

Oleh karena itu, pendidik menggunakan rubrik atau

pedoman dalam memberikan skor terhadap jawaban

peserta didik atas butir soal uraian dan tes praktik atau

kinerja sehingga dapat meminimalkan subjektivitas

pendidik.

3. Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau

merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus

serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat

istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Faktor-faktor

tersebut tidak relevan di dalam penilaian, oleh karena itu

perlu dihindari agar tidak berpengaruh terhadap hasil

penilaian.

4. Terpadu, yakni penilaian oleh pendidik merupakan salah

satu komponen kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini

hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk

memperbaiki proses pembelajaran yang diselenggarakan

oleh peserta didik. Jika hasil penilaian menunjukkan

banyak peserta didik yang gagal, sementara instrumen

Page 99: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 95

yang digunakan sudah memenuhi persyaratan secara

kualitatif, berarti proses pembelajaran kurang baik. Dalam

hal demikian, pendidik harus memperbaiki rencana

dan/atau pelaksanaan pembelajarannya.

5. Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan

dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak

yang berkepentingan. Oleh karena itu, pendidik

menginformasikan prosedur dan kriteria penilaian kepada

peserta didik. Selain itu, pihak yang berkepentingan dapat

mengakses prosedur dan kriteria penilaian serta dasar

penilaian yang digunakan.

6. Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian

mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan

berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau

perkembangan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu,

penilaian bukan semata-mata untuk menilai prestasi

peserta didik melainkan harus mencakup semua aspek

hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan pembinaan.

7. Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana

dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

Oleh karena itu, penilaian dirancang dan dilakukan

dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang

ditetapkan. Dalam penilaian kelas, misalnya, guru mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan menyiapkan

rencana penilaian bersamaan dengan menyusun silabus

dan RPP.

8. Beracuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran

pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu,

instrumen penilaian disusun dengan merujuk pada

kompetensi (SKL, SK, dan KD). Selain itu, pengambilan

keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian yang telah

ditetapkan.

9. Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan,

baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Oleh

karena itu, penilaian dilakukan dengan mengikuti prinsip-

Page 100: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 96

prinsip keilmuan dalam penilaian dan keputusan yang

diambil memiliki dasar yang objektif.

B. Teknik dan Instrumen Penilaian

Dalam Standar Penilaian dikemukakan bahwa penilaian

hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik

penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau

kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik

kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Adapun

teknik penilaian yang dimaksud meliputi:

1. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau

tes kinerja.

2. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama

pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan

pembelajaran.

3. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok

dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek.

Instrumen penilaian hasil belajar dapat dibagi atas tiga

bagian, ialah instrumen penilaian yang digunakan oleh

pendidik, oleh satuan pendidikan, dan oleh pemerintah.

Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik

memenuhi persyaratan (a) substansi, yakni merepresentasikan

kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, yakni memenuhi

persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang

digunakan, dan (c) bahasa, yakni menggunakan bahasa yang

baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf

perkembangan peserta didik.

Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan

dalam bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan

substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti

validitas empirik. Instrumen penilaian yang digunakan oleh

pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional memenuhi

persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti

validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat

diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antar tahun.

Page 101: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 97

Teknik penilaian yang dapat digunakan pendidik kelompok

mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian antara lain

sebagai berikut.

1. Tes tertulis

Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut

jawaban secara tertulis, baik berupa pilihan atau isian. Tes

yang jawabannya berupa pilihan meliputi antara lain

pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan, sedangkan

tes yang jawabannya berupa isian berbentuk isian singkat

atau uraian.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah teknik penilaian yang

dilakukan dengan menggunakan indera secara langsung.

Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman

observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang

diamati.

3. Penugasan

Penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut

peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan

pembelajaran di kelas. Penugasan dapat diberikan dalam

bentuk individual atau kelompok. Penugasan dapat berupa

pekerjaan rumah atau proyek. Pekerjaan rumah adalah

tugas menyelesaikan soal-soal dan latihan yang dilakukan

peserta didik di luar kegiatan kelas. Proyek adalah suatu

tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan,

dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu

tertentu dan umumnya menggunakan data lapangan.

4. Tes Lisan

Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung antara

peserta didik dengan penguji dan jawaban diberikan secara

lisan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan

pedoman penskoran.

5. Penilaian Portofolio

Page 102: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 98

Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan

dengan cara menilai portofolio peserta didik. Portofolio

adalah kumpulan karya-karya peserta didik dalam bidang

tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,

perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik

dalam kurun waktu tertentu.

6. Jurnal

Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses

pembelajaran yang berisi informasi hasil pengamatan

tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait

dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik

yang dipaparkan secara deskriptif.

7. Penilaian Diri

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara

meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan

kekurangan dirinya, penguasaan kompetensi yang

ditargetkan, dan pengamalan perilaku berkepribadian dan

menjadi warga Negara yang baik.

8. Penilaian antarteman

Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan

cara meminta peserta didik untuk mengemukakan

kelebihan dan kekurangan, penguasaan kompetensi, dan

pengamalan perilaku berkepribadian dan menjadi warga

Negara yang baik.

C. Fokus Penilaian PKn

Penilaian mata pelajaran PKn adalah proses untuk

mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta

didik dalam mata pelajaran PKn. Hasil penilaian digunakan

untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta

didik dan efektivitas proses pembelajaran PKn. Fokus

penilaian PKn adalah keberhasilan belajar peserta didik

dalam mencapai standar kompetensi PKn yang ditentukan

dalam Permendiknas Nomor 22/2005 tentang Standar Isi (SI).

Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai

berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang

Page 103: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 99

selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk

tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai

peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

sebagaimana tertera dalam Permendiknas Nomor 23/2006.

Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan

Kepribadian pada satuan pendidikan dasar merupakan

kelompok mata pelajaran yang dimaksudkan untuk

meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan

status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan

kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan

tersebut mencakup wawasan kebangsaan, jiwa dan

patriotisme, bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi

manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan

hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial,

ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap

serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme (Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22

tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah).

Penilaian untuk kelompok mata pelajaran

Kewarganegaraan dan kepribadian dilaksanakan oleh

pendidik dalam bentuk penilaian kelas (classroom

assessment) dan oleh satuan pendidikan untuk penentuan

nilai akhir pada satuan pendidikan melalui ujian sekolah dan

rapat dewan pendidik. Untuk mengetahui tingkat

ketercapaian kompetensi lulusan, penilaian hasil belajar

kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian

dilakukan melalui: (a) pengamatan terhadap perubahan

perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan

kepribadian peserta didik; dan (b) ujian, ulangan, dan/atau

penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik

(Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan Pasal 64 ayat (3). Undang-Undang

Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) menegaskan bahwa

Page 104: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 100

kurikulum pendidikan dasar, menengah, dan tinggi wajib

memuat Pendidikan Kewarganegaraan.

Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 menjabarkan

lebih lanjut isi undang-undang tersebut dengan menyatakan

bahwa salah satu struktur kurikulum untuk jenis pendidikan

umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar

dan menengah adalah kelompok mata pelajaran

kewarganegaraan dan kepribadian. Mengacu pada rumusan

SI dalam Permen nomor 22 tahun 2006, rumusan SKL dalam

Permen nomor 23 tahun 2006 dan ketentuan Pasal 64 ayat (3)

PP nomor 19 tahun 2005, serta karakteristik kelompok mata

pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, maka hasil

belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian meliputi:

1) Pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai warga

negara, yaitu aspek kognitif sebagai hasil belajar mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Kepribadian, yaitu beberapa aspek kepribadian

sebagaimana disebutkan dalam Kerangka Dasar dan

Struktur Kurikulum.

3) Perilaku berkepribadian, yaitu berbagai bentuk perilaku

sebagai penerjemahan dimilikinya ciri-ciri kepribadian

warga negara Indonesia.

Ketiga bentuk hasil belajar tersebut berada pada domain yang

berbeda. Pemahaman berada pada domain kognitif, berbagai

aspek kepribadian berada pada domain afektif, sedangkan

perilaku berkepribadian berada dalam domain keperilakuan.

Perbedaan domain tersebut menuntut perbedaan dalam

metode dan

cara pengukurannya.

D. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian terhadap hasil belajar peserta didik

diselenggarakan secara berkesinambungan untuk memantau

proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan

Page 105: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 101

harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan

ulangan kenaikan kelas (PP. 19 tahun 2005 Pasal 64 ayat (1)).

Secara khusus, penilaian yang dilakukan oleh pendidik

digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta

didik, menyusun laporan kemajuan hasil belajar, dan

memperbaiki proses pembelajaran. Guru kelas atau guru mata

pelajaran memiliki tanggung jawab penuh atas

terselenggaranya penilaian yang sahih terhadap pencapaian

atau prestasi sebagai hasil proses belajar peserta didik.

1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk

memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta

untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran.

Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik

dilakukan secara berkesinambungan dan mencakup seluruh

aspek pada diri peserta didik, baik aspek kognitif, afektif

maupun perilaku, sesuai dengan karakteristik kelompok

mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam

menilai hasil belajar peserta didik pada kelompok mata

pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. Pertama,

penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil belajar

peserta didik secara menyeluruh, mencakup aspek kognitif,

afektif, dan perilaku. Informasi hasil belajar yang

menyeluruh menuntut berbagai bentuk sajian, yakni berupa

angka prestasi, kategorisasi, dan deskripsi naratif sesuai

dengan aspek yang dinilai. Informasi dalam bentuk angka

cocok untuk menyajikan prestasi dalam aspek kognitif.

Sajian dalam bentuk kategorisasi disertai dengan deskriptif-

naratif cocok untuk melaporkan aspek afektif dan perilaku;

Kedua, hasil penilaian pendidikan dapat digunakan untuk

menentukan pencapaian kompetensi dan melakukan

pembinaan dan pembimbingan pribadi peserta didik;

Ketiga, penilaian oleh pendidik terutama ditujukan untuk

pembinaan prestasi dan pengembangan potensi peserta

didik; Keempat, untuk memperoleh data yang lebih dapat

Page 106: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 102

dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan perlu

digunakan banyak teknik penilaian yang dilakukan secara

berulang dan berkesinambungan.

2. Penilaian oleh Satuan Pendidikan

Penilaian oleh satuan pendidikan merupakan penilaian

akhir pada tingkat satuan pendidikan yang bertujuan untuk

menilai pencapaian SKL. Penilaian kelompok mata

pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian didasarkan

pada hasil ujian sekolah dengan mempertimbangkan hasil

penilaian oleh pendidik. Penilaian oleh satuan pendidikan

digunakan sebagai: (a) salah satu syarat kelulusan peserta

didik dari satuan pendidikan, (b) dasar untuk meningkatkan

kinerja pendidik, dan (c) dasar untuk mengevaluasi

pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

E.Prosedur Penilaian

Pada umumnya, kesulitan yang dihadapi adalah ketika

akan menilai hasil belajar PKn dalam aspek (domain) afektif.

Memang hal ini telah menjadi masalah umum yang dihadapi

oleh para guru. Tidak dapat disangkal bahwa aspek afektif

merupakan bidang tertutup (close area) atau tersembunyi

(hidden) yang ada dalam diri manusia. Tidak seperti aspek

kognitif yang dapat diketahui dengan cara penilaian tes.

Menilai aspek afektif merupakan tugas yang tidak mudah

dilaksanakan secara sederhana. Oleh karena itu, panduan

penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian sebagai salah satu panduan dalam standar

penilaian (Permendiknas Nomor 20 tahun 2007) telah

menguraikan hal ini. Salah satu prinsip dalam pengembangan

instrumen penilaian adalah diperolehnya instrument yang

mampu menggali informasi yang akurat, namun harus cukup

praktis dan proses penyusunannya tidak terlalu kompleks

sehingga memiliki nilai aplikatif yang tinggi bagi pihak

pendidik dan satuan pendidikan. Dengan memperhatikan

prinsip tersebut maka aspek penilaian untuk kelompok mata

pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dibuat klasifikasi

Page 107: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 103

sebagai berikut: (1) aspek pemahaman akan hak dan

kewajiban diri sebagai warga negara diukur dengan

menggunakan tes hasil belajar, (2) aspek atau ciri kepribadian

diungkap dengan menggunakan skala kepribadian, dan (3)

aspek perilaku berkepribadian diungkap lewat panduan

pengamatan dengan menggunakan rubrik penilaian.

Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran

kewarganegaraan dan kepribadian menguraikan model

instrumen dan prosedur penilaian yang dapat dijadikan acuan

oleh guru PKn di SD dalam menyusun instrumen penilaian

sebagai berikut.

1. Pemahaman akan Hak dan Kewajiban Diri sebagai

Warga Negara

Instrumen penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur

aspek pemahaman akan hak dan kewajiban diri sebagai

warga negara berupa tes-tulis kognitif (paper and pencil

test) guna mengungkap tingkat penguasaan peserta didik

sebagai hasil belajar mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Untuk mencapai tujuan dan kompetensi

maka pengembangan tes ini harus didasarkan pada kisi-kisi

tes yang memuat standar kompetensi (SK) dan kompetensi

dasar (KD) sesuai dengan jenjang pendidikan yang

ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006

tentang Standar Isi. Sebagai acuan dalam penulisan soal,

rumusan KD dijabarkan lebih lanjut oleh guru kelas di SD

menjadi indikator-indikator pencapaian kompetensi.

Sebagai contoh model kisi-kisi yang memuat SK, KD, dan

indikator-indikator pencapaiannya yang dapat dijadikan

dasar penyusunan tes ulangan akhir semester.

2. Aspek-aspek Kepribadian

Dalam Panduan Penilaian kelompok mata pelajaran

Kewarganegaraan dan Kepribadian dikemukakan bahwa

penilaian terhadap perkembangan aspek atau ciri

kepribadian peserta didik dimaksudkan untuk memperoleh

gambaran mengenai beberapa ciri kepribadian yang telah

tertanam dalam diri peserta didik sebagai bagian dari hasil

Page 108: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 104

proses pembelajaran di sekolah. Meskipun demikian,

pengembangan kepribadian tidak merupakan mata

pelajaran tersendiri, melainkan merupakan tanggung jawab

kolektif dari guru mata pelajaran yang tercakup dan

dilaksanakan dalam kegiatan kelompok mata pelajaran

agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni

dan budaya, dan pendidikan jasmani. Oleh karena itu,

penilaian terhadap perkembangan aspek kepribadian bukan

merupakan kegiatan semester atau triwulan yang terjadwal

melainkan berfungsi sebagai asesmen yang dilakukan oleh

guru kelas/guru mata pelajaran, konselor dan/atau satuan

pendidikan secara berkesinambungan (longitudinal) sesuai

dengan kebutuhan. Aspek kepribadian peserta didik dapat

diungkap melalui pengamatan dan pengukuran dalam

bentuk skala kepribadian. Karena pengembangan skala

kepribadian tidak mudah, maka satuan pendidikan secara

bertahap dapat membentuk tim khusus yang bertugas

mengembangkan skala seperti ini dan meminta bantuan

ahli dari perguruan tinggi dan tidak menjadikannya sebagai

tugas individual guru kelas di SD. Sumber acuan untuk

pengembangan skala kepribadian adalah rumusan dalam

Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk Satuan Pendidikan SD, khususnya Bab II tentang

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum kelompok mata

pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang meliputi

aspek-aspek sikap dan kepribadian seperti: (a) menyadari

akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, (b)

meningkatkan kualitas diri, (c) menyadari dan memiliki

wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, (d)

menghargai hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa,

pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, (e)

mengembangkan demokrasi, (f) memiliki tanggung jawab

sosial, (g) menaati hukum, (h) membayar pajak, dan (i) anti

korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pendidik memilih dan

merumuskan kembali kesembilan aspek ini menjadi

beberapa aspek afektif kepribadian yang sesuai dengan

Page 109: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 105

jenjang SD, konteks kehidupan sehari-hari, dan tingkat

perkembangan peserta didik. Sebagai contoh, dari butir d

(menghargai hak asasi manusia) dapat dirumuskan aspek

“saling menghargai” dan aspek “bersikap santun”, dari

butir a (menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga

negara) dan dari butir f (memiliki tanggungjawab warga

negara) dapat dirumuskan aspek “rasa tanggung jawab”,

dari butir b (meningkatkan kualitas diri) dapat dirumuskan

aspek “percaya diri” dan aspek “kompetitif”, dan lain-lain.

3. Perilaku Berkepribadian

Dalam Panduan Penilaian kelompok mata PKn dan

Kepribadian dikemukakan bahwa seperti penilaian

terhadap perkembangan aspek-aspek kepribadian peserta

didik, penilaian terhadap perilaku berkepribadian juga

bukan merupakan kegiatan semester yang terjadwal

melainkan berfungsi sebagai asesmen yang dilakukan

sesuai kebutuhan baik oleh pendidik maupun oleh satuan

pendidikan. Penilaian terhadap perilaku berkepribadian

menghendaki adanya rumusan standar perilaku

sebagaimana yang dimaksudkan oleh Permendiknas Nomor

23 Tahun 2006 tentang SKL untuk Satuan Pendidikan

SD/MI. Rumusan standar perilaku bagi masing-masing

jenjang pendidikan ini dijadikan indikator perilaku yang

dapat dinilai menggunakan rubrik (tabel yang memuat

gambaran perilaku dan skor pencapaiannya berdasarkan

pengamatan jangka panjang).

F. Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran

Laporan hasil belajar peserta didik hendaknya

berbentuk profil yang mencakup kompetensi atau ranah

kognitif, afektif, dan perilaku. Informasi yang mengandung

ranah afektif dan perilaku dapat diperoleh melalui teknik

penilaian tertentu yang berbeda dari ranah kognitif sesuai

dengan tuntutan kompetensi dasar. Pengamatan terhadap

perilaku merupakan cara yang efektif dalam menilai aspek

Page 110: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 106

afektif. Bagi mata pelajaran PKn, ranah afektif dan perilaku

memiliki kedudukan yang penting dan menjadi kekhasan

bagi penilaian PKn.

Penyusunan laporan untuk orang tua dan siswa

hendaknya dibuat selengkap mungkin agar mereka mendapat

informasi yang cukup dan dapat memanfaatkannya bagi

peningkatan prestasi belajar. Laporan yang lengkap dapat

membantu orang tua lebih memahami tentang kondisi

anaknya, perubahan yang terjadi pada diri anak baik

menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun perilaku.

Meskipun demikian, pembuatan laporan yang lengkap

tidaklah mudah. Tugas ini akan menjadi beban bagi seorang

guru terutama yang belum terbiasa membuat laporan yang

lengkap. Agar laporan itu tidak membebani guru, maka perlu

ada pengaturan waktu dalam penyusunannya, misalnya

laporan tengah semester, akhir catur wulan, semester, atau

tahunan. Bentuk laporan yang dibuat dapat berupa buku rapor

atau rekap hasil belajar dalam bentuk kumpulan hasil karya

siswa terbaik. Jumlah laporan dapat diklasifikasikan apakah

menurut mata pelajaran, kelompok mata pelajaran

(Kewarganegaraan dan Kepribadian, IPTEK, Seni Budaya,

Jasmani, Olah Raga, Kesehatan) atau seluruh mata pelajaran.

Semua laporan ini selanjutnya dikirim kepada seluruh orang

tua siswa. Di dalam buku laporan tersebut dikemukakan pula

prestasi belajar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan,

apakah sudah lulus atau belum lulus, apakah sudah baik,

cukup, atau kurang, apakah perlu perbaikan (mengulang atau

remedial), atau mencantumkan nilai angka. Tugas pembuatan

laporan lain yang harus dilakukan oleh guru adalah laporan

untuk sekolah. Pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan

yang bertanggung jawab atas lulusan harus berupaya

meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Untuk itu,

sekolah harus melakukan evaluasi diri agar dapat mengetahui

apa yang harus dilakukan dalam meningkatkan mutu tersebut.

Sekolah harus mengetahui kondisi tentang peserta didik,

kemampuan guru, fasilitas (sarana/prasarana) yang

Page 111: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 107

dimilikinya. Semua informasi tentang peserta didik tersebut

dilaporkan kepada kepala sekolah sebagai pihak yang

bertanggung jawab dalam upaya peningkatan mutu hasil

belajar. Laporan yang dibuat guru untuk sekolah atau kepala

sekolah hendaknya dibuat selengkap mungkin. Laporan berisi

bukan hanya menyangkut jumlah siswa dan prestasi hasil

belajarnya melainkan mencakup kompetensi peserta didik

yang lebih rinci, misalnya aspek pengetahuan,

keterampilan/praktek, dan nilai/sikap, bahkan minat serta

bakatnya.

Laporan tidak hanya dalam bentuk nilai angka

melainkan dalam bentuk deskripsi/naratif tentang

karakteristik peserta didik. Selain dua bentuk laporan diatas,

laporan yang dibuat oleh guru disiapkan pula untuk

masyarakat. Laporan untuk masyarakat ini dibuat terutama

berkaitan dengan kelulusan peserta didik. Diharapkan bahwa

setiap peserta didik yang telah lulus dapat menunjukkan bukti

tingkat keberhasilan mengenai kemampuan atau kompetensi

berupa pengetahuan dan keterampilan tertentu. Tingkat

keberhasilan dalam kompetensi inilah yang dilaporkan dalam

buku laporan untuk masyarakat. Tidak seperti bentuk laporan

untuk orang tua dan sekolah, laporan untuk masyarakat

dibuat secara singkat tetapi padat yang menggambarkan

prestasi dan keberhasilan peserta didik. Oleh karena itu, agar

informasi ini mudah diserap oleh masyarakat maka wahana

seperti surat kabar, majalah serta media elektronik sangat

tepat dijadikan sebagai media laporan tentang hasil belajar

peserta didik untuk masyarakat.

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pembuatan

laporan hasil belajar peserta didik dimaksudkan untuk

dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan demi

meningkatkan prestasi hasil belajar dan perbaikan proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Pemanfaatan laporan hasil belajar oleh pihak yang

berkepentingan yaitu: Pertama, pemanfaatan laporan hasil

belajar oleh peserta didik dimaksudkan untuk: (1)

Page 112: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 108

mengetahui kemajuan hasil belajar diri; (2) mengetahui

konsep-konsep atau teori-teori yang belum dikuasai; (3)

memotivasi diri untuk belajar lebih baik; dan (4)

memperbaiki strategi belajar. Peserta didik dapat

memperoleh informasi tentang hasil belajarnya melalui

berbagai cara seperti ujian, kuesioner atau angket, wawancara

dan pengamatan. Melalui ujian dapat diperoleh informasi

untuk ranah kognitif dan perilaku sedangkan melalui angket

dan pengamatan dapat diperoleh informasi untuk ranah

afektif. Menurut Ghofur dkk. (2004) laporan hasil belajar

yang akurat untuk peserta didik dapat dimanfaatkan

seoptimal mungkin apabila isi laporan tersebut meliputi: (1)

hasil pencapaian belajar peserta didik yang dinyatakan dalam

bentuk kompetensi dasar yang sudah dicapai dan yang belum

dicapai; (2) kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam

semua mata pelajaran; dan (3) minat peserta didik pada

masing-masing mata pelajaran. Namun, agar laporan tersebut

cukup lengkap dan spesifik maka dalam konteks mata

pelajaran PKn, hasil pencapaian peserta didik hendaknya

dilaporkan pada setiap kompetensi dasar atau indikator

tentang standar ketuntasan minimal. Standar ketuntasan

belajar minimal (SKBM) atau kriteria ketuntasan minimal

(KKM) ditentukan oleh sejumlah kriteria antara lain materi

esensial, kompleksitas, sarana pendukung, dan intake siswa.

Semua unsur KKM ini secara kumulatif akan menjadi input

bagi laporan hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran

PKn. Adanya keterangan dalam laporan sangat penting untuk

mengetahui kompetensi dasar apa yang masih lemah atau

belum dikuasai dan kompetensi dasar apa yang sudah

dikuasai. Dari informasi inilah peserta didik dan guru dapat

melakukan kegiatan remedial atau perbaikan. Secara terbuka

guru dapat mengkomunikasikan kepada peserta didik tentang

kompetensi apa yang masih harus diperbaiki. ***

Page 113: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 109

BAB VII

PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SD

A. Pengembangan Kurikulum

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip

berikut.

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa

peserta didik memiliki posisi sentral untuk

mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian

tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik

disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,

dan kepentingan peserta didik serta tuntutan

lingkungan.

2. Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan

keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah,

dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan

agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status

sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi

substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan

lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta

disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang

bermakna dan tepat antarsubstansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang

secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi

Page 114: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 110

kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti

dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan

melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk

menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan

kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan

kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh

karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,

keterampilan berpikir, keterampilan sosial,

keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional

merupakan keniscayaan.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi

kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran

yang direncanakan dan disajikan secara

berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang

berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum

mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur

pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan

memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang

selalu berkembang serta arah pengembangan manusia

seutuhnya.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan

daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan

kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk

membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan

daerah harus saling mengisi dan memberdayakan

sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 115: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 111

Demikianlah prinsip- prinsip yang perlu

dipertimbangkan dan dijadikan pedoman dalam

mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan

oleh para praktisi pendidikan di setiap jenjang dan jalur

satuan pendidikan masing-masing.

B. Materi Kurikuluer Pendidikan Kewarganegaraan

Domain PKn sebagai program kurikuler dirancang

dalam sejumlah dokumen kurikulum yang bersifat formal dan

hasil pemikiran para ahli sesuai dengan tingkat usia dan

jenjang sekolah yang semuanya diarahkan pada

pembangunan karakter warga negara. Sebagaimana telah

diuraikan sebelumnya bahwa persoalan yang dihadapi PKn

bila dikaitkan dengan praktik dan perilaku kehidupan

masyarakat dan bangsa Indonesia akhir-akhir ini masih jauh

dari harapan. Bahkan masih jauh dari tujuan dan cita-cita

bangsa sebagaimana yang digariskan dalam Pembukaan

UUD 1945.

Program PKn yang diselenggarakan di lembaga

pendidikan formal seperti sekolah belum dapat dikatakan

sinergi dengan program PKn yang diselenggarakan di luar

lembaga pendidikan formal, kalau ada. Program PKn masih

berjalan secara sendiri-sendiri sehingga persoalan bangsa,

khususnya dalam upaya pembangunan karakter warga negara

yang baik belum optimal. Domain PKn sebagai program

kurikuler meliputi program PKn yang diselenggarakan dalam

lingkungan pendidikan formal dan nonformal. PKn sebagai

program kurikuler adalah PKn yang terdapat di dalam

kurikulum tiap jenjang satuan pendidikan (SD, SMP, SMA,

PT). Program PKn pada lingkungan pendidikan nonformal ini

masih terabaikan, artinya upaya untuk pembinaan karakter

warga negara yang menyeluruh termasuk mereka yang ada di

luar jalur pendidikan formal belum mendapat perhatian yang

memadai. Masalah ini terkait dengan masalah kebijakan

(policy) pemerintah. Tanggung jawab yang diemban oleh

pakar atau semua masyarakat ilmiah di bidang PKn adalah

Page 116: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 112

melakukan pengkajian secara berkesinambungan khususnya

dalam lingkup kurikulum.

Program PKn sebagai domain kurikuler berbentuk

sejumlah dokumen yang setiap masa/saat dapat berubah.

Tidak ada dokumen kurikuler yang steril dari perubahan.

Dokumen kurikulum PKn dibuat dan dipersiapkan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami

perubahan dari satu masa ke masa berikutnya. Perubahan

kurikulum yang dilakukan oleh para pengembang merupakan

proses alamiah mengikuti perkembangan masyarakat yang

berubah sejalan dengan tuntutan dan tantangan yang

dihadapi. Perubahan kurikulum hendaknya dilakukan setelah

ada proses evaluasi terhadap kurikulum terdahulu. Sejalan

dengan perubahan masyarakat dan sistem pemerintahan di

Indonesia, Kurikulum PKn sekolah yang pernah ada di

Indonesia dapat dipilah menjadi empat model, yaitu:

Pertama adalah model PKn pada kurun waktu tahun 1960-an

sampai 1968. Kurikulum pada masa ini memiliki ontologi

pokok berupa content yang lebih banyak mengandung aspek

sosial politik yang berkaitan dengan doktrin-doktrin

kenegaraan; Kedua, ketika berubah menjadi PKn pada tahun

1968-an sampai 1975-an muatan isi kurikulum mulai berubah

menjadi bukan hanya doktrin kenegaraan yang spesifik,

melainkan sudah membahas persoalan-persoalan moral dan

sebagainya; Ketiga, begitu PKn itu menjadi Pendidikan

Moral Pancasila pada tahun 1975, content-nya itu menukik

pada butir-butir nilai Pancasila yang berlaku sampai

kurikulum 1994, dan Keempat, sejalan dengan adanya

perubahan politik dari Orde Baru ke Orde Reformasi,

sebenarnya ketika berlaku Kurikulum PPKn 1994, pernah

dilakukan penyesuaian content. Ada sejumlah content

Kurikulum 1994 yang ditambah dan dikurangi, disesuaikan

dengan semangat dan nuansa reformasi. Pada sekitar tahun

1999 lahirlah Kurikulum Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn) dengan Suplemen. Sejumlah

butiran dan nilai hasil pemikiran yang terkait dengan budi

Page 117: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 113

pekerti diakomodasi ke dalam Kurikulum PPKn 1994 dengan

Suplemen. Hingga kini sejumlah sekolah baik SD, SMP,

maupun SMA masih ada yang menggunakan Kurikulum

PPKn 1994 dengan Suplemen, beberapa sekolah lainnya

menggunakan Kurikulum 2006, dan beberapa sekolah

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

berdasarkan pada Standar Nasional, Standar Isi (Permen

Diknas Nomor 22/2005) dan Standar Kompetensi Lulusan

(Permen Diknas Nomor 23/2005). Ketika bangsa Indonesia

memasuki tahun 2000, di kalangan Departemen Pendidikan

Nasional mulai diadakan berbagai kajian dan evaluasi

terhadap dokumen Kurikulum PKn hingga lahirlah gagasan

tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk mata

pelajaran PKn sekolah. Nama untuk mata pelajaran ini pun

telah berubah. Untuk SD dan SMP, mata pelajaran PKn

digabungkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan

menggunakan nama baru menjadi Pengetahuan Sosial.

Sedangkan untuk SMA, mata pelajaran PKn berubah nama

menjadi Kewarganegaraan. Dari aspek content, baik PKn SD,

SMP yang ada dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial,

maupun PKn SMA dalam mata pelajaran Kewarganegaraan

pada dasarnya masih menimbulkan kontroversi dan

perdebatan di kalangan masyarakat umum maupun

masyarakat akademik.

Sebagai standar nasional dalam aspek isi atau ruang

lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

sebagaimana termuat dalam standar isi (Permendiknas

Nomor 22/2006) meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun

dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai

bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam

pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara

Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan

keadilan;

Page 118: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 114

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam

kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang

berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah,

3. Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan

peradilan internasional

4. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak,

Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen

nasional dan internasional HAM, Pemajuan,

penghormatan dan perlindungan HAM

5. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong,

Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan

berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat,

Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan

kedudukan warga Negara;

6. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan

konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang

pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar Negara

dengan konstitusi;

7. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan

kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi,

Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya

politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,

Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi

8. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar

negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila

sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila

dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi

terbuka

9. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya,

Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak

globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi

internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Demikianlah ruang lingkup materi mata pelajaran PKn

berdasarkan Standar Isi sebagaimana diatur dalam

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Disahkannya Undang-

Page 119: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 115

undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional telah menimbulkan dampak yang cukup signifikan

terhadap perubahan sistem kurikulum di Indonesia. Salah

satu implikasi dari ketentuan undang-undang tersebut adalah

lahirnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pasal 2 ayat (1)

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa

lingkup standar nasional meliputi: (1) standar isi; (2) standar

proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik

dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana;

(6) standar pengelolaaan; (7) standar pembiayaan; (8) standar

penilaian pendidikan. Dalam standar isi dikemukakan pula

bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan warga negara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi

warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan

berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Dalam standar kompetensi lulusan dikemuakkan

bahwak kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan

wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Standar

Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam

menentukan kelulusan peserta didik. Kurikulum

dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut: (1)

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) Beragam

dan terpadu; (3) Tanggap terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4)

Relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) Menyeluruh dan

berkesinambungan; (6) Belajar sepanjang hayat; (7)

Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan

daerah.

Page 120: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 116

C. Pengembangan Silabus dan RPP Pembelajaran PKn

Dalam pengertian kamus, istilah silabus berarti ikhtisar

suatu pelajaran. Dalam konteks pembelajaran, silabus adalah

rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan

kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi

untuk penilaian. Istilah silabus dalam konteks pembelajaran

telah lama digunakan di perguruan tinggi. Namun, untuk

tingkat sekolah, istilah silabus sebenarnya belum lama

digunakan karena istilah yang digunakan sebelumnya adalah

model program atau desain program.

Silabus selalu terkait dengan kompetensi dan

kompetensi dasar yang diharpkan dapat dikuasai oleh peserta

didik. Dalam silabus pun selalu diuraikan masalah cara

mencapai dan bagaimana mengetahui bahwa kompetensi

tersebut teah tercapai. Penggunaan istilah silabus dalam

pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional

saat ini cukup resmi karena diatur dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 Ayat (2) yang

berbunyi: Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan

komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan

pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar

kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah

supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di

bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan

departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang

agama untuk MI. MTs, MA, dan MAK. Silabus sebagai

bagian dari kurikulum yang ada pada tingkat satuan

pendidikan dikembangkan oleh: (1) guru kelas/mata

pelajaran, atau (2) kelompok guru kelas/mata pelajaran, atau

(3) kelompok kerja guru (PKG/MGMP), atau (4) Dinas

Page 121: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 117

Pendidikan. Kegiatan pengembangannya dapat dilakukan

secara bersama-sama dalam satu waktu, artinya semua unsur

guru hadir sedangkan unsur dari dinas dapat berperan sebagai

pembimbing/pengawas.

Sebagai rambu-rambu pengembangan bagi guru berikut

diuraikan komponen-komponen silabus yang dapat dijadikan

acuan oleh para guru. Komponen Silabus:

1. Standar Kompetensi

2. Kompetensi Dasar

3. Materi Pokok/Pembelajaran

4. Kegiatan Pembelajaran

5. Indikator

6. Penilaian

7. Alokasi Waktu

8. Sumber Belajar

Untuk menghasilkan silabus yang baik dan aplikatif, maka

para pengembang (guru) perlu memperhatikan prinsip-prinsip

pengembangan silabus sebagai berikut.

o Ilmiah; Artinya, keseluruhan materi dan kegiatan yang

menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

o Relevan; Artinya, cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran

dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan

tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial,

o emosional, dan spritual peserta didik.

o Sistematis; Artinya, komponen-komponen silabus saling

berhubungan secara fungsional dalam mencapai

kompetensi.

o Konsisten; Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat

asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan

sistem penilaian.

o Memadai; Artinya, cakupan indikator, materi pokok/

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan

sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian

kompetensi dasar.

Page 122: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 118

o Aktual dan Kontekstual; Artinya, cakupan indikator,

materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan

perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam

kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

o Fleksibel; Artinya, keseluruhan komponen silabus dapat

mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta

dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan

masyarakat.

o Menyeluruh; Artinya, komponen silabus mencakup

keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,

psikomotor).

Dalam mengembangkan silabus, guru pun perlu

memperhatikan langkah-langkah pengembangan silabus

yaitu: mengkaji dan menentukan standar kompetensi;

mengkaji dan menentukan kompetensi dasar;

mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran;

mengembangkan kegiatan pembelajaran; merumuskan

indikator pencapaian kompetensi; menentukan jenis

penilaian; menentukan alokasi waktu, dan menentukan

sumber belajar

Dalam mengkaji standar kompetensi mata pelajaran

guru perlu memperhatikan hal-hal berikut: urutan

berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat

kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang

ada di SI; keterkaitan antar standar kompetensi dan

kompetensi dasar dalam mata pelajaran; keterkaitan standar

kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.

Dalam mengkaji kompetensi dasar mata pelajaran guru

perlu memperhatikan hal-hal berikut: urutan berdasarkan

hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan

materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada

dalam SI; keterkaitan antar standar kompetensi dan

kompetensi dasar dalam mata pelajaran; keterkaitan standar

kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

Page 123: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 119

Dalam mengidentifikasi materi pokok, ada sejumlah

aspek yang perlu dipertimbangkan oleh guru sebagai berikut:

potensi peserta didik; relevansi dengan karakteristik daerah;

tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial,

dan spritual peserta didik; kebermanfaatan bagi peserta didik;

struktur keilmuan; aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi

pembelajaran; relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan

tuntutan lingkungan; alokasi waktu.

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan

pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan

guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka

pencapaian kompetensi. Pengalaman belajar dimaksud dapat

terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi

dan berpusat pada peserta didik serta memuat kecakapan

hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam

mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah memberikan

bantuan agar guru dapat melaksanakan proses pembelajaran

secara profesional, seperti: memuat rangkaian kegiatan yang

harus dilakukan peserta didik secara berurutan untuk

mencapai kompetensi dasar; penentuan urutan kegiatan

pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi

pembelajaran, dan Rumusan pernyataan dalam kegiatan

pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang

mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik

yaitu kegiatan siswa dan materi.

Dalam merumuskan indikator pencapaian kompetensi,

guru perlu memiliki pemahaman bahwa indikator merupakan

penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh

perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan

sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan,

dan potensi daerah dan dapat digunakan sebagai dasar untuk

menyusun alat penilaian. Dalam mengembangkan indikator,

seorang guru perlu menyadari bahwa setiap KD

Page 124: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 120

dikembangkan menjadi beberapa indikator. Indikator

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur

dan/atau diobservasi sehingga dimungkinkan bahwa tingkat

kata kerja dalam indikator akan lebih rendah atau setara

dengan kata kerja dalam KD dan/atau SK.

Prinsip pengembangan indikator seyogianya sesuai

dengan prinsip kepentingan (urgensi), kesinambungan

(kontinuitas), kesesuaian (relevansi) dan kontekstual.

Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-

tanda, perilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi

yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan

bertindak secara konsisten. Penilaian merupakan serangkaian

kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan

data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga

menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan

keputusan.

Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non

tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,

sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk,

penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Berdasarkan

ketentuan dalam rambu-rambu KTSP, ada sejumlah langkah

dalam penyusunan RPP sebagai berikut:

A. Mencantumkan identitas, seperti:

o Nama sekolah

o Mata Pelajaran

o Kelas/Semester

o Standar Kompetensi

o Kompetensi Dasar

o Indikator

o Alokasi Waktu

Perlu diingat bahwa: (1) RPP disusun untuk satu

Kompetensi Dasar; (2) Standar Kompetensi, Kompetensi

Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus yang disusun oleh

satuan pendidikan; dan (3) Alokasi waktu diperhitungkan

untuk pencapaian satu kompetensi dasar yang

Page 125: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 121

bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan

banyaknya pertemuan. Oleh karena itu, waktu untuk

mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan

dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada

karakteristik kompetensi dasarnya.

B. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang

operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran

dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional

dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar

sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan

dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau

beberapa tujuan.

C. Mencantumkan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran

dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang

ada dalam silabus.

D. Mencantumkan Metode Pembelajaran

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi

dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan

pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan

dan/atau strategi yang dipilih.

E. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus

dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan.

Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur

kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup. Akan tetapi, dimungkinkan dalam

seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik

model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai

dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan

pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup

tidak harus ada dalam setiap pertemuan.

Page 126: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 122

F. Mencantumkan Sumber Belajar

Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang

ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan

pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan,

lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber

belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya,

sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens,

dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut,

pengarang, dan halaman yang diacu.

G. Mencantumkan Penilaian

Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk

instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk

mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan

dalam bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila

penilaian menggunakan teknik tes tertulis uraian, tes unjuk

kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai

rubrik penilaian. Dalam bentuk sistematika, RPP yang

dibuat guru dapat disusun sebagai berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

SD/MI : ...................................

Mata Pelajaran : ...................................

Kelas/Semester : ...................................

Standar Kompetensi : ...................................

Kompetensi Dasar : ...................................

Indikator : ...................................

Alokasi Waktu : ..... x 35 menit (… pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran

B. Materi Pembelajaran

C. Metode Pembelajaran

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1

Pertemuan 2

dst

E. Sumber Belajar

Page 127: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 123

F. Penilaian

Contoh RPP mata pelajaran PKn untuk SD sebagai

berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

SD : ..............................................

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas/Semester : V (Lima)/1 (Satu)

Standar Kompetensi : Memahami pentingnya

keutuhan NKRI.

Kompetensi Dasar :Mendeskripsikan NKRI.

Indikator :

1) Menjelaskan makna NKRI.

2) Menjelaskan makna Bhinneka Tunggal Ika.

3) Menceritakan kesatuan wilayah Negara

Indonesia.

4) Menganalisis keutuhan NKRI.

5) Menjelaskan tujuan menjaga keutuhan NKRI.

Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2x pertemuan)

Tujuan Pembelajaran :

Setelah selesai proses pembelajaran siswa mampu:

1. Menjelaskan makna NKRI.

2. Menjelaskan makna Bhinneka Tunggal Ika.

3. Menceritakan kesatuan wilayah negara Indonesia.

4. Menyebutkan usaha-usaha menjaga keutuhan

NKRI.

5. Menjelaskan tujuan menjaga keutuhan NKRI.

Materi Pembelajaran :

Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Metode Pembelajaran :

Pengamatan, diskusi, tanya jawab, penugasan, praktik.

Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan I

Page 128: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 124

1. Kegiatan Awal (10 menit)

o Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang

indikator yang akan dicapai dalam proses

pembelajaran.

o Siswa mengelompok menurut kelompok diskusi

yang telah ditentukan.

o Siswa menyiapkan bahan yang akan dipelajari

bersama.

2. Kegiatan Inti (50 menit)

o Siswa mencermati materi dalam buku yang

berkaitan dengan menjaga keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

o Siswa mengerjakan tugas bersama-sama dengan

kelompoknya.

o Siswa menyiapkan hasil kerja kelompok dan

menyampaikannya di depan kelas.

o Siswa memerhatikan penjelasan yang

disampaikan oleh guru.

o Siswa membuat rangkuman.

3. Kegiatan Penutup (10 menit)

o Menjelaskan makna Bhinneka Tunggal Ika!

o Sebutkan usaha-usaha dalam menjaga keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia!

o Jelaskan tujuan menjaga keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia!

Pertemuan II

1. Kegiatan Awal (10 menit)

o Siswa memerhatikan penjelasan guru tentang

indikator yang akan dicapai dalam kegiatan

pembelajaran.

o Siswa mengelompok sesuai dengan kelompok

diskusinya.

o Siswa menyiapkan materi pelajaran yang akan

dipelajari bersama.

Page 129: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 125

2. Kegiatan Inti (50 menit)

o Siswa melakukan kegiatan diskusi tentang usaha-

usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga b.

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

o Siswa berdiskusi tentang tujuan menjaga keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

o Siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok

masing-masing.

o Siswa memerhatikan penjelasan dari guru tentang

hasil diskusi.

o Siswa membuat kesimpulan hasil diskusi yang

telah di bahas bersama-sama.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)

a. Siswa menjawab pertanyaan tentang menjaga

keutuhan NKRI.

Misalnya:

o Usaha-usaha apa saja yang dapat dilakukan

untuk menjaga keutuhan NKRI?

o Apa tujuan menjaga keutuhan NKRI?

b. Siswa mendapat tugas individu sebagai bahan

pendalaman materi.

Alat/Sumber:

Buku Pendidikan Kewarganegaraan. Penerbit

Cempaka Putih.

Penilaian:

Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan

setelah akhir pertemuan II.

Page 130: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 126

BAB VIII

PENUTUP

Pembelajaran PKn di SD lebih dititikberatkan pada

penghayatan dan pembiasaan diri untuk berperan sebagai

warga negara yang demokratis dalam konteks Indonesia.

Untuk itu guru PKn harus menjadi model warga negara yang

demokratis sehingga menjadi teladan bagi peserta didiknya.

Materi pembelajaran PKn hendaknya diarahkan pada

ketentuan yang telah ada dalam standar isi sesuai dengan

Permendiknas Nomor 22 tahun 2006. Pembelajaran materi

PKn harus pula mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan

dalam ketentuan Permendiknas, yakni: berpikir secara kritis,

rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan;

berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; Berkembang

secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar

dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya;

Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan

dunia secara langsung atau tidak langsung dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Hal terpenting dalam mendesain materi pembelajaran

PKn dengan melakukan analisis situasi. Analisis situasi

biasanya dilakukan sebelum proses pengembangan

kurikulum, artinya, selama proses mengembangkan

kurikulum, guru dituntut agar menyadari dan

mempertimbangkan tentang situasi yang sedang terjadi atau

berubah di sekitarnya. Laurie Brady (1990) menegaskan

bahwa analisis situasi diperlukan untuk menentukan

efektifitas penerapan kurikulum yang baru. Guru seyogianya

dapat menangkap berbagai isu yang berkembang di

masyarakat untuk dijadikan sebagai pengalaman belajar

siswa. Guru haruslah dapat mengkaji situasi belajar, meliputi

Page 131: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 127

faktor-faktor seperti: latar belakang pengalaman siswa, sikap

dan kemampuan guru, iklim sekolah, sumber belajar dan

hambatan-hambatan eksternal.

Inovasi pembelajaran PKn dalam komponen

pendekatan harus selalu dilakukan oleh semua praktisi

pendidikan khususnya guru. Salah satu tindakan inovasi itu

adalah pergeseran dalam penerapan pendekatan pembelajaran

PKn dari pendekatan yang berorientasi pada tujuan dan isi

(content based curriculum) ke arah yang lebih menekankan

pada proses (process based curriculum) bahkan sekarang

telah bergeser pada inovasi yang lebih terkini, yakni

pendekatan yang berorientasi pada kompetensi (competency

based curriculum). Gagasan ini dimaksudkan agar melalui

pendidikan kewarganegaraan dapat terbentuk warga negara

yang lebih mandiri dalam memahami dan mencari solusi

terhadap masalah yang dihadapi serta mampu mengambil

keputusan-keputusan yang terbaik bagi dirinya, lingkungan

serta masyarakatnya

Media pembelajaran yang disusun dengan baik,

memiliki manfaat atau nilai praktis yaitu: memvisualkan

yang abstrak (animasi peredaran darah); membawa objek

yang sukar didapat (binatang buas/berbahaya); membawa

objek yang terlalu besar (gunung, pasar); menampilkan objek

yang tidak dapat diamati mata (mikro organisme); mengamati

gerakan yang terlalu cepat (jalannya peluru); memungkinkan

berinteraksi dengan lingkungannya; memungkinkan

Keseragaman pengalaman; mengurangi resiko apabila objek

berbahaya; menyajikan informasi yang konsisten dan diulang

sesuai dengan kebutuhan; membangkitkan motivasi belajar;

dapat disajikan dengan menarik dan variatif; mengontrol arah

maupun kecepatan peserta didik; menyajikan informasi

belajar secara serempak dan dapat diulang maupun disimpan

menurut kebutuhan, dan mengatasi keterbatasan ruang dan

waktu, dan lainnya.

Penilaian mata pelajaran PKn adalah proses untuk

mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta

Page 132: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 128

didik dalam mata pelajaran PKn. Hasil penilaian digunakan

untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta

didik dan efektivitas proses pembelajaran PKn. Fokus

penilaian PKn adalah keberhasilan belajar peserta didik

dalam mencapai standar kompetensi PKn yang ditentukan

dalam Permendiknas Nomor 22/2005 tentang Standar Isi (SI).

Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai

berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang

selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Untuk

tingkat satuan pendidikan, kompetensi yang harus dicapai

peserta didik adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

sebagaimana tertera dalam Permendiknas Nomor 23/2006.

Dengan demikian, guru dalam mengembangkan

kegiatan pembelajaran PKn adalah memberikan bantuan agar

guru dapat melaksanakan proses pembelajaran secara

profesional, seperti: memuat rangkaian kegiatan yang harus

dilakukan peserta didik secara berurutan untuk mencapai

kompetensi dasar; penentuan urutan kegiatan pembelajaran

harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran,

dan Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran

minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan

pengelolaan pengalaman belajar peserta didik yaitu kegiatan

siswa dan materi.***

Page 133: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 129

DAFTAR PUSTAKA

A. Kosasih Djahiri (1978), Pengajaran Studi Sosial/IPS,

Dasar-dasar Pengertian Metodologi Model Belajar

Menagajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung, LPPP-

IPS FKIS IKIP Bandung

_______, (1985), Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral

VCT dan Games dalam VCT. Bandung: PMPKN

FPIPS IKIP Bandung.

Atwi Suparman. (1997). Model-Model Pembelajaran

Interaktif, Jakarta, STIA –LAN Turner, Long, Bowes,

Lott. (1990). Civics: Citizens in Action. Columbus:

Merril Publishing Company.

Banks, A. James. (1990). Teaching Strategies for the Social

Studies: Inquiry, Valuing, and Decision-Making. New

York: Longman.

________, (1977). Teaching Strategies for the Social Studies:

Inquiry, Valuing, and Decision-Making. Sydney:

Addison-Wesley Publishing Company. Center for

Civic Education. (1998). We the People...Project

Citizen. Calabasas:

Brady, Laurie. (1990). Curriculum Development. New York:

Prentice Hall.

CCE, (1996), We The People Project Citizen: Teacher‟s

Guide, Calabasas, California.

Center for Civic Education and the National Conference of

State Legislatures. Leppert, Ella C. (1963). Locating

and Gathering Information. in Carpenter, Helen (Ed.)

Skill Development in Social Studies. Washington:

NCSS.

Center for Indonesian Civic Education. (2000). Kami Bangsa

Indonesia…Proyek Belajar Kewarganegaraan. (Buku

Guru & Siswa) Diterjemahkan oleh Sapriya dari We

the People…Project Citizens (1998). CICED.

Page 134: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 130

Cleaf, David W. Van. (1991). Action in Elementary Social

Studies. Boston: Allyn Bacon.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Permendiknas

Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan. BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Permendiknas

Nomor 20 Tahun 2007. Departemen Pendidikan

Nasional. (2007). Panduan Penilaian Kelompok Mata

Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian.

Gronlund, Norman E. (1981). Measurement and Evaluation

in Teaching. (fourth edition). New York: Macmillan

Publishing Co., Inc.

Hanna, Paul R. and Lee, John R. (1962). Content in the

Social Studies, Section One: Generalizations from the

Social Sciences. Dalam John U. Michaelis (Ed.)

Social Studies in Elementary Schools. Washington:

NCSS.

Huntington, Samuel P. (1998). The Clash of Civilizations and

the Remaking of World Order. London: Touchstone

Books.

Michaelis, John U. (1980). Social Studies for Children: A

Guide to Basic Instruction. (7th Edition). New Jersey:

Prentice Hall, Inc.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 tentang Standar Isi.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun

2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Somantri, Nu‟man. (2001). Menggagas Pembaharuan

Pendidikan IPS. Dedi Supriadi & Rohmat Mulyana

(ed). Bandung: PPS-FPIPS UPI dan Remadja Rosda

Karya.

Sapriya. (2005). Model Pembelajaran Partisipatif Berbasis

Portofolio dalam Pendidikan Kewarganegaraan di

Page 135: Pembalajaran PKN SD

Pembelajaran PKn SD 131

Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar: Kajian Teori

dan Praktik Pendidikan. Tahun 14 Nomor 1, Mei

2005.

Sockett, H. (1976). Designing the Curriculum. London: Open

Books.

Skilbeck, M. (1976). „School Based Curriculum

Development and Teacher Education Policy‟. in

Teacher as Innovators. Paris: OECD Publications.

Safari. (2005). Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian

Berbasis Kompetensi. Jakarta: Asosiasi Pengawas

Sekolah Indonesia, Depdiknas

Sunal, Cynthia Szymanski and Haas, Mary E. (1993). Social

Studies and the Elementary/Middle School Student,

Philadelphia: Harcourt Brace Jovanovich College

Publishers.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Winataputra, Udin S. dan Sapriya. (2003). Pengorganisasian

Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan dan IPS di

Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar: Kajian Teori

dan Praktik Pendidikan. Tahun 12 Nomor 2,

November 2003.

Welton, David A & Mallan, John T. (1988) Children and

Their World, Strategies for Teaching Social Studies

(3rd ed.). Boston, Dallas: Houghton Mifflin Company.