laporan praktikum kromatografi 2.docx

26
laporan praktikum kromatografi 2- arnis farida 2010 Pendahuluan Etanol yang nama lainnya alkohol, aethanolum, etil alcohol, adalah cairan yang bening, tidak berwarna, mudah mengalir, mudah menguap, mudah terbakar, higroskopik dengan karakteristik bau spiritus dan rasa membakar, mudah terbakar dengan api biru tanpa asap. Campur dengan air, kloroform, eter, gliserol, dan hampir semua pelarut organic lainnya. Penyimpanan pada suhu 8-15°C, jauh dari api dalam wadah kedap udara dan dilindungi dari cahaya, serta mempunyai rumus struktur sebagai berikut : CH3-CH2-OH Kromatografi gas adalah teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian, utamanya dari 50 – 300°C. Jika senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada temperatur pengujian, maka senyawa tersebut bisa diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas (Mardoni 2005). Dalam kromatografi gas atau KG, fase gerak berupa gas lembam seperti helium, nitrogen, argon bahkan hidrogen digerakkan dengan tekanan melalui pipa yang berisi fase diam. Tekanan uap atau keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas. Kromatografi gas merupakan metode yang sangat tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat rumit.. Komponen campuran dapat diidentifikasi dengan menggunakan waktu tambat (waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom (Gritter 1991). Metode standar internal dilakukan dengan menggunakan zat standar lain ( S) yang ditambahkan ke dalam larutan standar X dan dalam larutan sampel yang mengandung unsur X yang akan dianalisis dengan konsetrasi yang sama kemudian larutan diukur pada panjang gelombang X dan panjang gelombang S (untuk detektor UV). Kurva kalibrasi dibuat dengan mengalurkan grafik hubungan (Ix/Is) terhadap konsentrasi (Cx) dari kurva tersebut dapat diperoleh harga konsetrasi zat sample yang dianalisis. Keterangan : Ix = intensitas sample pada panjang gelombang maks cuplikan Is = intensitas sample pada panjang gelombang mak zat standar lain Cx = konsentrasi cuplikan Tujuan Percobaan bertujuan memisahkan dan menentukan kadar etanol dengan metode standar internal menggunakan kromatografi gas. Prosedur Pemisahan etanol, larutan standar disiapkan dengan berbagai konsentrasi standar yaitu 1%, 2%, 3% dan 4%. Untuk larutan standar 1% yaitu dipipet 1.25 ml etanol dalam labu takar 25 ml, untuk standar 2% dipipet 2.5 ml etanol, untuk standar 3% dipipet 3.75 ml etanol dan untuk standar dengan konsentrasi 4% dipipet 5 ml etanol. Kemudian pada masing-masing labu takar ditambahkan 5 ml standar internal n-propanol dan ditera dengan akuabides. Untuk sampel dibuat dari 5 ml sampel alkohol dan 5 ml n-propanol lalu ditera dengan akuabides dalam labu takar 25 ml. Selanjutnya sebanyak 2 µl larutan standar dan sampel diinjeksikan kedalam alat kromatografi gas. Ditunggu dan dicatat waktu retensi dan luas puncak dari komponen alkohol yang dianalisis. Hasil Tabel 1 Perbandingan luas area etanol dan n-propanol Konsentrasi standar (%) Luas area Et-OH Luas area Pr-OH Et-OH/Pr-OH 1 1696 5801 0.29 2 26168 71420 0.37 3 111921 152526 0.73 4 66884 62463 1.07 Sampel 1 71984 671357 0.11 Sampel 2 3756 45354 0.08

description

kromatografi

Transcript of laporan praktikum kromatografi 2.docx

laporan praktikum kromatografi 2- arnis farida 2010PendahuluanEtanol yang nama lainnya alkohol, aethanolum, etil alcohol, adalah cairan yang bening, tidak berwarna, mudah mengalir, mudah menguap, mudah terbakar, higroskopik dengan karakteristik bau spiritus dan rasa membakar, mudah terbakar dengan api biru tanpa asap. Campur dengan air, kloroform, eter, gliserol, dan hampir semua pelarut organic lainnya. Penyimpanan pada suhu 8-15C, jauh dari api dalam wadah kedap udara dan dilindungi dari cahaya, serta mempunyai rumus struktur sebagai berikut :CH3-CH2-OHKromatografi gas adalah teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk memisahkan senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian, utamanya dari 50 300C. Jika senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada temperatur pengujian, maka senyawa tersebut bisa diderivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas (Mardoni 2005). Dalam kromatografi gas atau KG, fase gerak berupa gas lembam seperti helium, nitrogen, argon bahkan hidrogen digerakkan dengan tekanan melalui pipa yang berisi fase diam. Tekanan uap atau keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase gerak yang berupa gas. Kromatografi gas merupakan metode yang sangat tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat rumit.. Komponen campuran dapat diidentifikasi dengan menggunakan waktu tambat (waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom (Gritter 1991).Metode standar internal dilakukan dengan menggunakan zat standar lain ( S) yang ditambahkan ke dalam larutan standar X dan dalam larutan sampel yang mengandung unsur X yang akan dianalisis dengan konsetrasi yang sama kemudian larutan diukur pada panjang gelombang X dan panjang gelombang S (untuk detektor UV). Kurva kalibrasi dibuat dengan mengalurkan grafik hubungan (Ix/Is) terhadap konsentrasi (Cx) dari kurva tersebut dapat diperoleh harga konsetrasi zat sample yang dianalisis.Keterangan : Ix = intensitas sample pada panjang gelombang maks cuplikanIs = intensitas sample pada panjang gelombang mak zat standar lainCx = konsentrasi cuplikanTujuanPercobaan bertujuan memisahkan dan menentukan kadar etanol dengan metode standar internal menggunakan kromatografi gas.ProsedurPemisahan etanol, larutan standar disiapkan dengan berbagai konsentrasi standar yaitu 1%, 2%, 3% dan 4%. Untuk larutan standar 1% yaitu dipipet 1.25 ml etanol dalam labu takar 25 ml, untuk standar 2% dipipet 2.5 ml etanol, untuk standar 3% dipipet 3.75 ml etanol dan untuk standar dengan konsentrasi 4% dipipet 5 ml etanol. Kemudian pada masing-masing labu takar ditambahkan 5 ml standar internal n-propanol dan ditera dengan akuabides. Untuk sampel dibuat dari 5 ml sampel alkohol dan 5 ml n-propanol lalu ditera dengan akuabides dalam labu takar 25 ml. Selanjutnya sebanyak 2 l larutan standar dan sampel diinjeksikan kedalam alat kromatografi gas. Ditunggu dan dicatat waktu retensi dan luas puncak dari komponen alkohol yang dianalisis.HasilTabel 1 Perbandingan luas area etanol dan n-propanolKonsentrasi standar (%) Luas area Et-OH Luas area Pr-OH Et-OH/Pr-OH1 1696 5801 0.292 26168 71420 0.373 111921 152526 0.734 66884 62463 1.07Sampel 1 71984 671357 0.11Sampel 2 3756 45354 0.08Sampel 1 :y = a + bx0.11 = -0.06 + 0.27xx = 0.6296 %x . FP = 0.6296 . 5 = 3.1481%Sampel 2 :y = a + bx0.08 = -0.06 + 0.27xx = 0.5185 %x . FP = 0.5185 . 5 = 2.5925%x rata-rata = (3.1481% + 2.5925%) /2 = 2.8703%PembahasanTerdapat tiga metode analisis kuantitatif dengan menggunakan kromatografi gas, yaitu metode standar kalibrasi, metode standar internal, dan metode normalisasi area. Pada percobaan digunakan metode standar internal dengan menambahkan standar internal yaitu n-propanol kedalam standar etanol. Metode standar internal atau standar dalam, yaitu metode yang digunakan apabila tinggi dan luas peak kromatografi tidak hanya dipengaruhi oleh banyaknya contoh, tetapi juga oleh fluktuasi laju aliran gas pengemban, temperatur kolom dan detektor, dan sebagainya, yaitu oleh variasi faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan dan respon detektor. Efek tersebut dapat dihilangkan dengan metode standar internal yang diketahui dari zat pembanding ditambah sampel yang akan dianalisis.Syarat untuk standar internal yang efektif, yaitu pertama harus menimbulkan peak yang terpisah sepenuhnya, tapi harus terelusi dengan komponen-komponen yang akan diukur. Kedua, tinggi atau luas peak harus sama dengan tinggi atau luas peak dari komponen-komponen yang akan diukur. Ketiga, secara kimiawi harus serupa dengan sampel, tapi tidak diperoleh dalam sample aslinya. Untuk menganalisis sampel, pada campuran/cuplikan sampel ditambahkan standar internal n-propanol dengan kuantitas dan volume yang sama yaitu 5 ml, maka dari angka banding akan teramati luas-luas peak dan konsentrasi zat terlarut yang dapat dibaca pada kurva. Angka banding untuk standar 1%, 2%, 3%, dan 4% masing-masing sebesar 0.29, 0.37, 0.73, dan 1.07. Angka banding untuk sampel pertama sebesar 0.11 dan untuk sampel kedua sebesar 0.08. Dari angka banding tersebut dibuatlah kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi standar dalam persen dan rasio (angka banding). Kurva kalibrasi yang dihasilkan dari injeksi sejumlah standar etanol menghasilkan suatu garis lurus dengan nilai r (kelinieran) yaitu 0.9445. Kurva yang diperoleh tidak terlalu baik. Kurva yang baik memiliki nilai r antara 0.99-1.00.Metode standar internal berfungsi mengeliminasi kesalahan dalam proses injeksi dalam kromatografi gas. Injeksi memiliki kemungkinan kesalahan yang besar. Saat sebelum cuplikan mencapai detektor, cuplikan sudah menguap terlebih dahulu sehingga yang masuk kedalam kolom sudah berkurang. Seperti dalam percobaan, luas area standar 2% jauh lebih besar dibandingkan luas area standar 1%, hal ini dapat dikarenakan kesalahan saat injeksi (valve dan saat penginjeksian cuplikan sudah menguap). Detektor yang lebih sering digunakan adalah FID (Flame Ionization Detector). FID juga memiliki kekurangan, yaitu pengrusakan setiap hasil yang keluar dari kolom sebagaimana yang terdeteksi. Jika akan mengrimkan hasil ke spektrometer massa, misalnya untuk analisa lanjut, detektor ini tidak dapat digunakan.SimpulanDari hasil percobaan diperoleh kesimpulan bahwa kadar etanol dalam sampel sebesar 2.8703%.Daftar PustakaGritter. 1991. Kromatografi. Bandung : Penerbit ITB.Khopkar S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas IndonesiaPress.Mardoni, M.M.Yetty Tjandrawati . 2005. Jurnal Perbandingan Metode Kromatografi Gas Dan Berat Jenis Pada Penetapan Kadar Etanol Dalam Minuman Anggur.Underwood AL dan Day RA. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Sopyan lis,penerjemah. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Quantitative Analysis.

Laporan Praktikum Pemisahan KimiaSenin, 23 Desember 2013Pemisahan Pigmen dalam TintaPERCOBAAN IIIPEMISAHAN PIGMEN DALAM TINTAI.Tujuan PercobaanUntuk memisahkan dan mengidentifikasi zat warna dalam tinta secara kromatografi dengan kapur tulis.

II.Tinjauan PustakaIstilah kromatografi berasal dari kata latinchromaberarti warna dangraphienberarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswestt (1903) seorang ahli botani Rusia. Michael Tswestt dalam percobaannya berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat (CaCO3). Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan. Dari pita-pita berwarna tersebut muncul istilah kromatografi yang berasal dari katachromadangraphein(Alimin, 2009).Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, di mana komponen-komponen yang dipisahkan didistribusikan di antara dua fasa, salah satu fasa tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut di sepanjang landasan stasioner. Fasa stasioner bisa berupa padatan maupun cairan, sedangkan fasa bergerak bisa berupa cairan maupun gas (Day, R.A., 1999).Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-molekul komponen di antara dua fase (fase gerak dan fase diam) yang kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul komponen berinteraksi secara lemah dengan fase diam maka komponen tersebut akan bergerak lebih cepat meninggalkan fase diam. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada daya interaksi komponen-komponen campuran dengan fase diam dan fase gerak. Apabila dua atau lebih komponen memiliki daya interaksi dengan fase diam atau fase gerak yang hampir sama maka komponen-komponen tersebut sulit dipisahkan (Hendayana, 1994).Menurut Mulja (1995), berdasarkan asas terjadinya proses pemisahan maka kromatografi dibedakan menjadi 4, yaitu:1.Kromatografi dengan asas adsorpsiKromatografi jenis ini menggunakan fasa diam padat dan fasa gerak cair atau gas. Pemisahan komponen-komponennya akan sangat bergantung pada perbedaan polaritas molekul-molekul yang akan dipisahkan.2.Kromatografi dengan asas partisiKromatografi jenis ini memakai fasa diam cair dan fasa gerak cair. Pemisahan komponen-komponen akan sangat tergantung pada perbedaan Kd (Koefisien distribusi) molekul-molekul yang dipisahkan.3.Kromatografi dengan asas filtrasiKromatografi jenis ini memakai fasa padat yang mempunyai sifat filtrasi terhadap komponen yang mempunyai massa molekul relatif (Mr) yang tinggi dan fasa padat tersebut dimiliki oleh gel atau sejenisnya sedangkan fasa geraknya adalah cairan. Kromatografi dengan dasar filtrasi ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan bentuk (struktur dan ukuran molekul).4.Kromatografi dengan asas suhu kritikPada dasarnya merupakan pengembangan dari kromatografi gas, sebagai fasa mobil dipakai CO2dalam keadaan superkritik. Secara teori, pemisahan kromatografi yang paling baik akan diperoleh jika fase diam mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya sehingga terjadi keseimbangan yang baik antara fase gerak dan fase diam. Persyaratan kedua agar pemisahan baik adalah fase gerak bergerak dengan cepat sehingga difusi yang terjadi sekecil-kecilnya. Untuk memperoleh permukaan fase diam yang luas, maka penyerap atau fase diam harus berupa serbuk halus. Sedangkan untuk memaksa fase gerak bergerak cepat melalui fase diam yang berupa serbuk halus, harus digunakan tekanan tinggi. Persyaratan tersebut menghasilkan teknikhigh pressure liquid chromatography, yang selanjutnya lebih dikenal sebagaihigh performance liquid chromatography(HPLC) atau kromatografi cair kinerja tinggi.Menurut Sulistiani (2013), berdasarkan teknik kerja yang digunakan, kromatografi terbagi atas:1.Kromatografi kertasKromatografi kertas adalahkromatografi yang menggunakan kertas selulosa murni yang mempunyai afinitas besar terhadap air atau pelarut polar lainnya.Kromatografi kertasdigunakan untukmemisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya.Prinsip kerja kromatografi kertasPelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna.Cara penggunaan kromatografi kertasKertas yang digunakan adalah Kertas Whatman No.1.Sampel diteteskan pada garis dasar kromatografi kertas.Kertas digantungkan pada wadah yang berisi pelarut dan terjenuhkan oleh uap pelarut.Penjenuhan udara dengan uap, menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas.2.Kromatografi kolomKromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkankomponen-komponen dalam campuran.PrinsipkerjakromatografikolomDidasarkan padaabsorbsi komponen2 campuran dengan afinitas berbeda terhadap permukaan fase diam.Absorben bertindak sebagaifase diam dan fase geraknya adalah cairan yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom.Sampel yang mempunyai afinitas besar terhadap absorben akan secara selektif tertahan dan afinitasnya paling kecil akan mengikuti aliran pelarut.CarapenggunaankromatografikolomSampel yang dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui atas kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben (bahan penyerap).Komponen dalam sampel diadsorbsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom.Dengan penambahan pelarut secara terus menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom dan akan terbentuk pita yang setiap zona berisi satu macam komponen.Setiap zona yang keluar kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum zona yang lain keluar kolom.3.Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis (KLT) adalahcara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang digunakan.Kromatografi lapis tipisdapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas.Prinsip kerjakromatografilapistipisKLT menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam.Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna.Cara PenggunaankromatografilapistipisPada cara penggunaan KLT hampir sama dengan penggunaan Kromatografi kertas, hanya saja pada KLT fase diamnya menggunakan plat gelas/ logam/ Aluminium foil sedangkan pada kromatografi kertas menggunakan kertas saring.

4.Kromatografi gasKromatografi gas adalahproses pemisahan campuran menjadi komponen- komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam.Prinsip kerja kromatografi gasGas pembawa (biasanya menggunakan helium, argon / nitrogen) dengan tekanan tertentun dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam.Komponen sampel akan terabsorbsi oleh fase diam dengan kecepatan berbeda.CarapenggunaankromatografigasSampel diinjeksikan ke injektor yang suhunya telah diatur.Setelah sampel menjadi uap, akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom.Sehingga komponen akan terabsorbsi oleh fase diam sampai terjadi pemisahan.Komponen yang terpisah menuju detektor akan menghasilkan sinyal listrik yang besarnya proporsional.Sinyal listrik tersebut akan diperkuat oleh amplifier. Kromatogram akan dicatat oleh rekorder berupa puncak.Faktor retardasi (Rf) merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram dan pada kondisi tetap merupakan besaran karakteristik dan reproduksibel. Rf didefinisikan sebagai perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut (fase bergerak) (Yasid, 2005).

III.Alat dan Bahan3.1AlatAlat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain gelas kimia, kaca arloji, pensil dan penggaris.3.2BahanBahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain tinta hitam, tinta merah, tinta biru, eluen (etanol 95%-air = 1:1) dan kapur tulis.

IV.Prosedur KerjaMeneteskan satu tetes tinta hitam dengan jarak 1 cm dari ujung bawah pada kapur tulis, mengusahakan bintik tersebut sekecil mungkin ( 2mm). Mengulangi perlakuan tersebut dengan menggunakan tinta merah dan tinta biru pada kapur tulis lainnya. Kemudian meletakkan ketiga kapur tulis tersebut di atas larutan dalam gelas kimia yang berisi campuran eluen. Bagian kapur yang ada bintiknya harus ada di bawah, namun tidak sampi tercelup eluen. Setelah itu menutup gelas kimia dengan kaca arloji. Selanjutnya mengeluarkan kapur tersebut setelah eluen merambat naik sampai hampir di ujung kapur tulis, dan memberi batas eluen lalu mengeringkannya di udara. Mengamati hasilnya dan menghitung Rf-nya.

V.Hasil dan Pembahasan5.1Hasil PengamatanNo.Kromatografi Kapur Tulis

Jenis TintaEluenAnalitRf

1Tinta hitam6,1 cm6 cm0,98

2Tinta merah6,0 cm3,6 cm0,52

3Tinta biru6,3 cm3,3 cm0,52

5.2Analisis DataDiketahui:Jarak analit:Tinta hitam = 6 cmTinta merah = 3,1 cmTinta biru = 3,3 cmJarak eluen:Tinta hitam = 6,1 cmTinta merah = 6,0 cmTinta biru = 6,3 cmDitanya: Rf tinta hitam, tinta merah dan tinta biru = ....?Penyelesaian:Rf (Retordation Factor/Rate of Flow)

= 0,98

= 0, 52

= 0,52

5.3PembahasanKromatografi merupakan pemisahan berdasarkan kecepatan migrasi melalui fase diam (stationer phase) yang dibawa oleh fase gerak (mobile phase). Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Kromatografi mempunyai dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Apabila fase diamnya zat padat disebut kromatografi serapan, dan jika fase diamnya zat cair disebut kromatografi partisi.Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan dan mengidentifikasi pigmen dalam tinta dengan menggunakan metode kromatografi kapur tulis. Ada 3 macam tinta yang digunkan, yaitu tinta hitam, tinta merah dan tinta biru.Percobaan ini menggunakan metode kromatografi serapan (absorbsi), di mana kapur tulis bertindak sebagai fase diam dan eluen (etanol 95%-air = 1:1). Sebagai fae geraknya, dengantinta ebagai analit. Prinsip kerjanya didasarkan pada absorbsi komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda terhadap permukaan fase diam. Absorben bertindak sebagai fase diam dan fase geraknya adalah cairan yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang absorben. Sampel yang mempunyai afinitas besar terhadap absorben akan secara selektif tertahan dan afinitasnya paling kecil akan mengikuti aliran pelarut (Sulistiani, 2013). Afinitas merupakan kecenderungan suatu unsur atau senyawa untuk membentuk ikatan kimia dengan unsur atau senyawa lain.Langkah awal yang dilakukan pada percobaan ini yaitu mengukur jarak 1 cm pada tiap ujung kapur. Digunakan 3 buah kapur pada percobaan ini, sesuai banyaknya jenis tinta yang akan digunakan. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui jarak eluen pada masing-masing kapur, yaitu jarak antara kedua garis pada ujung kapur yang telah diukur tadi. Setelah itu meneteskan masing-masing tinta pada kapur tulis, yaitu pada bagian garis yang telah dibuat tadi. Titik yang dibuat harus sekecil mungkin ( 2 mm), agar pada saat perambatan, analit yang terbawa oleh eluen tidak berhamburan sehingga pengukuran jarak analit lebih mudah dilakukan (Kasman, 2010). Kemudian ketiga kapur yang telah ditetesi tinta yang berbeda tersebut dimasukkan dalam ebuah gelas kimia berisi eluen. Kapur dimasukkan dari bagian ujung bawahnya, namun tinta tidak boleh tercelup ke dalam eluen karena jika tercelup tinta akan langsung larut. Setelah itu didiamkan hingga eluen merambat sampai hampir di ujung kapur. Pada saat melakukan pendiaman, gelas kimia ditutup, dengan tujuan untuk menjenuhkan atmosfer dalam gelas kimia oleh uap pelarut/eluen. Penjenuhan udara dalam gelas kimia menghentikan penguapan pelarut, dikarenakan eluen yang digunakan merupakan campuran senyawa organik yang mudah menguap (Kasman, 2010). Pada metode kromatografi, terdapat 2 buah gaya merambat, yaiut gaya gravitasi dan gaya kapiler. Perlakuan ini melibatkan gaya merambat kapiler, yaitu gaya merambat ke atas yang terjadi pada eluen dengan membawa molekul analit. Kemudian kapur dikeluarkan dari gelas kimia dan dikeringkan, agar batas perambatan tinta lebih mudah diamati. Sealanjutnya jarak analit (jarak perambatan tinta) diukur lalu dihitung Rf-nya dengan rumus:

Nilai Rf digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi.Dari hasil perhitungan maka diperoleh nilai Rf untuk tinta hitam dengan jarak analit 6 cm dan jarak eluen 6,1 cm yaitu 0,98, tinta merah dengan jarak analit 3,1 cm dan 6,0 cm yaitu 0,52, sedangkan untuk tinta biru dengan jarak analit 3,3 cm dan jarak eluen 6,3 cm yaitu 0,52.Hasil tersebut menunjukkan panjang ukuran noda (analit) berbanding lurus dengan nilai Rf. Dengan kata lain, semakin panjang ukuran noda analit maka semakin besar pula nilai Rf yang diperoleh. Nilai Rf yang sama menunjukkan karakteristik yang sama antara kedua analit. Menurut Day, R.A (1999), faktor yang mempengaruhi daya serap absorben yaitu sifat komponen, sifat absorben dan temperatur. Jika semua faktor lainnya sama, semakin polar suatu komponen/senyawa maka semakin kuat senyawa tersebut akan diabsorbsi; jika faktor-faktor lain sama, berat molekul yang besar menyebabkan absorbsi; semakin polar zat pelarut, semakin besar kecenderungannya untuk menguji tempat-tempat pada permukaan yang diperebutkan dengan zat terlarut, dan oleh sebab itu zat terlarut akan kurang diabsorbsi. Absorben-absorben yang paling lazim adalah zat padat yang secara kasar dapat dikarakterisasi sebagai polar. Absorben-absorben seperti itu memperlihatkan afinitas yang tinggi terhadap zat terlarut polar, terutama jika polaritas dari zat terlarut tersebut rendah. Selain itu juga dapat dipengaruhi afinitas analit, di mana analit dengan afinitas besar akan lebih banyak tertahan sehingga nilai Rf kecil. Untuk temperatur, daya serap meningkat seiring dengan menurunnya temperatur.Menurut Clark (2012), nilai Rf untuk tinta dengan eluen etanol yaitu 0,5-0,8. Hasil yang diperoleh pada tinta merah dan biru sudah sesuai, namun nilai Rf pada tinta hitam tidak sesuai, kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas.Selain kromatografi dengan kapur tulis, juga terdapat metode kromatografi lainnya, yaitu kromatografi kertas. Menurut Khlepone (2012), kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan kromatografi partisi (kromatografi cair-cair) yang menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fase diam. Dalam kromatografi kertas fase diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fase diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang terabsorbsi dalam selulosa kertas, sedangkan fase garak berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak di sepanjang kolom kapiler. Menurut Hendayana (1994), dibandingkan dengan kromatografi dengan kapur tulis, metode kromatografi kertas memiliki kelebihan. Selain karena metodenya sederhana dan lebih mudah dilakukan, penerapan kromatografi kertas sangat luas, mengingat banyak sekali senyawa polar yang dapat dipisahkan dengan teknik ini, dan faktor kapasitas dan selektivitasnya dapat diatur dengan memanipulasi komposisi fase gerak dalam air.

VI.Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:1.Kromatografi adalah proses pemisahan berdasarkan kecepatan migrasi melalui fase diam yang dibawa oleh fase gerak.2.Kromatografi dengan kapur tulis merupakan kromatografi serapan dengan fase diam zat padat dan fase geraknya zat cair, dalam percobaan ini fase diamnya kapur tulis dengan fase gerak eluen (etanol 95%-air = 1:1).3.Rf atau faktor retardasi/faktor retensi adalah perbandingan antara jarak yang ditempuh analit dengan jarak yang ditempuh eluen.4.Nilai Rf yang diperoleh untuk tinta hitam, merah dan biru berturut-turut adalah 0,98; 0,52; dan 0,52.5.Jika dibandingkan dengan kromatografi kapur tulis, kromatografi kertas memiliki kelebihan, di antaranya waktu pengerjaannya lebih cepat dan sederhana.

DAFTAR PUSTAKAAlimin. 2009.Kimia Analitik. UIN Alauddin. Makassar.Clark, Jim. 2012.Kromatografi Kapur Tulis. http://yvnz.blogspot.com. Diakses pada 14 November 2013. Palu.Day, R.A dan A.L Underwood. 1999.Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.Hendayana, Sumar. 1994.Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.Kasman. 2010.Fotometrik. SMAK. Makassar.Khlepone. 2012.Mengenal Kromatografi. http//bisakimia.com. Diakses pada 14 November 2013. Palu.Mulja. 1995.Kimia Analitik. Erlangga. Jakarta.Sulistiani, eva. 2013.Kromatografi.http://evasulistiani.blogspot.com. Diakses pada 14 November 2013.Palu.Yasid, Estien. 2005.Kimia Fisika untuk Paramedis. ANDI. Yogyakarta. fessenden

Jadwal PersibTUNJUKKAN JADWAL BERDASARKANSemua KompetisiPersibRabu, 18 Maret 2015

15:00Persibvs.Lao Toyota

Sabtu, 04 April 2015

15:30Persibvs.Semen Padang

Selasa, 07 April 2015

15:30Persibvs.Pelita Bandung Raya

Rabu, 15 April 2015

18:00Lao Toyotavs.Persib

Minggu, 19 April 2015

15:30PSMvs.Persib

Rabu, 22 April 2015

15:30Persiba Balikpapanvs.Persib

Rabu, 29 April 2015

18:00New Radiantvs.Persib

Minggu, 03 Mei 2015

15:30Sriwijayavs.Persib

Minggu, 10 Mei 2015

15:30Persibvs.Persebaya Surabaya

Rabu, 13 Mei 2015

Persibvs.Ayeyawady United

Minggu, 17 Mei 2015

15:30Persibvs.Gresik United

Jumat, 19 Juni 2015

19:00Perseru Seruivs.Persib

Selasa, 23 Juni 2015

19:00Persipuravs.Persib

Sabtu, 27 Juni 2015

21:00Persibvs.Bali United

Rabu, 01 Juli 2015

21:00Persibvs.Persiram

Minggu, 05 Juli 2015

21:00Perselavs.Persib

Kamis, 09 Juli 2015

21:00Aremavs.Persib

Sabtu, 25 Juli 2015

15:30Persibvs.Persija

Rabu, 29 Juli 2015

15:30Persibvs.Barito Putera

Senin, 03 Agustus 2015

19:00Pusamania Borneovs.Persib

Jumat, 07 Agustus 2015

15:30Mitra Kukarvs.Persib

Selasa, 18 Agustus 2015

15:30Persibvs.Mitra Kukar

Jumat, 21 Agustus 2015

15:30Persibvs.Pusamania Borneo

Jumat, 28 Agustus 2015

15:30Persijavs.Persib

Senin, 31 Agustus 2015

19:00Barito Puteravs.Persib

Rabu, 09 September 2015

15:30Persibvs.Persela

Sabtu, 12 September 2015

15:30Persibvs.Arema

Minggu, 20 September 2015

15:30Persiramvs.Persib

Rabu, 23 September 2015

15:30Bali Unitedvs.Persib

Kamis, 01 Oktober 2015

15:30Persibvs.Perseru Serui

Minggu, 04 Oktober 2015

15:30Persibvs.Persipura

Rabu, 14 Oktober 2015

15:30Gresik Unitedvs.Persib

Sabtu, 17 Oktober 2015

19:00Persebaya Surabayavs.Persib

Sabtu, 24 Oktober 2015

15:30Persibvs.Sriwijaya

Selasa, 03 November 2015

15:30Persibvs.Persiba Balikpapan

Jumat, 06 November 2015

15:30Persibvs.PSM

Kamis, 19 November 2015

Pelita Bandung Rayavs.Persib

Senin, 23 November 2015

Semen Padangvs.Persib

Semua waktu kick-off tercantum dalam WIB