laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

28
LAPORAN COMUNIKASI DIGITAL Amplitudo Modulation, Asynchronus Ampiltudo Modulation, AM dan FM Modulation Dosen Pembimbing : Drs. I Dewa Gede Hari Wisana, ST.,MT. Ir. Priyambada Cahya Nugraha, MT Farid Amrinsani,SST. Oleh : Skolastika Yunarni Juita (P27838113022) Reza Herlindawati (P27838113036) Twoty Rahayu (P27838113039) Politeknik Kesehatan KEMENKES Surabaya Jurusan Teknik Elektromedik 2015

Transcript of laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

Page 1: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

LAPORAN COMUNIKASI DIGITAL

Amplitudo Modulation, Asynchronus Ampiltudo

Modulation, AM dan FM Modulation

Dosen Pembimbing :

Drs. I Dewa Gede Hari Wisana, ST.,MT.

Ir. Priyambada Cahya Nugraha, MT

Farid Amrinsani,SST.

Oleh :

Skolastika Yunarni Juita (P27838113022)

Reza Herlindawati (P27838113036)

Twoty Rahayu (P27838113039)

Politeknik Kesehatan KEMENKES Surabaya

Jurusan Teknik Elektromedik

2015

Page 2: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

1. TEORI DASAR

1.1. Pendahuluan

1.1.1. Pengertian Modulasi

Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya

sinyal yang dicampur adalah sinyal berfrekuensi tinggi dan sinyal berfreksuensi rendah.

Dengan memanfaatkan karakteristik masing-masing sinyal. maka modulasi dapat

digunakan untuk mentransmisikan sinyal informasi pada daerah yang luas atau jauh.

Sebagai contoh Sinyal informasi (suara, gambar, data), agar dapat dikirim ke tempat lain,

sinyal tersebut harus ditumpangkan pada sinyal lain. Dalam konteks radio siaran, sinyal

yang menumpang adalah sinyal suara, sedangkan yang ditumpangi adalah sinyal radio

yang disebut sinyal pembawa (carrier). Jenis dan cara penumpangan sangat beragam.

Yaitu untuk jenis penumpangan sinyal analog akan berbeda dengan sinyal digital.

Penumpangan sinyal suara juga akan berbeda dengan penumpangan sinyal gambar, sinyal

film, atau sinyal lain.

Sinyal informasi biasanya memiliki spektrum yang rendah dan rentan untuk

tergangu oleh noise. Sedangakan pada transmisi dibutuhkan sinyal yang memiliki

spektrum tinggi dan dibutuhkan modulasi untuk memindahkan posisi spektrum dari

sinyal data, dari pita spektrum yang rendah ke spektrum yang jauh lebih tinggi. Hal ini

dilakukan pada transmisi data tanpa kabel (dengan antena), dengan membesarnya data

frekuensi yang dikirim maka dimensi antenna yang digunakan akan mengecil.

Gelombang pembawa berbentuk sinusoidal

c(t) = Ac cos(2π fct + Φc )

Parameter – parameter dari gelombang tersebut yang dapat dimodulasi adalah :

• Amplitudo, Ac untuk modulasi amplitudo

• Frekuensi, fc atau ωc = 2π fc t untuk modulasi frekuensi

• Phasa, Φc untuk modulasi fasa.

1.1.2. Indeks Modulasi

Indek modulasi pada AM merupakan perbandingan antara amplitudo sinyal

pemodulasi dengan amplitudo sinyal carrier. Indeks modulasi biasa disimbolkan dengan

m, persamaannya sebagai berikut:

v(t) = (Vc + vm) sin ct (1)

v(t) =(Vc + Vm sin wmt) sin wct (2)

Page 3: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

m = Vm / Vc (3)

Nilai indeks modulasi juga dapat dinyatakan dalam persen(%), yaitu dengan

mengalikan m dengan 100.Jika persamaan(3) disubstitusikan dengan persamaan (2) maka

didapatkan persamaan:

v(t) = Vc(1 + m sin wmt) sin wct (4)

Gambar 7 sinyal termodulasi

dari gambar sinyal termodulasi di atas,

(5)

( 6)

dengan persamaan 5 dan 6 di atas, maka persamaan 3 dapat dijabarkan menjadi,

(7)

persamaan 7 digunakan untuk menghitung indeks modulasi jika yang dketahui

adalah amplitudo maksimum dan amplitudo minimum sinyal termodulasi/sinyal

hasil modulasi AM.

1.1.3. Analisis Domain Frekuensi

Komponen frekuensi bisa ditunjukkan dari persamaan 4:

v(t) = Vc(1 + m sin wmt) sin wct

= Vc sin wct + mVc sin wct sin wmt (8)

Kemudian dengan menggunakan identitas trigonometri:

Page 4: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

sin A sin B = (1/2)[cos(A-B) - cos(A+B)]

persamaan 8 dijabarkan menjadi:

dan dapat diubah menjadi 3 suku sebagai berikut:

(9)

Dari persamaan 9 di atas terdapat 3 komponen frekuensi, yaitu sinyal

carrier original dan dua sinyal sinusoida, satu di atas frekuensi carrier dan satu di

bawah. Jika sinyal digambarkan dalam domain frekuensi maka akan terlihat seperti

gambar berikut:

Gambar: Sinyal AM dalam domain frekuensi

Pada gambar di atas terdapat dua frekuensi di tiap sisi frekuensi carrier.

Frekuensi di samping frekuensi carrier disebut side frekuensi atau lebih sering

disebut dengan sideband. Amplitudo sideband dibandingkan dengan amplitudo

carrier adalah proporsional terhadap nilai m, dan bernilai setengah amplitudo

carrier pada m = Secara matematis dapat dituliskan:

Page 5: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

dimana

1.1.4. Bandwidth

Perhitungan bandwidth dalam AM cukup sederhana. Dengan melihat gambar

sinyal AM dalam domain frekuensi di atas, bandwidth adalah selisih frekuensi upper

sideband dengan frekuensi lower side band. Selisih frekuensi upper sideband dengan

frekuensi carrier adalah merupakan frekuensi sinyal pemodulasi/sinyal informasi itu

sendiri (begitu juga dengan selisih frekuensi carrier dengan frekuensi lsb). Dengan

demikian bandwidth AM dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut:

B =2Fm

dimana

B =bandwith

Fm = frekuensi tertinggi dari sinyal pemodulasi/informasi (hertz)

1.1.5. Jenis – Jenis Modulasi

Modulasi terbagi menjadi dua bagian yaitu modulasi sinyal analog dan

modulasi sinyal digital.

Modulasi analog adalah proses pengiriman sinyal data yang masih berupa

sinyal analog atau berbentuk sinusoida. Adapun yang termasuk kedalam modulasi analog

adalah Amplitude modulasi, frekuensi modulasi phase modulasi.

Page 6: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

Bentuk dari sinyal modulasi analog adalah sebagai berikut:

Gbr 1.1 bentuk sinyal modulasi analog

Modulasi digital adalah teknik pengkodean sinyal dari sinyal analog ke dalam

sinyal digital (bit-bit pengkodean). Pada teknik ini, sinyal informasi digital yang akan

dikirimkan dipakai untuk mengubah frekuensi dari sinyal pembawa. Dalam komunikasi

digital, sinyal informasi dinyatakan dalam bentuk digital berupa biner ”1” dan ”0”,

sedangkan gelombang pembawa berbentuk sinusoidal yang termodulasi disebut juga

modulasi digital. Amplitudo digital dibagi atas tiga bagian yaitu Amplitude Shift Keying

(ASK), Frequency Shift Keying (FSK) , Phase Shift Keying (PSK).

1.1.6. Modulasi Analog

Modulasi analog di bagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Amplitudo Modulation (AM)

Amplitude Modulation (AM) adalah modulasi yang paling sederhana.

Gelombang pembawa (carrier wave) diubah amplitudonya sesuai dengan signal

informasi yang akan dikirimkan. Modulasi ini disebut juga linear modulation, artinya

Page 7: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

bahwa pergeseran frekuensinya bersifat linier mengikuti signal informasi yang akan

ditransmisikan.

dimana,

Ec = amplituda maksimum sinyal pembawa

ωc = 2π fc dengan fc adalah frekuensi sinyal pembawa

Sinyal AM, yakni sinyal hasil proses modulasi amplitudo

diturunkan dari :

Dan pada MATLAB untuk membentuk Sinyal modulasi berupa

gelombang sinus amplitudo modulasi (AM) dapat menggunakan

rumus sebagai berikut :

Sfm=(A+mi*Sm).*sin(2*pi*fc*t);

dimana:

A = Ampitudo gelombang

mi = Indeks Modulasi

Sm = Sinyal Modulasi / Frekuensi Modulasi

fc = frekuensi carier / Sinyal Carier

t = waktu (s)

Gbr 1.2 bentuk sinyal AM

Page 8: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

2. Frequency Modulation (FM)

Frequency Modulation (FM) adalah nilai frekuensi dari gelombang

pembawa (carrier wave) diubah-ubah menurut besarnya amplitudo dari sinyal

informasi. Karena noise pada umumnya terjadi dalam bentuk perubahan amplitudo,

FM lebih tahan terhadap noise dibandingkan dengan AM.

Dimana ,

eFM = Nilai sesaat sinyal FM

= amplituda maksimum sinyal pembawa

= 2π fc dengan fc adalah frekuensi sinyal pembawa

= 2π fm dengan fm atau fs adalah frekuensi sinyal pemodulasi =

indeks modulasi frekuensi

Gbr 1.3. bentuk sinyal FM

3. Phase Modulasi

Phase Modulation (PM) adalah proses modulasi yang mengubah fasa

sinyal pembawa sesuai dengan sinyal pemodulasi atau sinyal pemodulasinya.

Sehingga dalam modulasi PM amplitudo dan frekuensi yang dimiliki sinyal pembawa

tetap, tetapi fasa sinyal pembawa berubah sesuai dengan informasi.

Gbr 1.4. bentuk sinyal phase modulasi

1.1.7. Modulsi Digital

Modulasi digital dibagi atas tiga bagiab yaitu:

1. Amplitudo Shift Keying (ASK)

Page 9: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

Amplitude Shift Keying (ASK) merupakan modulasi yang menyatakan

sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan (misalnya 1 Volt) dan sinyal digital 0

sebagai suatu nilai tegangan 0 volt. ASK umumnya digunakan untuk

mentransmisikan sinyal digital pada serat optik.

Gbr 1.5. sinyal modulasi digital ASK

2. Frequency Shift Keying (FSK)

Frequency shift keying (FSK) merupakan sistem modulasi digital yang

relatif sederhana, dengan mengubah pulsa-pulsa biner menjadi gelombang harmonis

sinusoidal. Pada sebuah modulator FSK center dari frekuensi carrier tergeser oleh

masukan data biner, maka keluaran pada modulator FSK adalah sebuah fungsi step

pada domain frekuensi. Sesuai perubahan sinyal masukan biner dari suatu logika “0”

kelogika “1” dan sebaliknya, dalam metode FSK angka tersebut kemudian

dipresentasikan ke dalam bentuk frekuensi dan keluaran FSK bergeser diantara dua

frekuensi tersebut, yaitu mark frequency atau logika “1” dan space frequency atau

logika “0”. Terdapat perubahan frekuensi output setiap adanya perubahan kondisi

logic pada sinyal input. Dalam modulasi digital, laju perubahan input pada modulator

disebut bit rate sehingga pada modulasi FSK bit rate sama dengan baud rate.

Gbr 1.6 sinyal modulasi digital FSK

3. Phase Shift Keying (PSK)

Phase Shift Keying (PSK) merupakan modulasi yang menyatakan

pengiriman sinyal berdasarkan pergeseran phasa. Biner 0 diwakilkan dengan

mengirim suatu sinyal dengan fase yang sama terhadap sinyal yang dikirim

sebelumnya dan biner 1 diwakilkan dengan mengirim suatu sinyal dengan fase

berlawanan dengan sinyal yang dikirim sebelumnya. Bila elemen pensinyalan

mewakili lebih dari satu bit maka bandwith yang dipakai lebih efisien. [4]

Page 10: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

Gbr 1.7 sinyal modulasi digital PSK

2. Asynchronus Amplitudo Modulation

Demodulation asynchronous dapat digunakan untuk menghindari harus

melakukan sinkronisasi modulator dan demodulator. Jika sinyal modulasi x (t) adalah

positif dan ω frekuensi pembawa c jauh lebih tinggi dari ω yang M , Frekuensi tertinggi

dalam sinyal modulasi, maka x (t) dapat dipulihkan menggunakan detektor amplop. Jika x

(t) tidak positif di mana-mana, pembawa sinusoidal yang sama dengan cukup pembawa

besar amplitudo A ditambahkan ke y sinyal modulasi (t) = (A + x (t)) cos (ω c t).

Amplitudo A harus lebih besar dari nilai maksimum x (t). Deteksi amplop kemudian

dilakukan pada sinyal termodulasi

Transmisi asinkron adalah transmisi data dimana kedua pihak, pengirim atau

penerima tidak perlu berada pada waktu yang sinkron. Metode transmisi ini diterapkan

pada komunikasi data dimana kecepatan piranti pengirim dan piranti penerima jauh

berbeda. Transmisi asinkron digunakan bila pengiriman data dilakukan satu karakter setiap

kali. Karakter dapat dilakukan secara sekaligus ataupun beberapa karakter kemudian

berhenti untuk waktu tidak tentu lalu mengirimkan isinya.

asynchronus modulasi amplituo tidak memerlukan sinyal pembawa tersedia di

penerima

Pada sebagian besar aplikasi, FCC membatasi daya transmisi

Untuk asynchronous AM, transmisi komponen pembawa membutuhkan sebagian

dari kekuatan ini

Wc>>Wx

X(T)>0for all (t)

Dengan demikian, asynchronous AM kurang efisien daripada AM sinkron

Namun, penerima lebih mudah dan lebih murah untuk membangun

Sebagai m → 1, lebih dari kekuatan pemancar digunakan untuk baseband sinyal x

(t)

Sebagai m → 0, sinyal lebih mudah untuk demodulasi dengan amplop detektor

Program matlab untuk asyncrhronus amplitudo modulasi

Fungsi [] = PCMNoisEx ();

Tutup semua;

Page 11: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

N = 50; % No sampel

n = 1: N; % Indeks Discrete-waktu

xd = (rand (N, 1)> 0,5); % Sinyal digital

wc = 2 * pi * 50; % Bandwidth yang Batas pulsa untuk 100 Hz (-50 sampai 50)

T = pi / wc; % Periode Contoh

Ts = 0,0002;

t = 0: Ts: (N + 1) * T;

nt = n * (T / T);

mencari;

FigureSet (1, 'LTX');

subplot (3,1,1);

h = batang (n, xd, 'b');

set (h (1), 'MarkerSize', 2);

set (h (1), 'MarkerFaceColor', 'b');

menunda;

xlim ([0 11]);

ylim ([0 1,05]);

ylabel ('x_1 [n]');

title ('Contoh Pulse-Code Modulation');

kotak off;

subplot (3,1,2);

xc = nol (ukuran (t)); % Modulated sinyal x (t)

untuk cnt = 1: length (n),

s = -1 * (xd (cnt) == 0) + 1 * (xd (cnt) == 1);

p = s * sinc (wc * (tn (cnt) * T) / pi);

plot (t, p, 'b');

tahan;

xc = xc + p;

berakhir;

plot (t, xc, 'g');

plot (n * T, -1 * (xd == 0) + 1 * (xd == 1), 'ro', 'MarkerSize', 2,

'MarkerFaceColor', 'r');

menunda;

xlim ([0 11 * T]);

ylabel ('x (t)');

kotak off;

AxisLines;

subplot (3,1,3);

r = xc + (rand (ukuran (xc)) - 0.5); Tambahkan% suara untuk sinyal yang

diterima

plot (t, r, 'b');

tahan;

Page 12: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

plot (n * T, r (1 + n * putaran (T / T)), 'ro', 'MarkerSize', 2, 'MarkerFaceColor',

'r');

plot (t, xc, 'g');

menunda;

xlim ([0 11 * T]);

ylabel ('r (t)');

kotak off;

AxisLines;

AxisSet (6);

mencetak PCMNoiseSignals -depsc;

mencari;

FigureSet (2, 'LTX');

untuk cnt = 1: length (n),

k = -round (T / T): putaran (T / T);

plot (k * Ts, r (n (cnt) * putaran (T / T) + k + 1));

tahan;

berakhir;

menunda;

xlim ([min (k * Ts) max (k * Ts)]);

ylabel ('x (t)');

xlabel ('Time (sec)');

title ('Eye Diagram');

kotak off;

AxisSet (6);

AxisLines;

mencetak PCMNoiseEyeDiagram –depsc;

Gbr 2.1. gelombang asynchronus amplitudo modulasi

Page 13: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

3. fungsi kode yang dapat diketik pada command windows

help : Menunjukkan semua help topic di Matlab.

what general : Menunjukkan instruksi-instruksi yang tersedia didirektori

general, salah satunya adalah instruksi clear.

help general : Menunjukkan instruksi-instruksi yang tersedia didirektori

general , dan fungsinya secara umum.

help clear : Menunjukkan penjelasan detail untuk instruksi clear.

help ops : Menunjukkan penulisan operator-operator di dalam Matlab.

clc : untuk membersihkan layar, tetapi nilai variable yang tersimpan

dimemori tidak akan hilang sehingga dapat ditampilkan kembali ke layer

dengan memanggil nama variabelnya.

clear digunakan untuk membersihkan layer sekaligus menghapus variable

dari memori sehingga kita tidak dapat menampilkan nilai variable ke layer

No Codding atau

program

Penjelasan

1 (;) tanda semikolon (titik koma) untuk memisahkan baris satu

dengan baris lainnya.

2 (,) tanda koma untuk memisahkan elemen satu dengan elemen

yang lain nya dalam satu baris.

3 Xlabel memberikan nama pada sumbu X.

4 Ylabel memberikan nama pada sumbu Y.

5 Title memberikan judul pada figure.

6 sub plot subplot berfungsi menampung sejumlah grafik dalam

sebuah jendela.

7 (.) penggunaan tanda titik. karena merupakan perkalian

matriks bilangan kompleks pada kolom

8 Figure mengeluarkan hasil gelombang sesuai rumus.

9 grafik sin titik awal gelombang dimulai dari titik nol pada sumbu Y.

10 plot(time,x) menplot gelombang pada sumbu x (time) dan pada sumbu

y (x).

11 plot (time,y) menplot gelombang pada sumbu x (time) dan pada sumbu

y (y).

12 plot(time,z) menplot gelombang pada sumbu x (time) dan pada sumbu

y (z).

13 plot(time,w) menplot gelombang pada sumbu x (time) dan pada sumbu

y (w).

14 plot(n,c) menplot gelombang pada sumbu x (n) dan pada sumbu y

(c).

15 plot(n,d) menplot gelombang pada sumbu x (n) dan pada sumbu y

Page 14: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

Gbr 3.1 tabel fungsi code pada common windows

4. Hasil Percobaab ( Grafik Data)

Membuat program pembangkitan gelombang amplitudo modulation

Innisialisasi program amplitudo modulation adalah sebagai berikut:

A. Amplitudo Modulasi

%AMPLITUDO MODULASI

close all;

clear all;

clc;

N = 2000; % jumlah sampel

fc = 50e3; %frekuensi carrier

fs = 1e6; %sampling rate

K = 1:N;

t = (K-1)/fs;

xh = randn (1,N); %sinyal acak frekuensi tinggi

[n,wn]=ellipord(0.01,0.02,0.5,60);

[b,a] =ellip(n,0.5,60,wn);

x = filter(b,a,xh); %lowpassfilter untuk menghasilkan

baseband sinyal

c = cos(2*pi*fc*t);

y =x.*c;

figure;

subplot(3,1,1);

h = plot(t,x,'b');set(h,'linewidth',0.2);

xlim([0 max(t)]);

ylim([-0.3 0.3]);

ylabel('x(t)');

title('contoh sinusoidal amplitudo modulation');

box off;

(d).

16 subplot(311) 311 : angka 1 menunjukkan perubahan pada

peletakan gambar pada baris.

311 : angka 1 menunjukkan perubahan pada

peletakan gambar pada kolom.

311 : angka 1 menunjukkan urutan gambar.

17 grid on menampilkan garis putus-putus pada grafik.

Page 15: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

subplot(3,1,2);

h = plot(t,c,'b');

set(h,'linewidth',0.2);

xlim([0 max(t)]);

ylim ([-1.1 1.1]);

ylabel('c(t)');

box off;

subplot(3,1,3);

h = plot(t,y,'b',t,x,'g',t,-x,'r');

set(h,'linewidth',0.2);

xlim([0 max(t)]);

ylim([-0.3 0.3]);

xlabel('time(s)');

ylabel('y(t)');

box off;

Tampilan sinyal Amplitudo Modulation

Gbr 4.1. sinyal Amplitudo Modulasi

Tugas

1. running program sebanyak tiga kali untuk membandingkan apakah sinyal inputan

x(t)-nya sama atau tidak

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

x(t

)

contoh sinusoidal amplitudo modulation

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-1

0

1

c(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

time(s)

y(t

)

Page 16: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

a. Running program ke – 1

Gbr 4.2. running program ke-1 AM

b. Running program ke - 2

Gbr 4.3. running program ke -2 AM

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2x(t

)

contoh sinusoidal amplitudo modulation

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-1

0

1

c(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

time(s)

y(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

x(t

)

contoh sinusoidal amplitudo modulation

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-1

0

1

c(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

time(s)

y(t

)

Page 17: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

c. Running program ke - 3

Gbr 4.4. running program ke -3 AM

Kesimpulannya:

Dari percobaan amplitudo modulasi diatas dapat disimpulkan bahwa pada saat

running program dilakukan sebanyak tiga kali maka sinyal inputannya tidak sama, hal ini

disebabkan karena randomnya dibuat secara acak.

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2x(t

)

contoh sinusoidal amplitudo modulation

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-1

0

1

c(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

time(s)

y(t

)

Page 18: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

Menggubah frekuensi carrier menjadi lebih kecil atau menjadi lebih besar

a. Fc = 100

Gbr 4.5. fc = 100

b. Fc =10

Gbr 4.56 fc =10

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2x(t

)contoh sinusoidal amplitudo modulation

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-1

0

1

c(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

time(s)

y(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

x(t

)

contoh sinusoidal amplitudo modulation

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-1

0

1

c(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

time(s)

y(t

)

Page 19: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

Kesimpulannya:

Dari percobaan Amplitudo Modulasi diatas dapat disimpulkan bahwa semakin kecil

frekuensi carriernya , maka hasil outputannya y(t) semakin renggang (frekuensinya kecil).

Sebaliknya pada saat frekuensi carriernya lebih besar maka hasil outputan y(t) semakin

rapat (frekuensinnya akan semakin besar).

B. Asynchronous Amplitudo Modulation

Membuat program pembangkitan gelombang amplitudo modulation

Innisialisasi program amplitudo modulation adalah sebagai berikut:

%ASYNCHRONUS AMPLITUDO MODULATION

close all;

clear all;

clc;

N = 2000; % jumlah sampel

fc = 50e3;% frekuensi carrier

fs = 1e6; %sampling frekuensi

K = 1:N;

t = (K-1)/fs;

xh = rand(1,N)-0.5; %sinyal acak frekuensi tinggi dibatasi dari

(-0.5 0.5)

[n,wn] = ellipord(0.02,0.03,0.5,60);

[b,a]= ellip(n,0.5,60,wn);

x = filter(b,a,xh);%lowpass filter untuk menghasilkan sinyal

baseband

x = x + 0.2;%konversi untuk sinyal positive

c = cos(2*pi*fc*t);

y = x.*c;

figure;

subplot(3,1,1);

h = plot(t,x,'b');

set(h,'linewidth',0.2);

xlim([0 max(t)]);

ylim([-0.1 0.4]);

ylabel('x(t)');

title('contoh asynchronous sinusoidal AM modulation');

box off;

subplot(3,1,2);

h = plot(t,c,'r');

set(h,'linewidth',0.2);

xlim([0 max(t)]);

ylim([-1.1 1.1]);

ylabel('c(t)');

Page 20: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

box off;

subplot(3,1,3);

h = plot(t,y,'g',t,x,'b',t,-x,'b');

set(h,'linewidth',0.2);

xlim([0 max(t)]);

ylim([-0.39 0.39]);

xlabel('time(s)');

ylabel('y(t)');

box off;

Tampilan sinyal Asynchronus Amplitudo Modulation sbb:

Gbr 4.7. sinyal Amplitudo Modulasi

Tugas

1. Melakukan Running Program sebanyak 3x untuk membandingkan

sinyal inputannya sama atau tidak

a. Running Program ke -1

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

0

0.2

0.4

x(t

)

contoh asynchronous sinusoidal AM modulation

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-1

0

1

c(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

time(s)

y(t

)

Page 21: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

Gbr 4.8. running program ke -1 AAM

b. Running program ke -2

Gbr 4.9. running program ke -2 AAM

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

0

0.2

0.4

x(t

)

contoh asynchronous sinusoidal AM modulation

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-1

0

1

c(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

time(s)

y(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

0

0.2

0.4

x(t

)

contoh asynchronous sinusoidal AM modulation

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-1

0

1

c(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

time(s)

y(t

)

Page 22: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

c. Running program ke -3

Gbr 4.9. running program ke -3 AAM

Kesimpulannya:

Dapat disimpulkan bahwa dari percobaan asynchronus amplitudo modulasi diatas

bahwa pada saat di running program sebanyak tiga kali maka hasil sinyal inputannya x(t)

tidak sama.

2. Membandingkan hasil Amplitudo Modulasi (AM) dengan Asynchronous

Amplitudo Modulasi (AAM) pada script di matlab mana yang membedakan.

Pada asynchronus amplitudo modulasi terdapat inisialisasi x = x +

0.2;%konversi untuk sinyal positive, sedangkan pada Amplitudo

modulasi tidak memiliki tidak memiliki inisialisasi x = x +

0.2;%konversi untuk sinyal positive

x = x + 0.2;%konversi untuk sinyal positive, inisialisasi ini

yang menyebabkan y(t) pada asynchronous amplitudo modulasi

frekuensinya lebih besar

3. Mana yang lebih menguntungkan Asynchronus Amplitudo Modulasi atau

Amplitudo modulasi saja?

Asynchronous Amplitudo Modulasi karena frekuensunya y(t)lebih besar dari pada

frekuensi y(t) amplitudo modulasi

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

0

0.2

0.4x(t

)contoh asynchronous sinusoidal AM modulation

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-1

0

1

c(t

)

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8

x 10-3

-0.2

0

0.2

time(s)

y(t

)

Page 23: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

C. AM dan FM Modulasi

Membuat program pembangkitan gelombang amplitudo modulation

Innisialisasi program amplitudo modulation adalah sebagai berikut:

%AM dan FM Modulation

close all;

fx = 1; %frekuensi sinyal (hz)

fc = 15;%frekuensi carrier (hz)

fs = 100;%frekuensi sampling

kf = 1; %FM skala koefisien FM

m = 0.5;%indeks modulasi

wx = 2*pi*fx;%frekuensi sinyal (rad/s)

wc = 2*pi*fc;%frekuensi carrier (rad/s)

A = m*wx/kf;%amplitudo modulasi

t = -0.75:0.001:0.75;

x = A*cos(wx*t);%signal baseband

c = cos(wc*t);%signal carrier

ya= x.*c; %amplitudo modulasi sinyal

yf= cos(wc*t + m*sin(wx*t));

figure (1);

subplot(4,1,1);

h = plot(t,x,'b');

set(h,'linewidth',0.2);

xlim([min(t) max(t)]);

ylabel('x(t)');

title('sontoh sinusoidal AM and FM Modulation');

box off;

subplot(4,1,2);

h = plot(t,c,'b');

set(h,'linewidth',0.2);

xlim([min(t) max(t)]);

ylabel('c(t)');

box off;

subplot(4,1,3);

h = plot(t,ya,'b',t,x,'r',t,-x,'g');

set(h,'linewidth',0.2);

xlim([min(t) max(t)]);

xlabel('time(s)');

ylabel('AM');

box off;

subplot(4,1,4);

Page 24: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

h = plot(t,yf,'b');

set(h,'linewidth',0.2);

xlim([min(t) max(t)]);

xlabel('time(s)');

ylabel('FM');

box off;

Tampilan sinyal Asynchronus Amplitudo Modulation sbb:

Gbr 4.10. sinyal AM dan FMModulasi

Tugas

1. running program sebanyak tiga kali untuk membandingkan apakah sinyal input

x(t)nya tetap?

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-5

05

x(t

)

sontoh sinusoidal AM and FM Modulation

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-1

01

c(t

)

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-5

05

time(s)

AM

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-1

01

time(s)

FM

Page 25: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

a. running program ke-1

Gbr 4.11. running program AM dan FM Modulasi ke-1

b. running program AM dan FM modulasi

Gbr 4.12. running program AM dan FM Modulasi ke-2

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-5

05

x(t

)

sontoh sinusoidal AM and FM Modulation

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-1

01

c(t

)

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-5

05

time(s)

AM

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-1

01

time(s)

FM

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-5

05

x(t

)

sontoh sinusoidal AM and FM Modulation

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-1

01

c(t

)

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-5

05

time(s)

AM

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-1

01

time(s)

FM

Page 26: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

c. running program AM dan FM Modulasi ke-3

Gbr 4.13. running program AM dan FM Modulasi ke-3

Kesimpulannya:

Dari percobaan AM dan FM Modulasi pada saat running program dilakukan maka

sinyal input x(t)-nya tidak berubah atau ( tetap )

Modifikasi script agar sinyal inputan bersifat acak/random

2. yang membedakan antara AM Modulasi dan FM modulasi didalam script

matlabnya adalah program pada AM Modulasi h =

plot(t,ya,'b',t,x,'r',t,-x,'g');, sedangkan program pada FM

Modulasi adalah h = plot(t,yf,'b');

3. yang lebih menguntungkan antara AM Modulasi dan FM Modulasi adalah FM

modulasi karena gelombang FM bebas dari pengaruh gangguan udara,

bandwidth-nya (lebar pitah) pun lebih besar, sedangkan Modulasi gelombang

AM memang memiliki jarak jangkau yang lebih panjang dan luas dibanding

modulasi FM. Namun, dalam perjalanannya mencapai penerima, gelombang

modulasi AM akan mengalami redaman (fading) oleh udara, mendapat

gangguan dari frekuensi-frekuensi lain, noise , atau bentuk-bentuk gangguan

lainnya.

4. Membuat program untuk asynchronous FM Modulasi dengan cara

memodifikasikan script matlab yang telah diberikan pada Asynchronous AM

Modulasi

AM FM RANDOM

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-5

05

x(t

)

sontoh sinusoidal AM and FM Modulation

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-1

01

c(t

)

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-5

05

time(s)

AM

-0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6-1

01

time(s)

FM

Page 27: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

N=2000;

fx=1; %frekuensi sinyal (Hz)

fc=3; %frekuensi carier (Hz)

fs=50; %frekuensi sampling

kp=3; %indeks modulasi

kf=2*pi*2; %FM skala koefisien FM

A=2;

wx=2*pi*fx; %frekuensi sinyal(rad/s)

wc=2*pi*fc; %frekuensi carier (rad/s)

k=1:N;

t=(k-1)/fs;

xh=randn(1,N); %sinyal acak frekuensi tinggi

[n,wn]=ellipord(0.95*fx/(fs/2),fx/(fs/2),0.5,60);

[b,a]=ellip(n,0.5,60,wn);

x=filter(b,a,xh); %lowpassfilter untuk menghasilkan baseband

sinyal

x=x/max(abs(x));

xa=A*x; %signal baseband

c=cos(wc*t); %signal carier

ya=xa.*c; %amplitudo modulasi signal

yf=cos(wc*t+kp*x);

figure;

subplot(4,1,1);

h=plot(t,x,'b');

set (h,'linewidth',0.2);

xlim([min(t) max(t)]);

ylabel('x(t)');

title ('contoh sinusoidal AM and FM modulasi');

box off;

subplot(4,1,2);

h=plot(t,c,'b');

set(h,'linewidth',0.2);

xlim([min(t) max(t)]);

ylabel('c(t)');

box off;

subplot (4,1,3);

h=plot(t,ya,'b',t,xa,'g',t,-xa,'r');

set(h,'linewidth',0.2);

xlim([min(t) max(t)]);

xlabel('time(s)');

ylabel('AM');

box off;

Page 28: laporan komdig 5 NIM(022, 036, 039).pdf

subplot(4,1,4);

h=plot(t,yf,'b');

set(h,'linewidth',0.2);

xlim([min(t) max(t)]);

xlabel('time(s)');

ylabel('FM');

box off;

Daftar pustaka

http://sahirulalam.blogspot.co.id/2013/02/amplitude-modulation-am.html

http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/modulasi-amplitudo-amplitude-

modulation-am/

https://id.wikipedia.org/wiki/Modulasi_amplitudo

https://fahmizaleeits.wordpress.com/tag/amplitude-modulation-am/

http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Dari-Nesi/Sekitar-Kita/Pengetahuan-

Umum/Perbedaan-Gelombang-AM-dan-FM

http://www.sridianti.com/apakah-perbedaan-am-dan-fm.html