Laporan Manajemen Lt 4

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut PPNI (2006), pelayanan keperawatan adalah salah satu faktor terpenting dalam pemberian pelayanan kesehatan klien di rumah sakit, oleh karena itu profesi keperawatan harus sejalan dengan kualitas asuhan yang diberikan. Pengembangan ilmu dan teknologi memungkinkan perawat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam rangka menerapkan asuhan bagi klien dengan kebutuhan yang kompleks. Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang merupakan salah satu tolak ukur bagi keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit. Pelaksanaan pelayanan keperawatan suatu rumah sakit tak akan berjalan dengan baik apabila manajemen proses keperawatan yang dilaksanakan tidak terstruktur dengan baik pula Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2007) Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber- sumber yang ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan 1

Transcript of Laporan Manajemen Lt 4

Page 1: Laporan Manajemen Lt 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut PPNI (2006), pelayanan keperawatan adalah salah satu faktor terpenting dalam

pemberian pelayanan kesehatan klien di rumah sakit, oleh karena itu profesi keperawatan

harus sejalan dengan kualitas asuhan yang diberikan. Pengembangan ilmu dan teknologi

memungkinkan perawat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam rangka

menerapkan asuhan bagi klien dengan kebutuhan yang kompleks. Pelayanan keperawatan di

rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh yang

merupakan salah satu tolak ukur bagi keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit.

Pelaksanaan pelayanan keperawatan suatu rumah sakit tak akan berjalan dengan baik apabila

manajemen proses keperawatan yang dilaksanakan tidak terstruktur dengan baik pula

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk

memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2007) Manajemen

keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan  oleh pengelola keperawatan

untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber- sumber yang

ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang

efektif, baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat.

.

Komponen utama dalam manajemen keparawatan adalah fokus pada sumber daya

manusia dan materi secara efektif dan tujuannya untuk meningkatkan serta mempertahankan

kualitas pelayanan keperawatan, untuk kepuasan pasien melalui peningkatan produktifitas

dan kualitas kerja perawat. Pengkajian yang dilakukan menggunakan metode 5M + 1E yaitu

man, media, methode, machnie, material dan environment.

Rumah sakit umum Siloam (RSUS) merupakan salah satu rumah sakit umum swasta

yang berada di kota Tangerang. RSUS mempunyai visi yakni international quality, scale,

reach, godly compassion dan misi yakni the trusted destination of choice for holistic, word

class healthcare, health education, dan research. Nilai-nilai yang dianut di RSUS yaitu love,

1

Page 2: Laporan Manajemen Lt 4

caring, integrity, honesty, emphaty, compassion, dan profesionalism. Mahasiswa-mahasiswi

program profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Pelita Harapan, melaksanakan

praktik manajemen keperawatan di RSUS ruang surgikal yang adalah ruang rawat inap

dewasa untuk pasien pre operasi dan post operasi serta untuk one day care. Di ruang surgikal

terdapat 56 kapasitas tempat tidur yang terbagi dalam hole B, C untuk one day care, dan

hole F sampai G untuk surgikal.

1.2 TUJUAN PENULISAN

a. Menerapkan konsep, teori, dan prinsip manajemen keperawatan dalam pengelolaan

pelayanan keperawatan dan pelayanan pengelolaan manajemen asuhan keperawatan

pada klien di tingkat unit atau ruang rawat di suatu tatanan pelayanan kesehatan.

b. Berpikir kritis di dalam menganalisa situasi dan masalah di dalam praktek

keperawatan.

c. Berperan sebagai agen pembaharuan dan model peran dalam kepemimpinan dan

pengelolaan pelayanan keperawatan professional tingkat dasar.

d. Mengidentifkasi tantangan permasalahan yang akan dihadapi oleh kepala ruangan

dan mendiskusikan hal-hal apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan

tersebut.

1.3 MANFAAT PENULISAN

a. Rumah sakit umum Siloam adalah sebagai bahan informasi tambahan dan masukan

dalam rangka untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam pelayanan

rumah sakit dan kualitas manajemen di setiap ruangan.

b. Ruangan surgikal adalah sebagai masukan dan informasi kepada perawat ruangan

untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan terutama dalam efektifitas pengisian pengkajian keperawatan.

c. Mahasiswa Keperawatan adalah sebagai pembelajaran ini bagi mahasiswa praktik

untuk meningkatkan pengetahuan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara

komprehensif kepada pasien.

d. Masyarakat adalah untuk meningkatkan kepuasan dalam pemberian pelayanan

2

Page 3: Laporan Manajemen Lt 4

asuhan keperawatan di unit rawat inap.

3

Page 4: Laporan Manajemen Lt 4

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOAL

Menurut The Joint Commision’s Patient Safety 2013 tujuannya adalah untuk

meningkatkan perkembangan spesifik keselamatan pasien. Tujuan tersebut

menitikberatkan pada isu-isu didalam pelayanan kesehatan serta menjabarkan solusi

berbasis buku/ahli sebagai upaya untuk mengatasinya. Menerapkan suatu sistem

pelayanan kesehatan yang berbobot merupakan hal-hal potensial yang penting guna

menyediakan suatu wujud pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi.

Berikut adalah penjabaran International Pasient Safety Goals:

1. Identifikasi pasien secara tepat

a. Menggunakan mininal dua identifikasi pasien yaitu nama, tanggal lahir dan

nomor rekam medis pasien

b. Identifikasi dilakukan saat pemberian obat (6 benar pemberian obat), darah atau

produk darah

c. Identifikasi dilakukan saat melakukan pengambilan darah, spesimen lain dan

prosedur medis

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif

a. Perintah lengkap,lisan dan via telepon,atau hasil tes dicatat si penerima

b. Perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau hasil tes dibaca ulang si penerima

c. Perintah dan hasil tes dikonfirmasikan oleh individu si pemberi perintah atau

hasil tes

d. Penerima perintah menandatangani catatan perintah dan memberi tanda read

back dengan tinta atau tanda merah

e. Verifikasi oleh pemberi perintah dalam waktu 1 x 24 jam

3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat-obatan high alert

a. Elektrolit konsentrat tidak boleh ada di unit perawatan pasien kecuali jika secara

klinis diperlukan seperti Nacl 3%, KCL, Bicnat, dan jika diperlukan harus

disiapkan oleh farmasi.

4

Page 5: Laporan Manajemen Lt 4

b. Obat dengan konsentrasi tinggi yang disimpan di unit perawatan pasien misalnya

insulin, harus diberi label merah dan disimpan sedemikian rupa hingga tidak

mudah diakses

4. Memastikan benar pasien, lokasi, dan prosedur pembedahan

a. Rumah sakit menggunakan tanda yang langsung dikenali untuk mengidentifikasi

lokasi pembedahan dan melibatkan pasien dalam proses pemberian tanda (site

marking)

b. Read back sebelum operasi untuk memverifikasi apakah lokasinya, prosedur,

dan pasien sudah benar dan bahwa seluruh dokumen dan peralatan yang

dibutuhkan sudah ada, tepat, dan fungsional.

5. Mengurangi resiko infeksi karena pelayanan kesehatan

Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air atau bahan yang berbasis

alkohol saat:

1) Sebelum menyentuh pasien

2) Sebelum melakukan tindakan aseptik

3) Setelah terpapar cairan pasien

4) Setelah menyentuh pasien

5) Setelah menyentuh lingkungan pasien

6. Mengurangi resiko cidera pasien akibat jatuh

a. Melakukan pengkajian resiko jatuh saat pasien baru masuk dan pengkajian ulang

setiap ada perubahan kondisi pasien

b. Pasang gelang resiko jatuh dan tanda resiko jatuh di meja atau dekat kepala

pasien

c. Pastikan posisi posisi tempat tidur paling rendah, pagar pengaman tempat tidur

terpasang, bel dekat dengan pasien, rem tempat tidur terkunci, lantai tidak basah

dan penerangan cukup.

d. Berikan edukasi pada keluarga

5

Page 6: Laporan Manajemen Lt 4

B. KEAMANAN PENGOBATAN

Obat merupakan salah satu bentuk intervensi klinis yang paling sering digunakan dalam

bidang perawatan kesehatan. Masalah keamanan pengobatan juga terkait salah satu IPSG

yaitu IPSG pertama.

Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi

salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam

proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu

diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat yang diberikan

kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat

yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya,

pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk

kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin

menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan

harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian,

pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program

dokter (PPNI, 2010)

Terdapat istilah/prinsip enam benar dalam keamanan pemberian obat. Para tenaga

kesehatan harus menerapkan aturan ini demi menghindari kesalah pengobatan.

Enam benar terdiri dari:

1. Benar obat.

Selalu membaca dengan seksama label yang tertera pada obat. Memperhatikan nama

obat ketika memberikannya atau meminumnya.

a. Apakah benar obat adalah yang diresepkan dokter

b. Apakah obat merupakan obat generiknya

2. Benar dosis

Selalu memeriksa dosis obat yang akan diberikan

c. Berapa tablet atau dosis yang diperlukan dalam sehari

d. Berapa kali dalam sehari obat diberikan

e. Berapa lama pasien harus mengkonsumsi obat itu

6

Page 7: Laporan Manajemen Lt 4

3. Benar waktu

Diperhatikan kapan atau jam obat harus diberikan dan apakah obat diberikan sebelum

makan, saat makan, atau setelah makan.

4. Benar rute pemberian

Selalu memperhatikan bagaimana atau dengan apa obat diberikan apakah diminum,

diinjeksi baik IV, IM atau SC atau topikal

5. Benar pasien

Selalu memastikan bahwa obat yang diberikan untuk pasien yang benar dengan cara

identifikasi pasien (IPSG 1).

6. Benar dokumentasi

a. Mencatat nama pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat

b. Mencantumkan nama/ inisial dan paraf

c. Mencatat keluhan pasien

d. Mencatat penolakan pasien

e. Mencatat jumlah cairan yang digunakan untuk melarutkan obat (pada pasien yang

memerlukan pembatasan cairan

f. Mencatat segera setelah memberikan obat

Selain prindip enam benar perlu dilakukan pula standar precaution yaitu:

a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan obat

b. Menggunakan sarung tangan saat memberikan obat pada pasien dengan diagnosa

tertentu

c. Membuang jarum suntik bekas pada tempat khusus dalam keadaan terbuka

7

Page 8: Laporan Manajemen Lt 4

8

Page 9: Laporan Manajemen Lt 4

C. METODE ASUHAN KEPERAWATAN

 Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan keperawatan, oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang

benar akan meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan. Salah satu faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut

adalah bagaimana asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan keperawatan yang

diberikan. Penetapan dan keberhasilan model pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di suatu rumah sakit sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana pemahaman perawat tentang model-model asuhan keperawatan

tersebut. Terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan yaitu :

No. Metode Penugasan Definisi Kelebihan Kekurangan

1. Metode Fungsional Menurut Arwani & Supriyatno

(2005), metode fungsional ini

efisien, namun penugasan seperti ini

tidak dapat memberikan kepuasan

kepada pasien maupun perawat.

Keberhasilan asuhan keperawatan

secara menyeluruh tidak bisa dicapai

dengan metode ini karena asuhan

keperawatan yang diberikan kepada

pasien terpisah-pisah sesuai dengan

tugas yang dibebankan kepada

perawat. Di samping itu, asuhan

Perawat terampil untuk tugas

/pekerjaan tertentu.

Mudah memperoleh kepuasan

kerja bagi perawat setelah

selesai tugas.

Kekurangan tenaga yang ahli

dapat diganti dengan tenaga

yang kurang berpengalaman

untuk satu tugas yang

sederhana.

Memudahkan kepala ruangan

untuk mengawasi staf atau

Pelayanan keperawatan

terpilah-pilah sehingga

proses keperawatan sulit

dilakukan.

Apabila pekerjaan selesai

cenderung meninggalkan

klien dan melakukan tugas

non keperawatan.

Kepuasan kerja keseluruhan

sulit dicapai dan sulit

diidentifikasi kontribusinya

9

Page 10: Laporan Manajemen Lt 4

keperawatan yang diberikan tidak

profesional yang berdasarkan

masalah pasien. Perawat senior

cenderung akan sibuk dengan tugas-

tugas administrasi dan manajerial,

sementara asuhan keperawatan

kepada pasien dipercayakan kepada

perawat junior

peserta didik yang praktek

untuk keterampilan tertentu.

Lebih sedikit membutuhkan

perawat

Tugas-tugas mudah dijelaskan

dan diberikan

Para pekerja lebih mudah

menyesuaikan tugas

Tugas cepat selesai

terhadap pelayanan.

Perawat hanya melihat

asuhan keperawatan sebagai

keterampilan saja.

Tidak efektif

Membosankan

Komunikasi minimal

2. Metode Kasus Menurut Sitorus (2006), pada

metode ini satu perawat akan

memberikan asuhan keperawatan

kepada seorang klien secara total

dalam satu periode dinas. Jumlah

klien yang dirawat oleh satu perawat

bergantung pada kemampuan

perawat tersebut dan kompleksnya

kebutuhan klien.

Setiap perawat ditugaskan

untuk melayani seluruh

kebutuhan pasien pada saat

dinas sehingga memenuhi

kebutuhan pasien secara

komprehensif

Satu pasien satu perawat, dan

hal ini umumnya dilaksanakan

untuk perawat privat atau untuk

keperawatan khusus seperti:

isolasi, intensive care

Pasien akan dirawat oleh

perawat yang berbeda untuk

setiap shift, dan tidak ada

jaminan bahwa pasien akan

dirawat oleh orang yang

sama pada hari berikutnya

3. Metode Alokasi

Klien/Keperawatan

Yaitu pengorganisasian

pelayanan/asuhan keperawatan

Fokus keperawatan sesuai Beban kerja tinggi terutama

jika jumlah klien banyak 10

Page 11: Laporan Manajemen Lt 4

Total untuk satu atau beberapa klien oleh

satu orang perawat pada saat

bertugas/jaga selama periode waktu

tertentu atau sampai klien pulang.

Kepala ruangan bertanggung jawab

dalam pembagian tugas dan

menerima semua laporan tentang

pelayanan keperawatan klien.

dengan kebutuhan klien.

Memberikan kesempatan untuk

melakukan keperawatan yang

komprehensif.

Memotivasi perawat untuk

selalu bersama kien selama

bertugas, non keperawatan

dapat dilakukan oleh yang

bukan perawat.

Mendukung penerapan proses

keperawatan.

Kepuasan tugas secara

keseluruhan dapat dicapai.

sehingga tugas rutin yang

sederhana terlewatkan.

Pendelegasian perawatan

klien hanya sebagian selama

perawat penanggung

jawab klien bertugas.

4 Metode Tim

Keperawatan/

Keperawatan

Kelompok

Metode tim merupakan pemberian

asuhan keperawatan, yaitu seorang

perawat profesional memimpin

sekelompok tenaga keperawatan

dalam memberikan asuhan

keperawatan pada sekelompok klien

melalui upaya kooperatif dan

kolaboratif. Namun pada metode ini,

asuhan keperawatan sesuai

dengan kebutuhan objektif

pasien sehingga pasien merasa

puas.

dapat meningkatkan kerjasama

dan koordinasi perawat dalam

melaksanakan tugas,

memungkinkan adanya transfer

Rapat tim memerlukan waktu

sehingga pada situasi sibuk

rapat tim ditiadakan atau

terburu-buru sehingga dapat

mengakibatkan komunikasi

dan koordinasi antar anggota

tim terganggu sehingga

11

Page 12: Laporan Manajemen Lt 4

kesinambungan asuhan keperawatan

belum optimal sehingga para pakar

mengembangkan metode

keperawatan primer (Douglas,1992

dalam Nursalam 2007).

of knowledge dan transfer of

experiences di antara perawat

dalam memberikan asuhan

keperawatan

meningkatkan pengetahuan

serta keterampilan dan motivasi

perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan

Konflik atau perbedaan

pendapat antar staf daapt

ditekan melalui rapat tim.

Memberi kepuasan anggota tim

dalam hubungan interpersonal

Memungkinkan menyatukan

kemampuan anggota tim yang

berbeda-beda dengan aman dan

efektif.

Memberikan kepuasan pada

pasien & perawat

kelancaran tugas terhambat.

Perawat yang belum terampil

dan belum berpengalaman

selalu tergantung atau

berlindung kepada anggota

tim yang mampu atau ketua

tim.

Akontabilitas dalam tim

kabur.

Tidak efektif bila pengaturan

tidak baik

Membutuhkan banyak

kerjasama dan komunikasi

Membingungkan bila

komposisi tim sering dirubah

5 Metode

Keperawatan

Primer/Utama

Menurut Nursalam (2007), metode

penugasan di mana satu orang

perawat bertanggung jawab penuh

Hanya ada satu perawat yang

bertanggung jawab dalam

perencanaan dan koordinasi

Hanya dapat dilakukan oleh

perawat profesional

Biaya relatif lebih tinggi 12

Page 13: Laporan Manajemen Lt 4

(Primary Nursing) selama 24 jam terhadap asuhan

keperawatan pasien mulai dari

pasien masuk sampai keluar rumah

sakit. Metode primer ini ditandai

dengan adanya keterkaitan kuat dan

terus-menerus antara pasien dan

perawat yang ditugaskan untuk

merencanakan, melakukan, dan

koordinasi asuhan keperawatan

selama pasien dirawat.

asuhan keperawatan

Jangkauan observasi setiap

perawat 4-6 klien

Perawat primer bertanggung

jawab selama 24 jam

Rencana pulang klien dapat

diberikan lebih awal

Rencana asuhan keperawatan

dan rencana medik dapat

berjalan parallel

Memungkinkan asuhan

keperawatan yang

komprehensif dengan

pertanggungjawaban yang jelas.

Memberikan kepuasan kerja

bagi perawat

Memberikan kepuasan bagi

klien dan keluarga yang

menerima asuhan keperawatan

Lebih mencerminkan otonomi

dibandingkan metode lain

karena lebih banyak

menggunakan perawat

profesional.

Perawat harus mampu

mengimbangi kemajuan

teknologi

kesehatan/kedokteran

Perawat anggota dapat

merasa kehilangan

kewenangan

Masalah komunikasi

6 Metode Modular Metode modular merupakan bentuk

variasi dari metode keperawatan

Memfasilitasi pelayanan

keperawatan yang

Beban kerja tinggi terutama

jika jumlah klien banyak 13

Page 14: Laporan Manajemen Lt 4

primer, dengan perawat profesional

dan perawat non-profesional bekerja

sama dalam memberikan asuhan

keperawatan, disamping itu karena

dua atau tiga orang perawat

bertanggung jawab atas sekelompok

kecil pasien. Dalam memberikan

asuhan keperawatan dengan

menggunakan metode modifikasi

primer , satu tim terdiri dari 2 hingga

3 perawat memiliki tanggung jawab

penuh pada sekelompok pasien

berkisar 8 hingga 12 orang (Arwani

& Supriyatno, 2005)

komprehensif dan holistik

dengan pertanggungjawaban

yang jelas.

Memungkinkan pencapaian

proses keperawatan

Konflik atau perbedaan

pendapat antar staf daapt

ditekan melalui rapat tim, cara

ini efektif untuk belajar.

Memberi kepuasan anggota tim

dalam hubungan interpersonal

Memungkinkan menyatukan

kemampuan anggota tim yang

berbeda-beda dengan aman dan

efektif.

Produktif karena kerjasama,

komunikasi dan moral

Model praktek keperawatan

profesional dapat dilakukan

atau diterapkan.

Memberikan kepuasan kerja

bagi perawat

sehingga tugas rutin yang

sederhana terlewatkan.

Pendelegasian perawatan

klien hanya sebagian selama

perawat penanggung

jawab klien bertugas

Hanya dapat dilakukan oleh

perawat profesional

Biaya relatif lebih tinggi

dibandingkan metode lain

karena lebih banyak

menggunakan perawat

profesional.

Perawat harus mampu

mengimbangi kemajuan

teknologi

kesehatan/kedokteran

Perawat anggota dapat

merasa kehilangan

kewenangan

Masalah komunikasi

14

Page 15: Laporan Manajemen Lt 4

Memberikan kepuasan bagi

klien dan keluarga yang

menerima asuhan keperawatan

Lebih mencerminkan otonomi

Menurunkan dana perawatan

7 Metode Kasus Yaitu pengorganisasian

pelayanan/asuhan keperawatan

dimana perawat mampu

memberikan asuhan keperawatan

mencakup seluruh aspek

keperawatan yg dibutuhkan.

Perawat memberikan asuhan

keperawatan kepada seorang pasien

secara menyeluruh, untuk

mengetahui apa yang harus

dilakukan pada pasien dengan baik.

Dalam metode ini dituntut kualitas

serta kuantitas yang tinggi dari

perawat, sehingga metode ini sesuai

jika digunakan untuk ruangan ICU

Sederhana dan langsung

Garis pertanggung jawaban

jelas

Kebutuhan pasien cepat

terpenuhi

Memudahkan perencanaan

tugas

Moral perawat

profesional melakukan

tugas non profesional

Tidak dapat dikerjakan

perawat non profesional

Membingungkan

15

Page 16: Laporan Manajemen Lt 4

ataupun ICCU.

16

Page 17: Laporan Manajemen Lt 4

BAB III

ANALISA SITUASI

Lantai empat Rumah Sakit Umum Siloam terdiri dari 84 kapasitas tempat tidur yang dibagi

menjadi tiga ruang yaitu ruang pediatrik, ruang surgical dan ruang one day care. Ruang One

Day care terdiri dari hole B dan C, ruang surgical terdiri dari hole D sampai G sedangkan

ruang pediatrik terdiri dari hole H dan I.

Tenaga kesehatan di ruangan ini terdiri dari dokter umum, perawat, assisten perawat (HCA).

Jumlah tenaga keperawatan di ruang pediatrik sebanyak sembilan orang, di ruang surgical

dan one day care sebanyak 30 perawat. Khusus ruang surgical dan one day care, terdapat

perawat dengan tingkat pendidikan S1 keperawatan sebanyak satu orang, Ners sebanyak

tujuh orang dan D3 keperawatan sebanyak 21 orang. Metode asuhan keperawatan yang

digunakan adalah metode alokasi pasien. Pembagian kerja perawat menggunakan sistem

rasio dimana jumlah perawat yang bertugas dalam satu shift dibagi dengan jumlah pasien

yang ada. Ratio jumlah perawat yang berdinas di ruangan surgikal RSUS yaitu dinas pagi

1:7, dinas sore 1:7, dinas malam 1:10.

Telah dilakukan pengkajian yaitu pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan

kuisioner selama empat hari khusus di ruang surgical. Hasil pengkajian yang menjadi

perhatian observer adalah pertama tentang metode asuhan keperawatan, kedua tentang

pelaksanaan IPSG terutama IPSG 1, 5 dan 6, dan ketiga tentang enam benar pemberian obat

dengan hasil pengkajian di bawah ini. Pengkajian dengan observasi dilakukan dengan cara

satu mahasiswa mengikuti satu perawat tiap shift pagi dan siang. Mahasiswa mengobservasi

semua tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat tersebut apakah sesuai dengan

SOP atau tidak. Sebelumnya mahasiswa menanyakan terlebih dahulu tindakan keperawatan

yang akan dilakukan oleh perawat tersebut kemudian mahasiswa membaca SOP tentang

tindakan yang akan dilakukan sehingga bisa mengetahui tindakan yang dilakukan sesuai

atau tidak. Pengkajian dengan wawancara dilakukan kepada HN, PP dan PA, begitu juga

dengan pengkajian menggunakan kuisioner diberikan kepada HN, PP dan PA.

17

Page 18: Laporan Manajemen Lt 4

Berdasarkan hasil observasi pada 16 PA (59,2%) dari total keseluruhan 27 PA, tidak

melaksanakan enam benar pemberian obat dan IPSG terutama IPSG 1, 5 dan 6. Hasil

wawancara dengan dua PP (66%) dari tiga PP di ruang surgical tentang metode asuhan

keperawatan, mereka mengatakan bahwa metode asuhan keperawatan yang digunakan saat

ini masih membingungkan dan tidak jelas. Begitu juga dengan hasil wawancara dengan 14

PA (51,8%), mereka mengatakan bahwa metode yang digunakan sekarang tidak jelas.

18