laporan kunker riau 27-30 April 2015

21
1 LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR – RI KE PROVINSI RIAU PADA MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014 – 2015 TANGGAL 27 S/D 30 APRIL 2015 I. PENDAHULUAN A. DASAR KUNJUNGAN KERJA Komisi II DPR RI telah melakukan kunjungan kerja ke Pemerintah Provinsi Riau beserta anggota DPRD Provinsi Riau, Badan Pertanahan Naional (BPN) Provinsi Riau, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Riau, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Riau, dan Ombudsman Provinsi Riau. Komisi II DPR RI mengadakan pemantauan ke Kantor Gabungan Dinas Provinsi Riau dan suatu lahan di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar yang akan diajukan menjadi IPDN. Setelah itu kunjungan kerja dilanjutkan ke Pemerintah Kabupaten Kampar dengan melakukan pemantauan terhadap kegiatan yang dilakukan masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Insan Mandiri Desa Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu dan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata Kubang Jaya. Pertemuan Komisi II DPR RI dengan berbagai stakeholder penyelenggara pemerintahan di Provinsi Riau dilakukan untuk membahas berbagai hal seperti: sosialisasi Undang-Undang No 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, hasil evaluasi yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Riau dan juga daerah kabupaten induk selama ini terhadap Daerah Otonom Baru (DOB) yang sudah terbentuk terkait dengan perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai, kesiapan Pemerintah Provinsi Riau tekait perannya dalam rangka pembinaan dan pengawasan dana desa sebagaimana diamanahkan dalam Pasal 114 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, bagaimana penyelenggaraan pelayanan publik di Provinsi Riau, sejauh mana penyelesaian penetapan Nomor Induk Pegawai (NIP) Tenaga Honorer Kategori I di Provinsi Riau, sejauh mana upaya BKD Provinsi Riau dalam menyelesaikan persoalan Tenaga Honorer Kategori II yang belum tertampung dalam penerimaan CPNS, sejauh mana peningkatan status Badan Pertanahan Nasional menjadi sebuah kementerian berdampak pada kegiatan Kanwil BPN Riau, sejauh mana langkah-langkah penyelesaian kasus sengketa tanah yang terjadi di Provinsi Riau, persiapan KPU dan Bawaslu Provinsi Riau untuk menyelenggarakan pilkada serentak pada akhir tahun 2015, dan apa langkah-langkah yang dilakukan Bawaslu Provinsi Riau dalam melaksanakan pengawasan pemilihan kepala daerah serentak pada tahun 2015. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Komisi II DPR RI memandang perlu untuk melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Riau. Tim kunjungan Komisi II DPR RI ke Provinsi Riau berjumlah 16 orang anggota yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi II DPR RI Yth. Bapak Ir. H. Lukman Edy, M.Si/ Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa dan anggota Tim terdiri dari: NO NAMA KETERANGAN 1 Ir. H. Lukman Edy, M.Si. Ketua Tim/Wakil KetuaKomisi II/ F-PKB 2 Rambe Kamarul Zaman Ketua Komisi II/F-PG 3 Ir. H. Ahmad Riza Patria, MBA. Wakil Ketua Komisi II/F-P Gerindra 4 Komaruddin Watubun, SH., MH. Anggota/F-PDIP

Transcript of laporan kunker riau 27-30 April 2015

Page 1: laporan kunker riau 27-30 April 2015

1

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR – RI KE PROVINSI RIAU

PADA MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014 – 2015 TANGGAL 27 S/D 30 APRIL 2015

I. PENDAHULUAN A. DASAR KUNJUNGAN KERJA

Komisi II DPR RI telah melakukan kunjungan kerja ke Pemerintah Provinsi Riau beserta anggota DPRD Provinsi Riau, Badan Pertanahan Naional (BPN) Provinsi Riau, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Riau, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Riau, dan Ombudsman Provinsi Riau. Komisi II DPR RI mengadakan pemantauan ke Kantor Gabungan Dinas Provinsi Riau dan suatu lahan di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar yang akan diajukan menjadi IPDN. Setelah itu kunjungan kerja dilanjutkan ke Pemerintah Kabupaten Kampar dengan melakukan pemantauan terhadap kegiatan yang dilakukan masyarakat di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Insan Mandiri Desa Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu dan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata Kubang Jaya.

Pertemuan Komisi II DPR RI dengan berbagai stakeholder penyelenggara pemerintahan di Provinsi Riau dilakukan untuk membahas berbagai hal seperti: sosialisasi Undang-Undang No 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, hasil evaluasi yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Riau dan juga daerah kabupaten induk selama ini terhadap Daerah Otonom Baru (DOB) yang sudah terbentuk terkait dengan perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai, kesiapan Pemerintah Provinsi Riau tekait perannya dalam rangka pembinaan dan pengawasan dana desa sebagaimana diamanahkan dalam Pasal 114 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, bagaimana penyelenggaraan pelayanan publik di Provinsi Riau, sejauh mana penyelesaian penetapan Nomor Induk Pegawai (NIP) Tenaga Honorer Kategori I di Provinsi Riau, sejauh mana upaya BKD Provinsi Riau dalam menyelesaikan persoalan Tenaga Honorer Kategori II yang belum tertampung dalam penerimaan CPNS, sejauh mana peningkatan status Badan Pertanahan Nasional menjadi sebuah kementerian berdampak pada kegiatan Kanwil BPN Riau, sejauh mana langkah-langkah penyelesaian kasus sengketa tanah yang terjadi di Provinsi Riau, persiapan KPU dan Bawaslu Provinsi Riau untuk menyelenggarakan pilkada serentak pada akhir tahun 2015, dan apa langkah-langkah yang dilakukan Bawaslu Provinsi Riau dalam melaksanakan pengawasan pemilihan kepala daerah serentak pada tahun 2015. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Komisi II DPR RI memandang perlu untuk melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Riau.

Tim kunjungan Komisi II DPR RI ke Provinsi Riau berjumlah 16 orang anggota yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi II DPR RI Yth. Bapak Ir. H. Lukman Edy, M.Si/ Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa dan anggota Tim terdiri dari:

NO NAMA KETERANGAN

1 Ir. H. Lukman Edy, M.Si. Ketua Tim/Wakil KetuaKomisi II/ F-PKB 2 Rambe Kamarul Zaman Ketua Komisi II/F-PG 3 Ir. H. Ahmad Riza Patria, MBA. Wakil Ketua Komisi II/F-P Gerindra 4 Komaruddin Watubun, SH., MH. Anggota/F-PDIP

Page 2: laporan kunker riau 27-30 April 2015

2

NO NAMA KETERANGAN

5 Diah Pitaloka, S.Sos. Anggota/F-PDIP 6 Adian Yunus Y. Napitupulu Anggota/F-PDIP 7 Dr. Charles J. Mesang Anggota/F-PG 8 Dr. H. Azikin Solthan, M.Si. Anggota/F-P Gerindra 9 H. Bambang Riyanto, SH., MH., M.Si. Anggota/F-P Gerindra 10 Suasana Dachi, SH. Anggota/F-P Gerindra 11 H. Yandri Susanto Anggota/F=PAN 12 Dr. Zainul Arifin Noor, SE., MM. Anggota/F-PKB 13 H. Yanuar Prihatin, M.Si. Anggota/F-PKB 14 H. Moh. Arwani Thomafi Anggota/F-PPP 15 H. Syarif Abdullah Alkadrie, SH., MH. Anggota/F-P Nasdem 16 Dr. Rufinus H. Hutahuruk, SH., MM., MH. Anggota/F-P Hanura 17 Minarni, SH. Sekretariat komisi II 18 Siswanto Sekretariat Komisi II 19 Siti Masitoh Sekretariat Komisi II 20 Anggia Michel Tenaga Ahli Komisi II 21 Supriyanto Wartawan TV Parlemen

Tim Kunjungan Kerja didampingi oleh 1 (satu) Tenaga Ahli dan 3 (tiga) staf dari Sekretariat Komisi II DPR RI, dan 1 (satu) reporter dari Lembaga Pemberitaan DPR RI.

B. WAKTU KUNJUNGAN KERJA Kunjungan Kerja dilaksanakan pada tanggal 27 s/d 30 April 2015. Komisi II DPR RI telah melakukan kunjungan kerja ke Pemerintah Provinsi Riau, Pemerintah Kabupaten Kampar, Badan Pertanahan Naional (BPN) Provinsi Riau, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Riau, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Riau, dan Ombudsman Provinsi Riau dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi dewan, dibidang pengawasan.

II. HASIL KUNJUNGAN A. Hasil yang diperoleh Komisi II DPR RI pada saat kunjungan ke Kantor Pemerintah

Provinsi Riau pada tanggal 27 April 2015 1. Bidang Daerah Otonom Baru (DOB)

Provinsi Riau memiliki luas wilayah sebesar 107.931,71 km2 yang terdiri dari 86.411,90 km2 luas daratan, 21.478,81 km2 luas lautan, dan 2.078,15 km2 luas panjang garis pantai. Secara administratif Provinsi Riau memiliki 2 kota, 10 kabupaten, 164 kecamatan, dan 1.836 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk 6.188.400 jiwa yang terdiri dari 3.178.400 jiwa penduduk laki-laki dan 3.010.000 jiwa penduduk perempuan. Provinsi Riau dibagi menjadi 2 kawasan yaitu kawasan daratan dan kawasan pesisir. Kawasan daratan terdiri dari Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Kuansing, dan Kabupaten Indragiri Hulu. Kawasan pesisir terdiri dari Kabupaten Rokan Hilir, Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Siak, Kabupaten Kepulauan Meranti, Habupaten Indragiri Hilir, dan Kabupaten Pelalawan.

Page 3: laporan kunker riau 27-30 April 2015

3

Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan kabupaten termuda di Provinsi Riau. Pembentukan Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkalis yang dibentuk pada tanggal 19 Desember 2008. Dasar hukum berdirinya Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu Undang-Undang No. 12 Tahun 2009 yang ditetapkan tanggal 16 Januari 2009. Pemerintah telah melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai kelayakan pembentukan daerah kabupaten Kepulauan Meranti. Jumlah penduduk tahun 2014 sebanyak 217.109 jiwa. Jumlah masyarakat miskin 65.730 jiwa dari 183.912 jiwa (data BPS tahun 2013). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 71,74% (data BPS tahun 2013). Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 62.990.657.987.66 pada tahun 2014. Anggaran Pendapatan Beelanja Daerah (APBD) sebesar Rp. 1.646.242.158.275 pada tahun 2014. Fasilitas perkantoran telah mulai dibangun meskipun beberapa SKPD masih melakukan penyewaan ruko dalam melaksanakan aktivitas perkantoran. Kantor bupati, gedung dewan, dan RSUD telah memiliki kantor sendiri sehingga pelayanan masyarakat dapat diupayakan maksimal. Kantor kecamatan ada 9, 3 kantor kecamatan sudah memiliki gedung sendiri sedangkan 6 lainnya masih menyewa gedung.

2. Bidang Kepegawaian dan Kearsipan Daerah a. Kepegawaian

1) Pemerintah Provinsi Riau secara konsisten sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara akan menerapkan sistem merit dalam kebijakan dan manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu dengan mendasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar.

2) Pada Tahun 2015 ini Provinsi Riau telah mengawali secara nasional dalam melaksanakan seleksi terbuka untuk mengisi jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (setingkat eselon II) dan telah terlaksana dengan baik. Secara bertahap juga akan dilaksanakan untuk eselon III dan IV, sehingga diharapkan ke depan terjaring pejabat yang memiliki kualifikasi dan kompetensi dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan.

3) Pengembangan SDM Aparatur juga menjadi perhatian utama Pemerintah Provinsi Riau melalui pendidikan dan latihan secara kontiniu dan berkesinambungan dalam membentuk SDM aparatur yang profesional.

4) Peningkatan kesejahteraan pegawai, ke depan Pemerintah Provinsi Riau akan mempelajari untuk mulai menerapkan single salary, yaitu dengan memperhatikan unsur jabatan, kinerja, serta grade+step. Single salary system mengakumulasi berbagai jenis penghasilan dan menetapkan komponen penghasilan menjadi satu jenis penghasilan (gaji jabatan). Sistem penggajian PNS berbasis jabatan tidak lagi mendasarkan pangkat dan golongan ruang, tetapi didasarkan bobot/grade jabatan (evaluasi jabatan). Penetapan besaran gaji terendah harus mempertimbangkan standar kehidupan layak (cost of living).

5) Berdasarkan hasil perhitungan jumlah PNS Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 2014 berjumlah 7.882 orang. Setelah dilakukan penghitungan kebutuhan pegawai, dibutuhkan sebanyak 8.982 orang. 2,5% dari pegawai yang dibutuhkan adalah 225 orang, maka jumlah pegawai yang tepat adalah 8.982 dikurangi 225 yaitu paling sedikit 8.757 orang.

b. Manajemen Kepegawaian dan Validasi dan Verifikasi Tenaga Honorer

1) Proses penetapan honorer kategori 1 berjalan baik, dari total 25 orang hanya 1 orang yang Tidak Memenuhi Syarat (TMS).

Page 4: laporan kunker riau 27-30 April 2015

4

2) Evaluasi yang dilakukan terhadap proses rekruitmen tenaga honorer kategori II telah ditemukan beberapa permasalahan yaitu: 1) Penetapan tenaga honorer kategori II tidak melalui verifikasi dan validasi oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP), sebagaimana halnya tenaga honorer kategori I, sehingga masih ada kemungkinan ditemui adanya tenaga honorer kategori II yang melakukan manipulasi data 2) Pada saat proses seleksi, tenaga honorer kategori II yang telah berusia lanjut dan tidak bertugas secara administrasi (pramusaji, supir) menemui kesulitan dalam menjawab soal menggunakan Lembar Jawaban Komputer (LJK), apalagi kalau ke depan akan menggunakan Computer Assisted Test (CAT), sehingga penerapan teknologi informasi perlu menjadi pertimbangan dalam seleksi CPNS tenaga honorer 3) Penetapan standar kelulusan dan tingkat kesulitan materi tes seleksi CPNS tenaga honorer kategori II, agar memperhatikan standar/kualitas pendidikan masing-masing wilayah di Indonesia.

3) Kebijakan yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Riau sejak rekruitmen CPNS antara lain: 1) Kebijakan rekruitmen CPNS Pemerintah Provinsi Riau sejauh ini telah melalui proses penyusunan formasi dengan memperhatikan ketersediaan PNS saat ini (data bezetting) dan analisis kebutuhan PNS (analisis jabatan, analisis beban kerja, peta jabatan, proyeksi kebutuhan 5 tahun dan rencana redistribusi) serta memperhatikan perencanaan SDM aparatur di Provinsi Riau untuk 5 (lima) tahun ke depan 2) Sedangkan terkait distribusi PNS, ke depan secara bertahap Pemerintah Provinsi Riau akan melakukan penataan PNS berbasis analisis jabatan dan analisis beban kerja, sehingga diharapkan penempatan PNS ke depan akan sesuai dengan jabatannya secara fungsional dan kebutuhan organisasi secara profesional dan proporsional.

c. Kearsipan

1) Peningkatan sarana dan prasarana kearsipan. 2) Rekruitmen tenaga arsiparis. 3) Kebijakan penggunaan sistem digital elektronik Arsip. 4) Kerjasama dengan perguruan tinggi untuk peningkatan studi di bidang kearsipan.

3. Bidang Pelayanan Publik, Reformasi Birokrasi dan Kepegawaian

a. Reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi Riau telah merumuskan Peraturan Gubernur pemantapan 8 area perubahan untuk untuk tahun 2015-2020 yg telah disesuaikan dengan visi misi Provinsi Riau 2014-2019 dan Nawa Cita. Kedelapan area perubahan reformasi birokrasi tersebut antara lain: 1) Organisasi 2) Tatalaksana 3) Peraturan Perundang-undangan 4) Sumber Daya Manusia Aparatur 5) Pengawasan 6) Akuntabilitas 7) Pelayanan publik 8) Mindset dan cultural Set Aparatur.

b. Pelayanan Publik Pada tahun 2014, hasil observasi Ombudsman RI dengan sampling 13 Unit Pelayanan Publik (UPP) di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru baru 5 UPP termasuk kategori dengan tingkat kepatuhan tinggi untuk pelayanan publik. Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 2015 melakukan fasilitasi pembinaan kepada UPP dengan tujuan terjadinya peningkatan kepatuhan terhadap standar pelayanan publik. UPP di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau telah melakukan survey layanan publik untuk melihat tingkat kepuasan masyarakat. UPP telah melakukan publikasi melalui website dan media publikasi lainnya dengan mempublikasikan setiap unsur standar pelayanan publik yang diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009. RSUD Arifin Achmad

Page 5: laporan kunker riau 27-30 April 2015

5

akan diusulkan menjadi salah satu RS Percontohan untuk layanan perlakuan khusus bagi kelompok rentan.

Pengaduan Masyarakat berdasarkan Instansi Terlapor (Data Ombudsman RI Tahun 2015)

Tahun 2013 Tahun 2014

Jumlah SKPD Kota Pekanbaru yang Dilaporkan (Data Ombudsman RI Tahun 2015) Tahun 2013 Tahun 2014

Tindaklanjut Ombudsman terhadap Laporan Masyarakat (Data Ombudsman RI Tahun 2015) Tahun 2013

Page 6: laporan kunker riau 27-30 April 2015

6

Tahun 2014

4. Bidang Dana Desa

Sampai saat ini Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa belum dapat diimplementasikan karena dana tersebut belum ditransfer ke pemerintah daerah (kabupaten/kota). Berdasarkan hasil pertemuan yang diselenggarakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bersama para kepala daerah tingkat provinsi dan kabupaten se-Indonesia, pencairan tahap I akan dilakukan pada minggu ke-II April, namun sampai saat ini hal tersebut belum direalisasikan. Sebagai tindaklanjut, saat ini sedang dipersiapkan peraturan daerah/peraturan bupati dan peraturan desa yang merupakan prasyarat pencairan dana desa.

Pada APBD tahun 2015, Pemerintah Provinsi Riau belum menganggarkan kegiatan pendampingan (pembinaan, pengawasan dan evaluasi) untuk pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari APBN (Dana Desa). Hal ini akan diusulkan pada APBD-P 2015. Hambatan yang terjadi yaitu belum ada kejelasan mengenai alokasi dana dekon 2015 yang akan diterima Pemerintah Provinsi Riau dan jumlah pendamping yang akan direkrut terkait

Page 7: laporan kunker riau 27-30 April 2015

7

dengan kegiatan pendampingan desa (pembinaan, pengawasan dan evaluasi. Berdasarkan informasi, hanya sekitar 1500 desa di Provinsi Riau yang akan mendapatkan alokasi dana desa. Artinya, tidak seluruh desa yang ada di Provinsi Riau yang memperoleh dana desa tersebut. Mengingat adanya perbedaan kondisi tingkat perkembangan desa, maka pemerintah Provinsi Riau telah menyiapkan surat resmi ke kementrian PDT agar dapat mempertimbangkan hal tersebut dalam formulasi besaran dana desa.

5. Bidang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak

Kabupaten/kota di Provinsi Riau yang akan melaksanakan pilkada serentak sebanyak 8 kabupaten dan 1 kota, dengan data sebagai berikut:

No. Kabupaten/Kota Masa Jabatan Tanggal Pelantikan Akhir Masa Jabatan 1. Kepulauan Meranti 2010-2015 30 Juli 2010 30 Juli 2015 2. Indragiri Hulu 2010-2015 3 Agustus 2010 3 Agustus 2015 3. Bengkalis 2010-2015 5 Agustus 2010 5 Agustus 2015 4. Dumai 2010-2015 12 Agustus 2010 12 Agustus 2015 5. Pelalawan 2011-2016 7 April 2011 7 April 2016 6. Rokan Hulu 2011-2016 19 April 2011 19 April 2016 7. Kuantan Singigi 2011-2016 1 Juni 2011 1 Juni 2016 8. Rokan Hilir 2011-2016 4 Maret 2014 4 Maret 2016 9. Siak 2011-2016 19 Juni 2011 19 Juni 2016

Kepulauan Meranti, Indragiri Hulu, Bengkalis, Dumai merupakan daerah yang telah membahas dan menganggarkan dana pilkada serentak pada APBD murni dan APBDP di masing-masing daerah sehingga pelaksanaan pilkada di 4 daerah tersebut dapat dilaksanakan. Pelalawan, Rokan Hulu, Kuantan Singingi, Rokan Hilir, dan Siak juga telah menganggarkan dan membahas dana pilkada pada APBDP. Kendala yang dihadapi Pemerintah Provinsi Riau dalam pelaksanaan pilkada serentak antara lain: 1) Dana pelaksanaan pilkada dan sosialisasi pilkada serentak. Pemerintah Provinsi Riau dan telah menganggarkan dana yang ditetapkan dalam rapat kerja gubernur dengan bupati dan walikota se-Provinsi Riau. Rapat ini juga melibatkan Forkopimda dan instansi yanteribat dalam pelaksanaan pilkada serentak. Namun sosialisasi ini juga harus menunggu peraturan KPU yang sampai saat ini belum dapat diakses untuk menjadi acuan pelaksanaan. Sosialisasi pilkada serentak telah dilakukan dalam kegiatan terbatas dan efisien kepada bupati/walikota dan SKPD di bawahnya melalui rapat-rapat dan surat menyurat. 2) Permasalahan perbatasan antar kabupaten dan provinsi tetangga. Penegasan batas daerah ini akan menciptakan kepastian hukkum wilayah administrasi pemeriintahan daerah dan bertujuan untuk menciptakan tertib administrasi pemerintahan, memberikan kejelasan dan kepastian hukum terhadap batas wilayah suatu daerah yang memenuhi aspek teknis dan yuridis. Penegasan batas daerah antara Provinsi Riau dengan Provinsi Jambi dilakukan atas dasar Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2014. Provinsi Riau dengan provinsi Sumatera Barat dilakukan atas dasar Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 44 Tahun 2014. Sedangkan untuk batas Provinsi Riau dengan Provinsi Kepulauan Riau telah disepakati dan diusulkan ke Kementrian Dalam Negeri. Sedangkan untuk batas Provinsi Riau dengan Provinsi Sumatera Utara masih ada 2 sub segmen batas yang belum disepakati dan kedua provinsi sepakat untuk diselesaikan oleh Kementrian Dalam Negeri.

Page 8: laporan kunker riau 27-30 April 2015

8

6. Bidang Pertanahan a. Bidang Kawasan Hutan

Pemprov. Riau mengusulkan perubahan kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas 3.492.285 (38,65%) untuk berbagai kebutuhan pembangunan di Provinsi Riau. Latar belakang Pemerintah Provinsi Riau mengusulkan hal ini adalah: 1) Berdasarkan TGHK Tahun 1986 seluruh wilayah Riau merupakan Kawasan Hutan 2) Pemekaran Wilayah Provinsi Kepri dan Beberapa Kab/Kota 3) Kebutuhan Ruang untuk Pembangunan, Investasi, Pemukiman dan Lahan

Garapan Masyarakat 4) Penyediaan Ruang untuk berbagai Program strategis nasional dan daerah seperti

MP3EI, MDG’s, Jalan Tol dan infrastruktur pendukung lainnya

Implikasi Surat Keputusan (SK) Kementrian Kehutanan Nomor:SK.673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 terhadap pembangunan dI Provinsi Riau adalah:

1) Pengurangan Kawasan Non Hutan seluas 1.088.029 Ha berimplikasi pada pusat-

pusat pemerintahan (perkantoran, walikota, kecamatan, kelurahan, desa), fasilitas umum, fasilitas sosial, kawasan industri, permukiman dan lahan garapan masyarakat yang selama ini telah ada, tetap berada di dalam kawasan hutan.

2) Juga berdampak pada keberlanjutan program-program pembangunan daerah serta nasional sebagaimana tertuang dalam Program MP3EI 2011-2025 (Jalan Tol, pelabuhan, dan Kawasan industri) dikarenakan Rekomendasi Tim terpadu selama ini telah dijadikan dasar dalam menyusun spasial program tersebut.

Pemerintah Provinsi Riau mengharapkan agar Luas Perubahan kawasan hutan menjadi kawasan non kehutanan bisa disesuaikan kembali dengan hasil Rekomendasi Tim Terpadu (scientific autority) sesuai surat Gubernur Riau Nomor: 050/BAPPEDA/58.13, Tgl, 12 Agustus 2014. Hal ini dilakukan guna mempercepat pembangunan di Provinsi Riau, kawasan yang bersifat strategis nasional maupun daerah serta pemukiman dan lahan garapan masyarakat agar dikeluarkan dari kawasan hutan.

Page 9: laporan kunker riau 27-30 April 2015

9

b. Bidang Tapal batas Untuk penegasan batas daerah kabupaten/kota di Provinsi Riau pada tahun 2014 telah disepakati sebanyak 3 segmen batas yang telah diusulkan ke Kementrian Dalam Negeri untuk diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang batas daerah. Ketiga kesepakatan tersebut antara lain: 1) Kabupaten Indragiri Hulu dengan Indragiri Hilir 2) Kabupaten Kampar dengan Kota Pekanbaru 3) Kota Pekanbaru dan Kabupaten Pelalawan

Penegasan batas daerah yang belum mendapat kesepakatan antar kabupaten/kota di Provinsi riau sebanyak 18 segmen batas yaitu:

No. Kabupaten/Kota Panjang Batas

(Km) Tahapan Proses Penegasan Batas

Pelacakan Batas (%)

Pengukuran dan Pemasangan Pilar/Patok Batas (%)

1. Pekanbaru-Siak 40 95 95 2. Dumai-Rokan hilir 108 95 90 3. Indragiri Hulu-Pelalawan 119 75 72 4. Kampar-Siak 95 72 39 5. Kampar-Kuantan Singingi 122 100 100 6. Kampar-Rokan Hulu 168 20 5 7. Pelalawan-Siak 158 96 12,66 8. Pelalawan-Kampar 86 100 100 9. Bengkalis-Siak 195 64 44 10. Bengkalis-Rokan Hilir 42 93 0 11. Rokan Hulu-Siak 32 69 56 12. Rokan Hulu-Bengkalis 16 63 63 13. Rokan Hulu-Rokan Hilir 103 5 0 14. Kuantan Singingi-Pelalawan 71 14 14 15. Kuantan Singingi-Indragiri Hulu 111 100 33 16. Bengkalis-Kepulauan Meranti 17. Siak-Kepualauan Meranti 18. Pelalawan-Kepulauan Meranti

B. Hasil yang diperoleh Komisi II DPR RI pada saat kunjungan ke Komisi Pemilihan Umum

(KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Riau pada tanggal 27 April 2015

Kabupaten/kota di Provinsi Riau yang akan melaksanakan pilkada serentak sebanyak 8 kabupaten dan 1 kota, dengan data sebagai berikut: No. Kabupaten/Kota Masa Jabatan Tanggal Pelantikan Akhir Masa

Jabatan 1. Kepulauan Meranti 2010-2015 30 Juli 2010 30 Juli 2015 2. Indragiri Hulu 2010-2015 3 Agustus 2010 3 Agustus 2015 3. Bengkalis 2010-2015 5 Agustus 2010 5 Agustus 2015 4. Dumai 2010-2015 12 Agustus 2010 12 Agustus 2015 5. Pelalawan 2011-2016 7 April 2011 7 April 2016 6. Rokan Hulu 2011-2016 19 April 2011 19 April 2016 7. Kuantan Singigi 2011-2016 1 Juni 2011 1 Juni 2016

Page 10: laporan kunker riau 27-30 April 2015

10

No. Kabupaten/Kota Masa Jabatan Tanggal Pelantikan Akhir Masa Jabatan

8. Rokan Hilir 2011-2016 4 Maret 2014 4 Maret 2016 9. Siak 2011-2016 19 Juni 2011 19 Juni 2016

Sosialisasi tentang pilkada sudah dilakukan KPU mengingat tahapan pilkada sudah mulai sejak 19 April 2015. Perekrutan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) sedang dilakukan namun perekrutan Panitia Pemungutan Suara (PPS) belum dilakukan. Kendala pelaksanaan tahapan pilkada antara lain tentang anggaran dana. KPU mengakui belum menerima anggaran dana terkait pelaksanaan pilkada meskipun Pemerintah Provinsi Riau mengaku telah memberikan anggaran dana untuk pilkada. Terdapat persoalan antara KPU dengan Pemerintah Provinsi Riau terkait anggaran dana. Akibat minimnya anggaran dana maka KPU provinsi kurang maksimal dalam melaksanakan monitoring ke KPU kabupaten/kota. Rapat koordinasi telah dilakukan KPU dengan Bawaslu terkait perkembangan peraturan PKPU. Pembahasan bersama mengenai peraturan PKPU perlu dilakukan mengingat peraturan KPU menjadi acuan dalam penyelenggaraan pilkada serentak.

Kegiatan Bawaslu dalam memulai tahapan pilkada serentak adalah dengan melakukan perekrutan pengawas di kabupaten/kota yang saat ini sedang melakukan fit and propper test. Dalam pilkada serentak tahun 2015 nanti terdapat pengawas Tempat Pemungutan Suara (TPS) sedangkan dalam pilkada sebelunya pengawas TPS tidak ada. Oleh karena itu diperlukan alokasi anggaran dan personel yang harus masuk dalam aturan pilkada. Bawaslu sudah menyampaikan agar Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 44 tahun 2015 sebagai norma dan regulasi alokasi dana hibah dalam APBD sudah dapat menjadi dasar hukum bagi pemerintah kabupaten/kota untuk mendapat anggaran dana. Namun Permendagri No. 44 Tahun 2015 belum dapat diakses oleh pemerintah daerah. Bawaslu juga melihat adanya potensi konflik di daerah perbatasan. Masalah tapal batas masih sering menjadi sumber konflik.

C. Hasil yang diperoleh Komisi II DPR RI pada saat kunjungan ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Riau pada tanggal 27 April 2015 1. Kelembagaan

Jumlah Aparatur Sipil Negara saat ini di Lingkungan Kantor Wilayah BPN Provinsi Riau berjumlah 523 pegawai, Tenaga K2 yang belum diangkat CPNS berjumlah 50 orang dan Tenaga Honorer berjumlah 290 orang. Komposisi antara jumlah tenaga administrasi dengan tenaga teknis saat ini adalah 126 : 397 (1:3,17). Jumlah ideal Aparatur Sipil Negara yang diharapkan berjumlah 1.061 pegawai. Berdasarkan jumlah Aparatur Sipil Negara yang tersedia berjumlah 523 pegawai, sehingga kekurangan Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kantor Wilayah BPN Provinsi Riau berjumlah 538 pegawai. selain itu, perubahan status Badan Pertanahan masih dalam tahap transisi sehingga belum memberikan dampak yang berarti.

Page 11: laporan kunker riau 27-30 April 2015

11

Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak di lingkungan Kanwil BPN Provinsi Riau yang diperoleh dari 12 satuan Kerja Kantor Pertanahan dan 1 Kantor Wilayah periode dari Januari s/d 24 April 2015 berjumlah Rp. 14.015.774.867 (empat belas milyar lima belas juta tujuh ratus tujuh puluh empat ribu delapan ratus enam puluh tujuh rupiah) atau sebesar 27,04 % dari target penerimaan sebesar Rp.51.827.143.511,- dengan rincian sebagai berikut:

Rekapitulasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun 2015

NO SATKER Penerimaan Negara Bukan Pajak Persentase

% Target

Realisasi s/d 24 April 2015

1 KANWIL BPN PROVINSI RIAU 3,403,150,000 2,885,902,750 84.80

2 KOTA PEKANBARU 14,092,843,000 4,515,811,660 32.04 3 KAB KAMPAR 6,813,052,000 1,854,146,802 27.21 4 KAB BENGKALIS 2,971,759,000 533,256,190 17.94 5 KAB INDRAGIRI HULU 2,866,946,901 292,243,933 10.19 6 KAB INDRAGIRI HILIR 3,217,200,000 607,259,425 18.88 7 KOTA DUMAI 2,473,524,200 548,109,196 22.16 8 KAB PELALAWAN 3,774,853,500 695,803,175 18.43 9 KAB ROKAN HULU 3,173,552,000 733,992,285 23.13 10 KAB ROKAN HILIR 2,826,230,090 284,599,301 10.07 11 KAB SIAK 3,192,429,900 680,542,049 21.32

No Unit Kerja

Aparatur Sipil Negara PTT Jml

Kebut. JFU

Kekurangan JFU

Jml PegawaiIdeal

ADM TEKNIS Jml PNS

K2 Blm CPNS Honorer

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Kanwil Prov. Riau 28 61 89 2 10 81 18 107 2 Kota Pekanbaru 14 62 76 10 44 108 51 129 3 Kab. Kampar 7 32 39 11 39 89 69 110 4 Kab. Bengkalis 9 30 39 5 6 55 27 76 5 Kab. Indragiri Hulu 7 30 37 5 25 50 30 71 6 Kab. Indragiri Hilir 8 27 35 3 7 50 35 71 7 Kota Dumai 7 22 29 7 18 50 37 71 8 Kab. Pelalawan 9 28 37 - 18 50 37 71 9 Kab. Rokan Hulu 11 23 34 - 25 55 31 76 10 Kab. Rokan Hilir 9 21 30 4 24 55 41 76 11 Kab. Kuantan Singingi 6 23 29 3 23 45 32 66 12 Kab. Siak 8 26 34 - 28 55 39 76 13 Kab. Kep. Meranti 3 11 14 - 23 40 40 61 JUMLAH 126 397 523 50 290 783 489 1.061

Page 12: laporan kunker riau 27-30 April 2015

12

12 KAB KUANTAN SANGINGI 2,182,844,520 234,104,250 10.72 13 KAB. KEP. MERANTI 838,758,400 150,003,851 17.88

TOTAL 51,827,143,511 14,015,774,867 27.04

2. Kasus Pertanahan

Dalam kurun waktu 2013 s/d April 2015, Kantor Wilayah BPN Provinsi Riau telah menangani Sengketa berjumlah 50 kasus, Konflik berjumlah 6 kasus dan Perkara berjumlah 151 perkara. Penjelasan lebih lanjut dapat kami sampaikan pada tabel di bawah ini.

NO KASUS THN 2013

THN 2014

s/d Maret 2015

JML KRITERIA PENYELESAIAN SISA

S/D Maret 2015 K 1 K 2 K 3 K 4 K 5 JM

L

1. SENGKETA 35 10 5 50 8 4 9 4 2 27 23

2. KONFLIK 5 1 - 6 1 - 1 - 2 4 2

3. PERKARA 77 54 20 151 100 51

J U M L A H 117 65 25 207 131 76

Kriteria Penyelesaian sesuai Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2011:

K1=Penerbitan Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan

K2=Penerbitan Surat Keputusan tentang pemberian hak atas tanah, pembatalan sertipikat hak atas tanah, pencatatan dalam buku tanah, atau perbuatan hukum lainnya.

K3=Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan yang telah ditindaklanjuti dengan mediasi oleh BPN sampai pada kesepakatan bersama

K4=Penyelesaian kasus pertanahan akan melalui proses perkara di Pengadilan karena tidak ada kesepakatan

K5=Penyelesaian Kasus Pertanahan yang telah ditangani bukan kewenangan BPN, diselesaikan oleh Instansi Lain

Berikut ini beberapa kasus pertanahan yang terjadi di Provinsi Riau dan langkah penyelesaian yang telah dilakukan BPN:

a. Penyelesaian Lahan Masyarakat Senama Nenek dengan PTPN V seluas 2.800 Ha yang terletak di Kabupaten Kampar. Februari 2015 PTPN telah siap membagikan lahan dengan pola kemitraan seluas 93,5 Ha kepada masyarakat Dusun I Desa Senama Nenek. Namun belum terlaksana dikarenakan belum ada daftar calon peserta penerima yang ditetapkan oleh SK Bupati serta masih adanya permasalahan internal di pihak Ninik Mamak.

Page 13: laporan kunker riau 27-30 April 2015

13

b. Kelompok Masyarakat Tani Simpang Pulai Kedesaan Desa Baru Kec. Siak Hulu Kab. Kampar memiliki tanah garapan seluas ± 40 ha yang terletak di Dusun Simpang Pulai Kedesaan Buluh Cina Sekarang menjadi Desa Baru Kec. Siak Hulu Kab. Kampar Prov. Riau. Namun sejak tahun 2004 ada perusahaan yang menanami lahan garapan masyarakat tersebut dengan perkebunan sawit yaitu PT. Karya Prajona Nelayan sebagai pemegang HGB. Kantor Pertanahan Kab. Kampar telah melaksanakan mediasi pada tanggal 29 Juli 2010 dan 14 Maret 2011. Inti permasalahan mengenai klaim masyarakat yang merasa lahannya belum diganti rugi oleh perusahaan. Perusahaan berdasarkan dokumen yang ada, telah merasa mengganti rugi lahan yang ada. Ke depannya Kantor Pertanahan Kab. Kampar akan kembali mengadakan mediasi di Kantor Pertanahan Kab. Kampar tanggal 5 Mei 2015 dengan mengundang para pihak terkait.

c. Lahan perkebunan kelapa sawit yang terletak di Bukit Kapur, Kab. Bengkalis, Prov. Riau dibeli oleh Lion Simbolon dari kelompok Tani Swasembada berdasarkan Akta Jual Beli tertanggal 21 Juli 2004. Namun pada tanggal 3 Oktober 2006 PT Arara Abadi melaporkan Lion Simbolon ke Polres Bengkalis dengan tuduhan pasal 50 ayat (3) huruf a dan b jo pasal 78 ayat (2) UU No. 41/1999 tentang Kehutanan jo pasal 385 KUHP. Sampai saat ini jajaran Kantor Wilayah BPN Provinsi Riau belum pernah menerima pengaduan atas permasalahan tersebut, sehingga kami belum dapat memberikan tanggapan.

Hambatan dalam penyelesaian kasus-kasus tanah di Provinsi Riau antara lain terbatasnya jumlah Sumber Daya Manusia yang memahami penyelesaian sengketa. Dari faktor Eksternal antara lain batas definitif wilayah (Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota) yang belum ditetapkan, sehingga di lapangan terjadi konflik kepentingan serta masih belum tertibnya administrasi pertanahan pada tingkat Desa dan Kecamatan dalam rangka memberikan surat dasar penguasaan tanah/alas hak kepada masyarakat. Terhadap kendala yang dihadapi tersebut, solusi yang bisa dilakukan antara lain menambah SDM yang berkaitan dengan penyelesaian konflik, meminta kepada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan penetapan batas Wilayah definitif serta mendorong terbitnya ketentuan mengenai administrasi pertanahan Desa/Kecamatan melalui Peraturan Daerah.

3. Legalisasi Aset Tanah, Pengaturan dan Penataan Pertanahan, serta Pengendalian Pertanahan Realisasi fisik kegiatan PRONA tahun anggaran 2014 adalah 98,18% sedangkan realisasi keuangan adalah 89,72%. Pada tahun anggaran 2015 periode sampai dengan April, realisasi fisik adalah 21,20% dan realisasi keuangan adalah 19,50%. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

TAHUN ANGGARAN Target Realisasi

Fisik Anggaran Fisik % Anggaran % 2014 11.000 4.209.625.000 10.782 98.18 3.747.506.461 89.72

2015 (s/d April) 9.765 4.101.750.000 2.071 21.20 799.656.000 19.50

Tidak tercapainya target Prona pada tahun anggaran 2014 disebabkan kendala sebagai berikut:

Page 14: laporan kunker riau 27-30 April 2015

14

a. Masih terdapat bidang-bidang tanah yang telah diukur petugas kantor pertanahan yang tidak dapat di proses penetapan haknya karena termasuk dalam kawasan lindung/hutan lindung/arahan penembangan kawasan kehutanan;

b. Peserta legalisasi aset banyak yang tanahnya belum mempunyai alas hak (dasar penguasaan) dan baru dibuatkan suratnya setelah tanah tersebut diukur;

c. Sebagian besar para pemilik tanah peserta legalisasi aset tidak mempunyai SPPT-PBB Tahunan;

d. Besarnya pembayaran BPHTB peserta legalisasi aset yang mengakibatkan kesulitan bagi pemohon hak (peserta legalisasi aset untuk membayar BPHTB).

Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Nasional Agraria Tahun Anggaran 2015 adalah sebagai berikut: a. Proses pencairan anggaran Prona untuk sementara dinonaktifkan dikarenakan belum

disahkannya struktur organisasi tata kerja di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;

b. Dengan berlakunya Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2015 tentang Program Nasional Agraria (PRONA), yang pada sala satu pasalnya menyebutkan bahwa objek Prona di wilayah Kelurahan maksimal seluas 200 m2, ketentuan ini menjadi kendala terutama pada kantor pertanahan Kota Pekanbaru dan Kota Dumai sebab di dua kabupaten/kota tersebut sulit menemukan objek dengan luasan ≤ 200 m2;

c. Belum disahkannya revisi RTRW Provinsi Riau berdasarkan Perda Nomor 10 Tahun 1994 yang berdampak terhadap ketidakpastian arahan penggunaan ruang dalam proses pelayanan pertanahan;

d. Kenaikan Nilai Jual Objek Pajak oleh Pemerintah Daerah yang menyebabkan peserta Prona tidak sanggup membayarnya.

Kendala terkait pelaksanaan pensertipikatan Lintas Sektor antara lain sulitnya menjalin koordinasi dengan Instansi terkait dalam rangka mendapatkan data Subjek dan Objek, calon peserta kegiatan Pensertipikatan Lintas Sektor tidak memiliki alas hak lengkap. Hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pensertipikatan Tanah Transmigrasi adalah Objek yang diusulkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi tidak diobservasi dengan baik, sehingga saat dilakukan pengukuran dan pemetaan objek, ditemukan banyak lahan yang tumpang tindih.

Page 15: laporan kunker riau 27-30 April 2015

15

JENIS PENSERTIPIKATAN LINTAS SEKTOR

Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik % Anggaran %

TAHUN 2014 UKM 600 230.875.000 469 137.434.212 TANAH PETANI - - - - - - TRANSMIGRASI - - - - - - NELAYAN 600 227.075.000 600 156.738.500 MBR - - - - - -

JENIS PENSERTIPIKATAN LINTAS SEKTOR

Target Realisasi Fisik Anggaran Fisik % Anggaran %

TAHUN 2015 UKM 600 210.000.000 100 16,66 27.600.000 13,14 TANAH PETANI 1300 455.000.000 - - - - TRANSMIGRASI 1979 692.650.000 - - - - NELAYAN 600 210.000.000 - - - - MBR - - - - - -

Jumlah bidang tanah yang telah disertipikatkan melalui Program Larasita (2009 s/d 2014) untuk kategori Pelayanan Pendaftaran Pertama Kali berjumlah 22 (dua puluh dua) bidang pada Kantor Pertanahan Kota Pekanbaru dan 5 (lima) bidang pada Kantor Pertanahan Kota Dumai. Jumlah keseluruhan Pelayanan Pertanahan melalui kegiatan Larasita di Lingkungan Kantor Wilayah BPN Provinsi Riau (2009 s/d 2014) berjumlah 787 (tujuh ratus delapan puluh tujuh) pelayanan pertanahan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam program Larasita antara lain: 1) Tidak semua lokasi terdapat akses jaringan internet 2) Belum tersedianya SDM yang menguasai Teknologi informasi. Usulan dalam rangka mengoptimalkan kegiatan Larasita antara lain: 1) Penambahan anggaran untuk operasional Larasita 2) Penambahan SDM.

Rekapitulasi Kendaraan Operasional Larasita

NO. SATUAN KERJA MOBIL MOTOR TOOLBOX 1 KOTA PEKANBARU 1 2 2 2 KAB KAMPAR 1 2 2 3 KAB BENGKALIS 1 2 2 4 KAB INDRAGIRI HULU 1 2 2 5 KAB INDRAGIRI HILIR 1 2 2 6 KOTA DUMAI 1 2 - 7 KAB PELALAWAN 1 2 2 8 KAB ROKAN HULU 1 2 -

Page 16: laporan kunker riau 27-30 April 2015

16

9 KAB ROKAN HILIR 1 2 2 10 KAB SIAK 1 2 2 11 KAB KUANTAN SANGINGI 1 2 2 12 KAB. KEP. MERANTI - - - TOTAL 11 22 18

Hingga tahun 2015 telah diidentifikasi Tanah Terindikasi Terlantar (HGU, Izin Lokasi, HGB) sebanyak 37 lokasi dengan rincian:

a. HGU sebanyak 20 (dua puluh) lokasi; b. HGB sebanyak 8 (delapan) lokasi; c. Izin Lokasi sebanyak 9 (sembilan) lokasi; Dari 37 lokasi tanah terindikasi terlantar pada data base tersebut setelah dilakukan identifikasi dan validasi didapatkan hasil sebagai berikut : a. Satu HGU yang telah ditetapkan sebagai Obyek Tanah Terlantar berdasarkan SK

Kepala BPN RI No. 10/PTT-HGU/BPN RI/2012 tentang Penetapan Tanah Terlantar Atas Tanah Hak Guna Usaha Nomor 3 Atas Nama PT. Alfa Glory Indah terletak di Desa Petai Kec. Singingi Hilir Kab. Kuantan Singingi.

b. HGU yang telah berakhir haknya (Bekas Hak) sebanyak 1 (satu) lokasi; c. HGU yang termasuk kedalam kriteria Konflik/Sengketa Pertanahan dan Izin Perubahan

Penggunaan Tanah sebanyak 17 (Tujuh belas) lokasi;

d. HGU yang tidak ditemukan Tanah Terindikasi Terlantar sebanyak 1 (satu) lokasi. e. HGB yang termasuk ke dalam kriteria Konflik/Sengketa Pertanahan dan Izin

Perubahan Penggunaan Tanah sebanyak 6 (enam) lokasi; f. HGB yang terindikasi terlantar sebanyak 2 (dua) Lokasi; g. Izin Lokasi yang belum diganti rugi yaitu sebanyak 9 (sembilan) lokasi.

Berdasarkan hasil identifikasi dan validasi diatas, telah diusulkan agar sebanyak 35 (tiga puluh lima) lokasi ternyata dalam posisi konflik sehingga telah diusulkan ke BPN RI untuk dikeluarkan dari data base tanah terlantar. Terhadap lokasi eks HGU PT. Alfa Glory Indah, tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahapan pendayagunaan Tanah Cadangan Umum Negara (TCUN). Akan tetapi kondisi di lapangan, secara keseluruhan lahan eks HGU PT. Alfa Glory Indah telah dikuasai dan dimanfaatkan oleh Masyarakat untuk kebun sawit dan kebun karet. Sehingga sampai saat ini belum bisa ditindaklanjuti untuk didayagunakan.

Page 17: laporan kunker riau 27-30 April 2015

17

4. Fungsi dan Peruntukkan Lahan Kebijakan dan strategi apa saja yang telah dilakukan dalam mempertahankan fungsi lahan sesuai dengan peruntukan/Rencana Tata Ruang Wilayah.

a. Bahwa di Provinsi Riau terdapat Perda No. 10 tahun 1994 tentang RTRW Provinsi riau yang mengacu kepada Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang sehingga dalam proses pelayanan, jajaran Kantor Wilayah BPN Provinsi Riau mempedomani peraturan tersebut. Selanjutnya dengan adanya UU No. 26 Tahun 2007, Pemerintah Provinsi Riau melakukan revisi terhadap Perda no. 10 Tahun 1994 namun hingga sampai saat ini belum disahkan.

b. Bahwa Kantor Wilayah BPN Provinsi Riau melalui Kantor Pertanahan telah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk melakukan pendataan terhadap lahan-lahan produktif yang nantinya akan ditetapkan menjadi Peraturan Daerah tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

c. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 26 ayat (3) menyebutkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan.

d. Dalam PP Nomor 16 tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah Pasal 8: menyebutkan pemegang Hak atas tanah wajib menggunakan dan memanfaatkan tanah sesuai dengan RTRW serta memelihara tanah dan mencegah kerusakannya. Oleh karena itu, setiap permohonan hak yang tidak sesuai dengan RTRW Kab./Kota, tidak akan diterbitkan permohonannya.

Luas wilayah yang masuk dalam kawasan hutan

Terkait dengan Kawasan Hutan, luas Kawasan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 7651/Menhut.VII/KUW/2011 tanggal 30-11-2011 seluas 7.121.344 Ha atau 80% dari luas wilayah Provinsi Riau. Perlu disampaikan bahwa luas kawasan hutan di atas, sifatnya belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena belum dilakukan tahapan pengukuhan, sebagaimana ketentuan Pasal 14 dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dalam Pasal 15 pengukuhan kawasan sebagaimana dimaksud Pasal 14 dilakukan melalui proses sebagai berikut:

a. Penunjukkan kawasan hutan; b. Penataan batas kawasan hutan; c. Pemetaan kawasan hutan; d. Penetapan kawasan hutan.

Bahwa kawasan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan sebagai kawasan hutan tidak dapat ditemukan tata batas di lapangan, sehingga di lapangan masyarakat tidak bisa membedakan antara hutan negara dan kawasan hutan.

Page 18: laporan kunker riau 27-30 April 2015

18

D. Hasil yang diperoleh Komisi II DPR RI pada saat kunjungan ke Kantor Pemerintah Kabupaten Kampar pada tanggal 28 April 2015 Komisi II DPR RI melakukan peninjauan ke suatu lahan di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Lahan tersebut diajukan untuk pembangunan kampus IPDN Regional Sumatera. Luas wilayah pengadaan tanah tersebut sebesar 140,54 Ha. Sedangkan luas pengadaan tanah untuk pembangunan jalan kampus IPDN sebesar 5.98 Ha. Komisi II DPR RI mendukung pengajuan lahan untuk pengadaan kampus IPDN Regional Sumatera di Provinsi Riau.

Setelah itu, Komisi II DPR RI melakukan kunjungan ke lahan pribadi milik Bupati Kampar yang diwakafkan untuk dibangun sebagai lahan percontohan untuk kegiatan pertanian, peternakan, perkebunan serta konveksi bagi masyarakat di Kabupaten Kampar. Lahan tersebut terletak di Desa Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu. Di lahan tersebut dibuat Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Insan Mandiri dan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata Kubang Jaya. Seluruh sarana dan prasarana yang ada di pusat pelatihan ini merupakan milik pribadi Bupati kampar namun untuk biaya operasional sehari-hari seperti uang makan dan ongkos transportasi berasal dari APBD Kabupaten kampar. Tujuan diadakannya pusat pelatihan ini adalah untuk mengurangi angka kemiskinan, pengangguran, dan rumah kumuh di Kabupaten Kampar. Bupati Kampar menargetkan pada tahun 2016 Kabupaten kampar terbebas dari kemiskinan.

Program PKBM diperuntukkan bagi wanita yang akan diajarkan menjahit selama 3 minggu. Lalu setelah mereka bisa menjahit maka mesin kahit tersebut bisa dibawa pulang sebagai modal untuk bekerja di rumah dan bisa mengajarkan kepada tetangga atau masyarakat sekitar rumah. Hasil jahitan kebanyakan adalah seragam sekolah yang kemudian dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan baju seragam sekolah di sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Kampar. Sedangkan program P4S diperuntukkan bagi pria yang akan diajarkan bertani, berkebun, membuat tambak ikan dan beternak. Pelatihan ini bekerjasama dengan TNI dan 3 dinas di kabupaten Kampar yaitu perikanan, peternakan, dan pertanian. TNI akan melatih disiplin dan semangat bekerja masyarakat sedangkan ketiga dinas tersebut memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang bagaimana cara beternak sapi dan kambing, menambak ikan, berkebun, dan bertani selama 2 minggu dengan peserta 120 orang. Setelah selesai pelatihan maka masyarakat diberikan dana bergulir sebagai modal usaha dan setiap orang yang telah mengikuti pelatihan wajib untuk mengajarkan kepada 10 orang lainnya yang belum mengikuti pelatihan. Billa hal ini dapat dilakukan terus menerus secara konsisten maka diharapkan angka kemiskinan dapat menurun.

III. KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT A. Bidang Daerah Otonom Baru DOB

Pembentukan Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkalis yang dibentuk pada tanggal 19 Desember 2008. Dasar hukum berdirinya Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu Undang-Undang No. 12 Tahun 2009 yang ditetapkan tanggal 16 Januari 2009. Komisi II meminta agar Pemerintah Provinsi Riau memperhatikan indikator perkembangan dan kemajuan DOB bukan hanya melalui IPM dan PAD saja tetapi juga terkait dengan pembangunan sarana, prasarana, dan infrastruktur serta pemindahan aset dari daerah otonom

Page 19: laporan kunker riau 27-30 April 2015

19

induk ke daerah otonom baru karena kedua hal ini sangat mempengaruhi kegiatan pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat.

B. Bidang Kepegawaian dan Kearsipan Daerah

1. Pemerintah Provinsi Riau secara konsisten sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara akan menerapkan sistem merit dalam kebijakan dan manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu dengan mendasarkan pada kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar. Pada Tahun 2015 ini Provinsi Riau telah mengawali secara nasional dalam melaksanakan seleksi terbuka untuk mengisi jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (setingkat eselon II) dan telah terlaksana dengan baik. Secara bertahap juga akan dilaksanakan untuk eselon III dan IV, sehingga diharapkan ke depan terjaring pejabat yang memiliki kualifikasi dan kompetensi dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan.

2. Evaluasi yang dilakukan terhadap proses rekruitmen tenaga honorer kategori II telah ditemukan beberapa permasalahan yaitu: 1) Penetapan tenaga honorer kategori II tidak melalui verifikasi dan validasi oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP), sebagaimana halnya tenaga honorer kategori I, sehingga masih ada kemungkinan ditemui adanya tenaga honorer kategori II yang melakukan manipulasi data 2) Pada saat proses seleksi, tenaga honorer kategori II yang telah berusia lanjut dan tidak bertugas secara administrasi (pramusaji, supir) menemui kesulitan dalam menjawab soal menggunakan Lembar Jawaban Komputer (LJK), apalagi kalau ke depan akan menggunakan Computer Assisted Test (CAT), sehingga penerapan teknologi informasi perlu menjadi pertimbangan dalam seleksi CPNS tenaga honorer 3) Penetapan standar kelulusan dan tingkat kesulitan materi tes seleksi CPNS tenaga honorer kategori II, agar memperhatikan standar/kualitas pendidikan masing-masing wilayah di Indonesia.

C. Bidang Pelayanan Publik

Pada tahun 2014, hasil observasi Ombudsman RI dengan sampling 13 Unit Pelayanan Publik (UPP) di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru baru 5 UPP termasuk kategori dengan tingkat kepatuhan tinggi untuk pelayanan publik. Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 2015 melakukan fasilitasi pembinaan kepada UPP dengan tujuan terjadinya peningkatan kepatuhan terhadap standar pelayanan publik. UPP di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau telah melakukan survey layanan publik untuk melihat tingkat kepuasan masyarakat. UPP telah melakukan publikasi melalui website dan media publikasi lainnya dengan mempublikasikan setiap unsur standar pelayanan publik yang diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009. RSUD Arifin Achmad akan diusulkan menjadi salah satu RS Percontohan untuk layanan perlakuan khusus bagi kelompok rentan. Komisi II meminta kepada ombudsman agar dapat memberikan urgensi yang kuat dan relevan mengenai keberadaan lembaga ini terkait tugas dan fungsinya.

D. Bidang dana Desa

Sampai saat ini Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa belum dapat diimplementasikan karena dana tersebut belum ditransfer ke pemerintah daerah (kabupaten/kota). Belum ada kejelasan mengenai alokasi dana dekon 2015 yang akan diterima Pemerintah Provinsi Riau dan jumlah pendamping yang akan direkrut terkait dengan kegiatan pendampingan desa (pembinaan,

Page 20: laporan kunker riau 27-30 April 2015

20

pengawasan dan evaluasi. Komisi II DPR RI akan mengkonfirmasi informasi ini ke Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

E. Bidang Pilkada Serentak

Kabupaten/kota di Provinsi Riau yang akan melaksanakan pilkada serentak sebanyak 8 kabupaten dan 1 kota yaitu: Kepulauan Meranti, Indragiri Hulu, Bengkalis, Dumai. Kendala yang dihadapi Pemerintah Provinsi Riau dalam pelaksanaan pilkada serentak antara lain: 1) Dana pelaksanaan pilkada dan sosialisasi pilkada serentak yang belum diterima KPU dari Pemerintah Provinsi Riau 2) Permasalahan perbatasan antar kabupaten dan provinsi tetangga 3) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 44 tahun 2015 sebagai norma dan regulasi alokasi dana hibah dalam APBD belum dapat diakses pemerintah daerah. Terkait masalah anggaran dana Komisi II DPR RI meminta agar Pemerintah Provinsi Riau segeramenganggarkan dana untuk KPU mengingat tahapan pilkada sudah mulai sejak tanggal 19 April 20115. Selain itu, Komisi II DPR RI juga meminta kepada Kementrian Dalam Negeri untuk segera mempublikasikan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 44 tahun 2015 ke dalam website Kementrian Dalam Negeri agar mudah diakses oleh pemerintah daerah.

F. Bidang Pertanahan

1. Pemerintah Provinsi Riau mengharapkan agar Luas Perubahan kawasan hutan menjadi kawasan non kehutanan bisa disesuaikan kembali dengan hasil Rekomendasi Tim Terpadu (scientific autority) sesuai surat Gubernur Riau Nomor: 050/BAPPEDA/58.13, Tgl, 12 Agustus 2014. Hal ini dilakukan guna mempercepat pembangunan di Provinsi Riau, kawasan yang bersifat strategis nasional maupun daerah serta pemukiman dan lahan garapan masyarakat agar dikeluarkan dari kawasan hutan. Komisi II DPR RI mendukung langkah Pemerintah Provinsi Riau dalam usulan perubahan kawasan hutan menjadi kawasan bukan hutan untuk berbagai kebutuhan pembangunan di Provinsi Riau. Namun dengan catatan pembangunan harus memperhatikan dampak kerusakan lingkungan/cost land recovery di Provinsi Riau.

2. Komposisi antara jumlah tenaga administrasi dengan tenaga teknis saat ini adalah 126 : 397 (1:3,17). Jumlah ideal Aparatur Sipil Negara yang diharapkan berjumlah 1.061 pegawai. Berdasarkan jumlah Aparatur Sipil Negara yang tersedia berjumlah 523 pegawai, sehingga kekurangan Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kantor Wilayah BPN Provinsi Riau berjumlah 538 pegawai. Komisi II DPR RI meminta agar dilakukan penambahan personel pada aparat teknis yang saat ini hanya berjumlah 397 orang. Juru ukur termasuk dalam aparat teknis yang jumlahnya masih sangat sedikit padahal juru ukur sangat dibutuhkan keberadaannya unntuk pengukuran tanah.

3. Lahan perkebunan kelapa sawit yang terletak di Bukit Kapur, Kab. Bengkalis, Prov. Riau dibeli oleh Lion Simbolon dari kelompok Tani Swasembada berdasarkan Akta Jual Beli tertanggal 21 Juli 2004. Namun pada tanggal 3 Oktober 2006 PT Arara Abadi melaporkan Lion Simbolon ke Polres Bengkalis dengan tuduhan pasal 50 ayat (3) huruf a dan b jo pasal 78 ayat (2) UU No. 41/1999 tentang Kehutanan jo pasal 385 KUHP. Sampai saat ini jajaran Kantor Wilayah BPN Provinsi Riau belum pernah menerima pengaduan atas permasalahan tersebut. Komisi II DPR RI meminta agar BPN Provinsi Riau mengkonfirmasi kasus ini karena Lion Simbolon telah mengadukan kasus ini ke Komisi II DPR RI seharusnya BPN Provinsi Riau telah terlebih dahulu mengetahui keberadaan kasus ini.

Page 21: laporan kunker riau 27-30 April 2015

21

4. Kendala-kendala yang dihadapi dalam program Larasita antara lain: 1) Tidak semua lokasi terdapat akses jaringan internet 2) Belum tersedianya SDM yang menguasai Teknologi informasi. Usulan dalam rangka mengoptimalkan kegiatan Larasita antara lain: 1) Penambahan anggaran untuk operasional Larasita 2) Penambahan SDM. Komisi II DPR RI mendukung penambahan anggaran untuk kendaraan operasional dalam rangka mengoptimalkan kegiatan Larasita.

IV. PENUTUP

Demikian laporan hasil kunjungan kerja Komisi II DPR RI di Provinsi Riau pada tanggal 27 sampai dengan 30 April 2015. Semoga dapat ditindaklanjuti dan bermanfaat bagi semua pihak. Kepada semua pihak yang membantu terselenggaranya Kunjungan Kerja ini, kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, Mei 2015 KETUA TIM KUNJUNGAN

KOMISI II DPR RI Ttd

Ir. H. lukman Edy, M.Si. A - 39