Laporan Kopi
description
Transcript of Laporan Kopi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi merupakan komoditi perkebunan andalan Indonesia, yang diusahakan
oleh perkebunan negara, swasta maupun rakyat. Pengolahan kopi secara basah
menghasilkan limbah kulit buah, yang sering menyebabkan pencemaran
lingkungan. Praktisi industry pengolahan kopi hanya menjadikan kulit buah kopi
sebagai kompos.
Tanaman kopi (Coffea sp.) termasuk familia Rubiaceae dan merupakan
tanaman tropis yang banyak diperdagangkan di dunia. Diperdagangan dunia
dikenal dua macam kopi, yaitu kopi Arabica dan Robusta. Di Indonesia kopi
Robusta paling banyak yaitu mencapai 87,1% dari tota produksi kopi Indonesia.
Sebagian besar hasil produksi kopi masuk dalam perdagangan ekspor, dengan
Negara tujuan Amerika Serikat, Jerman, dan Singapura (Aak, 2002)
Di Indonesia kopi diperdagangkan dalam bentuk kopi biji, kopi sangrai, kopi
bubuk, kopi instan, dan bahan makanan lain yang mengandung kopi. Produk kopi
herbal merupakan salah satu diversifikasi produk olahan kopi yang ada di pasaran.
Pembuatan kopi yang dicampur dengan herbal bertujuan untuk memperoleh
aroma dan cita rasa baru dan memperoleh kelebihan lainnya, seperti efek yang
baik bagi kesehatan.
Produksi kopi di Indonesia saat ini mencapai 600.000 ton per tahun. Lebih
dari 80 persen produksi tersebut berasal dari perkebunan rakyat. Proses
pengolahan kopi di Indonesia kebanyakan dilakukan oleh industri rumah tangga
yang masih menggunakan teknologi yang sederhana. Akibatnya produk kopi kita
hanya laku dipasar dalam negeri dan tidak mampu bersaing dengan produk kopi
dari negara lain seperti Brazil.
Bagi petani, kopi bukan hanya sekedar minuman segar dan berkhasiat, tetapi
juga mempunyai arti ekonomi yang cukup penting. Sejak puluhan tahun yang lalu
kopi telah menjadi sumber nafkah bagi banyak petani. Tanpa pemeliharaan yang
khusus pun tanaman kopi sudah bisa memberikan hasil yang cukup lumayan
untuk menambah penghasilan.
Budidaya kopi dengan teknik penanaman yang benar akan mendapatkan hasil
yang lebih memuaskan. Kopi menghendaki kesesuaian lingkungan yang khusus
agar dapat berkembang dengan baik, sehingga harga kopi dipasaran cukuplah
tinggi. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan kualitas yang baik, sekarang
para pengelola kopi banyak menggunakan teknologi modern.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis kopi di Indonesia.
2. Untuk mengetahui proses pengolahan kopi.
3. Untuk mengetahui kesesuaian lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan tanaman kopi.
4. Untuk mengetahui mutu biji kopi berdasarkan SNI.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis-jenis kopi yang ada di Indonesia
Ada 3 jenis kopi yang banyak ditanam, yaitu kopi Arabika, kopi Robusta,
dan kopi Liberika. Kopi Arabika memiliki sensitivitas tinggi terhadap serangan
penyakit Hemelia vastatrix (HV) dibandingkan kopi jenis Robusta dan
Liberika.Berikut penjelasan lebih lengkap dari ketiga jenis kopi tersebut (Anonim,
2011).
a. Kopi Arabika
Kopi ini menghendaki tumbuh di daerah dengan ketinggian 700-1700m
dpl, dengan suhu 16-200C.Dengan bulan kering 3 bulan/tahun pada waktu
berbunga dan saat pemetikan.Kopi jenis ini sangat peka terhadap serangan
penyakit Hemelia vastatrix (HV). Rata-rata produksi sedang 4,5-5 kuintal kopi
beras/ha/tahun. Namun memiliki kualitas dan harga yang relatif lebih tinggi dari
kopi lainnya.Bila dikelola secara intensif produksinya bisa 15-20 kuintal/ha/tahun
dengan rendemen 18%.
b. Kopi Liberika
Kopi jenis Liberika agak peka terhadap serangan penyakit Hemelia
vastatrix (HV) dengan kualitas buah relatif rendah.Produksi kopi jenis ini sedang
4-5 kuintal/ha/tahun dengan rendemen 12%.Tanaman ini berbuah sepanjang tahun
dan tumbuh baik di dataran rendah.
c. Kopi Robusta
Kopi jenis ini tergolong resisten terhadap penyakit Hemelia vastatrix (HV)
dan tumbuh sangat baik pada ketinggian 400-700 dpl, masih toleran pada
ketinggian kurang dari 400 m dpl, suhu 21-240C. Produksi kopi jenis ini lebih
tinggi dibandingkan jenis kopi yang lainnya yaitu 9-13 kuintal/ha/tahun, bahkan
bila lebih intensif bisa mencapai 20 kuintal/ha/tahun dengan rendemen
22%.Namun kualitas buah lebih rendah dari kopi arabika.
2.2 Proses pengolahan kopi
Pada prinsipnya pengolahan kopi bertujuan memisahkan biji kopi dari daging
buah, kulit tandung, dan kulit ari. Secara garis besar terdapat dua cara pengolahan
kopi, yaitu pengolahan kopi kering dan pengolahan kopi basah. Di perkebunan-
perkebunan besar, kopi biasanya diolah secara basah, sebaliknya sebagian besar
kopi rakyat diolah secara kering.
Buah kopi dipetik dari batangnya setelah tanaman berumur kurang lebih 3
tahun. Lalu dijemur hingga kering. Pengeringan dapat dilakukan melalui panas
matahari, dan mesin pengering. Bagi pengering kopi berkapasitas kecil sebaiknya
pengeringan dilakukan dengan penjemuran di atas tikar atau plastik. Lama
penjemuran memakan waktu 2 – 3 minggu.
Pengolahan kopi yang dilakukan pada perusahaan kopi meliputi:
1. Sortasi
Tahap sortasi bertujuan untuk memisahkan kopi merah dengan kopi yang
hampa dan yang terserang bubuk. Sortasi yang dilakukan merupakan sortasi
basah berdasarkan beda berat jenis. Biji kopi yang dipakai merupakan biji
kopi yang memiliki berat jenis yang baik, ditunjukkan dengan tenggelamnya
biji kopi di dalam air pada bak sortasi.
2. Pengupasan Kulit
Tahap ini bertujuan untuk melepaskan kulit buah dari kulit tanduk dan biji
kopi. Pengupasan kulit ini dapat dilakukan dengan alat Vis Pulper dan Raung
Pulper. Pengupasan kulit dilakukan oleh pisau yang berputar dengan
kecepatan tertentu.
3. Pengeringan
Bertujuan untuk mengurangi kadar air kopi sehingga aman untuk disimpan,
kadar air optimal 10-13%. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara
penjemuran atau dengan pengeringan mekanis (Vis Dryer). Secara mekanis
dilakukan dengan dua tahap pengeringan, yaitu tahap I dengan suhu 100oC dan
tahap II dengan suhu 50-60oC
4. Pemecahan Kulit Tanduk
Tahap ini bertujuan untuk memisahkan biji kopi kering dari kulit tanduk dan
kulit arinya. Pemecahan kulit tanduk dapat dilakukan dengan mesin yang
mempunyai mata pisau yang berputar dengan kecepatan tertentu.
5. Penyangraian
Penyangraian dilakukan untuk menghasilkan warna dan aroma yang
diinginkan dari biji kopi. Dalam tahap penyangraian terjadi reaksi
karamelisasi dan pengembangan biji kopi (Swelling), terjadi penguapan
senyawa-senyawa pembentuk aroma yang mudah menguap, terjadinya
denaturasi protein sehingga membentuk asam-asam amino pembentu aroma.
Penyangraian dilakukan dengan mesin pemanas yang berputar.
6. Penggilingan
Tahap penggilingan dilakukan untuk mendapatkan bentuk bubuk dari biji
kopi. Penggilingan dilakukan dengan alat impact mill. Setelah penggilingan
langsung dilakukan pengemasan.
Proses pengolahan kopi
Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering yang
sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit arinya, butiran biji kopi
yang demikian ini disebut kopi beras (coffea beans) atau market koffie. Kopi
beras berasal dari buah kopi basah yang telah mengalami beberapa tingkat proses
pengolahan. Secara garis besar dan berdasarkan cara kerjanya, maka terdapat dua
cara pengolahan buah kopi basah men.iadi kopi beras, yaitu yang disebut
pengolahan buah kopi cara basah dan cara kering. pengolahan buah kopi secara
basah biasa disebut W.I..B. (West lndische Bereiding), sedangkan pengolahan
cara kering biasa disebut O.I.B (Ost Indische Bereiding). Perbedaan pokok dari
kedua cara tersebut diatas adalah pada cara kering pengupasan daging buah, kulit
tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi gelondong), sedangkan cara
basah pengupasan daging buah dilakukan ketika masih basah.
Penyangraian Kopi
Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini
merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam biji
kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak
senyawa organik calon pembentuk citarasa dan aroma khas kopi. Waktu sangai
ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau sering disebut derajad sangrai.
Makin lama waktu sangrai, warna biji kopi sangrai mendekati cokelat tua
kehitaman.
Secara laboratoris tingkat kecerahan warna biji kopi sangrai diukur dengan
pembeda warna lovibond. Biji kopi beras sebelum disangrai mempunyai warna
permukaan kehijauan.sebelum proses penyangraian kopi dicuci dahulu kemudian
ditiriskan selama 12 jam untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam kopi.
Sedangkan tujuan dari pencucian adalah untuk membersihkan bahan baku dari
kotoran, meningkatkan kualitas produk dan memisahkan bahan baku yang kurang
bagus . Lama penyangraian adalah 3 jam, waktu tersebut sangat lah efektif untuk
menghasilkan sangraian yang baik. Dan selama proses penyangraian sebaiknya
diaduk dengan teratur karena apabila tidak kopi akan gosong. Dalam satu kali
penggorengan bisa mencapai 50 kg tergantung besarnya alat penyangraian. Suhu
yang digunakan pada proses penyangraian adalah muali dari 100º - 175º kembali
lagi ke suhu 100º - 50º. Didalam alat penyangrai terdapt baling – baling yang
melintang yang berfungsi untuk meratakan proses penyangraian. Setelah proses
sangrai selesai, biji kopi harus segera didinginkan didalam bak pendingin.
Pendinginan yang kurang cepat dapat menyebabkan proses penyangraian berlanjut
dan biji kopi menjadi gosong ( over roasted ). Pendinginan dilakukan dengan
melewatkan udara lingkungan dengan laju aliran 600 m3 per jam kedalam massa
biji kopi. Selam pendinginan biji kopi diaduk secara manual agar proses
pendinginan lebih cepat dan merata. Selain itu, proses ini juga berfungsi untuk
memisahkan sisa kulit ari yang terlepas dari biji kopi saat proses sangria dan juga
agar pada saat penggilingan tidak terjadi penggumpalan pada bubuk kopi. Ada 2
proses penyangraian yaitu :
1. Proses biji basah
Proses tanpa adanya pengeringa setelah biji kopi dicuci kemudian ditiriskan
selama 12 jam kemudian disangrai.
2. Proses biji kering,
Proses dengan adanya pengeringan menggunakan oven. Setelah biji kopi
dicuci kemudian dilakukan proses pengeringan menggunakan oven. Bahan
bakar yang dipakai pada proses penyangraian adalah kayu bakar agar
menghemat BBM dan aroma kopi pun lebih tercium. Kayu yang baik adalah
kayu kopi.
Perubahan Kimiawi Biji Kopi Sangrai
Salah satu perubahan kimiawi biji kopi selama penyangraian dapat dimonitor
dengan perubahan nilai pH. Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis
senyawa volatil seperti aldehida, furfural, keton, alkohol, ester, asam format, dan
asam asetat yang mempunyai sifat mudah menguap. Makin lama dan makin tinggi
suhu penyangraian, jumlah ion H+ bebas didalam seduhan makin berkurang secara
signifikan.
Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk
citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Selam
penyangraian beberapa senyawa gula akan terkaramelisasi menimbulkan aroma
khas. Senyawa yang menyebabkan rasa sepat atau rasa asam seperti tanin dan
asam asetat akan hilang dan sebagian lainnya akan bereaksi dengan asam amino
membentuk senyawa melancidin yang memberikan warna cokelat. Ciri – ciri
apabila kopi tersebut sudah matanga adalah aromanya tercium sangat tajam,
asapnya berwarna putih.
Penghalusan Biji Kopi Sangrai
Biji kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai diperoleh butiran
kopi bubuk dengan ukuran tertentu. Butiran kopi bubuk mempunyai luas
permukaan yang relatif besar dibandingkan jika dalam keadaan utuh. Dengan
demikian, senyawa pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah larut
kedalam air penyeduh.
Rendemen Kopi Bubuk
Rendemen adalah perbandingan antara berat kopi bubuk dibandingkan berat
kopi beras. Selam penyangraian, berat biji kopi menyusut karena penguapan air
dan senyawa – senyawa volatil serta pelepasan kulit ari. Bersamaan dengan
penguapan air, beberapa senyawa volatil yang terkandung didalam biji kopi
seperti aldehid, furfural, keton, alkohol dan ester ikut teruapkan. Biji kopi
mengembang ( swelling ) dan berpori – pori.
Penurunan berat biji kopi selama penyangraian menyebabkan nilai rendemen
berkurang sesuai dengan derajad sangrainya. Nilai rendemen tertinggi yaitu 81 %
diperoleh pada derajad sangrai ringan dan terendah yaitu 76 % dengan derajad
sangrai gelap. Selain karena proses sangrai, susut berat juga terjadi selama proses
penghalusan karena partikel bubuk yang sangat halus terbang kelingkungan akibat
gaya sentrifugal putaran pemukul mesin penghalus.
2.3 Kesesuaian lingkungan yang mempengaruhi perkembangan tanaman kopi
Seperti halnya tanaman yang lain, pertumbuhan dan perkembangan tanaman
kopi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap tanaman kopi antara lain adalah ketinggian tempat, curah
hujan, sinar matahari, angin, dan tanah.
1. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat berpengaruh pada suhu. Faktor suhu inilah yang
berpengaruh langsung tehadap pertumbuhan kopi,terutama pada bunga dan
buah, dan juga kepekaan terhadap serangan penyakit (Najiati dan Danarti,
1990:25)
Setiap jenis kopi menghendaki suhu atau ketinggian yang berbeda-beda.
Kopi robusta tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 m dpl. Sedangkan
kopi arabika menghendaki ketinggian antara 500-1700 m dpl, bila kopi
arabika ditanam di dataran rendah kurang dari 500 m dpl biasanya akan
berproduksi dan bermutu rendah serta mudah terserang penyakit HV (Najiati
dan Danarti, 1990:25).
2. Hujan
Faktor hujan bisa dilihat dari curah hujannya dan waktu turunnya hujan.
Curah hujan akan berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat
dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan waktu jatuhnya hujan terutama
berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga dan buah. Kopi umumnya
tumbuh optimum di daerah yang curah hujannya 2000-3000 mm/tahun.
Namun kopi masih tumbuh baik pada daerah bercurah hujan 1300-2000
mm/tahun (Najiati dan Danarti, 1990:26).
3. Penyinaran
Kopi umumnya tidak menyukai sinar matahar langsung dalam jumlah
banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur. Sengatan matahari
langsung dalam jumlah banyak akan meningkatkan penguapan dari dalam
tanah naupun daun, yang pada gilirannya mengganggu keseimbangan proses
fotosintesa terutama pada musim kemarau. Selain berpengaruh terhadap
fotosintesis, sinar matahari juga berpengaruh terhadap proses pembentukan
kuncup bunga (Najiati dan Danarti, 1990:27).
4. Angin
Angin mempunyai pengaruh cukup besar terhadap jenis kopi yang bersifat
self steril. Peranan angin adalah membantu penyerbukan. Tetapi kadang
kadang angin juga berpengaruh negatif, terutama angin yang kencang. Angin
kencang biasanya secara langsung akan merusak tajuk tanaman atau dapat
menggugurkan bunga (Najiati dan Danarti,1990:28).
5. Tanah
Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, subur, dan
kaya bahan organik. Selain itu tanaman kopi juga menghendaki tanah yang
agak masam, yaitu antara pH 4,5-6,5 untuk kopi robusta dan pH 5-6,5 untuk
kopi arabika (Najiati dan Danarti, 1990:29).
2.4 Mutu biji Kopi berdasarkan SNI
Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang
berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Panitia Teknis dan
ditetapkan oleh BSN. Indonesia telah menerapkan standar mutu biji kopi
berdasarkan sistim nilai cacat kopi sejak tahun 1990. Standar mutu kopi biji yang
berlaku saat ini adalah SNI 01-2907-2008 Kopi Biji hasil dari beberapa kali revisi.
Syarat Mutu Secara Umum
No Kriteria Satuan Peryaratan
1 Serangga hidup - Tidak ada
2 Biji berbau busuk dan atau
berbau kapang
- Tidak ada
3. Kadar air % fraksi massa maks 12,5
4. Kadar kotoran % frkasi massa maks 0,5
Syarat Mutu Khusus Kopi Arabika Berdasarkan Ukuran Biji
Ukuran Kriteria Satuan Peryaratan
Besar Tidak lolos ayakan
berdiameter 6,5 mm
(Sieve No. 16)
% fraksi massa Maks lolos 5
Sedang Lolos ayakan diameter
6,5 mm, tidak lolos
ayakan berdiameter 6
mm (Sieve No. 15)
% fraksi massa Maks lolos 5
Kecil Lolos ayakan diameter
6 mm, tidak lolos
ayakan berdiameter 5
mm (Sieve No. 13)
% fraksi massa Maks lolos 5
Syarat mutu khusus kopi robusta pengolahan kering Berdasarkan
ukuran biji
Ukuran Kriteria Satuan Peryaratan
Besar Tidak lolos ayakan
berdiameter 6,5 mm
(Sieve No. 16)
% fraksi massa Maks lolos 5
Sedang Lolos ayakan
diameter 6,5 mm,
% fraksi massa Maks lolos 5
tidak lolos
ayakan berdiameter
3,5 mm (Sieve No. 9)
Syarat mutu khusus kopi robusta pengolahan basah
Ukuran Kriteria Satuan Peryarata
n
Besar Tidak lolos ayakan berdiameter 7,5 mm
(Sieve
No. 19)
% fraksi
massa
Maks lolos
5
Sedang Lolos ayakan diameter 7,5 mm,tidak lolos
ayakan berdiameter 6,5 mm (Sieve No.
16)
% fraksi
massa
Maks lolos
5
Kecil Lolos ayakan diameter 6,5 mm, tidak lolos
ayakan berdiameter 5,5 mm (Sieve No.
14)
% fraksi
massa
Maks lolos
5
Syarat mutu khusus kopi Peaberry dan kopi Polyembrio Berdasarkan
jumlah keping biji
Jenis Kriteria Satuan Peryaratan
Peaberry Tanpa ketentuan lolos ayak % fraksi massa Maks lolos
5
Polyembri
o
Tanpa ketentuan lolos ayak dan
tidak
masuk klasifikasi biji pecah
% fraksi massa Maks lolos
5
Syarat penggolongan mutu kopi robusta dan arabika Berdasarkan sistim
nilai cacat
Mutu Persyaratan
Mutu 1 Jumlah nilai cacat maksimum 11
Mutu 2 Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25
Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44
Mutu 4a Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60
Mutu 4b Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80
Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150
Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225
Catatan : Untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4a dan 4b
Penentuan besarnya nilai cacat biji kopi
No Jenis Cacat Nilai Cacat
1 1 (satu) biji hitam 1 (satu)
2 1 (satu) biji hitam sebagian ½ (setengah)
3 1 (satu) biji hitam pecah ½ (setengah)
4 1 (satu) kopi gelondong 1 (satu)
5 1 (satu) biji coklat ¼ (seperempat)
6 1 (satu) kulit kopi ukuran besar 1 (satu)
7 1 (satu) kulit kopi ukuran sedang ½ (setengah)
8 1 (satu) kulit kopi ukuran kecil 1/5 (seperlima)
9 1 (satu) biji berkulit tanduk ½ (setengah)
10 1 (satu) kulit tanduk ukuran besar ½ (setengah)
11 1 (satu) kulit tanduk ukuran sedang 1/5 (seperlima)
12 1 (satu) kulit tanduk ukuran kecil 1/10 (sepersepuluh)
13 1 (stau) biji pecah 1/5 (seperlma)
14 1 (satu) biji muda 1/5 (seperlima)
15 1 (satu) biji berlubang satu 1/10 (sepersepuluh)
16 1 (satu) biji berlubang lebih dari satu 1/5 (seperlima)
17 1 (satu) biji bertutul-tutul 1/10 (sepersepuluh)
18 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran besar 5 (lima)
19 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran 2 (dua)
sedang
20 1 (satu) ranting, tanah atau batu berukuran kecil 1 (satu)
Keterangan : Jumlah nilai cacat dihitung dari contoh uji seberat 300 g. jika
satu biji kopi mempunyai lebih dari satu nilai cacat,maka penentuan nilai cacat
tersebut didasarkan pada bobot nilai cacat terbesar.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan dan Perhitungan
4.1.1 Data Pengamatan
Syarat Mutu Umum
No. Kriteria JumlahPersentase
(%)
1 Serangga hidup Tidak ada -
2 Biji berbau busuk Tidak ada -
3 Kadar air - 13,8
4 Kadar kotoran 0 0
Syarat Mutu Khusus
Berdasarkan Ukuran Biji
Total biji kopi ayakan: 300 g
No. KriteriaJumlah
(g)
Persenta
se (%)
1 Tidak lolos ayakan berdiameter 7,5 mm 159,26 53,09
2Lolos ayakan berdiameter 7,5 mm;
tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm140,74 46,91
3Lolos ayakan berdiameter 6,5 mm;
tidak lolos ayakan berdiamter 5,5 mm0 0
Berdasarkan Nilai Cacat
No. Jenis Cacat
Nilai
Cacat
per biji
Jumlah
Biji Cacat
Jumlah
Nilai
Cacat
1 Biji hitam 1 39 39
2 Biji hitam sebagian ½ 46 23
3 Biji hitam pecah ½ 13 6,5
4 Kopi gelondongan 1 0 0
5 Biji coklat ¼ 3 0,75
6 Kulit kopi ukuran besar 1 0 0
7 Kulit kopi ukuran sedang ½ 0 0
8 Kulit kopi ukuran kecil 1/5 0 0
9 Biji berkulit tanduk ½ 1 0,5
10 Kulit tanduk ukuran besar ½ 0 0
11 Kulit tanduk ukuran sedang 1/5 0 0
12 Kulit tanduk ukuran kecil 1/10 0 0
13 Biji pecah 1/5 260 52
14 Biji muda 1/5 0 0
15 Biji berlubang satu 1/10 338 33,8
16 Biji berlubang > satu 1/5 7 1,4
17Biji bertutul-tutul
(untuk proses basah)1/10 20 2
18Ranting, tanah, atau batu
berukuran besar5 0 0
19Ranting, tanah, atau batu
berukuran sedang2 0 0
20Ranting, tanah, atau batu
berukuran kecil1 0 0
Jumlah nilai cacat per 300 gram kopi 727 158,95
Kode sampel -
Mutu kopi 6
Data Pengamatan Kopi Arabica
a. Syarat Mutu Umum
No. Kriteria Satuan Persyaratan1 Serangga hidup - Tidak ada2 Biji berbau busuk - Tidak ada3 Kadar air % fraksi massa 13,84 Kadar kotoran % fraksi massa 0
b. Syarat Mutu Khusus
Berdasarkan Ukuran Biji
Total biji kopi ayakan: 300 g
No. KriteriaJumlah
(g)Persentase
(%)
1Tidak lolos ayakan berdiameter 7,5 mm
78,64 26,21
2Lolos ayakan berdiameter 7,5 mm; tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm
199,03 66,34
3Lolos ayakan berdiameter 6,5 mm; tidak lolos ayakan berdiamter 5,5 mm
22,01 7,34
Berdasarkan Nilai cacat
No. Jenis CacatNilai Cacat
per biji
Jumlah Biji
Cacat
Jumlah Nilai Cacat
1 Biji hitam 12 Biji hitam sebagian ½ 24 123 Biji hitam pecah ½ 5 2,54 Kopi gelondongan 1 - -5 Biji coklat ¼ 5 1,26 Kulit kopi ukuran besar 1 - -7 Kulit kopi ukuran sedang ½ - -8 Kulit kopi ukuran kecil 1/5 - -9 Biji berkulit tanduk ½ - -
10Kulit tanduk ukuran besar
½ - -
11Kulit tanduk ukuran sedang
1/5 - -
12 Kulit tanduk ukuran kecil 1/10 - -13 Biji pecah 1/5 85 1714 Biji muda 1/5 - -15 Biji berlubang satu 1/10 9 0,916 Biji berlubang > satu 1/5 2 0,4
17Biji bertutul-tutul(untuk proses basah)
1/10 4 0,4
18Ranting, tanah, atau batu berukuran besar
5 - -
19Ranting, tanah, atau batu berukuran sedang
2 - -
20Ranting, tanah, atau batu berukuran kecil
1 - -
Jumlah nilai cacat per 300 gram kopi 134 34,49Kode sampel -
Mutu kopi 3
4.2 Pembahasan
Pembahasan kopi robusta
Dari data pengamatan di atas, dapat dilihat bahwa serangga hidup dan biji
berbau busuk serta kotoran pada biji kopi saat praktikum tidak ada. Pada kadar air
biji kopi diperoleh sebesar 13,8%, sedangkan menurut literature maksimal kadar
air adalah 12,5%. Hasil tersebut tidak jauh berbeda antara praktikum dengan
literature, kemungkinan disebabkan karena bahan yang digunakan saat praktikum
memiliki mutu biji kopi yang tidak jauh berbeda dengan yang digunakan pada
literature.
Pada data pengamatan biji kopi yang lolos ayakan berdiameter 7,5 mm
sebanyak 159,26 gram, persentase yang dihasilkan sebesar 53,09%. Pada ayakan
berdiameter 7,5 mm ; tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm sebanyak 140,74
dan persentasenya 46,91%. Dan pada ayakan yang berdiameter 6,5 mm ; tidak
lolos ayakan berdiameter 5,5 mm tidak ada. Sedangkan berdasarkan literature
maksimal lolos sebesar 5%, hasil tersebut berbeda jauh dengan literature,
kemungkinan biji kopi yang digunakan pada praktikum dengan literature berbeda
kualitas dengan biji kopi yang digunakan pada literature.
Berdasarkan nilai cacat biji kopi, jumlah biji cacat yang tertinggi berada pada
biji berlubang satu sebesar 338 dan yang kedua adalah biji pecah sebesar 260.
Sedangkan jumlah nilai cacat biji kopi yaitu pada biji pecah sebesar 52.
Sedangkan menurut literature, jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225 termasuk
mutu 6. Sedangkan jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60 termasuk mutu 4a.
Dapat disimpulkan bahwa, mutu biji kopi yang digunakan saat praktikum
termasuk mutu 4a dan 6 jika disortasi kembali. Mutu biji kopi yang rendah akan
disebarluaskan melalui pasar-pasar yang ada di dalam negeri, sedangkan mutu biji
kopi yang terbaik, akan diekspor keluar negeri.
Pengamata Kopi Arabika
Dari data pengamatan di atas, dapat dilihat bahwa serangga hidup dan biji
berbau busuk serta kotoran pada biji kopi saat praktikum tidak ada. Pada kadar air
biji kopi diperoleh sebesar 13,8%, sedangkan menurut literature maksimal kadar
air adalah 12,5%. Hasil tersebut tidak jauh berbeda antara praktikum dengan
literature, kemungkinan disebabkan karena bahan yang digunakan saat praktikum
memiliki mutu biji kopi yang tidak jauh berbeda dengan yang digunakan pada
literature.
Pada data pengamatan biji kopi yang lolos ayakan berdiameter 7,5 mm
sebanyak 78,64 gram, persentase yang dihasilkan sebesar 26,21%. Pada ayakan
berdiameter 7,5 mm ; tidak lolos ayakan berdiameter 6,5 mm sebanyak 199,03
dan persentasenya 66,34%. Dan pada ayakan yang berdiameter 6,5 mm ; tidak
lolos ayakan berdiameter 5,5 mm sebesar 22,01 dan persentase 7,34. Sedangkan
berdasarkan literature maksimal lolos sebesar 5%, hasil tersebut berbeda jauh
dengan literature, kemungkinan biji kopi yang digunakan pada praktikum dengan
literature berbeda kualitas dengan biji kopi yang digunakan pada literature.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada 3 jenis kopi yang banyak ditanam, yaitu kopi Arabika, kopi Robusta,
dan kopi Liberika.
2. Secara garis besar terdapat dua cara pengolahan kopi, yaitu pengolahan
kopi kering dan pengolahan kopi basah.
3. Faktor-faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tanaman kopi
antara lain adalah ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari, angin,
dan tanah.
4. Terdapat beberapa syarat mutu berdasarkan SNI yang telah ditetapkan,
yaitu syarat mutu secara umum, Syarat Mutu Khusus Kopi Arabika
Berdasarkan Ukuran Biji, Syarat mutu khusus kopi robusta pengolahan
kering Berdasarkan ukuran biji, Syarat mutu khusus kopi robusta
pengolahan basah, Syarat mutu khusus kopi Peaberry dan kopi Polyembrio
Berdasarkan jumlah keping biji, Syarat penggolongan mutu kopi robusta
dan arabika Berdasarkan sistim nilai cacat, Penentuan besarnya nilai cacat
biji kopi.
4.2 Saran
Kepada para praktikan sebaiknya lebih aktif, agar dapat memahami praktikum
pada analisa mutu biji kopi.
DAFTAR PUSTAKA
Aak (2002) Budidaya Tanaman Kopi. Penerbit Kanisisus, Yogyakarta.
Anonim, 2011a.Jenis-jenis Kopi.http://kopiblackborneo.com/jenis-jenis-
kopi/s. Akses Tanggal 20 Oktober 2011. Makassar
Najiyati,S, Danarti. 1989. Kopi Budidaya Dan Penangan Pasca Panen.
PS. Seri Pertanian : Jakarta.
Najiati, S. & Danarti. 1990. Kopi: Budidaya dan Penanganan Lepas
Panen. Jakarta: PT Penebar Swadaya.