LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE … file1.340 buah pulau besar dan kecil, dengan luas...

36
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE PROVINSI MALUKU Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2017 - 2018 30 Juli - 3 Agustus 2018 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2018

Transcript of LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE … file1.340 buah pulau besar dan kecil, dengan luas...

LAPORAN

KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI

KE PROVINSI MALUKU

Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2017 - 2018

30 Juli - 3 Agustus 2018

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

2018

1

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI

KE PROVINSI MALUKU

Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2017 - 2018 30 Juli - 3 Agustus 2018

I. PENDAHULUAN

A. Dasar Kunjungan Kerja

Pasal 98 ayat (4) huruf f Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang

MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah mengalami perubahan

pertama dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 dan perubahan

kedua dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018.

Surat Tugas Nomor: ST/28/Kom.VI/DPR RI/VII/2018 tentang Penugasan

Anggota Komisi VI DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja Pada

Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2017 - 2018 ke Provinsi

Maluku.

B. Ruang Lingkup

Laporan ini dimaksudkan untuk menyampaikan pokok-pokok permasalahan

dan tantangan yang dihadapi sebagai hasil temuan Komisi VI DPR RI yang

menyangkut bidang tugasnya selama Kunjungan Kerja ke Provinsi Maluku.

Kunjungan Kerja ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu fungsi

Dewan untuk melakukan pengawasan sebagaimana diatur dalam Peraturan

DPR RI tentang Tata Tertib dengan tujuan sebagai bahan masukan bagi

Pemerintah untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.

Sasaran Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ini dititikberatkan pada

pengawasan terhadap kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan serta

rencana/program pembangunan yang akan dilakukan, terutama terkait

dengan bidang Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil dan

2

Menengah (UKM), BUMN, investasi, perlindungan konsumen, dan

persaingan usaha.

Adapun objek yang dikunjungi dan dibahas meliputi:

1. Pemerintah Daerah Provinsi Maluku, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Maluku.

2. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

3. PT Hutama Karya (Persero).

4. PT Semen Tonasa.

5. PT Pertamina (Persero).

6. PT PLN (Persero).

7. PT Pelindo IV (Persero).

8. PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero).

9. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero).

10. Perum Bulog.

11. Peninjauan Mitra Binaan PT Permodalan Nasional Madani (Persero).

C. Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI

(Terlampir)

II. HASIL KUNJUNGAN KERJA

A. Pemerintah Provinsi Maluku, Dinas Perindustrian dan Perdagangan,

Dinas Koperasi dan UKM, serta Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Maluku.

1. Deskripsi Umum, Potensi, dan Perkembangan Ekonomi Provinsi

Maluku

Dari sudut pandang geografi dan demografi, Provinsi Maluku

dicerminkan sebagai salah satu wilayah kepulauan yang teridiri dari

1.340 buah pulau besar dan kecil, dengan luas 712.479,69 Km2, terdiri

dari lautan 92,4% dan daratan 7,6%, dengan total panjang garis

pantainya 10.630 km. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil tahun 2017, jumlah penduduk Maluku adalah 1.842.933

jiwa, yang tersebar di 9 (sembilan) kabupaten dan 2 (dua) kota, 118

kecamatan, dan 1.198 desa/kelurahan.

Kondisi geografis dengan luas laut yang begitu besar mengindikasikan

betapa Provinsi Maluku memiliki potensi sumber daya laut yang cukup

besar, yang dapat digunakan untuk merespons berbagai tantangan dan

3

menjawab masalah pembangunan yang dihadapi guna mencapai tujuan

bersama. Tantangan daerah tersebut antara lain:

1) Wilayah perairan yang luas, serta letaknya pada persimpangan jalur

perdagangan internasional menggambarkan keterbukaan wilayah

Maluku untuk dipergunakan oleh pihak lain atau negara lain guna

kepentingan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di dalamnya

maupun guna kepentingan konektivitas melalui perairan Maluku.

2) Karakteristik kepulauan turut berperan dalam membentuk

masyarakat Maluku yang memiliki tingkat keragaman sosial relatif

tinggi dan cenderung terisolasi satu terhadap yang lainnya. Hal ini

merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah terutama

dalam upaya mendekatkan jarak sosial dan merekatkan hubungan-

hubungan sosial dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan

sosial kemasyarakatan dan mengurangi kesenjangan sosial di

wilayah Maluku.

3) Selain keterisolasian secara fisik maupun sosial, maka sebagai

wilayah kepulauan, Maluku dihadapkan pula dengan mahalnya

sarana dan prasarana transportasi yang berdampak pada rendahnya

tingkat interaksi antarwilayah, padahal sebagai wilayah kepulauan,

ketergantungan antarsatu wilayah dengan wilayah lainnya sangat

tinggi. Di satu sisi, kondisi ini terlihat dari jauhnya jarak serta relatif

rendahnya frekuensi interaksi antara kabupaten dengan pusat-pusat

aktivitas ekonomi, dan di sisi lain, tampak pula dari berbagai

komoditas di Provinsi Maluku yang belum cukup mampu

membangkitkan interaksi yang lebih intensif dengan pusat-pusat

aktivitas ekonomi lainnya.

4) Tantangan lain yang dihadapi akibat keterisolasian dan terbatasnya

lahan darat dari pulau-pulau yang relatif berukuran kecil adalah

keterbatasan skala usaha dan diversifikasi usaha karena tidak

didukung oleh lahan atau hinterland yang tersedia serta akses dari

dan menuju pusat ekonomi. Akibatnya, produksi cenderung terbatas,

homogen, in-efisien, berbiaya tinggi, dan rentan untuk berlanjut.

5) Pada masa yang akan datang, pulau-pulau kecil dengan wilayah-

wilayah pesisir dan sumber daya alamnya akan mengalami tekanan

yang semakin besar seiring dengan laju pertumbuhan penduduk

yang sangat cepat. Pertumbuhan penduduk di satu sisi menuntut

akan pemenuhan sumber daya pulau-pulau kecil dalam rangka

4

kelangsungan hidup dan pelaksanaan pembangunan. Di sisi lain,

kapasitas daya dukung pulau kecil yang terbatas menjadi kendala

dalam menyediakan sumber daya yang ada untuk mendukung

pembangunan secara bekelanjutan.

6) Selain itu, tantangan lainnya adalah keterbatasan sumber daya

pendanaan pembangunan baik yang berasal dari luar maupun

dalam daerah. Kecilnya luas wilayah daratan dan jumlah penduduk

menyebabkan alokasi bantuan pembangunan dari Pemerintah Pusat

relatif masih kecil dibandingkan dengan kebutuhan untuk melayani

semua lapisan masyarakat yang tersebar di berbagai pulau. Untuk

mengatasi masalah ini, Pemerintah Provinsi Maluku bersama-sama

seluruh lapisan masyarakat secara simultan memperjuangkan

perubahan nomenklatur berupa Provinsi Kepulauan, dengan

harapan laut di antara pulau dapat dipertimbangkan sebagai

“daratan” mengingat laut tersebut kenyataannya telah menjadi

daratan yang menjembatani aktivitas antarpulau. Demikian halnya

dengan gagasan Maluku sebagai “Lumbung Ikan Nasional” yang

masih terus diperjuangkan. Sementara sumber-sumber pendanaan

pembangunan dari dalam terutama Pendapatan Asli Daerah, dapat

dikatakan masih sangat kecil sehingga belum berkontribusi

signifikan bagi upaya mendukung percepatan pembangunan

nasional di Maluku.

7) Demikian pula dengan keberagaman suku/sub-suku dan agama

sebagai implikasi dari wilayah kepulauan dan keterbukaan wilayah

itu sendiri. Dalam rangka mempersatukan berbagai perbedaan latar

belakang kelompok-kelompok masyarakat di Maluku, maka

pemerintah daerah bersama-sama dengan institusi-institusi sosial

kemasyarakatan secara terus-menerus mengupayakan suatu spirit

kebersamaan yang dikemas dalam satu identitas bersama lintas

perbedaan yang kita sebut sebagai “identitas ke-Maluku-an”. Satu

identitas bersama yang mengakomodasi perbedaan-perbedaan

identitas asal dalam kesederajatan.

Provinsi Maluku sangat kaya akan potensi sumber daya alam dengan

potensi unggulan meliputi perikanan dan kelautan, perkebunan,

pariwisata, energi, dan pertambangan.

5

Bidang perikanan, potensi produksi perikanan Maluku mencapai 3.055

juta ton/tahun dan memberikan kontribusi sebesar 30,76 persen

terhadap produksi nasional. Sementara itu produksi perikanan tangkap

saat ini baru mencapai 504.367 ton. Sedangkan potensi budi daya laut

mencapai 495.300 ha. Potensi perikanan ini belum dimanfaatkan secara

optimal terutama pada industri pengolahan perikanan yang diharapkan

bisa menjadi peluang investasi di Maluku.

Bidang Perkebunan, Provinsi Maluku memiliki potensi rempah pala dan

cengkeh yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku industri

farmasi, bahan pangan, serta industri penting lainnya. Sejarah mencatat

bahwa kekayaan rempah Maluku telah terkenal sejak zaman penjajah, di

mana Pulau Banda merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi

pala yang hingga kini sebagian pohon yang berumur ratusan tahun

tersebut masih ada. Bahkan potensi pala di Banda telah memainkan

peranan penting pada perdagangan internasional. Pada masa VOC,

Belanda pernah menukarkan Pulau Run Banda dengan Pulau Manhatan

Amerika yang diberi Nama New Amsterdam yang hingga kini dengan

dengan Kota New York.

Bidang pariwisata, Maluku memiliki 12 destinasi potensial pariwisata

yang telah dikembangkan yang meliputi pariwisata sejarah, budaya,

bahari, dan wisata alam yang tersebar di Maluku. Pulau Banda

merupakan salah satu potensi wisata Maluku yang terkenal. Potensi

wisata Pulau Banda sangat lengkap untuk kegiatan pariwisata antara

lain wisata sejarah, wisata budaya, wisata bahari, serta wisata alam.

Bidang Pertambangan dan Energi, potensi bahan galian (tambang) yang

potensial seperti emas, tembaga, nikel, batu gamping, dan belerang.

Sedangkan potensi energi meliputi minyak bumi, panas bumi, arus laut,

dan sumberdaya air untuk pembangkit tenaga listrik. Potensi minyak dan

gas bumi, terdapat 16 cekungan. Sampai saat ini baru 1 cekungan yang

beroperasi yakni cekungan Bula. Sedangkan 3 cekungan telah

dieksplorasi salah satu diantaranya cekungan selaru atau Blok Masela

dengan potensi 10.05 triliun kaki kubik.

Kondisi makro ekonomi Provinsi Maluku relatif stabil dengan

pertumbuhan ekonomi Maluku pada Tahun 2016 mencapai 5,76 persen

dan naik menjadi 5,81 persen pada tahun 2017. Capaian pertumbuhan

ekonomi Maluku dari tahun 2017 lebih tinggi dari rata-rata nasional yang

mencapai 5,07 persen.

6

Distribusi pertumbuhan ekonomi Maluku Tahun 2017 terbesar yakni

sektor pertanian, administrasi pemerintahan, serta perdagangan besar

dan eceran. Sedangkan dari aspek pengeluaran didominasi oleh

ketegori Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi

Pemerintah, dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

Untuk meningkatkan pertumbuhan maka momentum pertumbuhan pada

kategori lapangan usaha dan pengeluaran tetap dijaga bahkan terus

ditingkatkan guna memacu pertumbuhan ekonomi. Selain itu, untuk

memacu pertumbuhan ekonomi maka sektor-sektor ekonomi produktif

antara lain pertanian, perikanan, pariwisata, serta energi dan

pertambangan terus ditingkatkan produktivitasnya yang memberikan

dampak bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi Maluku.

Sementara itu PDRB perkapita Maluku tahun 2017 mengalami

peningkatan sebesar 22,85 juta rupiah atau melampaui target RPJMD

sebesar 20,72 juta rupiah. Sejalan dengan itu, peningkatan konektivitas

darat, laut, dan udara, peningkatan infrastruktur dasar yang meliputi air

bersih, listrik, dan telekomunikasi mendapat perhatian dari pemerintah

pusat guna mempercepat pembangunan di Provinsi Maluku.

Pemerintah Provinsi Maluku juga telah menyiapkan langkah nyata bagi

percepatan pembangunan ekonomi daerah antara lain:

1) Mempercepat ekspor langsung komoditas unggulan dari Ambon. PT

Pelindo IV (Persero) telah memfasilitasi kehadiran PT Sucofindo

(Persero) saat ini telah berada di Ambon untuk mempermudah

aktivitas ekspor langsung dari Ambon.

2) Membuka konektivitas Gerbang Selatan Indonesia sebagai alternatif

pintu masuk pariwisata Indonesia, dalam hal ini Provinsi Maluku

telah merintis pembukaan jalur penerbangan Darwin (Australia) –

Saumlaki (Maluku Tenggara Barat).

3) Dalam rangka mendukung sektor pariwisata, Pemerintah Provinsi

Maluku pada tahun 2017 akan mengusulkan Pulau Banda sebagai

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Banda.

4) Dalam upaya pengelolaan potensi Gas Blok Masela, Bappenas

sesuai perintah Presiden telah menyiapkan rencana pengembangan

wilayah terpadu melalui penyiapan infrastruktur dan konektivitas

antarwilayah. Oleh karena itu, pengelolaan Blok Masela sebagai

potensi ekonomi nasional perlu memperhatikan kesejahteraan

Masyarakat Maluku. Terkait itu, pemerintah daerah juga telah

7

menyiapkan SDM dengan memberikan beasiswa bagi putra-putri

Maluku di Universitas Padjajaran Bandung.

5) Untuk meningkatkan rasio elektrifikasi serta akses masyarakat bagi

energi listrik, sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional di

mana perlu memanfaatkan energi baru dan terbarukan maka perlu

dikembangkan sumber energi listrik yang potensial di Maluku antara

lain: energi panas bumi, pembangkit listrik tenaga air, energi listrik

arus laut, serta dalam jangka panjang dapat dikembangkan ocean

thremal energy conversion (OTEC) di laut Banda.

6) Pembangunan ekonomi Maluku diarahkan pada pembangunan

ekonomi maritim yang meliputi perikanan, pariwisata bahari, dan

perhubungan. Oleh karena itu, industri pendukung maritim yakni

pengembangan industri galangan kapal (docking) harusnya

dikembangkan di Maluku. Saat ini Provinsi Maluku memiliki BUMD

Dok Wayame, tapi sarana dan prasarananya belum gunakan

peralatan modern. Saat ini Pemerintah Provinsi Maluku berencana

membangun Pelabuhan Ekspor Perikanan Terpadu di Way – Tulehu

(Maluku Tengah), yang akan dilakukan oleh PT Pelindo II (Persero).

Pendekatan pembangunan yang dilakukan Provinsi Maluku selain

dengan pendekatan sektoral atau komoditas, juga menggunakan

pendekatan pembangunan berbasis Gugus Pulau yang terbagi dalam 12

Gugus Pulau yang bertujuan untuk:

1) Menjadi wilayah mandiri dan mampu memenuhi kebutuhan utama

wilayahnya.

2) Mengembangkan potensi yang dimiliki secara berkelanjutan.

3) Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber

daya.

4) Memadukan pembangunan antarsektor melalui proses pemanfaatan

ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang

berkelanjutan.

5) Memudahkan hubungan antarpulau dengan sistem klaster sehingga

masyarakat mendapat semua fasilitas sosial dan ekonomi.

6) Mengurangi/menghindari potensi konflik kepentingan antarwilayah.

Kebijakan Pemerintah Provinsi Maluku dalam pengembangan ekonomi

daerah diarahkan pada:

1) Penciptaan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, dan

berkelanjutan.

8

2) Transformasi struktur ekonomi yang didukung oleh pengelolaan SDA

yang lebih baik serta pengembangan iptek dan inovasi.

3) Mengurangi kesenjangan antarwilayah dengan melakukan

percepatan pembangunan infrastruktur dan konektivitas khususnya

pada daerah perbatasan antarnegara dan daerah tertinggal.

4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

5) Kemudahan investasi.

Pemerintah Provinsi Maluku mengharapkan dukungan dan perhatian

dari DPR RI untuk peningkatan pembangunan di Provinsi Maluku

khususnya dalam hal:

1) Pembangunan pelabuhan ekspor perikanan dan container terpadu di

Tulehu-Wai di mana untuk studi kelayakannya telah disusun oleh PT

Witteveen Bos Indonesia.

2) Pembangunan kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata di

Kepulauan Banda.

3) Mendorong kebijakan nasional yang tertuang dalam RPJMN 2020-

2024 yang menetapkan Provinsi Maluku sebagai destinasi nasional.

4) Membangkitkan kembali kejayaan rempah Maluku, sehingga

diperlukan regulasi untuk mendukung hal yang dimaksud.

5) Mendorong dan mewujudkan Maluku sebagai Lumbung Ikan

Nasional (LIN).

2. Bidang Perindustrian dan Perdagangan

Program unggulan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

Maluku terdiri dari:

1) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah.

2) Program Peningkatan Teknologi Industri.

3) Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan.

4) Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor.

5) Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri.

Sementara untuk produk unggulan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Maluku berdasarkan Peraturan Menteri

Perindustrian No. 122 Tahun 2011 tentang pengembangan industri

unggulan provinsi Maluku yaitu pengolahan hasil laut dan minyak atsiri.

Sampai tahun 2016, kontribusi langsung sektor perdagangan terhadap

APBD Provinsi Maluku adalah melalui retribusi tera dan tera ulang yang

menjadi kewenangan Provinsi. Namun, sejak tahun 2017 dengan

diberlakukannya UU No 23 tahun 2014 maka kewenangan tersebut

9

sudah dilimpahkan kepada Kabupaten/Kota. Dengan demikian, tidak ada

kontribusi dari sektor perdagangan terhadap APBD Provinsi Maluku.

Untuk Kabupaten/Kota, kontribusi langsung sektor perdagangan

terhadap APBD Kabupaten/Kota adalah melalui retribusi pengelolaan

pasar rakyat dan retribusi pengelolaan pasar rakyat dan retribusi tera

dan tera ulang.

Kontribusi Sektor industri terhadap PDRB Provinsi Maluku tahun 2017

yaitu sebesar 4,5%. Sedangkan Kontribusi sektor perdagangan yaitu

sebesar 26,2%.

Penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan perdagangan di Provinsi

Maluku sampai dengan Tahun 2017 yaitu sebesar 13.533 orang.

Permasalahan yang dihadapi dalam mendukung sektor industri dan

perdagangan di Provinsi Maluku yaitu:

1) Lemahnya daya saing produk industri kecil dan menengah di

pasaran.

2) Industri kecil dan menengah yang berkembang sebagian besar

masih menggunakan teknologi yang sangat sederhana.

Strategi yang dilakukan Pemerintah Provinsi Maluku dalam menghadapi

MEA diawali dengan sosialisasi MEA kepada IKM, kemudian dilanjutkan

dengan pendampingan desain (mokeup) sehingga IKM memiliki kualitas

dan memiliki daya saing yang baik terhadap industri dalam negeri

maupun luar negeri.

Sampai saat ini belum ada realisasi ekspor dari produk IKM karena

keterbatasan kemampuan produksi dan manajemen usaha.

Dalam rangka peningkatan promosi terhadap komoditi unggulan daerah

(hasil perikanan dan minyak atsiri) baik pada tingkat daerah, nasional,

maupun internasional maka pemerintah daerah dalam hal ini Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku melaksanakan kegiatan

Pameran Dalam dan Luar Negeri.

Informasi mengenai nilai investasi dan jenis program bantuan yang telah

disalurkan oleh Pemerintah melalui kementerian terkait kepada

Pemerintah Daerah Provinsi Maluku selama 5 tahun terakhir yaitu:

1) Nilai investasi Tahun 2013 s/d 2017 sebesar: Rp101.976.283.000,-

2) Lokasi penerima bantuan tersebar di 11 Kabupaten/Kota di Maluku.

3) Realisasi pelaksanaan kegiatan: 100% dan memberi manfaat serta

membuka kesempatan kerja bagi masyarakat.

10

4) Kendala yang dihadapi yaitu:

Lahan untuk pembangunan pasar.

Kemauan pedagang untuk relokasi ke lokasi pasar yang baru.

5) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yaitu:

Status lahan diprioritaskan sebagai syarat utama.

Sosialisasi secara rutin kepada para pedagang.

3. Bidang Koperasi dan UKM

Perkembangan Koperasi dan UMKM 5 Tahun terakhir di Provinsi Maluku

menunjukkan perkembangan sebagai berikut:

Jumlah (unit) Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

Koperasi 3.095 3.158 3.190 3.359 3.263

Jumlah (unit) Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

U. Mikro 26.525 31.442 31.442 31.462 61.732

U. Kecil 4.279 4.410 4.410 4.888 4.910

U. Menengah 384 418 418 457 457

Jumlah 31.188 36.270 36.270 36.777 67.099

Terdapat beberapa masalah dan kendala yang dihadapi dalam program

program terkait dengan Koperasi dan UKM di Provinsi Maluku yaitu:

1) Pertumbuhan Koperasi yang ada belum disertai dengan kualitas

kelembagaan serta SDM pengurus dan pengelola yang memadai.

2) Kemampuan pemupukan modal dari Koperasi masih rendah

dikalangan Koperasi.

3) Sebagai provinsi kepulauan dengan wilayah pulau dan laut

mengakibatkan akses terhadap program-program yang ada, baik

dari pemerintah maupun fasilitasi pada perbankan belum dapat

dimanfaatkan secara maksimal karena ketentuan dan jangka waktu

yang terbatas.

4) Dengan berkembangnya teknologi dan informasi melalui sistem

online sangat membantu, namun akses bagi pelaksanaan program

tersebut dengan kondisi wilayah kepulauan mengakibatkan

konektivitas menjadi terbatas, termasuk jaringan telekomunikasi,

apalagi pada wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal.

Memperhatikan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan

Koperasi dan UKM di Provinsi Maluku, maka Rencana Strategis

Pembangunan Bidang Koperasi dan UKM diarahkan pada:

11

1) Peningkatan kualitas Koperasi melalui penataan kelembagaan

Koperasi terutama Koperasi aktif, serta mengevaluasi Koperasi

melalui pengawasan terhadap Koperasi yang tidak aktif.

2) Peningkatan kualitas pengurus dan pengelola serta para pelaku

usaha melalui Bimtek pengembangan usaha maupun kegiatan

pelatihan yang dilaksanakan. Program Peningkatan Kualitas SDM

yang memanfaatkan Dana Fungsi Pendidikan agar dapat diberikan

ke daerah untuk membantu peningkatan kualitas para pelaku usaha

dalam bentuk DAK.

3) Memanfaatkan fasilitasi pembiayaan yang disediakan oleh

Pemerintah maupun perbankan, terutama literasi ke perbankan

terhadap berbagai program pembiayaan untuk menopang kegiatan

usaha maupun pemanfaatan bantuan pemerintah berupa

penyediaan sarana prasarana yang dibutuhkan bagi Koperasi

maupun UKM, seperti pembangunan Pasar Tradisional dan

Penataan PKL.

4) Penumbuhan wirausaha baru melalui program Wirausaha Pemula

perlu didorong guna memberi kesempatan kepada masyarakat untuk

berusaha sekaligus menciptakan peluang dan kesempatan berusaha

sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah, menekan

tingkat kemiskinan, dan pengangguran.

Program Pembiayaan merupakan salah satu upaya yang dilakukan bagi

pemberdayaan Koperasi dan UKM. Untuk Provinsi Maluku, program

pembiayaan yang diberikan dilakukan melalui Unit Pelaksana Teknis

Dinas Pengelola Dana Bergulir yang disingkat UPTD PDB yang didirikan

pada tahun 2009. Sejak didirikan, UPTD PDB mendapatkan kucuran

dana APBD sebesar Rp3.765.000.000 dan disalurkan kepada 44

Koperasi dan UKM. Dana tersebut telah dikembalikan sebesar

Rp2.332.163.000 dan dalam pergulirannya telah menerapkan sistem

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan rincian perguliran yang

dapat dilaporkan sebagai berikut:

Tahun Jumlah UMKM Jumlah Dana

2011 38 UMKM Rp106.500.000,-

2012 46 UMKM Rp125.000.000,-

2013 8 KUMKM Rp460.000.000,-

2014 22 KUMKM Rp860.000.000,-

2016 20 KUMKM Rp1.115.000.000,-

2017 16 KUMKM Rp1.680.000.000,-

Total 150 KUMKM Rp4.346.500.000,-

12

Sampai dengan tahun 2017, perguliran dana yang telah dilunasi

sebanyak Rp873.500.000 dari 31 KUMKM, sedangkan sisanya masih

dalam tahap proses pengembalian. Bunga pinjaman yang diberikan

adalah sebesar 4% per tahun dari nilai pinjaman dan dipergunakan

untuk operasional.

Sedangkan yang bersumber dari Pemerintah Pusat melalui Lembaga

Pengelola Dana Bergulir Pusat yang berada di bawah Kementerian

Koperasi dan UKM telah disalurkan kepada 12 KUMKM dengan dana

sebesar Rp 8.70.000.000. Perkembangan tersebut yaitu yang telah

dilunasi sebanyak Rp2.500.000.000 oleh 5 KUMKM dan masih dalam

tahap proses pengembalian dari 7 KUMKM sebanyak Rp6.070.000.000.

MEA menghendaki adanya pergerakan barang dan jasa secara bebas di

kawasan ASEAN. Tentunya hal ini merupakan peluang bisnis yang

sangat baik karena produk-produk UKM asal Maluku dapat dikenal

masyarakat luas. Selain itu, akan ada produk-produk baru yang muncul

baik dari dalam maupun luar Maluku yang akan memicu pertumbuhan

pusat-pusat ekonomi baru dan berdampak pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Namun disisi lain, MEA menjadi tantangan

tersendiri bagi para pelaku UKM di Maluku karena dituntut untuk

memiliki mutu produk yang mampu memiliki daya saing yang tinggi serta

kompetitif. Selain itu, tantangannya adalah apakah produk-produk

barang dan jasa yang dihasilkan di Maluku mampu bersaing secara

berkelanjutan dan beradaptasi dengan praktik bisnis terbaik.

Guna mendukung para pelaku UKM di Provinsi Maluku dalam

menghadapi MEA maka Pemerintah melakukan berbagai upaya

strategis yaitu:

1) Peningkatan kualitas SDM dan kualitas produk KUMKM bagi para

pelaku UMKM berupa pendidikan dan pelatihan teknis baik yang

bersifat vocational maupun Manajerial.

2) Penyediaan akses pembiayaan berupa penyaluran dana bergulir,

bantuan modal usaha bagi wirausaha pemula, maupun sumber

pembiayaan lainnya.

3) Fasilitasi produk-produk UMKM melalui pameran dan promosi.

4) Penguatan kelembagaan usaha.

5) Peningkatan kemudahan, kepastian, dan perlindungan usaha.

13

4. Bidang Penanaman Modal

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam mencapai

target investasi yang telah ditetapkan antara lain:

1) Menjaga stabilitas keamanan untuk selalu kondusif.

2) Melakukan kegiatan-kegiatan promosi pada even-even nasional

maupun internasional.

3) Meningkatkan konektivitas antarwilayah dengan membuka serta

meningkatkan jaringan-jalan baik jalan kabupaten, jalan provinsi,

dan jalan nasional, serta meningkatkan jaringan telekomunikasi dan

infrastruktur pendukung lainnya.

4) Melakukan kerja sama dengan para investor dalam negeri maupun

luar negeri.

5) Mempermudah proses perizinan dengan mekanisme Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (PTSP) melalui sistem online singel submission

(OSS), sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 91 tahun 2017

tentang Percepatan Berusaha, dan Peraturan Pemerintah Nomor 24

tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan berusaha Terintegrasi

secara Elektronik.

Kendala dan permasalahan investasi di Provinsi Maluku antara lain:

1) Kondisi geografis daerah Maluku yang terdiri dari pulau-pulau yang

berjumlah kurang lebih 1.412 buah pulau sehingga mengakibatkan

ekonomi biaya tinggi bagi investor.

2) Terbatasnya lahan untuk investasi disebabkan karena kepemilikan

lahan merupakan hak ulayat penduduk yang menyebabkan

terhambatnya kegiatan investasi di Maluku.

3) Terbatasnya infrastruktur berupa konektivitas jalan di darat maupun

laut yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya.

4) Terbatasnya jaringan telekomunikasi di Maluku.

5) Terbatasnya energi listrik yang sangat dibutuhkan bagi investor.

6) Masih rendahnya sumber daya manusia yang mendukung investasi

di Maluku.

Target, Realisasi, dan Besaran Investasi di Provinsi maluku selama 5

tahun terakhir dilaporkan sebagai berikut.

Tahun Target Investasi MDN/PMA

(Rp miliar) Realisasi Investasi MDN/PMA

(Rp miliar)

2013 - 506,5

2014 600,0 152,0

2015 800,0 1.029,9

2016 900,0 1.396,9

2017 900,0 2.891,1

14

Jumlah investor PMDN/PMA di Provinsi Maluku.

No. Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

1. Jumlah Investor PMDN

3 3 4 9 10

2. Jumlah Investor PMA

31 38 31 31 29

3. Jumlah Investror PMDN/PMA

34 41 35 40 39

4. % PMDN 8,8 7,3 11,7 22,5 25,6

5. % PMA 91,2 92,7 88,6 77,5 74,4

Informasi terkait pelaksanaan Pelayanan Perizinan Terpadu (P2T).

Sesuai Peraturan Gubernur Provinsi Maluku Nomor 14 Tahun 2016

tentang Pelimpahan Kewenangan Penerbitan dan Penandatanganan

Perizinan dan Nonperizinan Dalam Rangka Penyelenggaraan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (DPMPTSP) telah diberikan kewenangan oleh Gubernur

Maluku untuk menyelenggarakan pelayanan sebanyak 79 izin dan 17

nonizin untuk semua sektor.

Secara umum dapat digambarkan bahwa pelayanan perizinan di sektor

perikanan lebih banyak menarik pelaku usaha untuk berusaha di

Provinsi Maluku, khususnya untuk Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)

yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi yaitu untuk Surat Izin

Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI)

untuk kapal yang ukuran maksimal 30 GT.

Untuk permohonan izin sektor-sektor lainnya masih sangat terbatas

seperti Izin Prinsip Penanaman Modal (Pendaftaran Penanaman Modal),

Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu, Izin Usaha Jasa

Penunjang Tenaga Listrik, dan Izin Usaha Jasa Penunjang Transportasi

dan lain-lain.

Selama pelaksanaan proses pelayanan perizinan dan nonperizinan yang

menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, pelayanan pada DPMPTSP

sudah berjalan dengan baik. Namun dengan diberlakukannya Peraturan

Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha

Terintegrasi Secara Elektronik, pelayanan perizinan harus

mengintegrasikan sistem pelayanan perizinan dengan sistem terbaru

(Online Single Submission-OSS), maka DPMPTSP mengalami beberapa

kendala, yaitu OSS belum sepenuhnya dapat memproses perizinan

yang dilayani PTSP sehingga perlu upaya peningkatan kapasitas

sumber daya aparatur serta sarana dan prasarana yang memadai untuk

mendukung pelayanan perizinan pada DPMPTSP .

15

Rekomendasi

1. Komisi VI DPR RI akan mendorong pemerintah melalui kementerian

terkait untuk mengembangkan industri perikanan di Provinsi Maluku,

mengingat besarnya potensi produksi perikanan Maluku yang

memberikan kontribusi sebesar 30 persen terhadap produksi

perikanan nasional.

2. Komisi VI DPR RI akan mendorong BUMN-BUMN khususnya yang

beroperasi di wilayah Maluku untuk lebih memaksimalkan Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan bagi kepentingan perkembangan

Provinsi Maluku.

B. Badan Usaha Milik Negara.

Pertemuan dengan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT

Hutama Karya (Persero), dan PT Semen Tonasa.

1. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. atau PTPP didirikan

dengan nama NV Pembangunan Perumahan berdasarkan Akta Notaris

No. 48 tanggal 26 Agustus 1953. Kemudian berdasarkan Peraturan

Pemerintah No. 63 tahun 1961, NV Pembangunan Perumahan diubah

menjadi PN (Perusahaan Negara) Pembangunan Perumahan. Pada

saat awal didirikan, PTPP telah dipercaya untuk membangun rumah bagi

para petugas PT Semen Gresik, anak perusahaan dari BAPINDO di

Gresik. Seiring dengan peningkatan kepercayaan, PTPP menerima

tugas untuk membangun proyek-proyek besar yang berhubungan

dengan kompensasi perang Pemerintah Jepang yang dibayarkan

kepada Republik Indonesia, yaitu: Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel,

Ambarukmo Palace Hotel, dan Samudera Beach Hotel.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 1971, PN

Pembangunan Perumahan berubah statusnya menjadi PTPP yang

dikuatkan dengan Akta No. 78 tanggal 15 Maret 1973. Seiring dengan

Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Struktur Kepemilikan Saham

Negara, maka pada tanggal 9 Februari 2010 perseroan telah memenuhi

kewajiban pencatatan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak tanggal

tersebut, saham PTPP secara resmi telah tercatat dan dapat

diperdagangkan di BEI.

Perseroan dipercaya untuk mengerjakan berbagai proyek infrastruktur di

Indonesia di antaranya New Tanjung Priok dengan nilai kontrak Rp8,2

triliun, salah satu mega proyek PTPP pada tahun 2012. Selain itu,

16

Perseroan juga menangani pembangunan 7 (tujuh) bandar udara

selama tahun tersebut. Perusahaan melakukan berbagai aksi korporasi

baik finansial maupun operasional, seperti proses obligasi yang

dilakukan pada penghujung tahun 2012.

Pada tahun 2011-2012, PTPP memiliki beberapa proyek di Provinsi

Maluku, namun tahun 2013-2017, PTPP tidak memiliki proyek di Maluku.

Proyek PTPP di Provinsi Maluku seperti yang terlihat pada tabel berikut.

No. Nama Proyek Masa konstruksi

1. Maluku City Mall Ambon 2012

2. IAIN Ambon Tahap II 2012

3. Gedung Pendidikan IAIN Ambon 2011

Pada tahun 2018, tepatnya di bulan Juli, PTPP kembali diamanahkan

untuk melaksanakan proyek pembangunan RS UPT Vertikal Ambon,

dengan skema joint Operation (JO) dengan PT Hutama Karya. Dan pada

tanggal 25 Juli 2018, JO PTPP-HK melakukan groundbreaking yang

disaksikan oleh Menteri Kesehatan Nila Moeloek.

Permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh PTPP dalam

merealisasikan pembangunan infrastruktur di Provinsi Maluku yaitu

belum terciptanya iklim investasi yang baik yang disebabkan oleh:

Minat dan daya beli yang masih rendah.

Keberadaan infrastruktur yang masih sangat kurang.

Pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah diharapkan dapat

memberikan support atau dukungan untuk program pembangunan

prioritas sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh Provinsi Maluku.

Saat ini, PTPP belum memiliki Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

di Provinsi Maluku. Namun untuk wilayah Indonesia Timur, PTPP telah

melakukan sejumlah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan,

khususnya di Provinsi Papua seperti yang terlihat pada tabel berikut.

No. Tahun Uraian Jumlah Dana

1. 2016

Pembangunan Pasar Phara Papua sinergi BUMN Karya, Asuransi, dan Pegadaian.

Rp500.000.000,- CSR

2. 2017 Pembangunan Pasar Mama Papua sinergi dengan 23 BUMN.

Rp300.000.000,- CSR

3. 2017 Tujuh BUMN kembangkan ekowisata birdwatching.

Rp166.880.000,- Bina

Lingkungan

17

2. PT Hutama Karya (Persero)

PT Hutama Karya (Persero) atau Hutama Karya awalnya merupakan

perusahaan swasta Hindia Belanda ‘Hollandsche Beton Maatshapiij’

yang dinasionalisasi pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) RI No. 61/1961 Tanggal 29 Maret 1961 dengan nama

PN Hutama Karya.

Status perusahaan berubah menjadi Perusahaan Terbatas berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1971 juncto Akta Perusahaan

Terbatas No. 74 tanggal 15 Maret 1973, juncto Akta Perubahan No. 48

tanggal 8 Agustus 1973.

Milestone perusahaan atau Hutama Karya.

Tahun 1961: Pendirian PN Hutama Karya.

Tahun 1970-1990: Menjadi pionir teknologi beton pre-stressed dan

penemu teknologi Sosrobahu.

Tahun 1990-2010: Menjadi pionir untuk jembatan bentang panjang dan

mulai memasuki pasar high-rise building.

Tahun 2010: Mendirikan anak perusahaan di bidang properti (HK

Realtindo) dan di bidang manufaktur (Hakaaston).

Tahun 2014-2015: Mendirikan anak usaha HK Infrastruktur dan

mendapat penugasan pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatera.

Tahun 2016: Transformasi perusahaan konstruksi menjadi perusahaan

pengembang infrastruktur dan operator jalan tol.

Daftar Tender yang diikuti dan dimenangkan Hutama Karya dalam 5

tahun terakhir di Provinsi Maluku.

No.

Nama Paket Pekerjaan

Spesifikasi Lokasi Tahun Nilai Kontrak

1. Pembangunan T/L 70 kV Waai Passo Sirimau Ambon

Pembangunan transmisi Listrik

Ambon 2014 Rp39.613.200.000

2. Pembangunan Bendungan Way Apu, Kab. Buru (Paket 02)

Pembangunan bendungan

Maluku 2017 Rp709.392.016.900

3. Pembangunan Rumah Sakit Ambon (JO)

Pembangunan rumah sakit

Maluku 2018 Rp85.474.822.448

Total Rp834.480.039.348

Permasalahan dan kendala yang dihadapi Hutama Karya, serta

penyelesaian yang dilakukan dalam mengembangkan usaha di

wilayahProvinsi Maluku yaitu:

18

Permasalahan dan Kendala:

Permasalahan sosial ekonomi, akibat kawasan hutan lindung

dikuasai oleh masyarakat adat.

Ijin pinjam pakai kawasan hutan belum terbit dari Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Permasalahan desain Bendungan Way Apu yang belum tersertifikasi.

SPL belum diterbitkan.

Penyelesaian:

Pembahasan permasalahan lahan akan dilakukan oleh pihak BWS

dengan Pemda provinsi dan kabupaten.

Sosialisasi dengan masyarakat adat.

Selama 5 tahun terakhir mulai tahun 2013 s/d 2018, belum terdapat

realisasi penyaluran dana Program Kemitraan maupun Bina Lingkungan

yang dilakukan oleh Hutama Karya untuk wilayah Provinsi Maluku.

Namun kedepannya, Hutama Karya akan melakukan penyaluran dana

Bina Lingkungan melalui proyek Bendungan Way Apu dan Proyek

Pembangunan Rumah Sakit Ambon.

3. PT Semen Tonasa

PT Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan Timur

Indonesia yang menempati lahan seluas 715 hektar di Desa Biringere,

Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68 kilometer dari kota

Makassar. Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang 5.980.000 ton

semen per tahun ini, mempunyai empat unit pabrik, yaitu Pabrik Tonasa

II, III, IV, dan V. Keempat unit pabrik tersebut menggunakan proses

kering dengan kapasitas masing-masing 590.000 ton semen pertahun

untuk Unit II dan III, 2.300.000 ton semen per tahun untuk Unit IV, serta

2.500.000 ton semen untuk Unit V.

Lokasi pabrik yang berada di Sulawesi Selatan merupakan daerah

strategis untuk mengisi kebutuhan semen di daerah Indonesia Bagian

Timur. Dengan didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan

diperkuat oleh sembilan unit pengantongan semen yang melengkapi

sarana distribusi penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai

pemasok terbesar di kawasan tersebut. unit pengantongan semen

berlokasi di Palu, Banjarmasin, Bitung, Kendari, Ambon, dan Mamuju

dengan kapasitas masing-masing 300.000 ton semen per tahun, serta di

Makassar, Bali, dan Samarinda dengan kapasitas masing-masing

600.000 ton semen per tahun.

19

Pendapatan utama perseroan adalah hasil penjualan Semen Portland

(OPC), Semen non OPC yaitu Tipe Komposit (PCC), tersebar di wilayah

Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Sejak

15 September 1995 Perseroan terkonsolidasi dengan PT Semen

Indonesia (Persero) Tbk. yang sebelumnya bernama PT Semen Gresik

(Persero) Tbk. dan sekarang menjadi perusahaan induk dari Perseroan.

Lebih dari dua dekade, perseroan dalam menjalankan bisnisnya

didukung oleh perusahaan afiliasi yang berlokasi di sekitar perusahaan

dengan bidang bisnis yang saling berhubungan dengan bisnis utama

perseroan. Dukungan bisnis tersebut yaitu dibidang transportasi darat

dan laut, tenaga kerja bongkar muat angkutan semen, pengelola

pensiun karyawan perusahaan, serta bidang konstruksi beton dan jasa

bengkel.

Kondisi Market dan Market Share Perusahaan Semen

di Kawasan Timur Indonesia

Market Share Perusahaan Semen di Provinsi Maluku (s/d Semester I 2018)

20

Rekomendasi

Rekomendasi hasil pertemuan Komisi VI DPR RI dengan PT

Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Hutama Karya (Persero),

dan PT Semen Tonasa adalah sebagai berikut:

1. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT Pembangunan Perumahan

(Persero) Tbk. untuk memberikan rincian data anggaran Program

Bina Lingkungan Pasar Mama-Mama di Papua senilai Rp42,467

miliar, termasuk 23 BUMN apa saja yang ikut bersinergi dalam

pembangunan Pasar Mama-Mama tersebut. Ditengarai, pembiayaan

pembangunan Pasar Mama-Mama di Papua bersumber dari APBN.

2. Komisi VI DPR RI segera mengundang kembali PT Pembangunan

Perumahan (Persero) untuk dilakukan pendalaman terkait dengan

pembiayaan pembangunan Pasar Mama-Mama di Papua.

3. Komisi VI DPR RI akan segera melakukan pleno untuk pendalaman

terkait dengan kompetisi atau persaingan usaha semen di Indonesia,

di mana terindikasi adanya persaingan usaha yang tidak sehat dari

kompetitor semen asing, dalam hal ini PT Conch Cement Indonesia.

Pertemuan dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).

4. PT Pertamina (Persero)

PT Pertamina (Persero) atau biasa disebut Pertamina merupakan

perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi

minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan. Sejak didirikan pada 10

Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak dan gas

bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu Pertamina yang

dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan luar negeri meliputi

kegiatan di bidang-bidang eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak

dan gas. Untuk mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi tersebut,

Pertamina juga menekuni bisnis jasa teknologi dan pengeboran, serta

aktivitas lainnya yang terdiri atas pengembangan energi panas bumi dan

Coal Bed Methane (CBM). Dalam pengusahaan migas baik di dalam dan

luar negeri, Pertamina beroperasi baik secara independen maupun

melalui beberapa pola kerja sama dengan mitra kerja yaitu Kerja Sama

Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical Assistance

Contract (TAC), Indonesia Participating/Pertamina Participating Interest

(IP/PPI), dan Badan Operasi Bersama (BOB).

21

Sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah,

pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas dan petrokimia, dan

bisnis perkapalan terkait untuk pendistribusian produk perusahaan.

Penyaluran Premium Nasional

Penyaluran harian Premium secara nasional menunjukkan peningkatan

signifikan dari periode Maret hingga Juni yang meningkat sebesar 12%

dengan volume dari 22.933 KL per hari (Maret) menjadi 32.213 KL per

hari (Juni). Lebih jelasnya seperti yang ditampilkan pada gambar berikut.

Pertamina MOR VIII

Provinsi Maluku berada di wilayah kerja Pertamina Marketing Operation

Region VIII (MOR VIII) yang juga meliputi Provinsi Papua, Papua Barat,

dan Maluku Utara. Pertamina MOR VIII memiliki 21 Terminal BBM dan

11 DPPU untuk memenuhi kebutuhan di keempat provinsi tersebut. 7

TBBM dan 2 DPPU berada di Maluku.

22

Ketahanan Stock BBM di Provinsi Maluku (s/d 31 Juli 2018)

Stock (KL) DOT (KL) CD (Hari)

Avtur 11.244 78 144

Premium 25.805 399 65

Kerosene 11.549 335 34

Solar 55.928 951 59

Pertamax 3.501 85 41

Pertalite 791 66 12

Untuk di Kota Ambon terdapat 1 TBBM yaitu TBBM Wayame yang

informasi kapasitas, volume, dan coverage days-nya seperti yang tertera

di tabel berikut.

TBBM Wayame Avtur Premium Kerosene Solar/Dexlite/

Biosolar

Pertamax/

Pertalite

Kapasitas Timbun 28.857 35.771 19.632 65.222 14.135

Volume Penyaluran Harian

578 399 335 1.051 151

Coverage Days 50 89 58 62 93

Target BBM satu harga di Provinsi Maluku

Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019

Target Telah

Operasi Target

Pembangunan Paralel Perijinan Pemda

Target Pembangunan Paralel

Perijinan Pemda

1 1 2 2 3 3

Kendala Penyaluran BBM di Provinsi Maluku, yaitu:

1) Cuaca buruk, jalan berlumpur, dan longsor.

Pendistribusian BBM ke Kabupaten Maluku Barat Daya dan Pulau

Banda terdapat kendala apabila terjadi cuaca ekstrem (yang

biasanya terjadi pada antara bulan April - Agustus). Sehingga

mengakibatkan pengiriman BBM tertunda selama beberapa hari.

2) Kapal pengangkut tertahan oleh cuaca.

Kapal pengangkut Minyak Tanah dari TBBM Saumlaki menuju ke

Kabupaten Maluku Tenggara Barat antara bulan Mei - Agustus

terkadang mengalami penundaan pengiriman dikarenakan cuaca

yang ekstrem.

Upaya penanggulangan yang dilakukan yaitu:

1) Pengiriman BBM untuk kebutuhan 15 – 20 hari.

2) Penyediaan tanki pendam di lembaga penyalur untuk kebutuhan 1

bulan.

3) Pengiriman sekaligus untuk kebutuhan 1 bulan dan pengirimannya

sebelum cuaca ekstrem terjadi.

4) Alih suplai dari TBBM yang cuacanya relatif baik.

23

5. PT PLN (Persero)

PT PLN (Persero) atau PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara yang

disebut dengan PLN MMU merupakan salah satu unit wilayah dari PLN

di mana kegiatan bisnisnya mencakup Provinsi Maluku dan Provinsi

Maluku Utara.

Adapun bidang usaha PLN MMU meliputi usaha tenaga listrik yang

terdiri dari pembangkitan, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan

pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik, serta pengembangan

penyediaan tenaga listrik dan layanan penjualan tenaga listrik kepada

pelanggan / masyarakat. Dalam melakukan kegiatan tersebut, PLN

MMU mempunyai 8 (delapan) unit pelaksana yaitu PLN Area Ambon,

PLN Area Ternate, PLN Area Tual, PLN Area Masohi, PLN Area Sofifi,

PLN Sektor Pembangkitan Maluku, UPKK Maluku, dan UPKK Maluku

Utara.

Gambaran umum kelistrikan Provinsi Maluku

Jumlah pelanggan rumah tangga yang dilayani sampai dengan bulan

Juni 2018 di Provinsi maluku sebanyak 297.544 pelanggan dengan

rincian seperti yang tertera dalam tabel berikut.

Golongan daya Listrik Jumlah pelanggan

R-1 450 VA 125.327 pelanggan

R-1 900 VA 25.235 pelanggan

R-1M 900 VA 84.311 pelanggan

R-1 1300-2200 VA 54.826 pelanggan

R-2 3500-6600 VA 2.223 pelanggan

R-3 7700-197 kVA 447 pelanggan

24

Upaya yang dilakukan PLN MMU untuk daerah yang belum terlistriki

yaitu:

1) Dengan melaksanakan pembangunan perluasan jaringan di

pembangkit yang sudah ada.

2) Pembangunan gardu baru untuk jaringan yang sudah ada.

3) Pembangunan PLTD/Lisdes.

Kendala yang dihadapi PLN MMU di Provinsi Maluku dalam

penambahan jumlah pelanggan yaitu:

1) Pelanggan tidak mampu membayar biaya instalasi dan biaya

penyambungan.

2) Instalatir dan masalah SLO.

3) Calon pelanggan belum masuk dalam daftar TNP2K.

Percepatan listrik pedesaan di provinsi maluku

Tantangan yang dihadapi PLN MMU dalam melistriki desa di Provinsi

Maluku yaitu:

1) Lokasi desa semakin jauh, sulit, dan terpencar.

2) Lahan kerja bebatuan keras.

3) Belum ada infrastruktur: akses jalan, jaringan telekomunikasi data,

transportasi, dan pelabuhan.

4) Jaringan dan PLTD yang beroperasi belum optimal meng-cover

jumlah pelanggan tersambung dari potensi jumlah pelanggan.

5) Kemampuan ekonomi masyarakat sangat rendah untuk membayar

biaya penyambungan dan instalasi.

6) Tidak ada perwakilan AKLI dan atau Konsuil di lokasi desa, yang

menyebabkan biaya instalasi menjadi mahal.

7) Kontraktor lokal pelaksana pekerjaan terbatas, tidak ada peminat

dari kontraktor luar Maluku dan Maluku Utara.

25

Rekomendasi

Rekomendasi hasil pertemuan Komisi VI DPR RI dengan PT Pertamina

(Persero) dan PT PLN (Persero) adalah sebagai berikut:

1. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT Pertamina (Persero) untuk

segera memberikan jawaban tertulis secara detail terkait dengan

alokasi dan realisasi premium, baik itu premium jenis bahan bakar

khusus penugasan (JBKP) maupun premium jenis bahan bakar

umum (JBU), di Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) dan non-Jamali

untuk tahun 2015 dan 2016; serta Harga Pokok Produksi dari

Premium, Pertalite, dan Pertamax.

2. Komisi VI DPR RI akan segera melakukan pleno intern untuk

pendalaman terkait dengan alokasi (kuota) dan realisasi premium

secara nasional.

3. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT PLN (Persero) untuk

memberikan data secara detail terkait desa-desa yang sudah

terdapat jaringan transmisi listrik di Provinsi Maluku, namun

masyarakat tidak mampu membayar biaya pemasangan atau

penyambungan.

Pertemuan dengan PT Pelindo IV (Persero), PT Pelayaran Nasional

Indonesia (Persero), dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero).

1. PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero)

PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) atau Pelindo IV, didirikan pada

tahun 1991 berdasarkan PP No 59 tahun 1991 tanggal 19 Oktober 1991

yang bergerak di bidang penyelenggaraan dan pengusahaan jasa

kepelabuhanan. Pelindo IV beroperasi di 25 cabang yang tersebar dari

Kalimatan, Sulawesi, Maluku, Ambon, Ternate, hingga Papua dan

Papua Barat.

Bidang usaha yang digeluti Pelindo IV yaitu:

Pelayanan kapal.

Pelayanan barang.

Pengusahaan alat.

Pelayanan B/M terminal konvensional.

Pelayanan terminal petikemas.

Pengusahaan tanah, bangunan, dan lainnya.

Kerja sama pengoperasian

26

Pelindo IV di wilayah Provinsi Maluku

Pelindo IV berupaya meningkatkan muatan barang melalui program

direct call yang telah dilaksanakan di Pelabuhan Ambon untuk

meningkatkan nilai tambah bagi perdagangan di Provinsi Maluku.

Pelindo IV juga berupaya meningkatkan status pelabuhan konvensional

di Ambon menjadi Terminal Petikemas dengan membangun fasilitas dan

modernisasi peralatan pelabuhan.

Kinerja keuangan Pelabuhan Ambon di wilayah Provinsi Maluku

menunjukan tren positif dengan peningkatan pendapatan, pengendalian

biaya, dan peningkatan keuntungan perusahaan minimal 10% setiap

tahunnya.

Pengembangan bisnis Pelindo IV di Provinsi maluku yaitu:

1) Pengembangan Terminal Petikemas Ambon yang bertaraf

international di pelabuhan eksisting yang dilengkapi dengan

peralatan pelabuhan yang lebih modern di wilayah Maluku.

2) Anak Perusahaan PT Pelindo 4 (Persero) mendukung kegiatan PBM

dan maintenance peralatan di pelabuhan wilayah Maluku.

3) Program PMN di Provinsi Maluku berupa pekerjaan restrengthening

dermaga 200 m’ dan Reklamasi CY seluas 6000 m2 mencapai

progress fisik 97,43%.

Master Plan Pelabuhan Ambon untuk pekerjaan restrengthening

dermaga dan Reklamasi (Program PMN)

27

Kendala yang dihadapi yaitu:

1) Kedalaman kolam Pelabuhan Ambon belum dilakukan pengerukan

yang menjadi tanggung jawab pemerintah.

2) Biaya TKBM di Ambon yang tinggi meskipun status pelabuhan telah

menjadi Terminal Petikemas.

Upaya yang dilakukan Pelindo IV dalam mendukung Program Tol Laut

yaitu:

1) Program Tol Laut direalisasikan di Pelabuhan Ambon melalui

pelaksanaan pengembangan fasilitas pelabuhan Ambon eksisting

dengan pembangunan CY dan perkuatan dermaga sehingga mampu

melayani kegiatan bongkar muat Petikemas.

2) Peralatan pelabuhan yang ada dimodernisasi sehingga Terminal

Petikemas Ambon menjadi bertaraf Internasional yang dapat

melayani kapal-kapal besar.

Mekanisme pola kerja sama yang dilaksanakan oleh Pelindo IV dengan

pihak lain baik antar sesama BUMN maupun dengan Pemerintah

Daerah Provinsi Maluku yaitu dengan bagi hasil (revenue sharing)

maupun sewa (lumpsum) untuk mengembangkan pelabuhan baru dan

pengoperasian peralatan pelabuhan. Proses sebelum dilaksanakan kerja

sama adalah dengan Nota kesepahaman serta pembentukan tim

bersama dan kajian kerja sama.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan pelindo IV di Provinsi Maluku

yaitu:

Program Kemitraan meliputi sektor industri (rumah tangga dan skala

kecil), sektor perdagangan (kios, toko kecil, dan warung), sektor

pertanian (pembelian bibit dan pupuk petani, serta alat pertaniannya),

sektor peternakan (ternak unggas dan petelur), sektor perikanan

(pembelian alat tangkap dan modal bagi nelayan), sektor jasa (usaha

perbengkelan, penjahit, salon, dan lainnya), dan sektor lainnya

(koperasi).

Program Bina Lingkungan, objek dan jenis bantuannya untuk

bencana alam, pendidikan dan pelatihan, kesehatan, prasarana dan

sarana umum, sarana ibadah, pelestarian alam, bantuan sosial

pengentasan kemiskinan, bantuan pemasaran dan promosi, serta

diklat mitra binaan.

28

2. PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero)

PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni adalah

perusahaan pelayaran nasional yang menyediakan jasa transportasi laut

yang meliputi jasa angkutan penumpang dan muatan barang antarpulau.

Saat ini perusahaan mengoperasikan 26 kapal penumpang, 51 kapal

perintis, 9 kapal barang tol laut, dan 2 kapal ternak.

Wilayah geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau dan dikelilingi

lautan menyebabkan Pelni mempunyai peran yang sangat penting dan

strategis dalam memperkuat konektivitas dengan menghubungkan

pulau-pulau di Indonesia.

Pelni dalam melaksanakan tanggung jawabnya tidak hanya terbatas

melayani rute komersial, tetapi juga melayani pelayaran dengan rute

pulau-pulau kecil terluar. Saat ini kapal Pelni menyinggahi 95 pelabuhan

kapal penumpang dan lebih dari 300 pelabuhan kapal perintis dengan 46

kantor cabang dan dilayani di 400 travel agen di seluruh Indonesia.

Pelni wilayah Provinsi Maluku.

Pelni menargetkan pendapatan sebesar Rp115,84 miliar dari

operasional di wilayah Provinsi Maluku dengan rincian:

Penumpang dari kapal penumpang dan perintis: Rp76,04 miliar.

Barang dari kapal penumpang, perintis, dan tol laut: Rp21,46 miliar.

Pengelolaan aset cabang, keagenan, dan wisata: Rp2,34 miliar.

Aktivitas Trading: Rp16 miliar.

Kendala yang dihadapi Pelni dalam pelayaran penumpang di Provinsi

Maluku yaitu:

1) Beberapa terminal penumpang, khususnya di wilayah timur belum

tersedia fasilitas untuk embarkasi dan debarkasi penumpang.

2) Sebagian besar pelabuhan memiliki lebih dari satu akses pintu ke

dermaga, sehingga memungkinkan penumpang masuk tanpa

melalui boarding.

3) Penumpang last minute di Pelabuhan.

Upaya yang dilakukan Pelni untuk mengatasi kendala yang ada adalah

berkoordinasi dengan pihak Pelni cabang, Pelindo III, KSOP, dan

Pemda serta instansi terkait.

Progres Penyertaan Modal Negara (PMN) Pelni

1) Dasar Hukum: PP nomor 111 Tahun 2015 dengan nilai PMN

sebesar Rp.500.000.000.000,-

29

2) Tujuan Pemberian PMN: Penambahan armada, terutama dalam hal

angkutan barang guna mendukung program Pemerintah dalam

mengembangkan sektor maritim dan membangun tol laut sehingga

menunjang sistem logistik nasional.

3) Realisasi penggunaan dana PMN per 30 Juni 2018:

Rp309.624.520.273,- ekuivalen 62%.

4) Status pemanfaatan dana PMN:

Dana PMN sebesar Rp500 Miliar digunakan untuk pembelian 6

(enam) unit kapal kontainer bukan baru guna mendukung

Program Tol Laut.

Dari 6 (enam) unit kapal kontainer bukan baru tersebut, per 30

Juni 2018 telah terealisasi 5 (lima) unit kapal kontainer bukan

baru atau ekuivalen 83,33%.

Sedangkan 1 (satu) unit kapal kontainer bukan baru yang belum

terealisasi (kapal ke-6), per 30 Juni 2018 dalam tahap evaluasi

dokumen penawaran.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Pelni

Sumber dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Pelni saat ini

masih sangat terbatas.

Sumber dana Program Kemitraan tahun 2018 berasal dari aktivitas

Program Kemitraan dan pengembaliannya serta tambahan dana dari

BUMN Pembina dengan total saldo penerimaan per 30 Juni 2018

sebesar Rp1.921 juta, sedangkan total penyaluran dan pembinaan

sebesar Rp1.195 juta.

Sumber dana Program Bina Lingkungan tahun 2018 berasal dari

anggaran yang diperhitungkan sebagai biaya pada BUMN Pembina

dengan total penyaluran bantuan sebesar Rp61 juta. Belum

tercapainya anggaran Bina lingkungan tahun 2018 yaitu sebesar

Rp1.502 juta sesuai RKA PKBL 2018 dikarenakan masih menunggu

kegiatan BUMN Hadir untuk Negeri 2018 (RAB dan penentuan Pelni

sebagai PIC/Co-PIC) dan proses sinergi BUMN untuk pelaksanaan

Revitalisasi Terumbu Karang dengan Pelindo IV.

Penyaluran dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam 5

(lima) tahun terakhir belum menyentuh ke wilayah Maluku dan

sekitarnya karena masih dititikberatkan di wilayah Indonesia bagian

barat dengan tujuan untuk memudahkan proses monitoring dan

penagihan.

30

Sesuai RKA Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Tahun 2018,

Program Kemitraan Pelni difokuskan pada sektor perikanan dengan

mekanisme penyaluran kerja sama dengan Kementerian Kelautan

dan Perikanan.

Sedangkan Program Bina Lingkungan di tahun 2018 lebih

dititikberatkan pada kegiatan BUMN Hadir untuk Negeri 2018 dan

Revitalisasi terumbu Karang dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan rasa persatuan serta

peduli kelestarian lingkungan.

3. PT ASDP Indonesia Ferry (Persero)

Peran utama dari PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) atau ASDP yaitu:

1. Korporasi Negara, yaitu memberi keuntungan dan deviden melalui

Jasa angkutan penyeberangan dan Jasa pelabuhan.

2. Infrastruktur Negara, yaitu menyediakan jaringan transportasi publik

antarpulau (daerah yang sudah dan sedang berkembang).

3. Agen Pembangunan, yaitu menyediakan jaringan transportasi publik

bagi wilayah pulau terpencil (jauh) dan terluar (perbatasan) guna

mempercepat pembangunan dan membuka isolasi geografis.

Sementara peran pendukungnya yaitu:

1. Penunjang Kedaulatan NKRI, yaitu menyediakan jaringan

transportasi untuk keperluan sosial-politik negara dan pertahanan

nasional melalui kunjungan reguler di pulau.

2. Penunjang bantuan Tanggap Darurat, yaitu menyediakan angkutan

dengan kapasitas besar, cepat, murah, dan handal ke seluruh

pelosok nusantara untuk kondisi darurat nasional.

ASDP memiliki 29 Kantor cabang dengan jumlah pelabuhan sebanyak

35 unit (pelabuhan komersial 18 unit dan pelabuhan perintis 17 unit),

kapal sebanyak 140 unit (kapal komersial 74 unit dan kapal perintis 66

unit), serta melayani 202 rute (43 rute komersial dan 159 rute perintis).

ASDP Wilayah Maluku

ASDP cabang Ambon mengoperasikan 5 pelabuhan yaitu Pelabuhan

Hunimua, Pelabuhan Waipirit, Pelabuhan Galala, Pelabuhan Namlea,

dan Pelabuhan Poka, serta mengoperasikan 9 kapal dan total melayani

8 lintasan. Sementara ASDP cabang Tual mengoperasikan 3 kapal dan

melayani 18 lintasan. Peta operasional penyeberangan ASDP di Provinsi

Maluku seperti terlihat pada gambar berikut.

31

Kendala dan permasalahan penyeberangan di Provinsi Maluku.

1) Cabang Ambon

Lintasan. Kondisi musim angin timur dan barat (cuaca buruk) di

mana hal tersebut sangat mengganggu operasional kapal di

Lintasan Galala – Namlea.

Lintasan. Lintasan Umeputih – Wailey (khususnya di Wailey)

belum memiliki dermaga sehingga kapal harus melakukan

embarkasi/debarkasi dengan cara beaching.

Pelabuhan. Belum adanya fasilitas dermaga plengsengan untuk

sandarnya KMP Danau Rana di Kayeli sehingga masih

menggunakan Pelabuhan Perikanan milik Pemda Kabupaten

Buru.

2) Cabang Tual

Lintasan. Cuaca ekstrem yang berkepanjangan dan tidak

menentu pada bulan tertentu yang mengakibatkan kapal tidak

beroperasi dan trip operasi tidak tercapai.

Lintasan. Kapal Ro-Ro sebagian besar masih sandar di dermaga

umum sehingga menjadi tidak optimal (tergantung pasang surut).

Pelabuhan. Dermaga di Pelabuhan Penyeberangan yang

disinggahi sebagian besar rusak sehingga mengganggu

operasional kapal, seperti Pelabuhan Penyeberangan Tual.

Pelabuhan. Masih bercampur dengan Kapal Layar Motor (KLM)

sehingga mengganggu olah gerak kapal ferry.

Pelabuhan. Sterilisasi pelabuhan tidak optimal (terbuka bebas).

Kapal. Kurangnya kesadaran masyarakat sehingga fasilitas di

beberapa kapal sering dirusak (corat-coret dinding dan kursi

penumpang, lemari life jacket sering dirusak, dan lain

sebagainya).

32

Program Kemitraan ASDP di wilayah Maluku yaitu:

Tani Ternak Tirta Arum (sektor peternakan) di Waipirit, Ambon,

Tahun 2015, sebesar Rp50.000.000,-.

Koperasi Namlea, Ambon (sektor perdagangan) Tahun 2017,

sebesar Rp200.000.000,-.

Program Bina Lingkungan ASDP di wilayah Maluku yaitu:

Kegiatan Diklat BUMN Mengajar (sektor pendidikan/pelatihan) Tahun

2016, sebesar Rp15.000.000,-.

Bantuan Sarana Ibadah Tahun 2016 kepada Masjid Nurul Huda

sebesar Rp35.000.000,- dan Gereja Damai Jemaat sebesar

Rp35.000.000,-.

Bantuan Sosial Tahun 2016 berupa Perahu Nelayan seharga

Rp185.625.000,- dan Lampu Nelayan sebesar Rp33.750.000,-.

Bantuan Sosial Tahun 2017 berupa Sembako Murah Program BUMN

Hadir Untuk Negeri, sebesar Rp45.000.000,-.

Sektor Pelestarian Alam Tahun 2017 berupa Kegiatan Penanaman

Pohon, sebesar Rp10.000.000,-.

Rekomendasi

Rekomendasi hasil pertemuan Komisi VI DPR RI dengan PT Pelindo IV

(Persero), PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero), dan PT ASDP

Indonesia Ferry (Persero) adalah sebagai berikut:

1) Komisi VI DPR RI mendorong PT Pelindo IV (Persero), PT

Pelayaran Nasional Indonesia (Persero), dan PT ASDP Indonesia

Ferry (Persero) untuk segera melakukan digitalisasi dalam proses

penjualan tiket untuk meningkatkan efisiensi.

2) Komisi VI DPR RI akan mendorong Pemerintah melalui kementerian

terkait bahwa perlu adanya keberpihakan kepada BUMN-BUMN

yang melakukan penugasan Pemerintah untuk membuka jalur-jalur

perintis.

3) Komisi VI DPR RI akan mendorong Pemerintah melalui BUMN untuk

meningkatkan konektivitas khususnya di provinsi-provinsi yang

bercirikan kepulauan, dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas

pelabuhan dan kapal.

33

4. Pertemuan dengan Perum Bulog.

Perum Bulog

Bulog adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang

logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha

logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan

karung plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan, dan

usaha eceran. Sebagai perusahaan yang tetap mengemban tugas publik

dari pemerintah, Bulog tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar

Pembelian untuk gabah, stabilisasi harga khususnya harga pokok,

menyalurkan Raskin/Rastra, dan pengelolaan stok pangan.

Perum Bulog mendapatkan penambahan Penyertaan Modal Negara

(PMN) sebesar Rp3 triliun dalam APBN-P Tahun Anggaran 2015 dan

sebesar Rp2 triliun dalam APBN-P Tahun Anggaran 2016. Penambahan

PMN ini dilakukan untuk memperkuat struktur permodalan dan

meningkatkan kapasitas usaha Perum Bulog dalam rangka stabilisasi

harga, penyerapan/pembelian gabah/beras petani dalam negeri, dan

penyaluran beras bersubsidi.

Perum Bulog Divisi Regional Maluku dan Maluku Utara

Perum Bulog Divre Maluku dan Maluku Utara membawahi 2 (dua)

Subdivre yaitu Subdivre Ternate dan Subdivre Tual, serta mempunyai 15

(lima belas) unit Gudang dengan kapasitas 37.700 ton yang tersebar di

wilayah provinsi Maluku dan Maluku Utara dengan jumlah personil

sebanyak 86 (delapan puluh enam) orang.

Unit Kerja / Subdivre Gudang

Personil Unit Kapasitas

Divre Ambon 8 20.500 49

Subdivre Ternate 4 12.200 22

Subdivre Tual 3 5.000 15

Total 15 37.700 86

Posisi stock persediaan Perum Bulog Divre Maluku dan Maluku Utara

per 30 juli 2018 terlihat pada tabel berikut.

No. Divre /

Subdivre

Persediaan Ratas

LUR / BLN

Ketahanan Stock

(Bulan) Stock PSO PDP Total

1. Divre Maluku & Malut

3.577.783 4.000.000 7.577.783 1.200.000 6

2. Subdivre Ternate

1.295.059 1.000.000 2.295.059 1.087.000 2

3. Subdivre Tual 1.119.796 - 1.119.796 733.000 2

Total 5.992.638 5.000.000 10.992.638 3.020.000 4

34

Realisasi pengadaan beras Perum Bulog Divre Maluku dan Maluku

Utara

Tahun Target (kg) Realisasi (kg) (%)

2014 3.000.000 815.000 27,2%

2015 5.000.000 640.095 12,8%

2016 3.012.060 1.050.030 34,9%

2017 10.340.000 728.500 7%

2018 1.500.000 59.000 4,6%

*) Pengadaan tahun 2018 masih berjalan.

HP beras Perum Bulog Divre Maluku dan Maluku Utara

Tahun Harga Beras (Rp) Harga Tertinggi di

Tahun berjalan (Rp)

2014 7.500 7.500

2015 7.630 8.000

2016 8.200 10.000

2017 8.375 8.500

2018 9.200 11.000

Kendala pengadaan yang dihadapi Perum Bulog Divre Maluku dan

Maluku Utara yaitu:

Harga di tingkat petani/penggilingan selalu di atas HPP pembelian

Bulog.

Kebanyakan petani di Pulau Buru lebih memilih manambang emas di

Gunung Botak daripada menggarap lahan sawahnya.

Pola tanam yang tidak serentak, tidak adanya panen raya.

Sarana pasca panen yang masih sangat sederhana.

Masyarakat Maluku hanya memahami bercocok tanam dalam bentuk

berkebun atau berladang, bukan menggarap sawah.

Pemanfaatan Cadangan Beras pemerintah (CBP) di Maluku dan Maluku

Utara

No. Bulan Operasi Pasar Bencana Total

1. Januari 509 - 509

2. Februari 610 - 610

3. Maret 1.239 - 1.239

4. April 95 1 96

5. Mei 332 102 434

6. Juni 239 4 243

7. Juli 575 - 575

Jumlah 3.516 107 3.706

35

Rekomendasi

Rekomendasi hasil pertemuan Komisi VI DPR RI dengan Perum Bulog

adalah sebagai berikut:

1) Komisi VI DPR RI menghimbau kepada Perum Bulog agar meminta

dalam bentuk tertulis setiap penugasan yang diberikan Pemerintah

kepada Perum Bulog.

2) Komisi VI DPR RI segera mengundang kembali Perum Bulog untuk

dilakukan pendalaman mengenai kerja sama antara Perum Bulog

dengan PT Dharmapala Usaha Sukses yang memproduksi gula

rafinasi, khususnya terkait dengan sejak kapan kerja sama

pembelian gula dilakukan dan berapa banyak jumlah gula yang

dibeli.

3) Komisi VI DPR RI mengapresiasi pengadaan beras saset 200 gram

(beras kemasan mini) yang dilakukan Perum Bulog dalam rangka

pelayanan kepada masyarakat agar bisa mendapatkan beras

dengan mudah.

III. PENUTUP

Demikianlah laporan Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke Provinsi Maluku

pada Reses Masa Persidangan V Tahun Sidang 2017 - 2018.

Jakarta, Agustus 2018 Ketua Tim,

Ttd.

Ir. H. Azam Azman Natawijana

A - 430