Laporan Kromatografi Planar
-
Upload
syariful-anam-rifai -
Category
Documents
-
view
326 -
download
18
Transcript of Laporan Kromatografi Planar
LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 2221
Percobaan ke-1
Kromatografi Planar
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
Nama : Syariful Anam Rifai
NIM : 10511088
Kelompok : 8
Tanggal Percobaan : 05 Maret 2013
Tanggal Pengumpulan : 12 Maret 2013
Asisten : Aldini Rizqka Humaidi
10509041
Kromatografi Planar
I. Tujuan
Menentukan Rf dari komponen-komponen sampel hasil pemisahan dengan
metode kromatografi planar
II. Teori Dasar
Kromatografi planar adalah salah satu metode kromatografi yang sangat
sederhana namun luas penggunaannya diantara berbagai teknik kromatografi lainnya.
Kromatografi kertas dan lapis tipis termasuk ke dalam kromatografi planar. Dengan
cara pengelusian di bejana tertutup yang telah dijenuhkan dengan uap pelarut akan
membawa palarut naik bergerak ke atas membawa komponen sampel dengan
kecepatan yang berbeda-beda. Dari perbedaan kecepatan inilah akan terjadi
pemisahan. Perbandingan jarak migrasi eluen dengan komponen didefinisikan sebagai
faktor resensi
RF
III. Cara Kerja
Larutan standar dan sampel
ditotolkan pada kertas kromatografi
Kertas kromatografi
dimasukkan ke dalam bejana tertutup yang telah diisi dan dijenuhkan denga
eluen sebelumnya
Bejana
dibiarkan eluen naik hingga tanda batas
dikeluarkan kertasnya kemudian dikeringkan
Kertas kromatografi
dipotong menjadi tiga bagian sehingga terdiri dari jalur standar dan jalur cuplikan
disemprot masing-masing bagian dengan salah satu diantara ketiga larutan
penampak noda yang telah disediakan
Diukur jarak migrasinya dan ditentukan Rf nya
IV. Data dan Pengamatan
Dari pengukuran pada kertas kromatografi diperoleh jarak migrasi sampel dan
standar sebagai berikut
Zat Jarak Migrasi Komponen (cm)
Ag Hg Pb
Standar 1,7 7,3 1,7
Sampel 1 6,8 1,5
V. Pengolahan Data
1) Larutan Standar
2) Larutan Sampel
VI. Pembahasan
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya
dengan bantuan perbedaan sifat fisik dan kimia masing-masing komponen. Komponen
utama kromatografi adalah fasa gerak dan fasa diam dan kromatografi dibagi menjadi
beberapa jenis bergantung pada jenis fasa gerak dan fasa diamnya serta mekanismen
pemisahannya.
Jarak migrasi eluen
(CH3COOH) = 9,0 cm
Salah satu jenis kromatografi adalah kromatografi planar. Mekanisme pemisahan
dengan kromatografi planar prinsipnya sama dengan mekanisme pada kromatografi
kolom. Pemisahan akan terjadi akibat perbedaan laju masing-masing komponen. Ada
dua jenis kromatografi planar yaitu kromatografi kromatografi lapis tipis dan
kromatografi kertas. Perbedaannya terletak pada fasa diamnya. Pada kromatografi
lapis tipis digunakan kertas atau pelat yang terbuat dari silika. Sedangkan adsorben
dalam kromatografi planar adalah kertas saring dan yang biasanya digunakan terbuat
dari bahan selulosa. Cara kerja kromatografi kertas ini adalah sampel yang akan
dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah.
Kemudian dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah.
Fasa gerak (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-
zat ini dapat digunakan. Fasa gerak atau pelarut umumnya merupakan zat-zat yang
mudah menguap dan sifatnya (dalam hal ini kepolarannya) harus berbeda dengan sifat
kertasnya. Namun sebaiknya perbedaan sifat antara fasa gerak atau pelarut dengan
kertasnya tidak terlalu signifikan. Apabila sifat antara fasa gerak atau pelarut dengan
kertasnya sangat berbeda, maka fasa gerak atau pelarut tersebut tidak dapat
membawa komponen-komponen sampel yang akan dianalisis.
Pada praktikum ini fasa gerak atau pelarut yang digunakan adalah CH3COOH atau
Asam Asetat. Penggunaan Asam Asetat ini disebabkan oleh sifatnya yang mudah
menguap sehingga dapat mempercepat laju elusi. Selain itu, Asam Asetat memiliki
kepolaran yang berbeda dengan kertas kromatografi (fasa diam) yang digunakan dan
perbedaannya pun tidak terlalu signifikan. Asam Asetat juga dapat sedikit melarutkan
komponen-komponen yang dipisahkan.
Sesuain dengan prinsip kerja metode kromatografi planar, komponen-komponen
yang memiliki kepolaran mirip dengan fasa gerak atau pelarutnya maka nilai Rf nya
akan semakin besar. Karena dia akan terelusi cukup jauh sehingga jarak migrasinya
akan samakin besar. Hal ini dapat terjadi karena apabila kepolaran komponen mirip
dengan fasa gerak atau pelarut tersebut, maka komponen tersebut akan lama
tertahan oleh fasa gerak atau pelarutnya sehingga dia akan ikut terbawa naik bersama
dengan fasa gerak atau pelarutnya.
Dalam kromatografi planar ada dua jenis elusi, yaitu elusi ascending dan
descending. Pada kromatografi planar dengan elusi ascending, kertas atau pelat
terletak dalam posisi vertikal atau miring dan fasa geraknya ada di sisi bawah kertas
atau pelat sehingga cairan fasa gerak akan bergerak dari bawah ke atas sesuai dengan
prinsip kapilaritas. Sedangkan pada kromatografi descending, fasa gerak terletak di
bagian atas kertas atau pelat, sehingga caira fasa gerak akan bergerak dari atas ke
bawah sesuai dengan hukum gravitasi. Pada saat proses elusi, kertas didalam bejana
diletakkan berdiri dan tidak boleh menyentuh sisi samping bejana. Jika kertas
kromatografi menyentuh dinding bejana, eluen yang menempel di dinding dapat
meresap ke kertas sehingga nilai Rf yang didapat kurang akurat.
Pada percobaan ini terdapat enam jenis reagen yang nantinya akan direaksikan
satu sama lain. Pada percobaan ini, ketiga sampel Ag+ Hg2+ dan Pb2+ direaksikan
dengan larutan Kalium Iodida (KI), Kalium dicromat (K2crO4), dan difenilkarbazid.
Reaksi antara Ag+ dengan KI menghasilkan suatu endapan berwarna putih, Ag+ dengan
K2crO4 menimbulkan endapan merah bata, dan Ag+ dengan difenilkarbazid larutan
tetap bening atau tidak terjadi reaksi. Pada reaksi Hg2+ dengan KI menghasilkan larutan
berwarna oranye, Hg2+ dengan K2crO4 menimbulkan endapan yang juga berwarna
oranye, dan reaksi Hg2+ dengan difenilkerbazin membuat larutan berwarna ungu
kebiruan dan menimbulkan sedikit endapan. Sedangkan pada reaksi Pb2+ dengan
larutan KI menimbulkan endapan berwarna kuning, Pb2+ dengan K2crO4 menimbulkan
endapan berwarna kuning-oranye dan Pb2+ dengan difenilkarbazid memunculkan
endapan putih. Reaksi-reaksi kimia tersebut adalah sebagai berikut
2Ag+ + KI AgI
2Ag+ + K2CrO4 Ag2CrO4
2Ag+ + difenilkarbazid
Hg2+ + 2KI HgI2
2Hg2+ + K2CrO4 Hg2CrO4
Hg2+ + difenilkarbazid endapan biru-ungu
Pb2+ + 2KI PbI2
2Pb2+ + K2CrO4 Pb2CrO4
Pb+ + difenil karbazid endapan putih
Pada praktikum ini diperoleh data Rf masing-masing sampel yang nilainya tidak
terlalu jauh dengan sampelnya, karena perbedaan nilai Rf antara larutan masing-
masing sampel dengan standar hanya berkisar pada bilangan orde -2. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa data Rf yang didapat cukup akurat. Perbedaan nilai Rf sampel
dengan nilai Rf standar kemungkinan disebabkan adanya eluen yang terlarut dalam
sampel atau zat pengotor laain yang jumlahnya sangat sedikit.
VII. Kesimpulan
Nilai Rf dari larutan sampel dan standar adalah
Zat Rf (Retency Factor)
Ag Hg Pb
Standar 0,111 0,756 0,167
Sampel 0,189 0,811 0,189
VIII. Pustaka
Day R. A, Underwood A.L. “Quantitative Analysis”. Prentice Hall Inc. Page 482-486
Skoog D.A, West D.M, Holler F.J. 1996. “Fundamental of Analytical Chemistry”. 7th
Edition. Saunders College Publishing. Page 154-155
http:// www.scimedia.com/chem-ed/sep/chromato.htm
diakses pada 1 Maret 2013 pukul 19:27 WIB