Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur
-
Upload
robi-williamsyah -
Category
Documents
-
view
319 -
download
70
description
Transcript of Laporan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur
laporan manajemen tata lingkungan akuakultur
LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN
OLEH :
LA ODE TANDAI1A2 10 127
Laporan ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Kelulusan Mata Kuliah Manajemen Tata Lingkungan
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Laporan Praktikum Manajemen Tata Lingkungan
Laporan Lengkap : Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah Manajemen Tata Lingkungan
Nama : LA ODE TANDA
Nomor Stambuk : I1A2 10127
Kelompok : 3 (Tiga)
Program Studi : Budidaya Perairan
Laporan lengkap iniTelah diperiksa dan disetujui oleh :
Koordinator Asisten Asisten Pembimbing
Oce Astuti, S.Pi., M.Si Oce Astuti, S.Pi., M.SiNIP. 19760515 200212 2 001 NIP. 19760515
200212 2 001
Mengetahui :Koordinator Mata Kuliah
Ir. Abdul Rahman Nurdin, M.Si NIP. 19690418 199403 1001
Kendari, .... Juni 2014 Tanggal Pengesahan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Lengkap Praktikum
Manajemen Tata Lingkungan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Dengan selesainya penyusunan laporan lengkap ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada
koordinator mata kuliah Manajemen Tata Lingkungan ini serta
seluruh asisten yang telah membimbing dalam pelaksanaan
praktikum, yang telah banyak memberikan saran dan petunjuk
dalam pembuatan laporan ini dan tidak terkecuali pada teman-
teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam laporan
lengkap ini masih jauh dari kesempurnaan maka kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat serta
petunjuk kepada semua yang telah banyak membantu penulis
sehingga laporan lengkap ini dapat terselesaikan, amin.
Kendari, Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................vi
DAFTAR TABEL...................................................................vii
I. PENDADULUAN
A. Latar Belakang.......................................................1
B. Tujuan dan kegunaan............................................2
II. TINJAUAN
PUSTAKA..............................................................................
3
III. METODELOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat................................................5
B. Alat dan Bahan......................................................5
C. Prosedur Kerja......................................................5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan...............................................................7
B. Pembahasan........................................................................8
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................12
B. Saran......................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................................... 14
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
1 Gambaran Umum
Lokasi..........................................................................7
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
1 Alat dan Bahan beserta kegunaannya
………………………………………..5
2 Hasil pengamatan pratikum Manajemen Tata
Lingkungan………...………...7
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biota air membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan
tumbuh optimal. Bila lingkungan tersebut tidak memenuhi syarat, biota air dapat
mengalami stres, mudah terserang penyakit yang akhirnya akan menyebabkan kematian.
Untuk itu pertimbangan atau faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan perairan
adalah penting untuk diperhatikan karena kualitas tanah dan air sangat mempengaruhi
semua jenis organisme yang hidup di air.
Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat
untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Kegiatan budidaya
tambak yang terus menerus menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, yang ditandai
dengan menurunnya kualitas air. Kendala lingkungan yang dihadapi dalam kegiatan
budidaya diantaranya penataan wilayah atau penataan ruang pengembangan budidaya
yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akibat pengelolaan yang tidak tepat,
sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan dengan segala aspek komplikasinya
dalam kurun waktu yang panjang (Kordi dan Tancung. 2007).
Kegagalan panen yang seringkali banyak dialami petani tambak Ikan Bandeng
(Chanos chanos) maupun udang merupakan salah satu petunjuk telah terjadinya
degradasi kualitas lahan dan air pendukung usaha budidaya, kegagalan terjadi akibat dari
diabaikannya daya dukung atau kemampuan dari tambak sebagai media kegiatan
budidaya.
Seperti yang dijelaskan oleh Paez Ozuna dkk (1998), bahwa apabila dalam suatu
lingkungan terjadi penurunan produksi secara drastis sampai hanya sebagian kecil saja
yang mampu bertahan hidup, maka lingkungan tersebut telah mengalami tekanan akibat
pencemaran atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan
kondisi kualitas lingkungan tersebut maka petani tambak harus melakukan kegiatan
budidayanya secara baik dan terkontrol. Seperti melakukan pergantian air tambak rutin
secara berkala serta lebih memperhatikan dalam manajerial tambaknya yakni proses
persiapan tambak seperti pemupukan dan pengapuran.
Kegiatan Praktikum Manajemen Tata lingkungan perlu dilakukan untuk
mengetahui kondisi lingkungan kaitannya dengan penurunnya kualitas lahan dan air serta
kemampuan tambak dalam mendukung kegiatan budidaya agar sesuai dengan hasil yang
diharapkan bagi para petani tambak yang terdapat di Kota Kendari.
B. Tujuan dan Kegunaan
Adapun yang menjadi tujuan dari pratikum Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur
ini adalah untuk mengatahui kendala lingkungan kaitannya dengan menurunnya kualitas
lahan dan kualitas air dalam budidaya perairan.
Sedangkan kegunaan dari pratikum ini adalah agar mahasiswa yang memprogram
mata kuliah ini dapat mengetahui serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
menurunnya kualitas lahan dan kualitas air dalam budidaya perairan, sehingga
kedepannya dapat dilakukan pencegahan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Paez Ozuna dkk (1998), menyatakan bahwa apabila dalam suatu lingkungan
terjadi penurunan produksi secara drastis sampai hanya sebagian kecil saja yang mampu
bertahan hidup, maka lingkungan tersebut telah mengalami tekanan akibat pencemaran
atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi
kualitas lingkungan tersebut maka petani tambak harus melakukan kegiatan budidayanya
secara baik dan terkontrol. Seperti melakukan pergantian air tambak rutin secara berkala
serta lebih memperhatikan dalam manajerial tambaknya yakni proses persiapan tambak
seperti pemupukan dan pengapuran.
Potter (1977) dalam Afrianto dan Liviawaty (1991) yang menyatakan bahwa
tanah liat dan lumpur berpasir merupakan media yang baik untuk pertumbuhan klekap
karena banyak mengandung unsur hara dimana klekap merupakan pakan alami bagi ikan.
Pertumbuhan dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu
optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28ºC-32ºC. Pada kisaran
tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam. Di bawah suhu 25ºC,
konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh/jam. Pada suhu 18ºC-25ºC, ikan masih
bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu 12ºC-18ºC mulai berbahaya
bagi ikan, sedangkan suhu di bawah 12ºC ikan tropis akan mati kedinginan. Berdasarkan
pernyataan Ahmad dan Cholik (2001), bahwa ikan Bandeng masih hidup normal pada
suhu 35ºC. Secara teoritis, ikan tropis masih hidup normal pada suhu 30ºC-35ºC kalau
konsentrasi oksigen terlarut cukup tinggi.
Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan
sebaliknya. Suhu mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta
berbagai reaksi kimia di dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju
metabolisme udang yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan
suhu tersebut bahkan mengurangi daya larut oksigen dalam air.
Menurut Boyd (1989), salinitas adalah kadar seluruh ion – ion yang terlarut dalam
air. Komposisi ion – ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion –
ion tertentu seperti klorida, karrbonat, bikarbonat, sulfat, natrium, kalsium, magnesium
(Mc Lusky, 1971 dalam Kordi, 1996).
Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas,
akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di air asin harus mampu
menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotik dari lingkungannya. Penyesuaian ini
memerlukan banyak energi yang dipeeroleh dari makanan dan digunakan untuk
keperluan tersebut. Menurut Liao 1986 dalam Saenong, (1992) bahwa tekanan osmotik
cairan tubuh ikan Bandeng dan tekanan osmotik lingkungan akan seimbang (isosmotik)
pada salinitas 28 ppt.
Raswin, (2003) menyatakan bahwa DO optimum untuk budidaya ikan Bandeng
(C. chanos) ialah >3 mg/L sudah cukup baik. Oksigen terlarut berperan dalam
mendekomposisi limbah organic di badan air, Boyd et al., (1998) menyatakan bahwa
oksigen terlarut dibutuhkan untuk mendekomposisi limbah organik dalam perairan.
Tambak memerlukan kondisi air yang subur untuk mendukung pertumbuhan
pakan alaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pantjara dkk. (2007) menjelaskan bahwa
nitrat dalam air merupakan indikator tingkat kesuburan di dalam tambak. Selanjutnya
Utojo (2010) menambahkan bahwa untuk tambak tradisional konsentrasi nitrat diperlukan
untuk menstimulir pertumbuhan klekap, plankton dan lumut sebagai pakan alami utama
ikan.
Alifuddin (2003), menjelaskan bahwa pH air tambak sangat penting karena
mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung pada organisme budidaya dan
plankton. Menurut Raswin (2003) menjelaskan bahwa nilai pH yang baik untuk budidaya
ikan berkisar antara 6,5 hingga 9, selanjutnya Achmad (2001) dalam Hardjowigeno dan
Widiatmaka (2001) menjelaskan bahwa khusus untuk udang nilai pH yang baik adalah
antara 7-9, sedangkan pH > 10 tidak baik untuk pertumbuhan udang.
BAB III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan pada Hari Kamis Tanggal 29 Mei 2014 dan bertempat
di Tambak Masyarakat kawasan Teluk Kendari, Kelurahan Anduonuhu Kota kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara, sedangkan analisis kualitas air dilaksanakan di
Laboratorium Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu
Oleo Kendari.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pratikum Manajemen Tata
Lingkungan Akuakultur dapat dillihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Alat dan Bahan Pratikum Manajemen Tata Lingkungan
No. Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat- pH Meter - Alat untuk mengukur pH- DO Meter mg/l Alat untuk mengukur DO- Thermometer 0C Alat untuk mengukur suhu- Refraktometer ppm Alat untuk mengukur salinitas- Gelas aqua - Untuk menyimpan sampel pH- Botol aqua - Menyimpan sampel Sampel Nitrat
2. Bahan - Sampel air Tambak - Sebagai bahan uji
- Tissu - Untuk membersikan alat
- Sampel Nitrat - Sebagai bahan uji
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam pratikum ini adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Air
1.1. Pengukuran Suhu Air
· Memasukkan termometer ke dalam air sungai dengan kedalaman tertentu.
· Mengamati perubahan yang terjadi pada termometer kemudian mencatat
perubahan suhu yang terjadi.
1.2. Pengukuran Salinitas
· Mengabil sampel air dengan menggunakan pipet tetes
· Meneteskan air tersebut dipreparat Refraktometer dan kemudian
mengamati perubahan
· Mencatat Hasilnya
1.3. Pengambilan Sampel DO
· Memasukkan botol sample ke dalam perairan dalam keadaan tertutup.
· Membuka penutup botol di dalam air dan memasukkan air ke dalam botol
· Mengangkat botol dari dalam air dan memastikan tidak ada gelembung air
di dalam botol dengan cara mengguncang botol sample
1.4. Pengukuran Nitrat
· Mengambil sampel tahah pada dasar tambak
· Kemudian melakukan analisa di Laboratorium
1.5. Pengukuran pH air
· Memasukan pH meter ke dalam air kurang lebih 1 menit
· Mengankat pH meter dan melihat hasil (angka digital) yang tertera
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Parameter yang Diamati
Adapun hasil pengamatan yang kami lakukan dalam praktek Manajemen Tata
Lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Hasil pengamatan pratikum Manajemen Tata Lingkungan
No. Parameter Hasil1.2.3.4.5.6.7.
Suhu Air Salinitas
DONitrat
pHTopografi
Tektur tanah
27 0 C9 ppt
4,1 mg/l 0,0036 mg/l
7Dataran rendah
Lumpur berpasir
2. Gambaran Umum Lokasi
Gambar 1. Gambaran Umum Lokasi Praktek
Praktek Manajemen Tata Lingkungan kali ini dilakukan di Tambak Masyarakat
di kawasan Teluk Kendari, Kelurahan Anduonuhu, Kota kendari. Di bagian selatan
tambak tempat pengambilan sampel berbatasaan dengan jembatan yang merupakan
Muara Sungai, bagian utara berbatasaan dengan Muara Sungai Teluk Kendari, bagian
timur berbatasan dengan Ruko, Rumah makan dan Jalan Raya dan bagian barat
berbatasan Tambak Warga lainnya. Tambak tersebut dekat dengan pemukiman warga,
maka secara tidak langsung degradasi lingkungan yang diakibatkan pencemaran dari
limbah buangan rumah tangga tidak bisa dihindari.
B. Pembahasan
Dalam Manajemen Tata Lingkungan perairan ada beberapa hal atau faktor yang
mempengaruhi kualitas lahan maupun kualitas air yang disebabkan karena adanya
pencemaran atau penurunan mutu lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan
kondisi kualitas lingkungan tersebut maka perlu dilakukan manajemen dalam melakukan
penataan kondisi lahan maupun lingkungan perairan. Dalam pratikum kali ini ada
beberapa indikator yang diamati mengenai manajemen lahan dan lingkungan perairan
adalah suhu, salinitas, DO, nitrat, pH, topografi dan tekstur tanah.
1. Suhu Perairan
Pertumbuhan dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu
optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28ºC-32ºC. Pada kisaran
tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam. Di bawah suhu 25ºC,
konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh/jam. Pada suhu 18ºC-25ºC, ikan masih
bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu 12ºC-18ºC mulai berbahaya
bagi ikan, sedangkan suhu di bawah 12ºC ikan tropis akan mati kedinginan (Ahmad
dkk.,1998).
Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan
sebaliknya. Suhu mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta
berbagai reaksi kimia di dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju
metabolisme udang yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan
suhu tersebut bahkan mengurangi daya larut oksigen dalam air.
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan di lokasi pratikum kisaran suhu
air yang didapatkan adalah sebesar 27°C, keadaan ini menunjukan bahwa tambak tersebut
dalam kondisi yang optimal untuk kehidupan organisme. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Buwono (1993), suhu yang ideal untuk kehidupan ikan maupun udang
berkisar antara 25-30°C. Ikan Bandeng masih hidup normal pada suhu 35ºC. Secara
teoritis, ikan tropis masih hidup normal pada suhu 30ºC-35ºC kalau konsentrasi oksigen
terlarut cukup tinggi (Ahmad dkk.,1998).
2. Salinitas
Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas,
akan semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di air yang bersalinitas
tinggi harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotik dari lingkungannya.
Penyesuaian ini memerlukan banyak energi yang diperoleh dari makanan dan digunakan
untuk keperluan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi pratikum nilai salinitas
yang didapatkan yaitu 9 ppt, nilai ini masih layak untuk kehidupan organisme budidaya
khususnya ikan bandeng maupun udang. Hal ini sesuai dengan pendapat Mintardjo et al.,
(1985), yang menyatakan bahwa Salinitas yang baik untuk kegiatan budidaya ikan dan
udang adalah 10-25 ppt.
3. DO
Biota air membutuhkan oksigen terlarut guna pembakaran makanan untuk
menghasilkan aktivitas seperti berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan lain-lain. Oleh
karena itu, ketersediaan oksigen bagi biota air menentukan lingkaran aktivitasnya,
konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen, dengan
ketentuan faktor kondisi lainnya adalah optimum. Karena itu, kekurangan oksigen dalam
air dapat mengganggu biota air, termasuk kepesatan pertumbuhannya. Kandungan
oksigen terlarut dalam tambak di lokasi pratikum yaitu 4,1 mg/l, termasuk konsentrasi
yang cukup baik untuk pertumbuhan ikan bandeng maupun udang. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Kordi dan Tancung (2007), bahwa kandungan oksigen terlarut untuk
pertumbuhan optimal ikan Bandeng yaitu berkisar 4-7 mg/l. Sedangkan pertumbuhan
optimal untuk Udang Windu yaitu berkisar 5-10 mg/l.
4. Nitrat
Nitrat dalam air merupakan indikator tingkat kesuburan di dalam tambak,
konsentrasi nitrat diperlukan untuk menstimulir pertumbuhan klekap, plankton dan lumut
sebagai pakan alami utama ikan. Kosentrasi nitrat dalam tambak di lokasi pratikum yaitu
0,0036 mg/l. Wardoyo (1982) dalam Resti (2002) mengatakan bahwa alga khususnya
fitoplankton dapat tumbuh optimal pada kandungan nitrat sebesar 0,09-3,5 mg/l. Pada
konsentrasi dibawah 0,01 mg/l atau diatas 4,5 mg/l nitrat dapat merupakan faktor
pembatas. Ditinjau dari kandungan nitrat tambak di lokasi pratikum tergolong memiliki
tingkat kesuburan rendah.
5. Derajat Keasaman (pH)
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan khususnya tambak karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik. Nilai pH pada tambak budidaya mempunyai
pengaruh yang besar terhadap organisme budidaya sehingga seringkali dijadikan petunjuk
untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. Perairan asam akan kurang produktif,
bahkan dapat menyebabkan kematian pada hewan budidaya. Pada keasaman yang tinggi
(pH rendah) kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal sebaliknya terjadi pada
perairan basa. Berdasarkan hasil pengamatan nilai pH di tambak lokasi pratikum yaitu
sekitar 7. Dari data hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa pH dalam
tambak ini cukup normal bagi kegiatan budidaya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Khordi dan Tanjung (2007), yang menyatakan bahwa hubungan antara pH air dan
kehidupan ikan budidaya, apabila pH <4,5 air bersifat racun bagi ikan, pH 5-6,5
pertumbuhan ikan terhambat dan ikan sangat sensitif terhadap bakteri parasit, pH yang
terbaik dalam budidaya dalah 6,5 – 9,0 dan kisaran optimum adalah pH 7,5- 8,7.
6. Tekstur Tanah
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa kondisi
tanah tambak yang kami amati baik untuk proses budidaya, yaitu secara umum
mengandung banyak liat dan lumpur berpasir seperti halnya yang diungkapkan oleh
Potter (1977) dalam Afrianto dan Liviawaty (1991), yang menyatakan bahwa tanah liat
dan lumpur merupakan media yang baik untuk pertumbuhan klekap karena banyak
mengandung unsur hara dimana klekap merupakan pakan alami bandeng.
7. Topografi
Secara keseluruhan Tambak tempat pengambilan sampel yang menempati pesisir
daratan serta kondisi wilayah pada umumnya merupakan dataran rendah, demikian pula
tingkat kemiringan tanah berada pada klasifikasi rendah.
8. Manajemen Tata Lingkungan
Dalam kegiatan Manajemen Tata Lingkungan sangat perlu dilakukan untuk
mempertahankan kondisi kualitas lahan budidaya (tambak) maupun kualitas air yang
diakibatkan oleh degradasi lingkungan dan pencemaran limbah rumah tangga. Kondisi
lahan budidaya baik internal (tekstur tanah) maupun eksternal (lingkungan sekitar
tambak) sudah tidak layak dijadikan areal budidaya. Hal ini disebabkan karena tambak
tersebut dekat dengan pemukiman warga, maka secara tidak langsung degradasi
lingkungan yang diakibatkan pencemaran dari limbah buangan rumah tangga tidak bisa
dihindari.
Adapun kondisi kualitas air dari beberapa parameter yang kami amati di tambak
masyarakat kawasan Teluk Kendari seperti suhu perairan, salinitas, DO, nitrat, derajat
keasaman dan tekstur tanah dapat disimpulkan bahwa kondisi kualitas air secara
keseluruhan masih layak dijadikan sebagai areal budidaya, hanya kandungan nitrat
tambak di lokasi pratikum tergolong memiliki tingkat kesuburan rendah. Berdasarkan
pernyataan Khardi dan Tanjung (2007), hal tersebut disebabkan karena terdapat sisa-sisa
ganggang yang mati, sisa pakan dan kotoran biota budidaya itu sendiri serta
pengoperasian lahan tambak dilakukan terus-menerus tanpa istirahat dan penggunaan
bahan kimia yang dapat merusak lingkungan.
Namun apabila dilakukan manajemen yang baik, seperti pengelolaan dasar
tambak seperti pemberian pupuk, peristrahatan tambak, pengeringan, pergantian air dan
pencucian sehingga tanah dasar tambak menjadi subur, gembur dan membuat koloid
tanah menjadi stabil, disamping itu guna mengoksidasi bahan-bahan organik dan
substansi-substansi yang tersisa pada lapisan tanah dasar tambak.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas saya sebagai penulis ada
beberapa hal yang dapat saya simpulkan adalah sebagai berikut :
1. Secara keseluruhan gambaran umum tambak tersebut baik internal maupun ekternal
telah mengalami degradasi lingkungan yang diakibatkan pencemaran dari limbah
buangan industri rumah tangga.
2. Manajemen Tata Lingkungan sangat perlu dilakukan untuk mempertahankan kondisi
kualitas lahan budidaya (tambak) maupun kualitas air yang diakibatkan oleh
degradasi lingkungan dan pencemaran limbah rumah tangga.
3. Parameter yang kami amati di tambak masyarakat kawasan Teluk Kendari seperti
suhu perairan, salinitas, DO, nitrat, derajat keasaman dan tekstur tanah dapat
disimpulkan bahwa kondisi kualitas air secara keseluruhan masih layak dijadikan
sebagai areal budidaya, hanya kandungan nitrat tambak di lokasi pratikum tergolong
memiliki tingkat kesuburan rendah.
4. Kondisi tanah tambak yang kami amati masih baik untuk proses budidaya, karena
secara umum mengandung banyak liat dan lumpur berpasir.
5. Kondisi topografi tambak tempat pengambilan sampel pada umumnya merupakan
dataran rendah, demikian pula tingkat kemiringan tanah berada pada klasifikasi
rendah.
B. Saran
Saran saya untuk praktikum lapang selanjutnya sebaiknya juga dilakukan di
perairan laut maupun tawar agar praktikan dapat melihat perbandingan secara langsung
disetiap tipe perairan dalam melakukan Manajemen Tata Lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 1991. Teknik Pembuatan Tanah Tambak. Kanisius. Yogyakarta.
Ahmad, T., M. Tjaronge. and F. Cholik. 2001. The Use of Mangrove Stands For Shrimp Pond Waste-water Treatment. Indonesian Fisheries Research Journal. 7(1):9-16.
Alifuddin, M. 2003. Pembesaran Ikan Bandeng. Modul Penyiapan Tambak. Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. 34 hal.
Boyd, C.E., Massaut, L. and Weddig, L.J. 1998. Towards Reducing Environmental Impacts of Pond Aquaculture. Info Fish International 2(98): 27-33.
Kordi, K dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. PT. Rhineka Cipta. Jakarta.
Paez Ozuna, F., Guererro-Galvan. and Ruiiz-Fernandez, S.R. 1998. The Enviromental Impact of Shrimp Aquaculture and The Coastal Pollution. Marine Pollution Bulletin 36(1): 65-75.
Pantjara, B., M. N. Nessa., W. Monoarfa. dan I. Djawad. 2007. Upaya Peningkatan Produktivitas Tambak di Tanah Sulfat Masam dengan Mengurangi Unsur Toksik dari Pematang. Jurnal Riset Akuakultur. 2(2):257-269.
Raswin, M. 2003. Pembesaran Ikan Bandeng, Modul Pengelolaan Air Tambak. Pdf. http://zonaikan.wordpress.com/2009/10/06/kualitas-air-tambak bandeng/. Diakses pada tanggal 3 Juni 2014.
Utojo, A. Mustafa., dan Hasnawi. 2010. Model Kesesuaian Lokasi Pengembangan Budidaya Tambak di Kawasan Pesisir Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Jurnal Riset Akuakultur. 5(3):465-479.
Yunus. 1975. Kualitas Air untuk Akuakultur. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.