Laporan Managerial AQ
-
Upload
ael-ardhie-winata -
Category
Documents
-
view
277 -
download
9
Transcript of Laporan Managerial AQ
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus
diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang
Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 pasal 1 ayat (1) tentang
Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan saat ini ditekankan pada
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai bagian dari sistem pelayanan
kesehatan masyarakat yang bertujuan mencapai derajat kesehatan yang optimal
bagi setiap warga negara seperti yang tercantum dalam Undang-Undang pokok
kesehatan, rumah sakit terus berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/2004 tentang standar
pelayanan farmasi di Rumah Sakit menyatakan bahwa upaya kesehatan adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Oleh karena itu
pemerintah menyusun kebijakan penyelenggaraan dan stategi baru yaitu gerakan
pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia
Sehat 2010.
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan ntuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotive),
pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (curative), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitative) yang dilaksanakan secara menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi
pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk
rumah sakit.
1
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan, rujukan
pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan
yang bersifat penyembuhan dan pemulihan kesehatan bagi pasien yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu. Rumah sakit merupakan salah satu sektor
kesehatan yang berperan penting dalam pelayanan kesehatan.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
Tenaga kesehatan meliputi tenaga medis, keperawatan, kefarmasian
(apoteker, asisten apoteker, dan analis farmasi), kesehatan masyarakat, ahli gizi,
keterapian fisik, dan tenaga keteknisan medis. Apoteker merupakan salah satu
tenaga kefarmasian di rumah sakit yang mempunyai peran penting dan tidak
tergantikan oleh profesi lain. Hal ini disebabkan karena tuntutan pasien dan
masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan
pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented
dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan. Oleh karena itu, apoteker sebagai seorang yang
berperan penting dalam pelayanan kefarmasian harus meningkatkan kemampuan
dalam pelayanan kefarmasian dalam berbagai hal yaitu, Pengelolaan dan
Penggunaan Obat Secara Rasional (PPSOR) dengan melalui lingkar sepuluh
kegiatan PPSOR meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
penyaluran, peresepan, dan informasi oleh dokter, penyiapan obat dan informasi
oleh farmasis, penyerahan obat dan informasi oleh perawat, penggunaan obat oleh
pasien, pemantauan efektivitas serta keamanan dan dalam hal berkomunikasi
2
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
dengan pasien untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan pasien tentang obat-obatan serta dapat menjalin
hubungan timbal balik dengan pasien.
Apoteker memiliki dua peran di rumah sakit yaitu dalam hal managerial
dan fungsional. Peran managerial berupa perencanaan, pengadaan produksi,
penyimpanan, dan penyaluran obat. Sedangkan peran fungsional apoteker terlihat
langsung dalam pelayanan kesehatan melalui farmasi klinis yang meliputi
konseling, pelayanan informasi obat, edukasi, dan pharmaceutical care.
Berlakunya KepMenKes RI No. 1197/MenKes/SK/X/2004 dan SK No.
SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 yang menyatakan bahwa
pelayanan farmasi rumah sakit mengarah pada asuhan kefarmasian (farmasi
klinik), merupakan peluang dan tantangan untuk farmasis di Indonesia. Undang -
Undang ini menjadi peluang bagi farmasis untuk menunjukkan eksistensinya di
bidang profesi kefarmasian karena selama ini peran tenaga farmasis lebih banyak
sebagai tenaga manajemen. Namun, UU ini juga menjadi tantangan bagi farmasis
karena perlu banyak belajar lagi akibat kurangnya kesiapan para farmasis yang
dilatarbelakangi oleh sistem pendidikan apoteker di Indonesia yang sangat minim
mengarah pada farmasi klinik. Untuk dapat melakukan pelayanan farmasi rumah
sakit yang baik dan semakin berkembangnya peran farmasi di rumah sakit,
mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker sebagai calon farmasis harus
mempunyai pengalaman yang cukup sebagai bekal untuk terjun langsung
menjalankan pekerjaan keprofesian sehingga dapat bersikap dan bertindak
profesional. Salah satu rangkaian kegiatan pendidikan Program Studi Profesi
Apoteker ini adalah dengan mengikuti Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
PKPA dilaksanakan pada tanggal 15 April – 14 Juni di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang. Mahasiswa diharapkan dapat
memperoleh pengetahuannya selama proses PKPA yang berlangsung di rumah
sakit.
3
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit bagi mahasiswa
Program Studi Profesi Apoteker bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan
pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola perbekalan kefarmasian di rumah
sakit dan mampu memecahkan permasalahan yang ada, hubungan interaksi
dengan profesi kesehatan lainnya serta memahami efektifitas dan rasionalitas
penggunaan obat. Pada akhir kegiatan PKPA di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Saiful Anwar Malang, para calon apoteker diharapkan:
1. Mengetahui struktur organisasi rumah sakit sehingga mahasiswa mengetahui
posisi instalasi farmasi dalam rumah sakit.
2. Mendapatkan pengetahuan praktis dan ketrampilan tentang pengelolaan
perbekalan farmasi di rumah sakit yang meliputi pengelolaan obat dan alat
kesehatan (managing drug supply) dan farmasi klinis.
3. Menerapkan praktek kefarmasian di rumah sakit, seperti Pemberian Obat Dosis
Sehari (PODS) dan pelayanan kefarmasian lainnya.
4. Memahami fungsi dan peran apoteker di rumah sakit, baik peran managerial
maupun fungsional sehingga mahasiswa mengetahui dan memahami serta
dapat melaksanakan dan memecahkan masalah kefarmasian yang ada di rumah
sakit.
5. Memahami dan menerapkan konsep Pharmaceutical Care dalam pelayanan
kefarmasian khususnya di rumah sakit.
6. Mengasah ketrampilan berkomunikasi dan interaksi kepada pasien, keluarga
pasien, dan tenaga kesehatan lainnya sehingga dapat tercapainya tujuan dari
pengobatan yaitu peningkatan kualitas hidup pasien.
C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful
Anwar Malang bermanfaat antara lain:
1. Mengetahui, memahami tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola
rumah sakit.
4
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
2. Mengaplikasikan teori yang telah didapat dengan terlibat langsung dalam
kegiatan di unit-unit pelayanan farmasi rumah sakit.
3. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di rumah
sakit.
4. Mendapatkan pengetahuan managemen praktis farmasi di rumah sakit.
5. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.
5
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
BAB II
TINJAUAN RUMAH SAKIT UMUM
A. Rumah Sakit
Menurut UU No.44 tahun 2009 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan
sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya (Setiawan, 2009).
Sekarang ini Rumah Sakit adalah lembaga komunitas yang merupakan
instrumen masyarakat. Rumah Sakit merupakan titik fokus untuk mengkoordinasi
dan menghantarkan penderita pada komunitasnya. Berdasarkan hal tersebut,
Rumah Sakit dapat dipandang sebagai struktur organisasi yang menggabungkan
secara bersama-sama profesi kesehatan, fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan
perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam suatu sistem terorganisasi untuk
menghantarkan pelayanan kepada masyarakat. Dulu Rumah Sakit hanya dianggap
sebagai suatu tempat penderita ditangani, sekarang Rumah Sakit dianggap suatu
lembaga yang giat memperluas layanan kepada penderita dimanapun tempatnya.
Rumah Sakit memberikan pelayanan kepada penderita rawat inap, ruang gawat
darurat, praktek dokter di Rumah Sakit, pelayanan di puskesmas dalam klinik
komunitas dan dalam fasilitas pelayanan yang diperluas seperti Rumah Rawatan
(Nursing home), baik yang berafiliasi ataupun milik Rumah Sakit, serta di rumah
penderita yang memerlukan pelayanan kesehatan (Siregar, 2004).
Berdasarkan ketentuan umum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor: 983/ Menkes/ SK/ XI/ 1992 tentang pedoman Organisasi Rumah Sakit
Umum. Rumah Sakit Umum adalah Rumah sakit yang memberikan pelayanan
bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik, dan sub spesialistik yang
mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan (Siregar, 2004).
6
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan sehingga
rumah sakit mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan pelayanan medis,
penunjang medis dan non medis, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan
rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta
penyelenggaraan umum dan keuangan (Siregar, 2004). Klasifikasi rumah sakit
umum didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan menurut
Keputusan Menkes RI No. 983/menkes/SK/XI/1992 dibagi menjadi :
1. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan
subspesialistik luas.
2. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11
spesialistik dan subspesialistik terbatas.
3. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.
4. Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar.
Pengakuan pelayanan rumah sakit dapat dilihat dalam bentuk akreditasi.
Status akreditasi rumah sakit yang pada dasarnya menggunakan metode yang
saling berkaitan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan yaitu
pra survei akreditasi (rumah sakit menilai sendiri (self assesment) menggunakan
instrumen atau kuisoner self assesment), survei akreditasi (survei dilakukan oleh
tim survei yang ditugaskan oleh komisi akreditasi rumah sakit dan sarana
kesehatan lainnya, dengan cara melakukan kunjungan ke rumah sakit selama 3-5
hari), dan pasca survei (rumah sakit memperbaiki kekurangannya yang telah
direkomendasikan tim survei), yang menghasilkan 4 keputusan akreditasi:
7
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
1. Tidak terakreditasi
Rumah Sakit dianggap belum mampu memenuhi standar yang ditetapkan
(total skor kurang dari 65%).
2. Akreditasi bersyarat
Rumah Sakit telah memenuhi persyaratan minimal tetapi belum cukup
untuk mendapatkan skreditasi penuh karena ada beberapa standar atau
kriteria yang diberi rekomendasi khusus (total skor minimal 65% dan
setiap bidang pelayanan tidak mempunyai nilai 60%).
3. Akreditasi penuh
Rumah Sakit diberikan untuk jangka waktu 3 tahun (total skor minimal
75% dan masing-masing bidang pelayanan tidak ada yang kurang dari
60%).
4. Akreditasi istimewa
Rumah sakit yang menunjukkan pemenuhan standar secara istimewa
selama 3 periode berturut-turut, akan mendapat status akreditasi untuk
masa 5 tahun (Siregar, 2003).
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar merupakan rumah sakit
milik Pemerintah Daerah Jawa Timur yang diklasifikasikan sebagai rumah sakit
tipe A. Rumah sakit ini telah memenuhi kriteria yang ditetapkan bagi rumah sakit
tipe A, yaitu memiliki pelayanan medis spesialistik luas dan subspesialistik luas
serta merupakan rumah sakit pendidikan dan penelitian bagi tenaga medis. Rumah
sakit ini menjadi pusat rujukan bagi rumah sakit lain di Indonesia bagian timur.
B. Sejarah RSUD Dr. Saiful Anwar
Rumah sakit ini berdiri sebelum perang dunia II dengan nama rumah sakit
Celaket. Rumah Sakit Celaket dipakai sebagai rumah sakit tentara. Tanggal 2
Januari 1974, dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
No. 001/0/1974, Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dijadikan Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, dengan Rumah Sakit Celaket sebagai
tempat praktek. Pada tanggal 12 November 1979 RS Celaket diresmikan sebagai
RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA), dan berperan pula sebagai Rumah sakit
Rujukan Tipe B. Kemudian pada tahun 1981 ditetapkan sebagai Rumah Sakit tipe
8
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
B pendidikan kemudian menjadi RSUD Dr. Saiful Anwar pada tahun 2002.
Prestasi Rumah Sakit terus meningkat hingga di tahun 2007 ditetapkan sebagai
Rumah Sakit kelas A milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur. RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang merupakan Lembaga Teknis daerah Jawa Timur, dipimpin oleh
seorang direktur yang secara teknis bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan secara operasional bertanggung jawab kepada
Gubernur Jawa Timur melalui Sekretaris Daerah.
Visi RSUD Dr. Saiful Anwar “Menjadi Rumah Sakit Kelas Dunia Pilihan
Masyarakat”.
Sedangkan misinya adalah :
1. Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik melalui penataan dan
perbaikan manajemen yang berkualitas dunia, profesional, serta akuntabel.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan masyarakat melalui pengembangan sistem
pelayanan yang terintegrasi dan komprehensif.
3. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesehatan melalui
pengembangan mutu pendidikan dan penelitian berkualitas internasional.
4. Meningkatkan kualitas SDM melalui pemenuhan tenaga yang terlatih dan
terdidik secara profesional.
Motto dalam aktivitas adalah : “kepuasan dan keselamatan pasien adalah
tujuan kami” melalui 4 puas yaitu puas penderita, puas karyawan, puas rumah
sakit, puas pemilik dengan mengacu pada landasan operasional, yaitu diagnosa
rasional dengan pengobatan rasional. Slogan yang diterapkan dalam pelayanan
terhadap masyarakat adalah “With Love We Serve” (dengan cinta kami melayani).
Dengan hal tersebut diharapkan pelayanan prima yang menjadi harapan RSSA
terwujud secara maksimal.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar memiliki 4 nilai dasar yaitu:
R = RESPECT
Pelayanan kepada masyarakat diberikan dengan ikhlas tanpa membedakan
status sosial, yang merupakan tindakan terpuji, sehingga masyarakat
9
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
merasa dipedulikan dan akan menumbuhkan rasa cinta dan senang kepada
rumah sakit.
S = SAFETY
Pelayanan harus menjamin keselamatan bagi pasien dan keluarganya serta
petugas dan masyarakat, agar terhindar dari bahaya dan ancaman yang bisa
menyebabkan cidera, tertular penyakit, maupun kejadian yang tidak
diinginkan.
S = SINERGY
Pada dasarnya sifat manusia saling membantu, karena setiap manusia tidak
bisa bekerja sendiri. Sistem kerja lintas fungsi dan secara tim menjadi
pijakan utama dalam bekerja. Sistem kerja lintas fungsi menjadikan
organisasi belajar (learning organization) untuk membuat perubahan yang
berkelanjutan yang merupakan awal menuju sukses kelas dunia.
A = ACCOUNTABLE
Sebagai institusi publik, pelayanan yang diberikan harus transparan dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada pelanggan dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
RSUD Dr. Saiful Anwar mempunyai fasilitas dan kemampuan medis
spesialistik dan subspesialistik dasar. Rumah Sakit ini juga digunakan sebagai
tempat pendidikan dan sebagai Rumah Sakit rujukan Kota atau Kabupaten
Malang, Batu, Pasuruan, Blitar, Lumajang dan Probolinggo.
C. Pelayanan RSUD Dr. Saiful Anwar
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang mendapat akreditas penuh untuk 16 jenis
pelayanan sejak Maret 2000. Kemampuan pelayanan RSUD Dr. Saiful Anwar :
1. Pelayanan medis 20 jenis spesialisasi dan 80 jenis subspesialisasi.
2. Pelayanan rawat jalan atau poliklinik sebanyak 17 bagian (penyakit dalam,
kardiologi, paru, bedah, anak, obgyn, saraf, jiwa, kulit dan kelamin, THT,
mata, gigi dan mulut, umum, komplementer, gizi, onkologi dan rehabilitasi
medik).
3. Pelayanan penunjang medis terdiri dari: pelayanan radiologi (radioterapi
dan radiodiagnostik), laboratorium sentral (kimia, gula, darah, hematologi,
10
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
serologi, bakteriologi, liquor, transudat, urin, ginjal, TPHA, T3, T4, TSH,
analisa gas darah, parasitologi), Laboratorium Patologi Anatomi (sitologi,
histology, FNAB), Kedokteran forensik dan medik legal, Rehabilitasi
medik, anestesi, Farmasi dan Gizi.
Sarana dan prasarana yang dimiliki :
1. Jumlah tempat tidur rawat inap tahun 2013 sebesar 902 buah dari kelas
utama, kelas I, kelas II, kelas III.
2. Peralatan kedokteran yang dimiliki : USG Colour Dopler, Telegama
therapy cobalt, CT Scan Whole Body, MRI, Mamografi, Gamma Camera,
Bronchoscopy, Endoscopy, Hemodialisa, Electro Enchepalografi,
Automatic Blood Counter, Spirometri dan EECP.
3. Penunjang non medis : ILLS, dapur gizi, water treatment, genset, ketel uap
dan IPAL.
11
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Berikut adalah bagan struktur organisasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
12
STRUKTUR ORGANISASI RSU Dr. SAIFUL MAWAR MALANG
Direktur
Wadir Yan Med Keperawatan Wadir Penumpang Pelayanan Wadir Pend & Pengem. Profesi
Bidang Yan
Mad
Bidang
Keperawatan
Seksi pelayanan irna
4 rawat intens 4 pembedahan
Seksi
Pelayanan IRJ & IRD
Instalasi
Seksi
Pelayanan Keperawatan
Seksi Sarana
Tenaga Keperawatan
Bidang
Penunjang Medik
Seksi
Penunjang Diagnostik
Seksi Sarana
Tenaga Keperawatan
Instalasi
Bidang
Penunjang Non Medik
Seksi Penunjang Pelayanan Langsung
Seksi Penunjang Pelayanan
Umum
Bidang RM &
Evaluasi Pelaporan
Seksi Rekam
Medik
Seksi Evaluasi
Pelaporan
Bidang Diulat
Solusi
Pendidikan
Selisi
Penelitian
Instalasi
SMF
Bidang Pengem Profesi
Selisi pengem. Tenaga medik keperawatan
Selisi pengem.
Tenaga non medik
Bagian Umum
Sub Bag Tata
Usaha
Sub Bag
Kepegawaian
Sub Bag. Humas
Pemasaran
Bag
perencanaan anggaran
Sub Bag
Perencanaan
Sub Bag
Anggaran
Sub Bag
Perlengkapan dan Asset
Bag
Keuangan akuntansi
Sub bag
penerimaan & pendapatan
Sub bag. Perbenda
haraan
Sub Bag akunt
& verifikasi
Wadir Umum dan Keuangan
Komite Komite SPI
SFT
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
D. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
Berdasarkan peraturan menteri Kesehatan RI No. 085/Menkes/Per/1989
tanggal 28 Januari 1989, dinyatakan bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
merupakan salah satu instalasi penunjang medik yang berfungsi menyediakan,
mengelola, memberikan informasi dan mengadakan penelitian tentang obat.
IFRS merupakan unit kerja yang berada dibawah koordinasi Wakil
Direktur II Rumah Sakit (Penunjang Pelayanan) yang berperan sebagai penunjang
kegiatan pelayanan kesehatan.
IFRS di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Tercapainya pelayanan, pendidikan, dan penelitian kefarmasian dengan
mutu, cakupan dan efisiensi yang optimal.
2. Tercapainya pelayanan farmasi Rumah Sakit yang merupakan bagian
sistem pelayanan kesehatan dan pendidikan di Rumah Sakit yang utuh dan
berorientasi pada pasien dengan pola pendekatan pelayanan, penyediaan
obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat serta
pelayanan kebutuhan barang aseptis di Rumah Sakit.
Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Tugas pokok IFRS
adalah menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di
Rumah Sakit.
Untuk melaksanakan tugas tersebut maka RSUD Dr. Saiful Anwar
membagi fungsi organisasi menjadi 2, yakni manajerial dan fungsional.
Manajerial mencakup pengelolaan tempat, pengadaan barang farmasi, logistik,
distribusi, pelaporan dan evalusai, penempatan Sumber Daya Manusia (SDM),
sekretariat dan administrasi, dimana pelaksanaannya merupakan tanggung jawab
kepala IFRS. Sedangkan fungsi fungsional mencakup pelaksanaan pelayanan,
pendidikan dan penelitian, asuhan farmasi, dimana pelaksanaannya di bawah
tanggung jawab ketua Staf Fungsional Farmasi.
Ruang lingkup IFRS meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusiaan barang farmasi serta asuhan farmasi, pengkoordinasian,
pengendalian, pengambilan keputusan pelayanan farmasi dan pemenuhan barang
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
aseptis di rumah sakit. IFRS juga wajib melaksanakan pendidikan, pelatihan dan
penelitian baik untuk kepentingan Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran, Fakultas
Farmasi maupun institusi pendidikan yang lain.
IFRS mempunyai tugas melaksanakan pelayanan farmasi secara berdaya
guna dan berhasil guna dengan mengupayakan seluruh kebutuhan, penyimpanan,
pendistribusian, pemantauan, pengawasan dan pemberian informasi (KIE) tentang
penggunaan barang farmasi di rumah sakit, melaksanakan pendidikan bagi calon
dokter umum, calon farmasis, tenaga paramedis dan tenaga kesehatan lainnya
serta pengembangan di bidang kefarmasian.
IFRS melaksanakan fungsinya antara lain perencanaan, pengadaaan,
penilaian dan pemilihan mutu, penyimpanan dan pengadministrasian,
pendistribusian, pengendalian dan evaluasi penggunaan barang farmasi,
penyuluhan penggunaan obat, pendidikan dan pelatihan serta pelayanan rujukan
kefarmasian.
14
SFT FARMASI
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Berikut adalah bagan struktur organisasi IFRS RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
15
DIREKTUR RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
WAKIL DIREKTUR PENUNJANG PELAYANAN
KEPALA INSTALASI FARMASI
SFT FARMASI
KOORDINATOR DIKLAT & PELATIH
KOORDINATOR ADMINISTRASI
KOORDINATOR PELAYANAN
Kepala Urusan Pelayanan Depo
Kepala Urusan Pelayanan Depo
Penanggung jawab SDF IRNA I
Penanggung jawab SDF IRNA II
PJ SDF IRNA III
PJ SDF IRNA IV
PJ SDF IRJ I
PJ SDF IRJ II
PJ SDF IRJ III
PJ ASKES PNS
PJ SDF IRD
PJ SDF OK IRD
PJ SDF OK IRD
Kepala Urusan Pelayanan Farmasi
Klinik
Penanggung jawab konseling
PJ Pio
PJ. Penanganan sitostafika
PJ. Pencampuran obat
asptis
Kepala Urusan Perencanaan dan
Umum
Pengadministrasi umum dan rumah tangga.
Pengadministrasi blangko resep
Pengadministrasi kepegawaian
Sarana Pelaksana teknis dan
pemelihara sarana medik dan non medik
Pengelola PKRS
Kepala Urusan Pelayanan
Farmasi Dasar
Penanggung jawab ALKES dan Obat
Penanggung jawab Alkohol dan Aquadest
Kepala Urusan Pendidikan dan
penelitian paramedis dan non perawatan dan
umum
Penaggungjawab pendidikan profesi
apoteker
Penaggungjawab pendidikan D3 farmasi
Penaggungjawab Penelitian
Pengelola PKRS
Kepala Urusan Keuangan
Pemegang kas penerimaan
Pemegang kas pengeluaran
Pelaksana penyusun anggaran dan laporan
Pengolah data dan pencatat pembukuan
Kepala Urusan Pengelolaan Obat
dan Alkes
Pengadministrasi umum
Pengadministrasi penerimaan obat dan alkes
Pengadministrasi penyimpanan obat dan alkes
Pengadministrasi pendistribusian obat dan alkes
Urusan Evaluasi dan Klaim
Pengadministrasi rawat jalan
Pengadministrasi rawat inap
Pengadministrasi jam kesmas rawat jalan
Pengadministrasi jamkesmas rawat inap
Pengadministrasi jam kesda rawat jalan
Pengadministrasi jamkesda rawat inap
Pengadministrasi umum rawat inap
Pengadministrasi umum rawat jalan
Pengadministrasi pasien ikatan kerja sama (LKS)
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2011
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
E. Manajemen Pengelolaan Barang Farmasi
Pengelolaan barang farmasi di rumah sakit merupakan salah satu segi
manajemen Rumah sakit yang penting, baik dari segi medis maupun ekonomis.
Tujuan pengelolaan barang farmasi adalah agar barang farmasi yang dibutuhkan
setiap saat selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan mutu yang terjamin untuk
mendukung pelayanan yang bermutu di Rumah Sakit.
Manajemen pengelolaan barang farmasi meliputi tahap perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, dan evaluasi. Masing-
masing kegiatan saling tekait, oleh sebab itu kegiatan harus berjalan secara
terpadu. Untuk itu harus diperlukan informasi yang dapat dipercaya sehingga
proses manajemen pengelolaan dapat berjalan secara optimal.
1. Perencanaan
Hal penting yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan
perencanaan adalah masalah anggaran. Proses perencanaan untuk menentukan
jenis dan jumlah barang farmasi yang diperlukan untuk periode pengadaan yang
akan datang, didasarkan atas usulan kebutuhan dari tiap-tiap unit dan disesuaikan
dengan anggaran yang tersedia. Selain itu rencana dapat dilakukan berdasarkan
evaluasi kebutuhan riil periode yang lalu (konsumtif), epidemiologi penyakit atau
kombinasi keduanya.
Untuk memenuhi kebutuhan barang farmasi di rumah sakit, IFRS
melaksanakan kegiatan perencanaan barang farmasi melalui perencanaan tahunan,
triwulan dan bulanan. Secara umum sumber dana atau informasi perencanaan
harus sudah tersedia dua minggu sebelum proses perencanaan, sedangkan proses
perencanaan membutuhkan waktu paling lambat dua bulan kecuali perencanaan
yang bersifat segera.
Data yang dibutuhkan dalam kegiatan perencanaan barang farmasi antara
lain :
i. Dana atau anggaran yang tersedia.
ii. Data penggunaan barang farmasi di masing-masing sub depo farmasi.
16
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
iii. Data penggunaan atau stok barang farmasi dari sub depo farmasi dan
logistik farmasi.
iv. Data usulan kebutuhan barang farmasi dari SMF atau instalasi lain.
v. Pola penyakit.
vi. Kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit.
vii. Kebijakan Direktur RSUD Dr. Saiful Anwar.
Perencanaan dilaksanakan oleh Sub Instalasi Perencanan dan pengadaan
yang dijabarkan sebagai berikut :
a) Perencanaan Tahunan
Usulan kebutuhan barang farmasi selama satu tahun dibuat berdasarkan
data penggunaan barang farmasi bulan Januari sampai Desember tahun lalu dan
disesuaikan dengan data usulan kebutuhan dari SMF dan instalasi serta kebijakan
Rumah Sakit. Data tersebut sudah harus terkumpul pada minggu II-III bulan
Januari. Data diolah, disusun dan diajukan ke panitia pembelian barang Rumah
Sakit pada minggu II bulan Februari sebagai data kebutuhan barang farmasi satu
tahun.
b) Perencanaan Triwulan
Usulan kebutuhan farmasi triwulan dibuat berdasarkan data perencanaan
seperti tersebut diatas. Perencanaan ini dibuat untuk kebutuhan empat bulan
karena waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan barang farmasi mulai dari
pengusulan sampai dengan barang datang diperkirakan membutuhkan waktu satu
bulan. Perencanaan akhir harus sudah ke panitia Pengadaan Barang Rumah Sakit
awal bulan Januari, April, Juli, dan Oktober (paling lambat tanggal lima).
c) Perencanaan Bulanan
Usulan kebutuhan persediaan barang farmasi yang sifatnya insidentil
berdasarkan barang farmasi yang persediaannya habis atau menipis dan anggaran
yang tersedia.
2. Pengadaan barang
Pengadaan barang farmasi, seperti halnya kebutuhan Rumah Sakit lainnya,
diselenggarakan oleh Panitia Pembelian Barang Rumah Sakit, berdasarkan usulan
kebutuhan farmasi dan instalasi farmasi baik perencanaan tahunan, triwulan dan
17
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
bulanan. Pengadaan dilakukan melalui tender/lelang yang dilakukan setiap tiga
bulan sekali. Pengadaan barang farmasi berdasarkan nilai nominal transaksi
pembelian, di mana transaksi pembelian di atas 200 juta dilakukan tender terbuka.
Transaksi pembelian 100-200 juta dilakukan tender terbatas (minimal 3 CV atau 3
PT), sedangkan transaksi di bawah 100 juta dilakukan penunjukan langsung serta
untuk transaksi kurang dari 1 juta dilakukan pembelian langsung.
Anggaran pengadaan barang farmasi Rumah Sakit diperoleh dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Dana Alokasi Umum (DAU),
Operasional Pemeliharaan Rumah Sakit (OPRS), Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Tingkat I, Swadana dan Subsidi Gakin/PDPSE.
Berdasarkan anggaran yang tersedia, panitia melihat usulan barang farmasi
tersebut. Barang-barang yang diadakan meliputi barang rutin contohnya obat dan
alkes dan non rutin contohnya peralatan medis. Bila anggaran yang tersedia tidak
mencukupi, maka usulan kebutuhan farmasi dikembalikan ke instalasi farmasi
untuk dikurangi jenis atau jumlahnya guna menyesuaikan dengan anggaran yang
tersedia.
Dalam keadaan mendesak dimana jumlah obat atau alkes habis pakai yang
diperlukan dalam pelayanan sudah menipis atau tidak tersedia dapat dilakukan
pengadaan yang sifatnya insidentil (cito), tanpa melalui proses tender tetapi
melalui pembelian langsung.
3. Penerimaan barang
Barang farmasi yang diadakan kemudian dikirim oleh rekanan Rumah
Sakit dan diperiksa oleh Tim Pemeriksa dan Penerima Barang Rumah Sakit
bersama petugas Sub Instalasi Logistik, untuk mencocokkan spesifikasi barang
yang datang dengan Surat Perintah Kerja (SPK). Hal-hal yang diperiksa antara
lain nama, merk, jumlah, kualitas, harga dan tanggal kadaluarsa (obat dan alkes
minimal 2 tahun sedangkan reagensia/bahan laboratorium minimal 6 bulan). Bila
barang-barang tersebut memenuhi syarat, barulah barang farmasi tersebut diterima
dan dilakukan penyimpanan.
18
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
4. Penyimpanan barang
Penyimpanan barang farmasi dilakukan sesuai dengan persyaratan
farmasetis (fisika dan kimia dari bahan), untuk memenuhi kriteria aman tertib
administrasi. Barang farmasi disimpan berdasarkan jenis (obat, film, reagen, gas
medik, alat kesehatan), bentuk sediaan (padat, cair, semisolid), status pasien yaitu
umum dan penjamin serta berdasarkan kelas terapinya agar memudahkan dalam
pengambilan sehingga mempercepat dan memperlancar pelayanan. Selain itu,
penyimpanan barang farmasi juga menggunakan sistem FIFO (first in first out)
sehingga mempermudah pengawasan dalam hal persediaan serta tanggal
kadaluarsanya, selain itu juga memenuhi kriteria aman dan tertib administrasinya.
Serum, vaksin dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu
tubuh disimpan dalam lemari es dengan suhu terkontrol (2-8oC). Penyimpanan
obat didasarkan atas obat generik dan obat paten, berdasarkan bentuk sediaan
(tablet dan kapsul, injeksi, tetes) dan stabilitasnya. Penyusunan obat dilakukan
secara alfabetis memiliki keuntungan yaitu untuk mempermudah pengambilan
obat saat diperlukan. Sedangkan kerugiannya dapat mengakibatkan kesalahan
pengambilan karena adanya kemiripan (Look A Like Sound A Like/LASA).
Pencegahan kesalahan dapat dilakukan dengan memisahkan obat yang namanya
mirip dan obat dengan nama sama tetapi dosisnya berbeda. Penyimpanan obat-
obat narkotika disimpan dalam almari khusus sesuai dengan Permenkes No. 28
Tahun 1978 untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
penyalahgunaan obat-obat narkotika.
5. Distribusi barang
Barang farmasi di logistik didistribusikan ke Sub Depo Farmasi kemudian
digunakan untuk pelayanan kepada pasien. Distribusi dilakukan secara langsung
ke satuan kerja, misalnya instalasi farmasi, radiologi, dan laborat yang meliputi
reagen, tabung oksigen, film, gas medis. Selain itu distribusi juga dilakukan ke
sub depo seperti, alat kesehatan habis pakai, bahan dasar, obat dasar, dan obat-
obatan life saving. Depo farmasi yang ada bermanfaat untuk mendekatkan dan
mempercepat pelayanan obat dan alat kesehatan kepada pasien.
19
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Cara distribusi barang farmasi pada masing-masing depo berbeda-beda,
disesuaikan dengan situasi di tempat pelayanan, antara lain pengambilan obat
berdasarkan resep dokter atau menggunakan formulir pemakaian obat/alkes atau
sistem floor stock di ruangan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) atau
melalui formulir yang disesuaikan dengan kebutuhan barang farmasi di ruangan
tersebut.
Untuk menunjang pelaksanaan pelayanan farmasi di rumah sakit maka
dibentuk beberapa sub depo farmasi (SDF) yang merupakan aplikasi SK
Gubernur No.11/2003. Pendanaan depo farmasi didapatkan dari revolving fund
atau pinjaman dari rumah sakit. Sistem manajemen yang digunakan pada sub depo
farmasi adalah sistem satu pintu melalui instalasi farmasi. System satu pintu
adalah bahwa rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan kefarmasian termasuk
pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian alat kesehatan, sediaan
farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
pasien (UU No.44 th 2009).
6. Pengendalian barang
Pengendalian barang farmasi diutamakan pada ketersediaannya, khususnya
obat Life Saving, bahan dasar, barang farmasi untuk tindakan, barang farmasi fast
moving, dan barang farmasi kadaluarsa pendek.
Pengendalian dilakukan setiap saat atau periodik per minggu, dua
mingguan, bulanan, triwulanan dan tahunan. Informasi yang dibutuhkan untuk
pengendalian adalah stok awal, data pemakaian dan keadaan barang, meliputi
jenis, jumlah dan tanggal kadaluarsa, jumlah barang rusak, laporan penggunaan
barang farmasi serta surat permintaan. Pengendalian tersebut dilakukan oleh
koordinator masing-masing depo.
7. Evaluasi dan Pelaporan
Tujuan diadakan evaluasi dan pelaporan adalah tercapainya evaluasi dan
pelaporan dengan mutu, cakupan, dan efisiensi yang optimal melalui pencatatan
dan pelaporan kegiatan organisasi Instalasi Farmasi.
20
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Evaluasi barang farmasi Rumah Sakit secara garis besar meliputi:
a) Jenis dan jumlah barang farmasi yang direncanakan dan diadakan
contohnya pengadaan obat dan alkes.
b) Jenis dan barang farmasi yang diterima baik tidak sesuai dengan
spesifikasi misalnya jenis dan jumlahnya sesuai tapi expired date
barang tersebut singkat.
c) Jenis dan jumlah barang farmasi yang tersedia dan yang digunakan.
d) Jenis dan jumlah farmasi yang rusak, kadaluarsa dan hilang.
e) Jenis dan barang farmasi yang diminta Depo Farmasi atau Instalasi,
yang disediakan oleh logistik contohnya bahan-bahan dasar seperi kasa,
kapas dan lain-lain.
21
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
BAB III
DEPO FARMASI DAN RUANG RAWAT INAP
I. DEPO FARMASI
A. GUDANG LOGISTIK FARMASI
1. Tinjauan Gudang Logistik Farmasi
Gudang Logistik Farmasi merupakan tempat penyimpanan barang medis
rumah sakit, baik barang medis rutin maupun barang medis non rutin. Barang
medis rutin yaitu barang-barang dasar yang harus tersedia di rumah sakit karena
sering digunakan oleh orang banyak, tidak diresepkan karena termasuk dalam tarif
dasar rumah sakit dan selalu digunakan dalam pelayanan kesehatan yang
berkaitan dengan tindakan langsung dari perawat dan dokter terhadap pasien.
Misalnya obat dan alkes habis pakai, gas medis, bahan film, reagensia, bahan gigi.
Sedangkan barang medis non rutin yaitu barang-barang diluar barang rutin, yang
diresepkan oleh dokter dan berbentuk dalam kemasan tidak habis pakai. Misalnya
alat kedokteran dan alat keperawatan.
2. Organisasi Gudang Logistik Farmasi
Penanggung jawab Gudang Logistik Farmasi adalah seorang apoteker
yang membawahi beberapa pelaksanaan yang terdiri dari bagian penerimaan,
penyimpanan dan pendistribusian barang farmasi.
Kegiatan penyimpanan barang farmasi terdiri dari :
a. Penyimpanan I meliputi barang farmasi yang berupa obat, bahan baku, bahan
kimia/laboratorium, reagen, gas medik, cairan infus.
b. Penyimpanan II meliputi barang farmasi yang berupa alat kesehatan habis
pakai, bahan radiologi, bahan gigi.
3. Kegiatan Gudang Logistik Farmasi
a. Melaksanakan penerimaan barang farmasi
Alur kegiatan penerimaan barang farmasi yaitu :
1) Petugas gudang Logistik Farmasi bersama Tim Pemeriksa dan Penerimaan
Barang Rumah sakit menerima barang farmasi yang dikirim oleh rekanan
rumah sakit sesuai dengan spesifikasi pada SPK yang meliputi jenis, nama,
22
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
merk, jumlah, kualitas barang farmasi dan tanggal kadaluarsa (untuk obat
minimal 2 tahun dan bahan laboratorium atau reagen kimia minimal 6
bulan).
2) Setelah memenuhi persyaratan, barang farmasi diterima dan ditandatangani
oleh koordinator logistik farmasi yang selanjutnya dilakukan penyimpanan.
3) Melakukan pencatatan pada buku BBM.
4) Melakukan pencatatan pada kartu barang dan kartu meja.
b. Melaksanakan Penyimpanan barang farmasi
Penyimpanan dilakukan dengan baik sesuai dengan aturan penyimpanan
barang farmasi dengan tujuan agar mutu dan keamanan barang terjamin, proses
pencairan serta pendistribusian barang menjadi mudah dan cepat.
Penyimpanan dilakukan dengan cara :
1) Sistem FIFO (first in first out) yaitu barang yang datang lebih dahulu akan
didistribusikan lebih dahulu.
2) Sistem FEFO (first expired first out) yaitu barang dengan tanggal kadaluarsa
terdekat akan didistribusikan lebih dahulu.
3) Sistem slow moving diletakkan dibagian depan dan fast moving diletakkan
dibagian belakang.
4) Pemisahan tempat untuk barang farmasi berdasarkan bentuk sediaan (padat,
setengah padat, cair), sifat barang (mudah menguap, mudah terbakar).
5) Sistem pencatatan pada kartu meliputi Kartu Barang dan Kartu Meja.
6) Sistem opname dilakukan setiap bulan sebagai bahan penyusun laporan.
c. Melaksanakan Pendistribusian
1) Barang Farmasi rutin :
a) Penyaluran dilakukan berdasarkan Surat Permintaan Pengeluaran (SPP)
yang diisi lengkap dan ditandatangani oleh kepala unit/ instalasi/koordinator
Depo Farmasi yang membutuhkan.
b) SPP diajukan ke Logistik Farmasi untuk disetujui dan ditandatangani oleh
kepala sub unit instalasi Logistik Farmasi.
c) Pelaksana gudang dan petugas gudang menyiapkan barang farmasi sesuai
dengan permitaan untuk waktu tertentu.
23
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
d) Setelah memeriksa kebenaran barang farmasi yang disiapkan, pelaksana
gudang menandatangani SPP yang ditandatangani oleh petugas penerima
unit/instalasi yang membutuhkan.
e) Barang yang sudah dikeluarkan dicatat pada Bukti Barang Keluar (BBK).
f) Tiap kali mengeluarkan barang, dicatat pada kartu barang dan kartu meja.
2) Barang farmasi non rutin :
a) Penyaluran barang farmasi non rutin (misalnya alat-alat kedokteran)
dilakukan berdasarkan SP yang diisi lengkap dan ditandatangani oleh kepala
unit/instalasi yang membutuhkan.
b) SP diajukan ke bidang Perawatan/Pelayanan Medik/Penunjang Medik yang
diketahui dan disetujui/ditandatangani, kemudian diberi kode nomor
inventaris.
c) SP diajukan ke Logistik Farmasi untuk disetujui dan ditandatangani oleh
kepala sub unit instalasi Logistik Farmasi.
d) Petugas logistik gudang menerima SP dan menyiapkan barang farmasi yang
sesuai dengan permintaan serta memeriksa kebenaran barang farmasi yang
disiapkan, menandatangani SP kemudian mengeluarkan barang farmasi
tersebut.
e) Petugas logistik gudang mencatat barang yang dikeluarkan pada BBK.
f) Tiap kali mengeluarkan barang dicatat pada kartu barang dan kartu meja.
Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari, gudang Logistik Farmasi
mempunyai prosedur tetap (Lampiran 1) yang harus dilakukan oleh semua
karyawan yang bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan.
24
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
4. Standar Operasional Prosedur Kegiatan
Tabel 1. SOP Penerimaan Barang Farmasi Rumah Sakit
Pengertian Penerimaan barang farmasi adalah bagian dari pengelolaan barang farmasi yang berfungsi menerima obat dan alat kesehatan dan rekanan Rumah Sakit sesuai spesifikasi yang tertera pada Surat perintah Kerja atau Surat Pesanan
Tujuan Melaksanakan pengelolaan barang farmasi sesuai tugas dan fungsi logistik farmasi melalui penerimaan obat dan alat kesehatan sesuai aturan yang berlaku
Kebijakan Setiap penerimaan barang farmasi rumah sakit di logistik farmasi dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah Kerja atau Surat Pesanan
Prosedur 1. Penanggung jawab logistik farmasi bersama tim pemeriksa dan penerima barang rumah sakit menerima barang farmasi yang dikirim oleh rekanan rumah sakit sesuai spesifikasi pada Surat Pesanan (SP) atau Surat Perintah Kerja (SPK), meliputi :a. Jenis atau nama barangb. Merk c. Jumlahd. Kualitas barange. Tanggal kadaluarsa (ED) minimal 2 tahun kecuali
reagensia atau bahan laboratorium minimal 6 bulan2. Tim pemeriksa dan penerima barang rumah sakit
menandatangani bukti pengiriman barang dan membuat Berita Acara Penerima Barang
3. Tim pemeriksa dan penerima barang rumah sakit menyerahkan barang farmasi kepada penanggung jawab logistik farmasi
4. Penanggung jawab logistik farmasi memeriksa kebenaran kualitas dan kuantitas barang farmasi yang diterima dan menandatangani penerimaan barang
5. Penanggung jawab logistik farmasi menyerahkan barang farmasi kepada petugas logistik farmasi untuk disimpan
Unit Terkait 1. Sub Instalasi Farmasi2. Panitia Pembelian Rumah Sakit
25
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Tabel 2. SOP Penyimpanan Barang Farmasi Rumah Sakit
Pengertian Penyimpanan barang farmasi rumah sakit adalah bagian dari pengelolaan barang farmasi yang berfungsi menyimpan obat dan alkes rumah sakit.
Tujuan Melaksanakan pengelolaan barang farmasi sesuai tugas dan fungsi logistik farmasi melalui penyimpanan obat dan alat kesehatan sesuai aturan yang berlaku.
Kebijakan Penyimpanan barang farmasi dilakukan secara baik sesuai tugas dan fungsi logistik farmasi melalui penyimpanan obat dan alkes sesuai aturan yang berlaku.
Prosedur 1. Penanggung jawab logistik farmasi menerima barang farmasi yang diserahkan oleh panitia pemeriksa dan penerima barang rumah sakit.
2. Pelaksana logistik farmasi menyimpan barang farmasi menurut jenis barang (obat jadi, cairan infus, radiofarmasi, alat perawatan, alat kedokteran, alat kesehatan habis pakai, gas medik, disinfektan, reagensia, bahan gigi, bahan baku, bahan kimia) dengan pemisahan tempat/ruang barang farmasi untuk sediaan padat, setengah padat, cair, termolabil, mudah menguap/terbakar.
3. Pelaksana logistik farmasi mengatur berdasarkan efek farmakologi/kelas terapi
4. Pelaksana logistik farmasi menyimpan barang farmasi menggunakan system FIFO (first in first out) yaitu barang yang datang lebih dahulu akan dikeluarkan terlebih dahulu dan/ waktu kadaluarsa terdekat dikeluarkan terlebih dahulu. Sedangkan untuk barang farmasi slow moving diletakkan di bagian depan dan fast moving dibagian belakang.
5. Pelaksana logistik farmasi memasukkan data barang ke dalam kartu barang dan kartu meja.
6. Pelaksana logistik farmasi membukukan barang farmasi tersebut pada buku bukti barang masuk.
7. Petugas administrasi logistik farmasi mengarsipkan berkas Berita Acara Penerimaan Barang, Surat Perintah Kerja dan bukti penerimaan barang
Unit Terkait Sub Instalasi Farmasi
26
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Tabel 3. SOP Penyaluran Barang Farmasi Rumah Sakit
Pengertian 1. Penyaluran barang farmasi rutin rumah sakit adalah bagian dari pengelolaan barang farmasi yang berfungsi atau mendistribusikan barang farmasi kesehatan rumah sakit.
2. Barang farmasi rutin adalah barang farmasi umumnya sekali pakai habis yang pengadaannya dilakukan secara rutin. Contoh barang farmasi rutin antar lain obat, alat kesehatan habis pakai, film, gas medik, reagen, vaksin.
Tujuan Melaksanakan pengelolaan barang farmasi sesuai tugas dan fungsi logistik farmasi melalui penyaluran barang farmasi sesuai aturan yang berlaku
Kebijakan Penyaluran barang farmasi dilakukan secara baik dan teratur sesuai aturan agar pelayanan unit terkait mudah dan lancar.
Prosedur 1. Kepala unit atau instalasi mengajukan permintaan barang farmasi melalui surat permintaan dan pengeluaran yang diisi lengkap.
2. Petugas unit atau instalasi mengajukan surat permintaan dan pengeluaran barang ke logistik farmasi
3. Penanggung jawab logistik farmasi memeriksa dan menandatangani surat permintaan dan pengeluaran barang.
4. Pelaksana logistik farmasi menyiapkan barang farmasi sesuai permintaan dan pengeluaran barang.
5. Pelaksana logistik farmasi menyerahkan barang dan menandatangani surat permintaan dan pengeluaran barang tersebut
6. Petugas unit atau instalasi menerima barang farmasi.Unit Terkait 1. Sub Instalasi Farmasi
2. Unit atau Instalasi Pelayanan
27
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Tabel 4. Prosedur Tetap apengadaan Langsung Barang dan Jasa di Instalasi Farmasi
Pengetian Standar Oprasional dan Prosedur (SPO) pengadaan barang/jasa di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yang dananya bersumber dari Jasa Layanan dengan pihak lain dan hasil usaha lainya dimasudkan untukmenjabarkan secara rinci segala langkah yang harus ditempuh dalam rangka menyamakan pola piker, pengertian, dan member pedoman pelaksanan teknis dan administratif dalam prosedur pengadaan barang/jasa melalui pengadaan langsung.
Tujuan 1. Untuk efektifitas dan flesibilitas barang dan jasa di Instalasi Farmasi
2. Untuk pempercepat pengadaan barang dan jasa yang digunakan untuk pelayanan kepada penderita langsung
3. Untuk mendapatkan barang dari berbagai sumber barang (distributor/subdistributor dan penyedia barang / jasa lain) yang mempunyai kemapuan untuk melaksanakan pengadaan barang/secara langsung.
Kebijakan
1. Anggaran Peningkatan pelayanan Farmasi RSSA2. Menunjuk langsung 1 (Satu) penyedia barang atau jasa3. Pengadaan langsung adalah metode pengadaan barang/jasa
dengan:a. Niali sampai dengan Rp. 250.000.000,- (Dua Ratus
Lima Puluh Juta Rupiah) utuk pengadaan barang langsung farmasi.
b. Nilai sampai dengan Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) pengadaan langsung barang dan jasa lainnya.
4. Pengadaan langsung dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa setelah mendapat persetujuaan Pejabat Pembuat Komitmen (PPKn).
5. Pengerjaan sampai dengan Rp.50.000.000,- bentuk kontrak berupa kwitansi utuk Perbekalan Farmasi.
6. Pekerjaan dengan nilai diatas Rp.50.000.000,- sampai dengan Rp.250.000.000,- bentuk kontrak berupa Surat Pesanan (SP) atau Order Kerja (OK) tanpa jaminaan pelaksanaan untuk pengadaan Perbekalan Farmasi.
7. Pekerjaan dengan nilai Rp.5.000.000,- sampai dengan Rp.10.000.000,- bentuk kontrak berupa Surat Pesanan (SP) atau Order Kerja (OK) untuk pengadaan barang / jasa lain.
28
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
8. Perkerjaan sampai dengan Rp. 5.000.000,- bentuk kontrak berupa kwitansi untuk pengadaan barang / jasa lain.
9. Perkerjaan dengan nilai atas Rp.10.000.000,- samapi dengan Rp.100.000.000,- bentuk kontrak berupa Surat Perintah Kerja / SPK tanpa jaminan pelaksanaan untuk pengadaam barang/ jasa lain.
B. GUDANG DEPO FARMASI
1. Tinjauan Gudang Depo Farmasi
Gudang Depo Farmasi memiliki empat ruang, pertama tempat untuk
barang datang dari PBF di cek terlebih dahulu kemudian disimpan sesuai
tempatnya. Kedua untuk tempat permintaan barang dalam jumlah banyak, almari
psikotropik dan narkotik serta ruangan untuk petugas dan kepala gudang. Ketiga
untuk penyimpanan barang regular (langsung bayar) dan barang umum, alat
kesehatan, dan penjamin yang diletakkan dalam kulkas dilengkapi dengan
pengatur suhu. Keempat penyimpanan barang dalam jumlah banyak disesuaikan
dengan golongan rak 1 tablet, injeksi, sirup, dan salep untuk alkes PNS. Rak 2
untuk maskin terdapat injeksi dan sirup. Rak 3 khusus untuk tablet dan 2 rak
untuk barang regular. Ada 2 macam kartu stok yaitu putih untuk barang penjamin
dan biru untuk alkes.
2. Kegiatan di Gudang Depo Farmasi
a. Pemeriksaan dan Penerimaan Barang Farmasi
Bagian gudang memeriksa dan menerima barang farmasi dari PBF dengan
menyesuaikan Surat Permintaan atau Surat Perintah Kerja meliputi jenis dan nama
barang, merk, jumlah, kualitas dan tanggal kadaluarsa. Barang yang sudah
diperiksa dan sesuai dengan spesifikasi pesanan diterima dan ditandatangani oleh
ketua tim pemeriksa dan penerimaan gudang depo farmasi lalu kemudian
diserahkan kepada bagian penyimpanan.
b. Pengelolaan dan penyimpanan perbekalan farmasi
Penyediaan barang farmasi adalah bagian dari pengelolaan barang yang
berfungsi menyimpan obat dan alat kesehatan rumah sakit. Tujuannya adalah
29
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
melaksanakan pengelolaan barang farmasi sesuai tugas dan fungsi melalui
penyimpanan obat dan alat kesehatan. Penyimpanan obat dan alat kesehatan
disesuaikan dengan aturan penyimpanannya atau dengan penyimpanan khusus.
Penyimpanan dengan rak, palet atau alat pendingin khusus. Penyimpanan khusus
dengan alat pendingin disesuaikan dengan alat pendingin yang dibuat khusus
untuk penyimpanan dengan dilengkapi alat pengukur suhu.
c. Pendistribusian perbekalan farmasi
Pendistribusian perbekalan farmasi dari gudang depo farmasi adalah
adalah proses penyaluran perbekalan farmasi ke sub depo yang ada di lingkungan
rumah sakit. Pendistribuasian perbekalan farmasi dari gudang depo dilakukan
sesuai dengan Surat Permintaan dari sub depo (rawat jalan/rawat inap).
Permintaan dari sub depo dilakuakan tiap minggu dengan memasukkan daftar
barang farmasi yang dipesan melalui program dikomputer masing-masing sub
depo yang terintegrasi dengan komputer di gudang depo. Data permintaan yang
telah masuk di gudang depo akan dikelompokkan sesuai dengan penyedia barang
farmasi (PBF) untuk kemudian dipesankan ke masing-masing PBF. Untuk
keteraturan dalam penyaluran perbekalan farmasi, maka dibuat penjadwalan
dalam pelayanannya. Barang farmasi untuk pelayanan reguler dipesankan setiap
hari senin dan didistribusikan hari Rabu. Pelayanan barang farmasi untuk ASKES
dan penjamin dipesankan setiap hari selasa dan akan didistribusikan pada hari
kamis. Pelayanan barang farmasi yang dibutuhkan dalam waktu cepat/segera
(CITO) dilayani pada hari Jum’at dan Sabtu.
C. SUB DEPO FARMASI OK SENTRAL
1. Tinjauan Sub Depo Farmasi OK Sentral
Sub Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (OK Sentral) adalah depo
farmasi yang khusus melayani kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan untuk
kamar operasi dan pasien-pasien operasi di RSUD Dr. Saiful Anwar. Dimana
terdapat dua jenis operasi yang dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar yaitu
operasi bedah dan anestesi. Dalam ruang bedah sentral (OK sentral) terdapat 12
30
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
kamar operasi dan tiap kamarnya dilakukan 5 operasi. Dari 12 kamar tersebut
setiap kamar memiliki fungsi sendiri-sendiri:
a. Kamar Operasi 1 digunakan untuk operasi lokal
b. Kamar Operasi 2 digunakan untuk operasi bedah anak
c. Kamar Operasi 3 digunakan untuk operasi urologi
d. Kamar Operasi 4 digunakan untuk operasi degestif
e. Kamar Operasi 5 digunakan untuk operasi obgin
f. Kamar Operasi 6 digunakan untuk operasi THT
g. Kamar Operasi 7 digunakan untuk operasi onkologi
h. Kamar Operasi 8 digunakan untuk operasi obgin penyakit-penyakit
i. Kamar Operasi 9 digunakan untuk operasi bedah syaraf
j. Kamar Operasi 10 digunakan untuk operasi ortopedi
k. Kamar Operasi 11 digunakan untuk operasi IRD (Instalasi Rawat Darurat)
l. Kamar Operasi 12 digunakan untuk operasi mata
Dalam ruang Depo Farmasi OK sentral terdapat 3 lemari yang digunakan
sebagai wadah alat-alat kesehatan dan seediaan obat injeksi dan satu lemari es
yang digunakan untuk sediaan injeksi yang memang harus diletakkan dalam suhu
dingin.
2. Kegiatan di Sub Depo Farmasi OK Sentral
a. Pengadaan
1. Petugas Depo Farmasi merencanakan kebutuhan barang farmasi
berdasarkan jenis dan jumlah barang farmasi pengeluarannya sebelumnya
dan usulan dari Instalasi Bedah Sentral secara tertulis (Bedah dan
Anestesi).
2. Petugas depo farmasi menulis jenis dan jumlah barang farmasi secara
online ke logistik distribusi dan depo farmasi pusat.
3. Petugas depo farmasi menyerahkan Surat Permintaan barang farmasi ke
koordinator depo farmasi bedah sentral untuk diperiksa dan disetujui serta
ditandatangani.
4. Koordinator depo farmasi bedah sentral menyerahkan surat permintaan
barang farmasi ke petugas depo farmasi.
31
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
5. Petugas depo farmasi menyerahkan surat permintaan barang farmasi ke
petugas logistik dan depo pusat.
6. Petugas logistik distribusi dan depo pusat menerima dan menyiapkan
barang farmasi sesuai surat permintaan.
7. Petugas logistik distribusi dan depo pusat menyerahkan barang farmasi ke
petugas mobilisasi barang farmasi.
8. Petugas mobilisasi barang farmaasi menyerahkan barang farmasi ke
petugas depo farmasi bedah sentral.
b. Penerimaan dan Penyimpanan
1. Petugas depo farmasi bedah sentral menerima barang farmasi dari gudang
logistik distribusi dan depo farmasi pusat.
2. Petugas depo farmasi bedah sentral memeriksa barang farmasi dari
gudang logistik distribusi dan depo farmasi pusat.
3. Petugas depo farmasi bedah sentral mencatat barang farmasi tersebut pada
kartu stok barang farmasi dari gudang logistik distribusi dan depo farmasi
pusat.
4. Petugas depo farmasi bedah sentral menyimpan barang farmasi sesuai
aturan yang berlaku.
c. Pendistribusian
Setiap kali diselenggarakan operasi terencana (efektif), petugas dari kamar
bedah mengisi buku permintaan barang farmasi di depo farmasi bedah sentral .
Buku permintaan dibedakan menjadi dua, yaitu untuk petugas bedah dan untuk
petugas anestesi.
D. SUB DEPO FARMASI OK INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD)
1. Tinjauan Sub Depo Farmasi OK IRD
Sub depo OK Instalasi Rawat Darurat (IRD) adalah bagian dari depo
farmasi rumah sakit yang memberikan pelayanan terhadap petugas kesehatan akan
perbekalan farmasi, umumnya berupa obat dan alat kesehatan untuk keperluan
operasi pada pasien RSUD Dr. Saiful Anwar. Perbekalan farmasi yang dilayani
32
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
pada ruang bedah (OK) IRD pada umumnya untuk tindakan bedah dan anestesi.
Dalam ruang bedah OK IRD terdapat 3 (tiga) ruang operasi.
Dalam sub depo OK IRD terdapat alat penyimpanan perbekalan farmasi
berupa rak, palet lemari, alat pendingin dan fluid warmer cabinet. Alat kesehatan
dan obat ditata di rak yang terpisah untuk memudahkan dalam pelayanan. Stok
obat dan alat kesehatan disimpan dalam lemari dengan kaca transparan. Stok
cairan (Norma salin, Ringer laktat, Dextrosa, HES dan lain-lain) disusun rapi
diatas palet kayu. Penyimpanan khusus berupa obat anestesi dan obat lainnya
disimpan dalam lemari pendingin yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu
(suhu 2-8°C). Fluid warmer cabinet digunakan untuk menghangatkan cairan
(Norma Salin, Ringer Laktat) yang digunakan untuk keperluan selama operasi
berlangsung, suhu penghangatan antara 36-37°C.
2. Kegiatan di Sub Depo Farmasi OK IRD
Kegiatan di sub depo farmasi OK IRD sebagai berikut :
a. Perencanaan
Sub Depo Farmasi OK IRD masih merupakan bagian dari Sub Depo
Farmasi IRD. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan melihat stok
minimal setiap barang pada tiap minggunya. Perencanaan perbekalan farmasi
digunakan untuk menyediakan stok perbekalan farmasi untuk pelayanan 1
(satu) minggu.
b. Pengadaan
Pengadaan perbekalan farmasi sub depo farmasi OK IRD dilakukan
dengan membuat surat permintaan kepada gudang logistik dan gudang depo
farmasi. Permintaan terhadap perbekalan farmasi dilakukan dengan mengisi
form online data perbekalan farmasi yang akan diadakan pada komputer di
sub depo farmasi OK IRD yang sudah terintegrasi dengan komputer Gudang
Logistik dan Gudang Depo Farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan
tiap minggu (hari Senin).
c. Penerimaan
Perbekalan farmasi yang dikirim dari gudang logistik dan gudang depo
farmasi ke sub depo OK IRD diterima oleh petugas penerimaan dengan
33
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
mengecek kesesuaian dengan permintaan (Nama barang, merk, jumlah dan
tanggal kadaluarsa) dan menandatangani surat tanda pengiriman barang.
Petugas penerimaan kemudian menyerahkan barang farmasi untuk disimpan
sesuai dengan aturan penyimpanannya.
d. Pendistribusian (Pelayanan)
Setiap akan dilaksanakan tindakan operasi, petugas dari OK IRD akan
mengisi buku permintaan barang farmasi yang telah disediakan, dimana buku
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu buku bedah dan buku anestesi dan masing-
masing buku disediakan untuk ketiga ruang operasi (total ada 6 buku).
Setelah petugas operasi OK IRD menulis permintaan dibuku yang disediakan,
petugas sub depo farmasi OK IRD akan menyiapkan barang farmasi yang
dipesan dan kemudian ditempatkan pada suatu kotak. Kemudian barang
farmasi yang telah disiapkan akan diserahkan kepada petugas operasi OK
IRD.
Pada pelayanan barang farmasi di sub depo farmasi OK IRD
dimungkinkan untuk retur (mengembalikan) barang farmasi yang tersisa atau
tidak digunakan selama operasi berlangsung. Setelah operasi selesai, petugas
operasi mengembalikan kotak yang berisi berang farmasi yang tersisa atau
tidak digunakan kepada petugas farmasi. Petugas farmasi menerima retur
barang dari petugas operasi, kemudian mencatat jenis/nama barang dan
jumlah yang digunakan lalu dientry ke komputer untuk penghitungan biaya.
e. Pelaporan
Pelaporan kegiatan di sub depo farmasi OK IRD dilakukan tiap hari pada
masing-masing shift kerja. Pelaporan harian berisi nama pasien, jenis
tindakan dan jumlah total biaya. Laporan harian ini tiap bulannya akan
dilaporkan ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).
E. SUB DEPO FARMASI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD)
1. Tinjauan Sub Depo Farmasi IRD
Depo Farmasi Instalasi Rawat Darurat adalah tempat pelayanan resep obat
dan alat kesehatan dari dokter penulis resep sampai obat dan alat kesehatan
34
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
diterima pasien Instalasi Rawat Darurat. SDF IRD bertujuan untuk
menyelenggarakan pelayanan obat dan alat kesehatan oleh SDF IRD untuk pasien
gawat darurat. SDF IRD memiliki kebijakan bahwa resep dan pembayaran obat
dan alat kesehatan pasien dilayani oleh SDF IRD serta semua petugas IRD
membantu mengarahkan atau menyerahkan resep pasien untuk dilayani SDF IRD.
Pasien yang dilayani adalah pasien umum, pasien rujukan, pasien Jamkesmas,
pasien Jamkesda, dan pasien ASKES PNS.
2. Kegiatan di Sub Depo Farmasi IRD
a. Pengadaan barang di SDF IRD dilakukan dengan sistem Individual
Prescribing. Dalam sistem ini apoteker yang menjadi koordinator memeriksa
ketersediaan barang farmasi dan melakukan pemesanan terhadap barang yang
hampir habis. Kemudian petugas gudang akan mengantarkan barang-barang
yang dipesan ke SDF IRD.
b. Penyimpanan obat-obatan disesuaikan dengan sifat fisika kimia obat tersebut.
Sementara alkes diletakkan di rak-rak yang telah ditentukan.
c. Penataan barang-barang farmasi disesuaikan dengan bentuk sediaan dan
disusun secara alfabetis.
d. Pendistribusian barang-barang farmasi tersebut dilakukan melalui pelayanan
resep.
e. Pencatatan dan pelaporan terhadap pengeluaran dan pemasukan barang-barang
farmasi dilakukan setiap hari dan dilaporkan setiap bulan ke koordinator SDF
IRD kemudian dilakukan stok opname setiap bulan pula.
F. SUB DEPO FARMASI INSTALASI RAWAT JALAN I (SDF IRJ I)
1. Tinjauan Sub Depo Farmasi IRJ I
Sub Depo Farmasi IRJ I RSU Dr. Saiful Anwar terletak di lantai 2
berhadapan dengan Poli Mata dan Poli Anak. Sub depo ini melayani resep umum
dan resep ASKES dari beberapa poli seperti poli mata, poli anak, poli penyakit
dalam, dan poli THT. Jadwal pelayanan kefarmsian di SDF ini dimulai sejak
pukul 07.00-15.00. Waktu pelayanan yang maksimal dari Sub Depo ini bertujuan
35
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
untuk memenuhi kebutuhan pasien atas sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
yang dibutuhkannya demi terjaminnya kepuasan pasien.
Di Sub Depo Farmasi ini memiliki seorang apoteker yang membawahi
beberapa asisten apoteker. Pembagian tugas pekerjaan dilakukan secara rinci,
setiap petugas mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing, misalnya
tugas pencatatan ED, pendaftaran barang masuk, pembukuan resep, pengontrolan
obat narkotika dan psikotropika, pengontrolan stok gudang, dll. Walaupun sudah
ada tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan, setiap karyawan dituntut
harus dapat bekerja sama dalam melakukan pekerjaan dan saling membantu tanpa
melupakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Kegiatan SDF IRJ I
a. Pengadaan Barang Farmasi
Pengadaan barang farmasi di SDF IRJ 1 dilakukan setiap satu minggu
sekali. Tujuan dilakukan pengadaan atau permintaan barang farmasi itu adalah
untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan dalam perencanaan
penentuan kebutuhan. Proses awal perencanaan dan pengadaan barang hampir
sama dengan di apotek, yaitu:
1) Pencatatan barang farmasi yang habis atau hampir habis di buku defekta.
2) Dilakukan pembelian barang farmasi melalui panitia pembelian atau
pengadaan yang dilaksanakan secara langsung ke PBF.
3) Obat dan alat kesehatan yang direncanakan dicatat pada surat perminataan
(SP) yang ditandatangani ketua panitia pembelian atau pengadaan dan
diketahui kepala depo farmasi. SP tersebut memuat nama barang dan
jumlah barang yang dibutuhkan, kemudian SP diserahkan ke PBF.
4) Pembayaran biasanya dilakukan secara kredit selama satu bulan dan yang
bertugas melakukan pembayaran adalah bendahara pengeluaran.
5) Barang farmasi yang datang, diterima oleh bagian depo farmasi untuk
dicatat dan disimpan. Bila SDF IRJ 1 melakukan pengadaan dengan
membuat SP yang ditujukan ke depo farmasi maka barang farmasi yang
dipesan diambil oleh petugas mobilisasi barang yang akan dikirimkan ke
SDF IRJ 1.
36
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
6) Petugas SDF IRJ 1 mengecek barang farmasi yang diterima, meliputi:
jenis obat, nama obat, jumlah obat, nomor batch, tanggal kadaluwarsa.
b. Penyimpanan dan Penataan Obat dan Alat Kesehatan
Sistem penyimpanan dan penataan obat/ alkes adalah dengan sistem FIFO
(First In First Out) dimana obat/ alkes yang baru datang diletakkkan paling
belakang dan sistem FEFO (First Expired First Out) dimana obat/ alkes yang
batas kadaluwarsanya lebih dekat dikeluarkan lebih dulu. Penyimpanan dan
penataan obat/ alkes disusun pada rak-rak yang disusun secara alfabetis.
Penyimpanannya berdasarkan :
1) Bentuk sediaan, misalnya sirup dan drop, tablet dan kapsul, obat tetes dan
salep mata/ telinga.
2) Berdasarkan stabilitas, yaitu disimpan pada lemari es (suhu rendah) seperti
suppositoria, ovula.
3) Golongan narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari biasa tanpa
adanya pengamanan khusus seperti pintu ganda yang disertai dengan dua
kunci yang berbeda.
4) Pencatatan barang OKT dan Narkotik itu belum disendirikan dan
pencatataannya masih sama dengan pencatatan obat bebas, bebas terbatas,
obat keras lainnya pada kartu stok. Pertanggungjawaban OKT dan
narkotik pada IFRS.
c. Pendistribusian Obat dan Alat kesehatan
Distribusi barang di SDF IRJ 1 mencakup pelayanan resep yang meliputi
obat dan alkes yang didistribusikan untuk pasien rawat jalan secara individual
prescribing. Umumnya SDF IRJ 1 melayani resep umum yang berasal dari poli-
poli terdekat, yaitu poli mata, poli THT, poli anak/ IKA (ilmu Kesahatan Anak),
obgyn, bedah, neurology, psikiatri. SDF IRJ 1 juga melayani resep askes PNS
yang tidak termasuk dalam DPHO (Daftar Pleno Harga Obat), hanya menerima
copy resep/ resep asli yang obatnya tidak termasuk DPHO. SDF IRJ 1 melakukan
pelayanan setiap hari kerja mulai pukul 07.00 – 14.00 WIB.
37
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Prosedur tetap untuk pelayanan resep di SDF IRJ 1 untuk obat dan alkes
kepada pasien adalah sebagai berikut :
1) Resep yang masuk diberi nomor kupon rangkap dua yaitu untuk resep dan
untuk pasien.
2) Dilakukan penghitungan harga kemudian diserahkan kepada pasien untuk
persetujuannya.
3) Kemudian dilayani dengan pengambilan obat dan alkes yang dibutuhkan
sesuai dengan resep, diberi etiket dengan nomor yang sesuai dengan nomor
resep.
4) Pemeriksaan kembali obat-obat yang sudah diambil untuk dicocokkan antara
resep dengan obat yang diambil.
Untuk resep racikan, pemeriksaan dilakukan sebanyak dua kali yaitu
ketika obat sebelum diracik dan setelah obat diracik.
5) Pemberian copy resep untuk obat-obat yang tidak ada dan obat yang diambil
sebagian. Pemberian kuitansi untuk pasien yang meminta kuitansi.
6) Pemeriksaan dan pencocokan nomor kupon yang ada pada pasien dengan yang
ada di resep.
7) Penyerahan barang atau sediaan disertai dengan KIE tentang cara dan aturan
pemakaian serta waktu pemakaian.
d. Pelaporan
Pelaporan dilakukan setiap hari kerja setelah selesai pelayanan, yaitu
dengan melaporkan kegiatan berupa format yang memuat nomor, nama pasien,
jumlah resep, jumlah rupiah. Kemudian setiap bulannya SDF IRJ 1 membuat
laporan penggunaan barang farmasi berupa stok barang farmasi pada bulan yang
lalu, jumlah yang diminta dan jumlah yang keluar. Selanjutnya hasil laporan
diberikan kepada kepala depo farmasi rumah sakit untuk dilakukan evaluasi.
3. Pelayanan Resep di Sub Depo Farmasi IRJ I
Pelayanan resep di SDF IRJ I cukup baik, resep yang masuk diterima,
diperiksa keabsahannya, meliputi tanggal resep, dosis dan aturan pakai. Sub Depo
Farmasi IRJ I pada saat ini sudah dapat menerima E-resep yang dibuat oleh
38
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
dokter-dokter yang ada di poli. Jika ditemukan hal-hal yang meragukan, maka
ditanyakan kepada apoteker atau menghubungi dokter yang menulis resep
tersebut. Jika resep telah dinyatakan sah, maka perlu dipastikan apakah obat yang
diminta ada dalam persediaan. Setelah diteliti dan obat tersebut tersedia, resep
diberi harga dan diserahkan ke bagian kasir untuk pembayaran obat kemudian
diberi nomor resep. Resep dikembalikan ke bagian ruang racik untuk dipersiapkan
obatnya, kemudian obat diserahkan ke pasien dengan memberikan KIE
(Komunikasi Informasi Edukasi) agar pasien mengerti dan tidak terjadi kesalahan
dalam pemakaian obat-obat tersebut. Jika obat tidak tersedia, berusaha dicarikan
ke SDF lain. SDF ini melayani resep umum dan ASKES. Untuk resep ASKES ada
penanganan tersendiri yaitu setiap resep dilengkapi dengan kartu ASKES dan
Kartu Pengambilan Obat (KPO). ASKES ada dua pula, yaitu ASKES Swasta dan
ASKES Sosial. Untuk ASKES Swasta KPO berwarna merah sedangkan ASKES
Sosial KPO berwarna putih. Setiap pengambilan obat akan dicatat di KPO,
meliputi tanggal pengambilan obat, nomor resep, nama obat, jumlah obat yang
diambil, aturan pakai dan paraf pegawai dari SDF.
G. SUB DEPO FARMASI INSTALASI RAWAT JALAN II
1. Tinjauan Sub Depo Farmasi IRJ II
Instalasi Rawat Jalan merupakan sub depo farmasi yang melayani pasien
yang berobat ke poliklinik. Sub depo ini juga melayani pasien umum, pasien
Jamkesmas, ASKES, dan Jamsostek. Poli yang dilayani di IRJ II antara lain poli
gigi, poli kulit, poli penyakit dalam, dan poli psikiatri.
2. Kegiatan Sub Depo Farmasi IRJ II
a. Pengadaan Barang Farmasi
Tujuan dilakukan pengadaan/pemintaan barang farmasi adalah untuk
memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan dalam perencanaan
penentuan kebutuhan.
Proses awal perencanaan dan pengadaan barang hampir sama dengan di
apotek yaitu dengan pencatatan barang yang habis atau hampir habis pada buku
defekta. Pengadaan ke gudang Depo Farmasi dilakukan tiap 1 minggu sekali yaitu
39
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
hari Kamis. Pengadaan dilakukan dengan merekap obat dan alkes di buku defekta
ke dalam formulir permintaan obat yang terdiri dari nama obat, sisa stok, jumlah
harga obat. Perencanaan terhadap obat dengan nama paten baru dilakukan setelah
permintaan resep obat tersebut lebih dari dua kali.
Pembelian barang farmasi dilakukan melalui panitia pembelian/pengadaan
IFRS yang dilaksanakan secara langsung ke PBF obat atau PBF alkes atau apotek.
Obat dan alat kesehatan yang direncanakan dicatat pada surat permintaan (SP)
yang ditandatangani Ketua Panitia Pembelian/Pengadaan dan diketahui oleh
Kepala Depo farmasi yang memuat nama barang dan jumlah barang yang
dibutuhkan. Kemudian SP tersebut diserahkan ke PBF. Pembayaran biasanya
dilakukan secara kredit (1 bulan) dan yang bertugas melakukan pembayaran
adalah Bendahara Pengeluaran dari Depo Farmasi.
Barang farmasi yang datang diterima oleh bagian Gudang Depo Farmasi
untuk dicatat, didistribusikan dan disimpan. SDF IRJ II membuat SP ke Gudang
Depo Farmasi kemudian barang farmasi diambil oleh petugas mobilisasi barang
untuk diberikan ke SDF IRJ II yang meminta. Petugas SDF IRJ II mengecek
barang farmasi yang diterima disesuaikan dengan surat pesanan secara online baik
itu jenis, nama, jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa pada computer, bila
sesuai, petugas menandatangani. Permintaan barang farmasi ke logistik depo
farmasi biasanya dilakukan setiap hari berdasarkan kebutuhan barang farmasi
yang diperlukan. Pada keadaan darurat dimana pasien tidak bisa menunggu lama
maka dapat dilakukan peminjaman barang ke SDF IRJ I atau SDF IRJ MASKIN.
Dana SDF IRJ II menggunakan sistem revolving fund yang memerlukan
perencanaan dengan memprioritaskan kebutuhan obat-obat untuk poli-poli
tersebut yang berasal dari rumah sakit, hasil keuntungan, dan konsinasi dengan
PBF dengan jumlah yang terbatas sehingga harus dikelola dengan baik.
b. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan alat kesehatan pada rak-rak yang disusun secara
alfabetis dan dibedakan berdasarkan bentuk sediaan dan kecepatan distribusi (slow
moving dan fast moving) serta FIFO dan FEFO. Sediaan OKT dan narkotika
40
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
disimpan pada lemari dengan dua daun pintu. Pencatatan barang OKT dan
narkotika langsung pada computer untuk dilaporkan pada IFRS.
c. Pendistribusian
Distribusi barang di SDF IRJ II mencakup pelayanan resep yang meliputi
obat dan alat kesehatan yang didistribusikan untuk pasien rawat jalan secara
"individual prescribing". Umumnya SDF IRJ II melayani resep umum yang
berasal dari poli-poli terdekat (poli gigi, poli penyakit dalam, poli penyakit kulit
dan kelamin, poli jantung, poli neurologi, poli psikiatri, poli bedah dan poli
obgyn). SDF IRJ II tidak melayani resep JPS, maskin, maupun askes PNS. Untuk
askes Blue, Alba, Silver dan Sukarela dapat dilayani tapi tagihannya masuk askes
PNS.
Prosedur tetap untuk pelayanan resep di SDF IRJ II untuk obat dan alat
kesehatan kepada pasien adalah sebagal berikut :
1) Dokter pada poli rawat jalan menulis resep kemudian diberikan pada
pasien.
2) Pasien memberikan resep kepada SDF IRJ II.
3) Petugas SDF IRJ II menerima resep dan melihat ketersediaan obat.
4) Petugas SDF IRJ II memberi harga secara komputerisasi.
5) Petugas SDF IRJ II menyampaikan harga kepada kasir.
6) Kasir menyampaikan harga resep kepada pasien, jika pasien sepakat
dengan harga resep yang telah ditentukan, petugas kasir menerima uang
dan memberi nomor urut pada resep (nomor urut ditempel pada resep).
7) Petugas kasir menyerahkan resep pada petugas farmasi pelayanan.
8) Petugas farmasi pelayanan menerima resep kemudian melayani obat atau
alat kesehatan sesuai dengan jenis dan jumlah obat dengan aturan pakai.
9) Petugas farmasi pelayanan menyerahkan obat atau alat kesehatan kepada
petugas farmasi penyerahan.
10) Petugas farmasi penyerahan memeriksa kembali obat atau alkes yang telah
dilayani dan menyerahkan obat atau alkes kepada pasien dengan
mencocokkan nomor urut dan pemberian KIE.
41
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
d. Pencatatan
SOP Pencatatan Masuk dan Keluar Barang Farmasi Pada Kartu Stok
1) Petugas SDF mengajukan permintaan ke gudang Depo Farmasi secara
online.
2) Petugas SDF menerima format pengiriman dan barang farmasi dari
petugas gudang depo farmasi.
3) Petugas SDF memeriksa barang farmasi, SP, format dan pengiriman serta
transfer di komputer, setelah cocok lalu tanda tangan di format pengiriman
dan SP lalu menutup bukti penerimaan barang farmasi yang ditransfer
lewat komputer.
4) Petugas SDF meletakkan barang farmasi ke tempat sesuai alfabetis, bentuk
dan jenis sediaan, lalu mencatat pemasukan ke kartu stok masing-masing
dengan memberikan paraf di kolom keterangan.
5) Petugas SDF mencatat pengeluaran barang farmasi dan memberi paraf
pada kartu stok setiap melakukan pelayanan resep serta mengentry ke
komputer dan menyerahkan barang farmasi kepada pasien, keluarga pasien
atau petugas IRD.
e. Pelaporan
Setiap hari setelah selesai pelayanan SDF IRJ II melaporkan kegiatan
berupa format yang memuat nomor, nama pasien, jumlah resep, jumlah rupiah.
Kemudian setiap 3 bulan SDF IRJ II membuat laporan penggunaan barang
farmasi berupa stok barang farmasi bulan yang lalu, jumlah yang diminta dan
jumlah yang keluar. Lalu dicocokkan antara stok pada komputer dengan stok
sebenarnya. Setiap bulan juga dilakukan stok opname tetapi hanya sampling, lalu
dicocokkan stok komputer dengan stok sebenarnya. Hasil laporan kemudian
diberikan kepada Kepala Depo Farmasi Rumah Sakit untuk dilakukan evaluasi.
3. Pelayanan Resep di Sub Depo Farmasi IRJ II
Pelayanan resep di SDF IRJ II cukup baik, resep yang masuk diterima,
diperiksa keabsahannya, meliputi tanggal resep, dosis dan aturan pakai. Jika
ditemukan hal-hal yang meragukan, maka ditanyakan kepada apoteker atau
menghubungi dokter yang menulis resep tersebut. Jika resep telah dinyatakan sah,
42
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
maka perlu dipastikan apakah obat yang diminta ada dalam persediaan. Setelah
diteliti dan obat tersebut tersedia, resep diberi harga dan diserahkan ke bagian
kasir untuk pembayaran obat kemudian diberi nomor resep. Resep dikembalikan
ke bagian ruang racik untuk dipersiapkan obatnya, kemudian obat diserahkan ke
pasien dengan memberikan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) agar pasien
mengerti dan tidak terjadi kesalahan dalam pemakaian obat-obat tersebut. Jika
obat tidak tersedia, berusaha dicarikan ke SDF lain. SDF ini melayani resep
umum dan ASKES. Untuk resep ASKES ada penanganan tersendiri yaitu setiap
resep dilengkapi dengan kartu ASKES dan Kartu Pengambilan Obat (KPO).
ASKES ada dua pula, yaitu ASKES Swasta dan ASKES Sosial. Untuk ASKES
Swasta KPO berwarna merah sedangkan ASKES Sosial KPO berwarna putih.
Setiap pengambilan obat akan dicatat di KPO, meliputi tanggal pengambilan obat,
nomor resep, nama obat, jumlah obat yang diambil, aturan pakai dan paraf
pegawai dari SDF.
H. SUB DEPO FARMASI INSTALASI RAWAT JALAN MASKIN
1. Tinjauan SDF IRJ Maskin
SDF IRJ Maskin adalah Sub Depo Farmasi yang melayani resep obat
untuk peserta Askes Maskin Instalasi Rawat Jalan di RSSA Malang. Peserta
Askes Maskin Instalasi Rawat Jalan adalah pasien rawat jalan yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI. Depkes RI telah bekerja sama
dengan RSSA, dalam hal ini untuk menyelenggarakan pelayanan obat dan alat
kesehatan pada pasien Maskin rawat jalan. Rumah Sakit ditunjuk sebagai
pelaksana pelayanan melalui depo farmasi untuk menyiapkan pelayanan
kebutuhan pasien Maskin.
Sub depo farmasi maskin di RSSA bertugas menyelenggarakan pelayanan
obat-obatan bagi pasien rawat jalan yang terdaftar sebagai anggota Askes Maskin.
Dalam hal ini SDF maskin hanya menerima resep dari dokter dimana dokter
melakukan penulisan resep obat yang berpedoman pada KepMenKes No.
336/MenKes/SK V/2006. KepMenKes No. 336/MenKes/SK V/2006 berlaku
43
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
mulai tanggal 15 Mei 2006 sebagai pedoman penulisan resep obat bagi peserta
askes Maskin rawat jalan maupun rawat inap di RSSA Malang.
2. Alur Obat di Sub Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan MASKIN
Alur obat di Sub Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan Maskin digambarkan
sebagai berikut:
Pasien Askes MASKIN IRJ
Resep Askes
Sub Depo Farmasi MASKIN Sub Depo Farmasi
(bagian pembelian)
Pelayanan obat AskesSP di legalisasi ke PT Askes cabang Malang
Pesan obat ke distributor/PBF
Gambar 1. Alur Obat di Sub Depo Farmasi IRJ MASKIN
3. Pelayanan Resep di Sub Depo Farmasi IRJ Maskin
Prosedur pelayanan resep Sub Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan Maskin
sebagai berikut :
a. Petugas SDF Instalasi Rawat Jalan menerima resep dari keluarga pasien
b. Petugas SDF Instalasi Rawat Jalan meneliti resep dan kelengkapan
pendukungnya meliputi :
1) Fotokopi kartu peserta Askes dengan nama dan nomor jelas.
2) Fotokopi surat jaminan perawatan yang masih berlaku dan telah diisi
lengkap (bagi penderita baru).
3) Blanko Pengendalian/catatan obat pasien.
c. Petugas SDF Instalasi Rawat Jalan mengendalikan resep dengan cara
memeriksa ketepatan penulisan resep pada blanko resep yang sesuai beserta
syarat-syaratnya, seperti :
1) Blanko resep yang sesuai (obat, nutrisi tertentu, sitostatika).
2) Blanko protokol terapi, hasil resistensi tes dan hasil pemeriksaan kadar
albumin.
44
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
3) Jenis serta jumlah obat dan signa yang jelas.
4) Tandatangan atau paraf dokter.
d. Petugas SDF Instalasi Rawat Jalan memberi nomor urut dan menulis nama
terang dokter atau pasien pada resep yang dilayani.
e. Petugas (juru resep) SDF Rawat Jalan menyiapkan obat yang tertulis pada
resep.
f. Petugas SDF Rawat Jalan memberi etiket obat.
g. Petugas SDF Lain memeriksa kebenaran jenis, jumlah obat dan etiketnya.
h. Petugas SDF menyerahkan obat dan memberi penjelasan.
i. Petugas SDF meminta tandatangan dan nama terang penerima obat.
j. Petugas SDF menyerahkan obat dan memberi KIE.
k. Petugas SDF mencatat resep ke blangko pengendalian obat pasien di masing-
masing pasien (terutama penyakit kronis)
4. Pengajuan Tagihan ke PT Askes
Prosedur penagihan / klaim obat maskin ke PT. Askes adalah sebagai
berikut :
a. Petugas SDF Maskin IRJ memasukkan nomor kartu peserta sesuai nomor kartu
peserta Maskin Rawat Jalan.
b. Petugas SDF Maskin IRJ menghitung hasil entry data resep rawat jalan yang
telah dikerjakan.
c. Petugas SDF Maskin IRJ mencetak hasil entry data resep rawat jalan selama
satu bulan.
d. Petugas SDF Maskin IRJ mencetak rekapitulasi pemakaian obat rawat jalan
selama satu bulan.
e. Petugas SDF Maskin IRJ mengumpulkan resep setiap hari atau setiap minggu
untuk ditandatangani Apoteker Pengelola Apotek KPRI RSSA.
f. Petugas mencari / meminta data pasien-pasien Askes yang pulang untuk
menutup akses pengisian data ke komputer.
g. Petugas administrasi melakukan verifikasi resep dengan data yang telah
dimasukkan dalam komputer.
45
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
h. Petugas mencetak rekapitulasi tagihan.
i. Petugas menyusun hasil rekapitulasi pemakaian jenis dan jumlah obat sebulan.
j. Petugas melaksanakan verifikasi dan split resep (mengurutkan) dengan
rekapitulasi tagihan.
k. Petugas membuat surat pengantar tagihan dan tanda terima ke PT. Askes.
l. Petugas menyerahkan tagihan dan memintakan tanda tangan pada tanda
terimanya.
m. Petugas mengarsip tanda terima, rekapitulasi tagihan dan pemakaian jenis serta
jumlah obat.
Catatan :
PT. Askes memeriksa lagi cetakan data sesuai kebijakan PT. Askes sehingga
pengajuan tersebut dapat dipenuhi atau ditolak.
Penolakan oleh PT. Askes dapat terjadi bila :
a. Kesalahan halaman
1) Kesalahan nomor resep
2) Resep tidak sesuai dengan ketentuan
3) Persyaratan kurang atau tidak lengkap
b. Kesalahan harga obat yang merugikan PT. Askes tidak akan ditagih atau di
klaim.
c. Bila persyaratan dokumen yang ditetapkan tidak dipenuhi maka persyaratan
tersebut harus dilengkapi terlebih dahulu sebelum mengajukan penagihan
kembali ke PT. Askes.
5. Ketentuan Penilaian Resep Askes
Ketentuan umum penulisan resep PT. Askes :
a. Tiap lembar resep digunakan untuk menulis maksimal 3 macam obat.
b. Masing-masing obat untuk pemakaian maksimal 3 hari.
c. Bagi pasien baru yang masuk melalui CVCU/ICU/kasus operasi, 1 hari dapat
diberikan maksimal 3 lembar resep dimana masing-masing lembar untuk 3
macam obat.
46
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
d. Pemakaian obat injeksi dan infus aturan pakai perhari harus jelas, bila aturan
pakainya tertulis S imm maka diberikan untuk pemakaian 2 kali sehari 1
ampul/flas/vial selama 3 hari.
e. Untuk obat dalam jumlah yang melebihi ketentuan SK Menkes maka petugas
SDF meminta protokol terapi.
f. Pada kasus mendadak dan kritis yang memerlukan tambahan obat maupun
cairan infus pada resep perlu diberi catatan ”kritis” dan tanda tangan dokter.
6. Penggolongan Obat dalam Cakupan Askes
a. Daftar Obat I
Daftar obat tanpa ketentuan khusus yang jenisnya sesuai dengan DOEN tahun
2002 yang terdiri dari obat untuk penyakit umum (pemberian obat untuk 3-5
hari) dan obat untuk penyakit kronis (pemberian obat sampai dengan 30 hari).
Contoh: ampisilin, amoksisilin, antasida DOEN, dimenhidrinat, klorokuin 150
mg, codein 10,15 mg.
b. Daftar Obat II
Daftar obat untuk penyakit kanker yang pemberiannya harus dilengkapi dengan
keterangan medis yang berupa protokol terapi dari tim onkologi-antineoplastik.
Contoh: endoxan injeksi, adriamicin injeksi, vinkristin injeksi, metotreksat
injeksi, cisplatin injeksi, doksorubisin injeksi.
c. Daftar Obat III
Daftar obat dengan ketentuan khusus yang pemberiannya harus dilengkapi
dengan keterangan dari dokter yang merawat (protokol terapi, hasil
pemeriksaan laboratorium, atau hasil tes resistensi).
Contoh: siprofloksasin tablet, albumin infus, plasmanat infus, human insulin
injeksi.
d. Daftar Obat IV
Daftar obat paket RS yang tidak dapat ditagihkan ke PT. Askes tetapi sudah
masuk dalam tarif dimana jumlah dan jenisnya harus disepakati antara RS dan
PT. Askes.
Contoh: povidon iodin, lidokain, apomorfin.
47
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
7. Ketentuan Pelayanan Obat Sitostatika
Pelayanan obat sitotastika sama dengan pelayanan obat lain, namun harus
dilengkapi dengan :
a. Blangko resep khusus obat sitostatika.
b. Surat Jaminan Pelayanan khusus obat sitostatika.
c. Surat permintaan jaminan pelayanan obat sitostatika.
d. Protokol terapi dokter yang merawat.
8. Ketentuan Pelayanan Obat dengan Ketentuan Khusus (Daftar Obat III)
Pelayanan obat dengan ketentuan khusus harus dilengkapi dengan surat
keterangan medis dari dokter yang merawat, antara lain :
a. Hasil tes uji kultur resistensi untuk obat antibiotika tertentu, misalnya
siprofloksasin tablet, cefotaksim injeksi.
b. Hasil laboratorium kadar albumin darah kurang dari 3% untuk obat albumin.
c. Protokol terapi dari dokter yang merawat untuk cairan infus tertentu, misalnya
plasmanat infus, aminofel 600 infus, dll.
d. Khusus untuk kasus CVCU dengan obat ISDN injeksi.
e. Khusus untuk kasus jantung dengan obat streptokinase injeksi 750.000 IU.
f. Khusus untuk kasus ICU/CVCU dengan obat dobutamin dan dopamin injeksi.
g. Khusus untuk asma kronis dengan obat fenoterol dan Prokaterol HCL.
h. Khusus untuk post operasi dengan obat kombinasi vitamin dan mineral.
I. SUB DEPO FARMASI RAWAT UTAMA
1. Tinjauan SDF Rawat Utama
Sub Depo Rawat Utama melaksanakan pengelolaan obat dan alat
kesehatan (alkes) dengan sistem perapotekan di luar obat dan alat kesehatan dasar
yang dikelola oleh rumah sakit. Sub Depo Rawat Utama melayani pasien dari
Rawat Utama dimana sistem pengobatannya berdasarkan Unit Dose Dispensing
(UDD).
48
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Sistem pengelolaan pelayanan obat dan alkes di SDF Ruang Utama
menggunakan sistem Revolving Fund yaitu sistem pengelolaan dana secara
langsung untuk membiayai pengelolaan obat-obatan, bahan dan alat kesehatan
yang tidak disediakan rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian SDF Rawat Utama meliputi pelayanan resep bagi
pasien rawat inap Rawat Utama Wijaya Kusuma, Anggrek, Mawar, Melati,
Dahlia, Tulip, Bougenvil dan Ester. SDF Rawat Utama menyediakan obat dan
alkes dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional apotek serta melakukan
pelayanan kefarmasian untuk menjamin kelancaran pendistribusian obat dan alkes
baik kepada pasien rawat inap Rawat Utama Wijaya Kusuma, Anggrek, Mawar,
Melati, Dahlia, Tulip, Bougenvil dan Ester maupun kepada pasien rawat jalan dari
poli di dalam Rawat Utama. SDF Rawat Utama juga melayani kebutuhan obat dan
alkes dari pasien rawat jalan dimana sistem pembelian dan pembayaran obat dan
alkes untuk pasien rawat jalan dilakukan secara langsung di SDF Rawat Utama.
2. Kegiatan Sub Depo Farmasi Paviliun
a. Permintaan Barang Farmasi
Tujuan dilakukannya pengadaan/permintaan barang farmasi oleh SDF
Rawat Utama ke gudang Depo Farmasi adalah untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah ditetapkan dalam perencanaan penentuan kebutuhan.
Permintaan barang ini biasanya dilakukan setiap hari. Untuk obat-obat tertentu
yang jarang keluar dan tidak tersedia di SDF Rawat Utama jika diresepkan oleh
dokter untuk seorang pasien maka SDF Rawat Utama akan mencarikan ke SDF
yang lain atau langsung ke Depo. Apabila di SDF lain dan Depo juga tidak
tersedia maka pihak SDF Rawat Utama akan berusaha mencarikan ke Apotek
luar.
Adapun alur pengadaan barang farmasi di SDF Rawat Utama adalah
persediaan yang hampir habis, kemudian dibuat Surat Permintaan kepada gudang
Depo Pusat. Kemudian barang farmasi diambil oleh petugas mobilisasi barang.
Petugas SDF Rawat Utama mengecek barang farmasi yang diterima baik itu jenis,
nama, jumlah, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa.
49
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
b. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan alkes disusun pada rak/lemari secara alfabetis dan
dibedakan berdasarkan jenis sediaan yaitu sediaan tablet dan kapsul, sediaan
sirup, tetes dan salep mata/telinga, sediaan injeksi dan alat kesehatan. Sediaan
seperti suppositoria dan ovula disimpan pada suhu rendah (lemari es).
Sediaan obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari terpisah
tetapi belum memenuhi syarat seperti yang ada dalam peraturan. Pencatatan
barang narkotik dan psikotropik belum disendirikan dan masih sama dengan
pencatatan obat bebas, bebas terbatas dan obat keras lainnya yaitu langsung
dientry ke dalam komputer.
c. Pendistribusian
Distribusi barang farmasi di SDF Rawat Utama mencakup pelayanan resep
yang meliputi obat dan alkes yang di distribusikan untuk pasien rawat inap Ruang
Utama. Untuk pasien rawat inap, SDF Rawat Utama tidak hanya melayani pasien
umum tetapi juga pasien dengan ASKES. Selain pasien rawat inap, SDF Rawat
Utama juga melayani resep pasien rawat jalan yang berasal dari poli-poli di dalam
Rawat Utama.
Pelayanan resep dari pasien rawat inap Rawat Utama dilakukan secara
langsung oleh Farmasi di ruangan dimana resep yang ditulis oleh dokter disalin
pada buku permintaan obat dan alkes kemudian dimintakan ke SDF Rawat Utama
yang kemudian oleh petugas SDF disiapkan sesuai dengan nomer resep atau
sesuai dengan nama pasien. Untuk obat oral, dokter biasanya meresepkan untuk 3
hari. Tetapi karena di SDF Rawat Utama sudah menggunakan sistem Unit Dose
Dispensing (UDD) dalam pendistribusian obat bagi pasien rawat inap maka obat
yang diberikan kepada pasien diberikan pada waktu akan diminum saja sedangkan
yang lain di simpan dalam loker yang sudah disediakan dalam ruang khusus di
Rawat Utama. Untuk pagi dan sore penyerahan obat langsung dilakukan oleh
Farmasi yang ada di ruangan. Sedangkan untuk malam hari diserahkan oleh
perawat. Apabila pasien membutuhkan obat atau alkes emergency pada waktu
SDF Rawat Utama sudah tutup, perawat biasanya mengambilkan obat atau alkes
tersebut dari ruangan dan keesokan harinya dimintakan ganti dari SDF Rawat
50
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Utama dengan menyerahkan resep obat atau alkes yang telah dipakai tersebut.
Apabila obat atau alkes emergency yang dibutuhkan tidak tersedia, perawat dapat
menghubungi petugas farmasi yang ada di SDF IRNA II supaya diambilkan obat
atau alkes dari SDF Rawat Utama. Sistem pembayaran obat dan alkes oleh pasien
rawat inap Rawat Utama dilakukan dengan menggunakan sistem tagihan yang
wajib dibayar oleh pasien atau keluarga di kasir sentral. SDF Rawat Utama juga
melayani kebutuhan obat dan alkes dari pasien rawat jalan dimana sistem
pembayaran obat dan alkes dilakukan secara langsung.
d. Pencatatan dan Pelaporan
Setiap hari selesai pelayanan SDF Rawat Utama melaporkan kegiatannya
yaitu pelaporan tentang jumlah resep yang dilayani, nama pasien yang terlayani,
jumlah rupiah, yang dilakukan melalui computer dengan sistem online dan di print
rangkap dua (satu disimpan satu untuk tagihan). Kemudian setiap bulannya SDF
Rawat Utama membuat laporan penggunaan barang farmasi berupa stock barang
farmasi bulan yang lalu, jumlah yang diminta dan jumlah yang keluar. Hasil
laporan kemudian diberikan kapada Kepala Depo Farmasi Rumah Sakit untuk
dilakukan evaluasi.
Untuk pelaporan narkotika dan psikotropika, SDF Rawat Utama tidak
membuat laporan narkotika dan psikotropika sendiri tetapi sudah menjadi satu
dengan Sub Depo yang lain dan dilakukan oleh petugas yang ada di Depo.
J. SUB DEPO FARMASI RAWAT JALAN ASKES PNS
1. Tinjauan SDF IRJ PNS
Instalasi rawat jalan PNS berada di lantai dua RSSA, IRJ ini melayani
resep dari poli penyakit dalam, paru, kandungan, kemoterapi, jantung, dan
hemodialisa. Di IRJ PNS melayani resep obat khusus bagi pasien ASKES, adapun
yang dapat menjadi peserta ASKES ini adalah pegawai negeri, purnawirawan, dan
karyawan BUMN. Dalam pelayanan barang farmasi ASKES memperoleh barang
langsung dari PBF melalui apotek KPN RSSA.
51
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
2. Kegiatan di SDF IRJ PNS
a. Pengadaan
Pengadaan barang-barang farmasi di SDF IRJ PNS dilakuakan seminggu
dua kali. Pencatatan barang farmasi yang habis atau hampir habis di buku defecta.
Kemudian IRJ PNS memesan ke logistik gudang, dicatat pada surat permintaan
(SP) yang ditandatangani oleh penanggung jawab logistik depo. Barang farmasi
yang datang dicatat dan disimpan.
b. Penyimpanan dan Penataan Obat
Sistem penyimpanan dan penataan obat adalah dengan sistem FIFO (First
In First Out) dimana obat yang baru datang diletakkan paling belakang dan sistem
FEFO (First Expired First Out) dimana obat yang batas kadaluwarsanya lebih
dekat diletakkan di depan. Penyimpanan dan penataan obat disusun berdasarkan
alfabetis, bentuk sediaan, dan berdasarkan stabilitas sediaan.
c. Pendistribusian Obat
Distribusi barang di SDF IRJ PNS mencakup pelayanan resep yang
meliputi obat yang diserahkan untuk pasien rawat jalan ”Individual Prescribing”.
Resep yang berasal dari SDF IRJ PNS dilihat ketersediaannya. Setelah dihitung
harganya dan pasien menyetujui harga resep keseluruhan, petugas memberikan
nomor urut pada resep, menyiapkan resep-resep dan memberi etiket. Petugas
kemudian menyesuaikan nomor resep yang diberikan pada pasien dengan nomer
pada resep dan dilakukan konseling tentang penggunaan obat.
Bagi pasien yang berasal dari SDF IRJ PNS menggunakan KPO (Kartu
Pengambilan Obat) untuk kemudian ditagihkan pada PT. Askes. Setelah obat
dicek tanggal pada Kartu Pengambilan Obat, obat disediakan oleh petugas, diberi
etiket, diserahkan dan konseling kepada pasien.
K. SUB DEPO FARMASI INSTALASI RAWAT INAP ( SDF IRNA)
1. Tinjauan SDF IRNA
Sub Depo Farmasi IRNA adalah unit pelayanan distribusi barang farmasi
di Instalasi farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yang merupakan unsur
pembantu tugas pimpinan Instalasi farmasi Rumah Sakit dalam mengkoordinasi
52
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian bagi ruangan di Instalasi Rawat Inap
RSUD Dr. Saiful Anwar. Dalam melaksanakan tugas Koordinator Depo Farmasi
IRNA bertanggung jawab kepada Ketua Staf Fungsional Farmasi.
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian kepada pasien, setiap instalasi
rawat inap mempunyai spesialisasi pada penyakit tertentu. Ada 4 Instalasi Rawat
Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar , yaitu :
a. IRNA I melayani pasien penyakit dalam, infeksi, jantung, psikiatri, syaraf dan
kulit.
b. IRNA II melayani pasien bedah, THT, mata, sepsis dan luka bakar.
c. IRNA III melayani pasien obstetri dan ginekologi.
d. IRNA IV melayani pasien anak dan perinatologi.
2. Kegiatan Sub Depo IRNA
a. Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi di SDF IRNA berasal dari depo farmasi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang dilakukan dua kali dalam seminggu
berdasarkan usulan dari SMF dan pola peresepan klinis di IRNA.
Alur pengadaan obat atau Alkes pada SDF IRNA yaitu apabila persediaan
obat sudah hampir habis dibuatkan surat permintaan kepada depo farmasi. Setelah
barang datang, dicocokkan dengan surat permintaan kemudian dimasukkan ke
stok barang baik pada komputer maupun stok manual. Kemudian barang ditata
pada tempat penyimpanan.
b. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi di SDF IRNA dibedakan berdasarkan
bentuk sediaan (padat, cair, dan alat kesehatan). Selain itu juga berdasarkan
kondisi penyimpanan khusus obat yang disimpan pada lemari pendingin, misalnya
sediaan suppositoria. Sediaan ditata berdasarkan alfabetis dengan metode FIFO
(First In First Out) yaitu barang yang terlebih dahulu datang dikeluarkan terlebih
dahulu.
c. Pendistribusian
53
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Pendistribusian obat dan alat kesehatan di SDF IRNA dilakukan
berdasarkan peresepan per individu dari dokter (Individual Prescribing), PODS
dan sistem Floor Stock.
II. INSTALASI RAWAT INAP (IRNA)
Instalasi Rawat Inap (IRNA) dibagi menjadi 4 yaitu : IRNA I, IRNA II,
IRNA III, IRNA IV. Masing-masing IRNA dibagi berdasarkan spesialisasi
penyakit dan masing-masing ruang menggunakan sistem PODS untuk pelayanan
kefarmasiannya.
A. INSTALASI RAWAT INAP I
Instalasi Rawat Inap I mencakup spesialisasi penyakit dalam, jantung,
paru, jiwa, kulit dan kelamin, neurologi. IRNA I terdiri dari ruang 22-29. Ruang
22, 24, 25, 27 dan 28 digunakan untuk pasien yang menderita penyakit dalam
seperti diabetes mellitus, hipertensi, hipoglikemia, anemia, gagal ginjal kronik,
gangguan pencernaan, gangguan neuro, gangguan paru, dan gangguan jantung.
1. Ruang 5 digunakan untuk pasien jantung.
2. Ruang 23 dibagi menjadi 2 yaitu ruang 23 psikiatri dan ruang 23 infeksi TB.
3. Ruang 26 adalah ruang ICU IPD. Ruang 26 menangani penderita rawat inap
dengan kasus-kasus syok seperti CVA (Cerebral Vascular Accident), CVA
trombosis, status epileptikus, dan abses cerebro.
4. Ruang 29 adalah ruang isolasi untuk pasien dengan penyakit menular seperti :
HIV, TB, Gangren, Flu Burung
5. Selain itu, IRNA I juga menangani pasien Hemodialisis.
B. INSTALASI RAWAT INAP II
Instalasi Rawat Inap II mencakup spesialisasi penyakit THT, mata, bedah
termasuk sub spesialisasinya seperti bedah saraf, tulang, anak, plastik, digesti,
urologi, kanker, TB spondilitis. IRNA II terdiri dari ruang 12-21.
1. Ruang 12 merupakan ruangan khusus untuk pasien yang memerlukan
monitoring ketat, biasanya pasien pasca operasi atau bisa juga pasien kiriman
dari IRD. Ruang ini dikhususkan untuk pasien Intensive Care Unit (ICU),
54
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Pediatric Intensive Care Unit (PICU), dan Neonatus Intensive Care Unit
(NICU). Pasien ICU merupakan pasien khusus dewasa, pasien PICU untuk
anak-anak dan bayi di atas satu bulan sedangkan pasien NICU untuk bayi di
bawah satu bulan. Ruangan ini termasuk dalam IRNA II yang melayani
bagian bedah.
2. Ruang 13 adalah ruangan yang tingkat emergensinya satu tingkat di bawah
ICU. Ruangan ini melayani pasien di bidang ilmu bedah dengan kondisi
pasien yang akan mengalami operasi, maupun sesudah operasi. Di ruangan
ini terdapat 2 ruangan isolasi yaitu untuk pasien tetanus dan pasien TB.
Pasien yang berada di ruangan ini umumnya adalah pasien yang mengalami
kecelakaan lalu lintas.
3. Ruang 14 adalah ruangan yang menangani pasien sepsis (infeksi). Biasanya
pasien di ruangan ini merupakan pasien rujukan dari ruang 13 yang
kondisinya sudah membaik. Pasien yang kondisinya sudah membaik dirujuk
ke ruangan ini agar mendapatkan perawatan yang lebih maksimal. Ruang 14
merupakan ruang kelas III yang digunakan untuk pasien jamkesmas,
jamkesda dan umum. Dalam ruangan ini terbagi atas 3 ruangan yaitu 1 ruang
untuk pasien yang memerlukan perawatan intensif, 1 khusus pasien wanita,
dan 1 ruangan khusus untuk pasien pria.
4. Ruang 15 adalah ruangan bedah anak yang berada di bawah naungan IRNA
II. Pasien yang menjalani rawat inap di ruang 15 adalah anak-anak. Ruang 15
terdapat 3 kelas yaitu kelas I, II, dan III.
5. Ruang 16 merupakan ruang perawatan pasien luka bakar (kombusi), baik
luka bekas terbakar api maupun tersengan listrik. Ruang 16 juga memiliki
ruang operasi untuk pasien yang akan melakukan operasi plastik. Biasanya
operasi ini hanya dilakukan selama 1 hari atau biasa disebut ODC (One Day
Care atau perawatan sehari). Ruang 16 memiliki 2 jenis kelas untuk
perawatan pasien yaitu kelas I dan kelas II. Kelas I dan kelas II bisa
digunakan untuk pasien Askes PNS dan Swasta, tagihan, Jamsostek,
Jamkesda dan Jamkesmas.
55
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
6. Ruang 17 adalah ruang bedah kelas II dan kelas I untuk wanita dan pria
digunakan untuk pasca operasi (menunggu sebelum atau sesudah operasi).
Pasien yang dirawat rata-rata mengalami patah tulang dan cedera kepala,
tetapi ada juga yang menderita penyakit lain yaitu hepar, BPH, Cholelitiasis,
dsb. Diagnosa penyakit pada pasien antara lain: ortopedi, TKV, urologi,
digestif, bedah plastik, dan onkologi.
7. Ruang 18 adalah ruang bedah kelas III khusus perempuan. Ruangan ini
digunakan untuk merawat pasien yang mengalami penyakit seperti onkologi,
digesti, orthopedi karena patah tulang (close fractur dan open fractur), cedera
kepala (cedera kepala ringan, sedang, dan berat), kanker atau tumor (Ca
mamae, Ca colon, Ca recti), neurofibroma dan tuberkulosis.
8. Ruang 19 adalah ruang kelas III khusus laki-laki. Biasanya pasien yang
berada di ruangan ini dengan diagnosis seperti orthopedi, urologi,
onkologi,digestif, saraf, toraks, dan bedah plastik.
9. Ruang 20 adalah ruangan kelas III yang meliputi mata, THT (Telinga Hidung
Tenggorokan) dan bedah.
10. Ruang 21 adalah ruangan yang digunakan untuk rawat inap pasien pasca
operasi mata dan THT. Pelayanan penyakit yang ditangani di ruang 21 adalah
bedah yang meliputi orthopedi, urologi, onkologi, digestif, saraf, anak,
toraks, plastik, umum, mata (katarak, kelainan retina), THT (Otology,
neurologi).
C. INSTALASI RAWAT INAP III
Instalasi Rawat Inap III mencakup spesialisasi penyakit obsetri dan
ginekologi. IRNA III terdiri dari ruang 4, 8, 9, dan 10.
1. Ruang 4 merupakan ruang Obgyn untuk kelas I dan II.
2. Ruang 8 merupakan ruang Obsetri dengan komplikasi.
3. Ruang 9 merupakan ruang Ginekologi contohnya kanker serviks.
4. Ruang 10 merupakan ruang rawat gabung.
5. Kamar bersalin.
6. Ruang Recovery.
56
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
D. INSTALASI RAWAT INAP IV
IRNA IV mencakup spesialisasi anak. IRNA IV terdiri dari ruang 7
HND/HCU, 7A, 7B non infeksi dan 7B infeksi, serta ruang 11 yaitu ruang
perinatal.
1. Ruang 7 HND (High Nursing Dependency) adalah ruang gawat darurat untuk
bayi dan anak. Bila pasien ruang 7 HND telah membaik kondisinya dan tidak
memerlukan perawatan yang eksklusif maka bisa dipindahkan ke ruang 7A
atau ruang 7B.
2. Ruang 7A terbagi atas 2 kelas yaitu ruang kelas 1 ruang kelas 2 yang
disediakan untuk pasien anak-anak yang memiliki riwayat penyakit seperti
neurologi, kardiologi, respirologi, gastrologi, hepatologi, nefrologi,
hematogali, infeksi, gizi, dan imunologi.
3. Ruang 7B infeksi merupakan ruang kelas 3, disediakan untuk pasien anak
dengan infeksi yang terdiri dari ruang isolasi I, ruang Isolasi II, neurologi,
respirologi, gastrologi, dan infeksi.
4. Ruang 7B non infeksi merupakan ruang kelas 3, disediakan untuk pasien
anak dengan non infeksi yang meliputi kardiologi, hematologi, gizi, endokrin,
nefrologi.
Ruang 11 merupakan ruang rawat anak yang dalam keadaan kritis dan butuh
penanganan yang serius. Ruang ini menangani pasien yang pre dan post operasi.
57
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang dilaksanakan mulai dari tanggal 15 April 2013
sampai 14 Juni 2013 mulai pukul 07.00 sampai 14.00 WIB dengan jumlah peserta
sebanyak 33 mahasiswa. Banyak hal yang diperoleh mahasiswa mulai dari
pengalaman praktek profesi, pendalaman farmasi rumah sakit, dan ketrampilan
mengenai penerapan farmasi klinik, dan manajemen rumah sakit. Aspek
manajerial yang dipelajari oleh mahasiswa PKPA ini mulai dari aspek
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, evaluasi perbekalan
farmasi (obat dan alat kesehatan) di rumah sakit.
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, sehingga pelayanan kesehatan perlu terus ditingkatkan.
Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat.
Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan oleh Pemerintah atau swasta, dalam
bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau pelayanan kesehatan masyarakat.
Peningkatan pelayanan dalam bidang kesehatan meliputi pengembangan
pelayanan kesehatan dan sumber daya manusia, yang akan lebih baik apabila
dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan. Upaya kesehatan yang semula
dititikberatkan pada upaya penyembuhan penderita secara berangsur-angsur
berkembang ke arah keterpaduan upaya peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif).
Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat dapat dipenuhi dengan
menyediakan suatu tempat pelayanan kesehatan yang profesional untuk seluruh
masyarakat. Salah satu contoh pelayanan kesehatan bagi masyarakat adalah rumah
sakit yang merupakan suatu sistem yang menekankan pelayanan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pelayanan dalam bidang kefarmasian
58
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
di rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah
sakit yang utuh dan berorientasi pada kepentingan pasien, penyediaan obat, dan
barang farmasi lainnya yang bermutu serta pelayanan farmasi klinik.
Dalam prakteknya diperlukan suatu struktur organisasi dari rumah sakit
yang bertugas dalam perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan serta
pendistribusian perbekalan farmasi (obat dan alkes) untuk mendukung pelayanan
kesehatan rumah sakit, yang dalam hal ini adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS) atau Sub Depo Farmasi (SDF). IFRS merupakan satu-satunya unit di
rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan
semua aspek yang berkaitan dengan obat/perbekalan kesehatan yang beredar dan
digunakan di rumah sakit. Instalasi Farmasi ini bertanggung jawab terhadap
pengelolaan perbekalan farmasi yang anggarannya berasal dari anggaran APBD,
APBN, sumbangan/dropping/hibah sedangkan sub depo farmasi anggarannya
berasal dari revolving fund.
Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi pemilihan/seleksi, perencanaan,
pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan barang farmasi, pendistribusian,
dan penarikan/penghapusan. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan
alkes meliputi pengkajian resep, dispensing, pemantauan dan pelaporan efek
samping obat, pelayanan informasi obat, konseling, pemantauan kadar obat dalam
darah, ronde atau visite pasien, serta pengkajian penggunaan obat.
Instalasi Farmasi di RSUD Dr. Saiful Anwar menggunakan sistem
pelayanan farmasi satu pintu yaitu sistem dimana IFRS memiliki kewenangan
penuh dalam pengelolaan perbekalan farmasi. Pelayanan farmasi satu pintu adalah
suatu sistem dimana dalam pelayanan kefarmasian itu sendiri menggunakan satu
kebijakan, satu standar operasional prosedur (SOP), satu pengawasan operasional
dan satu sistem informasi. Sistem ini dapat memudahkan monitoring dan evaluasi
dalam penggunaan obat, mengetahui pola penggunaan obat untuk feed back, dan
menjamin kualitas obat dengan menghindari obat palsu, obat kadaluarsa, dan obat
dengan mutu rendah sehingga dapat menunjang kualitas dari barang yang diterima
oleh pasien dan dapat mengurangi resistensi antimikroba. Tujuan dari pelayanan
farmasi satu pintu adalah untuk meningkatkan pelayanan farmasi di rumah sakit
59
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang ditetapkan, memuaskan harapan
konsumen, sesuai dengan standar yang berlaku, tersedia pada harga yang
kompetitif dan memberi manfaat bagi rumah sakit.
Pemilihan perbekalan farmasi direkomendasikan oleh Komite Farmasi
dan Terapi (KFT) berdasarkan kebutuhan dan permintaan masing-masing SDF.
Kemudian akan ditindak lanjuti melalui SK direktur dengan bentuk formularium
rumah sakit dan formularium pendamping bagi pasien JAMKESMAS. Perbekalan
farmasi yang direkomendasikan oleh KFT hanya untuk pasien JAMKESMAS
sedangkan untuk pasien non jamkesmas perencanaan dilakukan oleh SDF.
Perencanaan perbekalan farmasi dari anggaran rumah sakit disusun
berdasarkasan metode kombinasi epidemiologi dan konsumsi dengan berpedoman
pada formularium rumah sakit dan DOEN serta usulan, anggaran yang tersedia,
data pemakaian sebelumnya, penetapan prioritas dan siklus penyakit. Anggaran
perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi di IFRS berasal dari dana APBD.
Pengadaannya dilakukan melalui tender atau lelang yang dilakukan tiap tiga bulan
sekali. Pengadaan barang farmasi berdasarkan nilai nominal transaksi pembelian,
dimana transaksi pembelian diatas 100 juta dilakukan tender terbuka. Transaksi
pembelian 50 sampai100 juta dilakukan tender terbatas (minimal 3 CV atau 3 PT),
sedangkan transaksi di bawah 50 juta dilakukan penunjukan langsung. Barang-
barang yang diadakan meliputi bahan untuk kebutuhan emergency, radiologi
(film), reagen untuk laboratorium, poliklinik (bahan dasar) contohnya gigi, dan
bahan untuk kebutuhan anastesi.
Perencanaan, anggaran perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi
di SDF berasal melalui Revolving Fund System. Revolving Fund System adalah
sistem pengadaan, penyaluran, dan penjualan obat-obatan serta bahan atau alat
kesehatan terpakai habis yang diperlukan oleh pasien pemakai jasa rumah sakit
umum dengan menggunakan dana secara langsung yang harus dibayar oleh pasien
pemakai jasa rumah sakit untuk rawat jalan dan rawat inap. Diterapkannya
Revolving Fund System adalah untuk menanggulangi keterbatasan anggaran
pendapatan dan belanja penyediaan obat-obatan serta bahan/alat kesehatan
terpakai yang diperlukan dalam rangka meningkatkan suatu pelayanan kepada
60
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
pasien. Kegiatan tersebut untuk menentukan jenis dan jumlah barang farmasi yang
diperlukan pada periode yang akan datang yang disesuikan dengan kebutuhan dan
anggaran yang tersedia. Pengadaan SDF langsung ke PBF dan kemudian disimpan
di gudang depo farmasi. Barang-barang yang diadakan adalah obat atau alkes
yang dibutuhkan dari masing-masing sub depo diluar obat atau alkes yang
diadakan oleh IFRS.
Perencanaan pengadaan di IFRS dapat dilakukan dengan rentang waktu
triwulan. Sedangkan di SDF perencanaan pengadaan dilakukan 1 minggu dan
CITO (kebutuhan yang mendadak). Dalam melakukan perencanaan, hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah syarat barang farmasi, jadwal perencanaan dan proses
pengadaan hingga barang diterima, kecepatan pendistribusian, jumlah persediaan
tergantung pada stok minimum untuk satu bulan dan rumusan perencanaan
(menurut pola konsumsi dan epidemiologi). Perencanaan barang farmasi yang
cermat dapat menghindari terjadinya penumpukan barang dan menjamin
tersedianya barang farmasi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan pasien.
Pengadaan perbekalan farmasi diadakan setelah daftar perbekalan
farmasi selesai disusun dan dilaksanakan oleh panitia pembelian yang ditetapkan
dengan SK Direktur. Pengadaan dilaksanakan dengan cara pelelangan, pemilihan,
atau penunjukan langsung kepada distributor/pedagang besar farmasi (PBF) atau
rekanan. Pengadaan perbekalan farmasi di SDF dan IFRS menggunakan surat
pesanan (SP) kepada distributor yang ditunjuk. Pengadaan barang farmasi untuk
perusahaan maupun asuransi yang menjalin ikatan kerjasama dengan RSUD Dr.
Saiful Anwar malang mengikuti perbekalan farmasi yang digunakan oleh pasien
umum. Untuk perusahan, perbekalan farmasi yang telah digunakan anggotanya di
klaim langsung ke perusahaan yang bersangkutan untuk dibayar, sedangkan untuk
asuransi (JAMSOSTEK, Mitra Teja, Rama Musa, dan Menara Medika Center)
perbekalan farmasi yang digunakan mempunyai daftar obat tersendiri untuk
diklaim ke pihak asuransi tersebut dan obat-obat yang tidak termasuk dalam daftar
obat yang ditentukan akan dibayar sendiri oleh pasien.
61
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Pada kondisi nyata, antara jumlah barang yang akan direncanakan untuk
diadakan dengan barang yang sudah diadakan tidak selalu sesuai jumlahnya. Hal
ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kondisi yang terjadi di lapangan
misalnya terjadi wabah diare ataupun wabah demam berdarah. Contohnya pada
depo logistik pada penyediaan asam traneksamat trimester satu dibutuhkan 175,
pada trimester dua dibutuhkan 150, pada trimester 3 dibutuhkan 220, dan pada
trimester 4 dibutuhkan 400 sehingga total perencanaan pengadaannya 945. Pada
kenyaataannya total sediaan asam traneksamat yang diadakan sebesar 1070
sediaan. Untuk SDF jumlah barang yang akan direncanakan untuk diadakan
dengan barang yang sudah diadakan selalu sama jumlahnya karena pengadaannya
berdasarkaan jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan. Jika suatu saat ada
pasien yang membutuhkan obat atau alkes, sementara SDF tidak mempunyai
barang yang dibutuhkan maka SDF akan mengusahakan barang tersebut melalui
pembelian langsung ke apotek lain atau pemesanan langsung ke PBF (CITO).
Pemesanan barang secara CITO dilakukan dengan jumlah barang sedikit dan
dalam keadaan yang mendesak. Jika sebuah rumah sakit sering melakukan
pemesanan secara CITO, menunjukkan bahwa pengelolaan perbekalan farmasi
kurang baik.
Perbekalan farmasi yang diproduksi di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
adalah sediaan dengan formula khusus, sediaan yang tidak tersedia di pasaran
contohnya aqua dimineralisata, obat racikan dalam sediaan kapsul dan puyer, juga
rekonstitusi sediaan obat kanker dan antibiotika meropenem. Untuk sediaan
serbuk paling banyak diproduksi di IRNA IV dan di bagian ilmu penyakit dalam
yang pasiennya menerima asupan melalui NGT. Peracikan persediaan sitostatika
dilakukan oleh farmasi dengan pertimbangan farmasi lebih mengetahui sifat fisika
kimia dari obat-obatan sitostatika. Peracikan obat-obatan ini dilakukan di lemari
khusus Laminar Air Flow Cabinet dengan perlakuan khusus dan peracikannya
menggunakan tehnik aseptik.
Penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian barang farmasi ke seluruh
unit pelayanan dilaksanakan oleh gudang logistik farmasi. Pedoman penerimaan
perbekalan farmasi meliputi perusahaan/pabrik yang harus mempunyai sertifikat
62
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
analisa, barang harus bersumber dari distributor utama, barang harus mempunyai
Material Safety Data Sheet (MSDS), sedangkan untuk alkes atau alat kedokteran
harus mempunyai Certificate of Origin. Untuk obat-obatan harus mempunyai
Expired Date minimal 2 tahun dan untuk vaksin maupun reagensia maksimal 6
bulan tergantung dari sifat fisika kimia masing-masing bahan obat. Penerimaan
dilakukan oleh petugas gudang logistik farmasi bersama tim pemeriksaan
berdasarkan Surat Perintah Kerja yang dikeluarkan oleh Direktur Rumah Sakit.
Surat Perintah Kerja tersebut diberikan kepada tim pemeriksa bagian rumah sakit
untuk menyesuaikan barang farmasi yang datang dengan SP yang dibuat oleh
IFRS dengan faktur yang dibuat oleh rekan kerja.
Penyimpanan perbekalan farmasi di IFRS dan SDF diatur dengan
menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yaitu penyimpanan perbekalan
farmasi dimana barang yang datang lebih dahulu akan dikeluarkan terlebih dahulu
dan FEFO (First Expired First Out) yaitu penyimpanan perbekalan farmasi
dimana barang yang mempunyai tanggal kadarluarsa lebih pendek didistribusikan
terlebih dahulu. Sistem penyimpanan perbekalan farmasi tersebut seharusnya
dibedakan berdasarkan bentuk sediaan dan jenisnya, menurut suhu dan
kestabilannya, mudah/tidaknya meledak/terbakar, tahan/tidaknya terhadap cahaya.
Pada penyimpanan dilakukan pencatatan dalam kartu stok barang. Dari fakta yang
sudah diamati dilapangan, penataan perbekalan farmasi di gudang logistik RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang masih belum tertata rapi. Disarankan penataannya di
sesuaikan dengan kombinasi sistem alfabetis, FEFO, dan dikelompokan menurut
bentuk sediaan. Jumlah barang di ruangan dengan jumlah barang di kartu stok
kadang tidak sama. Ada beberapa kemungkinan penyebab kesalahan tersebut,
antara lain petugas kadang-kadang lupa untuk menulis jumlah barang yang keluar
dan sisa barang di kartu stok.
Pada penyimpanan perbekalan farmasi, bangunan gudang harus
memenuhi syarat antara lain tinggi, kokoh, aman , mudah dijangkau transportasi
serta memiliki kualitas yang memadai untuk menjamin kualitas barang farmasi.
Secara keseluruhan bangunan gudang di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang sudah
memenuhi syarat-syarat gudang farmasi seperti diantaranya tinggi, kokoh, mudah
63
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
dijangkau transportasi, dan aman namun perlu ditingkatkan lagi dalam hal
ventilasi, kebersihan pencahayaan dan penataan perbekalan farmasi dimana hal
tersebut berpengaruh pada pelayanan dan kualitas barang farmasi. Dalam hal
penyimpanan sebaiknya tumpukan kardus tidak melebihi batas maksimal (8
kardus) seperti yang tertera pada label kardus.
Faktor sumber daya manusia juga menjadi salah satu hambatan dalam
peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian di gudang logistik karena jumlahnya
yang masih terbatas. Selain itu penataan dan penyimpanan barang di gudang
logistik masih terdapat beberapa yang belum sesuai dengan prinsip FEFO dan
FIFO, karena masih ada obat yang penyimpanannya belum berurutan tanggal
kadaluarsanya dan belum terpisah antara obat dan alkes.
Sistem distribusi di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang ada empat macam
yaitu individual prescribing, total floor stock/ward floor stock, kombinasi
individual prescribing dan total floor stock/ward floor stock, dan PODS
(Pemberian Obat Dosis Sehari). Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan
secara sentaralisasi dan desentralisasi untuk lebih mendekatkan pelayanan
kefarmasian kepada pasien. Gudang depo farmasi ini mendistribusikan perbekalan
farmasi melalui sub-sub depo, sub-sub depo mendistribusikan ke ruangan (floor
stock) dan pasien. Sub-sub depo ini lokasinya tersebar pada tempat perawatan
pasien yaitu pasien rawat jalan dan rawat darurat dengan sistem resep perorangan
serta pasien rawat inap dengan sistem pelayanan obat dosis sehari (PODS) dan
kombinasi floor stock pada ruangan tertentu. Gudang logistik farmasi
mendistribusikan perbekalan farmasi ke ruangan, poli, dan sub-sub depo,
sedangkan sistem floor stock mendistribusikan perbekalan farmasi langsung
kepada pasien. Sistem distribusi individual prescribing merupakan sistem
distribusi di mana permintaan obat dari resep dokter kepada apoteker yang berada
di Subdepo Farmasi. Sistem ini memiliki kemudahan dalam mengontrol
persediaan obat, tetapi ada kemungkinan keterlambatan mendapatkan obat karena
membutuhkan waktu untuk membeli obat dulu dan terjadi peningkatan biaya,
selain itu dapat timbul drug related problem.
64
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Sistem PODS merupakan penyederhanaan pemberian obat dan
diharapkan mengarah pada sistem Unit Dose Dispensing (UDD). Sistem PODS
adalah sistem pendistribusian obat kepada pasien rawat inap yang dikemas dalam
bentuk dosis terbagi untuk pemakaian 24 jam. Sistem UDD merupakan sistem
distribusi perbekalan farmasi kepada pasien rawat inap dimana obat oral diberikan
untuk satu kali minum. Tujuan sistem UDD adalah untuk memberikan pelayanan
kefarmasian yang berorientasi kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hasil
terapi dan mencegah terjadinya Drug Related Problem (DRP). Hanya saja sistem
ini membutuhkan waktu asuhan kefarmasian dan perlu tenaga farmasis yang lebih
banyak agar semua pasien dapat dilayani optimal. Apabila dalam suatu ruangan
yang mempunyai jumlah pasien banyak sangat tidak memungkinkan dilakukan
UDD apalagi hanya dengan tenaga satu orang farmasis. Karena keterbatasan
petugas farmasi, maka pelayanan farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
menggunakan pengembangan dari sistem UDD yaitu sistem PODS.
Sistem PODS mempunyai keuntungan yaitu pelayanan menjadi lebih
efisien karena hanya dengan tenaga satu orang farmasis sudah dapat mencukupi
kebutuhan pelayanan pendistribusian obat kepada pasien dengan jumlah lebih
besar daripada sistem UDD, hal ini juga mencegah duplikasi obat apabila
pengobatan diserahkan ke pasien sendiri (tanpa melalui seorang farmasis).
Kekurangan sistem PODS yaitu kesulitan dalam pemberian informasi pada pasien
yang jumlahnya sangat banyak dan apabila terjadi reaksi yang tidak diinginkan
terhadap obat yang diberikan maka sistem PODS tidak dapat secepat UDD dalam
penghentiannya karena obat untuk kebutuhan satu hari pada PODS sudah di
tangan pasien sedangkan UDD hanya untuk kebutuhan satu kali minum. Tetapi
kelemahan ini dapat diminimalkan dengan memberikan informasi sejelas mungkin
kepada pasien dan memantau keadaan pasien secara terus menerus sehingga
reaksi apapun yang tidak diinginkan dapat segera ditangani.
Sistem distribusi lainnya yaitu Total Floor Stock/Ward Floor Stock yaitu
sistem distribusi yang menyimpan semua alat kesehatan dan obat di ruangan
dimana pemakaiannya berasal dari suatu permintaan lewat standar prosedur
Rumah Sakit ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Macam obat disesuaikan dengan
65
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
kekhususan jenis pelayanan harus mencakup keperluan emergency care. Jumlah
obat disesuaikan dengan banyaknya penderita serta kemampuan supply dari
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pada sistem ini farmasis berperan sebagai
pengontrol sedangkan tanggung jawab berada di tangan perawat.
Keuntungan Total Floor Stock/Ward Floor Stock yaitu pasien mudah
mendapatkan perbekalan farmasi dan tidak harus membayar obat yang lebih.
Pengembalian obat sisa tidak ada karena pemakaian perbekalan farmasi sesuai
dengan keperluan. Keuntungan lainnya adalah tidak memerlukan tenaga kerja
yang banyak. Sedangkan kerugiannya yaitu jumlah persediaan sediaan farmasi di
ruangan menjadi lebih besar sehingga perlu fasilitas tempat yang lebih besar yang
berkaitan dengan investasi yang besar pula dan juga besarnya resiko kerusakan
obat. Perawat pun akan membutuhkan lebih banyak waktu sehingga tugas
perawatannya dapat tersita. Selain itu, resiko kehilangan sediaan farmasi lebih
tinggi. Memungkinkan terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan atau
kesalahan penulisan etiket. Kekurangan yang lain secara administratif dan
keuangan diperlukan pengelolaan yang sangat kompleks sehingga membutuhkan
pengawasan yang maksimal.
Penarikan/penghapusan perbekalan farmasi yang kadaluarsa dan rusak
dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi sedangkan pemusnahannya dilakukan oleh
Panitia Penghapusan Barang Rumah Sakit yang sebelumnya mendapat
persetujuan dari Pemprov Jatim. Barang yang akan ditarik atau dimusnahkan
didata terlebih dahulu, kemudian dibuat berita acara penghapusan oleh panitia
penghapusan. Perbekalan farmasi yang akan dimusnahkan dibawa ke bagian IPL
(Instalasi Penyehatan Lingkungan) untuk dimusnahkan menggunakan incinerator.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi pasien dan
menjamin persediaan barang farmasi di tiap unit, IFRS berkoordinasi dengan SDF
untuk membentuk tiga belas SDF. Sub-sub depo tersebut yaitu SDF Rawat Inap-
Rawat Jalan, SDF OK Sentral, SDF OK IRD, SDF IRD, SDF IRJ I, SDF IRJ II,
SDF IRJ Maskin, SDF IRJ ASKES/PNS, SDF Paviliun, SDF IRNA I, SDF IRNA
II, SDF IRNA III, dan SDF IRNA IV. SDF OK IRD dan OK Sentral mendapatkan
66
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
perbekalan farmasi dari Gudang Logistik Farmasi. Sedangkan SDF yang lain
mendapatkan perbekalan farmasi dari gudang depo farmasi.
SDF rawat inap-rawat jalan memberikan pelayanan perbekalan farmasi
bagi karyawan honorer dan pasien terlantar, SDF III dan IRNA IV melakukan
pelayanan dengan sistem floor stock dan individual prescribing. Floor stock di
IRNA III diadakan berdasarkan data pemakaian hari sebelumnya, obat-obatnya
disimpan dalam lemari untuk keperluan di ruangan. Keuntungan pelayanan
farmasi dengan sistem ini adalah dapat meningkatkan pelayanan secara cepat bagi
pasien yang membutuhkan, namun memerlukan pengawasan yang ketat untuk
menghindari kehilangan barang farmasi yang disediakan. Penyimpanan sediaan
farmasi di IRNA III dinilai kurang baik, hal ini kemungkinan disebabkan ukuran
ruangan SDF IRNA III yang sempit. Hal ini tentu saja mempengaruhi penataan
barang di SDF IRNA III. Kecilnya ruangan tersebut mengakibatkan penataan dan
penyusunan barang terkesan tidak rapi. Walaupun barang sudah dipisahkan
berdasarkan sumber anggarannya, bentuk sediaan, maupun stabilitas, namun hal
tersebut masih belum cukup menjamin mutu pelayanan obat di SDF IRNA III. Di
SDF IRNA III barang tidak dipisahkan berdasarkan kelas terapi melainkan
berdasarkan alfabetis dan status pasien sehingga mempermudah dalam mencari
obat yang diminta.
SDF OK Sentral melayani kebutuhan farmasi untuk tindakan bedah dan
anestesi yang terencana di Instalasi OK Sentral. Permintaan perbekalan farmasi di
OK Sentral ini menggunakan format permintaan barang dalam bentuk buku untuk
mempermudah pelayanan dan perhitungan biaya barang farmasi yang telah
digunakan oleh pasien. Sebenarnya kondisi ini tidak sesuai dengan yang telah
ditetapkan (harus melalui resep tertulis), tetapi untuk mempercepat pelayanan
maka sistem ini masih digunakan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. SDF OK
IRD hampir sama dengan SDF OK Sentral hanya saja SDF OK IRD melayani
kebutuhan farmasi untuk tindakan bedah dan anestesi yang tidak terencana.
SDF IRNA I dan IRNA II melayani kebutuhan barang farmasi pasien
rawat inap di IRNA I dan IRNA II yang meliputi obat-obatan dan alat kesehatan.
Pelayanan kefarmasian di IRNA I dan IRNA II secara keseluruhan sudah cukup
67
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
baik, hanya saja sebaiknya ditambahkan seorang asisten apoteker untuk
membantu kerja apoteker di ruangan karena seorang apoteker tidak mampu
melaksanakan konseling obat dengan baik, disebabkan beban kerja yang besar
dengan waktu yang terbatas.
SDF IRD melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan langsung kepada
pasien di IRD dengan menggunakan resep. SDF IRJ I dan IRJ II adalah salah satu
SDF yang ada di RSUD Dr. saiful anwar Malang yang khusus melayani pasien
rawat jalan pada poli-poli yang ada yaitu poli KB, OBGYN, anak, bayi, mata,
bedah, THT, neuro dan jiwa, kulit, IPD, dan jantung. Pelayanan resep untuk
JAMKESDA dan JAMKESMAS dilayani di SDF IRJ maskin. Pelayanan resep
untuk pasien askes/PNS dilayani di SDF IRJ Askes PNS. Secara keseluruhan
pelayanan kefarmasian di SDF IRJ telah cukup baik, hanya saja jumlah sumber
daya manusia yang terbatas dan pasien yang sangat banyak membuat KIE pada
pasien tidak dapat terlaksana dengan baik.
Pelayanan asuhan kefarmasian yang dilakukan oleh mahasiswa PKPA di
ruangan adalah melakukan pengecekan jumlah obat dan alkes yang ada di laci
setiap pasien, apabila terdapat sisa obat oral yang belum diminum oleh pasien
maka dilakukan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk memotivasi
pasien supaya meningkatkan kepatuhan penggunaan obat. Selain itu juga
mahasiswa PKPA ikut membantu petugas farmasi menyerahkan obat kepada
pasien pada siang hari setelah dilakukan visite dokter disertai informasi yang
diperlukan tentang obat yang diberikan. Selain itu, juga pelayanan kefarmasian
yang dilakukan oleh mahasiswa PKPA diantaranya melakukan pemantauan
penggunaan obat oleh pasien (memantau efektivitas terapi obat), dapat juga
berupa pemantauan efek samping obat dan interaksi obat, melakukan edukasi
kepada pasien atau keluarga pasien melalui kegiatan PKRS (Promosi Kesehatan
Rumah sakit), yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan. Kegiatan penyuluhan ini
dilakukan setiap satu minggu sekali oleh tenaga kesehatan, antara lain mahasiswa
PKP dari Gizi, Perawat, dan Farmasi. Penyuluhan dilakukan di dalam ruangan dan
menggunakan media cetak yaitu leaflet dan poster. Dalam melaksanakan PKPA
68
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
ini, kami juga mengambil studi kasus untuk dipresentasikan ditiap minggunya
oleh masing-masing mahasiswa.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar juga terlibat dalam
pengobatan Tuberculosis Multidrug Resistance (TB MDR). Program tersebut
dilaksanakan oleh tim ahli klinis kesehatan RSUD Dr. Saiful Anwar. Tim ahli
klinis memiliki peran dan tanggung jawab dalam hal menetapkan diagnosis,
pasien masuk atau tidak dalam pengobatan MDR, panduan dan dosis obat
antituberkulosis (OAT) lini 2 yg digunakan, pasien siap untuk rawat jalan, pasien
dapat masuk ke tahap lanjutan, hasil akhir pengobatan, bekerja sama dengan tim
terapeutik untuk menangani efek samping yang berat serta masalah yang
memerlukan penanganan lebih lanjut.
RSUD Dr. Saiful Anwar mengutamakan keselamatan pasien (patient
safety), diantaranya yaitu mencegah kejadian efek terapi obat yang tidak
diinginkan. Biasanya dilakukan dengan menskrining resep (skrining administrasi
dan skrining farmasetis) sebelum obat dilayani, memperhatikan rupa, dan
pengucapan nama obat yang mirip (look alike, sound alike medication names),
memastikan obat diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien, membangun
komunikasi efektif (misalnya konseling kepada pasien atau keluarga pasien).
RSUD Dr. Saiful Anwar sudah menjalankan kegiatan patient safety dengan baik.
Saat ini pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang dulu mengacu drug
oriented, sekarang ini diharapkan mengarah pada patient oriented yang pada
pelaksanaanya semakin difokuskan pada pasien dengan memperhatikan semua
aspek yang terkait. Dalam memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien,
diharapkan farmasis dapat bekerja sama dengan dokter, perawat, dan ahli gizi
sebagai satu tim kesehatan.
Agar dapat berperan secara optimal, koordinasi intern tenaga farmasi di
rumah sakit harus ditingkatkan, yang meliputi tersedianya sumber daya manusia
dengan jumlah dan kualitas yang sesuai dengan fungsi rumah sakit, penyediaan
fasilitas dan prasarana yang memadai, efisiensi, dan efektifitas beban kerja serta
penilaian sumber daya manusia sebagai bagian dari fungsi kesehatan.
69
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Farmasi klinik (clinical pharmacy) atau farmasi bangsal (ward pharmacy)
adalah praktek farmasi klinik yang dilakukan terhadap pasien yang dirawat di
ruang/bangsal perawatan (pasien rawat inap) yang dilakukan oleh apoteker di
rumah sakit dengan cara meninjau langsung keadaan pasien yang dirawat di
ruang rawat inap. Farmasi ruangan adalah bagian dari Pharmaceutical Care yang
berupa pelayanan apoteker/farmasis sebagai pengabdiannya terhadap profesi.
Visitasi farmasis di bangsal adalah perwujudan asuhan kefarmasian di rumah
sakit.
Keterampilan farmasi klinik yang diperlukan meliputi kemampuan untuk
mengaplikasikan pengetahuan terapeutik, mengkorelasikan keadaan sakit dengan
pemilihan obat, menggunakan catatan kasus pasien, menginterpretasikan data
laboratorium, mengaplikasikan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis,
mengidentifikasi kontraindikasi, mengenal kemungkinan munculnya efek
samping obat yang tidak dikehendaki, membuat keputusan yang terkait dengan
formulasi dan stabilitas, mengkaji literatur medis dan obat-obatan,
merekomendasikan pengaturan dosis dan berkomunikasi efektif secara verbal
dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.
Namun, aplikasi monitoring efek samping obat dan rasionalisasi terapi
terhadap pasien kurang dilakukan. Hal ini disebabkan minimnya tenaga farmasis
yang kompeten untuk terjun langsung mendampingi tenaga kesehatan yang lain
dalam merawat pasien. Kerja sama yang dilakukan antar tenaga kesehatan ini
secara beriringan, saling melengkapi dan mendukung dalam melakukan pelayanan
sangat penting untuk mencapai pengobatan yang optimal.
Kegiatan PKPA mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker ini
mencakup kegiatan dalam hal manajerial dan asuhan kefarmasian. Kegiatan yang
dilakukan dalam manajerial misalnya mengetahui perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, distribusi, sedangkan kegiatan asuhan kefarmasian misalnya
memberikan KIE ketika PODS pada pasien di ruangan. Kegiatan tersebut
nantinya akan berguna sebagai bekal dalam meningkatkan pelayanan kefarmasian
di rumah sakit yang telah berkembang kearah patien oriented.
70
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
Peran seorang farmasis yang sanagat penting di rumah sakit adalah dalam
meminimalkan terjadinya medication error selain itu farmasis juga berperan
dalam pelayanan kefarmasian secara paripurna baik secara manajerial maupun
fungsional dengan memperhatikan faktor keselamatan pasien, yang dimulai dari
proses pengelolaan sediaan farmasi, melakukan monitoring dan mengevaluasi
keberhasilan terapi, memberikan edukasi dan konseling serta bekerjasama dengan
pasien dan tenaga kesehatan lain berguna untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien, sehingga untuk dapat berperan secara profesional maka sangat penting
bagi seorang farmasis yang akan memberikan pelayanan kefarmasian
(pharmaceutical care) untuk membekali diri sebaik-baiknya dengan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai.
71
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
BAB V
KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Dr. Saiful
Anwar, dapat disimpulkan bahwa :
1. Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
memberikan kesempatan kepada mahasiswa calon apoteker untuk melatih
kemampuan berkomunikasi baik dengan tenaga kesehatan lain, maupun dengan
pasien yaitu melalui kegiatan pelayanan informasi obat, konseling serta studi
kasus.
2. Perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi (obat dan alkes) memakai
metode kombinasi epidemiologi dan konsumsi dengan berpedoman pada
formularium rumah sakit, DOEN, usulan, anggaran yang tersedia, data
pemakaian sebelumnya, penetapan prioritas, dan siklus penyakit.
3. Perbekalan farmasi (obat dan alkes) yang diproduksi di Rumah Sakit Dr. Saiful
Anwar adalah sediaan dengan formula khusus, sediaan yang tidak tersedia di
pasaran, contohnya aqua demineralisata, rekonstitusi sediaan Meropenem
untuk pediatrik, peracikan sediaan obat sitostatika, obat racikan dalam sediaan
puyer atau kapsul.
4. Pendistribusian perbekalan farmasi (obat dan alkes) meliputi empat macam,
yaitu floor stock, individual prescribing (melayani peresepan untuk satu
orang), kombinasi (antara floor stock dan individual prescribing), PODS
(Pemberian Obat Dosis Sehari).
5. Penarikan atau penghapusan perbekalan farmasi (obat dan alkes) yang sudah
kadaluwarsa dan rusak dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi sedangkan
pemusnahannya dilakukan oleh oleh panitia Penghapusan Barang Rumah
Sakit.
6. RSUD Sr. Saiful Anwar terlibat dalam program Pemerintah dalam penanganan
TB MDR yang dilaksanakan oleh tim ahli klinis rumah sakit.
7. RSUD Dr. Saiful Anwar sudah melakukan pelayanan kefarmasian yang
berbasis Pharmaceutical care (patient oriented), salah satunya adalah PKRS.
72
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
BAB VI
SARAN
Beberapa saran yang dapat kami berikan untuk meningkatkan dan
menyempurnakan pelayanan kesehatan yang paripurna, antara lain :
1. Apoteker di setiap ruangan perlu melakukan visite bersama dokter dan
sebaiknya mengikutsertakan mahasiswa PKPA.
2. Penataan perbekalan farmasi di gudang logistik RSSA sudah sesuai
dengan sistem FEFO dan FIFO, tetapi sebaiknya dikombinasi dengan
sistem alfabetis dan dikelompokkan menurut bentuk sediaan sehingga
mempercepat pelayanan farmasi.
3. Pendistribusian obat di IFRS atau Depo Farmasi sudah baik, tetapi perlu
ditingkatkan lagi dalam hal pemberian informasi dan edukasi kepada
pasien sehingga kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan
meningkat.
73
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta
di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di RS.
Anonim, 2009, Undang-Undang RI No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Depkes RI, Jakarta.
Aslam, M., et al, 2003, Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy): Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Depkes, 1993, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 436/Menkes/SK/VI/1993, Direktorat Pelayanan Medik, Jakarta.
74