Laporan Managerial AQ

116
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai cita- cita bangsa Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 pasal 1 ayat (1) tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan saat ini ditekankan pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang bertujuan mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap warga negara seperti yang tercantum dalam Undang-Undang pokok kesehatan, rumah sakit terus berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/2004 tentang standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit menyatakan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Oleh karena itu pemerintah menyusun kebijakan penyelenggaraan dan stategi baru yaitu gerakan pembangunan berwawasan 1

Transcript of Laporan Managerial AQ

Page 1: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus

diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang

Kesehatan Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 pasal 1 ayat (1) tentang

Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual,

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan saat ini ditekankan pada

peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai bagian dari sistem pelayanan

kesehatan masyarakat yang bertujuan mencapai derajat kesehatan yang optimal

bagi setiap warga negara seperti yang tercantum dalam Undang-Undang pokok

kesehatan, rumah sakit terus berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/2004 tentang standar

pelayanan farmasi di Rumah Sakit menyatakan bahwa upaya kesehatan adalah

setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Oleh karena itu

pemerintah menyusun kebijakan penyelenggaraan dan stategi baru yaitu gerakan

pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi nasional menuju Indonesia

Sehat 2010.

Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan ntuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan

dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotive),

pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (curative), dan

pemulihan kesehatan (rehabilitative) yang dilaksanakan secara menyeluruh

terpadu dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi

pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk

rumah sakit.

1

Page 2: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan, rujukan

pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan

yang bersifat penyembuhan dan pemulihan kesehatan bagi pasien yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu. Rumah sakit merupakan salah satu sektor

kesehatan yang berperan penting dalam pelayanan kesehatan.

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah

sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang

Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi

rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan

rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang

bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan

masyarakat.

Tenaga kesehatan meliputi tenaga medis, keperawatan, kefarmasian

(apoteker, asisten apoteker, dan analis farmasi), kesehatan masyarakat, ahli gizi,

keterapian fisik, dan tenaga keteknisan medis. Apoteker merupakan salah satu

tenaga kefarmasian di rumah sakit yang mempunyai peran penting dan tidak

tergantikan oleh profesi lain. Hal ini disebabkan karena tuntutan pasien dan

masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan

pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented

dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan

kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk

mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang

berhubungan dengan kesehatan. Oleh karena itu, apoteker sebagai seorang yang

berperan penting dalam pelayanan kefarmasian harus meningkatkan kemampuan

dalam pelayanan kefarmasian dalam berbagai hal yaitu, Pengelolaan dan

Penggunaan Obat Secara Rasional (PPSOR) dengan melalui lingkar sepuluh

kegiatan PPSOR meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

penyaluran, peresepan, dan informasi oleh dokter, penyiapan obat dan informasi

oleh farmasis, penyerahan obat dan informasi oleh perawat, penggunaan obat oleh

pasien, pemantauan efektivitas serta keamanan dan dalam hal berkomunikasi

2

Page 3: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

dengan pasien untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memberikan

informasi yang dibutuhkan pasien tentang obat-obatan serta dapat menjalin

hubungan timbal balik dengan pasien.

Apoteker memiliki dua peran di rumah sakit yaitu dalam hal managerial

dan fungsional. Peran managerial berupa perencanaan, pengadaan produksi,

penyimpanan, dan penyaluran obat. Sedangkan peran fungsional apoteker terlihat

langsung dalam pelayanan kesehatan melalui farmasi klinis yang meliputi

konseling, pelayanan informasi obat, edukasi, dan pharmaceutical care.

Berlakunya KepMenKes RI No. 1197/MenKes/SK/X/2004 dan SK No.

SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 yang menyatakan bahwa

pelayanan farmasi rumah sakit mengarah pada asuhan kefarmasian (farmasi

klinik), merupakan peluang dan tantangan untuk farmasis di Indonesia. Undang -

Undang ini menjadi peluang bagi farmasis untuk menunjukkan eksistensinya di

bidang profesi kefarmasian karena selama ini peran tenaga farmasis lebih banyak

sebagai tenaga manajemen. Namun, UU ini juga menjadi tantangan bagi farmasis

karena perlu banyak belajar lagi akibat kurangnya kesiapan para farmasis yang

dilatarbelakangi oleh sistem pendidikan apoteker di Indonesia yang sangat minim

mengarah pada farmasi klinik. Untuk dapat melakukan pelayanan farmasi rumah

sakit yang baik dan semakin berkembangnya peran farmasi di rumah sakit,

mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker sebagai calon farmasis harus

mempunyai pengalaman yang cukup sebagai bekal untuk terjun langsung

menjalankan pekerjaan keprofesian sehingga dapat bersikap dan bertindak

profesional. Salah satu rangkaian kegiatan pendidikan Program Studi Profesi

Apoteker ini adalah dengan mengikuti Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).

PKPA dilaksanakan pada tanggal 15 April – 14 Juni di Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang. Mahasiswa diharapkan dapat

memperoleh pengetahuannya selama proses PKPA yang berlangsung di rumah

sakit.

3

Page 4: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit bagi mahasiswa

Program Studi Profesi Apoteker bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan

pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola perbekalan kefarmasian di rumah

sakit dan mampu memecahkan permasalahan yang ada, hubungan interaksi

dengan profesi kesehatan lainnya serta memahami efektifitas dan rasionalitas

penggunaan obat. Pada akhir kegiatan PKPA di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Saiful Anwar Malang, para calon apoteker diharapkan:

1. Mengetahui struktur organisasi rumah sakit sehingga mahasiswa mengetahui

posisi instalasi farmasi dalam rumah sakit.

2. Mendapatkan pengetahuan praktis dan ketrampilan tentang pengelolaan

perbekalan farmasi di rumah sakit yang meliputi pengelolaan obat dan alat

kesehatan (managing drug supply) dan farmasi klinis.

3. Menerapkan praktek kefarmasian di rumah sakit, seperti Pemberian Obat Dosis

Sehari (PODS) dan pelayanan kefarmasian lainnya.

4. Memahami fungsi dan peran apoteker di rumah sakit, baik peran managerial

maupun fungsional sehingga mahasiswa mengetahui dan memahami serta

dapat melaksanakan dan memecahkan masalah kefarmasian yang ada di rumah

sakit.

5. Memahami dan menerapkan konsep Pharmaceutical Care dalam pelayanan

kefarmasian khususnya di rumah sakit.

6. Mengasah ketrampilan berkomunikasi dan interaksi kepada pasien, keluarga

pasien, dan tenaga kesehatan lainnya sehingga dapat tercapainya tujuan dari

pengobatan yaitu peningkatan kualitas hidup pasien.

C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful

Anwar Malang bermanfaat antara lain:

1. Mengetahui, memahami tugas, dan tanggung jawab apoteker dalam mengelola

rumah sakit.

4

Page 5: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

2. Mengaplikasikan teori yang telah didapat dengan terlibat langsung dalam

kegiatan di unit-unit pelayanan farmasi rumah sakit.

3. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di rumah

sakit.

4. Mendapatkan pengetahuan managemen praktis farmasi di rumah sakit.

5. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

5

Page 6: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

BAB II

TINJAUAN RUMAH SAKIT UMUM

A. Rumah Sakit

Menurut UU No.44 tahun 2009 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan

sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan

yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya (Setiawan, 2009).

Sekarang ini Rumah Sakit adalah lembaga komunitas yang merupakan

instrumen masyarakat. Rumah Sakit merupakan titik fokus untuk mengkoordinasi

dan menghantarkan penderita pada komunitasnya. Berdasarkan hal tersebut,

Rumah Sakit dapat dipandang sebagai struktur organisasi yang menggabungkan

secara bersama-sama profesi kesehatan, fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan

perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam suatu sistem terorganisasi untuk

menghantarkan pelayanan kepada masyarakat. Dulu Rumah Sakit hanya dianggap

sebagai suatu tempat penderita ditangani, sekarang Rumah Sakit dianggap suatu

lembaga yang giat memperluas layanan kepada penderita dimanapun tempatnya.

Rumah Sakit memberikan pelayanan kepada penderita rawat inap, ruang gawat

darurat, praktek dokter di Rumah Sakit, pelayanan di puskesmas dalam klinik

komunitas dan dalam fasilitas pelayanan yang diperluas seperti Rumah Rawatan

(Nursing home), baik yang berafiliasi ataupun milik Rumah Sakit, serta di rumah

penderita yang memerlukan pelayanan kesehatan (Siregar, 2004).

Berdasarkan ketentuan umum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan

RI Nomor: 983/ Menkes/ SK/ XI/ 1992 tentang pedoman Organisasi Rumah Sakit

Umum. Rumah Sakit Umum adalah Rumah sakit yang memberikan pelayanan

bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik, dan sub spesialistik yang

mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan

berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta

melaksanakan upaya rujukan (Siregar, 2004).

6

Page 7: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan

secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya

penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan sehingga

rumah sakit mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan pelayanan medis,

penunjang medis dan non medis, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan

rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta

penyelenggaraan umum dan keuangan (Siregar, 2004). Klasifikasi rumah sakit

umum didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan menurut

Keputusan Menkes RI No. 983/menkes/SK/XI/1992 dibagi menjadi :

1. Rumah Sakit Umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan

subspesialistik luas.

2. Rumah Sakit Umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11

spesialistik dan subspesialistik terbatas.

3. Rumah Sakit Umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.

4. Rumah Sakit Umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar.

Pengakuan pelayanan rumah sakit dapat dilihat dalam bentuk akreditasi.

Status akreditasi rumah sakit yang pada dasarnya menggunakan metode yang

saling berkaitan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan yaitu

pra survei akreditasi (rumah sakit menilai sendiri (self assesment) menggunakan

instrumen atau kuisoner self assesment), survei akreditasi (survei dilakukan oleh

tim survei yang ditugaskan oleh komisi akreditasi rumah sakit dan sarana

kesehatan lainnya, dengan cara melakukan kunjungan ke rumah sakit selama 3-5

hari), dan pasca survei (rumah sakit memperbaiki kekurangannya yang telah

direkomendasikan tim survei), yang menghasilkan 4 keputusan akreditasi:

7

Page 8: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

1. Tidak terakreditasi

Rumah Sakit dianggap belum mampu memenuhi standar yang ditetapkan

(total skor kurang dari 65%).

2. Akreditasi bersyarat

Rumah Sakit telah memenuhi persyaratan minimal tetapi belum cukup

untuk mendapatkan skreditasi penuh karena ada beberapa standar atau

kriteria yang diberi rekomendasi khusus (total skor minimal 65% dan

setiap bidang pelayanan tidak mempunyai nilai 60%).

3. Akreditasi penuh

Rumah Sakit diberikan untuk jangka waktu 3 tahun (total skor minimal

75% dan masing-masing bidang pelayanan tidak ada yang kurang dari

60%).

4. Akreditasi istimewa

Rumah sakit yang menunjukkan pemenuhan standar secara istimewa

selama 3 periode berturut-turut, akan mendapat status akreditasi untuk

masa 5 tahun (Siregar, 2003).

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar merupakan rumah sakit

milik Pemerintah Daerah Jawa Timur yang diklasifikasikan sebagai rumah sakit

tipe A. Rumah sakit ini telah memenuhi kriteria yang ditetapkan bagi rumah sakit

tipe A, yaitu memiliki pelayanan medis spesialistik luas dan subspesialistik luas

serta merupakan rumah sakit pendidikan dan penelitian bagi tenaga medis. Rumah

sakit ini menjadi pusat rujukan bagi rumah sakit lain di Indonesia bagian timur.

B. Sejarah RSUD Dr. Saiful Anwar

Rumah sakit ini berdiri sebelum perang dunia II dengan nama rumah sakit

Celaket. Rumah Sakit Celaket dipakai sebagai rumah sakit tentara. Tanggal 2

Januari 1974, dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI

No. 001/0/1974, Sekolah Tinggi Kedokteran Malang dijadikan Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, dengan Rumah Sakit Celaket sebagai

tempat praktek. Pada tanggal 12 November 1979 RS Celaket diresmikan sebagai

RSUD Dr. Saiful Anwar (RSSA), dan berperan pula sebagai Rumah sakit

Rujukan Tipe B. Kemudian pada tahun 1981 ditetapkan sebagai Rumah Sakit tipe

8

Page 9: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

B pendidikan kemudian menjadi RSUD Dr. Saiful Anwar pada tahun 2002.

Prestasi Rumah Sakit terus meningkat hingga di tahun 2007 ditetapkan sebagai

Rumah Sakit kelas A milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur. RSUD Dr. Saiful

Anwar Malang merupakan Lembaga Teknis daerah Jawa Timur, dipimpin oleh

seorang direktur yang secara teknis bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan secara operasional bertanggung jawab kepada

Gubernur Jawa Timur melalui Sekretaris Daerah.

Visi RSUD Dr. Saiful Anwar “Menjadi Rumah Sakit Kelas Dunia Pilihan

Masyarakat”.

Sedangkan misinya adalah :

1. Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik melalui penataan dan

perbaikan manajemen yang berkualitas dunia, profesional, serta akuntabel.

2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit yang dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan masyarakat melalui pengembangan sistem

pelayanan yang terintegrasi dan komprehensif.

3. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesehatan melalui

pengembangan mutu pendidikan dan penelitian berkualitas internasional.

4. Meningkatkan kualitas SDM melalui pemenuhan tenaga yang terlatih dan

terdidik secara profesional.

Motto dalam aktivitas adalah : “kepuasan dan keselamatan pasien adalah

tujuan kami” melalui 4 puas yaitu puas penderita, puas karyawan, puas rumah

sakit, puas pemilik dengan mengacu pada landasan operasional, yaitu diagnosa

rasional dengan pengobatan rasional. Slogan yang diterapkan dalam pelayanan

terhadap masyarakat adalah “With Love We Serve” (dengan cinta kami melayani).

Dengan hal tersebut diharapkan pelayanan prima yang menjadi harapan RSSA

terwujud secara maksimal.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar memiliki 4 nilai dasar yaitu:

R = RESPECT

Pelayanan kepada masyarakat diberikan dengan ikhlas tanpa membedakan

status sosial, yang merupakan tindakan terpuji, sehingga masyarakat

9

Page 10: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

merasa dipedulikan dan akan menumbuhkan rasa cinta dan senang kepada

rumah sakit.

S = SAFETY

Pelayanan harus menjamin keselamatan bagi pasien dan keluarganya serta

petugas dan masyarakat, agar terhindar dari bahaya dan ancaman yang bisa

menyebabkan cidera, tertular penyakit, maupun kejadian yang tidak

diinginkan.

S = SINERGY

Pada dasarnya sifat manusia saling membantu, karena setiap manusia tidak

bisa bekerja sendiri. Sistem kerja lintas fungsi dan secara tim menjadi

pijakan utama dalam bekerja. Sistem kerja lintas fungsi menjadikan

organisasi belajar (learning organization) untuk membuat perubahan yang

berkelanjutan yang merupakan awal menuju sukses kelas dunia.

A = ACCOUNTABLE

Sebagai institusi publik, pelayanan yang diberikan harus transparan dan

dapat dipertanggungjawabkan kepada pelanggan dan pihak-pihak yang

berkepentingan.

RSUD Dr. Saiful Anwar mempunyai fasilitas dan kemampuan medis

spesialistik dan subspesialistik dasar. Rumah Sakit ini juga digunakan sebagai

tempat pendidikan dan sebagai Rumah Sakit rujukan Kota atau Kabupaten

Malang, Batu, Pasuruan, Blitar, Lumajang dan Probolinggo.

C. Pelayanan RSUD Dr. Saiful Anwar

RSUD Dr. Saiful Anwar Malang mendapat akreditas penuh untuk 16 jenis

pelayanan sejak Maret 2000. Kemampuan pelayanan RSUD Dr. Saiful Anwar :

1. Pelayanan medis 20 jenis spesialisasi dan 80 jenis subspesialisasi.

2. Pelayanan rawat jalan atau poliklinik sebanyak 17 bagian (penyakit dalam,

kardiologi, paru, bedah, anak, obgyn, saraf, jiwa, kulit dan kelamin, THT,

mata, gigi dan mulut, umum, komplementer, gizi, onkologi dan rehabilitasi

medik).

3. Pelayanan penunjang medis terdiri dari: pelayanan radiologi (radioterapi

dan radiodiagnostik), laboratorium sentral (kimia, gula, darah, hematologi,

10

Page 11: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

serologi, bakteriologi, liquor, transudat, urin, ginjal, TPHA, T3, T4, TSH,

analisa gas darah, parasitologi), Laboratorium Patologi Anatomi (sitologi,

histology, FNAB), Kedokteran forensik dan medik legal, Rehabilitasi

medik, anestesi, Farmasi dan Gizi.

Sarana dan prasarana yang dimiliki :

1. Jumlah tempat tidur rawat inap tahun 2013 sebesar 902 buah dari kelas

utama, kelas I, kelas II, kelas III.

2. Peralatan kedokteran yang dimiliki : USG Colour Dopler, Telegama

therapy cobalt, CT Scan Whole Body, MRI, Mamografi, Gamma Camera,

Bronchoscopy, Endoscopy, Hemodialisa, Electro Enchepalografi,

Automatic Blood Counter, Spirometri dan EECP.

3. Penunjang non medis : ILLS, dapur gizi, water treatment, genset, ketel uap

dan IPAL.

11

Page 12: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Berikut adalah bagan struktur organisasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

12

STRUKTUR ORGANISASI RSU Dr. SAIFUL MAWAR MALANG

Direktur

Wadir Yan Med Keperawatan Wadir Penumpang Pelayanan Wadir Pend & Pengem. Profesi

Bidang Yan

Mad

Bidang

Keperawatan

Seksi pelayanan irna

4 rawat intens 4 pembedahan

Seksi

Pelayanan IRJ & IRD

Instalasi

Seksi

Pelayanan Keperawatan

Seksi Sarana

Tenaga Keperawatan

Bidang

Penunjang Medik

Seksi

Penunjang Diagnostik

Seksi Sarana

Tenaga Keperawatan

Instalasi

Bidang

Penunjang Non Medik

Seksi Penunjang Pelayanan Langsung

Seksi Penunjang Pelayanan

Umum

Bidang RM &

Evaluasi Pelaporan

Seksi Rekam

Medik

Seksi Evaluasi

Pelaporan

Bidang Diulat

Solusi

Pendidikan

Selisi

Penelitian

Instalasi

SMF

Bidang Pengem Profesi

Selisi pengem. Tenaga medik keperawatan

Selisi pengem.

Tenaga non medik

Bagian Umum

Sub Bag Tata

Usaha

Sub Bag

Kepegawaian

Sub Bag. Humas

Pemasaran

Bag

perencanaan anggaran

Sub Bag

Perencanaan

Sub Bag

Anggaran

Sub Bag

Perlengkapan dan Asset

Bag

Keuangan akuntansi

Sub bag

penerimaan & pendapatan

Sub bag. Perbenda

haraan

Sub Bag akunt

& verifikasi

Wadir Umum dan Keuangan

Komite Komite SPI

SFT

Page 13: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

D. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Berdasarkan peraturan menteri Kesehatan RI No. 085/Menkes/Per/1989

tanggal 28 Januari 1989, dinyatakan bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

merupakan salah satu instalasi penunjang medik yang berfungsi menyediakan,

mengelola, memberikan informasi dan mengadakan penelitian tentang obat.

IFRS merupakan unit kerja yang berada dibawah koordinasi Wakil

Direktur II Rumah Sakit (Penunjang Pelayanan) yang berperan sebagai penunjang

kegiatan pelayanan kesehatan.

IFRS di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Tercapainya pelayanan, pendidikan, dan penelitian kefarmasian dengan

mutu, cakupan dan efisiensi yang optimal.

2. Tercapainya pelayanan farmasi Rumah Sakit yang merupakan bagian

sistem pelayanan kesehatan dan pendidikan di Rumah Sakit yang utuh dan

berorientasi pada pasien dengan pola pendekatan pelayanan, penyediaan

obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat serta

pelayanan kebutuhan barang aseptis di Rumah Sakit.

Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Tugas pokok IFRS

adalah menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh

kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di

Rumah Sakit.

Untuk melaksanakan tugas tersebut maka RSUD Dr. Saiful Anwar

membagi fungsi organisasi menjadi 2, yakni manajerial dan fungsional.

Manajerial mencakup pengelolaan tempat, pengadaan barang farmasi, logistik,

distribusi, pelaporan dan evalusai, penempatan Sumber Daya Manusia (SDM),

sekretariat dan administrasi, dimana pelaksanaannya merupakan tanggung jawab

kepala IFRS. Sedangkan fungsi fungsional mencakup pelaksanaan pelayanan,

pendidikan dan penelitian, asuhan farmasi, dimana pelaksanaannya di bawah

tanggung jawab ketua Staf Fungsional Farmasi.

Ruang lingkup IFRS meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

pendistribusiaan barang farmasi serta asuhan farmasi, pengkoordinasian,

pengendalian, pengambilan keputusan pelayanan farmasi dan pemenuhan barang

13

Page 14: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

aseptis di rumah sakit. IFRS juga wajib melaksanakan pendidikan, pelatihan dan

penelitian baik untuk kepentingan Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran, Fakultas

Farmasi maupun institusi pendidikan yang lain.

IFRS mempunyai tugas melaksanakan pelayanan farmasi secara berdaya

guna dan berhasil guna dengan mengupayakan seluruh kebutuhan, penyimpanan,

pendistribusian, pemantauan, pengawasan dan pemberian informasi (KIE) tentang

penggunaan barang farmasi di rumah sakit, melaksanakan pendidikan bagi calon

dokter umum, calon farmasis, tenaga paramedis dan tenaga kesehatan lainnya

serta pengembangan di bidang kefarmasian.

IFRS melaksanakan fungsinya antara lain perencanaan, pengadaaan,

penilaian dan pemilihan mutu, penyimpanan dan pengadministrasian,

pendistribusian, pengendalian dan evaluasi penggunaan barang farmasi,

penyuluhan penggunaan obat, pendidikan dan pelatihan serta pelayanan rujukan

kefarmasian.

14

Page 15: Laporan Managerial AQ

SFT FARMASI

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Berikut adalah bagan struktur organisasi IFRS RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

15

DIREKTUR RSU. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

WAKIL DIREKTUR PENUNJANG PELAYANAN

KEPALA INSTALASI FARMASI

SFT FARMASI

KOORDINATOR DIKLAT & PELATIH

KOORDINATOR ADMINISTRASI

KOORDINATOR PELAYANAN

Kepala Urusan Pelayanan Depo

Kepala Urusan Pelayanan Depo

Penanggung jawab SDF IRNA I

Penanggung jawab SDF IRNA II

PJ SDF IRNA III

PJ SDF IRNA IV

PJ SDF IRJ I

PJ SDF IRJ II

PJ SDF IRJ III

PJ ASKES PNS

PJ SDF IRD

PJ SDF OK IRD

PJ SDF OK IRD

Kepala Urusan Pelayanan Farmasi

Klinik

Penanggung jawab konseling

PJ Pio

PJ. Penanganan sitostafika

PJ. Pencampuran obat

asptis

Kepala Urusan Perencanaan dan

Umum

Pengadministrasi umum dan rumah tangga.

Pengadministrasi blangko resep

Pengadministrasi kepegawaian

Sarana Pelaksana teknis dan

pemelihara sarana medik dan non medik

Pengelola PKRS

Kepala Urusan Pelayanan

Farmasi Dasar

Penanggung jawab ALKES dan Obat

Penanggung jawab Alkohol dan Aquadest

Kepala Urusan Pendidikan dan

penelitian paramedis dan non perawatan dan

umum

Penaggungjawab pendidikan profesi

apoteker

Penaggungjawab pendidikan D3 farmasi

Penaggungjawab Penelitian

Pengelola PKRS

Kepala Urusan Keuangan

Pemegang kas penerimaan

Pemegang kas pengeluaran

Pelaksana penyusun anggaran dan laporan

Pengolah data dan pencatat pembukuan

Kepala Urusan Pengelolaan Obat

dan Alkes

Pengadministrasi umum

Pengadministrasi penerimaan obat dan alkes

Pengadministrasi penyimpanan obat dan alkes

Pengadministrasi pendistribusian obat dan alkes

Urusan Evaluasi dan Klaim

Pengadministrasi rawat jalan

Pengadministrasi rawat inap

Pengadministrasi jam kesmas rawat jalan

Pengadministrasi jamkesmas rawat inap

Pengadministrasi jam kesda rawat jalan

Pengadministrasi jamkesda rawat inap

Pengadministrasi umum rawat inap

Pengadministrasi umum rawat jalan

Pengadministrasi pasien ikatan kerja sama (LKS)

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2011

Page 16: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

E. Manajemen Pengelolaan Barang Farmasi

Pengelolaan barang farmasi di rumah sakit merupakan salah satu segi

manajemen Rumah sakit yang penting, baik dari segi medis maupun ekonomis.

Tujuan pengelolaan barang farmasi adalah agar barang farmasi yang dibutuhkan

setiap saat selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan mutu yang terjamin untuk

mendukung pelayanan yang bermutu di Rumah Sakit.

Manajemen pengelolaan barang farmasi meliputi tahap perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, dan evaluasi. Masing-

masing kegiatan saling tekait, oleh sebab itu kegiatan harus berjalan secara

terpadu. Untuk itu harus diperlukan informasi yang dapat dipercaya sehingga

proses manajemen pengelolaan dapat berjalan secara optimal.

1. Perencanaan

Hal penting yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan

perencanaan adalah masalah anggaran. Proses perencanaan untuk menentukan

jenis dan jumlah barang farmasi yang diperlukan untuk periode pengadaan yang

akan datang, didasarkan atas usulan kebutuhan dari tiap-tiap unit dan disesuaikan

dengan anggaran yang tersedia. Selain itu rencana dapat dilakukan berdasarkan

evaluasi kebutuhan riil periode yang lalu (konsumtif), epidemiologi penyakit atau

kombinasi keduanya.

Untuk memenuhi kebutuhan barang farmasi di rumah sakit, IFRS

melaksanakan kegiatan perencanaan barang farmasi melalui perencanaan tahunan,

triwulan dan bulanan. Secara umum sumber dana atau informasi perencanaan

harus sudah tersedia dua minggu sebelum proses perencanaan, sedangkan proses

perencanaan membutuhkan waktu paling lambat dua bulan kecuali perencanaan

yang bersifat segera.

Data yang dibutuhkan dalam kegiatan perencanaan barang farmasi antara

lain :

i. Dana atau anggaran yang tersedia.

ii. Data penggunaan barang farmasi di masing-masing sub depo farmasi.

16

Page 17: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

iii. Data penggunaan atau stok barang farmasi dari sub depo farmasi dan

logistik farmasi.

iv. Data usulan kebutuhan barang farmasi dari SMF atau instalasi lain.

v. Pola penyakit.

vi. Kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit.

vii. Kebijakan Direktur RSUD Dr. Saiful Anwar.

Perencanaan dilaksanakan oleh Sub Instalasi Perencanan dan pengadaan

yang dijabarkan sebagai berikut :

a) Perencanaan Tahunan

Usulan kebutuhan barang farmasi selama satu tahun dibuat berdasarkan

data penggunaan barang farmasi bulan Januari sampai Desember tahun lalu dan

disesuaikan dengan data usulan kebutuhan dari SMF dan instalasi serta kebijakan

Rumah Sakit. Data tersebut sudah harus terkumpul pada minggu II-III bulan

Januari. Data diolah, disusun dan diajukan ke panitia pembelian barang Rumah

Sakit pada minggu II bulan Februari sebagai data kebutuhan barang farmasi satu

tahun.

b) Perencanaan Triwulan

Usulan kebutuhan farmasi triwulan dibuat berdasarkan data perencanaan

seperti tersebut diatas. Perencanaan ini dibuat untuk kebutuhan empat bulan

karena waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan barang farmasi mulai dari

pengusulan sampai dengan barang datang diperkirakan membutuhkan waktu satu

bulan. Perencanaan akhir harus sudah ke panitia Pengadaan Barang Rumah Sakit

awal bulan Januari, April, Juli, dan Oktober (paling lambat tanggal lima).

c) Perencanaan Bulanan

Usulan kebutuhan persediaan barang farmasi yang sifatnya insidentil

berdasarkan barang farmasi yang persediaannya habis atau menipis dan anggaran

yang tersedia.

2. Pengadaan barang

Pengadaan barang farmasi, seperti halnya kebutuhan Rumah Sakit lainnya,

diselenggarakan oleh Panitia Pembelian Barang Rumah Sakit, berdasarkan usulan

kebutuhan farmasi dan instalasi farmasi baik perencanaan tahunan, triwulan dan

17

Page 18: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

bulanan. Pengadaan dilakukan melalui tender/lelang yang dilakukan setiap tiga

bulan sekali. Pengadaan barang farmasi berdasarkan nilai nominal transaksi

pembelian, di mana transaksi pembelian di atas 200 juta dilakukan tender terbuka.

Transaksi pembelian 100-200 juta dilakukan tender terbatas (minimal 3 CV atau 3

PT), sedangkan transaksi di bawah 100 juta dilakukan penunjukan langsung serta

untuk transaksi kurang dari 1 juta dilakukan pembelian langsung.

Anggaran pengadaan barang farmasi Rumah Sakit diperoleh dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Dana Alokasi Umum (DAU),

Operasional Pemeliharaan Rumah Sakit (OPRS), Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) Tingkat I, Swadana dan Subsidi Gakin/PDPSE.

Berdasarkan anggaran yang tersedia, panitia melihat usulan barang farmasi

tersebut. Barang-barang yang diadakan meliputi barang rutin contohnya obat dan

alkes dan non rutin contohnya peralatan medis. Bila anggaran yang tersedia tidak

mencukupi, maka usulan kebutuhan farmasi dikembalikan ke instalasi farmasi

untuk dikurangi jenis atau jumlahnya guna menyesuaikan dengan anggaran yang

tersedia.

Dalam keadaan mendesak dimana jumlah obat atau alkes habis pakai yang

diperlukan dalam pelayanan sudah menipis atau tidak tersedia dapat dilakukan

pengadaan yang sifatnya insidentil (cito), tanpa melalui proses tender tetapi

melalui pembelian langsung.

3. Penerimaan barang

Barang farmasi yang diadakan kemudian dikirim oleh rekanan Rumah

Sakit dan diperiksa oleh Tim Pemeriksa dan Penerima Barang Rumah Sakit

bersama petugas Sub Instalasi Logistik, untuk mencocokkan spesifikasi barang

yang datang dengan Surat Perintah Kerja (SPK). Hal-hal yang diperiksa antara

lain nama, merk, jumlah, kualitas, harga dan tanggal kadaluarsa (obat dan alkes

minimal 2 tahun sedangkan reagensia/bahan laboratorium minimal 6 bulan). Bila

barang-barang tersebut memenuhi syarat, barulah barang farmasi tersebut diterima

dan dilakukan penyimpanan.

18

Page 19: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

4. Penyimpanan barang

Penyimpanan barang farmasi dilakukan sesuai dengan persyaratan

farmasetis (fisika dan kimia dari bahan), untuk memenuhi kriteria aman tertib

administrasi. Barang farmasi disimpan berdasarkan jenis (obat, film, reagen, gas

medik, alat kesehatan), bentuk sediaan (padat, cair, semisolid), status pasien yaitu

umum dan penjamin serta berdasarkan kelas terapinya agar memudahkan dalam

pengambilan sehingga mempercepat dan memperlancar pelayanan. Selain itu,

penyimpanan barang farmasi juga menggunakan sistem FIFO (first in first out)

sehingga mempermudah pengawasan dalam hal persediaan serta tanggal

kadaluarsanya, selain itu juga memenuhi kriteria aman dan tertib administrasinya.

Serum, vaksin dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu

tubuh disimpan dalam lemari es dengan suhu terkontrol (2-8oC). Penyimpanan

obat didasarkan atas obat generik dan obat paten, berdasarkan bentuk sediaan

(tablet dan kapsul, injeksi, tetes) dan stabilitasnya. Penyusunan obat dilakukan

secara alfabetis memiliki keuntungan yaitu untuk mempermudah pengambilan

obat saat diperlukan. Sedangkan kerugiannya dapat mengakibatkan kesalahan

pengambilan karena adanya kemiripan (Look A Like Sound A Like/LASA).

Pencegahan kesalahan dapat dilakukan dengan memisahkan obat yang namanya

mirip dan obat dengan nama sama tetapi dosisnya berbeda. Penyimpanan obat-

obat narkotika disimpan dalam almari khusus sesuai dengan Permenkes No. 28

Tahun 1978 untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti

penyalahgunaan obat-obat narkotika.

5. Distribusi barang

Barang farmasi di logistik didistribusikan ke Sub Depo Farmasi kemudian

digunakan untuk pelayanan kepada pasien. Distribusi dilakukan secara langsung

ke satuan kerja, misalnya instalasi farmasi, radiologi, dan laborat yang meliputi

reagen, tabung oksigen, film, gas medis. Selain itu distribusi juga dilakukan ke

sub depo seperti, alat kesehatan habis pakai, bahan dasar, obat dasar, dan obat-

obatan life saving. Depo farmasi yang ada bermanfaat untuk mendekatkan dan

mempercepat pelayanan obat dan alat kesehatan kepada pasien.

19

Page 20: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Cara distribusi barang farmasi pada masing-masing depo berbeda-beda,

disesuaikan dengan situasi di tempat pelayanan, antara lain pengambilan obat

berdasarkan resep dokter atau menggunakan formulir pemakaian obat/alkes atau

sistem floor stock di ruangan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) atau

melalui formulir yang disesuaikan dengan kebutuhan barang farmasi di ruangan

tersebut.

Untuk menunjang pelaksanaan pelayanan farmasi di rumah sakit maka

dibentuk beberapa sub depo farmasi (SDF) yang merupakan aplikasi SK

Gubernur No.11/2003. Pendanaan depo farmasi didapatkan dari revolving fund

atau pinjaman dari rumah sakit. Sistem manajemen yang digunakan pada sub depo

farmasi adalah sistem satu pintu melalui instalasi farmasi. System satu pintu

adalah bahwa rumah sakit hanya memiliki satu kebijakan kefarmasian termasuk

pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian alat kesehatan, sediaan

farmasi, dan bahan habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan

pasien (UU No.44 th 2009).

6. Pengendalian barang

Pengendalian barang farmasi diutamakan pada ketersediaannya, khususnya

obat Life Saving, bahan dasar, barang farmasi untuk tindakan, barang farmasi fast

moving, dan barang farmasi kadaluarsa pendek.

Pengendalian dilakukan setiap saat atau periodik per minggu, dua

mingguan, bulanan, triwulanan dan tahunan. Informasi yang dibutuhkan untuk

pengendalian adalah stok awal, data pemakaian dan keadaan barang, meliputi

jenis, jumlah dan tanggal kadaluarsa, jumlah barang rusak, laporan penggunaan

barang farmasi serta surat permintaan. Pengendalian tersebut dilakukan oleh

koordinator masing-masing depo.

7. Evaluasi dan Pelaporan

Tujuan diadakan evaluasi dan pelaporan adalah tercapainya evaluasi dan

pelaporan dengan mutu, cakupan, dan efisiensi yang optimal melalui pencatatan

dan pelaporan kegiatan organisasi Instalasi Farmasi.

20

Page 21: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Evaluasi barang farmasi Rumah Sakit secara garis besar meliputi:

a) Jenis dan jumlah barang farmasi yang direncanakan dan diadakan

contohnya pengadaan obat dan alkes.

b) Jenis dan barang farmasi yang diterima baik tidak sesuai dengan

spesifikasi misalnya jenis dan jumlahnya sesuai tapi expired date

barang tersebut singkat.

c) Jenis dan jumlah barang farmasi yang tersedia dan yang digunakan.

d) Jenis dan jumlah farmasi yang rusak, kadaluarsa dan hilang.

e) Jenis dan barang farmasi yang diminta Depo Farmasi atau Instalasi,

yang disediakan oleh logistik contohnya bahan-bahan dasar seperi kasa,

kapas dan lain-lain.

21

Page 22: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

BAB III

DEPO FARMASI DAN RUANG RAWAT INAP

I. DEPO FARMASI

A. GUDANG LOGISTIK FARMASI

1. Tinjauan Gudang Logistik Farmasi

Gudang Logistik Farmasi merupakan tempat penyimpanan barang medis

rumah sakit, baik barang medis rutin maupun barang medis non rutin. Barang

medis rutin yaitu barang-barang dasar yang harus tersedia di rumah sakit karena

sering digunakan oleh orang banyak, tidak diresepkan karena termasuk dalam tarif

dasar rumah sakit dan selalu digunakan dalam pelayanan kesehatan yang

berkaitan dengan tindakan langsung dari perawat dan dokter terhadap pasien.

Misalnya obat dan alkes habis pakai, gas medis, bahan film, reagensia, bahan gigi.

Sedangkan barang medis non rutin yaitu barang-barang diluar barang rutin, yang

diresepkan oleh dokter dan berbentuk dalam kemasan tidak habis pakai. Misalnya

alat kedokteran dan alat keperawatan.

2. Organisasi Gudang Logistik Farmasi

Penanggung jawab Gudang Logistik Farmasi adalah seorang apoteker

yang membawahi beberapa pelaksanaan yang terdiri dari bagian penerimaan,

penyimpanan dan pendistribusian barang farmasi.

Kegiatan penyimpanan barang farmasi terdiri dari :

a. Penyimpanan I meliputi barang farmasi yang berupa obat, bahan baku, bahan

kimia/laboratorium, reagen, gas medik, cairan infus.

b. Penyimpanan II meliputi barang farmasi yang berupa alat kesehatan habis

pakai, bahan radiologi, bahan gigi.

3. Kegiatan Gudang Logistik Farmasi

a. Melaksanakan penerimaan barang farmasi

Alur kegiatan penerimaan barang farmasi yaitu :

1) Petugas gudang Logistik Farmasi bersama Tim Pemeriksa dan Penerimaan

Barang Rumah sakit menerima barang farmasi yang dikirim oleh rekanan

rumah sakit sesuai dengan spesifikasi pada SPK yang meliputi jenis, nama,

22

Page 23: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

merk, jumlah, kualitas barang farmasi dan tanggal kadaluarsa (untuk obat

minimal 2 tahun dan bahan laboratorium atau reagen kimia minimal 6

bulan).

2) Setelah memenuhi persyaratan, barang farmasi diterima dan ditandatangani

oleh koordinator logistik farmasi yang selanjutnya dilakukan penyimpanan.

3) Melakukan pencatatan pada buku BBM.

4) Melakukan pencatatan pada kartu barang dan kartu meja.

b. Melaksanakan Penyimpanan barang farmasi

Penyimpanan dilakukan dengan baik sesuai dengan aturan penyimpanan

barang farmasi dengan tujuan agar mutu dan keamanan barang terjamin, proses

pencairan serta pendistribusian barang menjadi mudah dan cepat.

Penyimpanan dilakukan dengan cara :

1) Sistem FIFO (first in first out) yaitu barang yang datang lebih dahulu akan

didistribusikan lebih dahulu.

2) Sistem FEFO (first expired first out) yaitu barang dengan tanggal kadaluarsa

terdekat akan didistribusikan lebih dahulu.

3) Sistem slow moving diletakkan dibagian depan dan fast moving diletakkan

dibagian belakang.

4) Pemisahan tempat untuk barang farmasi berdasarkan bentuk sediaan (padat,

setengah padat, cair), sifat barang (mudah menguap, mudah terbakar).

5) Sistem pencatatan pada kartu meliputi Kartu Barang dan Kartu Meja.

6) Sistem opname dilakukan setiap bulan sebagai bahan penyusun laporan.

c. Melaksanakan Pendistribusian

1) Barang Farmasi rutin :

a) Penyaluran dilakukan berdasarkan Surat Permintaan Pengeluaran (SPP)

yang diisi lengkap dan ditandatangani oleh kepala unit/ instalasi/koordinator

Depo Farmasi yang membutuhkan.

b) SPP diajukan ke Logistik Farmasi untuk disetujui dan ditandatangani oleh

kepala sub unit instalasi Logistik Farmasi.

c) Pelaksana gudang dan petugas gudang menyiapkan barang farmasi sesuai

dengan permitaan untuk waktu tertentu.

23

Page 24: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

d) Setelah memeriksa kebenaran barang farmasi yang disiapkan, pelaksana

gudang menandatangani SPP yang ditandatangani oleh petugas penerima

unit/instalasi yang membutuhkan.

e) Barang yang sudah dikeluarkan dicatat pada Bukti Barang Keluar (BBK).

f) Tiap kali mengeluarkan barang, dicatat pada kartu barang dan kartu meja.

2) Barang farmasi non rutin :

a) Penyaluran barang farmasi non rutin (misalnya alat-alat kedokteran)

dilakukan berdasarkan SP yang diisi lengkap dan ditandatangani oleh kepala

unit/instalasi yang membutuhkan.

b) SP diajukan ke bidang Perawatan/Pelayanan Medik/Penunjang Medik yang

diketahui dan disetujui/ditandatangani, kemudian diberi kode nomor

inventaris.

c) SP diajukan ke Logistik Farmasi untuk disetujui dan ditandatangani oleh

kepala sub unit instalasi Logistik Farmasi.

d) Petugas logistik gudang menerima SP dan menyiapkan barang farmasi yang

sesuai dengan permintaan serta memeriksa kebenaran barang farmasi yang

disiapkan, menandatangani SP kemudian mengeluarkan barang farmasi

tersebut.

e) Petugas logistik gudang mencatat barang yang dikeluarkan pada BBK.

f) Tiap kali mengeluarkan barang dicatat pada kartu barang dan kartu meja.

Dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari, gudang Logistik Farmasi

mempunyai prosedur tetap (Lampiran 1) yang harus dilakukan oleh semua

karyawan yang bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan yang

dilakukan.

24

Page 25: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

4. Standar Operasional Prosedur Kegiatan

Tabel 1. SOP Penerimaan Barang Farmasi Rumah Sakit

Pengertian Penerimaan barang farmasi adalah bagian dari pengelolaan barang farmasi yang berfungsi menerima obat dan alat kesehatan dan rekanan Rumah Sakit sesuai spesifikasi yang tertera pada Surat perintah Kerja atau Surat Pesanan

Tujuan Melaksanakan pengelolaan barang farmasi sesuai tugas dan fungsi logistik farmasi melalui penerimaan obat dan alat kesehatan sesuai aturan yang berlaku

Kebijakan Setiap penerimaan barang farmasi rumah sakit di logistik farmasi dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah Kerja atau Surat Pesanan

Prosedur 1. Penanggung jawab logistik farmasi bersama tim pemeriksa dan penerima barang rumah sakit menerima barang farmasi yang dikirim oleh rekanan rumah sakit sesuai spesifikasi pada Surat Pesanan (SP) atau Surat Perintah Kerja (SPK), meliputi :a. Jenis atau nama barangb. Merk c. Jumlahd. Kualitas barange. Tanggal kadaluarsa (ED) minimal 2 tahun kecuali

reagensia atau bahan laboratorium minimal 6 bulan2. Tim pemeriksa dan penerima barang rumah sakit

menandatangani bukti pengiriman barang dan membuat Berita Acara Penerima Barang

3. Tim pemeriksa dan penerima barang rumah sakit menyerahkan barang farmasi kepada penanggung jawab logistik farmasi

4. Penanggung jawab logistik farmasi memeriksa kebenaran kualitas dan kuantitas barang farmasi yang diterima dan menandatangani penerimaan barang

5. Penanggung jawab logistik farmasi menyerahkan barang farmasi kepada petugas logistik farmasi untuk disimpan

Unit Terkait 1. Sub Instalasi Farmasi2. Panitia Pembelian Rumah Sakit

25

Page 26: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Tabel 2. SOP Penyimpanan Barang Farmasi Rumah Sakit

Pengertian Penyimpanan barang farmasi rumah sakit adalah bagian dari pengelolaan barang farmasi yang berfungsi menyimpan obat dan alkes rumah sakit.

Tujuan Melaksanakan pengelolaan barang farmasi sesuai tugas dan fungsi logistik farmasi melalui penyimpanan obat dan alat kesehatan sesuai aturan yang berlaku.

Kebijakan Penyimpanan barang farmasi dilakukan secara baik sesuai tugas dan fungsi logistik farmasi melalui penyimpanan obat dan alkes sesuai aturan yang berlaku.

Prosedur 1. Penanggung jawab logistik farmasi menerima barang farmasi yang diserahkan oleh panitia pemeriksa dan penerima barang rumah sakit.

2. Pelaksana logistik farmasi menyimpan barang farmasi menurut jenis barang (obat jadi, cairan infus, radiofarmasi, alat perawatan, alat kedokteran, alat kesehatan habis pakai, gas medik, disinfektan, reagensia, bahan gigi, bahan baku, bahan kimia) dengan pemisahan tempat/ruang barang farmasi untuk sediaan padat, setengah padat, cair, termolabil, mudah menguap/terbakar.

3. Pelaksana logistik farmasi mengatur berdasarkan efek farmakologi/kelas terapi

4. Pelaksana logistik farmasi menyimpan barang farmasi menggunakan system FIFO (first in first out) yaitu barang yang datang lebih dahulu akan dikeluarkan terlebih dahulu dan/ waktu kadaluarsa terdekat dikeluarkan terlebih dahulu. Sedangkan untuk barang farmasi slow moving diletakkan di bagian depan dan fast moving dibagian belakang.

5. Pelaksana logistik farmasi memasukkan data barang ke dalam kartu barang dan kartu meja.

6. Pelaksana logistik farmasi membukukan barang farmasi tersebut pada buku bukti barang masuk.

7. Petugas administrasi logistik farmasi mengarsipkan berkas Berita Acara Penerimaan Barang, Surat Perintah Kerja dan bukti penerimaan barang

Unit Terkait Sub Instalasi Farmasi

26

Page 27: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Tabel 3. SOP Penyaluran Barang Farmasi Rumah Sakit

Pengertian 1. Penyaluran barang farmasi rutin rumah sakit adalah bagian dari pengelolaan barang farmasi yang berfungsi atau mendistribusikan barang farmasi kesehatan rumah sakit.

2. Barang farmasi rutin adalah barang farmasi umumnya sekali pakai habis yang pengadaannya dilakukan secara rutin. Contoh barang farmasi rutin antar lain obat, alat kesehatan habis pakai, film, gas medik, reagen, vaksin.

Tujuan Melaksanakan pengelolaan barang farmasi sesuai tugas dan fungsi logistik farmasi melalui penyaluran barang farmasi sesuai aturan yang berlaku

Kebijakan Penyaluran barang farmasi dilakukan secara baik dan teratur sesuai aturan agar pelayanan unit terkait mudah dan lancar.

Prosedur 1. Kepala unit atau instalasi mengajukan permintaan barang farmasi melalui surat permintaan dan pengeluaran yang diisi lengkap.

2. Petugas unit atau instalasi mengajukan surat permintaan dan pengeluaran barang ke logistik farmasi

3. Penanggung jawab logistik farmasi memeriksa dan menandatangani surat permintaan dan pengeluaran barang.

4. Pelaksana logistik farmasi menyiapkan barang farmasi sesuai permintaan dan pengeluaran barang.

5. Pelaksana logistik farmasi menyerahkan barang dan menandatangani surat permintaan dan pengeluaran barang tersebut

6. Petugas unit atau instalasi menerima barang farmasi.Unit Terkait 1. Sub Instalasi Farmasi

2. Unit atau Instalasi Pelayanan

27

Page 28: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Tabel 4. Prosedur Tetap apengadaan Langsung Barang dan Jasa di Instalasi Farmasi

Pengetian Standar Oprasional dan Prosedur (SPO) pengadaan barang/jasa di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yang dananya bersumber dari Jasa Layanan dengan pihak lain dan hasil usaha lainya dimasudkan untukmenjabarkan secara rinci segala langkah yang harus ditempuh dalam rangka menyamakan pola piker, pengertian, dan member pedoman pelaksanan teknis dan administratif dalam prosedur pengadaan barang/jasa melalui pengadaan langsung.

Tujuan 1. Untuk efektifitas dan flesibilitas barang dan jasa di Instalasi Farmasi

2. Untuk pempercepat pengadaan barang dan jasa yang digunakan untuk pelayanan kepada penderita langsung

3. Untuk mendapatkan barang dari berbagai sumber barang (distributor/subdistributor dan penyedia barang / jasa lain) yang mempunyai kemapuan untuk melaksanakan pengadaan barang/secara langsung.

Kebijakan

1. Anggaran Peningkatan pelayanan Farmasi RSSA2. Menunjuk langsung 1 (Satu) penyedia barang atau jasa3. Pengadaan langsung adalah metode pengadaan barang/jasa

dengan:a. Niali sampai dengan Rp. 250.000.000,- (Dua Ratus

Lima Puluh Juta Rupiah) utuk pengadaan barang langsung farmasi.

b. Nilai sampai dengan Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah) pengadaan langsung barang dan jasa lainnya.

4. Pengadaan langsung dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa setelah mendapat persetujuaan Pejabat Pembuat Komitmen (PPKn).

5. Pengerjaan sampai dengan Rp.50.000.000,- bentuk kontrak berupa kwitansi utuk Perbekalan Farmasi.

6. Pekerjaan dengan nilai diatas Rp.50.000.000,- sampai dengan Rp.250.000.000,- bentuk kontrak berupa Surat Pesanan (SP) atau Order Kerja (OK) tanpa jaminaan pelaksanaan untuk pengadaan Perbekalan Farmasi.

7. Pekerjaan dengan nilai Rp.5.000.000,- sampai dengan Rp.10.000.000,- bentuk kontrak berupa Surat Pesanan (SP) atau Order Kerja (OK) untuk pengadaan barang / jasa lain.

28

Page 29: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

8. Perkerjaan sampai dengan Rp. 5.000.000,- bentuk kontrak berupa kwitansi untuk pengadaan barang / jasa lain.

9. Perkerjaan dengan nilai atas Rp.10.000.000,- samapi dengan Rp.100.000.000,- bentuk kontrak berupa Surat Perintah Kerja / SPK tanpa jaminan pelaksanaan untuk pengadaam barang/ jasa lain.

B. GUDANG DEPO FARMASI

1. Tinjauan Gudang Depo Farmasi

Gudang Depo Farmasi memiliki empat ruang, pertama tempat untuk

barang datang dari PBF di cek terlebih dahulu kemudian disimpan sesuai

tempatnya. Kedua untuk tempat permintaan barang dalam jumlah banyak, almari

psikotropik dan narkotik serta ruangan untuk petugas dan kepala gudang. Ketiga

untuk penyimpanan barang regular (langsung bayar) dan barang umum, alat

kesehatan, dan penjamin yang diletakkan dalam kulkas dilengkapi dengan

pengatur suhu. Keempat penyimpanan barang dalam jumlah banyak disesuaikan

dengan golongan rak 1 tablet, injeksi, sirup, dan salep untuk alkes PNS. Rak 2

untuk maskin terdapat injeksi dan sirup. Rak 3 khusus untuk tablet dan 2 rak

untuk barang regular. Ada 2 macam kartu stok yaitu putih untuk barang penjamin

dan biru untuk alkes.

2. Kegiatan di Gudang Depo Farmasi

a. Pemeriksaan dan Penerimaan Barang Farmasi

Bagian gudang memeriksa dan menerima barang farmasi dari PBF dengan

menyesuaikan Surat Permintaan atau Surat Perintah Kerja meliputi jenis dan nama

barang, merk, jumlah, kualitas dan tanggal kadaluarsa. Barang yang sudah

diperiksa dan sesuai dengan spesifikasi pesanan diterima dan ditandatangani oleh

ketua tim pemeriksa dan penerimaan gudang depo farmasi lalu kemudian

diserahkan kepada bagian penyimpanan.

b. Pengelolaan dan penyimpanan perbekalan farmasi

Penyediaan barang farmasi adalah bagian dari pengelolaan barang yang

berfungsi menyimpan obat dan alat kesehatan rumah sakit. Tujuannya adalah

29

Page 30: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

melaksanakan pengelolaan barang farmasi sesuai tugas dan fungsi melalui

penyimpanan obat dan alat kesehatan. Penyimpanan obat dan alat kesehatan

disesuaikan dengan aturan penyimpanannya atau dengan penyimpanan khusus.

Penyimpanan dengan rak, palet atau alat pendingin khusus. Penyimpanan khusus

dengan alat pendingin disesuaikan dengan alat pendingin yang dibuat khusus

untuk penyimpanan dengan dilengkapi alat pengukur suhu.

c. Pendistribusian perbekalan farmasi

Pendistribusian perbekalan farmasi dari gudang depo farmasi adalah

adalah proses penyaluran perbekalan farmasi ke sub depo yang ada di lingkungan

rumah sakit. Pendistribuasian perbekalan farmasi dari gudang depo dilakukan

sesuai dengan Surat Permintaan dari sub depo (rawat jalan/rawat inap).

Permintaan dari sub depo dilakuakan tiap minggu dengan memasukkan daftar

barang farmasi yang dipesan melalui program dikomputer masing-masing sub

depo yang terintegrasi dengan komputer di gudang depo. Data permintaan yang

telah masuk di gudang depo akan dikelompokkan sesuai dengan penyedia barang

farmasi (PBF) untuk kemudian dipesankan ke masing-masing PBF. Untuk

keteraturan dalam penyaluran perbekalan farmasi, maka dibuat penjadwalan

dalam pelayanannya. Barang farmasi untuk pelayanan reguler dipesankan setiap

hari senin dan didistribusikan hari Rabu. Pelayanan barang farmasi untuk ASKES

dan penjamin dipesankan setiap hari selasa dan akan didistribusikan pada hari

kamis. Pelayanan barang farmasi yang dibutuhkan dalam waktu cepat/segera

(CITO) dilayani pada hari Jum’at dan Sabtu.

C. SUB DEPO FARMASI OK SENTRAL

1. Tinjauan Sub Depo Farmasi OK Sentral

Sub Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (OK Sentral) adalah depo

farmasi yang khusus melayani kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan untuk

kamar operasi dan pasien-pasien operasi di RSUD Dr. Saiful Anwar. Dimana

terdapat dua jenis operasi yang dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar yaitu

operasi bedah dan anestesi. Dalam ruang bedah sentral (OK sentral) terdapat 12

30

Page 31: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

kamar operasi dan tiap kamarnya dilakukan 5 operasi. Dari 12 kamar tersebut

setiap kamar memiliki fungsi sendiri-sendiri:

a. Kamar Operasi 1 digunakan untuk operasi lokal

b. Kamar Operasi 2 digunakan untuk operasi bedah anak

c. Kamar Operasi 3 digunakan untuk operasi urologi

d. Kamar Operasi 4 digunakan untuk operasi degestif

e. Kamar Operasi 5 digunakan untuk operasi obgin

f. Kamar Operasi 6 digunakan untuk operasi THT

g. Kamar Operasi 7 digunakan untuk operasi onkologi

h. Kamar Operasi 8 digunakan untuk operasi obgin penyakit-penyakit

i. Kamar Operasi 9 digunakan untuk operasi bedah syaraf

j. Kamar Operasi 10 digunakan untuk operasi ortopedi

k. Kamar Operasi 11 digunakan untuk operasi IRD (Instalasi Rawat Darurat)

l. Kamar Operasi 12 digunakan untuk operasi mata

Dalam ruang Depo Farmasi OK sentral terdapat 3 lemari yang digunakan

sebagai wadah alat-alat kesehatan dan seediaan obat injeksi dan satu lemari es

yang digunakan untuk sediaan injeksi yang memang harus diletakkan dalam suhu

dingin.

2. Kegiatan di Sub Depo Farmasi OK Sentral

a. Pengadaan

1. Petugas Depo Farmasi merencanakan kebutuhan barang farmasi

berdasarkan jenis dan jumlah barang farmasi pengeluarannya sebelumnya

dan usulan dari Instalasi Bedah Sentral secara tertulis (Bedah dan

Anestesi).

2. Petugas depo farmasi menulis jenis dan jumlah barang farmasi secara

online ke logistik distribusi dan depo farmasi pusat.

3. Petugas depo farmasi menyerahkan Surat Permintaan barang farmasi ke

koordinator depo farmasi bedah sentral untuk diperiksa dan disetujui serta

ditandatangani.

4. Koordinator depo farmasi bedah sentral menyerahkan surat permintaan

barang farmasi ke petugas depo farmasi.

31

Page 32: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

5. Petugas depo farmasi menyerahkan surat permintaan barang farmasi ke

petugas logistik dan depo pusat.

6. Petugas logistik distribusi dan depo pusat menerima dan menyiapkan

barang farmasi sesuai surat permintaan.

7. Petugas logistik distribusi dan depo pusat menyerahkan barang farmasi ke

petugas mobilisasi barang farmasi.

8. Petugas mobilisasi barang farmaasi menyerahkan barang farmasi ke

petugas depo farmasi bedah sentral.

b. Penerimaan dan Penyimpanan

1. Petugas depo farmasi bedah sentral menerima barang farmasi dari gudang

logistik distribusi dan depo farmasi pusat.

2. Petugas depo farmasi bedah sentral memeriksa barang farmasi dari

gudang logistik distribusi dan depo farmasi pusat.

3. Petugas depo farmasi bedah sentral mencatat barang farmasi tersebut pada

kartu stok barang farmasi dari gudang logistik distribusi dan depo farmasi

pusat.

4. Petugas depo farmasi bedah sentral menyimpan barang farmasi sesuai

aturan yang berlaku.

c. Pendistribusian

Setiap kali diselenggarakan operasi terencana (efektif), petugas dari kamar

bedah mengisi buku permintaan barang farmasi di depo farmasi bedah sentral .

Buku permintaan dibedakan menjadi dua, yaitu untuk petugas bedah dan untuk

petugas anestesi.

D. SUB DEPO FARMASI OK INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD)

1. Tinjauan Sub Depo Farmasi OK IRD

Sub depo OK Instalasi Rawat Darurat (IRD) adalah bagian dari depo

farmasi rumah sakit yang memberikan pelayanan terhadap petugas kesehatan akan

perbekalan farmasi, umumnya berupa obat dan alat kesehatan untuk keperluan

operasi pada pasien RSUD Dr. Saiful Anwar. Perbekalan farmasi yang dilayani

32

Page 33: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

pada ruang bedah (OK) IRD pada umumnya untuk tindakan bedah dan anestesi.

Dalam ruang bedah OK IRD terdapat 3 (tiga) ruang operasi.

Dalam sub depo OK IRD terdapat alat penyimpanan perbekalan farmasi

berupa rak, palet lemari, alat pendingin dan fluid warmer cabinet. Alat kesehatan

dan obat ditata di rak yang terpisah untuk memudahkan dalam pelayanan. Stok

obat dan alat kesehatan disimpan dalam lemari dengan kaca transparan. Stok

cairan (Norma salin, Ringer laktat, Dextrosa, HES dan lain-lain) disusun rapi

diatas palet kayu. Penyimpanan khusus berupa obat anestesi dan obat lainnya

disimpan dalam lemari pendingin yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu

(suhu 2-8°C). Fluid warmer cabinet digunakan untuk menghangatkan cairan

(Norma Salin, Ringer Laktat) yang digunakan untuk keperluan selama operasi

berlangsung, suhu penghangatan antara 36-37°C.

2. Kegiatan di Sub Depo Farmasi OK IRD

Kegiatan di sub depo farmasi OK IRD sebagai berikut :

a. Perencanaan

Sub Depo Farmasi OK IRD masih merupakan bagian dari Sub Depo

Farmasi IRD. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan melihat stok

minimal setiap barang pada tiap minggunya. Perencanaan perbekalan farmasi

digunakan untuk menyediakan stok perbekalan farmasi untuk pelayanan 1

(satu) minggu.

b. Pengadaan

Pengadaan perbekalan farmasi sub depo farmasi OK IRD dilakukan

dengan membuat surat permintaan kepada gudang logistik dan gudang depo

farmasi. Permintaan terhadap perbekalan farmasi dilakukan dengan mengisi

form online data perbekalan farmasi yang akan diadakan pada komputer di

sub depo farmasi OK IRD yang sudah terintegrasi dengan komputer Gudang

Logistik dan Gudang Depo Farmasi. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan

tiap minggu (hari Senin).

c. Penerimaan

Perbekalan farmasi yang dikirim dari gudang logistik dan gudang depo

farmasi ke sub depo OK IRD diterima oleh petugas penerimaan dengan

33

Page 34: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

mengecek kesesuaian dengan permintaan (Nama barang, merk, jumlah dan

tanggal kadaluarsa) dan menandatangani surat tanda pengiriman barang.

Petugas penerimaan kemudian menyerahkan barang farmasi untuk disimpan

sesuai dengan aturan penyimpanannya.

d. Pendistribusian (Pelayanan)

Setiap akan dilaksanakan tindakan operasi, petugas dari OK IRD akan

mengisi buku permintaan barang farmasi yang telah disediakan, dimana buku

terbagi menjadi 2 (dua) yaitu buku bedah dan buku anestesi dan masing-

masing buku disediakan untuk ketiga ruang operasi (total ada 6 buku).

Setelah petugas operasi OK IRD menulis permintaan dibuku yang disediakan,

petugas sub depo farmasi OK IRD akan menyiapkan barang farmasi yang

dipesan dan kemudian ditempatkan pada suatu kotak. Kemudian barang

farmasi yang telah disiapkan akan diserahkan kepada petugas operasi OK

IRD.

Pada pelayanan barang farmasi di sub depo farmasi OK IRD

dimungkinkan untuk retur (mengembalikan) barang farmasi yang tersisa atau

tidak digunakan selama operasi berlangsung. Setelah operasi selesai, petugas

operasi mengembalikan kotak yang berisi berang farmasi yang tersisa atau

tidak digunakan kepada petugas farmasi. Petugas farmasi menerima retur

barang dari petugas operasi, kemudian mencatat jenis/nama barang dan

jumlah yang digunakan lalu dientry ke komputer untuk penghitungan biaya.

e. Pelaporan

Pelaporan kegiatan di sub depo farmasi OK IRD dilakukan tiap hari pada

masing-masing shift kerja. Pelaporan harian berisi nama pasien, jenis

tindakan dan jumlah total biaya. Laporan harian ini tiap bulannya akan

dilaporkan ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS).

E. SUB DEPO FARMASI INSTALASI RAWAT DARURAT (IRD)

1. Tinjauan Sub Depo Farmasi IRD

Depo Farmasi Instalasi Rawat Darurat adalah tempat pelayanan resep obat

dan alat kesehatan dari dokter penulis resep sampai obat dan alat kesehatan

34

Page 35: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

diterima pasien Instalasi Rawat Darurat. SDF IRD bertujuan untuk

menyelenggarakan pelayanan obat dan alat kesehatan oleh SDF IRD untuk pasien

gawat darurat. SDF IRD memiliki kebijakan bahwa resep dan pembayaran obat

dan alat kesehatan pasien dilayani oleh SDF IRD serta semua petugas IRD

membantu mengarahkan atau menyerahkan resep pasien untuk dilayani SDF IRD.

Pasien yang dilayani adalah pasien umum, pasien rujukan, pasien Jamkesmas,

pasien Jamkesda, dan pasien ASKES PNS.

2. Kegiatan di Sub Depo Farmasi IRD

a. Pengadaan barang di SDF IRD dilakukan dengan sistem Individual

Prescribing. Dalam sistem ini apoteker yang menjadi koordinator memeriksa

ketersediaan barang farmasi dan melakukan pemesanan terhadap barang yang

hampir habis. Kemudian petugas gudang akan mengantarkan barang-barang

yang dipesan ke SDF IRD.

b. Penyimpanan obat-obatan disesuaikan dengan sifat fisika kimia obat tersebut.

Sementara alkes diletakkan di rak-rak yang telah ditentukan.

c. Penataan barang-barang farmasi disesuaikan dengan bentuk sediaan dan

disusun secara alfabetis.

d. Pendistribusian barang-barang farmasi tersebut dilakukan melalui pelayanan

resep.

e. Pencatatan dan pelaporan terhadap pengeluaran dan pemasukan barang-barang

farmasi dilakukan setiap hari dan dilaporkan setiap bulan ke koordinator SDF

IRD kemudian dilakukan stok opname setiap bulan pula.

F. SUB DEPO FARMASI INSTALASI RAWAT JALAN I (SDF IRJ I)

1. Tinjauan Sub Depo Farmasi IRJ I

Sub Depo Farmasi IRJ I RSU Dr. Saiful Anwar terletak di lantai 2

berhadapan dengan Poli Mata dan Poli Anak. Sub depo ini melayani resep umum

dan resep ASKES dari beberapa poli seperti poli mata, poli anak, poli penyakit

dalam, dan poli THT. Jadwal pelayanan kefarmsian di SDF ini dimulai sejak

pukul 07.00-15.00. Waktu pelayanan yang maksimal dari Sub Depo ini bertujuan

35

Page 36: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

untuk memenuhi kebutuhan pasien atas sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

yang dibutuhkannya demi terjaminnya kepuasan pasien.

Di Sub Depo Farmasi ini memiliki seorang apoteker yang membawahi

beberapa asisten apoteker. Pembagian tugas pekerjaan dilakukan secara rinci,

setiap petugas mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing, misalnya

tugas pencatatan ED, pendaftaran barang masuk, pembukuan resep, pengontrolan

obat narkotika dan psikotropika, pengontrolan stok gudang, dll. Walaupun sudah

ada tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan, setiap karyawan dituntut

harus dapat bekerja sama dalam melakukan pekerjaan dan saling membantu tanpa

melupakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Kegiatan SDF IRJ I

a. Pengadaan Barang Farmasi

Pengadaan barang farmasi di SDF IRJ 1 dilakukan setiap satu minggu

sekali. Tujuan dilakukan pengadaan atau permintaan barang farmasi itu adalah

untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan dalam perencanaan

penentuan kebutuhan. Proses awal perencanaan dan pengadaan barang hampir

sama dengan di apotek, yaitu:

1) Pencatatan barang farmasi yang habis atau hampir habis di buku defekta.

2) Dilakukan pembelian barang farmasi melalui panitia pembelian atau

pengadaan yang dilaksanakan secara langsung ke PBF.

3) Obat dan alat kesehatan yang direncanakan dicatat pada surat perminataan

(SP) yang ditandatangani ketua panitia pembelian atau pengadaan dan

diketahui kepala depo farmasi. SP tersebut memuat nama barang dan

jumlah barang yang dibutuhkan, kemudian SP diserahkan ke PBF.

4) Pembayaran biasanya dilakukan secara kredit selama satu bulan dan yang

bertugas melakukan pembayaran adalah bendahara pengeluaran.

5) Barang farmasi yang datang, diterima oleh bagian depo farmasi untuk

dicatat dan disimpan. Bila SDF IRJ 1 melakukan pengadaan dengan

membuat SP yang ditujukan ke depo farmasi maka barang farmasi yang

dipesan diambil oleh petugas mobilisasi barang yang akan dikirimkan ke

SDF IRJ 1.

36

Page 37: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

6) Petugas SDF IRJ 1 mengecek barang farmasi yang diterima, meliputi:

jenis obat, nama obat, jumlah obat, nomor batch, tanggal kadaluwarsa.

b. Penyimpanan dan Penataan Obat dan Alat Kesehatan

Sistem penyimpanan dan penataan obat/ alkes adalah dengan sistem FIFO

(First In First Out) dimana obat/ alkes yang baru datang diletakkkan paling

belakang dan sistem FEFO (First Expired First Out) dimana obat/ alkes yang

batas kadaluwarsanya lebih dekat dikeluarkan lebih dulu. Penyimpanan dan

penataan obat/ alkes disusun pada rak-rak yang disusun secara alfabetis.

Penyimpanannya berdasarkan :

1) Bentuk sediaan, misalnya sirup dan drop, tablet dan kapsul, obat tetes dan

salep mata/ telinga.

2) Berdasarkan stabilitas, yaitu disimpan pada lemari es (suhu rendah) seperti

suppositoria, ovula.

3) Golongan narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari biasa tanpa

adanya pengamanan khusus seperti pintu ganda yang disertai dengan dua

kunci yang berbeda.

4) Pencatatan barang OKT dan Narkotik itu belum disendirikan dan

pencatataannya masih sama dengan pencatatan obat bebas, bebas terbatas,

obat keras lainnya pada kartu stok. Pertanggungjawaban OKT dan

narkotik pada IFRS.

c. Pendistribusian Obat dan Alat kesehatan

Distribusi barang di SDF IRJ 1 mencakup pelayanan resep yang meliputi

obat dan alkes yang didistribusikan untuk pasien rawat jalan secara individual

prescribing. Umumnya SDF IRJ 1 melayani resep umum yang berasal dari poli-

poli terdekat, yaitu poli mata, poli THT, poli anak/ IKA (ilmu Kesahatan Anak),

obgyn, bedah, neurology, psikiatri. SDF IRJ 1 juga melayani resep askes PNS

yang tidak termasuk dalam DPHO (Daftar Pleno Harga Obat), hanya menerima

copy resep/ resep asli yang obatnya tidak termasuk DPHO. SDF IRJ 1 melakukan

pelayanan setiap hari kerja mulai pukul 07.00 – 14.00 WIB.

37

Page 38: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Prosedur tetap untuk pelayanan resep di SDF IRJ 1 untuk obat dan alkes

kepada pasien adalah sebagai berikut :

1) Resep yang masuk diberi nomor kupon rangkap dua yaitu untuk resep dan

untuk pasien.

2) Dilakukan penghitungan harga kemudian diserahkan kepada pasien untuk

persetujuannya.

3) Kemudian dilayani dengan pengambilan obat dan alkes yang dibutuhkan

sesuai dengan resep, diberi etiket dengan nomor yang sesuai dengan nomor

resep.

4) Pemeriksaan kembali obat-obat yang sudah diambil untuk dicocokkan antara

resep dengan obat yang diambil.

Untuk resep racikan, pemeriksaan dilakukan sebanyak dua kali yaitu

ketika obat sebelum diracik dan setelah obat diracik.

5) Pemberian copy resep untuk obat-obat yang tidak ada dan obat yang diambil

sebagian. Pemberian kuitansi untuk pasien yang meminta kuitansi.

6) Pemeriksaan dan pencocokan nomor kupon yang ada pada pasien dengan yang

ada di resep.

7) Penyerahan barang atau sediaan disertai dengan KIE tentang cara dan aturan

pemakaian serta waktu pemakaian.

d. Pelaporan

Pelaporan dilakukan setiap hari kerja setelah selesai pelayanan, yaitu

dengan melaporkan kegiatan berupa format yang memuat nomor, nama pasien,

jumlah resep, jumlah rupiah. Kemudian setiap bulannya SDF IRJ 1 membuat

laporan penggunaan barang farmasi berupa stok barang farmasi pada bulan yang

lalu, jumlah yang diminta dan jumlah yang keluar. Selanjutnya hasil laporan

diberikan kepada kepala depo farmasi rumah sakit untuk dilakukan evaluasi.

3. Pelayanan Resep di Sub Depo Farmasi IRJ I

Pelayanan resep di SDF IRJ I cukup baik, resep yang masuk diterima,

diperiksa keabsahannya, meliputi tanggal resep, dosis dan aturan pakai. Sub Depo

Farmasi IRJ I pada saat ini sudah dapat menerima E-resep yang dibuat oleh

38

Page 39: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

dokter-dokter yang ada di poli. Jika ditemukan hal-hal yang meragukan, maka

ditanyakan kepada apoteker atau menghubungi dokter yang menulis resep

tersebut. Jika resep telah dinyatakan sah, maka perlu dipastikan apakah obat yang

diminta ada dalam persediaan. Setelah diteliti dan obat tersebut tersedia, resep

diberi harga dan diserahkan ke bagian kasir untuk pembayaran obat kemudian

diberi nomor resep. Resep dikembalikan ke bagian ruang racik untuk dipersiapkan

obatnya, kemudian obat diserahkan ke pasien dengan memberikan KIE

(Komunikasi Informasi Edukasi) agar pasien mengerti dan tidak terjadi kesalahan

dalam pemakaian obat-obat tersebut. Jika obat tidak tersedia, berusaha dicarikan

ke SDF lain. SDF ini melayani resep umum dan ASKES. Untuk resep ASKES ada

penanganan tersendiri yaitu setiap resep dilengkapi dengan kartu ASKES dan

Kartu Pengambilan Obat (KPO). ASKES ada dua pula, yaitu ASKES Swasta dan

ASKES Sosial. Untuk ASKES Swasta KPO berwarna merah sedangkan ASKES

Sosial KPO berwarna putih. Setiap pengambilan obat akan dicatat di KPO,

meliputi tanggal pengambilan obat, nomor resep, nama obat, jumlah obat yang

diambil, aturan pakai dan paraf pegawai dari SDF.

G. SUB DEPO FARMASI INSTALASI RAWAT JALAN II

1. Tinjauan Sub Depo Farmasi IRJ II

Instalasi Rawat Jalan merupakan sub depo farmasi yang melayani pasien

yang berobat ke poliklinik. Sub depo ini juga melayani pasien umum, pasien

Jamkesmas, ASKES, dan Jamsostek. Poli yang dilayani di IRJ II antara lain poli

gigi, poli kulit, poli penyakit dalam, dan poli psikiatri.

2. Kegiatan Sub Depo Farmasi IRJ II

a. Pengadaan Barang Farmasi

Tujuan dilakukan pengadaan/pemintaan barang farmasi adalah untuk

memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan dalam perencanaan

penentuan kebutuhan.

Proses awal perencanaan dan pengadaan barang hampir sama dengan di

apotek yaitu dengan pencatatan barang yang habis atau hampir habis pada buku

defekta. Pengadaan ke gudang Depo Farmasi dilakukan tiap 1 minggu sekali yaitu

39

Page 40: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

hari Kamis. Pengadaan dilakukan dengan merekap obat dan alkes di buku defekta

ke dalam formulir permintaan obat yang terdiri dari nama obat, sisa stok, jumlah

harga obat. Perencanaan terhadap obat dengan nama paten baru dilakukan setelah

permintaan resep obat tersebut lebih dari dua kali.

Pembelian barang farmasi dilakukan melalui panitia pembelian/pengadaan

IFRS yang dilaksanakan secara langsung ke PBF obat atau PBF alkes atau apotek.

Obat dan alat kesehatan yang direncanakan dicatat pada surat permintaan (SP)

yang ditandatangani Ketua Panitia Pembelian/Pengadaan dan diketahui oleh

Kepala Depo farmasi yang memuat nama barang dan jumlah barang yang

dibutuhkan. Kemudian SP tersebut diserahkan ke PBF. Pembayaran biasanya

dilakukan secara kredit (1 bulan) dan yang bertugas melakukan pembayaran

adalah Bendahara Pengeluaran dari Depo Farmasi.

Barang farmasi yang datang diterima oleh bagian Gudang Depo Farmasi

untuk dicatat, didistribusikan dan disimpan. SDF IRJ II membuat SP ke Gudang

Depo Farmasi kemudian barang farmasi diambil oleh petugas mobilisasi barang

untuk diberikan ke SDF IRJ II yang meminta. Petugas SDF IRJ II mengecek

barang farmasi yang diterima disesuaikan dengan surat pesanan secara online baik

itu jenis, nama, jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa pada computer, bila

sesuai, petugas menandatangani. Permintaan barang farmasi ke logistik depo

farmasi biasanya dilakukan setiap hari berdasarkan kebutuhan barang farmasi

yang diperlukan. Pada keadaan darurat dimana pasien tidak bisa menunggu lama

maka dapat dilakukan peminjaman barang ke SDF IRJ I atau SDF IRJ MASKIN.

Dana SDF IRJ II menggunakan sistem revolving fund yang memerlukan

perencanaan dengan memprioritaskan kebutuhan obat-obat untuk poli-poli

tersebut yang berasal dari rumah sakit, hasil keuntungan, dan konsinasi dengan

PBF dengan jumlah yang terbatas sehingga harus dikelola dengan baik.

b. Penyimpanan

Penyimpanan obat dan alat kesehatan pada rak-rak yang disusun secara

alfabetis dan dibedakan berdasarkan bentuk sediaan dan kecepatan distribusi (slow

moving dan fast moving) serta FIFO dan FEFO. Sediaan OKT dan narkotika

40

Page 41: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

disimpan pada lemari dengan dua daun pintu. Pencatatan barang OKT dan

narkotika langsung pada computer untuk dilaporkan pada IFRS.

c. Pendistribusian

Distribusi barang di SDF IRJ II mencakup pelayanan resep yang meliputi

obat dan alat kesehatan yang didistribusikan untuk pasien rawat jalan secara

"individual prescribing". Umumnya SDF IRJ II melayani resep umum yang

berasal dari poli-poli terdekat (poli gigi, poli penyakit dalam, poli penyakit kulit

dan kelamin, poli jantung, poli neurologi, poli psikiatri, poli bedah dan poli

obgyn). SDF IRJ II tidak melayani resep JPS, maskin, maupun askes PNS. Untuk

askes Blue, Alba, Silver dan Sukarela dapat dilayani tapi tagihannya masuk askes

PNS.

Prosedur tetap untuk pelayanan resep di SDF IRJ II untuk obat dan alat

kesehatan kepada pasien adalah sebagal berikut :

1) Dokter pada poli rawat jalan menulis resep kemudian diberikan pada

pasien.

2) Pasien memberikan resep kepada SDF IRJ II.

3) Petugas SDF IRJ II menerima resep dan melihat ketersediaan obat.

4) Petugas SDF IRJ II memberi harga secara komputerisasi.

5) Petugas SDF IRJ II menyampaikan harga kepada kasir.

6) Kasir menyampaikan harga resep kepada pasien, jika pasien sepakat

dengan harga resep yang telah ditentukan, petugas kasir menerima uang

dan memberi nomor urut pada resep (nomor urut ditempel pada resep).

7) Petugas kasir menyerahkan resep pada petugas farmasi pelayanan.

8) Petugas farmasi pelayanan menerima resep kemudian melayani obat atau

alat kesehatan sesuai dengan jenis dan jumlah obat dengan aturan pakai.

9) Petugas farmasi pelayanan menyerahkan obat atau alat kesehatan kepada

petugas farmasi penyerahan.

10) Petugas farmasi penyerahan memeriksa kembali obat atau alkes yang telah

dilayani dan menyerahkan obat atau alkes kepada pasien dengan

mencocokkan nomor urut dan pemberian KIE.

41

Page 42: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

d. Pencatatan

SOP Pencatatan Masuk dan Keluar Barang Farmasi Pada Kartu Stok

1) Petugas SDF mengajukan permintaan ke gudang Depo Farmasi secara

online.

2) Petugas SDF menerima format pengiriman dan barang farmasi dari

petugas gudang depo farmasi.

3) Petugas SDF memeriksa barang farmasi, SP, format dan pengiriman serta

transfer di komputer, setelah cocok lalu tanda tangan di format pengiriman

dan SP lalu menutup bukti penerimaan barang farmasi yang ditransfer

lewat komputer.

4) Petugas SDF meletakkan barang farmasi ke tempat sesuai alfabetis, bentuk

dan jenis sediaan, lalu mencatat pemasukan ke kartu stok masing-masing

dengan memberikan paraf di kolom keterangan.

5) Petugas SDF mencatat pengeluaran barang farmasi dan memberi paraf

pada kartu stok setiap melakukan pelayanan resep serta mengentry ke

komputer dan menyerahkan barang farmasi kepada pasien, keluarga pasien

atau petugas IRD.

e. Pelaporan

Setiap hari setelah selesai pelayanan SDF IRJ II melaporkan kegiatan

berupa format yang memuat nomor, nama pasien, jumlah resep, jumlah rupiah.

Kemudian setiap 3 bulan SDF IRJ II membuat laporan penggunaan barang

farmasi berupa stok barang farmasi bulan yang lalu, jumlah yang diminta dan

jumlah yang keluar. Lalu dicocokkan antara stok pada komputer dengan stok

sebenarnya. Setiap bulan juga dilakukan stok opname tetapi hanya sampling, lalu

dicocokkan stok komputer dengan stok sebenarnya. Hasil laporan kemudian

diberikan kepada Kepala Depo Farmasi Rumah Sakit untuk dilakukan evaluasi.

3. Pelayanan Resep di Sub Depo Farmasi IRJ II

Pelayanan resep di SDF IRJ II cukup baik, resep yang masuk diterima,

diperiksa keabsahannya, meliputi tanggal resep, dosis dan aturan pakai. Jika

ditemukan hal-hal yang meragukan, maka ditanyakan kepada apoteker atau

menghubungi dokter yang menulis resep tersebut. Jika resep telah dinyatakan sah,

42

Page 43: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

maka perlu dipastikan apakah obat yang diminta ada dalam persediaan. Setelah

diteliti dan obat tersebut tersedia, resep diberi harga dan diserahkan ke bagian

kasir untuk pembayaran obat kemudian diberi nomor resep. Resep dikembalikan

ke bagian ruang racik untuk dipersiapkan obatnya, kemudian obat diserahkan ke

pasien dengan memberikan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) agar pasien

mengerti dan tidak terjadi kesalahan dalam pemakaian obat-obat tersebut. Jika

obat tidak tersedia, berusaha dicarikan ke SDF lain. SDF ini melayani resep

umum dan ASKES. Untuk resep ASKES ada penanganan tersendiri yaitu setiap

resep dilengkapi dengan kartu ASKES dan Kartu Pengambilan Obat (KPO).

ASKES ada dua pula, yaitu ASKES Swasta dan ASKES Sosial. Untuk ASKES

Swasta KPO berwarna merah sedangkan ASKES Sosial KPO berwarna putih.

Setiap pengambilan obat akan dicatat di KPO, meliputi tanggal pengambilan obat,

nomor resep, nama obat, jumlah obat yang diambil, aturan pakai dan paraf

pegawai dari SDF.

H. SUB DEPO FARMASI INSTALASI RAWAT JALAN MASKIN

1. Tinjauan SDF IRJ Maskin

SDF IRJ Maskin adalah Sub Depo Farmasi yang melayani resep obat

untuk peserta Askes Maskin Instalasi Rawat Jalan di RSSA Malang. Peserta

Askes Maskin Instalasi Rawat Jalan adalah pasien rawat jalan yang memenuhi

persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI. Depkes RI telah bekerja sama

dengan RSSA, dalam hal ini untuk menyelenggarakan pelayanan obat dan alat

kesehatan pada pasien Maskin rawat jalan. Rumah Sakit ditunjuk sebagai

pelaksana pelayanan melalui depo farmasi untuk menyiapkan pelayanan

kebutuhan pasien Maskin.

Sub depo farmasi maskin di RSSA bertugas menyelenggarakan pelayanan

obat-obatan bagi pasien rawat jalan yang terdaftar sebagai anggota Askes Maskin.

Dalam hal ini SDF maskin hanya menerima resep dari dokter dimana dokter

melakukan penulisan resep obat yang berpedoman pada KepMenKes No.

336/MenKes/SK V/2006. KepMenKes No. 336/MenKes/SK V/2006 berlaku

43

Page 44: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

mulai tanggal 15 Mei 2006 sebagai pedoman penulisan resep obat bagi peserta

askes Maskin rawat jalan maupun rawat inap di RSSA Malang.

2. Alur Obat di Sub Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan MASKIN

Alur obat di Sub Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan Maskin digambarkan

sebagai berikut:

Pasien Askes MASKIN IRJ

Resep Askes

Sub Depo Farmasi MASKIN Sub Depo Farmasi

(bagian pembelian)

Pelayanan obat AskesSP di legalisasi ke PT Askes cabang Malang

Pesan obat ke distributor/PBF

Gambar 1. Alur Obat di Sub Depo Farmasi IRJ MASKIN

3. Pelayanan Resep di Sub Depo Farmasi IRJ Maskin

Prosedur pelayanan resep Sub Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan Maskin

sebagai berikut :

a. Petugas SDF Instalasi Rawat Jalan menerima resep dari keluarga pasien

b. Petugas SDF Instalasi Rawat Jalan meneliti resep dan kelengkapan

pendukungnya meliputi :

1) Fotokopi kartu peserta Askes dengan nama dan nomor jelas.

2) Fotokopi surat jaminan perawatan yang masih berlaku dan telah diisi

lengkap (bagi penderita baru).

3) Blanko Pengendalian/catatan obat pasien.

c. Petugas SDF Instalasi Rawat Jalan mengendalikan resep dengan cara

memeriksa ketepatan penulisan resep pada blanko resep yang sesuai beserta

syarat-syaratnya, seperti :

1) Blanko resep yang sesuai (obat, nutrisi tertentu, sitostatika).

2) Blanko protokol terapi, hasil resistensi tes dan hasil pemeriksaan kadar

albumin.

44

Page 45: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

3) Jenis serta jumlah obat dan signa yang jelas.

4) Tandatangan atau paraf dokter.

d. Petugas SDF Instalasi Rawat Jalan memberi nomor urut dan menulis nama

terang dokter atau pasien pada resep yang dilayani.

e. Petugas (juru resep) SDF Rawat Jalan menyiapkan obat yang tertulis pada

resep.

f. Petugas SDF Rawat Jalan memberi etiket obat.

g. Petugas SDF Lain memeriksa kebenaran jenis, jumlah obat dan etiketnya.

h. Petugas SDF menyerahkan obat dan memberi penjelasan.

i. Petugas SDF meminta tandatangan dan nama terang penerima obat.

j. Petugas SDF menyerahkan obat dan memberi KIE.

k. Petugas SDF mencatat resep ke blangko pengendalian obat pasien di masing-

masing pasien (terutama penyakit kronis)

4. Pengajuan Tagihan ke PT Askes

Prosedur penagihan / klaim obat maskin ke PT. Askes adalah sebagai

berikut :

a. Petugas SDF Maskin IRJ memasukkan nomor kartu peserta sesuai nomor kartu

peserta Maskin Rawat Jalan.

b. Petugas SDF Maskin IRJ menghitung hasil entry data resep rawat jalan yang

telah dikerjakan.

c. Petugas SDF Maskin IRJ mencetak hasil entry data resep rawat jalan selama

satu bulan.

d. Petugas SDF Maskin IRJ mencetak rekapitulasi pemakaian obat rawat jalan

selama satu bulan.

e. Petugas SDF Maskin IRJ mengumpulkan resep setiap hari atau setiap minggu

untuk ditandatangani Apoteker Pengelola Apotek KPRI RSSA.

f. Petugas mencari / meminta data pasien-pasien Askes yang pulang untuk

menutup akses pengisian data ke komputer.

g. Petugas administrasi melakukan verifikasi resep dengan data yang telah

dimasukkan dalam komputer.

45

Page 46: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

h. Petugas mencetak rekapitulasi tagihan.

i. Petugas menyusun hasil rekapitulasi pemakaian jenis dan jumlah obat sebulan.

j. Petugas melaksanakan verifikasi dan split resep (mengurutkan) dengan

rekapitulasi tagihan.

k. Petugas membuat surat pengantar tagihan dan tanda terima ke PT. Askes.

l. Petugas menyerahkan tagihan dan memintakan tanda tangan pada tanda

terimanya.

m. Petugas mengarsip tanda terima, rekapitulasi tagihan dan pemakaian jenis serta

jumlah obat.

Catatan :

PT. Askes memeriksa lagi cetakan data sesuai kebijakan PT. Askes sehingga

pengajuan tersebut dapat dipenuhi atau ditolak.

Penolakan oleh PT. Askes dapat terjadi bila :

a. Kesalahan halaman

1) Kesalahan nomor resep

2) Resep tidak sesuai dengan ketentuan

3) Persyaratan kurang atau tidak lengkap

b. Kesalahan harga obat yang merugikan PT. Askes tidak akan ditagih atau di

klaim.

c. Bila persyaratan dokumen yang ditetapkan tidak dipenuhi maka persyaratan

tersebut harus dilengkapi terlebih dahulu sebelum mengajukan penagihan

kembali ke PT. Askes.

5. Ketentuan Penilaian Resep Askes

Ketentuan umum penulisan resep PT. Askes :

a. Tiap lembar resep digunakan untuk menulis maksimal 3 macam obat.

b. Masing-masing obat untuk pemakaian maksimal 3 hari.

c. Bagi pasien baru yang masuk melalui CVCU/ICU/kasus operasi, 1 hari dapat

diberikan maksimal 3 lembar resep dimana masing-masing lembar untuk 3

macam obat.

46

Page 47: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

d. Pemakaian obat injeksi dan infus aturan pakai perhari harus jelas, bila aturan

pakainya tertulis S imm maka diberikan untuk pemakaian 2 kali sehari 1

ampul/flas/vial selama 3 hari.

e. Untuk obat dalam jumlah yang melebihi ketentuan SK Menkes maka petugas

SDF meminta protokol terapi.

f. Pada kasus mendadak dan kritis yang memerlukan tambahan obat maupun

cairan infus pada resep perlu diberi catatan ”kritis” dan tanda tangan dokter.

6. Penggolongan Obat dalam Cakupan Askes

a. Daftar Obat I

Daftar obat tanpa ketentuan khusus yang jenisnya sesuai dengan DOEN tahun

2002 yang terdiri dari obat untuk penyakit umum (pemberian obat untuk 3-5

hari) dan obat untuk penyakit kronis (pemberian obat sampai dengan 30 hari).

Contoh: ampisilin, amoksisilin, antasida DOEN, dimenhidrinat, klorokuin 150

mg, codein 10,15 mg.

b. Daftar Obat II

Daftar obat untuk penyakit kanker yang pemberiannya harus dilengkapi dengan

keterangan medis yang berupa protokol terapi dari tim onkologi-antineoplastik.

Contoh: endoxan injeksi, adriamicin injeksi, vinkristin injeksi, metotreksat

injeksi, cisplatin injeksi, doksorubisin injeksi.

c. Daftar Obat III

Daftar obat dengan ketentuan khusus yang pemberiannya harus dilengkapi

dengan keterangan dari dokter yang merawat (protokol terapi, hasil

pemeriksaan laboratorium, atau hasil tes resistensi).

Contoh: siprofloksasin tablet, albumin infus, plasmanat infus, human insulin

injeksi.

d. Daftar Obat IV

Daftar obat paket RS yang tidak dapat ditagihkan ke PT. Askes tetapi sudah

masuk dalam tarif dimana jumlah dan jenisnya harus disepakati antara RS dan

PT. Askes.

Contoh: povidon iodin, lidokain, apomorfin.

47

Page 48: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

7. Ketentuan Pelayanan Obat Sitostatika

Pelayanan obat sitotastika sama dengan pelayanan obat lain, namun harus

dilengkapi dengan :

a. Blangko resep khusus obat sitostatika.

b. Surat Jaminan Pelayanan khusus obat sitostatika.

c. Surat permintaan jaminan pelayanan obat sitostatika.

d. Protokol terapi dokter yang merawat.

8. Ketentuan Pelayanan Obat dengan Ketentuan Khusus (Daftar Obat III)

Pelayanan obat dengan ketentuan khusus harus dilengkapi dengan surat

keterangan medis dari dokter yang merawat, antara lain :

a. Hasil tes uji kultur resistensi untuk obat antibiotika tertentu, misalnya

siprofloksasin tablet, cefotaksim injeksi.

b. Hasil laboratorium kadar albumin darah kurang dari 3% untuk obat albumin.

c. Protokol terapi dari dokter yang merawat untuk cairan infus tertentu, misalnya

plasmanat infus, aminofel 600 infus, dll.

d. Khusus untuk kasus CVCU dengan obat ISDN injeksi.

e. Khusus untuk kasus jantung dengan obat streptokinase injeksi 750.000 IU.

f. Khusus untuk kasus ICU/CVCU dengan obat dobutamin dan dopamin injeksi.

g. Khusus untuk asma kronis dengan obat fenoterol dan Prokaterol HCL.

h. Khusus untuk post operasi dengan obat kombinasi vitamin dan mineral.

I. SUB DEPO FARMASI RAWAT UTAMA

1. Tinjauan SDF Rawat Utama

Sub Depo Rawat Utama melaksanakan pengelolaan obat dan alat

kesehatan (alkes) dengan sistem perapotekan di luar obat dan alat kesehatan dasar

yang dikelola oleh rumah sakit. Sub Depo Rawat Utama melayani pasien dari

Rawat Utama dimana sistem pengobatannya berdasarkan Unit Dose Dispensing

(UDD).

48

Page 49: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Sistem pengelolaan pelayanan obat dan alkes di SDF Ruang Utama

menggunakan sistem Revolving Fund yaitu sistem pengelolaan dana secara

langsung untuk membiayai pengelolaan obat-obatan, bahan dan alat kesehatan

yang tidak disediakan rumah sakit.

Pelayanan kefarmasian SDF Rawat Utama meliputi pelayanan resep bagi

pasien rawat inap Rawat Utama Wijaya Kusuma, Anggrek, Mawar, Melati,

Dahlia, Tulip, Bougenvil dan Ester. SDF Rawat Utama menyediakan obat dan

alkes dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional apotek serta melakukan

pelayanan kefarmasian untuk menjamin kelancaran pendistribusian obat dan alkes

baik kepada pasien rawat inap Rawat Utama Wijaya Kusuma, Anggrek, Mawar,

Melati, Dahlia, Tulip, Bougenvil dan Ester maupun kepada pasien rawat jalan dari

poli di dalam Rawat Utama. SDF Rawat Utama juga melayani kebutuhan obat dan

alkes dari pasien rawat jalan dimana sistem pembelian dan pembayaran obat dan

alkes untuk pasien rawat jalan dilakukan secara langsung di SDF Rawat Utama.

2. Kegiatan Sub Depo Farmasi Paviliun

a. Permintaan Barang Farmasi

Tujuan dilakukannya pengadaan/permintaan barang farmasi oleh SDF

Rawat Utama ke gudang Depo Farmasi adalah untuk memenuhi kebutuhan

operasional yang telah ditetapkan dalam perencanaan penentuan kebutuhan.

Permintaan barang ini biasanya dilakukan setiap hari. Untuk obat-obat tertentu

yang jarang keluar dan tidak tersedia di SDF Rawat Utama jika diresepkan oleh

dokter untuk seorang pasien maka SDF Rawat Utama akan mencarikan ke SDF

yang lain atau langsung ke Depo. Apabila di SDF lain dan Depo juga tidak

tersedia maka pihak SDF Rawat Utama akan berusaha mencarikan ke Apotek

luar.

Adapun alur pengadaan barang farmasi di SDF Rawat Utama adalah

persediaan yang hampir habis, kemudian dibuat Surat Permintaan kepada gudang

Depo Pusat. Kemudian barang farmasi diambil oleh petugas mobilisasi barang.

Petugas SDF Rawat Utama mengecek barang farmasi yang diterima baik itu jenis,

nama, jumlah, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa.

49

Page 50: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

b. Penyimpanan

Penyimpanan obat dan alkes disusun pada rak/lemari secara alfabetis dan

dibedakan berdasarkan jenis sediaan yaitu sediaan tablet dan kapsul, sediaan

sirup, tetes dan salep mata/telinga, sediaan injeksi dan alat kesehatan. Sediaan

seperti suppositoria dan ovula disimpan pada suhu rendah (lemari es).

Sediaan obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari terpisah

tetapi belum memenuhi syarat seperti yang ada dalam peraturan. Pencatatan

barang narkotik dan psikotropik belum disendirikan dan masih sama dengan

pencatatan obat bebas, bebas terbatas dan obat keras lainnya yaitu langsung

dientry ke dalam komputer.

c. Pendistribusian

Distribusi barang farmasi di SDF Rawat Utama mencakup pelayanan resep

yang meliputi obat dan alkes yang di distribusikan untuk pasien rawat inap Ruang

Utama. Untuk pasien rawat inap, SDF Rawat Utama tidak hanya melayani pasien

umum tetapi juga pasien dengan ASKES. Selain pasien rawat inap, SDF Rawat

Utama juga melayani resep pasien rawat jalan yang berasal dari poli-poli di dalam

Rawat Utama.

Pelayanan resep dari pasien rawat inap Rawat Utama dilakukan secara

langsung oleh Farmasi di ruangan dimana resep yang ditulis oleh dokter disalin

pada buku permintaan obat dan alkes kemudian dimintakan ke SDF Rawat Utama

yang kemudian oleh petugas SDF disiapkan sesuai dengan nomer resep atau

sesuai dengan nama pasien. Untuk obat oral, dokter biasanya meresepkan untuk 3

hari. Tetapi karena di SDF Rawat Utama sudah menggunakan sistem Unit Dose

Dispensing (UDD) dalam pendistribusian obat bagi pasien rawat inap maka obat

yang diberikan kepada pasien diberikan pada waktu akan diminum saja sedangkan

yang lain di simpan dalam loker yang sudah disediakan dalam ruang khusus di

Rawat Utama. Untuk pagi dan sore penyerahan obat langsung dilakukan oleh

Farmasi yang ada di ruangan. Sedangkan untuk malam hari diserahkan oleh

perawat. Apabila pasien membutuhkan obat atau alkes emergency pada waktu

SDF Rawat Utama sudah tutup, perawat biasanya mengambilkan obat atau alkes

tersebut dari ruangan dan keesokan harinya dimintakan ganti dari SDF Rawat

50

Page 51: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Utama dengan menyerahkan resep obat atau alkes yang telah dipakai tersebut.

Apabila obat atau alkes emergency yang dibutuhkan tidak tersedia, perawat dapat

menghubungi petugas farmasi yang ada di SDF IRNA II supaya diambilkan obat

atau alkes dari SDF Rawat Utama. Sistem pembayaran obat dan alkes oleh pasien

rawat inap Rawat Utama dilakukan dengan menggunakan sistem tagihan yang

wajib dibayar oleh pasien atau keluarga di kasir sentral. SDF Rawat Utama juga

melayani kebutuhan obat dan alkes dari pasien rawat jalan dimana sistem

pembayaran obat dan alkes dilakukan secara langsung.

d. Pencatatan dan Pelaporan

Setiap hari selesai pelayanan SDF Rawat Utama melaporkan kegiatannya

yaitu pelaporan tentang jumlah resep yang dilayani, nama pasien yang terlayani,

jumlah rupiah, yang dilakukan melalui computer dengan sistem online dan di print

rangkap dua (satu disimpan satu untuk tagihan). Kemudian setiap bulannya SDF

Rawat Utama membuat laporan penggunaan barang farmasi berupa stock barang

farmasi bulan yang lalu, jumlah yang diminta dan jumlah yang keluar. Hasil

laporan kemudian diberikan kapada Kepala Depo Farmasi Rumah Sakit untuk

dilakukan evaluasi.

Untuk pelaporan narkotika dan psikotropika, SDF Rawat Utama tidak

membuat laporan narkotika dan psikotropika sendiri tetapi sudah menjadi satu

dengan Sub Depo yang lain dan dilakukan oleh petugas yang ada di Depo.

J. SUB DEPO FARMASI RAWAT JALAN ASKES PNS

1. Tinjauan SDF IRJ PNS

Instalasi rawat jalan PNS berada di lantai dua RSSA, IRJ ini melayani

resep dari poli penyakit dalam, paru, kandungan, kemoterapi, jantung, dan

hemodialisa. Di IRJ PNS melayani resep obat khusus bagi pasien ASKES, adapun

yang dapat menjadi peserta ASKES ini adalah pegawai negeri, purnawirawan, dan

karyawan BUMN. Dalam pelayanan barang farmasi ASKES memperoleh barang

langsung dari PBF melalui apotek KPN RSSA.

51

Page 52: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

2. Kegiatan di SDF IRJ PNS

a. Pengadaan

Pengadaan barang-barang farmasi di SDF IRJ PNS dilakuakan seminggu

dua kali. Pencatatan barang farmasi yang habis atau hampir habis di buku defecta.

Kemudian IRJ PNS memesan ke logistik gudang, dicatat pada surat permintaan

(SP) yang ditandatangani oleh penanggung jawab logistik depo. Barang farmasi

yang datang dicatat dan disimpan.

b. Penyimpanan dan Penataan Obat

Sistem penyimpanan dan penataan obat adalah dengan sistem FIFO (First

In First Out) dimana obat yang baru datang diletakkan paling belakang dan sistem

FEFO (First Expired First Out) dimana obat yang batas kadaluwarsanya lebih

dekat diletakkan di depan. Penyimpanan dan penataan obat disusun berdasarkan

alfabetis, bentuk sediaan, dan berdasarkan stabilitas sediaan.

c. Pendistribusian Obat

Distribusi barang di SDF IRJ PNS mencakup pelayanan resep yang

meliputi obat yang diserahkan untuk pasien rawat jalan ”Individual Prescribing”.

Resep yang berasal dari SDF IRJ PNS dilihat ketersediaannya. Setelah dihitung

harganya dan pasien menyetujui harga resep keseluruhan, petugas memberikan

nomor urut pada resep, menyiapkan resep-resep dan memberi etiket. Petugas

kemudian menyesuaikan nomor resep yang diberikan pada pasien dengan nomer

pada resep dan dilakukan konseling tentang penggunaan obat.

Bagi pasien yang berasal dari SDF IRJ PNS menggunakan KPO (Kartu

Pengambilan Obat) untuk kemudian ditagihkan pada PT. Askes. Setelah obat

dicek tanggal pada Kartu Pengambilan Obat, obat disediakan oleh petugas, diberi

etiket, diserahkan dan konseling kepada pasien.

K. SUB DEPO FARMASI INSTALASI RAWAT INAP ( SDF IRNA)

1. Tinjauan SDF IRNA

Sub Depo Farmasi IRNA adalah unit pelayanan distribusi barang farmasi

di Instalasi farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yang merupakan unsur

pembantu tugas pimpinan Instalasi farmasi Rumah Sakit dalam mengkoordinasi

52

Page 53: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

penyelenggaraan pelayanan kefarmasian bagi ruangan di Instalasi Rawat Inap

RSUD Dr. Saiful Anwar. Dalam melaksanakan tugas Koordinator Depo Farmasi

IRNA bertanggung jawab kepada Ketua Staf Fungsional Farmasi.

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian kepada pasien, setiap instalasi

rawat inap mempunyai spesialisasi pada penyakit tertentu. Ada 4 Instalasi Rawat

Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar , yaitu :

a. IRNA I melayani pasien penyakit dalam, infeksi, jantung, psikiatri, syaraf dan

kulit.

b. IRNA II melayani pasien bedah, THT, mata, sepsis dan luka bakar.

c. IRNA III melayani pasien obstetri dan ginekologi.

d. IRNA IV melayani pasien anak dan perinatologi.

2. Kegiatan Sub Depo IRNA

a. Pengadaan

Pengadaan sediaan farmasi di SDF IRNA berasal dari depo farmasi

Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang dilakukan dua kali dalam seminggu

berdasarkan usulan dari SMF dan pola peresepan klinis di IRNA.

Alur pengadaan obat atau Alkes pada SDF IRNA yaitu apabila persediaan

obat sudah hampir habis dibuatkan surat permintaan kepada depo farmasi. Setelah

barang datang, dicocokkan dengan surat permintaan kemudian dimasukkan ke

stok barang baik pada komputer maupun stok manual. Kemudian barang ditata

pada tempat penyimpanan.

b. Penyimpanan

Penyimpanan sediaan farmasi di SDF IRNA dibedakan berdasarkan

bentuk sediaan (padat, cair, dan alat kesehatan). Selain itu juga berdasarkan

kondisi penyimpanan khusus obat yang disimpan pada lemari pendingin, misalnya

sediaan suppositoria. Sediaan ditata berdasarkan alfabetis dengan metode FIFO

(First In First Out) yaitu barang yang terlebih dahulu datang dikeluarkan terlebih

dahulu.

c. Pendistribusian

53

Page 54: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Pendistribusian obat dan alat kesehatan di SDF IRNA dilakukan

berdasarkan peresepan per individu dari dokter (Individual Prescribing), PODS

dan sistem Floor Stock.

II. INSTALASI RAWAT INAP (IRNA)

Instalasi Rawat Inap (IRNA) dibagi menjadi 4 yaitu : IRNA I, IRNA II,

IRNA III, IRNA IV. Masing-masing IRNA dibagi berdasarkan spesialisasi

penyakit dan masing-masing ruang menggunakan sistem PODS untuk pelayanan

kefarmasiannya.

A. INSTALASI RAWAT INAP I

Instalasi Rawat Inap I mencakup spesialisasi penyakit dalam, jantung,

paru, jiwa, kulit dan kelamin, neurologi. IRNA I terdiri dari ruang 22-29. Ruang

22, 24, 25, 27 dan 28 digunakan untuk pasien yang menderita penyakit dalam

seperti diabetes mellitus, hipertensi, hipoglikemia, anemia, gagal ginjal kronik,

gangguan pencernaan, gangguan neuro, gangguan paru, dan gangguan jantung.

1. Ruang 5 digunakan untuk pasien jantung.

2. Ruang 23 dibagi menjadi 2 yaitu ruang 23 psikiatri dan ruang 23 infeksi TB.

3. Ruang 26 adalah ruang ICU IPD. Ruang 26 menangani penderita rawat inap

dengan kasus-kasus syok seperti CVA (Cerebral Vascular Accident), CVA

trombosis, status epileptikus, dan abses cerebro.

4. Ruang 29 adalah ruang isolasi untuk pasien dengan penyakit menular seperti :

HIV, TB, Gangren, Flu Burung

5. Selain itu, IRNA I juga menangani pasien Hemodialisis.

B. INSTALASI RAWAT INAP II

Instalasi Rawat Inap II mencakup spesialisasi penyakit THT, mata, bedah

termasuk sub spesialisasinya seperti bedah saraf, tulang, anak, plastik, digesti,

urologi, kanker, TB spondilitis. IRNA II terdiri dari ruang 12-21.

1. Ruang 12 merupakan ruangan khusus untuk pasien yang memerlukan

monitoring ketat, biasanya pasien pasca operasi atau bisa juga pasien kiriman

dari IRD. Ruang ini dikhususkan untuk pasien Intensive Care Unit (ICU),

54

Page 55: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Pediatric Intensive Care Unit (PICU), dan Neonatus Intensive Care Unit

(NICU). Pasien ICU merupakan pasien khusus dewasa, pasien PICU untuk

anak-anak dan bayi di atas satu bulan sedangkan pasien NICU untuk bayi di

bawah satu bulan. Ruangan ini termasuk dalam IRNA II yang melayani

bagian bedah.

2. Ruang 13 adalah ruangan yang tingkat emergensinya satu tingkat di bawah

ICU. Ruangan ini melayani pasien di bidang ilmu bedah dengan kondisi

pasien yang akan mengalami operasi, maupun sesudah operasi. Di ruangan

ini terdapat 2 ruangan isolasi yaitu untuk pasien tetanus dan pasien TB.

Pasien yang berada di ruangan ini umumnya adalah pasien yang mengalami

kecelakaan lalu lintas.

3. Ruang 14 adalah ruangan yang menangani pasien sepsis (infeksi). Biasanya

pasien di ruangan ini merupakan pasien rujukan dari ruang 13 yang

kondisinya sudah membaik. Pasien yang kondisinya sudah membaik dirujuk

ke ruangan ini agar mendapatkan perawatan yang lebih maksimal. Ruang 14

merupakan ruang kelas III yang digunakan untuk pasien jamkesmas,

jamkesda dan umum. Dalam ruangan ini terbagi atas 3 ruangan yaitu 1 ruang

untuk pasien yang memerlukan perawatan intensif, 1 khusus pasien wanita,

dan 1 ruangan khusus untuk pasien pria.

4. Ruang 15 adalah ruangan bedah anak yang berada di bawah naungan IRNA

II. Pasien yang menjalani rawat inap di ruang 15 adalah anak-anak. Ruang 15

terdapat 3 kelas yaitu kelas I, II, dan III.

5. Ruang 16 merupakan ruang perawatan pasien luka bakar (kombusi), baik

luka bekas terbakar api maupun tersengan listrik. Ruang 16 juga memiliki

ruang operasi untuk pasien yang akan melakukan operasi plastik. Biasanya

operasi ini hanya dilakukan selama 1 hari atau biasa disebut ODC (One Day

Care atau perawatan sehari). Ruang 16 memiliki 2 jenis kelas untuk

perawatan pasien yaitu kelas I dan kelas II. Kelas I dan kelas II bisa

digunakan untuk pasien Askes PNS dan Swasta, tagihan, Jamsostek,

Jamkesda dan Jamkesmas.

55

Page 56: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

6. Ruang 17 adalah ruang bedah kelas II dan kelas I untuk wanita dan pria

digunakan untuk pasca operasi (menunggu sebelum atau sesudah operasi).

Pasien yang dirawat rata-rata mengalami patah tulang dan cedera kepala,

tetapi ada juga yang menderita penyakit lain yaitu hepar, BPH, Cholelitiasis,

dsb. Diagnosa penyakit pada pasien antara lain: ortopedi, TKV, urologi,

digestif, bedah plastik, dan onkologi.

7. Ruang 18 adalah ruang bedah kelas III khusus perempuan. Ruangan ini

digunakan untuk merawat pasien yang mengalami penyakit seperti onkologi,

digesti, orthopedi karena patah tulang (close fractur dan open fractur), cedera

kepala (cedera kepala ringan, sedang, dan berat), kanker atau tumor (Ca

mamae, Ca colon, Ca recti), neurofibroma dan tuberkulosis.

8. Ruang 19 adalah ruang kelas III khusus laki-laki. Biasanya pasien yang

berada di ruangan ini dengan diagnosis seperti orthopedi, urologi,

onkologi,digestif, saraf, toraks, dan bedah plastik.

9. Ruang 20 adalah ruangan kelas III yang meliputi mata, THT (Telinga Hidung

Tenggorokan) dan bedah.

10. Ruang 21 adalah ruangan yang digunakan untuk rawat inap pasien pasca

operasi mata dan THT. Pelayanan penyakit yang ditangani di ruang 21 adalah

bedah yang meliputi orthopedi, urologi, onkologi, digestif, saraf, anak,

toraks, plastik, umum, mata (katarak, kelainan retina), THT (Otology,

neurologi).

C. INSTALASI RAWAT INAP III

Instalasi Rawat Inap III mencakup spesialisasi penyakit obsetri dan

ginekologi. IRNA III terdiri dari ruang 4, 8, 9, dan 10.

1. Ruang 4 merupakan ruang Obgyn untuk kelas I dan II.

2. Ruang 8 merupakan ruang Obsetri dengan komplikasi.

3. Ruang 9 merupakan ruang Ginekologi contohnya kanker serviks.

4. Ruang 10 merupakan ruang rawat gabung.

5. Kamar bersalin.

6. Ruang Recovery.

56

Page 57: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

D. INSTALASI RAWAT INAP IV

IRNA IV mencakup spesialisasi anak. IRNA IV terdiri dari ruang 7

HND/HCU, 7A, 7B non infeksi dan 7B infeksi, serta ruang 11 yaitu ruang

perinatal.

1. Ruang 7 HND (High Nursing Dependency) adalah ruang gawat darurat untuk

bayi dan anak. Bila pasien ruang 7 HND telah membaik kondisinya dan tidak

memerlukan perawatan yang eksklusif maka bisa dipindahkan ke ruang 7A

atau ruang 7B.

2. Ruang 7A terbagi atas 2 kelas yaitu ruang kelas 1 ruang kelas 2 yang

disediakan untuk pasien anak-anak yang memiliki riwayat penyakit seperti

neurologi, kardiologi, respirologi, gastrologi, hepatologi, nefrologi,

hematogali, infeksi, gizi, dan imunologi.

3. Ruang 7B infeksi merupakan ruang kelas 3, disediakan untuk pasien anak

dengan infeksi yang terdiri dari ruang isolasi I, ruang Isolasi II, neurologi,

respirologi, gastrologi, dan infeksi.

4. Ruang 7B non infeksi merupakan ruang kelas 3, disediakan untuk pasien

anak dengan non infeksi yang meliputi kardiologi, hematologi, gizi, endokrin,

nefrologi.

Ruang 11 merupakan ruang rawat anak yang dalam keadaan kritis dan butuh

penanganan yang serius. Ruang ini menangani pasien yang pre dan post operasi.

57

Page 58: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

BAB IV

PEMBAHASAN

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Dr. Saiful Anwar Malang dilaksanakan mulai dari tanggal 15 April 2013

sampai 14 Juni 2013 mulai pukul 07.00 sampai 14.00 WIB dengan jumlah peserta

sebanyak 33 mahasiswa. Banyak hal yang diperoleh mahasiswa mulai dari

pengalaman praktek profesi, pendalaman farmasi rumah sakit, dan ketrampilan

mengenai penerapan farmasi klinik, dan manajemen rumah sakit. Aspek

manajerial yang dipelajari oleh mahasiswa PKPA ini mulai dari aspek

perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, evaluasi perbekalan

farmasi (obat dan alat kesehatan) di rumah sakit.

Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, sehingga pelayanan kesehatan perlu terus ditingkatkan.

Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang diselenggarakan untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat.

Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan oleh Pemerintah atau swasta, dalam

bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau pelayanan kesehatan masyarakat.

Peningkatan pelayanan dalam bidang kesehatan meliputi pengembangan

pelayanan kesehatan dan sumber daya manusia, yang akan lebih baik apabila

dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan. Upaya kesehatan yang semula

dititikberatkan pada upaya penyembuhan penderita secara berangsur-angsur

berkembang ke arah keterpaduan upaya peningkatan kesehatan (promotif),

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan

kesehatan (rehabilitatif).

Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat dapat dipenuhi dengan

menyediakan suatu tempat pelayanan kesehatan yang profesional untuk seluruh

masyarakat. Salah satu contoh pelayanan kesehatan bagi masyarakat adalah rumah

sakit yang merupakan suatu sistem yang menekankan pelayanan yang bersifat

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pelayanan dalam bidang kefarmasian

58

Page 59: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

di rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah

sakit yang utuh dan berorientasi pada kepentingan pasien, penyediaan obat, dan

barang farmasi lainnya yang bermutu serta pelayanan farmasi klinik.

Dalam prakteknya diperlukan suatu struktur organisasi dari rumah sakit

yang bertugas dalam perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan serta

pendistribusian perbekalan farmasi (obat dan alkes) untuk mendukung pelayanan

kesehatan rumah sakit, yang dalam hal ini adalah Instalasi Farmasi Rumah Sakit

(IFRS) atau Sub Depo Farmasi (SDF). IFRS merupakan satu-satunya unit di

rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan

semua aspek yang berkaitan dengan obat/perbekalan kesehatan yang beredar dan

digunakan di rumah sakit. Instalasi Farmasi ini bertanggung jawab terhadap

pengelolaan perbekalan farmasi yang anggarannya berasal dari anggaran APBD,

APBN, sumbangan/dropping/hibah sedangkan sub depo farmasi anggarannya

berasal dari revolving fund.

Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi pemilihan/seleksi, perencanaan,

pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan barang farmasi, pendistribusian,

dan penarikan/penghapusan. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan

alkes meliputi pengkajian resep, dispensing, pemantauan dan pelaporan efek

samping obat, pelayanan informasi obat, konseling, pemantauan kadar obat dalam

darah, ronde atau visite pasien, serta pengkajian penggunaan obat.

Instalasi Farmasi di RSUD Dr. Saiful Anwar menggunakan sistem

pelayanan farmasi satu pintu yaitu sistem dimana IFRS memiliki kewenangan

penuh dalam pengelolaan perbekalan farmasi. Pelayanan farmasi satu pintu adalah

suatu sistem dimana dalam pelayanan kefarmasian itu sendiri menggunakan satu

kebijakan, satu standar operasional prosedur (SOP), satu pengawasan operasional

dan satu sistem informasi. Sistem ini dapat memudahkan monitoring dan evaluasi

dalam penggunaan obat, mengetahui pola penggunaan obat untuk feed back, dan

menjamin kualitas obat dengan menghindari obat palsu, obat kadaluarsa, dan obat

dengan mutu rendah sehingga dapat menunjang kualitas dari barang yang diterima

oleh pasien dan dapat mengurangi resistensi antimikroba. Tujuan dari pelayanan

farmasi satu pintu adalah untuk meningkatkan pelayanan farmasi di rumah sakit

59

Page 60: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang ditetapkan, memuaskan harapan

konsumen, sesuai dengan standar yang berlaku, tersedia pada harga yang

kompetitif dan memberi manfaat bagi rumah sakit.

Pemilihan perbekalan farmasi direkomendasikan oleh Komite Farmasi

dan Terapi (KFT) berdasarkan kebutuhan dan permintaan masing-masing SDF.

Kemudian akan ditindak lanjuti melalui SK direktur dengan bentuk formularium

rumah sakit dan formularium pendamping bagi pasien JAMKESMAS. Perbekalan

farmasi yang direkomendasikan oleh KFT hanya untuk pasien JAMKESMAS

sedangkan untuk pasien non jamkesmas perencanaan dilakukan oleh SDF.

Perencanaan perbekalan farmasi dari anggaran rumah sakit disusun

berdasarkasan metode kombinasi epidemiologi dan konsumsi dengan berpedoman

pada formularium rumah sakit dan DOEN serta usulan, anggaran yang tersedia,

data pemakaian sebelumnya, penetapan prioritas dan siklus penyakit. Anggaran

perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi di IFRS berasal dari dana APBD.

Pengadaannya dilakukan melalui tender atau lelang yang dilakukan tiap tiga bulan

sekali. Pengadaan barang farmasi berdasarkan nilai nominal transaksi pembelian,

dimana transaksi pembelian diatas 100 juta dilakukan tender terbuka. Transaksi

pembelian 50 sampai100 juta dilakukan tender terbatas (minimal 3 CV atau 3 PT),

sedangkan transaksi di bawah 50 juta dilakukan penunjukan langsung. Barang-

barang yang diadakan meliputi bahan untuk kebutuhan emergency, radiologi

(film), reagen untuk laboratorium, poliklinik (bahan dasar) contohnya gigi, dan

bahan untuk kebutuhan anastesi.

Perencanaan, anggaran perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi

di SDF berasal melalui Revolving Fund System. Revolving Fund System adalah

sistem pengadaan, penyaluran, dan penjualan obat-obatan serta bahan atau alat

kesehatan terpakai habis yang diperlukan oleh pasien pemakai jasa rumah sakit

umum dengan menggunakan dana secara langsung yang harus dibayar oleh pasien

pemakai jasa rumah sakit untuk rawat jalan dan rawat inap. Diterapkannya

Revolving Fund System adalah untuk menanggulangi keterbatasan anggaran

pendapatan dan belanja penyediaan obat-obatan serta bahan/alat kesehatan

terpakai yang diperlukan dalam rangka meningkatkan suatu pelayanan kepada

60

Page 61: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

pasien. Kegiatan tersebut untuk menentukan jenis dan jumlah barang farmasi yang

diperlukan pada periode yang akan datang yang disesuikan dengan kebutuhan dan

anggaran yang tersedia. Pengadaan SDF langsung ke PBF dan kemudian disimpan

di gudang depo farmasi. Barang-barang yang diadakan adalah obat atau alkes

yang dibutuhkan dari masing-masing sub depo diluar obat atau alkes yang

diadakan oleh IFRS.

Perencanaan pengadaan di IFRS dapat dilakukan dengan rentang waktu

triwulan. Sedangkan di SDF perencanaan pengadaan dilakukan 1 minggu dan

CITO (kebutuhan yang mendadak). Dalam melakukan perencanaan, hal-hal yang

perlu diperhatikan adalah syarat barang farmasi, jadwal perencanaan dan proses

pengadaan hingga barang diterima, kecepatan pendistribusian, jumlah persediaan

tergantung pada stok minimum untuk satu bulan dan rumusan perencanaan

(menurut pola konsumsi dan epidemiologi). Perencanaan barang farmasi yang

cermat dapat menghindari terjadinya penumpukan barang dan menjamin

tersedianya barang farmasi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan pasien.

Pengadaan perbekalan farmasi diadakan setelah daftar perbekalan

farmasi selesai disusun dan dilaksanakan oleh panitia pembelian yang ditetapkan

dengan SK Direktur. Pengadaan dilaksanakan dengan cara pelelangan, pemilihan,

atau penunjukan langsung kepada distributor/pedagang besar farmasi (PBF) atau

rekanan. Pengadaan perbekalan farmasi di SDF dan IFRS menggunakan surat

pesanan (SP) kepada distributor yang ditunjuk. Pengadaan barang farmasi untuk

perusahaan maupun asuransi yang menjalin ikatan kerjasama dengan RSUD Dr.

Saiful Anwar malang mengikuti perbekalan farmasi yang digunakan oleh pasien

umum. Untuk perusahan, perbekalan farmasi yang telah digunakan anggotanya di

klaim langsung ke perusahaan yang bersangkutan untuk dibayar, sedangkan untuk

asuransi (JAMSOSTEK, Mitra Teja, Rama Musa, dan Menara Medika Center)

perbekalan farmasi yang digunakan mempunyai daftar obat tersendiri untuk

diklaim ke pihak asuransi tersebut dan obat-obat yang tidak termasuk dalam daftar

obat yang ditentukan akan dibayar sendiri oleh pasien.

61

Page 62: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Pada kondisi nyata, antara jumlah barang yang akan direncanakan untuk

diadakan dengan barang yang sudah diadakan tidak selalu sesuai jumlahnya. Hal

ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kondisi yang terjadi di lapangan

misalnya terjadi wabah diare ataupun wabah demam berdarah. Contohnya pada

depo logistik pada penyediaan asam traneksamat trimester satu dibutuhkan 175,

pada trimester dua dibutuhkan 150, pada trimester 3 dibutuhkan 220, dan pada

trimester 4 dibutuhkan 400 sehingga total perencanaan pengadaannya 945. Pada

kenyaataannya total sediaan asam traneksamat yang diadakan sebesar 1070

sediaan. Untuk SDF jumlah barang yang akan direncanakan untuk diadakan

dengan barang yang sudah diadakan selalu sama jumlahnya karena pengadaannya

berdasarkaan jumlah perbekalan farmasi yang dibutuhkan. Jika suatu saat ada

pasien yang membutuhkan obat atau alkes, sementara SDF tidak mempunyai

barang yang dibutuhkan maka SDF akan mengusahakan barang tersebut melalui

pembelian langsung ke apotek lain atau pemesanan langsung ke PBF (CITO).

Pemesanan barang secara CITO dilakukan dengan jumlah barang sedikit dan

dalam keadaan yang mendesak. Jika sebuah rumah sakit sering melakukan

pemesanan secara CITO, menunjukkan bahwa pengelolaan perbekalan farmasi

kurang baik.

Perbekalan farmasi yang diproduksi di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

adalah sediaan dengan formula khusus, sediaan yang tidak tersedia di pasaran

contohnya aqua dimineralisata, obat racikan dalam sediaan kapsul dan puyer, juga

rekonstitusi sediaan obat kanker dan antibiotika meropenem. Untuk sediaan

serbuk paling banyak diproduksi di IRNA IV dan di bagian ilmu penyakit dalam

yang pasiennya menerima asupan melalui NGT. Peracikan persediaan sitostatika

dilakukan oleh farmasi dengan pertimbangan farmasi lebih mengetahui sifat fisika

kimia dari obat-obatan sitostatika. Peracikan obat-obatan ini dilakukan di lemari

khusus Laminar Air Flow Cabinet dengan perlakuan khusus dan peracikannya

menggunakan tehnik aseptik.

Penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian barang farmasi ke seluruh

unit pelayanan dilaksanakan oleh gudang logistik farmasi. Pedoman penerimaan

perbekalan farmasi meliputi perusahaan/pabrik yang harus mempunyai sertifikat

62

Page 63: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

analisa, barang harus bersumber dari distributor utama, barang harus mempunyai

Material Safety Data Sheet (MSDS), sedangkan untuk alkes atau alat kedokteran

harus mempunyai Certificate of Origin. Untuk obat-obatan harus mempunyai

Expired Date minimal 2 tahun dan untuk vaksin maupun reagensia maksimal 6

bulan tergantung dari sifat fisika kimia masing-masing bahan obat. Penerimaan

dilakukan oleh petugas gudang logistik farmasi bersama tim pemeriksaan

berdasarkan Surat Perintah Kerja yang dikeluarkan oleh Direktur Rumah Sakit.

Surat Perintah Kerja tersebut diberikan kepada tim pemeriksa bagian rumah sakit

untuk menyesuaikan barang farmasi yang datang dengan SP yang dibuat oleh

IFRS dengan faktur yang dibuat oleh rekan kerja.

Penyimpanan perbekalan farmasi di IFRS dan SDF diatur dengan

menggunakan sistem FIFO (First In First Out) yaitu penyimpanan perbekalan

farmasi dimana barang yang datang lebih dahulu akan dikeluarkan terlebih dahulu

dan FEFO (First Expired First Out) yaitu penyimpanan perbekalan farmasi

dimana barang yang mempunyai tanggal kadarluarsa lebih pendek didistribusikan

terlebih dahulu. Sistem penyimpanan perbekalan farmasi tersebut seharusnya

dibedakan berdasarkan bentuk sediaan dan jenisnya, menurut suhu dan

kestabilannya, mudah/tidaknya meledak/terbakar, tahan/tidaknya terhadap cahaya.

Pada penyimpanan dilakukan pencatatan dalam kartu stok barang. Dari fakta yang

sudah diamati dilapangan, penataan perbekalan farmasi di gudang logistik RSUD

Dr. Saiful Anwar Malang masih belum tertata rapi. Disarankan penataannya di

sesuaikan dengan kombinasi sistem alfabetis, FEFO, dan dikelompokan menurut

bentuk sediaan. Jumlah barang di ruangan dengan jumlah barang di kartu stok

kadang tidak sama. Ada beberapa kemungkinan penyebab kesalahan tersebut,

antara lain petugas kadang-kadang lupa untuk menulis jumlah barang yang keluar

dan sisa barang di kartu stok.

Pada penyimpanan perbekalan farmasi, bangunan gudang harus

memenuhi syarat antara lain tinggi, kokoh, aman , mudah dijangkau transportasi

serta memiliki kualitas yang memadai untuk menjamin kualitas barang farmasi.

Secara keseluruhan bangunan gudang di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang sudah

memenuhi syarat-syarat gudang farmasi seperti diantaranya tinggi, kokoh, mudah

63

Page 64: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

dijangkau transportasi, dan aman namun perlu ditingkatkan lagi dalam hal

ventilasi, kebersihan pencahayaan dan penataan perbekalan farmasi dimana hal

tersebut berpengaruh pada pelayanan dan kualitas barang farmasi. Dalam hal

penyimpanan sebaiknya tumpukan kardus tidak melebihi batas maksimal (8

kardus) seperti yang tertera pada label kardus.

Faktor sumber daya manusia juga menjadi salah satu hambatan dalam

peningkatan kualitas pelayanan kefarmasian di gudang logistik karena jumlahnya

yang masih terbatas. Selain itu penataan dan penyimpanan barang di gudang

logistik masih terdapat beberapa yang belum sesuai dengan prinsip FEFO dan

FIFO, karena masih ada obat yang penyimpanannya belum berurutan tanggal

kadaluarsanya dan belum terpisah antara obat dan alkes.

Sistem distribusi di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang ada empat macam

yaitu individual prescribing, total floor stock/ward floor stock, kombinasi

individual prescribing dan total floor stock/ward floor stock, dan PODS

(Pemberian Obat Dosis Sehari). Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan

secara sentaralisasi dan desentralisasi untuk lebih mendekatkan pelayanan

kefarmasian kepada pasien. Gudang depo farmasi ini mendistribusikan perbekalan

farmasi melalui sub-sub depo, sub-sub depo mendistribusikan ke ruangan (floor

stock) dan pasien. Sub-sub depo ini lokasinya tersebar pada tempat perawatan

pasien yaitu pasien rawat jalan dan rawat darurat dengan sistem resep perorangan

serta pasien rawat inap dengan sistem pelayanan obat dosis sehari (PODS) dan

kombinasi floor stock pada ruangan tertentu. Gudang logistik farmasi

mendistribusikan perbekalan farmasi ke ruangan, poli, dan sub-sub depo,

sedangkan sistem floor stock mendistribusikan perbekalan farmasi langsung

kepada pasien. Sistem distribusi individual prescribing merupakan sistem

distribusi di mana permintaan obat dari resep dokter kepada apoteker yang berada

di Subdepo Farmasi. Sistem ini memiliki kemudahan dalam mengontrol

persediaan obat, tetapi ada kemungkinan keterlambatan mendapatkan obat karena

membutuhkan waktu untuk membeli obat dulu dan terjadi peningkatan biaya,

selain itu dapat timbul drug related problem.

64

Page 65: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Sistem PODS merupakan penyederhanaan pemberian obat dan

diharapkan mengarah pada sistem Unit Dose Dispensing (UDD). Sistem PODS

adalah sistem pendistribusian obat kepada pasien rawat inap yang dikemas dalam

bentuk dosis terbagi untuk pemakaian 24 jam. Sistem UDD merupakan sistem

distribusi perbekalan farmasi kepada pasien rawat inap dimana obat oral diberikan

untuk satu kali minum. Tujuan sistem UDD adalah untuk memberikan pelayanan

kefarmasian yang berorientasi kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hasil

terapi dan mencegah terjadinya Drug Related Problem (DRP). Hanya saja sistem

ini membutuhkan waktu asuhan kefarmasian dan perlu tenaga farmasis yang lebih

banyak agar semua pasien dapat dilayani optimal. Apabila dalam suatu ruangan

yang mempunyai jumlah pasien banyak sangat tidak memungkinkan dilakukan

UDD apalagi hanya dengan tenaga satu orang farmasis. Karena keterbatasan

petugas farmasi, maka pelayanan farmasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

menggunakan pengembangan dari sistem UDD yaitu sistem PODS.

Sistem PODS mempunyai keuntungan yaitu pelayanan menjadi lebih

efisien karena hanya dengan tenaga satu orang farmasis sudah dapat mencukupi

kebutuhan pelayanan pendistribusian obat kepada pasien dengan jumlah lebih

besar daripada sistem UDD, hal ini juga mencegah duplikasi obat apabila

pengobatan diserahkan ke pasien sendiri (tanpa melalui seorang farmasis).

Kekurangan sistem PODS yaitu kesulitan dalam pemberian informasi pada pasien

yang jumlahnya sangat banyak dan apabila terjadi reaksi yang tidak diinginkan

terhadap obat yang diberikan maka sistem PODS tidak dapat secepat UDD dalam

penghentiannya karena obat untuk kebutuhan satu hari pada PODS sudah di

tangan pasien sedangkan UDD hanya untuk kebutuhan satu kali minum. Tetapi

kelemahan ini dapat diminimalkan dengan memberikan informasi sejelas mungkin

kepada pasien dan memantau keadaan pasien secara terus menerus sehingga

reaksi apapun yang tidak diinginkan dapat segera ditangani.

Sistem distribusi lainnya yaitu Total Floor Stock/Ward Floor Stock yaitu

sistem distribusi yang menyimpan semua alat kesehatan dan obat di ruangan

dimana pemakaiannya berasal dari suatu permintaan lewat standar prosedur

Rumah Sakit ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Macam obat disesuaikan dengan

65

Page 66: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

kekhususan jenis pelayanan harus mencakup keperluan emergency care. Jumlah

obat disesuaikan dengan banyaknya penderita serta kemampuan supply dari

Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pada sistem ini farmasis berperan sebagai

pengontrol sedangkan tanggung jawab berada di tangan perawat.

Keuntungan Total Floor Stock/Ward Floor Stock yaitu pasien mudah

mendapatkan perbekalan farmasi dan tidak harus membayar obat yang lebih.

Pengembalian obat sisa tidak ada karena pemakaian perbekalan farmasi sesuai

dengan keperluan. Keuntungan lainnya adalah tidak memerlukan tenaga kerja

yang banyak. Sedangkan kerugiannya yaitu jumlah persediaan sediaan farmasi di

ruangan menjadi lebih besar sehingga perlu fasilitas tempat yang lebih besar yang

berkaitan dengan investasi yang besar pula dan juga besarnya resiko kerusakan

obat. Perawat pun akan membutuhkan lebih banyak waktu sehingga tugas

perawatannya dapat tersita. Selain itu, resiko kehilangan sediaan farmasi lebih

tinggi. Memungkinkan terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan atau

kesalahan penulisan etiket. Kekurangan yang lain secara administratif dan

keuangan diperlukan pengelolaan yang sangat kompleks sehingga membutuhkan

pengawasan yang maksimal.

Penarikan/penghapusan perbekalan farmasi yang kadaluarsa dan rusak

dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi sedangkan pemusnahannya dilakukan oleh

Panitia Penghapusan Barang Rumah Sakit yang sebelumnya mendapat

persetujuan dari Pemprov Jatim. Barang yang akan ditarik atau dimusnahkan

didata terlebih dahulu, kemudian dibuat berita acara penghapusan oleh panitia

penghapusan. Perbekalan farmasi yang akan dimusnahkan dibawa ke bagian IPL

(Instalasi Penyehatan Lingkungan) untuk dimusnahkan menggunakan incinerator.

Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi pasien dan

menjamin persediaan barang farmasi di tiap unit, IFRS berkoordinasi dengan SDF

untuk membentuk tiga belas SDF. Sub-sub depo tersebut yaitu SDF Rawat Inap-

Rawat Jalan, SDF OK Sentral, SDF OK IRD, SDF IRD, SDF IRJ I, SDF IRJ II,

SDF IRJ Maskin, SDF IRJ ASKES/PNS, SDF Paviliun, SDF IRNA I, SDF IRNA

II, SDF IRNA III, dan SDF IRNA IV. SDF OK IRD dan OK Sentral mendapatkan

66

Page 67: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

perbekalan farmasi dari Gudang Logistik Farmasi. Sedangkan SDF yang lain

mendapatkan perbekalan farmasi dari gudang depo farmasi.

SDF rawat inap-rawat jalan memberikan pelayanan perbekalan farmasi

bagi karyawan honorer dan pasien terlantar, SDF III dan IRNA IV melakukan

pelayanan dengan sistem floor stock dan individual prescribing. Floor stock di

IRNA III diadakan berdasarkan data pemakaian hari sebelumnya, obat-obatnya

disimpan dalam lemari untuk keperluan di ruangan. Keuntungan pelayanan

farmasi dengan sistem ini adalah dapat meningkatkan pelayanan secara cepat bagi

pasien yang membutuhkan, namun memerlukan pengawasan yang ketat untuk

menghindari kehilangan barang farmasi yang disediakan. Penyimpanan sediaan

farmasi di IRNA III dinilai kurang baik, hal ini kemungkinan disebabkan ukuran

ruangan SDF IRNA III yang sempit. Hal ini tentu saja mempengaruhi penataan

barang di SDF IRNA III. Kecilnya ruangan tersebut mengakibatkan penataan dan

penyusunan barang terkesan tidak rapi. Walaupun barang sudah dipisahkan

berdasarkan sumber anggarannya, bentuk sediaan, maupun stabilitas, namun hal

tersebut masih belum cukup menjamin mutu pelayanan obat di SDF IRNA III. Di

SDF IRNA III barang tidak dipisahkan berdasarkan kelas terapi melainkan

berdasarkan alfabetis dan status pasien sehingga mempermudah dalam mencari

obat yang diminta.

SDF OK Sentral melayani kebutuhan farmasi untuk tindakan bedah dan

anestesi yang terencana di Instalasi OK Sentral. Permintaan perbekalan farmasi di

OK Sentral ini menggunakan format permintaan barang dalam bentuk buku untuk

mempermudah pelayanan dan perhitungan biaya barang farmasi yang telah

digunakan oleh pasien. Sebenarnya kondisi ini tidak sesuai dengan yang telah

ditetapkan (harus melalui resep tertulis), tetapi untuk mempercepat pelayanan

maka sistem ini masih digunakan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. SDF OK

IRD hampir sama dengan SDF OK Sentral hanya saja SDF OK IRD melayani

kebutuhan farmasi untuk tindakan bedah dan anestesi yang tidak terencana.

SDF IRNA I dan IRNA II melayani kebutuhan barang farmasi pasien

rawat inap di IRNA I dan IRNA II yang meliputi obat-obatan dan alat kesehatan.

Pelayanan kefarmasian di IRNA I dan IRNA II secara keseluruhan sudah cukup

67

Page 68: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

baik, hanya saja sebaiknya ditambahkan seorang asisten apoteker untuk

membantu kerja apoteker di ruangan karena seorang apoteker tidak mampu

melaksanakan konseling obat dengan baik, disebabkan beban kerja yang besar

dengan waktu yang terbatas.

SDF IRD melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan langsung kepada

pasien di IRD dengan menggunakan resep. SDF IRJ I dan IRJ II adalah salah satu

SDF yang ada di RSUD Dr. saiful anwar Malang yang khusus melayani pasien

rawat jalan pada poli-poli yang ada yaitu poli KB, OBGYN, anak, bayi, mata,

bedah, THT, neuro dan jiwa, kulit, IPD, dan jantung. Pelayanan resep untuk

JAMKESDA dan JAMKESMAS dilayani di SDF IRJ maskin. Pelayanan resep

untuk pasien askes/PNS dilayani di SDF IRJ Askes PNS. Secara keseluruhan

pelayanan kefarmasian di SDF IRJ telah cukup baik, hanya saja jumlah sumber

daya manusia yang terbatas dan pasien yang sangat banyak membuat KIE pada

pasien tidak dapat terlaksana dengan baik.

Pelayanan asuhan kefarmasian yang dilakukan oleh mahasiswa PKPA di

ruangan adalah melakukan pengecekan jumlah obat dan alkes yang ada di laci

setiap pasien, apabila terdapat sisa obat oral yang belum diminum oleh pasien

maka dilakukan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk memotivasi

pasien supaya meningkatkan kepatuhan penggunaan obat. Selain itu juga

mahasiswa PKPA ikut membantu petugas farmasi menyerahkan obat kepada

pasien pada siang hari setelah dilakukan visite dokter disertai informasi yang

diperlukan tentang obat yang diberikan. Selain itu, juga pelayanan kefarmasian

yang dilakukan oleh mahasiswa PKPA diantaranya melakukan pemantauan

penggunaan obat oleh pasien (memantau efektivitas terapi obat), dapat juga

berupa pemantauan efek samping obat dan interaksi obat, melakukan edukasi

kepada pasien atau keluarga pasien melalui kegiatan PKRS (Promosi Kesehatan

Rumah sakit), yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan. Kegiatan penyuluhan ini

dilakukan setiap satu minggu sekali oleh tenaga kesehatan, antara lain mahasiswa

PKP dari Gizi, Perawat, dan Farmasi. Penyuluhan dilakukan di dalam ruangan dan

menggunakan media cetak yaitu leaflet dan poster. Dalam melaksanakan PKPA

68

Page 69: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

ini, kami juga mengambil studi kasus untuk dipresentasikan ditiap minggunya

oleh masing-masing mahasiswa.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar juga terlibat dalam

pengobatan Tuberculosis Multidrug Resistance (TB MDR). Program tersebut

dilaksanakan oleh tim ahli klinis kesehatan RSUD Dr. Saiful Anwar. Tim ahli

klinis memiliki peran dan tanggung jawab dalam hal menetapkan diagnosis,

pasien masuk atau tidak dalam pengobatan MDR, panduan dan dosis obat

antituberkulosis (OAT) lini 2 yg digunakan, pasien siap untuk rawat jalan, pasien

dapat masuk ke tahap lanjutan, hasil akhir pengobatan, bekerja sama dengan tim

terapeutik untuk menangani efek samping yang berat serta masalah yang

memerlukan penanganan lebih lanjut.

RSUD Dr. Saiful Anwar mengutamakan keselamatan pasien (patient

safety), diantaranya yaitu mencegah kejadian efek terapi obat yang tidak

diinginkan. Biasanya dilakukan dengan menskrining resep (skrining administrasi

dan skrining farmasetis) sebelum obat dilayani, memperhatikan rupa, dan

pengucapan nama obat yang mirip (look alike, sound alike medication names),

memastikan obat diserahkan kepada pasien atau keluarga pasien, membangun

komunikasi efektif (misalnya konseling kepada pasien atau keluarga pasien).

RSUD Dr. Saiful Anwar sudah menjalankan kegiatan patient safety dengan baik.

Saat ini pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang dulu mengacu drug

oriented, sekarang ini diharapkan mengarah pada patient oriented yang pada

pelaksanaanya semakin difokuskan pada pasien dengan memperhatikan semua

aspek yang terkait. Dalam memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien,

diharapkan farmasis dapat bekerja sama dengan dokter, perawat, dan ahli gizi

sebagai satu tim kesehatan.

Agar dapat berperan secara optimal, koordinasi intern tenaga farmasi di

rumah sakit harus ditingkatkan, yang meliputi tersedianya sumber daya manusia

dengan jumlah dan kualitas yang sesuai dengan fungsi rumah sakit, penyediaan

fasilitas dan prasarana yang memadai, efisiensi, dan efektifitas beban kerja serta

penilaian sumber daya manusia sebagai bagian dari fungsi kesehatan.

69

Page 70: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Farmasi klinik (clinical pharmacy) atau farmasi bangsal (ward pharmacy)

adalah praktek farmasi klinik yang dilakukan terhadap pasien yang dirawat di

ruang/bangsal perawatan (pasien rawat inap) yang dilakukan oleh apoteker di

rumah sakit dengan cara meninjau langsung keadaan pasien yang dirawat di

ruang rawat inap. Farmasi ruangan adalah bagian dari Pharmaceutical Care yang

berupa pelayanan apoteker/farmasis sebagai pengabdiannya terhadap profesi.

Visitasi farmasis di bangsal adalah perwujudan asuhan kefarmasian di rumah

sakit.

Keterampilan farmasi klinik yang diperlukan meliputi kemampuan untuk

mengaplikasikan pengetahuan terapeutik, mengkorelasikan keadaan sakit dengan

pemilihan obat, menggunakan catatan kasus pasien, menginterpretasikan data

laboratorium, mengaplikasikan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis,

mengidentifikasi kontraindikasi, mengenal kemungkinan munculnya efek

samping obat yang tidak dikehendaki, membuat keputusan yang terkait dengan

formulasi dan stabilitas, mengkaji literatur medis dan obat-obatan,

merekomendasikan pengaturan dosis dan berkomunikasi efektif secara verbal

dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.

Namun, aplikasi monitoring efek samping obat dan rasionalisasi terapi

terhadap pasien kurang dilakukan. Hal ini disebabkan minimnya tenaga farmasis

yang kompeten untuk terjun langsung mendampingi tenaga kesehatan yang lain

dalam merawat pasien. Kerja sama yang dilakukan antar tenaga kesehatan ini

secara beriringan, saling melengkapi dan mendukung dalam melakukan pelayanan

sangat penting untuk mencapai pengobatan yang optimal.

Kegiatan PKPA mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker ini

mencakup kegiatan dalam hal manajerial dan asuhan kefarmasian. Kegiatan yang

dilakukan dalam manajerial misalnya mengetahui perencanaan, pengadaan,

penyimpanan, distribusi, sedangkan kegiatan asuhan kefarmasian misalnya

memberikan KIE ketika PODS pada pasien di ruangan. Kegiatan tersebut

nantinya akan berguna sebagai bekal dalam meningkatkan pelayanan kefarmasian

di rumah sakit yang telah berkembang kearah patien oriented.

70

Page 71: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

Peran seorang farmasis yang sanagat penting di rumah sakit adalah dalam

meminimalkan terjadinya medication error selain itu farmasis juga berperan

dalam pelayanan kefarmasian secara paripurna baik secara manajerial maupun

fungsional dengan memperhatikan faktor keselamatan pasien, yang dimulai dari

proses pengelolaan sediaan farmasi, melakukan monitoring dan mengevaluasi

keberhasilan terapi, memberikan edukasi dan konseling serta bekerjasama dengan

pasien dan tenaga kesehatan lain berguna untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien, sehingga untuk dapat berperan secara profesional maka sangat penting

bagi seorang farmasis yang akan memberikan pelayanan kefarmasian

(pharmaceutical care) untuk membekali diri sebaik-baiknya dengan ilmu

pengetahuan dan ketrampilan yang memadai.

71

Page 72: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

BAB V

KESIMPULAN

Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Dr. Saiful

Anwar, dapat disimpulkan bahwa :

1. Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

memberikan kesempatan kepada mahasiswa calon apoteker untuk melatih

kemampuan berkomunikasi baik dengan tenaga kesehatan lain, maupun dengan

pasien yaitu melalui kegiatan pelayanan informasi obat, konseling serta studi

kasus.

2. Perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi (obat dan alkes) memakai

metode kombinasi epidemiologi dan konsumsi dengan berpedoman pada

formularium rumah sakit, DOEN, usulan, anggaran yang tersedia, data

pemakaian sebelumnya, penetapan prioritas, dan siklus penyakit.

3. Perbekalan farmasi (obat dan alkes) yang diproduksi di Rumah Sakit Dr. Saiful

Anwar adalah sediaan dengan formula khusus, sediaan yang tidak tersedia di

pasaran, contohnya aqua demineralisata, rekonstitusi sediaan Meropenem

untuk pediatrik, peracikan sediaan obat sitostatika, obat racikan dalam sediaan

puyer atau kapsul.

4. Pendistribusian perbekalan farmasi (obat dan alkes) meliputi empat macam,

yaitu floor stock, individual prescribing (melayani peresepan untuk satu

orang), kombinasi (antara floor stock dan individual prescribing), PODS

(Pemberian Obat Dosis Sehari).

5. Penarikan atau penghapusan perbekalan farmasi (obat dan alkes) yang sudah

kadaluwarsa dan rusak dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi sedangkan

pemusnahannya dilakukan oleh oleh panitia Penghapusan Barang Rumah

Sakit.

6. RSUD Sr. Saiful Anwar terlibat dalam program Pemerintah dalam penanganan

TB MDR yang dilaksanakan oleh tim ahli klinis rumah sakit.

7. RSUD Dr. Saiful Anwar sudah melakukan pelayanan kefarmasian yang

berbasis Pharmaceutical care (patient oriented), salah satunya adalah PKRS.

72

Page 73: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

BAB VI

SARAN

Beberapa saran yang dapat kami berikan untuk meningkatkan dan

menyempurnakan pelayanan kesehatan yang paripurna, antara lain :

1. Apoteker di setiap ruangan perlu melakukan visite bersama dokter dan

sebaiknya mengikutsertakan mahasiswa PKPA.

2. Penataan perbekalan farmasi di gudang logistik RSSA sudah sesuai

dengan sistem FEFO dan FIFO, tetapi sebaiknya dikombinasi dengan

sistem alfabetis dan dikelompokkan menurut bentuk sediaan sehingga

mempercepat pelayanan farmasi.

3. Pendistribusian obat di IFRS atau Depo Farmasi sudah baik, tetapi perlu

ditingkatkan lagi dalam hal pemberian informasi dan edukasi kepada

pasien sehingga kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan

meningkat.

73

Page 74: Laporan Managerial AQ

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker XIX Universitas Muhammadiyah Surakarta

di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang Periode 15 April – 14 Juni 2013

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004, Kepmenkes RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di RS.

Anonim, 2009, Undang-Undang RI No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Depkes RI, Jakarta.

Aslam, M., et al, 2003, Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy): Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Depkes, 1993, Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 436/Menkes/SK/VI/1993, Direktorat Pelayanan Medik, Jakarta.

74