Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan sesuai dengan Permenkes … · 87,8 Juta 99,5 92,4 Juta...
Transcript of Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan sesuai dengan Permenkes … · 87,8 Juta 99,5 92,4 Juta...
LAPORAN KINERJA PPJK TAHUN 2019 iii
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) sebagai satuan kerja di bawah
Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan sesuai dengan Permenkes Nomor 64 Tahun
2015 mempunyai tugas, yaitu melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis pembiayaan dan jaminan kesehatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana yang dimaksud, PPJK menyelenggarakan fungsi: 1) penyusunan kebijakan
teknis di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan serta evaluasi ekonomi pembiayaan
kesehatan; 2) pelaksanaan di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan serta evaluasi
ekonomi pembiayaan kesehatan; 3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pembiayaan dan jaminan kesehatan serta evaluasi ekonomi pembiayaan kesehatan dan 4)
pelaksanaan administrasi Pusat. Dalam upaya mewujudkan akuntabilitas dan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi PPJK sesuai dengan Permenkes Nomor
64 Tahun 2015, maka perlu disusun laporan kinerja.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang
dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Pengukuran
kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja yang seharusnya terjadi dengan
kinerja yang diharapkan. Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 merupakan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan dengan mengacu pada
Perjanjian Kinerja PPJK yang merupakan sebagai penjabaran lebih lanjut dari perubahan
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Berikut rincian
indikator dan target kinerja PPJK di tahun 2019:
1. Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN,
sebanyak 2 (dua) dokumen.
2. Jumlah hasil studi/ monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan pembiayaan
kesehatan & JKN/KIS sebanyak 5 (lima) dokumen.
3. Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada
Menteri Kesehatan sebanyak 8 dokumen.
Tren atas capaian Indikator PPJK tahun 2015-2019 berdasarkan tabel dibawah
menunjukkan, bahwa Indikator Kinerja PPJK tahun 2015-2018 dapat dicapai seluruhnya
(100%), sedangkan pada tahun 2019 tidak tercapai seluruhnya, yaitu 1 (satu) Indikator Kinerja
tidak dapat tercapai, indikator tersebut adalah Jumlah dokumen hasil Health Technology
Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan dengan target 8 dokumen
dan capaiannya hanya 3 dokumen atau sebesar 37,5%.
RINGKASAN EKSEKUTIF
RINGKASAN EKSEKUTIF
LAPORAN KINERJA PPJK TAHUN 2019 iv
Tabel Pencapaian Target Indikator Kinerja pada Perjanjian Kinerja PPJK tahun 2015-2019
No Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
T R % T R % T R % T R % T R %
1 Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
88,2 Juta
87,8 Juta
99,5 92,4 Juta
91,1 Juta
98,6 - - - - - - - - -
2 Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN
- - - - - - 2 Dok
2 Dok
100 2 Dok
2 Dok
100 2 Dok
2 Dok
100
3 Jumlah pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas
- - - - - - 1 Dok
1 Dok
100 - - - - - -
4 Jumlah skema pembiayaan melalui ppp kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan yang dihasilkan
- - - - - - 1 Dok
1 Dok
100 - - - - - -
5 1 Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS
10 Dok
10 Dok
100 10 Dok
10 Dok
100 5 Dok
10 Dok
>100 5 Dok
7 Dok
>100 5 Dok
7 Dok
>100
2 Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan
2 Dok
2 Dok
100 2 Dok
2 Dok
100 2 Dok
2 Dok
100 2 Dok
2 Dok
100 8 Dok
3 Dok
37,5
3 Jumlah dokumen kebijakan realisasi iuran peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN/KIS
3 Dok
3 Dok
100 - - - - - - - - -
LAPORAN KINERJA PPJK TAHUN 2019 v
Pencapaian target Indikator Kinerja pada Perjanjian Kinerja PPJK tahun 2015-2019
disebabkan oleh dukungan anggaran yang memadai, SDM PPJK yang komitmen dan
kompeten terhadap pencapaian kinerja, serta ketersiapan sarana dan prasarana pendukung
kerja. Dalam upaya meningkatkan pencapaian kinerja pada tahun berikutnya, PPJK perlu
melakukan beberapa upaya, di antaranya:
1. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan asosiasi dan organisasi profesi kesehatan dan
pihak terkait lainnya dalam pencapaian target kinerja.
2. Meningkatkan kompetensi SDM terkait pengembangan pembiayaan Kesehatan dan
jaminan Kesehatan serta isi-isu terkait lainnya.
3. Melakukan monitoring secara berkala terkait progres pencapaian target indikator kinerja
beserta anggarannya, serta pembahasan kendala/permasalahan dan solusi
penyelesaiannya.
4. Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan seluruh pegawai secara berkala yang
bertujuan untuk sharing dan brainstorming terkait informasi perkembangan kegiatan di
masing-masing bagian dan bidang serta isu-isu terkait lainnya.
5. Menurunkan target indikator Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA)
ditahun 2020 menjadi 2 dokumen (tren capaian kinerja 2015-2018 hanya 2 dokumen).
LAPORAN KINERJA PPJK TAHUN 2019 vi
Halaman
KATA PENGANTAR ii
RINGKASAN EKSEKUTIF iii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Maksud dan Tujuan 1
C. Tugas Pokok dan Fungsi 2
D. Struktur Organsasi 2
E. Sistematika Penulisan 4
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. Rencana Strategis 5
B. Perjanjian Kinerja 6
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja 10
B. Analisis Capaian Kinerja 2019
1. Definisi Operasional Indikator
2. Analisis Keberhasilan/ Kegagalan Pencapaian Indikator
C. Sumber Daya/Realisasi Anggaran
1. Sumber Daya Manusia
2. Sumber Daya Anggaran
3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
D. Analisa Atas Efisiensi Pengunaan Sumber Daya
15
15
27
32
32
32
35
36
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 37
B. Tindak Lanjut 37
LAMPIRAN
DAFTAR ISI
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 1
A. LATAR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 telah mengamanatkan kepada penyelenggara
pemerintahan untuk menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi,
kolusi dan nepotisme. Salah satu asas dalam undang-undang tersebut yang dijadikan dasar
penilaian adalah asas akuntabilitas. Dengan adanya asas ini, maka setiap kegiatan dan hasil
akhir dari penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
peraturan perundangan yang diwujudkan dalam bentuk penyusunan Laporan Kinerja.
Laporan Kinerja disusun dan disiapkan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
akuntabilitas Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) dalam melaksanakan
program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi yang dituangkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan dan Rencana Aksi PPJK tahun 2015-2019. Laporan Kinerja ini dapat
dijadikan sebagai alat evaluasi pelaksanaan Kinerja Satker PPJK, yaitu dengan dilakukannya
pengukuran target kinerja yang telah ditentukan dalam Perjanjian Kinerja dibandingkan hasil
realisasi capaian kinerja. Atas hasil pengukuran tersebut akan diketahui Performance Gap,
kemudian dilakukan analisis Performance Gap terhadap keberhasilan/ketidakberhasilan
kinerja yang ditetapkan yang selanjutnya disusun strategi peningkatan kinerja program dan
kegiatan Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan di tahun berikutnya.
Selain itu penyusunan Laporan Kinerja merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi; dan PermenPAN dan
RB Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Pusat
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja ini mempunyai maksud dan tujuan, yaitu
sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi PPJK sesuai dengan
Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan dalam melaksanakan Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan kegiatan Pengembangan Pembiayaan
Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS). Selain itu
secara khusus penyusunan Laporan Kinerja ini sebagai Evaluasi terhadap gambaran
pencapaian kinerja dari pelaksanaan Program dan Kegiatan PPJK di tahun 2019.
BAB I PENDAHULUAN
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 2
C. TUGAS DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor 64 Tahun 2015, PPJK
mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis,
pelaksanaan, dan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang
analisis pembiayaan dan jaminan
kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, PPJK menyelenggarakan fungsi:
1. penyusunan kebijakan teknis di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan serta evaluasi
ekonomi pembiayaan kesehatan.
2. pelaksanaan di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan serta evaluasi ekonomi
pembiayaan kesehatan.
3. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan serta
evaluasi ekonomi pembiayaan kesehatan.
4. Pelaksanaan administrasi pusat
D. STRUKTUR ORGANISASI
Adapun susunan struktur Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan berdasarkan
Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan terdiri atas:
a. Bagian Tata Usaha
b. Bidang Pembiayaan Kesehatan
c. Bidang Jaminan Kesehatan
d. Bidang Evaluasi Ekonomi Pembiayaan Kesehatan
2. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi pusat seperti
penyusunan rencana, program, dan anggaran, pengelolaan urusan keuangan dan BMN,
pengelolaan urusan kepegawaian, kearsipan, pengelolaan data dan informasi
pembiayaan dan jaminan kesehatan serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
Untuk melaksanakan tugas pelaksanaan administrasi pusat Bagian Tata Usaha terdiri
dari:
a. Subbagian Perencanaan
b. Subbagian Informasi dan Pelaporan
c. Subbagian Kepegawaian dan Umum
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 3
3. Bidang Pembiayaan Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyiapan penyusunan
kebijakan teknis di bidang perhitungan biaya kesehatan dan analisis belanja kesehatan
dan penyiapan pelaksanaan di bidang perhitungan biaya kesehatan dan analisis belanja
kesehatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut bidang Pembiayaan Kesehatan terdiri dari:
a. Sub bidang Perhitungan Biaya Kesehatan
b. Sub bidang Analisis Belanja Kesehatan
4. Bidang Jaminan Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyiapan penyusunan kebijakan
teknis di bidang standar pelayanan dan manfaat dan analisis pembiayaan dan kepesertaan
dan penyiapan pelaksanaan di bidang standar pelayanan dan manfaat dan analisis
pembiayaan dan kepesertaan. Untuk melaksanakan tugas tersebut bidang Jaminan
Kesehatan terdiri atas:
a. Sub bidang Standar Pelayanan dan Manfaat
b. Sub bidang Analisis Pembiayaan dan Kepesertaan
5. Bidang Evaluasi Ekonomi Pembiayaan menyelenggarakan fungsi penyiapan penyusunan
kebijakan teknis di bidang analisis efektivitas dan efisiensi pembiayaan kesehatan dan
penilaian teknologi kesehatan dan penyiapan pelaksanaan di bidang analisis efektivitas
dan efisiensi pembiayaan kesehatan dan penilaian teknologi kesehatan melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang evaluasi ekonomi pembiayaan
kesehatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut bidang Kesehatan terdiri dari:
a. Sub bidang Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pembiayaan Kesehatan
b. Sub bidang Penilaian Teknologi Kesehatan
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 2019
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 4
E. SISTIMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan adalah sebagai berikut:
Kata Pengantar
Ringkasan Eksekutif
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, tugas pokok dan
fungsi, struktur organisasi dan sistematika penulisan laporan.
BAB II PERENCANAAN KINERJA
Menjelaskan tentang visi, misi, tujuan Pusat Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019, serta perjanjian
kinerja PPJK tahun 2018.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Menjelaskan tentang hasil pengukuran kinerja, analisis pencapaian kinerja,
membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan tahun sebelumnya,
membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan target indikator pada
RPJMN 2015-2019, analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau
peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan, dan
analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
BAB IV PENUTUP
Menguraikan kesimpulan umum pencapaian kinerja serta tindak lanjut yang
akan dilakukan ke depannya dalam rangka perbaikan dan peningkatan kinerja.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 5
A. PERENCANAAN KINERJA
1. Visi dan Misi
Mengacu Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan tahun 2015-2019,
maka visi dan misi PPJK mengikuti visi, misi dan tujuan
Kementerian Kesehatan yang tercantum dalam Renstra
Kementerian Kesehatan. Dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2015-2019 tidak ada visi dan misi,
namun mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia
yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Upaya
untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi
pembangunan yaitu:
1) Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
2) Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
negara hukum.
3) Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai
negara maritim.
4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional, serta
7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan berkontribusi dalam tercapainya seluruh
Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
BAB II PERENCANAAN KINERJA
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 6
2. Tujuan
Dalam Rencana Aksi Kegiatan PPJK tahun 2015-2019 tujuan pelaksanaan kegiatan
PPJK mengikuti tujuan yang tercantum dalam Renstra pada tahun 2015-2019, yaitu: 1)
meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap
(responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di
bidang kesehatan. Dalam rangka meningkatkan daya tanggap (responsiveness) dan
perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan maka
ukuran yang akan dicapai adalah:
1. Menurunnya beban rumah tangga untuk membiayai pelayanan kesehatan setelah
memiliki jaminan kesehatan, dari 37% menjadi 10%..
2. Meningkatnya indeks responsiveness terhadap pelayanan kesehatan dari 6,80 menjadi
8,00.
3. Sasaran Strategis
Berdasarkan pada revisi RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019 pada tahun
2017, kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS), memiliki sasaran sebagai berikut:
1. Perumusan pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam
JKN yang ditetapkan.
2. Perumusan pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk
mendukung upaya promotif dan preventif di puskesmas.
3. Skema pembiayaan melalui kerja sama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang
kesehatan.
4. Dihasilkannya bahan kebijakan teknis Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi
yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah
untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan
indikator kinerja. Adapun tujuan dari perjanjian kinerja, di
antaranya sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan
pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas,
transparansi, dan kinerja Aparatur, serta menciptakan tolak ukur
kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur.
Indikator dan target kinerja pada Perjanjian Kinerja PPJK
merupakan penjabaran dari Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 7
Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang masuk dalam perubahan Renstra
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Dengan rincian IKK adalah sebagai berikut di
bawah ini:
1. Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN,
sebanyak 2 (dua) dokumen.
2. Jumlah hasil studi/ monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan pembiayaan
kesehatan & JKN/KIS sebanyak 5 (lima) dokumen.
3. Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada
Menteri Kesehatan sebanyak 8 (delapan) dokumen
4. Kegiatan penyusunan jumlah pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber
dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas.
5. penyusunan jumlah skema pembiayaan melalui PPP kerja sama pemerintah dan swasta
(KPS) di bidang kesehatan
Dalam rincian IKK yang dimaksud di atas, indikator kinerja pada poin 4 dan poin 5 tidak
dicantumkan dalam Perjanjian Kinerja PPJK di tahun 2019, dikarenakan kegiatan tersebut telah
diselesaikan pada tahun 2017. Uraian Perjanjian Kinerja PPJK ditahun 2019 disajikan dalam tabel
2.1
Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 2019
No Sasaran Indikator Kinerja Target
1 Perumusan pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN yang ditetapkan
Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN
2 Dok
2 Perumusan pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di puskesmas
Jumlah pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas
-
3 Skema pembiayaan melalui kerja sama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan.
Jumlah skema pembiayaan melalui ppp kerja sama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan yang dihasilkan
-
4 Dihasilkannya bahan kebijakan teknis Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
1 Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS
5 Dok
2 Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan
8 Dok
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 8
Dalam upaya untuk mendukung pencapaian target indikator kinerja pada Perjanjian Kinerja
Tahun 2019 telah menyusun logical framework atas indikator kinerja. Penjabaran yang dimaksud
sebagai berikut:
Tabel 2.2 Indikator Kinerja PPJK
Input, Output, Outcome, Benefit dan Impact
Indikator Kinerja Input Output Outcome Benefit Impact
1) Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN); 2) Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan kesehatan; 3) Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan dan JKN/KIS
• Dokumen Perencanaan (RPJMN, Renstra, RKA)
• Tenaga SDM Yang Kompeten
• Dukungan SDM dari profesi dan tenaga ahli terkait
• Koordinasi dan kerja sama dengan lintas program, lintas sektor, asosiasi dan organisasi profesi kesehatan dan pihak terkait yang mendukung kegiatan
• Referensi Pustaka/ Literasi baik itu Regulasi, pedoman, buku,
• Ketersediaan Alat dan fasilitas
• Penyediaan teknologi informasi
• Ketersediaan anggaran
1. Tersedianya dokumen penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN)
2. Tersedian hasil kajian pengembagan pembiayaan kesehatan dan JKN
3. Tersedianya hasil dokumen hasil Penilai Teknologi Kesehatan/ Health Technology Assessment (HTA)
1. Kebijakan yang berkualitas dalam mendukung pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN
2. Tercakup
pembiayaan iuran bagi peserta PBI JKN
1. Perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.
2. Meningkatnya Akses masyarakat untuk menerima pelayanan kesehatan
3. Masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
1.Terwujudnya Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) / Kartu Indonesia Sehat (KIS)
2.Terwujudnya
kecukupan pembiayaan kesehatan, teralokasikan dengan adil dan termanfaat kan secara efektif serta efisien.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 9
Untuk mewujudkan target yang tertuang dalam perjanjian kinerja, PPJK didukung dengan
jumlah Anggaran pusat di tahun 2019 yang bersumber dari APBN sebesar Rp
35.944.877.528.000. Dengan rincian Belanja Bantuan Sosial PBI JKN sebesar Rp
35.912.800.000.000 (99,91%); Belanja Barang sebesar Rp 30.430.591.000 (0,08%); dan Belanja
Modal Sebesar Rp 1.646.937.000 (0,01%). Selain anggaran kantor Pusat, PPJK mempunyai
dana dekonsentrasi yang disalurkan ke Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia sebesar Rp
29.832.245.000. Rincian alokasi anggaran disajikan dengan tabel 2.3.
Tabel 2.3 Alokasi Anggaran PPJK Tahun 2019 Berdasarkan Output dan Dekonsentrasi
No Output Kegiatan Alokasi Anggaran
(Rp)
1 Cakupan Penduduk yang menjadi peserta
penerima bantuan iuran (PBI) melalui JKN/KIS
35.912.800.000.000
2 Pedoman penguatan secondary prevention
pelayanan kesehatan dalam JKN
336.564.000
3 Bahan Kebijakan Teknis Pengembangan
Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
25.516.854.000
4 Layanan Sarana dan Prasarana Internal 1.546.937.000
5 Layanan Dukungan Manajemen Satker 4.034.494.000
5 Layanan Perkantoran 1.857.005.000
Total Anggaran Kantor Pusat (KP) 35.944.877.528.000
6 Dekonsentrasi 29.832.245.000
7 Total Anggaran Pusat dan Dekonsentrasi 35.974.709.773.000
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 10
A. CAPAIAN KINERJA
Laporan Kinerja merupakan bentuk akuntabilitas
dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan
kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan
anggaran. Pengukuran kinerja dilakukan dengan
membandingkan antara kinerja yang seharusnya
terjadi dengan kinerja yang diharapkan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, pada sub bab ini
menyajikan capaian kinerja dan analisis sebagai berikut:
1. Pencapaian indikator kinerja tahun 2019.
2. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target RPJMN 2015-
2019.
3. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja 5 (lima) tahun terakhir.
4. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta
alternatif solusi yang telah dilakukan.
5. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya.
1. Pencapaian Indikator Kinerja Tahun 2019
Pengukuran Kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran, indikator dan target kinerja yang telah
ditetapkan dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi satker. PPJK pada tahun 2019,
telah melakukan perjanjian kinerja untuk 3 (tiga) indikator dan besaran targetnya. Adapun
indikator dan besaran target pada perjanjian kinerja tersebut telah disesuaikan dengan
indikator dan target pada revisi RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019.
Pengukuran capaian kinerja PPJK dilakukan dengan cara membandingkan realisasi
capaian target dari masing-masing indikator. Berikut rincian capaian target dari masing-
masing indikator yang disajikan pada tabel di bawah in
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 11
Tabel 3.1 Pencapaian Target Indikator Kinerja pada Perjanjian Kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan 2019
No Sasaran Indikator Kinerja 2019 Target Realisasi %
1 Perumusan pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN yang ditetapkan
Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN
2 Dok 2 Dok 100
2 Dihasilkannya bahan kebijakan teknis Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
1 Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS
5 Dok
7 Dok 140
2 Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan
8 Dok 3 Dok 37,5
Berdasarkan tabel di atas diketahui telah tercapai Indikator kinerja untuk 2 (dua)
indikator yaitu Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan
dalam JKN (100%) dan Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan
kesehatan dan JKN/KIS dengan capaian sebesar 140%. Sedangkan untuk 1 (satu)
Indikator Kinerja tidak dapat tercapai, indikator tersebut adalah Jumlah dokumen hasil
Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan
dengan target 8 dokumen dan capaiannya hanya 3 dokumen atau sebesar 37,5%.
2. Perbandingan Capaian Perjanjian Kinerja Tahun 2019, RPJMN 2015-2019 dan
RENSTRA 2015-2019
Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional. Dengan diterbitkannya Perpres Nomor 2 tahun 2015
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
RPJMN tahun 2015-2019 ini merupakan acuan bagi Kementerian/Lembaga dalam
menyusun Rencana Strategis (Renstra) tahun 2015-2019 pada masing-masing
Kementerian/Lembaga. Walaupun demikian dalam pejalannya terjadi perubahan/revisi
RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019, sehingga terjadi penyesuaian jumlah
target capaian Indikator pada Perjanjian Kinerja PPJK di Tahun 2019. Pada tabel 3.2
terlihat bahwa terdapat perbedaan target indikator RPJMN 2015-2019 dengan RENSTRA
maupun Perjanjian Kinerja di Tahun 2019.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 12
Tabel 3.2 Perbedaan Target Indikator RPJM 2019, RENSTRA 2019, dan
Perjanjian Kinerja PPJK 2019
No Indikator Target RPJMN
2019
Target RENSTRA
2019
Target Perjanjian
Kinerja 2019
1 Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
107,2
Juta Jiwa
- -
2 Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN
2 Dok 2 Dok 2 Dok
5 1 Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS
4 Dok 5 Dok 5 Dok
2 Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan
4 Dok 8 Dok 8 Dok
3 Jumlah dokumen kebijakan realisasi iuran peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN/KIS
3 Dok - -
Penjelasan terkait perbedaan tersebut, disampaikan sebagai berikut:
1. Indikator Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) tidak
dimasukkan ke dalam Perjanjian Kinerja dan RENSTRA PPJK di tahun 2019
sedangkan dalam RPJMN, indikator Jumlah penduduk yang menjadi peserta PBI
masuk menjadi Indikator Kinerja PPJK di tahun 2019.
2. Dalam Perjanjian Kinerja maupun RENSTRA, indikator Jumlah penduduk yang
menjadi peserta PBI masuk ke dalam Kinerja Sekretaris Jenderal. Walaupun demikian
pelaksanaan kegiatan dan anggaran untuk pencapaian indikator PBI tersebut
dilaksanakan oleh PPJK.
3. Adapun perbedaan lainnya adalah besaran target indikator Jumlah hasil kajian/monev
pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS dan indikator Jumlah dokumen
hasil Health Technology Assessment (HTA) di tahun 2019. Kenaikan target
RENSTRA/Perjanjian Kinerja bila dibandingkan target RPJMN pada kedua indikator
tersebut merupakan hasil pembahasan pada pertemuan Trilateral Meeting antara
BAPPENAS, Kementerian Keuangan dengan Kementerian Kesehatan.
4. Terdapat penghapusan indikator dokumen kebijakan realisasi iuran peserta penerima
bantuan iuran JKN/KIS pada target RENSTRA dan Perjanjian Kinerja. Hal itu
dikarenakan secara otomatis dokumen terkait pembayaran PBI pada berjalan tersebut
pasti akan selalu dilaksanakan dan tidak memerlukan anggaran dalam proses
pencapaian.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 13
3. Pencapaian Indikator Kinerja Selama 5 Tahun (2015-2019)
Gambaran yang disajikan pada tabel 3.3 di bawah dapat disimpulkan kecuali pada
tahun 2019 (realisasi pencapaian indikator tidak tercapai seluruhnya), pencapaian target
dibandingkan dengan realisasi Indikator Kinerja PPJK tahun 2015-2018 dapat dicapai
seluruhnya (100%). Selain itu pada tabel 3.2 terlihat target Indikator Kinerja PPJK
mengalami beberapa perubahan indikator ditahun 2016-2018, antara lain:
1. Perubahan Indikator Kinerja Tahun 2016-2017.
a) Terdapat penambahan 3 (tiga) indikator baru yang merupakan indikator prioritas
nasional di tahun 2017, yaitu: 1) indikator Jumlah pedoman penguatan secondary
prevention pelayanan kesehatan dalam JKN; 2) Jumlah skema pembiayaan
melalui ppp kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan yang
dihasilkan dan 3) Jumlah pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai
sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di puskesmas.
Ketiga indikator prioritas nasional tersebut merupakan hasil dari pertemuan
Trilateral Meeting antara BAPPENAS, Kementerian Keuangan dengan
Kementerian Kesehatan pada tahun 2016 yang kemudian disesuaikan ke dalam
perubahan RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019.
b) 2 (dua) indikator yang sudah tidak lagi masuk ke dalam Perjanjian Kinerja adalah:
1) Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS); 2) indikator
terkait dokumen kebijakan realisasi iuran peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
JKN/KIS. Tidak masuknya indikator kinerja PBI dikarenakan indikator tersebut
menjadi Indikator Kinerja Program (IKP) Eselon I Sekretaris Jenderal. Walaupun
Indikator PBI tidak masuk dalam Perjanjian Kinerja PPJK namun kegiatan
pelaksanaan dan anggaran untuk pencapaian indikator PBI dilaksanakan oleh
PPJK. Sedangkan tidak masuknya indikator dokumen kebijakan realisasi iuran
peserta penerima bantuan iuran JKN/KIS Perjanjian Kinerja 2017 dikarenakan
secara otomotis dokumen terkait pembayaran selama tahun berjalan tersebut
pasti akan selalu dilaksanakan dan tidak memerlukan anggaran dalam proses
pencapaian.
2. Perubahan Indikator Kinerja Tahun 2017-2018.
Jumlah target pada indikator Skema pembiayaan melalui ppp kerjasama pemerintah
dan swasta dan pedoman optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk
mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas sudah tidak ada dalam
indikator Perjanjian Kinerja di tahun 2019. Tidak masuknya target dalam indikator
kinerja tersebut disebabkan ke-2 indikator telah diselesaikan/tercapai di tahun 2017
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 14
Tabel 3.3 Pencapaian Target Indikator Kinerja pada Perjanjian Kinerja PPJK tahun 2015-2019
No Indikator 2015 2016 2017 2018 2019
T R % T R % T R % T R % T R %
1 Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
88,2 Juta
87,8 Juta
99,5 92,4 Juta
91,1 Juta
98,6 - - - - - - - - -
2 Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN
- - - - - - 2 Dok
2 Dok
100 2 Dok
2 Dok
100 2 Dok
2 Dok
100
3 Jumlah pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas
- - - - - - 1 Dok
1 Dok
100 - - - - - -
4 Jumlah skema pembiayaan melalui ppp kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan yang dihasilkan
- - - - - - 1 Dok
1 Dok
100 - - - - - -
5 1 Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS
10 Dok
10 Dok
100 10 Dok
10 Dok
100 5 Dok
10 Dok
>100 5 Dok
7 Dok
>100 5 Dok
7 Dok
>100
2 Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan
2 Dok
2 Dok
100 2 Dok
2 Dok
100 2 Dok
2 Dok
100 2 Dok
2 Dok
100 8 Dok
3 Dok
37,5
3 Jumlah dokumen kebijakan realisasi iuran peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN/KIS
3 Dok
3 Dok
100 - - - - - - - - -
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 15
4. Pencapaian Indikator PBI melalui Jaminan Kesehatan Nasional
Indikator PBI melalui Jaminan Kesehatan Nasional ini masuk ke dalam perjanjian
kinerja Sekretaris Jenderal. Walaupun demikian dalam pelaksanaan kegiatan dan
anggaran untuk pencapaian indikator PBI tersebut dilaksanakan oleh PPJK sebagai
satker dalam lingkup Sekretariat Jenderal. Pada tahun 2019 terdapat perbedaan target
indikator PBI melalui Jaminan Kesehatan Nasional antara RPJMN, Renstra dan
Perjanjian Kinerja, perbedaan tersebut disajikan pada tabel berikut di bawah ini:
Tabel 3.4 Target Indikator PBI
Indikator
Target RPJMN
2019
Target RENSTRA
2019
Target Perjanjian
Kinerja 2019
Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
107,2
Juta Jiwa
107,2
Juta Jiwa
96,8
Juta Jiwa
Perbedaan tersebut berdasarkan hasil trilateral meeting antara Kementerian Keuangan,
Bappenas dan Kementerian Kesehatan yang menyepakati anggaran PBI yang
disediakan untuk jumlah peserta PBI JKN sebesar 96,8 juta jiwa atau tidak sama dengan
target dalam RPJMN dan Renstra. Selain itu komisi IX dalam Rapat Dengar Pendapat
(RDP) dengan Kementerian Kesehatan menyetujui alokasi anggaran Kementerian
Kesehatan di tahun 2019 sebesar Rp 58,74 triliun yang di dalamnya terdapat alokasi
anggaran Sekretariat Jenderal sebesar Rp 28,76 triliun termasuk anggaran untuk
Program Penguatan JKN bagi 96,8 juta jiwa peserta PBI.
Dalam proses pencapaian indikator
tersebut berdasarkan penetapan kriteria
peserta PBI oleh Kementerian Sosial
tentang Penetapan Penerima Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan Tahun 2019,
setelah itu dilakukan Pendaftaran
Peserta PBI Jaminan Kesehatan oleh
Kementerian Kesehatan. Perhitungan
dalam menentukan realisasi angka
capaian tersebut didapatkan dari
besaran jumlah peserta yang terdaftar
dan dibayarkan kapitasinya oleh BPJS
Kesehatan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Pencapaian PBI JKN PBI
pada tahun 2015-2019 menunjukkan hanya pada tahun 2018 dapat tercapai seluruhnya
100% dengan capaian terendah di tahun 2016 yaitu sebesar 98,63%.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 16
Berdasarkan realisasi anggaran PBI
tahun 2015-2019 menunjukkan bahwa
rata-rata persentase realisasi anggaran
sebesar 99%. Pada tahun 2019 terjadi
kenaikan tren anggaran menjadi Rp
35,91 triliun bila dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya hal ini dikarenakan
adanya kenaikan iuran PBI yang
merupakan implementasi Perpres 75
tahun 2019 yang mengamanahkan
kenaikan iuran PBI yang semula Rp
23.000 orang per bulan menjadi Rp
42.000 orang per bulan.
Dalam proses pelaksanaannya terdapat faktor-faktor dan permasalahan yang
mempengaruhi tidak tercapainya seluruhnya (100%) atas Indikator Jumlah penduduk
yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) di tahun 2019. Penjabaran mengenai
identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian indikator kinerja, masalah
yang timbul, serta tindak lanjut terhadap permasalahan sebagai berikut:
a. Hal-hal yang mempengaruhi proses pencapaian:
1. Arah Kebijakan penganggaran dan ketersediaan dana pembayaran iuran PBI.
2. Kebijakan penetapan jumlah peserta PBI yang ditetapkan oleh Menteri Sosial
seperti SK penetapan peserta PBI awal, SK Menteri Sosial tentang pergantian
peserta PBI
3. Kebijakan pendaftaran peserta PBI oleh Menteri Kesehatan
4. Kebijakan yang berkaitan dengan PBI .
b. Permasalahan berupa penetapan jumlah peserta PBI yang oleh Menteri Sosial
seperti pemadanan data yang dilakukan Kementerian Sosial ditemukan antara
lain : peserta yang meninggal dunia, peserta yang tercatat ganda, peserta yang
telah berubah segmentasi peserta, sehingga SK penetapan peserta yang
dikeluarkan oleh Kementerian Sosial tidak semuanya dapat masuk dalam
database BPJS Kesehatan sebagai peserta yang terdaftar dan dibayarkan
kapitasi oleh BPJS Kesehatan ke FKTP sehingga timbul perbedaan antara
peserta PBI yang ditetapkan dengan peserta yang terdaftar, sehingga berdampak
pada jumlah capaian indikator PBI.
c. Pemecahan masalah dan tindaklanjut berupa koordinasi intensif dengan
Kementerian Sosial dan BPJS Kesehatan untuk dilakukan pemadanan peserta
yang didaftarkan sehingga dapat tercapai sesuai yang target yang telah
ditetapkan.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 17
B. ANALISIS PENCAPAIAN INDIKATOR 2019
1. Definisi Operasional Indikator
Tabel 3.5 Definisi Operasonal Indikator Pencapaian Kinerja PPJK Tahun 2019
No Indikator Kinerja
Definisi Operasional Dokumen yang Dihasilkan 2019
1 Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN
• Jumlah Kebijakan Teknis/Rancangan /Draft yang disusun tentang Pedoman Deteksi dini/ Penemuan Dini/ Skrining Program JKN
• Cara Perhitungan, yaitu Jumlah Dokumen Kebijakan Teknis/Rancangan /Draft tentang Pedoman Deteksi dini/ Skrining Program JKN yang dihasilkan selama 5 tahun dan dijabarkan pada tiap tahunnya.
1. Pedoman Penemuan Dini Penyakit Kanker Dalam Program JKN
2. Pedoman Skrining Faktor Risiko Pembawa Sifat Penyakit Thalasemia Dalam Program JKN
2 Jumlah bahan kebijakan teknis Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
1 • Jumlah rancangan /Draft Dokumen monitoring-evaluasi JKN yang disusun dalam rangka pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS
• Cara Perhitungan, yaitu jumlah dokumen rancangan peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan Menteri Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan, Kajian/studi, Kebijakan Teknis, Dokumen monitoring-evaluasi JKN yang dihasilkan dalam rangka pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS selama 5 tahun dan dijabarkan pada tiap tahunnya.
1. Permenkes Nomor 17 Tahun 2019 tentang Pertimbangan Klinis dalam Program Jaminan Kesehatan
2. Analisis Dampak DAK Fisik Afirmasi Bidang Kesehatan Terhadap Akses Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
3. National Health Account (NHA)
4. Evaluasi Nasional Pelaksanaan Program JKN
5. Pedoman Petunjuk Pengisian Tools Perhitungan Kebutuhan Pendanaan Program SPM Bidang Kesehatan
6. Pengembangan Tarif Kapitasi Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional
7. Pengembangan-Reklasifikasi INA-CBG
2 • Jumlah dokumen hasil kajian/studi Health Technology Assessment (HTA)
• Cara Perhitungan, yaitu Jumlah dokumen hasil kajian/studi Health Technology Assessment (HTA) yang dihasilkan selama 5 tahun dan dijabarkan pada tiap tahunnya
1. Evaluasi Ekonomi Penambahan Trastuzumab pada Kemoterapi untuk Pasien Kanker Payudara (MBC) dengan Her-2 Positif
2. Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rutuximab dan Kemoterapi untuk Pasien Limfoma Malignum Non-Hodgkins (LNH).
3. Evaluasi Ekonomi dan review utilisasi pemberian kombinasi lapatinib dan kapesitabin dibandingkan kapesitabin pada pasien metastatik HER2 Positif yang gagal dengan Trastuzumab
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 18
2. Analisis Pencapaian Indikator
Pencapaian atas Indikator kinerja pada Perjanjian Kinerja PPJK Tahun 2019 yang
dijabarkan dalam dokumen indikator kinerja dalam proses untuk mencapai Indikator
tersebut terdapat faktor-faktor dan permasalahan yang dapat mempengaruhi pencapaian
target Indikator Kinerja. Identifikasi atas faktor-faktor dan masalah yang mempengaruhi
capaian kinerja ini menjadi penting agar diperoleh solusi atas permasalahan dan upaya
tindaklanjut yang efektif agar target indikator kinerja dapat tercapai seluruhnya pada
tahun ini dan menjadi upaya yang efektif dalam pencapaian kinerja PPJK ditahun yang
akan datang. Penjabaran atas dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh PPJK sebagai
dasar penetapan capaian Indikator Kinerja dan analisis keberhasilan/kegagalan
pencapaian Indikator Kinerja di tahun 2019 sebagai berikut:
A. Gambaran Dokumen Indikator Kinerja
a. Indikator 1: Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan
kesehatan dalam JKN
Indikator Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan
kesehatan dalam JKN merupakan indikator yang menjadi Prioritas Nasional (PN).
Capaian indikator Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan
kesehatan dalam JKN pada tahun 2019 dapat tercapai seluruhnya, yaitu dari 2
(dua) target dokumen yang ditetapkan diperoleh realisasi capaian sebanyak 2
(dua) dokumen, sehingga capaian kinerja sebesar 100%. Berikut 2 (dua) dokumen
tersebut, yaitu:
1. Pedoman Penemuan Dini Penyakit Kanker Dalam Program JKN
Pedoman ini secara umum sebagai acuan
untuk melaksanakan Penemuan dini penyakit
kanker pada program JKN. Tujuan dari Pedoman
ini adalah: 1) memberikan petunjuk pelaksanaan
penemuan dini dalam rangka pencegahan risiko
penyakit kanker pada peserta JKN; 2) tindak
lanjut dari hasil pelaksanaan penemuan
dini penyakit kanker ; dan 3) tata laksana
penemuan dini penyakit kanker dalam rangka
mendorong peserta untuk melakukan upaya
promotif dan preventif. Sasaran pedoman ini
adalah kader Posbindu PTM yang akan
melakukan wawancara kepada seluruh warga negara yang berusia 15 tahun atau
lebih yang ada di wilayah Posbindu PTM.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 19
Pedoman Penemuan Dini Penyakit Kanker Dalam Program JKN ini secara umum
mengatur tentang:
1. Kebijakan Umum Penanggulangan Kanker.
2. Pelaksanaan Penemuan Dini Penyakit Kanker dengan menggunakan
kuesioner
3. Hasil penemuan kasus penyakit kanker dengan faktor risiko dan tanpa faktor
risiko,
4. Pembiayaan penemuan dini penyakit kanker.
5. Pencatatan dan Pelaporan penemuan dini penyakit kanker mengacu pada
Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Posbindu bagi Kader.
2. Pedoman Skrining Faktor Risiko Pembawa Sifat Penyakit Thalasemia
Dalam Program JKN
Pedoman ini secara umum sebagai acuan
untuk melaksanakan skrining faktor risiko
pembawa sifat penyakit Talasemia pada
program JKN. Tujuan dari Pedoman ini adalah:
1) Petunjuk pelaksanaan skrining faktor risiko
pembawa sifat penyakit Talasemia dalam
rangka pencegahan risiko penyakit Talasemia
pada peserta JKN; 2) tindak lanjut dari hasil
pelaksanaan skrining ; dan 3) Edukasi pada
pembawa sifat penyakit Talasemia dalam
rangka mendorong peserta untuk melakukan
promotif dan preventif. Sasaran pedoman ini
adalah kader Posbindu PTM yang akan
melakukan wawancara kepada seluruh warga negara yang berusia ≥ 15 tahun
yang ada di wilayah Posbindu PTM. Pedoman ini mengatur tentang skrining faktor
risiko pembawa sifat penyakit Talasemia dalam program Jaminan Kesehatan
Nasional yang dilaksanakan di Posbindu PTM dan FKTP/Puskesmas.
Pedoman skrining faktor risiko pembawa sifat Thalasemia Dalam Program JKN ini
secara umum mengatur tentang:
1. Kebijakan Umum faktor risiko pembawa sifat Thalasemia.
2. Pelaksanaan penemuan dini faktor risiko pembawa sifat Thalasemia pada
keluarga Ring 1 (keluarga inti) dengan menggunakan kuesioner.
3. Hasil penemuan dini faktor risiko pembawa sifat Thalasemia dengan faktor
risiko dan tanpa faktor risiko,
4. Pembiayaan penemuan dini faktor risiko pembawa sifat Talasemia.
5. Pencatatan dan Pelaporan penemuan dini faktor risiko pembawa sifat
Thalasemia.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 20
b. Indikator 2: Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan
kesehatan dan JKN/KIS
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 tahun 2019.
Pengaturan Penyelenggaraan Pertimbangan Klinis (Clinical Advisory) dalam
program Jaminan Kesehatan bertujuan untuk terselenggaranya pertimbangan
klinis agar pelayanan kesehatan yang
diberikan dalam penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Pelaksanaan
pemberian pertimbangan klinis sebelum
Permenkes ini terbit, telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5
Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Pertimbangan Klinis (Clinical Advisory),
namun dalam perkembangannya perlu
penyesuaian terutama dengan
ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan
Kesehatan. Dalam Permenkes ini mengatur tentang Tata cara Penyelesaian
Sengketa Klinis, yang dibagi menjadi: 1) Ketentuan umum; 2) Mekanisme
Pengaduan; 3) Mekanisme Penghentian Aduan; 4) Mekanisme Persidangan;
5) Pelaporan; dan 6) Format Keputusan Tim Pertimbangan Klinis (TPK).
2. Analisis Dampak DAK Fisik Afirmasi Bidang Kesehatan Terhadap Akses
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas.
Tujuan dari pelaksanaan analisis dampak DAK fisik afirmasi bidang kesehatan
terhadap akses pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah menilai implikasi
atau dampak DAK fisik afirmasi bidang kesehatan dalam menunjang akses
pelayanan kesehatan Puskesmas di daerah perbatasan dan tertinggal. Analisis
dampak DAK fisik afirmasi bidang kesehatan menggunakan desain studi
penelitian Mix Method Research, yaitu dengan menggabungkan metode
kuantitatif dan kualitatif. Melalui Mix Method Research, metode penelitian tidak
dilakukan secara bersamaan, melainkan pada fase yang berbeda. Analisis
dampak DAK in dilakukan di enam kabupaten/kota, yaitu kab. Lampung Barat,
kab. Kupang, kab. Lombok Timur, kab. Serdang Bedagai, kota Sabang, dan
kota Dumai.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 21
Hasil dari Analisis ini adalah DAK Fisik Afirmasi Bidang Kesehatan terbukti
meningkatkan kunjungan rawat jalan
Puskesmas, tetapi tidak berdampak
pada peningkatan rawat inap dan
persalinan di Puskesmas. Akses
pelayanan kesehatan di Puskesmas
juga banyak dimanfaatkan oleh
kelompok masyarakat pada kuintil 1
(20% terbawah dari kelompok
pengeluaran), baik di kabupaten/kota
penerima dan bukan penerima DAK
Fisik Afirmasi Bidang Kesehatan.
Peningkatan 1% besaran DAK Fisik berimplikasi pada peningkatan kunjungan rawat jalan sebesar 4,6%
Perbedaan besaran dana DAK Fisik antarkabupaten/kota tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan secara statistik terhadap kunjungan persalinan di Puskesmas
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 22
3. National Health Account (NHA).
Pemerintah Indonesia terutama Kementerian Kesehatan cq. Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan telah berkomitmen untuk melakukan produksi
NHA secara rutin setiap tahunnya. Tim NHA yang diharapkan akan meningkatkan
peran serta berbagai pemangku kepentingan dalam proses pengumpulan data
hingga diseminasi hasil NHA dalam proses produksi di tahun 2019. Penyusunan
NHA di tahun 2019 menghasilkan gambaran belanja kesehatan tahun 2017 dan
estimasi belanja kesehatan tahun 2018.
Sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2018, total belanja kesehatan Indonesia
terus mengalami peningkatan. Gambaran belanja kesehatan tahun 2017 dan
estimasi belanja kesehatan tahun 2018 menujukan total belanja kesehatan
Indonesia di tahun 2017 sebesar Rp 423,9 triliun dan meningkat di tahun 2018
menjadi Rp 455,54 triliun. Total belanja kesehatan terhadap PDB di tahun 2017
cenderung relatif sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Bila jumlah tersebut
dibagi dengan jumlah penduduk menghasilkan nilai sebesar Rp 1,7 juta/kapita
Gambaran skema pembiayaan Belanja kesehatan di Indonesia 2010-2018
menunjukkan khusus di tahun 2017-
2018, bahwa pengeluaran tunai
langsung dari rumah tangga (OOP)
sebesar 32,7% (2017) dan sedikit
menurun menjadi 32,2% ditahun 2018,
diikuti dengan kenaikan skema
asuransi sosial di tahun 2018 bila
dibandingkan pada tahun 2017 (23,1%
v 22%), sehingga dapat disimpulkan
bahwa penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan memberi
kontribusi penurunan atas pembiayaan
Rumah Tangga (OOP).
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 23
4. Evaluasi Nasioanal Pelaksanaan Program JKN
Latar belakang dilaksanakan kegiatan ini sebagai jalan untuk mencapai
Universal Health Coverage (UHC) dengan menjamin seluruh warga Indonesia pada
JKN/KIS pada tahun 2019.
Sebagai salah satu program
kesehatan prioritas di Indonesia
dan juga merupakan salah satu
sasaran dalam tujuan
pembangunan nasional, maka
aspek monitoring dan evaluasi
penting dalam penyelenggaraan
JKN/KIS dalam rangka
menyongsong UHC 2019.
Tinjauan monitoring dan evaluasi program ini melibatkan berbagai pemangku
kepentingan utama yakni: Kementerian Kesehatan, DJSN, BPJS Kesehatan,
Kementerian dan Lembaga terkait, Development Partner/NGO, Pakar/Akademisi,
perhimpunan profesi, asosiasi fasilitas kesehatan, dan lain-lain perlu dilakukan,
agar dari berbagai pandangan konstruktif yang dikemukakan dapat disarikan
upaya-upaya perbaikan di berbagai area untuk pencapaian Universal Health
Coverage di tahun 2019.
Pokok-pokok hasil diskusi dalam Pertemuan Evaluasi Nasional Pelaksanaan
Program JKN dibagi kelompokan sebagai berikut:
Aspek Regional Palembang Regional Bali
Kepesertaan • Perluasan peserta dari segmen
informal
• Data peserta PBI yang belum
tepat sasaran, belum terintegrasi
dengan Basis Data Terpadu serta
belum terdapat NIK.
• Proses integrasi Jamkesda ke
dalam JKN terkendala salah
satunya kemampuan fiskal setiap
daerah yang berbeda
• Distribusi peserta di FKTP yang
belum merata
• Permasalahan Data peserta PBI baik
dari proses verifikasi dan validasi,
kelengkapan variable data termasuk
NIK serta permasalahan penguatan
koordinasi dengan lintas sektor
terkait
• Belum optimalnya pertumbuhan
kepesertaan dari segmen pekerja
informal dan formal
• Distribusi peserta di FKTP yang
belum bisa mengakomodir keinginan
banyak pihak
Pelayanan
Kesehatan
• Pencegahan dan
penanggulangan kecurangan
yang belum optimal
• Pelaksanaan sistem rujukan dan
rujuk balik belum optimal
• Standarisasi kompetensi dan
mutu fasilitas kesehatan
• Perlunya penguatan sistem
pelayanan rujukan dan rujuk balik
• Pemerataan SDM terutama untuk
dokter spesialis khususnya di
wilayah Timur, hal ini berakibat pada
beragamnya kompetensi fasilitas
kesehatan
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 24
Aspek Regional Palembang Regional Bali
• Pelaksanaan akreditasi Faskes
merupakan upaya peningkatan mutu
layanan terutama di daerah DTPK
• Pencegahan dan penanggulangan
kecurangan yang belum optimal
Pembiayaan • Sustainabilitas pembiayaan
program JKN, dimana
pendapatan iuran lebih kecil
dibandingkan pengeluaran biaya
pelayanan bagi peserta.
Utamanya karena besaran iuran
yang belum sesuai perhitungan
aktuaria.
• Ketepatan waktu pembayaran
pelayanan kesehatan kepada
fasilitas kesehatan yang
berdampak pada terganggunya
pelayanan kesehatan pada
peserta JKN
• Kepatuhan peserta dalam
membayar iuran tepat waktu
• Manajemen klaim pelayanan
kesehatan
• Pemanfaatan dana kapitasi JKN
oleh Puskesmas belum maksimal
untuk menunjang operasional
pelayanan kesehatan
• Sustainabilitas program JKN yang
ditandai dengan adanya defisit
karena kecilnya pendapatan iuran
dibandingkan dengan pengeluaran
untuk pembayaran manfaat.
• Besaran iuran program JKN yang
belum sesuai dengan hitungan
aktuaria
• Ketepatan waktu pembayaran
pelayanan kesehatan kepada
fasilitas kesehatan yang berdampak
pada terganggunya pelayanan
kesehatan pada peserta JKN
• Kepatuhan peserta dalam
membayar iuran JKN masih perlu
ditingkatkan
• Manajemen pembayaran klaim
pelayanan kesehatan
• Pemanfaatan sisa dana kapitasi JKN
oleh Puskesmas belum maksimal
untuk mendukung pelayanan baik
UKM maupun UKP.
Supply Side • Penyediaan jumlah fasilitas
kesehatan yang cukup pada
setiap Daerah
• Kelas rumah sakit yang
penetapannya belum sesuai
dengan standar dan belum
menggambarkan tingkat
kompetensi
• Pemenuhan sarana, prasarana
dan SDM di setiap fasilitas
pelayanan kesehatan.
• Penyediaan obat, BMHP, dan
Alkes melalui e-catalaog bagi
FKTP milik Pemerintah Daerah
Non BLUD
Penyediaan dan pemerataan jumlah
Faskes; Pemenuhan sarana,
prasarana, obat dan alat kesehatan di
fasilitas kesehatan serta pemerataan
dan kecukupan SDM kesehatan
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 25
5. Pedoman Petunjuk Pengisian Tools Perhitungan Kebutuhan Pendanan
Program SPM Bidang Kesehatan
Dalam rangka penerapan SPM Bidang Kesehatan maka diperlukan tools
perhitungan pembiayaan SPM. Dengan adanya tools ini dapat membantu pihak
pemerintah daerah secara terstandar mengidentifikasi layanan SPM yang
harus disediakan sesuai amanah permenkes Nomor 4 tahun 2019, termasuk
besaran kebutuhan anggaran dan sumber pendanaannya, serta upaya
monitoring dan evaluasinya bila program SPM telah dijalankan pada tahun
depannya. Tools perhitungan biaya SPM ini bertujuan untuk memberikan
kemudahan kepada pemerintah daerah dalam penyusunan perencanaan dan
penganggaran untuk pelaksanaan SPM Bidang Kesehatan di Tingkat Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Penghitungan pembiayaan tools SPM bidang kesehatan merujuk pada
Permenkes No. 4 tahun 2019, bahwa setiap layanan minimal yang harus
disediakan pemerintah daerah merujuk pada petunjuk teknis atau pernyataan
standar yang tertuang di dalam peraturan tersebut. Oleh karena itu,
perhitungan pada tools ini merujuk pada bagian Teknik penghitungan
pembiayaan (Bagian F) Permenkes No. 4 tahun 2019.
6. Pengembangan Tarif Kapitasi Dalam Program Jaminan Kesehatan
Nasional
Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan, mengamanatkan bahwa standar tarif pelayanan
kesehatan bagi pelaksanaan JKN ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan
memperhitungkan kecukupan iuran dan kesinambungan program yang
dilakukan bersama dengan BPJS Kesehatan, DJSN dan Kementerian
Keuangan. Tim teknis telah menyelesaikan pengumpulan data pada 106 FKTP
yang tersebar di wilayah Indonesia barat dan tengah dan menyelesaikan
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 26
pengolahan data pada tahun 2018. Sehingga proses perbaikan tarif pada tahun
2019 fokus pada :
a. Pengolahan data costing menggunakan data utilisasi BPJS Kesehatan
berdasarkan variabel yang berpengaruh terhadap biaya
b. Pengumpulan data costing pelayanan non-kapitasi yang meliputi : pelayanan
persalinan, ANC, PNC dan protesa gigi
c. Pengumpulan data costing kapitasi dan non kapitasi di daerah terpencil
perbatasan dan kepulauan
d. Evaluasi pembiayaan pelayanan kesehatan peserta JKN di FKTP berdasarkan
masukan dari profesi dan BPJS Kesehatan, antara lain : scaling gigi, protesa
gigi dan pelayanan kacamata
7. Pengembangan-Reklasifikasi INA-CBG
Kegiatan ini dilakukan sebagai proses pengembangan INA-CBG melalui
reklasifikasi yang sesuai dengan kondisi penyakit di Indonesia sehingga
mempunyai grouper baru (local norm) yang mandiri yang melibatkan
Perhimpunan Dokter Spesialis dalam pengklasifikasian penyakit. Tujuan dari
kegiatan ini adalah pengembangan INA-CBG pada aspek pengelompokkan
kasus (reklasifikasi INA-CBG) yang sesuai dengan kondisi pelayanan
kesehatan di Indonesia. Dalam kegiatan ini melibatkan organisasi profesi
kedokteran untuk mapping dan partitioning ICD, FKRTL serta Expert dari
Thailand.
c. Indikator 3: Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA)
yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan
Pada tahun 2019 indikator ini tidak tercapai sebagaimana target yang ditetapkan,
dari target yang direncanakan sebanyak 8 dokumen realisasi yang dihasilkannya 3
(tiga) dokumen studi Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK).
1. Evaluasi ekonomi penambahan trastuzumab pada kemoterapi untuk
pasien kanker payudara metastasis (MBC) dengan HER-2 positif
Penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu (1) evaluasi efikasi/efektivitas klinis
dan (2) evaluasi ekonomi. Evaluasi efikasi klinis dilakukan melalui telaah
sistematik terhadap literatur yang relevan, sedangkan efektivitas klinis dievaluasi
melalui penelitian observasional dengan rancangan kohort retrospektif. Telaah
sistematik dilakukan pada literatur yang ditelusuri di database Pubmed,
Cochrane Library, dan EMBASE, dengan perluasan menggunakan Google
Scholar, untuk menemukan studi klinis dengan randomisasi yang
membandingkan trastuzumab plus kemoterapi vs kemoterapi saja, dengan
batasan bahwa penelusuran dilakukan hanya pada penelitian berbahasa Inggris,
bisa diakses secara lengkap, terbit di atas tahun 2000, dan disain uji klinis.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 27
Output yang diukur adalah overall survival (OS) dan progression-free survival
(PFS). Penilaian validitas studi dilakukan dengan menggunakan Modified Jadad
scale. Penelitian kohort retrospektif dilakukan menggunakan data rekam medis
pasien kanker payudara metastasis di 4 rumah sakit, yaitu RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, RSUP Sanglah Denpasar, RS Kanker Dharmais Jakarta, dan RSUD
Ulin Banjarmasin, untuk membandingkan manfaat klinis terapi pada kelompok
pasien yang mendapatkan trastuzumab plus kemoterapi vs kemoterapi saja,
dengan luaran klinis utama OS dan PFS.
Hasil evaluasi ekonomi menunjukkan bahwa berdasarkan studi pada pasien
yang menerima trastuzumab plus kemoterapi (n = 51) vs kemoterapi saja (n =
35), penambahan trastuzumab pada kemoterapi tidak menunjukkan manfaat
yang baik berdasarkan pertimbangan biaya-efektivitas (CEA). Analisis CUA
memberikan nilai ICER untuk trastuzumab plus kemoterapi vs kemoterapi
sebesar Rp 250.630.968 per QALY (perspektif rumah sakit), atau sebesar Rp
290.707.803 per QALY (perspektif societal). Nilai-nilai ICER ini berada di atas
nilai 3 GDP per kapita Indonesia tahun 2017 (Rp 167.029.590), sehingga
penambahan trastuzumab pada kemoterapi untuk pasien kanker payudara
metastasis dengan HER-2 positif tidak cost-effective. Berdasarkan hasil BIA,
penambahan trastuzumab pada kemoterapi untuk seluruh pasien kanker
payudara metastasis HER-2 positif di Indonesia selama 5 tahun ke depan akan
membutuhkan tambahan biaya sebesar Rp 3.606.350.412.954 (3,6 triliun rupiah)
2. Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rutuximab dan Kemoterapi untuk Pasien
Limfoma Malignum Non-Hodgkins (LNH).
Dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya program jaminan kesehatan
dalam hal ini khususnya pada penatalaksanaan kanker LNH, Komite Penilaian
Teknologi Kesehatan (PTK) melalui agen PTK menyelenggarakan kajian dengan
judul “Evaluasi Ekonomi Kombinasi Rituximab dan Kemoterapi Dibandingkan
dengan Kemoterapi pada Pasien Limfoma Malignun Non-Hodgkins (LNH) tipe
Diffuse Large B Cell.” Kajian ini diharapkan mampu memberikan masukan
sebagai salah satu dasar penyusunan rekomendasi kepada Menteri Kesehatan,
terkait apakah Rituximab merupakan pilihan yang tepat guna (value for money)
bagi pasien dengan kanker LNH tipe DLBCL.
Dalam studi ini mengunakan pemodelan Markov model yang dibangun
untuk menganalisis biaya dan benefit dengan mengunakan Incremental Cost
Effectiveness Ratio (ICER) dan Quality Adjusted Life Years (QALYs). Parameter
yang dimasukkan adalah angka ketahanan hidup pasien, transisi probabilitas,
biaya, utilitas dan efektivitas klinis. Data biaya dan utilitas didapatkan baik secara
prospektif maupun retrospektif, biaya yang dihitung adalah biaya langsung dan
tidak langsung. Sumber data berasal dari billing RS dan juga wawancara pasien.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 28
Selain itu data utilitas/kualitas hidup didapatkan dengan mewawancarai pasien
secara langsung
Hasil penilaian dalam studi ini menunjukkan bahwa penggunaan terapi
Rituximab+CHOP pada pasien LNH sub-tipe DLBCL CD20+ potensial cost-
effective atau merepresentasikan value for money. Namun demikian dampak
pembiayaan terapi ini selama lima tahun ke depan mencapai hampir satu Triliun
Rupiah. Hal ini juga mengindikasikan kebutuhan dalam efisiensi prosedur
pelayanan, oleh karena tingginya biaya perawatan (non-obat) yang cukup
signifikan mempengaruhi dampak pembiayaan kesehatan
3. Evaluasi Ekonomi dan review utilisasi pemberian kombinasi lapatinib dan
kapesitabin dibandingkan kapesitabin pada pasien metastatik HER2 Positif
yang gagal dengan Trastuzumab
Studi ini dilakukan untuk menilai value for money dari pemberian kombinasi
lapatinib dan kapesitabin atau menerima kapesitabin saja pada pasien kanker
payudara metastasis (KPDM) dengan HER-2-positif yang telah gagal dengan
terapi sebelumnya. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan
menggunakan pendekatan evaluasi ekonomi berbasis pemodelan
menggunakan perspektif masyarakat (societal perspective) Indonesia. Analisis
dilakukan dengan cost-utility analysis (CUA) menggunakan model Markov untuk
menghitung biaya dan luaran kesehatan pada pasien kanker payudara
metastatik (metastatic breast cancer/ MBC) dengan HER2+ yang gagal dengan
trastuzumab, kemudian mendapatkan kombinasi lapatinib dan kapesitabin
(LAP/CAP) atau menerima kapesitabin saja (CAP).
Hasil studi ini menunjukan beberapa hal sebagai berikut:
1. Penambahan lapatinib dan kapesitabin pada pasien MBC dengan HER2 +3
yang telah progress dengan trastuzumab tidak menambah overall survival
dibandingkan dengan yang hanya mendapat kapesitabin saja
2. Hasil studi cost-effectiveness di berbagai negara memperlihatkan bahwa
penambahan lapatinib dan kapesitabin pada pasien MBC dengan HER2 +3
yang telah progres dengan trastuzumab tidak cost-effective jika dibandingkan
dengan yang hanya mendapat kapesitabin saja
3. 85% penggunaan lapatinib tidak didasarkan pada indikasi yang sesuai
dengan ketentuan dalam Fornas dan NCCN
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 29
B. Analisis Keberhasilan/ Kegagalan Pencapaian Indikator
Pencapaian target Indikator Kinerja pada Perjanjian Kinerja PPJK 2019
menunjukan realisasi pencapaian indikator Jumlah dokumen hasil Health
Technology Assessment (HTA) tidak tercapai
seluruhnya dari yang ditargetkan 8 dokumen
dengan capaian hanya 3 dokumen. Sedangkan
untuk Indikator jumlah pedoman penguatan
secondary prevention pelayanan kesehatan
dalam JKN dan jumlah hasil kajian/monev
pengembangan pembiayaan kesehatan dan
JKN/KIS pencapaian indikator kinerja dapat
tercapai seluruhnya.
Keberhasilan dan kegagalan atas pencapaian kinerja Pusat Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan pada tahun 2019 akan dijelaskan sebagai berikut:
I. Keberhasilan
a) Arahan pimpinan yang jelas untuk proses pelaksanaan kegiatan.
b) Koordinasi yang baik antara unit satuan kerja PPJK dengan
narasumber/konsultan/stakeholders terkait lainnya. Sebagai contoh bentuk
koordinasi yang telah dilakukan, di antaranya dalam bentuk rapat rutin
pembahasan topik HTA oleh tenaga teknis yang telah ditunjuk setiap
minggunya, rapat Dewan Pertimbangan Teknologi Kesehatan yang dilakukan
setiap bulan, koordinasi kegiatan NHA dengan Tim NHA Universitas Indonesia,
dan rapat tim tarif.
c) Perencanaan kegiatan yang sudah terorganisir dengan baik, yaitu dengan
membuat time line kegiatan per bulannya untuk setiap bidang dan bagian
sehingga terjadi akselerasi antar kegiatan di bidang dan bagian.
d) Komitmen pegawai Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan untuk
pencapaian kinerja tahun 2019.
II. Kegagalan (Pencapaian Dokumen HTA)
a) Proses pengambilan keputusan anggota komite PTK yang lama dalam studi
PTK/HTA.
b) Kurangnya SDM teknis dalam pelaksanaan PTK/HTA
c) Terdapat hambatan dalam koordinasi dengan pihak terkait pengumpulan data
(BPJS Kesehatan dan RS)
d) Target Indikator yang terlalu besar yaitu 8 dokumen (tren capaian 2015-2018
menunjukkan hanya 2 dok HTA)
e) Waktu yang panjang dalam untuk menghasilkan 1 dokumen studi PTK/HTA.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 30
Dalam melakukan analisis atas capaian kinerja perlu dilakukan identifikasi atas
faktor-faktor dan masalah yang mempengaruhi capaian kinerja. Identifikasi ini
menjadi penting untuk memperoleh solusi permasalahan yang ada dan upaya
tindaklanjut yang efektif agar target indikator kinerja dapat tercapai. Penjabaran
mengenai identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian indikator kinerja,
masalah yang timbul, serta tindak lanjut terhadap permasalahan sebagai berikut:
1. Indikator 1: Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan
kesehatan dalam JKN
a. Hal-hal yang mempengaruhi proses pencapaian:
1. Koordinasi dengan organisasi profesi terkait (PHTDI, IDAI, KPKN,
HOGI); Direktorat PTM (Subdit. kanker dan kelainan darah, serta Subdit.
Penyakit DM dan Gangguan Metabolik) terkait instrumen dan draf
pedoman; dan BPJS Kesehatan
2. Dukungan dan penerimaan Dinkes kabupaten/ kota dalam melaksanakan
uji coba instrumen pada posbindu PTM di empat lokasi (Jawa Barat, Jawa
Tengah Lampung dan Banten).
3. Perkembangan pelaksanaan Posbindu PTM dalam rangka deteksi dini
b. Permasalahan dalam proses kegiatan berupa terdapat perubahan dalam
implementasi pelaksanaan yang awalnya akan diintegrasikan dalam
instrumen BPJS Kesehatan menjadi Posbindu PTM.
c. Pemecahan masalah dan tindaklanjut:
1. Instrumen akan diintegrasikan pada instrumen Posbindu PTM
2. Koordinasi Direktorat P2PTM, Direktorat PKP, dan BPJS Kesehatan
untuk menyamakan persepsi metode deteksi dini.
3. Bersurat kepada Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular terkait pengusulan integrasi instrumen deteksi dini penyakit
Kanker dan Talasemia.
2. Indikator 2: Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan
kesehatan dan JKN/KIS
a. Hal-hal yang mempengaruhi proses pencapaian:
1. Koordinasi antara Lintas Sektor/Lintas Program, profesi, pakar/akademisi
terkait penyusunan kebijakan pengembangan pembiayaan dan JKN.
2. Arah kebijakan dalam penetapan tariff INA CBG dan komitmen organisasi
profesi kedokteran yang terlibat dalam penyusunan reklasifikasi INA CBG
3. Tenaga/ kapasitas tim teknis pelaksanaan kegiatan terkait capaian
indikator kinerja.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 31
4. Ketersediaan data publik di bulan Juli setelah keluar LRA audit,
Ketersediaan data non publik (BPS) setelah Oktober, Ketersediaan data
DHA/PHA sebagai dasar pemecah belanja kesehatan tingkat subnasional
dan perjanjian kerjasama (PKS) dengan BPS pada penyusunan dokumen
NHA.
5. Perubahan situasi di K/L lain, seperti: Perubahan situasi di K/L lain,
seperti: perubahan kuesioner Susenas MKP oleh BPS; Kemendagri
sedang menyusun perubahan regulasi nomenklatur bidang kesehatan
BPS terjadi ; Kemendagri sedang menyusun perubahan regulasi
nomenklatur bidang kesehatan pada penyusunan dokumen NHA.
6. Koordinasi pihak terkait untuk kebutuhan data baik kuantitatif maupun
kualitatif, serta data kuantitatif dan kualitatif yang lengkap dan valid pada
pelaksanaan kegiatan Analisis Dampak DAK Fisik Afirmasi Bidang
Kesehatan Terhadap Akses Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
7. Koordinasi dengan unit teknis /kementerian dan lembaga terkait
penyusunan aplikasi Siscobikes
8. Koordinasi antara Lintas Sektor/Lintas Program, profesi, pakar/akademisi
terkait penyusunan kebijakan pengembangan pembiayaan dan JKN.
b. Permasalahan dalam proses kegiatan:
1. Koordinasi dengan Organisasi Profesi Kedokteran membutuhkan waktu
yang cukup lama dalam melakukan pengelompokkan diagnosis dan
prosedur serta membuat algoritma grouper dan pengumpulan data billing
RS belum sesuai sehingga dapat meghambat pelaksanaan kegiatan
Reklasifikasi INA-CBG.
2. Data yang terfragmentasi dan tidak tersedia secara detil sebagaimana
yang dibutuhkan untuk klasifikasi SHA yang merupakan proses
diselesaikannya dokumen NHA.
3. Penyusunan PKS dengan BPS dalam penyusunan dokumen NHA , yang
telah diinisiasi dari awal tahun, baru dapat ditandatangani di bulan Juli.
4. Petugas daerah yang melaksanakan DHA di kab/kota mengalami
pergantaian/mutasi sehingga terkendala untuk keberlanjutan
penyusunan.
5. Recall bias pada saat pengumpulan data kualitatif karena analisis
dilakukan untuk data tahun 2017, serta adanya rolling tenaga ditempat
pengambilan data pada kegiatan Analisis Dampak DAK Fisik Afirmasi
Bidang Kesehatan Terhadap Akses Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
6. Terbatasnya tenaga/ Narasumber yang menguasai analisis efektivitas
dan efisiensi pembiayaan kesehatan.
7. Belum fokusnya metodelogi yang digunakan dalam pelaksanaan studi-
studi khusus.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 32
8. Jadwal pertemuan yang kadang masih menyesuaikan dengan jadwal
narasumbernya dan keterbatasan Hotel daerah yang memiliki daya
tampung dengan peserta dengan jumlah besar pada kegiatan Pertemuan
Evaluasi Nasioanal Pelaksanaan Program JKN.
c. Pemecahan masalah dan tindaklanjut:
1. Melibatkan asosiasi fasilitas kesehatan untuk pengumpulan data untuk
kegiatan INA CBG’s dan Melakukan koordinasi dengan BPJS
Kesehatan terkait data individual peserta JKN
2. Melakukan uji coba grouper INA CBG, membuat manual coding serta
melakukan sosialisasi grouper.
3. Koordinasi berkelanjutan antar K/L penyedia data belanja kesehatan.
4. Update data terbaru dan juga sumber potensial data untuk memperbaiki
kualitas data sebagaimana dibutuhkan klasifikasi SHA.
5. Percepatan proses pembentukan tim NHA di tahun selanjutnya.
6. Dukungan kegiatan dari pusat untuk fasilitasi penyusunan DHA/PHA,
perbaikan modul dan juknis DHA/PHA, peningkatan kapasitas
pelaksana DHA/PHA dan menambah kab/kota yang membuat
DHA/PHA.
7. Pendampingan pada provinsi dan kab/kota yanb belum mengirimkan
hasil perhitungan aplikasi SPM Kesehatan dan memberikan feedback
terhadap daerah yang telah mengirimkan hasil perhitungan SPM
Kesehatan pada web siscobikes.
8. Diseminasi hasil perlu diperluas kepada para pemangku kepentingan
agar dapat menjadi umpan balik peningkatan kualitas produksi dokumen
NHA.
9. Mencari alternatif data dari sumber lain di luar Kemkes RI.
10. Membuat susunan tim penyusun kegiatan agar diperoleh suatu
keterikatan kerjasama dalam mencapai output kegiatan. Pembuatan tim
ini juga sebagai untuk mengatasi agar peserta atau pembahas pada
kegiatan tersebut tetap orang yang sama dan sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan sehingga capaian outputnya dapat optimal.
11. Penajaman metodelogi membutuhkan pelaksanaan studi-studi khusus
yang perlu didukung dengan kecukupan anggaran di tahun selanjutnya
12. Koordinasi lebih lanjut dan intensif dalam penyesuaian jadwal kegiatan,
materi yang dibawakan oleh narasumber pelaksanaan Pertemuan
Evaluasi Nasioanal Pelaksanaan Program JKN. Serta untuk
mengantisipasi hotel yang dapat menampung jumlah peserta yang
besar, maka pelaksanaan evaluasi dibagi dalam beberapa
lokasi/regional pertemuan
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 33
3. Indikator 3: Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA)
yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan
a. Hal-hal yang mempengaruhi proses pencapaian:
1. Target HTA dalam Rencana Strategis Kemenkes RI tahun 2015-2019.
2. Koordinasi dengan Komite PTK, organisasi profesi terkait studi PTK,
akademisi, unit-unit terkait di Kemenkes (Direktorat Pelayanan Kefarmasian,
Direktorat Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes), BPJS Kesehatan, tim
pelaksana studi PTK.
3. Koordinasi dan penerimaan RS sebagai tempat pengumpulan data primer
studi PTK
4. Panduan pelaksanaan Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK)/HTA
5. Kapasitas SDM pelaksana PTK dan Regulasi/ kebijakan Rumah Sakit.
b. Permasalahan dalam proses kegiatan:
1. Proses pelaksanaan studi PTK yang masih berlanjut dan adanya beberapa
perubahan judul/topik studi PTK
2. Waktu yang cukup lama dalam mendapatkan persetujuan etika penelitian
dan ijin penelitian RS sebagai syarat sebelum dilakukan pengumpulan data
di RS tersebut, sehingga untuk menghasilkan 1 dokumen studi PTK/HTA
memerlukan waktu yang panjang.
3. Validitas data RS (Ketidak lengkapan data yang dibutuhkan dalam proses
penyusunan HTA.
4. Terbatasnya SDM pelaksana PTK.
5. Target Indikator yang terlalu besar yaitu 8 dokumen (tren capaian 2015-
2018 menunjukkan hanya 2 dok HTA)
c. Pemecahan masalah dan tindaklanjut:
1. Meningkatkan koordinasi dengan unit-unit LS/LP terkait PTK.
2. Menyusun time schedule yang dapat disepakati bersama oleh para
pelaksana PTK.
3. Melakukan lanjutan pengumpulan dan analisis data studi HTA.
4. Pelaksanaan hasil studi HTA dilakukan appraisal oleh Komite PTK.
5. Meningkatkan kapasitas SDM PTK termasuk mengirim tenaga SDM PTK
untuk pelatihan yang berhubungan dengan HTA di dalam negeri maupun
luar negeri
6. Menetapkan topik prioritas PTK dengan melibatkan institusi dan ahli terkait.
7. Pelaksanaan appraisal oleh Komite PTK dan melaksanakan diseminasi
hasil PTK kepada para pemaku kepentingan.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 34
C. Sumber Daya/ Realisasi Anggaran
1. Sumber Daya Manusia
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya PPJK sesuai dengan Permenkes Nomor
64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
didukung oleh sumber daya manusia yang
bekerja sesuai tugas dan fungsinya yang
ditempatkan sesuai dengan jabatan dan
keahliannya serta memiliki dedikasi disiplin
yang baik. Jumlah SDM PPJK pada tahun
2019 sebanyak 74 orang.
Jumlah SDM ASN di PPJK berdasarkan
jenis kelamin terbesar adalah wanita sebanyak 39 orang (64%) dengan jumlah pria
sebanyak 22 orang (36%). Distribusi ASN di PPJK berdasarkan latar belakang
pendidikan sangat beragam karena
dalam melaksanakan tugasnya dan
fungsinya dibutuhkan SDM dengan
latar belakang berbeda. Sedangkan
berdasarkan jenjang pendidikan
diperoleh gambaran PNS dengan
tingkat Pendidikan S2 atau
pendidikan terakhir dokter memiliki
jumlah terbanyak di PPJK sebanyak
30 orang (49%).
2. Sumber Daya Anggaran
Dalam penyusunan kegiatan Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan pada
tahun 2019 telah menerapkan anggaran berbasis kinerja, di mana dalam proses
penyusunannya telah melalui proses sebagai berikut:
1. Perencanaan kegiatan berdasarkan tugas dan fungsi organisasi yang telah
ditetapkan.
2. Perencanaan kegiatan sudah mendukung untuk pencapaian target indikator
kinerja yang telah ditetapkan
3. Usulan kegiatan dan penganggarannya sudah sesuai ketentuan yang berlaku
Setiap subbidang dan subbagian di lingkungan Pusat Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan dalam melakukan penyusunan. usulan kegiatannya
berdasarkan fungsinya pada Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Usulan-usulan kegiatan tersebut juga telah
disesuaikan dengan target indikator kinerja organisasi yang telah ditetapkan pada
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 35
perubahan RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019. Selain itu, setiap
kegiatan sudah mengikuti petunjuk penelitian dan reviu RKA K/L alokasi anggaran
Kementerian Kesehatan TA 2019.
Pada tahun 2019 jumlah Anggaran PPJK di tahun 2019 yang bersumber dari APBN
sebesar Rp 35.944.877.528.000 dan bersumber dari hibah WHO sebesar Rp
1.214.318.385. Dengan rincian Belanja Bantuan Sosial PBI JKN sebesar Rp
35.912.800.000.000 (99,9%); Belanja Barang sebesar Rp 31.644.917.000 (0,08%);
dan Belanja Modal Sebesar Rp 1.646.937.000 (0,01%). Dari total alokasi anggaran
tersebut terdapat belanja barang masih mengalami blokir. Pada awal diterbitkan
DIPA masih terdapat belanja barang yang mengalami blokir sebesar Rp
1.775.433.000, kemudian pada tanggal 20 Agustus 2019 dilakukan pemanfaatan
blokir dengan melakukan pembukaan blokir di DJA, sehingga sisa pagu alokasi
blokir menjadi sebesar Rp 658.946.000 yang tercantum dalam DIPA revisi 3.
Gambar 3.1 Alokasi dan Realisasi Anggaran PPJK TA 2019
Berdasarkan tabel 3.5 menunjukan tren kenaikan anggaran PPJK pada tahun 2019,
hal ini disebabkan kenaikan anggaran PBI yang merupakan implementasi Perpres
75 tahun 2019 yang mengamanahkan kenaikan iuran PBI yang semula Rp 23.000
orang per bulan menjadi Rp 42.000 orang per bulan. Penjabaran realisasi
anggaran dalam rangka pencapaian Indikator Kinerja digambarkan pada tabel 3.5
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 36
Tabel 3.6 Realisasi Anggaran PPJK 2018-2019
No Indikator Kinerja 2018 2019
Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi %
1 Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu indonesia Sehat (KIS)
25.502.400.000 25.492.043.146,0 99.9 35.912.800.000 35.777.142.674 99.6
2 Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN
500.000 221.669,1 44,3 336.564 287.386,3 85,4
3 1 Jumlah dokumen hasil studi/ monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan pembiayaan kesehatan & JKN/KIS
20.812.700 19.699.658,6 94,8 21.528.939 19.764.439 91,8
2 Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan
2.076.650 1.797.449,0 86,6 3.987.915 3.149.076 78,9
4 Kegiatan Pendukung Pencapaian Indikator
26.488.273 9.441.404,1 35.6 7.438.436 6.367.205,4 85,6
TOTAL 26.288.549.168 25.431.980.010 99,6 35.946.091.854 35.806.710.781,0 99,6
Selain anggaran kantor Pusat, pada tahun 2019 PPJK mempunyai dana
dekonsentrasi yang disalurkan ke Dinas Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia
sebesar Rp 29.832.245.000.
Anggaran Dekonsentrasi ini
dialokasikan untuk membiayai
kegiatan yang merupakan
kewenangan Pemerintah Pusat di
daerah. Kegiatan yang dianggarkan
dalam anggaran dekonsentrasi
dapat digunakan untuk membiayai
kegiatan: 1) Operasional Tim
Monitoring dan Evaluasi &
Pertimbangan Klinis JKN; 2)
Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Pembiayaan Kesehatan dan JKN/KIS; 3) rapat LS/LP program
Pembiayaan Kesehatan dan JKN/KIS; 4) Monev program pembiayaan dan JKN/KIS;
5) Advokasi dan Sosialisasi Program JKN/KIS kepada Masyarakat; 6) Penguatan
SDM Pembiayaan Kesehatan dan JKN/KIS.
Anggaran dekonsentrasi PPJK sejak tahun 2015-2019 mengalami perubahan
dalam jumlah alokasinya di tahun 2015 sebesar Rp 34.85 milyar, kemudian naik di
tahun 2016 sebesar Rp 53,52 milyar dan turun menjadi sebesar Rp 29,83 milyar di
tahun 2019.
Dalam Ribuan
ALOKASI DEKONSENTRASI
2015-2019
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 37
Gambar 3.2 Realisasi Anggaran Dekonsentrasi PPJK TA 2015-2019
Realisasi anggaran dekonsentrasi mengalami kenaikan/penurunan pada kurun
waktu 2015-2019. Secara umum penyerapan tertinggi terjadi di tahun 2015 (91,92%)
diikuti tahun 2017 dan 2019 (90,78% dan 90,04%) dan yang terkecil terjadi pada
tahun 2018.
3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana memegang peran penting dalam upaya
pencapaian Indikator Kinerja. Ketersediaan sarana dan prasarana yang berada
diruang PPJK yang digunakan sebagai pendukung tugas/ kerja pegawai PPJK
dengan pembelian di tahun 2008-2019 seperti PC, Laptop, Printer, Scanner, LCD,
dan Ruang Rapat.
Gambar 3.2 Gambaran Sarana dan Prasarana di Ruangan PPJK
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 38
D. Analisa Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Pencapaian target Indikator Kinerja pada Perjanjian Kinerja PPJK tahun 2019
dengan hasil tercapai realisasi atas target kinerja seluruhnya disebabkan oleh dukungan
anggaran yang memadai, SDM PPJK yang komitmen dan kompeten terhadap
pencapaian kinerja, serta kesiapan sarana dan prasarana pendukung kerja. Penjabaran
tentang sumber daya di atas dapat disimpulkan bahwa efisiensi penggunaan sumber
daya terhadap pencapaian Indikator Kinerja sudah baik, hal itu tergambar dari:
1. Hasil realisasi anggaran yang tergambar pada tabel di atas sebesar 99,6 %
2. Hasil perhitungan Penilaian Prestasi Kerja PNS (PPKP) di PPJK di tahun 2018 dengan
indikator penilaian adalah Penilaian Kinerja dan Perilaku Kerja diperoleh hasil bahwa
hampir keseluruhan PNS PPJK memperoleh nilai “Baik”.
3. Distribusi PNS di Pusat PPJK berdasarkan tingkat Pendidikan dan usia PNS
didapatkan bahwa distribusi PNS terbesar memiliki Pendidikan S2 sebanyak 30 orang
diikuti dengan Pendidikan S1 sebanyak 18 orang.
Tingkat pendidikan tinggi, mayoritas usia PNS PPJK masih muda, serta PPKP
pegawai memperoleh nilai baik merupakan modalitas yang dapat mempercepat
tercapainya Indikator Kinerja PPJK tahun 2018. Selain itu untuk pengukuran dan evaluasi
kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 249/PMK.02/2011 dengan menggunakan aplikasi online e-monev DJA dan
berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dengan menggunakan
aplikasi e-monev Bappenas diperoleh hasil bahwa kepatuhan pelaporan PPJK sudah
baik dengan indikator bahwa pelaporan telah dilakukan pada bulan Januari-Desember
2019.
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 39
Laporan Kinerja PPJK Tahun 2019 merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi PPJK yang didasarkan pada Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 dalam
mencapai sasaran, indikator dan target kinerja yang tercantum pada Perjanjian Kinerja PPJK
Tahun 2019. Laporan kinerja ini juga sebagai bahan evaluasi atas pencapaian kinerja selama
1 (satu) tahun anggaran serta sebagai bahan informasi untuk perbaikan dan peningkatan
kinerja ke depannya.
1. KESIMPULAN
1. Hasil capaian Indikator PPJK tahun 2015-2019 menunjukkan, bahwa Indikator Kinerja
PPJK tahun 2015-2018 dapat dicapai seluruhnya (100%), sedangkan pada tahun 2019
tidak tercapai seluruhnya, yaitu 1 (satu) Indikator Kinerja tidak dapat tercapai, indikator
tersebut adalah Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang
disampaikan kepada Menteri Kesehatan dengan target 8 dokumen dan capaiannya
hanya 3 dokumen atau sebesar 37,5%.
2. Tren kenaikan anggaran PPJK pada tahun 2019, hal ini disebabkan kenaikan anggaran
PBI yang merupakan implementasi Perpres 75 tahun 2019 yang mengamanahkan
kenaikan iuran PBI yang semula Rp 23.000 orang per bulan menjadi Rp 42.000 orang
per bulan dan rata-rata realisasi anggaran PPJK tahun 2015-2019 sebesar 99%.
2. TINDAK LANJUT
Dalam rangka perbaikan serta peningkatan kinerja pada tahun yang akan datang,
PPJK perlu melakukan beberapa upaya, di antaranya:
1. Berkoordinasi dan bekerja sama dengan asosiasi dan organisasi profesi kesehatan
dan pihak terkait lainnya dalam pencapaian target indikator kinerja.
2. Meningkatkan kompetensi SDM terkait pengembangan pembiayaan Kesehatan dan
jaminan Kesehatan serta isi-isu terkait lainnya
3. Melakukan monitoring secara berkala terkait progres pencapaian target indikator
kinerja beserta anggarannya, serta pembahasan kendala/permasalahan dan solusi
penyelesaiannya.
4. Memotivasi seluruh pegawai agar dapat bekerja lebih baik, lebih terarah dan lebih
disiplin sesuai dengan tugas dan fungsinya.
5. Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan seluruh pegawai secara berkala yang
bertujuan untuk sharing dan brainstorming terkait informasi perkembangan kegiatan di
masing-masing bagian dan bidang serta isu-isu terkait lainnya.
6. Menurunkan target indikator Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment
(HTA) ditahun 2020 menjadi 2 dokumen.
BAB IV PENUTUP
LAMPIRAN
KEMENTERIANKESEHATANREPUETIKINDONESIA
SEKRETARIAT JENDERAL
PUSAT PEMBIAYAAN DAN JAMINAN KESEHATAN
PEzuANJIAN KINER^'A TAHUN 2019
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yangbertanda tangan di bawah ini.
.3
: dr. Kalsum Komaryani, MPPM: Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Selanjutnya disebut pihak pertama
Nama.Iabatan
NamaJabatan
: drg. Oscar Primadi, MPH: Sekretaris Jenderal
Selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kineq'a yang seharusnyasesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerjajangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumenperencanaan. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerjatersebut menjadi tanggung jawab kami.
Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akanmelakukan evaluasi terhadap capaian kine{a dari peq'anjian danmengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberianpenghargaan dan sanksi.
Jakarta, November 2019
Pihak kedua, Pertama
. Oscar Primadi, MPHNIP. 196 1 1020 198803 10 13
dr m Komaryani, MPPMNIP 301171988032002
PER.IANJIAN KINERJA
Unit Organisasi Eselon IITahun
: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan: 2Ol9
KeglatanPengembangan pembiayaan kesehatandan JKN/KIS
AnggaranRp. 35.94 4.877 .528.000,-
J November 2Ol9
Sekretaris Jenderal Kepala Kepala Pembiayaan dan Jaminan Kes.
Oscar Primadi, MPH dr.NIP
Komaryani, MPPMNrP. 196 1 1020 198803 10 1 3 1 1719880320A2
No. Sasaran Indikator KlnerJa Target(1) (21 (3) (4)
1
2
Perumusan pedomanpenguatan secondaryprevention pelayanankesehatan dalam JKNyang ditetapkan
Dihasilkannya bahankebijakan teknisPengembanganPembiayaan Kesehatandan JaminanKesehatan Nasional(JKN)/Kartu IndonesiaSehat (KIS)
1. Jumlah pedoman penguatansecondary preventionpelayanan kesehatan dalamJKN
2. Jumlah hasil kajian/monevpengembangan pembiayaankesehatan dan JKN/KIS
3. Juml,ah dokumen hasil HealthTecfuwlogg Assessment (HTA)yang disampaikan kepadaMenteri Kesehatan
2
5
8