laporan lawatan ke panti

6
Laporan Kuniungan ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2, Cangkerang FILZAH ATIKAH BINTI JOHAMIN 102012491 KELOMPOK D2 UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

description

orang tua, lanjut usia, empati, laporan

Transcript of laporan lawatan ke panti

Page 1: laporan lawatan ke panti

Laporan Kuniungan ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2, Cangkerang

FILZAH ATIKAH BINTI JOHAMIN

102012491

KELOMPOK D2

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jalan Arjuna Utara, No. 6 , Jakarta 11510

[email protected]

Page 2: laporan lawatan ke panti

Pada hari Sabtu yang lalu, tanggal 13 Oktober 2012, saya dan teman-teman Angkatan 2012 telah berkunjung ke sebuah panti sosial. Tujuan kunjungan ke panti tersebut adalah untuk melawat oma-oma dan opa-opa di samping mengaplikasikan materi kuliah komunikasi dan empati yang sudah dipelajari. Lawatan ini juga bertujuan untuk mendedahkan kepada para mahasiswa dan mahasiswi cara berkomunikasi dengan pasien.

Kami diberi taklimat oleh bapak pengurus panti sebelum kami diberi otoritas untuk berjalan di sekeliling panti mewawancara oma-oma dan apa-apa. Bapak pengurus mengatakan bahwa penghuni panti ini merupakan warga terlantar pasca rawatan ke rumah sakit. Panti memberi perhatian untuk perawatan dari segi tubuh, mental dan jiwa. Oleh itu, di panti ini terdapat dokter, suster, psikologis dan rohaniawan. Penghuni panti ini kira-kira 152 orang dan semuanya menghidap pelbagai jenis penyakit seperti psikis (skizoprenia + depressi), HIV, TB dan banyak lagi. Bapak pengurus juga memberitahu bahwa pasien di sini bukan sekadar makan dan tidur sahaja. Mereka juga melakukan aktifiti lain seperti muzik, menganyam dan lain-lain.

Jujurnya, saya agak terkejut ketika mula-mula menjejakkan kaki di dalam kawasan tempat tinggal. Kondisi panti sangat sedih dan serba kekurangan. Panti juga kelihatan kurang bersih dan agak berbau yang tidak enak di dalam kamar juga kelihatan serba kekurangan apabila kipas tidak berfungsi dan kipas meja yang disediakan tidak cukup untuk menyajukkan orang lain. Setelah melihat keadaan panti, saya dan beberapa ahli kelompok saya mengambil keputusan untuk mewawancara opa-opa terlenih dahulu. Berikut adalah hasil wawancara saya:

Orang pertama yang kami wawancara adalah seorang opa yang bernama Mokhtar. Dia seorang muslim dan berusia 64 tahun dan baru sahaja beberapa bulan berada di panti. Dia diserang strok. Sejak berada di panti, sudah dua kali dia diserang strok sehingga dia tidak dapat bergerak, berjalan dan berbicara dengan baik. Namun, setelah diberi rawatan dan diberi obat,keadaannya semakin baik walaupun masih mengalami kesukaran. Dia juga belajar kembali untuk makan mandiri. Saya memiliki kesukaran dalam memahami kata-kata opa tersebut, namun saya dan teman saya berusaha untuk memahami dan menanggapi butir bicara opa Mokhtar. Sekarang, opa tengah menjalani terapi untuk mengembalikan fungsi anggotanya. Sewaktu dia sehat, dia bekerja sebagai seorang supir. Dia memiliki tiga orang anak dan beberapa orang cucu namun mereka semua belum pernah melawat opa di panti. Istri opa Mokhtar juga sudah meninggal dunia. Saya terkelu dan rasa bersalah apabila bertanya soalan itu kepadanya. Setelah memberi kata-kata semangat dan mengucapkan terima kasih kepada opa, kami beransur untuk mewawancara orang lain.

Selepas itu kami ke kamar sebelah. Nama opa tersebut Surip. Dia beragama islam dan berusia 42 tahun. Dia belum berkahwin dan berasal dari Jakarta. Ibu bapanya masih hidup. Sebelum ke panti, dia bekerja sebagai parkir. Dia juga mengalami masalah pada kakinya. Kedua kakinya tidak dapat bergerak. Dia juga harus mengikuti terapi untuk melatih dan menguatkan kakinya agar bisa berjalan kembali. Dia kurang senang berada di panti. Dia lebih suka bekerja mencari rezki daripada hanya duduk di panti. Dia rindukan kerjanya dan ingin segera sembuh

Page 3: laporan lawatan ke panti

dan kembali bekerja. Kami berpesan kepada opa agar terus berusaha dan semangat meneruskan terapinya agar dia sembuh dan dapat keluar dari panti dan kembali bekerja. Jangan putus asa dan mengalah, terus berusaha.

Setelah itu, kami keluar dari kamarnya. Diluar tempat tinggal mereka, kami ternampak seorang opa yang sedang duduk di atas kerusi seorang diri. Kami mendekatinya dan meminta kebenaran untuk mewawancara beliau. Nama opa tersebut Sabar. Tapi kelihatannya dia lebih pantas dipanggil bapa daripada opa. Setelah bertanya umurbya, rupa-rupanya Pak Sabar baru berusia 35 tahun. Dia seorang yang beragama islam. Dia juga diserang strok menyebabkan dia mengalami kesukaran untuk bergerak dan berjalan. Kakinya merasa cramp. Dia juga harus menjalani terapi. Dia baru enam bulan berada di panti tersebut. Sebelum itu, dia berada di rumah sakit selama dua hingga tiga tahun. Kadang-kadang bapak akan berjalan-jalan di kawasan panti. Kadang-kadang dia akan berlatih menggunakan kerusi roda tetapi tidak boleh lama kerana ada penghuni panti yang lain yang mahu menggunakan kerusi roda tersebut. Dia juga ingin segera sembuh dan keluar dari panti dan bekerja semula. Kami berpesan kepada bapak untuk bersabar dan terus mengikuti terapi di panti dan mendoakan agar beliau cepat sembuh.

Kami akhirnya mengambil keputusan mewawancara oma-oma. Semasa masuk ke kamar mereka, banyak katil yang sedang dipenuhi teman-teman yang lain. Tiba-tiba saya tertarik melihat seorang oma yang sedang duduk termenung sambil duduk di atas katilnya. Saya pun mendekati oma tersebut. Semasa menghulurkan tangan untuk bersalaman dengan oma tersebut, dia menghulurkan tangannya. Tapi tangannya yang sebelah kiri. Saya terkejut tapi tetap menyalaminya. Saya minta ijin untuk duduk di atas katilnya. Nama oma tersebut Norhayati. Oma tersenyum bila saya berkata teman saya ada yang nama sama macam oma. Kelihatannya dia juga mengalami strok. Oma memberitahu bahwa dia tidak dapat berjalan. Kaki kanannya tidak dapat bergerak. Dia selalu memegang seperti mengurut-urut tangan kanannya. Dia mata kanannya terdapat suatu macam gelembung. Bila saya bertanya kepadanya, dia berkata dia tidak dapat melihat menggunakan mata kanannya. Seperti anggota sebelah kananya seperti lumpuh. Dia memberitahu saya bahwa dia tidak merasa apa-apa dengan tangannya yang sebelah kanan. Hanya merasa berat apabila dia coba mengangkat. Dia sudah menjalani terapi beberapa kali namun tetap tiada perubahan. Saya dapat melihat kesugguhan oma tersebut untuk berusaha menggerakkan tangan kanannya. Sayu hati saya melihat perbuatan oma tersebut. Saya sempat menolong dia mengipas menggunakan sekeping kad kerana kipas tidak berfungsi dan kipas tambahan tidak cukup. Oma tersebut berkata bahwa pada Hari Raya Aidil Adha anaknya akan melawat dia di panti.

Ada seorang lagi yang menarik perhatian saya. Seorang cewek yang sangat muda, namanya Iin. Rupanya dia baru berusia 18 tahun. Dia berada di panti selepas keluar dari hospital. Dia telah digilis oleh keretaapi. Dokter-dokter ingat dia tidak dapat diselamatkan lagi dan sangat terkejut a[abila mengetahui dia hidup masih bertahan. Iin menceritakan bahwa dia sudah berada di dalam keretaapi apabila dia mendengar seperti ada orang memanggil namanya. Lalu dia pon melangkah keluar. Belum sempat dia menjejakkan kaki ke stesen semula, keretaapi bergerak

Page 4: laporan lawatan ke panti

menyebabkan dia digilis. Dia hanya belajar sampai tingkat SD sahaja dan sudah berkahwin. Ibunya bekerja di Mesir sebagai pembantu dan dia kangen banget sama ibunya. Ibunya hanya mengetahui kecelakaan yang menimpa Iin melalui telefon sahaja. Dia bekerja sebagai seorang pengamen. Begitu juga dengan suaminya. Dia berkata bahwa hampir setengah tulang-tulang badannya diganti dengan besi. Pada awal selepas kemalangan dia tidak bisa membuang air kecil dan besar secara normal. Dia berada di panti kerna tidak ada orang yang dapat menjaganya.

Saya tidak dapat menggambarkan perasaan saya sewktu di panti. Lawatan ini mengajar saya menjadi seorang yang lebih bersyukur, bersemangat untuk menjalani kehidupan dan mencapai cita-cita saya untuk menjadi dokter. kita tidak harus mudah mengeluh kerana ramai lagi orang yang mengalami kesusahan lebih dari kita. Hargai orang tua kita. Kita juga harus sentiasa menghulurkan tangan ringankan beban orang-orang yang butuh pertolongan. Saya berharap agar aktifitas ini dapat sering dilakukan untuk kebaikan para mahasiswa dan mahasiswi serta agar kita dapat berkongsi kesenanangan dan kegembiraan kita dengan orang lain.