laporan komplekso

32
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam artian luas, senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri. Demikian juga dalam bidang formulasi sering diterapkan pembentukan kompleks antara obat dengan bahan tambahan. Sebagian besar jenis reaksi kimia yang digunakan dalam penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi. Kation yang logam cenderung untuk membentuk kompleks. Sifat ini diogunakan untuk pemisahan , penetapan kadar , dan membuat kation yang tidak dapat bereaksi . Untuk analisis yang penting

description

komplekso

Transcript of laporan komplekso

Page 1: laporan komplekso

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam artian luas, senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk

karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-

masingnya dapat berdiri sendiri. Demikian juga dalam bidang formulasi sering

diterapkan pembentukan kompleks antara obat dengan bahan tambahan.

Sebagian besar jenis reaksi kimia yang digunakan dalam penentuan

titrimetrik melibatkan pembentukan ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit

terdisosiasi. Kation yang logam cenderung untuk membentuk kompleks. Sifat

ini diogunakan untuk pemisahan , penetapan kadar , dan membuat kation yang

tidak dapat bereaksi . Untuk analisis yang penting adalah tetapan stabilitas

(kestabilan) dan tetapan disosiasi.

Dalam bidang farmasi, prinsip kompleks ini digunakan untuk

menambah kelarutan suatu senyawa obat. Karena ada sebagian dari senyawa

obat tak dapat larut dengan baik sehingga perlu untuk menambahkan

pengkompleks.

Mengingat pentingnya prinsip reaksi kompleks dalam bidang farmasi

maka dilakukanlah percobaan ini.

Page 2: laporan komplekso

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara penentuan kelarutan suatu zat

dengan penambahan zat pengompleks.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Menetapkan kelarutan kofein dalam larutan dengan penambahan

sulfanilamida dengan bobot yang berbeda dan dilakukan pengukuran pada

spektro UV dengan panjang gelombang yang sesuai.

I.3 Prinsip Percobaan

Penetapan kelarutan dari kofein dalam larutan dengan penambahan

sulfanilamida dengan bobot yang berbeda, dimana akan terbentuk senyawa

kompleks dan dilakukan pengukuran pada spektro UV dengan panjang

gelombang yang sesuai.

Page 3: laporan komplekso

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Kompleks atau senyawa koordinasi, menurut definisi klasik,

diakibatkan oleh mekanisme donor-akseptor atau reaksi asam-basa Lewis antara

dua atau lebih konstituen kimia yang berbeda. Setiap atom atau ion nonlogam

apakah bebas atau berada dalam molekul netral atau dalam senyawa ionik, yang

dapat menyumbangkan satu pasang elektron, dapat bertindak sebagai donor.

Akseptor, atau konstituen yang ambil bagian dalam pasangan elektron, seringkali

berupa ion logam, walaupun dapat juga berupa atom netral. (1)

Dalam pelaksanaan analisisis anorganik kualitatif banyak digunakan

reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion atau molekul

kompleks terdiri dari satu ion (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat

dengan atom (ion) pusat itu. Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam

kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu,

meskipun ini tak dapat ditafsirkan di dalam lingkup konsep valensi klasik (2).

Metode-metode analisis pembentukan kompleks ada beberapa

macam, antara lain (3) :

1. Metode variasi berkesinambungan

Metode ini berdasarkan pada kenyataan bahwa apabila dua senyawa

membentuk kompleks maka terjadi perubahan sifat fisika dan kimia.

Page 4: laporan komplekso

2. Metode titrasi

Metode ini diterapkan pada pembentukan kompleks glisin dan Cu yang

dititrasi dengan NaOH.

3. Metode distribusi

Metode distribusi diterapkan pada pembentukan kompleks iodium dan

KI. Iodium dilarutkan dalam CS2 dan KI dilarutkan dalam air. Kelarutan

iodium dalam air karena terbentuk kompleks.

4. Metode kelarutan

Kelarutan pada amino benzoate akan menambah kelarutan kofein,

dimana kadar kofein diukur dengan spektrofotometer.

Gaya antar molekul yang terlibat dalam pembentukan kompleks

adalah van der waals dari dispersi, dipolar, dan tipe dipolar induksi. Ikatan

hidrogen memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks

molekuler, dan kovalen koordinat sangat penting dalam kompleks logam.

Perpindahan muatan dan interaksi hidrofobis pun terjadi (1).

Satu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusan

dan sejumlah ligam yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Atom pusat

ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka bulat, yang menunjukkan jumlah

ligan (monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengan satu

atom pusat. Susunan logam-logam sekitar atom pusat adalah simetris (4)

G.N Lewis menerangkan bahwa pembentukan kompleks terjadi

karena pentumbanagn atau pasangan elektron seluruhnya oleh satu ligan kepada

Page 5: laporan komplekso

atom pusat, inilah yang disebut dengan ikatan-datif. Teori Medan Ligan

menjelaskan bahwa pembentukan kompleks atas dasar medan elektrostatik yang

diciptakan oleh ligan-ligan dalam dari atom pusat. Medan ligan menyebabkan

penguraian tingkatan energi orbital-orbital-d atom pusat, yang lalu

menghasilkan energi untuk menstabilkan kompleks itu (Energi Stabilitas Medan

Ligan) (4).

Pada pembagian besar logam cenderung untuk membentuk

kompleks. Sifat ini dapat digunakan untuk pemisahan, penentuan kadar dan

untuk membuat kation tidak dapat berreaksi. Untuk analisis kuantitatif yang

penting adalah tetapan stabilitas (kestabilan) dan tetapan disosiasi. Pada

pembentukan dan penguraian senyawa kompleks dibedakan antara disosiasi

pertama dan kedua. Disosiasi pertama merupakan disosiasi menjadi kation dan

anion kompleks atau menjadi anion dan kation kompleks, yang biasanya terjadi

secara sempurna (2).

Makin besar tetapan disosiasi, makin banyak ion dalam larutan, dan

makin tidak stabil kompleks yang terjadi. Selain itu diketahui juga bahwa

banyak senyawa kompleks yang terdisosiasi secara bertahap. Ion kompleks

tunggal hanya terdapat pada larutan senyawa kompleks yang sangat kuat (3).

Pembentukan kompleks dalam analisa kualitatif sering terlihat dan

dipakai untuk pemisahan atau identifikasi. Salah satu fenomena yang paling

umum yang muncul bila ion kompleks terbentuk adalah perubahan warna

larutan dan kenaikan larutan (4).

Page 6: laporan komplekso

Kompleks terbentuk dari suatu reaksi ion logam yaitu kation dengan

suatu anion atau molekul netral. Ion logam di dalam kompleks disebut atom

pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan

yang terbentuk oleh atom logam, pusat disebut bilangan koordinasi dari logam,,

salah satu contoh reaksi kompleks adalah reaksi dari ion perak dengan ion

sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2 yang sangat stabil (1).

Higuchi dan kawan-kawan telah menyelidiki kompleksasi kafeina

dengan sejumlah obat yang bersifat asam. Mereka menemukan interaksi antara

kafein dengan obat misalnya silfonamida atau barbiturat disebabkan oleh gaya

dipol-dipol atau ikatan hidrogen antara gugus karbonil yang terpolarisasi dari

kafein dan atom hidrogen dari asam. Interaksi sekunder mungkin terjadi antara

bagian-bagian molekul nonpolar dan kompleks “ditekan keluar” dari fase air

karena tekanan internal air yang besar. Kedua efek ini menyebabkan derajat

interaksi yang tinggi (1).

Page 7: laporan komplekso

II.2 Uraian Bahan

1. Air Suling (6)

Nama Resmi : Aqua Destillata

Sinonim : Aquades, air suling

RM/BM : H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Kafein (6)

Nama Resmi : Coffeinum

Sinonim : Kafein; 1,3,7-trimetil xantin

RM/BM : C8H10N4O2/194,19

Rumus Bangun :

Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum, mengkilap biasanya

menggumpal, putih, tidak berbau rasa pahit.

O

CH3

CH3O

CH3 N

NN

N

Page 8: laporan komplekso

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95%) P,

mudah larut dalam kloroform dan sukar larut dalam

eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel

Panjang Gelombang : 274 nm

3. Sulfanilamid (6)

Nama Resmi : Sulfanilamidum

Sinonim : Sulfanilamid; p-aminobenzosulfonamid

RM/BM : C6H8N2O2S / 172,21

Rumus Bangun :

H2N SO2NH2

Pemerian : Hablur, serbuk hablur atau butiran putih tidak berbau,

rasa pahit kemudian manis.

Kelarutan : Larut dalam 200 bagian air, sangat mudah larut dalam

air mendidih, agak sukar larut dalam etanol, sangat

sukar larut dalam kloroform, eter dan benzene P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Kegunaan : Sebagai pengompleks

Page 9: laporan komplekso

II.3 Prosedur Kerja (5)

1. Masukkan air suling sebanyak 100 mL ke dalam bekker gelas ukuran 200 mL

2. Tambahkan kedalamnya kofein padat dan aduk pelan-pelan sehingga sebagian

kofein larut, lama pengadukan 15 menit, sebagai larutan (A).

3. Pipet larutan A sebanyak 1 mL dan encerkan dengan menggunakan labu takar

sehingga volumenya 25 mL dengan penambahan air suling. Ukur serapan

larutan tersebut dan bandingkan dengan kofein baku. Hasil B.

4. Larutan A ditambah 0,5 gram PABA dan aduk sampai homogen secara terus-

menerus selama 10 menit. Bagian yang jernih dipipet sebanyak 1 mL dan

encerkan sampai dengan 25 mL menggunakan labu takar. Hasil C.

5. Lakukan seperti butir 4 dengan menambahkan PABA 1 gram. Hasil D.

6. Dihitung kadarnya.

Page 10: laporan komplekso

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat-alat yang digunakan

- Batang Pengaduk

- Erlenmeyer 250 ml

- Gelas ukur 100,0 mL

- Gelas piala 250 mL

- Kuvet

- Labu ukur 100,0 mL

- Pipet volume 5,0 mL dan 10,0 mL

- Rak tabung

- Sendok tanduk

- Spektrofotometer

- Tabung reaksi

- Timbangan

III.1.2 Bahan-bahan yag digunakan

- Aluminium Foil

- Air suling

- Kertas timbang

- Kofein

Page 11: laporan komplekso

- Sulfanilamid

- Tissue Roll

III.2 Cara Kerja

a. Larutan sampel

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.

2. Ditimbang 2,5 g kofein, kemudian sulfanilamide 0,5 g; 1,5 g; dan 2,0g

3. Dibuat larutan A yaitu dengan melarutkan kofein 2,5 g dalam air, dalam

labu takar 100,0 mL, dicukupkan volumenya hingga 100 mL.

4. Dipipet 5 mL larutan A dan dimasukkan dalam labu takar 100,0 mL,

dicukupkan volumenya hingga 100,0 mL dengan air suling.

5. Dibuat larutan B yaitu dengan melarutkan koein 2,5 g dalam air suling,

lalu ditambahkan dengan 0,5 g sulfanilamide lalu dicukupkan volume

larutan hingga 100,0 mL dengan menggunakan labu takar 100,0 mL.

6. Dipipet larutan B sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar

100,0 mL, dicukupkan volumenya hingga 100 mL (larutan B1).

7. Dipipet lagi 10 mL larutan B1 dan dimasukkan dalam labu takar 100,0 mL

dan dicukupkan volumenya hingga 100 mL.

8. Dibuat larutan seperti larutan B dengan mengganti 0,5 g sulfanilamide

dengan sulfanilamide 1 g; 1,5 g dan 2 g.

9. Larutan-larutan tersebut diukur serapannya di spektrofotometer UV.

Page 12: laporan komplekso

b. Larutan blanko

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Dibuat larutan C yaitu dengan melarutkan 0,5 g sulfanilamide dengan air

suling 100 mL dalam labu takar 100,0 mL.

3. Dipipet larutan C tersebut di atas sebanyak 5 mL di-ad-kan 100 mL dalam

labu takar.

4. Dipipet lagi larutan (3) sebanyak 10 mL dan di-ad-kan hingga 100,0 mL

dalam labu takar 100,0 mL dalam labu takar 100,0 mL.

5. Dibuat larutan seperti larutan C dengan mengganti sulafanilamid

sebanyak 1 g; 1,5 g; dan 2 g. Lalu semua larutan diukur serapannya.

Page 13: laporan komplekso

SKEMA KERJA

A. Larutan sampel

1. Kofein 2,5 g 100 mL aquadest

5 mL 100 mL aquadest

2. Kofein 2,5 g

+ 100 mL aquadest

Sulfanilamid 0,5 g 5 mL 100 mL

10 mL 100 mL

3. Kofein 2,5 g

+ 100 mL aquadest

Sulfanilamid 1 g 5 mL 100 mL

10 mL 100 mL

4. Kofein 2,5 g

+ 100 mL aquadest

Sulfanilamid 1,5 g 5 mL 100 mL

10 mL 100 mL

5. Kofein 2,5 g

+ 100 mL aquadest

Sulfanilamid 2 g 5 mL 100 mL

10 mL 100 mL

Page 14: laporan komplekso

B. Larutan Blanko

1. Air suling

2. Sulfanilamid 0,5 g 100 mL

5 mL 100 mL

10 mL 100 mL

3. Sulfanilamid 1 g 100 mL

5 mL 100 mL

10 mL 100 mL

4. Sulfanilamid 1,5 g 100 mL

5 mL 100 mL

10 mL 100 mL

5. Sulfanilamid 2 g 100 mL

5 mL 100 mL

10 mL 100 mL

Semua sampel dan larutan blanko diukur di UV

Page 15: laporan komplekso

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan

Sampel Absorban

Kofein 2,5 gr 0,5673

Kofein + Sulfanilamid 0,5 gr 1,2471

Kofein + Sulfanilamid 1 gr 1,2652

Kofein + Sulfanilamid 1,5 gr 1,3147

Kofein + Sulfanilamid 2 gr 1,3042

Pembanding (blanko) = 0,3258

λ = 290 nm

IV.2 Perhitungan

Ax Cx = Cs x fp As

Keterangan :

Cx = konsentrasi yang dicari/sampel

Ax = Absorban sampel

As = Absorban pembanding

Cs = Konsentrasi pembanding

fp = Faktor pengenceran

Page 16: laporan komplekso

1. Kofein 2,5 g

AxCs = x Cs x Fp As

0,5678 = x 5 ppm x 200 0,3258

= 1,742 g/ml

2. Kofein 2,5 g + Sulfanilamida 0,5

AxCs = x Cs x Fp As

1,2471 = x 5 ppm x 200 0,3258

= 3,827 g/ml

1. Kofein 2,5 g + Sulfanilamida 1,0

AxCs = x Cs x Fp As

1,2652 = x 5 ppm x 200 0,3258

= 3,889 g/ml

2. Kofein 2,5 g + Sulfanilamida 1,5

AxCs = x Cs x Fp As

Page 17: laporan komplekso

1,3147 = x 5 ppm x 200 0,3258

= 4,033 g/ml

3. Kofein 2,5 g + Sulfanilamida 2,0

AxCs = x Cs x Fp As

1,3042 = x 5 ppm x 200 0,3258

= 4,003 g/ml

Page 18: laporan komplekso

BAB V

PEMBAHASAN

Kompleks atau senyawa koordinasi, menurut definisi klasik, diakibatkan

oleh mekanisme donor-akseptor atau reaksi asam-basa Lewis antara dua atau lebih

konstituen kimia yang berbeda. Setiap atom atau ion nonlogam apakah bebas atau

berada dalam molekul netral atau dalam senyawa ionik, yang dapat menyumbangkan

satu pasang elektron, dapat bertindak sebagai donor. Akseptor, atau konstituen yang

ambil bagian dalam pasangan elektron, seringkali berupa ion logam, walaupun dapat

juga berupa atom netral.

Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat dari bahan

pengkompleks, dimana salah satu sifatnya adalah mempercepat kelarutan dari suatu

senyawa. Pada percoban ini akan ditetapkan kelarutan dari kofein dengan

penambahan zat pengkompleks dimana dalam hal ini adalah senyawa sulfanilamid

yang bertujuan untuk meningkatkan kelarutan kofein dalam air.dimana diketahui

kofein adalah salah satu senyawa yang sukar larut dalam air, yaitu 30-100 bagian air,

sehingga diharapkan dengan penambahan sulfanilamide akan berbentuk kompleks

kofein yang dapat meningkatkan kelarutannya.

Kompleks kofein bukan terjadi karena atom H yang ada pada kofein

melainkan karena pusat molekul kofein relatif positif sehingga memungkinkan

kompleks dengan bahan sulfanilamide yang dapat dilihat berpengaruh dalam

penambahan kelarutannya.

Page 19: laporan komplekso

Penambahan sulfanilamide dilakukan pada takaran yang yang berbeda-

beda untuk melihat pada jumlah beberapa sulfanilamid dapat bertindak sebagai agen

pengkompleks yang paling ideal untuk kofein.menurut teori,dengan semakin

bertambahnya jumlah zat pengkompleks yang ditambahkan maka kelarutan zat yang

dikompleks akan semakin besar atau meningkat,dimana peningkatan kelarutan ini

akan sampai pada suatu batas tertentu dimana penambahan zat pengkompleks tidak

lagi akan meningkatkan kelarutan dari zat yang dikompleksnya tapi justru sebaliknya

menurunkan kelarutannya.hal ini karena dibutuhkan pula pelarut dalam jumlah

tertentu untuk melarutkan zat pengkompleks yang ditambahkan.

Penentuan peningkatan kelarutan zat dapat ditentukan dengan

menggunakan spektrofotometer. Dalam hal ini jika absorbannya besar, maka makin

besar pula peningkatan kelarutannya.

Dari hasil percobaan yang diperoleh, terlihat bahwa semakin banyak

jumlah zat pengkompleks sulfanilamide yang ditambahkan,maka makin besar pula

kelarutan dari kofein,dimana hal ini tampak dari absorban yang semakin besar.pada

percobaan ini juga digunakan faktor pengenceran untuk mengoreksi kesalahan yang

terlalu besar dari teknik pengenceran yang dilakukan.

Dari data yang diperoleh, untuk larutan pembanding absorbannya

0,3259, larutan kofein 2,5 g = 0,5673 ; larutan kofein + sulfanilamide 0,5 g = 1,2 71 ;

kofein + sulfanilamide 1,0 g = 1,2652 ; kofein + sulfanilamide 1,5 g ; 1.3147, sedang

kofein + sulfanilamid 2,0 g = 1,3042.

Page 20: laporan komplekso

Hasil yang diperoleh ini tidak sesuai dengan literatur.kesalahan yang

terjadi disebabkan karena:

- Tehnik pengenceran yang tidak tepat,

- Pengukuran yang tidak teliti

- Sampel yang telah terkontaminasi.

Page 21: laporan komplekso

BAB VI

PENUTUP

VI. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa semakin banyak zat pengkomleks yang ditambahkan

(sulfanilamid) maka kelarutan zat (kofein) akan semakin besar pula dalam pelarut

air. Hal ini berdasarkan data yang diperoleh, yaitu :

- Kofein 2,5 g, kadarnya dalam air 1,742 g/ml

- kofein 2,5 g + 0,5 g sulfanilamid, kadarnya dalam air 3827 g/ml

- kofein 2,5 g + 1,0 g sulfanilamid, kadarnya dalam air 3,889 g/ml

- kofein 2,5 g + 1,5 g sulfanilamid, kadarnya dalam air 4,035 g/ml

- kofein 2,5 g + 2,0 g sulfanilamid, kadarnya dalam air 4,003 g/ml

VI.2 Saran

Sebaiknya digunakan juga agen pengkompleks yang lain agar

hasilnya dapat diperbandingkan.

Page 22: laporan komplekso

DAFTAR PUSTAKA

1. Martin, A., (1990), “Farmasi Fisika”, Jilid I, Edisi ke-3, UI Press, Jakarta,

645, 658-659

2. Roth, H., J., (1994), “Analisis Farmasi”, Universitas Gadjah Mada Press,

Yogyakarta, 130

3. Day, R., A., (1995), “Analisa Kimia Kuantitatif”, Penerbit Erlangga, Jakarta, 194

4. Svehla, G., (1990), :Vogel Buku Teks Analisis Anorganik PT Kalman Media

Pustaka, Jakarta, 95-97

5. Effendi, I., (2003), “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”, Jurusan Farmasi,

UNHAS, Makassar

6. Ditjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”. Edisi III, Depkes RI, Jakarta,

96,175, 587