Laporan Mikroteknik Whole Mount (Protozoa)
-
Upload
semarang-state-university -
Category
Science
-
view
234 -
download
0
Transcript of Laporan Mikroteknik Whole Mount (Protozoa)
PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA
A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM
Senin, 28 April 2014
B. TUJUAN
1. Membuat preparat whole mount Protozoa
2. Menganalisis hasil preparat whole mount Protozoa
C. LANDASAN TEORI
Preparat utuh/ whole mount adalah preparat yang obyeknya merupakan keseluruhan
bagian secara utuh tanpa mengurangi/melakukan pengirisan. Tujuan pembuatan preparat
utuh/whole mount adalah untuk dapat menyediakan preparat mikroskopis yang dapat
memperlihatkan struktur secara keseluruhan dari bahan/obyek yang bersangkutan (Rudyatmi,
2011). Pewarnaan dalam pembuatan preparat ini dilakukan dengan cara suksedan, di mana
dua macam zat warna yaitu hematoxilin dan eosin diberikan secara bergantian, satu persatu
dan ada pencucian sendiri-sendiri. Pencuci untuk zat warna hematoxilin adalah air mengalir
sedangkan zat warna eosin dicuci dengan alkohol 70%. Hematoxilin akan mewarnai inti sel
sedangkan eosin akan mewarnai sitoplasma sel.
Protozoa merupakan protista eukariotik yang terdapat sebagai sel-sel tunggal artinya
satu organisme yang melakukan semua fungsi fisiologis atau proses hidup yang esensial
dalam satu sel tersebut. Protozoa dapat dibedakan dari Protista lainnya dari kemampuannya
beralih tempat pada tempat tertentu dalam daur hidupnya dan dari tiadanya dinding sel.
Makhluk ini terutama berukuran mikroskopik, kadang-kadang terbentuk koloni yaitu
kumpulan sel sendiri-sendiri. Ukuran dan bentuk ptotozoa sangat beragam. Beberapa
berbentuk lonjong atau membola, ada pula yang polimorfik (mempunyai berbagai bentuk
morfologi pada tingkat-tingkat yang berbeda dalam daur hidupnya.
Protozoa adalah penghuni tempat-tempat berair seperti selokan, sawah, parit, sungai,
waduk, laut, atau hidup parasit di dalam tubuh organisme lain. Di tempat-tempat yang
tergenang air dan mengandung rumput kering atau jerami kering juga sering didapatkan
Protozoa. Pada lingkungan atau keadaan yang tidak menguntungkan, protozoa dapat
membungkus diri sebagai kista yang tersusun dari bahan kalsium karbonat (CaCO3).
Pengambilan makanannya dilakukan dengan cara berikut:
1. Holozoik, yaitu mengambil makanannya dari mikroorganisme lain seperti bakteri atau
ganggang (alga).
2. Saprofit, yaitu mengambil makanannya dari bahan-bahan hancuran tumbuhan yang ada di
sekitarnya.
3. Saprozoik, yaitu mengambil makanannya dari hewan-hewan yang telah mati.
4. Holozoik, yaitu dengan melakukan fotosintesis.
Protozoa ada yang mempunyai cangkang yang berasal dari zat kapur atau kersik.
Reproduksi aseksual (vegetatif) pada kebanyakan Protozoa adalah dengan membelah diri.
Namun, ada pula jenis Protozoa tertentu yang bereproduksi secara seksual (generatif) dengan
konjugasi, yaitu perpaduan antara dua individu yang belum dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Cara hidupnya ada yang parasit, saprofit, dan hidup bebas. Protozoa merupakan hewan
uniseluler, berukuran kurang dari 10 mikron dan walaupun jarang, ada yang mencapai 6
milimeter, contohnya Ciliata : Sprirostomum sp.(3 mm), dan Sporozoa : Porospora gigantean
(16 mm).
Berdasarkan struktur alat geraknya, protozoa dibagi menjadi lima kelas, yaitu:
1. Sarcodina atau Rhizopoda, bergerak dengan pseudopodia contohnya Amoeba sp.
2. Mastigophora atau Flagellata, bergerak dengan satu atau lebih flagella seperti cambuk
contohnya Euglena sp.
3. Sporozoa, tidak mempunyai alat gerak contohnya Plasmodium sp.
4. Cilliata, bergerak dengan cilia seumur hidupnya.
5. Suctoria, pada waktu masih muda bergerak dengan cilia sedang yang dewasa mempunyai
tentakal (Setiati dkk, 2004: 3).
D. PROSEDUR KERJA
Kultur Protozoa dibuat dua minggu sebelum pembuatan preparat. Gelas benda bebas
lemak ditetesi perekat albumin meyer, digosok-gosok dengan jari telunjuk sampai terasa kesat
dan diletakkan di atas rak pewarnaan. Kultur protozoa dishortir di bawah mikroskop,
kemudian diteteskan pada gelas benda dan dikeringanginkan tetapi tidak terlalu kering agar
kultur tidak mengalami plasmolisis. Setelah itu difiksasi di dalam staining jar menggunakan
metanol selama 10 menit dan dicuci dalam staining jar menggunakan alkohol 50% dan
dilanjutkan ke aquades.
Kultur protozoa diwarnai dengan hematoxilin dalam staining jar selama 10 hitungan
selanjutnya dicuci dengan air mengalir sampai berwarna biru cerah. Lalu didehidrasi dalam
staining jar yang berisi alkohol 50% dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya
adalah pewarnaan sediaan dengan zat warna eosin dalam alkohol 70% di dalam staining jar
selama 2 menit dilanjutkan dengan pencucian zat warna menggunakan alkohol 70%.
Preparat didehidrasi menggunakan alkohol bertingkat 80%, 90% dan 96% masing-
masing selama 2 menit. Kemudian didealkoholisasi menggunakan larutan alkohol xilol 3:1,
1:1, 1:3 dan dilanjutkan pada xilol murni I dan xilol murni II masing-masing selama 2 menit.
Dengan cepat, sediaan diangkat dan diletakkan di gelas benda, ditetesi kanada balsam,
kemudian ditutup secara cepat dengan gelas penutup dengan bantuan jarum pentul. Sediaan
dilabeli dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran kuat, difoto, dan dianalisis
hasilnya.
E. HASIL PENGAMATAN
Preparat Whole Mount Protozoa
Hematoxilin
Keterangan:
1. Inti sel
2. sitoplasma
3. Paramaecium sp.
Perbesaran 40 X 10
Gambar Pembanding
F. PEMBAHASAN
Preparat Protozoa adalah preparat permanen karena mempunyai ketahanan sampai
bertahun-tahun, Preparat ini menggunakan keseluruhan dari objek tanpa melakukan
pengirisan, sehingga dinamakan preparat whole mount.
Hasil analisis preparat yang telah dibuat, diketahui mikroorganisme yang ditemukan
adalah Paramecium sp. Hal ini diketahui dari mikroorganisme yang ditemukan berbentuk oval
seperti sandal yang bergerak dengan cepat. Pada preparat tersebut tidak terlihat bagian-bagian
sel Paramecium sp karena mikroorganismenya terlalu kecil. Namun pada umumnya bagian
selnya berupa sitoplasma, inti sel, dan organela-organela sel lainnya seperti vakuola,
mitokondria, makronukleus, dsb. Bagian-bagian/organela-organela tersebut merupakan ciri
khas pada Paramecium sp ditambah dengan silia.
Pewarnaan preparat whole mount protozoa ini dilakukan dengan cara pewarnaan
suksedan, yaitu menggunakan dua macam zat warna secara bergantian dengan pencuci
sendiri-sendiri. Zat warna yang digunakan adalah hematoxilin yang mewarnai inti sel
Paramecium sp dan zat warna eosin yang mewarnai bagian sitoplasma sel Paramecium sp,
sehingga secara keseluruhan Paramecium sp tampak berwarna kemerahan. Pada preparat ini,
hematoxilin kurang terserap dengan sempurna oleh inti sel Paramecium sp sehingga zat warna
hematoxilin larut ketika preparat dicuci dengan air mengalir. Pewarnaan yang kurang
sempurna ini mengakibatkan nukleus dan beberapa bagian-bagian tubuh Paramecium sp
hampir tidak terlihat.
Pada saat kultur protozoa diteteskan ke atas gelas benda dan kemudian diamati di
bawah mikroskop, terlihat banyak protozoa yang dapat teramati, akan tetapi setelah melalui
tahapan-tahapan dalam pembuatan preparat whole mount terlihat protozoa yang teramati
mengumpul/bertumpukkan. Hal ini dapat terjadi karena ada kesalahan ketika proses
pembuatan preparat dilakukan, kesalahan tersebut antara lain :
1. Praktikan terlalu banyak meneteskan perekat albumin meyer pada gelas benda, selain itu,
proses meratakan perekat albumin meyer belum dilakukan dengan sempurna sehingga
protozoa tidak melekat dengan kuat pada gelas benda, akibatnya protozoa tersebut dapat
hilang atau terbawa larutan ketika melalui proses pencucian, dehidrasi, dan dealkoholisasi.
2. Pada proses pencucian, praktikan kurang berhati-hati, sehingga aliran airnya terlalu deras
yang menyebabkan protozoa hilang terbawa arus air.
Dalam pembuatan preparat whole mount ini proses penutupan preparat dengan gelas
penutup harus benar-benar diperhatikan, pemberian kanada balsam yang tidak berlebihan dan
proses penutupan harus dilakukan secara hati-hati karena apabila terjadi kesalahan ketika
melakukan penutupan akan menyebabkan adanya gelembung udara pada preparat, setelah itu
diolesi dengan kutek pada bagian tepi gelas penutup. Tahap akhir adalah labelling/pemberian
label.
G. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Preparat whole mount protozoa belum berhasil dibuat oleh praktikan. Pembuatan preparat
whole mount protozoa digunakan hematoxilin dan eosin pada tahap pewarnaan, bertujuan
untuk mewarnai inti sel dan sitoplasma sel protozoa.
2. Jenis protozoa yang teramati adalah Paramaecium sp. yang berbentuk oval menyerupai
bentuk sandal.
H. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, dapat direkomendasikan saran sebagai berikut :
1. Pada saat perataan perekat albumin meyer pada gelas benda hendaknya dilakukan sampai
terasa lengket/ kering lengket agar sediaan protozoa dapat terikat kuat pada gelas benda dan
mencegah hilangnya sediaan protozoa ketika dilakukan pencucian dan tahapan lainnya.
2. Pencucian terhadap zat warna hematoxilin sebaiknya tidak terlalu lama dan menggunakan
aliran air yang tidak terlalu deras sehingga protozoa tidak hilang terbawa air/ tercuci/ikut
terlarut pada saat pencucian.
3. Pencucian zat warna eosin dengan alkohol 70% sebaiknya dilakukan dengan sempurna agar
bagian-bagian sel yang merupakan ciri khas dari Paramecium sp. dapat terlihat dengan
jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Djoko.1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. Surabaya: IKIP Surabaya.
Handari, S. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Rudyatmi, Ely. 2010. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Biologi FMIPA UNNES.
Setiati, N dkk. 2004. Bahan Ajar I: Taksonomi Hewan. Semarang: Biologi FMIPA UNNES.