laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

download laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

of 18

Transcript of laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    1/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 1

    LAKSATIF DAN ANTIDIARE

    1.

    Tujuan

    a. Memahami dan terampil melakukan teknik evaluasi obat-obat laksatif dan anti

    diare.

    b. Memahami mekanisme kerja obat pencahar.

    c. Memahami dan mampu menganalisa efek samping/toksisitas obat-obat

    laksatif/anti diare tersebut.

    2. Tinjauan Pustaka

    A. Anti diare

    Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari)

    yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak

    pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal

    (Daldiyono, 1990).Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang terus

    menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau memiliki

    kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare menyerang balita

    dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa terjangkit diare. Jenis

    penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya (Anne, 2011).

    Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit perut. Ada

    lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:

    1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang datang tiba-tiba

    dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut, penderita

    akan mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan jika tidak diberika

    makan dam minum.

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/
  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    2/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 2

    2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang

    disebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.

    3. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar meningkat,

    diare ini dapat menyebabkan kerusakan usus halus,spesis yaitu infeksi bakteri

    dalam darah, malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi.

    4. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan

    bahaya utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam usus

    tetapi menyebar hingga keluar usus.

    5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang lainnya,

    karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau menyeluruh yang

    berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral. Bahkan bisa mengakibatkan

    gagal jantung.

    Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National Digestive

    Diseases Information Clearinghouse, 2007) :

    infeksi bakteri

    beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan atau minuman,

    contohnyaCampylobacter,Salmonella, Shigella, danEscherichia coli (E. coli).

    infeksi virus

    beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk virus,

    cytomegalovirus,herpes simplex virus, and virus hepatitis.

    intoleransi makanan

    beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan, misalnya pemanis

    buatan dan laktosa.

    parasit

    parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap di

    dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare misalnya Giardia

    lamblia,Entamoeba histolytica,and Cryptosporidium.

    reaksi atau efek samping pengobatan

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/
  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    3/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 3

    antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida mengandung

    magnesium yang mampu memicu diare.

    gangguan intestinal

    kelainan fungsi usus besar

    Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila

    penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa berakibat

    fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium

    (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang

    berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi

    bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang

    lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas daripada orang

    dewasa (Adnyana, 2008).

    Mekanisme timbulnya diare.

    Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa menyebabkan

    diare dan muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan diare dan muntah,

    disebabkan oleh pangan dan air yang terkontaminasi oleh mikroba. Pada tulisan ini

    akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah yang disebabkan oleh mikroba melalui

    pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah diare digunakan untuk menjelaskan

    terjadinya peningkatan likuiditas tinja yang dihubungkan dengan peningkatan berat

    atau volume tinja dan frekuensinya. Seseorang dikatakan diare jika secara kuantitatif

    berat tinja per-24 jam lebih dari 200 gram atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi

    lebih dari tiga kali sehari (Putri, 2010).

    Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi dengan beberapa

    mekanisme. Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit,

    seringkali dengan melibatkan enterotoksin yang akan menurunkan absorpsi garam

    dan air dan/atau meningkatkan sekresi anion aktif. Pada kondisi diare ini tidak terjadi

    gap osmotic dan diarenya tidak berhubungan dengan isi usus sehingga tidak bisa

    dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini dikenal sebagai diare sekretory. Contoh dari

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/
  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    4/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 4

    diare sekretori adalah kolera dan diare yang disebabkan oleh enterotoxigenic E coli

    (Putri, 2010).

    Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya dorong

    pada kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara permukaan absorpsi

    usus dan cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini mungkin secara langsung

    distimu-lasi oleh proses patofisiologis yang diaktivasi oleh patogen, atau oleh

    peningkatan tekanan luminal karena adanya akumulasi fluida. Pada umumnya,

    peningkatan daya dorong tidak dianggap sebagai penyebab utama diare tetapi lebih

    kepada faktor tambahan yang kadang-kadang menyertai akibat-akibat patofisiologis

    dari diare yang diinduksi oleh patogen (Putri, 2010).

    Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi kerusakan mukosa

    dan menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa. Sebaran, karakteristik dan

    daerah yang terinfeksi akan bervariasi antar organisme. Kerusakan mukosa yang

    terjadi bisa berupa difusi nanah oleh pseudomembran sampai dengan luka halus yang

    hanya bisa dideteksi secara mikroskopik. Kerusakan mukosa atau peningkatan

    permeabilitas tidak hanya menyebabkan pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi

    juga mengganggu kemampuan mukosa usus untuk melakukan proses absorbsi yang

    efisien karena terjadinya difusi balik dari fluida dan elektrolit yang diserap. Diare

    jenis ini dikenal sebagai diare eksudatif. Penyebabnya adalah bakteri patogen

    penyebab infeksi yang bersifatinvasive (Shigella, Salmonella) (Putri, 2010).

    Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai kerusakan

    mucosal yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan pencernaan dan penyerapan

    karbohidrat (CHO) akan meningkat dengan hilangnya hidrolase pada permukaan

    membrane mikrovillus (misalnya lactase, sukrase-isomaltase) atau kerusakan

    membran microvillus dari enterosit. Peningkatan solut didalam luminal karena

    malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal meningkat dan terjadi difusi air

    ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare osmotik dan bisa dihambat dengan

    berpuasa (Putri, 2010).

    Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen

    meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa,

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/
  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    5/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 5

    invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat

    menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan

    mukosa usus (Putri, 2010).

    Adhesi

    Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan antara struktur polimer

    fimbria atau pili dengan reseptor atau ligan spesifik pada permukaan sel epitel.

    Fimbria terdiri atas lebih dari 7 jenis, disebut juga sebagaicolonization factor antigen

    (CFA) yang lebih sering ditemukan pada enteropatogen seperti Enterotoxic E. Coli

    (ETEC).

    Mekanisme adhesi yang kedua terlihat pada infeksi Enteropatogenic E.coli

    (EPEC), yang melibatkan gen EPEC adherence factor (EAF), menyebabkan

    perubahan konsentrasi kalsium intraselluler dan arsitektur sitoskleton di bawah

    membran mikrovilus. Invasi intraselluler yang ekstensif tidak terlihat pada infeksi

    EPEC ini dan diare terjadi akibatshiga like toksin.

    Mekanisme adhesi yang ketiga adalah dengan pola agregasi yang terlihat pada jenis

    kuman enteropatogenik yang berbeda dariETEC atauEHEC (Putri, 2010).

    I nvasi.

    Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran basolateral sel epitel

    usus. Di dalam sel terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan menyebar ke sel epitel

    sekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler menimbulkan reaksi inflamasi serta

    kematian sel epitel. Reaksi inflamasi terjadi akibat dilepaskannya mediator seperti

    leukotrien, interleukin, kinin, dan zat vasoaktif lain. Kuman Shigella juga

    memproduksi toksin shiga yang menimbulkan kerusakan sel. Proses patologis ini

    akan menimbulkan gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa lemah, dan gejala

    disentri. Bakteri lain bersifat invasif misalnya Salmonella.

    Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan oleh

    Shigella dysentrie yang bersifat sitotoksik. Kuman lain yang menghasilkan sitotoksin

    adalahEnterohemorrhagic E. Coli (EHEC) serogroup 0157 yang dapat menyebabkan

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/
  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    6/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 6

    kolitis hemoragik dan sindroma uremik hemolitik, kuman EPEC serta V.

    Parahemolyticus (Putri, 2010).

    Enterotoksin.

    Prototipe klasik enterotoksin adalah toksin kolera atau Cholera toxin (CT)

    yang secara biologis sangat aktif meningkatkan sekresi epitel usus halus. Toksin

    kolera terdiri dari satu subunit A dan 5 subunit B. Subunit A1 akan merangsang

    aktivitas adenil siklase, meningkatkan konsentrasi cAMP intraseluler sehingga terjadi

    inhibisi absorbsi Na dan klorida pada sel vilus serta peningkatan sekresi klorida dan

    HCO3 pada sel kripta mukosa usus.

    ETEC menghasilkan heat labile toxin (LT) yang mekanisme kerjanya sama

    dengan CT serta heatStabile toxin (ST).ST akan meningkatkan kadar cGMP selular,

    mengaktifkan protein kinase, fosforilasi protein membran mikrovili, membuka kanal

    dan mengaktifkan sekresi klorida (Putri, 2010).

    Penggolongan obat antidiare :

    Kemoterapeutika

    Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa

    pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh

    infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi

    parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi

    digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan

    antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan

    kuinolon) (Schanack, 1980).

    Zat penekan peristaltik usus

    Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan

    mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan alkaloidnya,

    derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan antikolinergik (atropin dan ekstrak

    beladona) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/
  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    7/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 7

    Adsorbensia

    Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah

    mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi

    permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak

    serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah

    karbon, musilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan garam-garam alumunium

    ) (Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007).

    Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan

    antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat bakteri dan

    toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan bersama tinja. Adsorben

    yang digunakan dalam sediaan diare antara lain attapulgit aktif, karbon aktif, garam

    bismuth, kaolin dan pektin (Harkness, 1984).

    Loperamida

    Pemerian: serbuk putih sampai agak kuning, melebur pada suhu lebih kurang 225oC

    disertai peruraian.Kelarutan: sukar larut dalam air dan asam encer, mudah larut dalam metanol dan

    kloroform.

    (Farmakope Indonesia IV, 1995).

    Obat ini memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot

    sirkuler dan longitudinal usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga

    diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor

    tersebut. Obat ini sama efektifnya dengan difenoksilat untuk pengobatan diare kronik.

    Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen, sedangkan toleransi

    terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi. Pada sukarelawan yang mendapatkan

    dosis besar loperamid, kadar puncak pada plasma dicapai dalam waktu empat

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/
  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    8/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 8

    jamsesudah makan obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan

    motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik. Waktu

    paruhnya adalah 7-14jam. Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian

    oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik; sifat-sifat ini menunjang selektifitas

    kerja loperamid. Sebagian besar obat diekskresikan bersama tinja. Kemungkinan

    disalahgunakannya obat ini lebih kecil dari difenoksilat karena tidak menimbulkan

    euphoria seperti morfin dan kelarutannya rendah (Departemen Farmakologi dan

    Terapi UI, 2007).

    B. Laksatif

    Konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang susah atau jarang

    mengeluarkan feses.

    Tetapi menurut kriteria Rome III seseorang dikatakan

    mengalami konstipasi bila mengalami minimal 2 keluhan berikut ini yaitu

    defekasi kurang dari 3 kali per minggu, mengejan saat defekasi, feses yang keras,

    perasaan tidak lampias setelah defekasi, perasaan adanya hambatan atau obstruksi

    saat defekasi, dan adanya evakuasi manual untuk mengeluarkan feses misalnya

    dengan jari.2

    Meskipun bukan merupakan penyakit, konstipasi bukan merupakan

    sesuatu yang sepele karena jika tidak ditangani dengan baik konstipasi dapat

    berkomplikasi menjadi hemoroid, fisura ani, prolaps rektal, ulkus sterkoral,

    melanosis koli dan beberapa gangguan lainnya yang jelas dapat mengganggu

    aktivitas.3

    Sekitar 80 % manusia pernah mengalami konstipasi dalam hidupnya.

    Menurut National Interview Survey pada tahun 1991, sekitar 4,5 juta penduduk

    amerika mengeluh menderita konstipasi terutama pada anak-anak, perempuan,dan

    orang yang berusia diatas 65 tahun. Hal ini mengakibatkan kunjunag ke dokter

    sebanyak 2,5 juta kali/tahun dan menghabiskan dana sekitar 725 juta dolar untuk

    obat-obat laksatif.3

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/
  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    9/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 9

    Secara umum penanganan konstipasi itu harus disesuaikan dengan kondisi

    masing-masing pasien dengan memperhitungkan lama dan intensitas konstipasi,

    faktor-faktor kontribusi yang potensial, usia pasien, dan harapan hidup. Terapi

    inisial yang digunakan biasanya berupa diet dengan penekanan pada peningkatan

    asupan serat makanan (dietary fiber), fluid intake yang cukup dan regular

    exercise. Jika terapi ini tidak berhasil baru diberikan terapi farmakologis berupa

    laksatif, behavioral, dan operasi.

    Laksatif atau yang dikenal sebagai pencahar merupakan terapi

    farmakologis yang sangat umum digunakan masyarakat. Berdasarkan laporan

    Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan sebagian besar penduduk Indonesia

    masih kurang konsumsi serat dari sayur dan buah, kurang olah raga dan

    bertambah makan makanan yang mengandung pengawet, jadi laksatif masih

    menjadi pilihan utama untuk mengatasi konstipasi. Karena tidak semua laksatif

    dapat digunakan dalam waktu jangka panjang, maka pemilihan laksatif yang tepat

    harus sangat diperhatikan.

    Laksatif atau urus-urus atau pencahar ringan adalah obat yang berkhasiat

    untuk memperlancar pengeluaran isi usus. Disebut juga sebagai aperients dan

    aperitive.Mekanisme kerjaLaksatif:

    1. Sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air dengan akibat

    massa, konsistensi, dan transit feses bertambah.

    2. Laksatif bekerja secara langsung ataupun tidak langsung pada mukosa kolon

    dalam menurunkan absorbs NaCl dan air

    3. Laksatif juga dapat meningkatkan motilitas usus dengan akibat menurunnya

    absorbs garam dan air yang selanjutnya mengubah waktu transit feses.

    PRODUK LAKSATIF YANG BEREDAR DI INDONESIA

    1. Pencahar Pembentuk Massa

    a. Vegeta (kandungan: 5,52 gram Psyllium Husk dan 2,88 gram Inulin

    Chicory). Sediaan: 1 sachet 8,4 gram.

  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    10/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 10

    b. Yoghurt (kandungan metilselulosa, bakteri asam laktat Lactobacillus

    bulgariusdan Streptococcus thermophillus).

    c. Agar-agar swallow (kandungan: agar-agar). Sediaan: kemasan tepung agar-

    agar 7 gram.

    d. Nutrijell (kandungan: agar-agar). Sediaan: kemasan tepung agar-agar 10

    gram, 15 gram.

    2. Pencahar Emolien

    a. Kompolax emulsi (kandungan: liquidum parafin 1,5 gram, phenolphthalein

    75 mg, giserin 1 gram). Sediaan: emulsi 60 mL, 115 mL.

    3. Pencahar Stimulan

    a. Melaxan tablet (kandungan: bisakodil). Sediaan: tablet 5 mg x 4 x 10 butir.

    b. Stolax suppositoria (kandungan: bisakodil). Sediaan: suppositoria 10 mg x

    6.

    c. Kompolax emulsi (kandungan: liquidum parafin 1,5 gram, phenolphthalein

    75 mg, giserin 1 gram). Sediaan: emulsi 60 mL, 115 mL.

    d. Laxana (kandungan: bisakodil). Sediaan: tablet salut enterik 5 mg x 10.

    e. Dulcolax (kandungan: bisakodil). Sediaan: tablet salut enterik 5 mg.

    f. Laxamex (kandungan: bisakodil). Sediaan: tablet 5 mg x 4.

    g. Laxing tea (kandungan: daun sena 1600 mg, lidah buaya 100 mg, daun the

    300 mg). Sediaan: 1 dus berisi 15 teh celup @ 2 gram.

    4. Pencahar Laksatif Osmotik

    a. Duphalac (kandungan: laktulosa). Sediaan: sirup 3, 35 gram / 5 mL x 120

    mL.

    b. Microlax (kandungan: Natrium lauril sulfoasetat 45 mg, Natrium sitrat 450

    mg, Asam sorbat 5 mg, PEG 400 625 mg, Sorbitol 4465 mg). Sediaan:

    enema 5 mL 3 buah.

    c. Lactulax (kandungan: laktulosa). Sediaan: sirup 60 mL rasa vanila, sirup

    120 mL, dan sirup 200 mL.

    d. Fosen (kandungan: Natrium fosfat monobase 19 gram, Natrium fosfat

    dibase 7 gram). Sediaan: enema 118 mL.

  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    11/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 11

    e. Pralax syrup (kandungan: laktulosa). Sediaan: sirup 3, 35 gram / 5 mL x

    100 mL.

    f. Constipen (kandungan: laktulosa). Sediaan: sirup 66,7% / 5 mL x 120 mL).

    g. Fleet enema (kandungan: Monobasic Na fosfat 19 gram, dibasic Na fosfat

    7 gram). Sediaan: botol 133 mL.

    h. Lantulos (kandungan: laktulosa). Sediaan: sirup 3, 43 gram / 5 mL x 60

    mL.

    i. Opilax (kandungan: laktulosa). Sediaan: sirup 3, 335 gram / 5 mL x 60 mL,

    120 mL.

    j. Solac (laktulosa). Sediaan: sirup 3, 335 gram / 5 mL x 120 mL.

  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    12/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 12

    3. Alat dan Bahan

    Alat

    Timbangan Mencit

    Jarum oral

    Alat bedah

    Papan operasi

    Jarum pentul

    Stopwatch

    Penggaris

    Bahan Obat

    (Loperamid 10 mg/KgBb, 20 mg/KgBb, 30 mg/KgBb) dan (Bisacodyl 10

    mg/KgBb, 20 mg/KgBb, 30 mg/KgBb)

    Suspense norit

    Control (Na cmc)

    4. Cara kerja

    1)

    Timbang hewan (Mencit)

    2) Hitung VAO

    3) Berikan obat pada mencit (Bisacodyl 30 mg/KgBb)

    4) 5 menit kemudian berikan suspense Norit secara oral sebanyak 1 cc/100 g Bb

    5) Dibunuh, dan dibuka rongga perutnya. Kemudian dikeluarkan usus dari

    pylorus sampai katup ilosekal (bila perlu sampai akhir cekum)

    6) Rentangkan usus, gunting jaringan ikat usus. Lalu, sematkan usus dengan

    pentul

    7) Ukur panjang usus yang ditempuh oleh norit dan bandingkan panjang usus

    seluruhnya (% Laju Transit)

    8) Bandingkan Laju Transit dengan hewan yang tidak diberi obat

  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    13/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 13

    5. Hasil dan Pembahasan

    Hasil

    Kelompok 6

    Obat yang diberikan adalah : Bisacodyl 30 mg/KgBb

    Berat badan Mencit : 23 gram

    Perhitungan Vao :

    VAO = 30 mg/KgBb 0,023 Kg

    1 mg/ml

    = 0,69 ml

    % Laju Transit = panjang jarak yang ditempuh norit X 100%

    Panjang seluruh usus mencit

    % Laju Transit = 18 X 100%

    55

    = 32,72 %

  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    14/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 14

    Tabel data seluruh kelompok

    Kel Obat

    Panjang usus

    yang

    ditempuh

    norit (cm)

    Panjang usus

    seluruhnya

    (cm)

    Laju Transit

    1Loperamid (10

    mg/KgBb)8 cm 47 cm 17,02 cm

    2Loperamid (20

    mg/KgBb)7,5 cm 40 cm 18,75 cm

    3Loperamid (30

    mg/KgBb)

    8 cm 32,5 cm 24,61 cm

    4

    Bisacodyl (10

    mg/KgBb)12 cm 42 cm 28,57 cm

    Krontol (Na cmc 1%) 12,5 cm 47,5 cm 26,31 cm

    5Bisacodyl (20

    mg/KgBb)15 cm 34,5 cm 43,47 cm

    6Bisacodyl (30

    mg/KgBb)18 cm 55 cm 32,72 cm

  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    15/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 15

    Pembahasan

    Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret)

    dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh adanyarangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat menimbulkan reflek

    yang mempercepat peristaltik sehingga timbul diare.

    Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi

    normal, serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam.

    Pada dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-

    zat racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare

    akan berhenti dengan sendirinya.

    Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi diare

    hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang banyak

    digunakan diantaranya adalah Loperamid yang daya kerjanya dapat menormalisasi

    keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang

    berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan resorpsi normal kembali.

    Loperamid merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu neuroleptikum)

    dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada SSP, jadi tidak

    mengakibatkan ketergantungan. Obat abti diare yang digunakan pada praktikum kali

    ini adalah loperamid.

    Konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang susah atau jarang

    mengeluarkan feses. Laksatif atau yang dikenal sebagai pencahar merupakan terapi

    farmakologis yang sangat umum digunakan masyarakat. Laksatif atau urus-urus atau

    pencahar ringan adalah obat yang berkhasiat untuk memperlancar pengeluaran isi

    usus. Disebut juga sebagai aperients dan aperitive. Obat Laksatif yang digunakan

    pada praktikum kali ini adalah Bisacodyl..

    Penanganan awal konstipasi mencakup diet tinggi serat, cukup asupan cairan,

    dan olahraga teratur. Jika langkah di atas tidak berhasil mengatasi konstipasi, dapat

    mulai digunakan laksatif. Jika tidak ada indikasi tertentu, pilihan laksatif pertama

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/
  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    16/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 16

    adalah laksatif pembentuk massa dan laksatif osmotic, jika tidak berhasil, ganti

    dengan jenis laksatif yang lain.

    Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit.

    Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia,juga

    karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian

    dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan untuk percobaan, mencit

    dipuasakan selama 18 jam sebelum percobaan tetapi minum tetap diberikan. Hal

    tersebut dikarenakan makanan dalam usus akan berpengaruh terhadap kecepatan

    peristaltik.

    Pertama-tama masing-masing keolompok diberikan obat yang berbeda-beda.

    Dari kelompok 1 sampai kelompok 6 diberikan obat, yakni masing-masingnya

    (Loperamid 10 mg/KgBb, 20 mg/KgBb, 30 mg/KgBb) dan (Bisacodyl 10 mg/KgBb,

    20 mg/KgBb, 30 mg/KgBb). Dan kelompok 4 yang merupakan kelompok yang juga

    mengerjakan control, diberikan Na-cmc 1%.

    Mencit masing-masing kelompok kemudian ditimbang untuk dapat

    menghitung nilai VAO-nya. Lalu, berikan secara oral masing-masing obat yang

    didapat. 5 menit kemudian, mencit diberikan suspense norit secara oral sebanyak 1

    cc/100 g Bb.

    15 menit kemudian, mencit dibunuh dan dibuka rongga perutnya, lalu

    dikeluarkan usus dari pylorus sampai katup ilosekal. Setelah itu, rentangkan usus dan

    gunting jaringan ikat usus. Sematkan usus menggunakan pentul pada papan operasi.

    Ukur panjang usus yang ditempuh oleh norit dan bandingkan panjang usus

    seluruhnya, hiutung % Laju Transit-nya.

    Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh data hasil dari masing-masing

    kelompok. Berdasarkan data tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa, lebih panjang

    ukuran usus, maka lebih kecil laju transit-nya.

  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    17/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 17

    6. Kesimpulan

    1) Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi

    normal, serta konsistensi feses yang encer.

    2) Untuk mengatasi masalah diare, diberikan obat antidiare yang bertujuan untuk

    menurunkan gerakan peristaltik.

    3) Contoh obat antidiare yakni : Racecordil, Loperamide, nifuroxazide, dll.

    4) Konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang susah atau jarang

    mengeluarkan feses.

    5) Untuk mengatasi masalah konstipasi ini diberikan obat laksatif.

    6) Laksatif atau yang dikenal sebagai obat pencahar merupakan terapi

    farmakologis yang sangat umum digunakan masyarakat.

    7) Contoh obat Laksatif yakni : Bisacodyl, dulcolax, delmax, broklax, dsb.

    8) Penanganan awal konstipasi mencakup diet tinggi serat, cukup asupan cairan,

    dan olahraga teratur.

    9) Jika langkah di atas tidak berhasil mengatasi konstipasi, dapat mulai

    digunakan laksatif.

    10) Jika tidak ada indikasi tertentu, pilihan laksatif pertama adalah laksatif

    pembentuk massa dan laksatif osmotic, jika tidak berhasil, ganti dengan jenis

    laksatif yang lain.

    11) Dari data hasil praktikum yang diperoleh, didapatkanlah kesimpulan bahwa,

    lebih panjang ukuran usus, maka lebih kecil laju transit-nya.

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/
  • 8/10/2019 laporan LAKSATIF DAN ANTIDIARE.docx

    18/18

    Laporan Praktikum Farmakologi I (Laksatif/Antidiare) 18

    DAFTAR PUSTAKA

    Adnyana, Ketut. 2004. Sekilas Tentang Diare.

    http://www.blogdokter.net/2008/10/30/sekilas-tentang-diare/.

    Andrianto, P. 1995.Penataaksanaan dan PencegahanDiare Akut. Penerbit Buku

    EGC : Jakarta.

    http://andiscientist.blogspot.com/pengujian-aktivitas-antidiare.html.

    Anne, Ahira. 2011. Penyakit Diare Akut. http://www.anneahira.com/diare-akut.htm.

    [Diakses tanggal 10 April 2011]

    Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal :

    14-4.

    Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007.Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta

    : Penerbit UI Press.

    Suraatmaja, S. 2005.GastroenterologiAnak. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RS

    Sanglah : Denpasar.

    http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://www.blogdokter.net/2008/10/30/sekilas-tentang-diare/http://andiscientist.blogspot.com/pengujian-aktivitas-antidiare.htmlhttp://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/http://andiscientist.blogspot.com/pengujian-aktivitas-antidiare.htmlhttp://www.blogdokter.net/2008/10/30/sekilas-tentang-diare/http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/