Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen ...sakip.pertanian.go.id/admin/data2/DRAFT LAKIP...
Transcript of Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen ...sakip.pertanian.go.id/admin/data2/DRAFT LAKIP...
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 1
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanaman florikultura merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi,
bahkan memberikan kontribusi yang besar dalam perdagangan dunia sekitar US $ 80
milyar. Beberapa negara memberikan perhatian kepada pembangunan industri
tanaman florikultura di negaranya sehingga dapat memberikan kontribusi yang
signifikan dalam perolehan devisa negara tersebut. Oleh karena itu kontribusi sub
sektor tanaman florikultura diharapkan dapat lebih ditingkatkan melaui peran dan
tanggung jawab Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura yang bersinergi
dengan para pemangku kepentingan (stakeholder), dengan membangun agribisnis
tanaman florikultura menjadi industri florikultura yang berdaya saing dan
berkelanjutan.
Perkembangan florikultura di Indonesia dapat dilihat dari semakin
berkembangnya perekonomian Indonesia yang berakibat pada peningkatan
permintaan florikultura di dalam negeri dan memberikan ruang yang cukup kondusif
bagi pertumbuhan industri florikultura di Indonesia. Volume dan nilai ekspor
florikultura tahun 2013 sebesar 8.344.481 kg dengan nilai US$ 19.591.672. Volume
dan nilai ekspor ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 sebesar
14.123.178 kg dengan nilai US$ 29.669.107. Penurunan ini terjadi karena tingginya
permintaan tanaman florikultura untuk kebutuhan dalam negeri.
Pengembangan industri florikultura di Indonesia dengan didukung oleh kondisi
iklim dan agroekosistem yang mendukung tumbuhnya berbagai jenis florikultura,
ketersediaan sumberdaya genetik yang besar, ketersediaan sumber daya manusia,
dukungan kebijakan dan fasilitasi dari pemerintah akan lebih mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan bisnis florikultura Indonesia ke depan. Di sisi lain
beberapa permasalahan dan kendala yang menghambat dalam pengembangan industri
florikultura antara lain skala usaha umumnya relatif kecil dengan multi produk dan
belum memenuhi skala industri, permodalan usaha yang terbatas, industri perbenihan
masih terus didorong pengembangannya, kompetensi sumber daya manusia relatif
rendah terutama ditingkat petani, produksi dan produktivitas yang perlu terus
ditingkatkan, penanganan panen dan pasca panen yang perlu terus ditingkatkan,
kelembagaan usaha perlu diperkuat, kurangnya promosi dan edukasi kepada
masyarakat, rantai pendingin dan manajemen rantai pasokan (SCM) belum tertata
dengan baik, skala usaha masih kecil dan belum dapat memenuhi skala industri serta
lemahnya manajemen pemasaran.
Dengan memperhatikan potensi dan permasalahan tersebut, maka untuk
mempercepat perkembangan industri florikultura dan mendukung pertumbuhan
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 2
perekonomian nasional Indonesia diperlukan dukungan fasilitasi pemerintah dalam hal
ini oleh Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dengan sumber pembiayaan
APBN khususnya tahun 2014. Mengingat pengembangan industri florikultura belum
menjadi prioritas dan anggaran yang mendukung masih sangat terbatas, maka
diperlukan pemilihan prioritas kegiatan yang tepat dengan pendekatan peningkatan
produksi, produktivitas, dan mutu produk tanaman florikultura berkelanjutan. Tahun
anggaran 2013 terdapat tiga kegiatan utama pengembangan florikultura, yaitu 1)
pengembangan kawasan tanaman florikultura, 2) pengembangan registrasi lahan
usaha tanaman florikultura, dan 3) fasilitasi pengelolaan pascapanen tanaman
florikultura.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura sebagai salah satu unit kerja Eselon II Direktorat Jenderal Hortikultura
yang mengelola anggaran APBN khususnya Tahun Anggaran 2014 perlu menyusun
Laporan Kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan anggaran APBN
tahun 2014. Metode penyusunan Laporan Kinerja telah diatur dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPAN dan RB) No. 53
tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Cara Review atas Kinerja Instansi Pemerintah. Terkait dengan adanya KepmenPAN &
RB dimaksud maka Direktorat Jenderal Hortikultura telah menyusun Laporan Kinerja
Tahun 2014 sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja kepada Menteri Pertanian.
Sehubungan dengan hal tersebut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura ini merupakan
salah satu bentuk pertanggungjawaban yang harus dilaporkan secara berjenjang ke
Direktorat Jenderal Hortikultura dan Kementrian Pertanian dan menjadi kewajiban
sebuah instansi pengelola anggaran APBN.
2. Organisasi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura:
Menurut Peraturan Menteri Pertanian No.61/Permentan/OT.140/10/2010,
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, bahwa Direktorat Budidaya
dan Pascapanen Florikultura bertugas melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta
pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya dan pascapanen tanaman
florikultura.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1.) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang budidaya dan pascapanen tanaman
daun, bunga potong, pot, dan lansekap;
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 3
2.) Pelaksanaan kebijakan di bidang budidaya dan pascapanen tanaman daun,
bunga potong, pot, dan lansekap;
3.) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang budidaya dan
pascapanen tanaman daun, bunga potong, pot, dan lansekap;
4.) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang budidaya dan pascapanen
tanaman daun, bunga potong, pot, dan lansekap; dan
5.) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura didukung oleh Subdirektorat Budidaya Tanaman Daun dan
Tanaman Bunga Potong, Subdirektorat Budidaya Tanaman Pot dan Tanaman
Lansekap, Subdirektorat Pascapanen Tanaman Daun dan Tanaman Bunga Potong,
Subdirektorat Pascapanen Tanaman Pot dan Tanaman Lansekap, dan Subbagian Tata
Usaha, serta Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas dan fungsi masing-masing subdirektorat, sub-bagian tata usaha dan kelompok
jabatan fungsional sebagai berikut :
1) Subdirektorat Budidaya Tanaman Daun dan Tanaman Bunga Potong
Subdirektorat Budidaya Tanaman Daun dan Tanaman Bunga Potong mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang budidaya tanaman daun dan tanaman bunga potong.
Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Tanaman Daun dan Tanaman
Bunga Potong menyelenggarakan fungsi:
1.1.) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan bimbingan usaha
budidaya tanaman daun dan bunga potong;
1.2.) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan bimbingan usaha
budidaya tanaman daun dan bunga potong;
1.3.) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
teknologi dan bimbingan usaha budidaya tanaman daun dan bunga potong;
1.4.) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi
dan bimbingan usaha budidaya tanaman daun dan bunga potong.
2) Subdirektorat Budidaya Tanaman Pot dan Tanaman Lansekap
Subdirektorat Budidaya Tanaman Pot dan Tanaman Lansekap mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 4
evaluasi di bidang budidaya tanaman pot dan tanaman lansekap. Dalam
melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Budidaya Tanaman Pot dan Tanaman
Lansekap menyelenggarakan fungsi:
2.1.) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan bimbingan usaha
budidaya tanaman pot dan lansekap;
2.2.) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan bimbingan usaha
budidaya tanaman pot dan lansekap;
2.3.) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
teknologi dan bimbingan usaha budidaya tanaman pot dan lansekap; dan
2.4.) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi
dan bimbingan usaha budidaya tanaman pot dan lansekap.
3) Subdirektorat Pascapanen Tanaman Daun dan Tanaman Bunga Potong
Subdirektorat Pascapanen Tanaman Daun dan Tanaman Bunga Potong mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, dan serta pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang pascapanen tanaman daun dan tanaman bunga
potong. Dalam melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Tanaman Daun dan
Tanaman Bunga Potong menyelenggarakan fungsi:
3.1.) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana
pascapanen tanaman daun dan bunga potong;
3.2.) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana
pascapanen tanaman daun dan bunga potong;
3.3.) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
teknologi dan sarana pascapanen tanaman daun dan bunga potong; dan
3.4.) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi
dan sarana pascapanen tanaman daun dan bunga potong.
4) Subdirektorat Pascapanen Tanaman Pot dan Tanaman Lansekap
Subdirektorat Pascapanen Tanaman Pot dan Tanaman Lansekap mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pascapanen tanaman pot dan tanaman lansekap. Dalam
melaksanakan tugasnya, Subdirektorat Pascapanen Tanaman Pot dan Tanaman
Lansekap menyelenggarakan fungsi:
4.1.) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana
pascapanen tanaman pot dan lansekap;
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 5
SEKSI TEKNOLOGI
SEKSI BIMBINGAN
USAHA
SEKSI TEKNOLOGI
SEKSI SARANA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SUBBAGIAN TATA USAHA
SUBDIREKTORAT PASCAPANEN
TANAMAN POT DAN TANAMAN LANSEKAP
SUBDIREKTORAT BUDIDAYA TANAMAN POT DAN TANAMAN
LANSEKAP
SUBDIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN DAUN DAN TANAMAN
BUNGA POTONG
DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN
FLORIKULTURA
SEKSI TEKNOLOGI
SEKSI SARANA
4.2.) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana
pascapanen tanaman pot dan lansekap;
4.3.) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
teknologi dan sarana pascapanen tanaman pot dan lansekap; dan
4.4.) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi
dan sarana pascapanen tanaman pot dan lansekap.
5) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, rumah tangga, dan surat-menyurat, serta kearsipan
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Tanaman Florikultura.
6) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas
jabatan fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian.
Bagan 1. Struktur Organisasi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
SEKSI TEKNOLOGI
SEKSI BIMBINGAN
USAHA
SUBDIREKTORAT BUDIDAYA TANAMAN DAUN DAN TANAMAN
BUNGA POTONG
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 6
II. RENCANA STRATEGIS
Rencana Strategis Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura tahun 2010
s.d 2014 adalah dokumen perencanaan yang menggambarkan visi, misi, tujuan,
sasaran utama, sasaran strategis, arah kebijakan, strategi pencapaian, program dan
kegiatan dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dalam lima tahun ke
depan yang diarahkan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan selaras dengan
Kebijakan Kementerian Pertanian dan Program Direktorat Jenderal Hortikultura.
1. Visi dan Misi
Dengan memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika
lingkungan strategis maka visi Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
adalah Terwujudnya sistem produksi dan distribusi florikultura industrial yang
efisien, berdaya saing dan berkelanjutan serta menghasilkan produk yang bermutu,
aman bagi konsumen, mencukupi kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
Sebagai penjabaran dari visi tersebut, Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura merumuskan misi sebagai berikut:
1.) Membina pengembangan usaha tanaman florikultura guna mendukung
tercapainya sistem dan usaha agribisnis tanaman florikultura yang berdaya
saing, berkelanjutan, efisien berbasis IPTEK dengan menggunakan sumberdaya
lokal serta berwawasan lingkungan;
2.) Mengembangkan sentra dan kawasan agribisnis tanaman florikultura;
3.) Membina kelembagaan dan manajemen usaha tanaman florikultura yang
efektif, efisien, dan profesional;
4.) Membina penerapan sistem pascapanen tanaman florikultura;.
5.) Mengembangkan kapasitas institusi dalam rangka meningkatkan pelayanan
kepada stakeholders.
2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan yang ingin dicapai Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
adalah meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu produk florikultura
berkelanjutan. Hal tersebut dicapai melalui upaya pelaksanaan kelompok kegiatan
1) Pengembangan kawasan tanaman florikultura; 2) Pengembangan registrasi
lahan usaha tanaman florikultura; 3) Fasilitasi pengelolaan pascapanen.
Sasaran strategis pengembangan florikultura tahun 2014 adalah
Meningkatkan kualitas kawasan dan mutu pengelolaan unit usaha florikultura
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 7
dengan indikator produksi florikultura sesuai Renstra Direktorat Jenderal
Hortikultura sebagai berikut:
Tabel 1. Sasaran Strategis Produksi Florikultura Tahun 2014
No Indikator Produksi Florikultura Target Satuan
1 Anggrek 15.912.215 Tangkai
2 Krisan 197.429.935 Tangkai
3 Bunga dan daun potong lainya 233.786.499 Tangkai
4 Tanaman pot dan tanaman lansekap 16.958.842 Pohon
5 Bunga tabur (melati) 26.544.647 Kg
Sumber: Renstra Ditjen Hortikultura Tahun 2010 s/d 2014
Sasaran strategis lainnya yang hendak dicapai Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura berdasarkan Penetapan Kinerja (PK) yang telah ditandatangani
Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura pada Januari tahun 2014
ditampilkan pada Tabel 2. Sasaran strategis yang ingin dicapai adalah
meningkatnya luas areal perbaikan pengelolaan lahan usaha dan penanganan
pascapanen tanaman florikultura. Upaya untuk mencapai sasaran strategis
tersebut, pada tahun 2014 telah direncanakan anggaran sebesar Rp. 48.811.100,-.
Tabel 2. Sasaran Strategis Berdasarkan Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Volume Satuan
Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan
Kawasan tanaman florikultura 542.600 m2
Registrasi lahan usaha tanaman florikultura
73 Lahan Usaha
Fasilitasi pengelolaan pascapanen tanaman florikultura
203 Unit
Sumber: Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Tahun 2014
Karena adanya Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2014 tentang Langkah-
langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga dalam
rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2014 tanggal 19 Mei 2014, maka dilakukan revisi terhadap penetapan kinerja
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Penetapan Kinerja hasil revisi
tersebut telah ditandatangani oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura
pada bulan Agustus 2014. Penetapan revisi hasil revisi tersebut ditampilkan pada
Tabel 3.
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 8
Tabel 3. Sasaran Strategis Berdasarkan Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2014
(Revisi)
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Volume Satuan
Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan
Kawasan tanaman florikultura 490.653 m2
Registrasi lahan usaha tanaman florikultura
73 Lahan Usaha
Fasilitasi pengelolaan pascapanen tanaman florikultura
326 Unit
Sumber: Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Tahun 2014
Upaya untuk mencapai sasaran strategis tersebut, pada tahun 2014 telah
direncanakan anggaran sebesar Rp. 39.764.867.000,- (Pagu setelah pemotongan).
Mengingat Penetapan Kinerja (PK) tersebut merupakan sasaran kinerja utama
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, maka perlu dijabarkan juga
penetapan kinerja sesuai angka sasaran strategis sesuai Petunjuk Operasional
kegiatan (POK) tahun 2014. Sasaran strategis berdasarkan POK/DIP-A Direktorat
Produksi dan Pascapanen tahun 2014 pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Sasaran Kinerja Strategis menurut POK/DIP-A Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura Tahun 2014 (Revisi)
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Volume Satuan
Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan
1. Pengembangan Kawasan Tanaman Florikultura
498.480 m2
- Peningkatan kapabilitas petugas/ Petani
88 Orang
- Pemberdayaan Kelembagaan Usaha 12 Lembaga
2. SL GAP 44 Kelompok
3. Pedoman-pedoman 12 Judul
4. Registrasi Lahan Usaha 73 Lahan Usaha
5. Pembinaan/pengembangan tanaman florikultura
50 Kab/Kota
6. SL GHP 28 Kelompok
7. Sarana Prasarana Budidaya 177 Unit
8. Sarana Prasarana Pascapanen 326 Unit
9. Layanan Perkantoran 12 Bulan
Sumber: POK/ DIP-A tahun 2014 (Revisi)
3. Arah Kebijakan dan Program Pengembangan Florikultura
1.) Arah Kebijakan:
Sebagai upaya mewujudkan Visi dan Misi Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura sesuai tugas pokok dan fungsi Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura, maka kebijakan pengembangan florikultura diarahkan
pada:
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 9
1.1.) Peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu yang diarahkan pada
komoditas unggulan tanaman hias masif dan tanaman hias orientasi ekspor,
melalui penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang berbasis
penerapan inovasi teknologi, mencakup penggunan benih unggul bermutu,
penerapan pengelolaan hama terpadu (PHT) dan penanganan pascapanen
yang baik dan benar (Good Handling Practices/ GHP).
1.2.) Peningkatan kualitas dan kuantitas produk florikultura melalui perbaikan dan
pengembangan infrastruktur berupa sarana budidaya dan pascapanen
florikultura, serta registrasi lahan usaha florikultura.
1.3.) Pembangunan dan pengutuhan kawasan yang direncanakan terintegrasi
dengan instansi terkait dan diarahkan untuk membangun dan memperluas
sentra tanaman florikultura dengan memperhatikan potensi pasar baik pasar
dalam negeri maupun internasional, kesesuaian lahan dan agroklimat serta
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
1.4.) Pengembangan kelembagaan yang diarahkan kepada pemberdayaan
kelembagaan baik kelompok tani, gapoktan, dan asosiasi. Kelembagaan
petani yang kokoh akan meningkatkan posisi tawar dalam menjalin
kemitraan.
1.5.) Peningkatan ekspor yang diarahkan untuk mendorong peningkatan ekspor
tanaman florikultura tropis melalui peningkatan produksi, fasilitasi kemitraan
dan membantu promosi di luar negeri dengan dukungan instansi terkait.
2) Program Pengembangan Florikultura
Program utama Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura adalah
“Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan”.
Program tersebut ini merupakan salah satu penjabaran dari program Direktorat
Jenderal Hortikultura yaitu “Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman
Hortikultura Berkelanjutan”. Dalam upaya mencapai program pengembangan
florikultura tersebut, dalam pelaksanaannya dituangkan dalam 3 kegiatan utama
untuk mencapai akuntabilitas kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura yang berdasarkan sasaran Produksi Florikultura Utama, Penetapan
Kinerja (PK) maupun Renja (POK/DIP-A) Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Tahun 2014.
4. Penetapan Kinerja dan Indikator Kinerja Utama (IKU)
4.1.) Indikator Kinerja Utama Produksi
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya salah satunya diukur dari kinerja utama produksi florikultura utama
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 10
yang harus dicapai pada tahun 2014, seperti yang tertuang dalam Renstra atau
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2010 s/d 2014.
Indikator kinerja produksi florikultura utama pada tahun 2014 seperti tertuang
dalam tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Indikator Kinerja Utama Produksi Florikultura Tahun 2014
No Indikator Produksi Florikultura Target Satuan
1 Anggrek 15.906.749 Tangkai
2 Krisan 218.910.706 Tangkai
3 Bunga dan daun potong lainya 233.786.499 Tangkai
4 Tanaman pot dan tanaman lansekap 16.958.842 Pohon
5 Bunga tabur (melati) 26.544.647 Kg
Sumber: Renstra Ditjen Hortikultura Tahun 2010 s/d 2014
4.2.) Penetapan Kinerja (PK)
Dalam melaksanakan kegiatan sesuai tupoksi, Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura mendapat alokasi anggaran APBN tahun 2014 sebesar
Rp. 39.764.867.000,- (Pagu setelah pemotongan). Dalam upaya mewujudkan
manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta
berorientasi pada hasil, maka Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura
telah menetapkan Penetapan Kinerja (revisi setelah pemotongan) Tahun 2014
yang ditandatangani oleh Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura dan
Direktur Jenderal Hortikultura pada bulan Agustus 2014 seperti tertuang dalam
lampiran 1. Indikator keberhasilan pencapaian kinerja merupakan tolok ukur
yang akan digunakan dalam melihat keberhasilan pencapaian sasaran. Adapun
Penetapan Kinerja (PK) yang ditetapkan oleh Direktorat Budidaya dan
Pascapanen Florikultura tahun 2014 yang ditandatangani Direktur pada bulan
Agustus 2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A. 2014
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Volume Satuan
Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan
Kawasan tanaman florikultura 490.653 m2
Registrasi lahan usaha tanaman florikultura
73 Lahan Usaha
Fasilitasi pengelolaan pascapanen tanaman florikultura
326 Unit
Sumber: Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Tahun 2014
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 11
4.2.) Indikator Kinerja Utama Sesuai POK/DIP-A
Penetapan Kinerja (PK) yang telah ditandatangani oleh Penanggungjawab
Kegiatan, dalam hal ini Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Semestinya PK sama dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) sesuai Renja atau
POK/DIP-A tahun 2014, namun ternyata sedikit berbeda jumlah, target
sasarannya yaitu pada sasaran kawasan tanaman florikultura yang lebih besar di
POK (507.233 m2) dan indikator kinerja lain yang tidak tercantum dalam PK.
Sehubungan dengan hal tersebut, kinerja juga perlu dilihat dari IKU
berdasarkan Renja atau POK/DIP-A pada tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7. Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura berdasarkan POK/DIP-A Tahun 2014
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target Sumber Data
Volume Satuan
Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan
1. Pengembangan Kawasan Tanaman Florikultura
498.490 m2 RKA-KL DIPA Revisi Setelah
Pemotongan, Laporan dari
Diperta kab/kota, propinsi, pusat
- Peningkatan kapabilitas petugas/ Petani
88 orang
- Pemberdayaan Kelembagaan Usaha
12 Lembaga
2. SL GAP 44 Kelompok RKA-KL DIPA Revisi Setelah
Pemotongan, Laporan
pelaksanaan SL-GAP dari Diperta
kab/kota
3. Pedoman-pedoman 12 Judul Laporan dari Direktorat Budidaya
& Pascapanen Florikultura
4. Registrasi Lahan Usaha 73 Lahan Usaha
RKA-KL DIPA Revisi Setelah
Pemotongan, Laporan
pelaksanaan Registrasi Lahan
Usaha Florikultura dari Diperta
provinsi
5. Pembinaan/pengembangan tanaman florikultura
50 Kab/Kota Laporan dari Direktorat Budidaya
& Pascapanen Florikultura
6. SL GHP 28 Kelompok RKA-KL DIPA Revisi Setelah
Pemotongan, Laporan
pelaksanaan SL-GHP dari Diperta
kab/kota
7. Sarana Prasarana Budidaya 177 Unit RKA-KL DIPA Revisi Setelah
Pemotongan, Laporan dari
Diperta kab/kota, propinsi, pusat
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 12
8. Sarana Prasarana Pascapanen 326 Unit RKA-KL DIPA Revisi Setelah
Pemotongan, Laporan dari
Diperta kab/kota, propinsi, pusat
9. Layanan Perkantoran 12 Bulan Laporan dari Direktorat Budidaya
& Pascapanen Florikultura
Sumber: POK/ DIP-A tahun 2014 (Revisi)
Dalam IKU Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura juga memuat tugas
dan fungsi dari dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, sesuai
dengan Peraturan Menteri Pertanian No.61/Permentan/OT.140/10/ 2010, tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian.
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 13
III. AKUNTABILITAS KINERJA
1. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2014
Sebagai suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan dalam menilai
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan maka perlu dirumuskan
suatu parameter sesuai dengan program, kebijakan dan sasaran serta tujuan yang
ditetapkan untuk mengimplementasikan visi, misi, dan strategi pembangunan
florikultura yang telah ditetapkan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura.
Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja
sasaran untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan
pencapaian tujuan dan sasaran. Pengukuran capaian kinerja Direktorat Budidaya
dan Pascapanen Florikultura dilakukan dengan cara membandingkan antara target
indikator kinerja sasaran dengan realisasinya.
Dalam tahun anggaran 2014, Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura telah menetapkan 1 (satu) sasaran strategis yaitu meningkatkan
kualitas kawasan dan mutu pengelolaan unit usaha florikultura akan dicapai
melalui pelaksanaan kegiatan pengembangan florikultura tahun 2014. Kegiatan
pengembangan florikultura tahun 2014 semula direncanakan dibiayai anggaran
APBN sebesar Rp. 48.811.100,-, karena adanya kebijakan pemotongan anggaran
dipotong menjadi Rp. 39.764.867.000,- (pusat Rp. 9.653.004.000,- dan daerah Rp.
30.111.863.000,-). Hal tersebut tercantum dalam penetapan kinerja yang
ditandatangani Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura pada bulan Agustus
2014. Sasaran strategis diukur dari capaian produksi florikultura utama, sesuai
Penetapan Kinerja (PK) dan diukur dari capaian 3 (tiga) indikator kinerja utama
berdasarkan target POK/DIP-A TA 2013.
Pengukuran kinerja utama produksi florikultura dilakukan dengan
membandingkan antara sasaran produksi florikultura yang tertuang dalam Renstra
Direktorat Jenderal Hortikultura pada Tahun 2014 dengan melihat capaian realisasi
kinerja produksi florikultultura utama berdasarkan angka prognosa tahun 2014
pada tabel 8 sebagai berikut.
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 14
Tabel 8. Capaian Kinerja Produksi Florikultura Utama Tahun 2014
No
Indikator Produksi
Florikultura
Produksi
2013
Target Produksi
2014
Realisasi Tahun 2014*)
Volume Persentase
1 Anggrek (tangkai) 20.277.672 15.906.749 21.550.874 135,48
2 Krisan (tangkai) 387.208.754 218.910.706 400.594.757 182,99
3 Bunga dan daun potong lainya (tangkai)
280.005.290 233.786.499 305.313.989 130,60
4 Tanaman pot dan tanaman lansekap (pohon)
34.033.679 16.958.842 36.607.813 215,86
5 Bunga tabur (melati) kg 30.258.648 26.544.647 33.093.933 124,67
Rata-rata Capaian Produksi 157,92 Statistik Sumber: Data Ditjen Hortikultura Tahun 2014, *) angka prognosa
Berdasarkan tabel 8 capaian kinerja produksi florikultura utama tahun 2014
menunjukkan bahwa realisasi produksi prognosa anggrek, krisan, bunga dan daun
potong, tanaman pot dan lansekap, serta bunga tabur (melati) pada tahun 2014
lebih tinggi dibanding angka produksi tahun 2013. Berdasarkan realisasi tahun
2014 (prognosa), produksi kelima produk florikultura tahun 2014 mencapai target
produksi. Persentase kenaikan tertinggi adalah pada tanaman pot dan tanaman
lansekap dengan nilai persentase kenaikan 215,86%.
Secara rinci capaian kinerja produksi florikultura utama tahun 2014 adalah sebagai
berikut:
1.) Anggrek
Berdasarkan angka prognosa tahun 2014, produksi Anggrek mencapai
21.550.874 tangkai dan melampaui target produksi Renstra 2010-2014 senilai
15.906.749 tangkai atau mengalami kenaikan sebesar 5.644.125 tangkai
(135,48%). Bila angka prognosa produksi tahun 2014 (21.550.874 tangkai)
dibandingkan dengan angka produksi tahun 2013 (20.277.672 tangkai), terjadi
juga kenaikan nilai produksi Anggrek senilai 1.273.202 tangkai atau naik 6,28%.
Fasilitasi pengembangan anggrek dengan dukungan APBN di berbagai daerah
berimplikasi pada kenaikan produksi anggrek terjadi di beberapa daerah. Daerah-
daerah pengembangan anggrek dengan dukungan APBN di tahun 2014 antara lain
kota Jambi, kota Tangerang Selatan, kabupaten Bogor, kabupaten Karanganyar,
kota Denpasar, kota Palu serta pengembangan horti park di kota Cirebon dan
kabupaten Lampung Tengah. Selain itu terdapat juga lahan pertanaman yang
merupakan pengembangan dari tahun-tahun sebelumnya (areal pertanaman lama)
serta usaha swadaya masyarakat dalam pengembangan Anggrek. Harga anggrek
tanah relatif stabil dan cukup baik, sehingga petani tetap membudidayakan dan
memperluas tanaman anggrek secara intensif untuk meningkatkan produksi.
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 15
2.) Krisan
Target produksi krisan pada tahun 2014 adalah 218.910.706 tangkai dan
realisasinya mencapai 400.594.797 tangkai dengan persentase 182,99%, atau
mengalami kenaikan sebasar 181.654.051 tangkai. Bila prognosa produksi krisan
tahun 2014 dengan angka senilai 400.594.757 tangkai, dibandingkan dengan
angka produksi tahun 2013 sebesar 387.208.754 tangkai, maka produksi krisan
mengalami kenaikan sebesar 13.386.003 tangkai atau naik 3,46 %.
Kenaikan produksi krisan (prognosa) tahun 2014 sebesar 13.386.003 tangkai
atau naik 3,04 % dibanding produksi tahun 2013, antara lain disebabkan adanya
pengembangan kawasan krisan seluas 46.000 m2 dan dilaksanakannya SL-GAP/SL-
GHP pada tahun 2013. Sedangkan dukungan fasilitasi pengembangan kawasan
krisan seluas 78.600 m2, SL-GAP, registrasi kebun dan fasilitasi pascapanen pada
tahun 2014 belum berdampak langsung terhadap peningkatan produksi krisan
2014, karena rata-rata realisasi fisik di lapangan terjadi pada triwulan ketiga dan
keempat. Berdasarkan laporan realisasi dari daerah hanya Kota Tomohon yang
sudah terealisasi di triwulan kedua (triwulan pertama sudah penandatanganan
kontrak).
Kenaikan produksi krisan pada tahun 2014 tidak terlalu besar. Beberapa hal
yang menyebabkan antara lain :
1. Komoditas Bunga potong banyak substitusinya, selain krisan seperti mawar
dan gerbera. Sebagai contoh di Bandung Barat, banyak petani yang
mengalihkan usahanya ke mawar potong dan gerbera, karena dianggap belum
banyak petani yang mengusahakan komoditas mawar dan gerbera. Hal
tersebut berbeda dengan krisan yang sentra produksinya cukup banyak.
2. Bencana Gunung Kelud : terkena di wilayah Sleman dan Kulonprogo
Muntahan debu, material dan awan panas antara lain mengakibatkan
kerusakan lahan produksi krisan di kabupaten Sleman dan Kulonprogo. Kondisi
tersebut mengakibatkan gagal panen dan kehilangan kesempatan tanam
maupun produksi pada triwulan pertama 2014. Bencana tersebut berpengaruh
pada produksi krisan nasional.
3.) Bunga dan Daun Potong lainnya
Yang masuk pada jenis bunga dan daun potong lainya, antara lain bunga
gerbera, gladiol, heliconia, mawar, sedap malam, anyelir, dracaena dan daun
potong philodendron, monstera, cordyline, anthurium daun dan pakis atau
leatherleaf. Pada tahun 2014, capaian produksi bunga dan daun potong tersebut
secara kolektif sebesar 305.313.989 tangkai dibandingkan target produksi sebesar
233.786.499 tangkai, atau mengalami kenaikan sebesar 71.527.490 tangkai
(130,60 %). Produksi bunga dan daun potong lainnya tahun 2014 sebesar
305.313.989 tangkai bila dibandingkan produksi tahun 2013 sebesar 280.005.290
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 16
tangkai mengalami kenaikan senilai 25.308.699 tangkai atau mengalami kenaikan
sebesar 9,04%.
Kenaikan produksi tersebut antara lain karena adanya pengembangan
bunga potong mawar potong dan gerbera di Jawa Barat (Kabupaten Bandung
Barat, Cianjur) secara swadaya, karena adanya tren permintaan kedua jenis
tanaman tersebut. Perkembangan florikultura akhir-akhir ini cukup berkembang
dengan pesat, terutama untuk komoditas florikultura yang sedang menjadi “trend
setter” seperti gerbera dan mawar pada tahun 2014. Masyarakat banyak
memanfaatkan gerbera, mawar dan bunga potong lainnya pada even-even
tertentu seperti pada pesta-pesta pernikahan, hari raya Idul Fitri, Imlek atau hari
raya cina, Thank’s Giving, Hari Ibu, Valentine dan upacara-upacara adat dan
keagamaan. Pada tahun 2014 dilakukan pengembangan mawar seluas 22.750 m2,
yaitu di Bandung Barat (3.500 m2), di Cianjur (5.250 m2), di Tomohon (5.000 m2)
dan di Batu (9.000 m2). Hal tersebut menunjukkan bahwa mawar menjadi
komoditas yang memiliki potensi untuk dikembangkan di tahun 2014.
4.) Tanaman pot dan tanaman lansekap
Tanaman pot dan lansekap dalam hal ini hanya meliputi tanaman aglaonema,
euphorbia, adenium, ixora/soka, diffenbachia, sansevieria, dan caladium serta
tanaman palem. Berdasarkan renstra, bahwa target produksi tanaman pot dan
tanaman lansekap pada tahun 2014 sebesar 16.958.842 pohon dapat terealisasi
sebesar 36.607.813 pohon atau tercapai 215,86 % dengan selisih antara realisasi
dan target sebesar 19.648.971 pohon. Nilai realisasi produksi prognosa 2014
tersebut bila dibandingkan dengan produksi tanaman pot dan tanaman lansekap
pada tahun 2013 sebesar 34.033.679 pohon, maka terjadi 2.574.314 pohon
kenaikan sebesar 7,56%.
Kenaikan tersebut antara lain karena dukungan fasilitasi pengembangan
tanaman pot dan lansekap pada tahun 2013 yang mulai berproduksi pada tahun
2014, yaitu pengembangan Raphis di kabupaten Agam 8.000 m2, kota
Padangpanjang 8.000 m2, kabupaten Kampar 15.000 m2, kota Pekanbaru 15.000
m2, kabupaten Bintan 10.000 m2 dan kota Batam 8.000 m2. Pada tahun 2014,
juga dilakukan pengembangan tanaman pot dan lansekap di DKI Jakarta 10.000
m2, kota Bandung 5.000 m2, kota Semarang 10.000 m2, kota Yogyakarta 10.000
m2, kabupaten Deli Serdang 4.000 m2, kota Medan 10.000 m2, kota Palembang
5.000 m2, kota Samarinda 4.000 m2, kota Makassar 5.000 m2, kota Kendari 4.000
m2, kota Denpasar 7.000 m2 dan kota Tangerang 10.000 m2.
Pengembangan tanaman pot dan lansekap tersebut selain mendukung program
green city juga mendukung kabupaten/kota tersebut dalam pengembangan taman
kota. Di beberapa daerah pengembangan green city, beririsan dengan Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH) dari Kementerian Pekerjaan Umum. Daerah
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 17
yang beririsan tersebut antara lain kota Medan, kota Padang Panjang, kota Batam,
kota Bandung, kota Semarang, kota Yogyakarta, kota Mataram, kota Gorontalo,
kota Makassar, kota Kendari, kota Palu. Pengembangan tanaman pot dan
lansekap juga mendukung program P2KH. Tanaman hias pot juga dikembangkan
oleh para hobbies atau kolektor, sehingga mendorong petani untuk produksi
tanaman pot yang diminati kembali.
5.) Tanaman Bunga Tabur (Melati)
Tanaman bunga tabur yang dimaksud dalam point 5 adalah tanaman melati.
Dari target produksi bunga tabur 26.544.647 kg berdasarkan Renstra 2010-1014,
diperoleh hasil bahwa realisasi produksi tahun 2014 sesuai angka prognosa adalah
sebesar 33.093.933 kg (124,67 %). Apabila realisasi prognosa produksi 2014
sebesar 33.093.933 kg ini dibandingkan dengan angka produksi tahun 2013, telah
terjadi peningkatan sebesar 2.835.285 kg atau sebesar 9,37%. Peningkatan
produksi melati karena adanya pengembangan kawasan melati pada tahun 2013
seluas 80.000 m2, yaitu di kabupaten Batang 20.000 m2, kabupaten Pekalongan
20.000 m2, kabupaten Pemalang 20.000 m2 dan kab Purbalingga 20.000 m2.
Bila dilihat dari hasil pengukuran capaian sasaran Penetapan Kinerja (PK)
utama tahun 2013, diperoleh nilai rata-rata capaian tiga indikator kinerja utama
sebesar 98,51 %. Secara rinci nilai rata-rata capaian kinerja utama tersebut dapat
dilihat pada tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Pengukuran Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura TA. 2014
menurut target Penetapan Kinerja (PK)
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Satuan
Reali sasi
% Capaian Kinerja
Kontribusi
Meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu produk florikultura
Kawasan tanaman florikultura 490.653 m2 491.630 100,19 24,89
Registrasi lahan usaha tanaman florikultura
73 Lahan Usaha
141 193,15 47,98
Fasilitasi pengelolaan pascapanen tanaman florikultura
326
Unit
356
109,20
27,13
Rata-rata capaian kinerja sesuai Penetapan Kinerja(PK) 134,18 100
Program : Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Florikultura Berkelanjutan.
Anggaran: Rp. 48.811.100,-., karena ada kebijakan pengurangan anggaran sehingga anggaran menjadi Rp.
39.764.867.000,- (pusat 9.653.004.000, - dan daerah Rp.30.111.863.000,-)
Sumber : Data Penetapan Kinerja (PK) dan Data Realisasi dari daerah Tahun 2014 (diolah)
Berdasarkan hasil pengukuran pencapaian sasaran Penetapan Kinerja (PK)
di atas, secara umum menunjukkan bahwa Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura pada tahun anggaran 2014 dapat memenuhi target pencapaian sasaran
kinerjanya dengan rata-rata sebesar 159,02 %. Kontribusi total rata-rata terbesar
capaian kinerja adalah 40,54%. Realisasi capaian kinerja registrasi lahan usaha
adalah 141 lahan usaha (193,15 %) dari target 73 lahan usaha.
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 18
Kawasan florikultura terealisasi 491.630 m2 (100,19 %). Nilai pencapaian
kinerja pengembangan kawasaan ini melebihi dari targetnya sebesar 490.653 m2.
Untuk pengembangan kawasan krisan dan mawar di kota Batu, realisasinya dapat
melampaui target. Untuk pengembangan kawasan Mawar, dari target seluas 5250
m2, dapat tercapai 9.000 m2. Sedangkan untuk pengembangan kawasan krisan di
kota Batu, dari target seluas 3.500 m2, dapat direalisasikan seluas 8.400 m2.
Meskipun target pengembangan kawasan tercapai, tetapi terdapat beberapa
daerah yang tidak dapat mencapai target pengembangan kawasan :
1. Kabupaten Solok
Pengembangan krisan di kabupaten Solok tidak dapat memenuhi target
sasaran. Dari target luasan pengembangan kawasan krisan di Kabupaten
Solok seluas 3.500 m2, target luasan tersebut tidak tercapai karena kegiatan
pengadaan tidak dapat dilaksanakan. Hal tersebut terjadi karena kebijakan
pemotongan anggaran yang berpengaruh terhadap proses waktu pengadaan
yang terlalu sempit. Hal tersebut mengakibatkan tidak ada perusahaan yang
sanggup melaksanakan kegiatan (tidak ada yang menawar).
2. Kabupaten Bintan
Pengembangan kawasan raphis seluas 5.000 m2 tidak terlaksana karena
setelah ditinjau ulang, kelompok tani hasil CPCL secara teknis tidak memenuhi
terutama dalam hal ketersediaan air sepanjang tahun. Bila diperhatikan,
secara teknis petaninya kurang siap.
3. Kota Batam
Pengembangan kawasan raphis seluas 3.500 m2 tidak terealisasi karena lahan
yang akan digunakan untuk pengembangan raphis merupakan lahan milik
otorita batam. Adanya kebijakan dari otorita batam menyebabkan lahan
tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk pengembangan raphis.
4. Kota Medan
Pengembangan kawasan tanaman pot dan lansekap seluas 5.000 m2 tidak
terealisasi karena keterlambatan PPK dalam melaksanakan kegiatan.
Fasilitasi pengelolaan pascapanen terealisasi 599 unit (183,74 %) dari target
326 unit. Fasilitasi sarana prasarana pascapanen yang tidak terealisasi adalah
fasilitasi sarana prasarana pascapanen tanaman pot dan lansekap di kota Gorontalo
(1 unit), sarana prasarana pascapanen tanaman raphis di kota Batam (1 unit), dan
sarana prasarana pascapanen tanaman krisan kabupaten Bandung (1 unit).
Fasilitasi sarana prasarana pascapanen tidak terealisasi di kota Gorontalo, karena
adanya waktu yang tidak cukup dalam pengadaan sarana prasarana pascapanen
tersebut. Sedangkan sarana prasarana pascapanen di kota Batam tidak diadakan
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 19
sejalan dengan tidak direalisasikannya pengembangan kawasan di kota Batam.
Sarana prasarana pascapanen juga tidak terealisasi di Kabupaten Bandung, karena
sarana prasarana pascapanen yang sebelumnya dialokasikan untuk petani mawar
tidak diadakan. Petani mawar yang direncanakan akan mendapatkan fasilitasi
sarana prasarana pascapanen beralih mengusahakan tanaman sayuran.
Realisasi fasilitasi sarana prasarana pascapanen meningkat cukup banyak
(183,74%), karena terdapat daerah yang realisasinya melebihi target sebagai
berikut :
1. Realisasi sarana prasarana pascapanen di kota Pontianak sebanyak 43 unit,
dari targetnya 2 unit setelah dilakukan revisi. Sarana prasarana pascapanen
yang diadakan berupa rak display sebanyak 43 unit.
2. Di kabupaten Sleman, sarana prasarana pascapanen dari target sebanyak 1
unit terealisasi menjadi 247 unit, karena dilakukan revisi. Adapun realisasi
tersebut berupa gerobak roda tiga (5 unit), almari stainless ( 2 unit), ember
(100 buah), gunting (25 buah), meja panen lipat (100 unit), meja packing (6
unit), rak alat susun (2 unit), chopper (2 unit), meja grading (3 unit), meja
sortasi (2 unit).
Realisasi registrasi lahan usaha mencapai 141 lahan usaha dari target 73
lahan usaha (193,15%). Registrasi lahan usaha yang tidak terealisasi adalah
registrasi lahan usaha di provinsi Riau (2 lahan usaha). Tidak terealisasinya
kegiatan registrasi lahan usaha di provinsi Riau, karena terjadinya perubahan
Struktur Organisasi dan Tata Kerja yang membuat waktu untuk melaksanakan
kegiatan tersebut tidak memungkinkan. Meskipun begitu, realisasi registrasi lahan
usaha di provinsi Jawa Timur melebihi target yang telah ditentukan (target : 73
lahan usaha dan realisasi 141 lahan usaha).
Bila dilihat dari target berdasarkan DIP-A/ POK tahun 2014, rata-rata
realisasi capaian kinerja utama terealisasi 134,88 %. Berdasarkan POK diperoleh
hasil bahwa untuk realisasi penetapan kinerja, kinerja yang tidak tercapai adalah
kinerja pengembangan kawasan di mana dari target 498.480 m2, terealisasi
491.630 m2 atau sebesar 98,63%. Sedangkan untuk realisasi SL GAP, SL GHP,
pedoman-pedoman, pembinaan/pengembangan tanaman florikultura, layanan
perkantoran terealisasi 100%. Capaian kinerja DIPA/PO terlihat pada tabel 10.
Realisasi registrasi lahan usaha berdasarkan target DIPA/POK tahun 2014
mengalami capaian melebihi targetnya. Target registrasi lahan usaha adalah 73
lahan usaha, terealisasi 141 lahan usaha (193,15%). Registrasi lahan usaha yang
tidak dilaksanakan adalah di provinsi Riau, di mana dari target 2 lahan usaha yang
direncanakan untuk diregistrasi, tidak ada lahan usaha yang teregistrasi. Realisasi
registrasi lahan usaha tidak tercapai, karena terjadi perubahan struktur organisasi
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 20
dan tata kerja di provinsi Riau yang menghambat proses administrasi registrasi
lahan usaha. Realisasi lahan usaha di provinsi Jawa Timur melebihi targetnya, di
mana dari 14 lahan usaha yang ditargetkan untuk diregistrasi, terealisasi 84 lahan
usaha. Tingginya realisasi karena pada target yang direncanakan 1 kelompok tani
yang terdiri dari beberapa petani dihitung 1 lahan usaha, realisasinya 1 petani
dihitung 1 lahan usaha.
Sarana prasarana budidaya dari target dalam DIPA/POK 177 unit, terealisasi
337 unit (190,40%). Realisasi sapras budidaya yang melebihi target terjadi karena
di kota Pontianak, sapras budidaya ditargetkan sebanyak 1 unit, tetapi direvisi
menjadi 166 unit dan terealisasi sebanyak 166 unit. Sapras budidaya yang
direalisasikan antara lain berupa pompa air dan perlengkapannya (10 unit), selang
air (10 roll), kabel listrik dan perlengkapannya (10 roll), gerobak dorong roda satu
(27 unit), cangkul (24 unit), sekop (24 unit), ember plastik (48 unit) dan alat
sprayer (33 unit)
Sarana prasarana budidaya yang tidak terealisasi adalah sarana prasarana
budidaya pompa air di kota Surabaya (Tugas Pembantuan Provinsi), di kota Medan,
di kota Batam dan kabupaten Bintan. Lahan yang direncanakan untuk digunakan
untuk sarana prasarana budidaya tersebut tidak dapat digunakan. Di lokasi lahan
tersebut tidak ada jaminan bahwa lahan lokasi yang bersangkutan tidak
dialihfungsikan untuk 5 (lima) tahun mendatang. Sarana prasarana budidaya di
kota Medan, kota Batam dan kabupaten Bintan tidak terealisasi, karena tidak
terealisasinya kegiatan pengembangan kawasan di daerah tersebut.
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 21
Tabel 10. Pengukuran Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura berdasarkan target DIPA/POK Tahun 2014
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target Realisasi Persentase (%) Volume Satuan
Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan
1. Pengembangan Kawasan Tanaman Florikultura
498.480 m2 491.630 98,63
- Peningkatan kapabilitas petugas/ Petani
88 Orang 88 100
- Pemberdayaan Kelembagaan Usaha
12 Lembaga 12 100
2. SL GAP 44 Kelompok 44 100
3. Pedoman-pedoman 12 Judul 12 100
4. Registrasi Lahan Usaha
73 Lahan Usaha 141 193,15
5. Pembinaan/pengembangan tanaman florikultura
50 Kab/Kota 50 100
6. SL GHP 28 Kelompok 28 100
7. Sarana Prasarana Budidaya
177 Unit 337 190,40
8. Sarana Prasarana Pascapanen
326 Unit 356 109,20
9. Layanan Perkantoran 12 Bulan 12 100
Rata-Rata 121,26
Realisasi sarana prasarana pascapanen dari target 326 unit, terealisasi 356
unit (109,20%). Realisasi yang jauh melebihi target, karena adanya realisasi
sapras pascapanen di kota Pontianak berupa 43 unit rak display dari target 2 unit
dan realisasi sapras pascapanen di kabupaten Sleman berupa 4 unit dari target 2
unit. Sarana prasarana pascapanen yang tidak terealisasi yaitu
1. Tidak terealisasinya 4 unit sarana prasarana pascapanen di kabupaten Bintan,
karena tidak terealisasinya pengembangan kawasan.
2. Tidak terlaksananya pengadaan 4 unit sarana prasarana pascapanen di kota
Batam, karena tidak dilaksanakannya kegiatan pengembangan kawasan.
3. Sarana prasarana pascapanen sebanyak 1 unit di kota Gorontalo (dekon
provinsi). Hal tersebut karena dengan adanya kebijakan pemotongan anggaran
menghambat proses administrasi, sehingga waktu yang digunakan untuk
pengadaan sarana prasarana pascapanen tidak cukup.
4. Tidak terealisasinya pengadaan sarana prasarana pascapanen sebanyak 2 unit
di Kabupaten Bandung. Hal tersebut terjadi karena petani yang direncanakan
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 22
akan mendapatkan alokasi sarana prasarana pascapanen mengalihkan
usahanya menjadi usaha tanaman sayuran.
Capaian kinerja pengembangan kawasan mencapai 98,6%, dari target
seluas 498.490 m2, terealisasi 491.630m2. Hal tersebut antara lain disebabkan:
1.) Tidak terealisasinya pengembangan kawasan krisan seluas 3.500 m2 di
kabupaten Solok yang antara lain disebabkan karena telah terjadi gagal tender.
Kejadian gagal tender terjadi karena dengan adanya kebijakan pemotongan
anggaran yang mengakibatkan revisi, sehingga waktu yang tersedia untuk
pelaksanaan kegiatan menjadi terlalu sempit. Hal tersebut mengakibatkan tidak
ada perusahaan yang sanggup melaksanakan kegiatan (tidak ada yang
menawar).
2.) Tidak terealisasinya pengembangan kawasan raphis seluas 3.500 m2 di
kabupaten Bintan. Pengembangan kawasan raphis seluas 3.500 m2 tidak
terlaksana, karena setelah ditinjau ulang, kelompok tani hasil CPCL secara teknis
tidak memenuhi terutama dalam hal ketersediaan air sepanjang tahun. Slain
itu, secara teknis petaninya juga kurang siap.
3.) Tidak terealisasinya pengembangan kawasan raphis seluas 3.500 m2 di kota
Batam. Hal tersebut terjadi karena lahan otorita batam yang direncanakan
untuk pengembangan raphis tidak dapat dipergunakan lagi untuk
pengembangan raphis.
2. Analisis Capaian Kinerja 2014
Capaian kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura diukur
dengan 3 (tiga) indikator kinerja seperti tercantum dalam Penetapan Kinerja yang
telah ditandatangani Direktur Budidaya dan Pascapanen Florikultura pada bulan
Februari 2014 dan telah direvisi pada bulan Agustus 2014. Adapun pencapaian
indikator kinerja kegiatan untuk mencapai sasaran ini dapat dilihat secara detail
pada tabel 8, 9 dan 10 di atas.
Sasaran strategis ini dicapai melalui program peningkatan produksi,
produktivitas, dan mutu tanaman florikultura berkelanjutan, yang dilaksanakan
melalui 3 kegiatan sebagai indikator kinerja utama, yaitu:
a. Indikator Kinerja Pengembangan Kawasan Tanaman Florikultura
Pengembangan usaha florikultura di berbagai daerah berkembang cukup
pesat. Dengan adanya pengembangan melalui pengutuhan kawasan tanaman
florikultura, pelaku usaha florikultura diharapkan bergabung dalam suatu kawasan
usaha agribisnis, sehingga kuantitas dan kualitas dari produksinya seragam karena
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 23
dikelola dalam satu manajemen. Selain itu manfaat yang didapat adalah
terbentuknya kawasan florikultura menuju skala usaha ekonomis dengan
menerapkan rantai pasok yang baik dan teknologi maju berbasis GAP/SOP.
Pengutuhan kawasan florikultura dialokasikan di beberapa daerah, baik pusat,
22 provinsi, 50 kabupaten dan kota dengan total biaya Rp. 39.764.867.000,-
(pusat Rp.9.653.004.000 dan daerah Rp.30.111.867.000,-). Dari target
pengembangan kawasan seluas 498.480 m2 dapat direalisasikan seluas 491.630
m2 (98,63%).
Pada tahun 2014, pengembangan kawasan krisan dianggarkan Rp.
9.157.865.000,- untuk target pengembangan seluas 76.850 m2 dan telah
terealisasi 81.750 m2 (106,4 %). Kabupaten Solok tidak dapat merealisasikan
3.500 m2 target luasan krisannya. Realisasi pengembangan krisan yang melebihi
target adalah di kota Batu, dengan target 3500 m2 dan terealisasi 8.400 m2. Lokasi
pengembangan kawasan krisan tersebar di 8 provinsi dan 17 kabupaten/kota,
yaitu di sentra krisan utama di Jawa Barat (kab Bandung Barat, kab Bandung, kab
Cianjur, kab Sukabumi), dan Jawa Timur (kab Pasuruan, kab Malang dan kota
Batu). Kemudian di penumbuhan di sentra baru yaitu di Jawa Tengah (kab
Semarang, kab Wonosobo), DI Yogyakarta (Kab Sleman dan Kulonprogo),
Sumatera Barat (Kota Solok), Bali (kab Tabanan, kab Buleleng dan kab
Karangasem),Sulawesi Utara (Kota Tomohon), Sulawesi Selatan (Kabupaten
Gowa). Pengembangan krisan tersebut didorong untuk memenuhi permintaan
krisan yang semakin meningkat, mengingat krisan sebagai bahan utama dalam
rangkaian bunga. Dengan berkembangnya sentra-sentra penumbuhan baru,
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan krisan potong di wilayah-wilayah tersebut,
tanpa harus mendatangkan dari sentra-sentra utama.
Pengembangan kawasan anggrek dengan anggaran Rp.2.771.482.000,- untuk
mendukung pengembangan seluas 13.200 m2 dan terealisasi seluas 13.200 m2
(100%). Lokasi pengembangan dan penumbuhan kawasan anggrek tersebar di 7
provinsi dan 8 kabupaten/kota, yaitu di Jawa Barat (kab Bogor), Jawa Tengah
(kab Karanganyar, kota Semarang), Banten (kota Tangerang Selatan), Jambi
(kota Jambi), Kalimantan Barat (kota Pontianak), Sulawesi Tengah (kota Palu),
dan Bali (Denpasar). Pengembangan anggrek tersebut dimaksudkan untuk
memenuhi permintaan dalam negeri yang terus meningkat dan mengurangi
ketergantungan impor anggrek.
Untuk dukungan pengembangan kawasan Mawar pada tahun 2014 telah
dianggarkan anggaran sebesar Rp. 1.492.775.000,- dengan target luas 19.000 m2
dan terealisasi 22.750 m2 (119,7%). Realisasi pengembangan mawar yang
melebihi target adalah di kota Batu, dari target seluas 5.250 m2, terealisasi
9000m2. Lokasi pengembangan kawasan mawar berada di 3 provinsi dan 4
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 24
kabupaten dan kota, antara lain adalah di Provinsi Jawa Barat (kab Bandung
Barat, kab Cianjur), Jawa Timur (kota Batu), Sulawesi Utara (kota Tomohon).
Mawar merupakan komoditas yang memiliki potensi cukup baik untuk
dikembangkan. Permintaan akan komoditas mawar untuk florist, dekorator cukup
meningkat, sedangkan pelaku usaha yang bergerak di usaha budidaya mawar
belum banyak. Oleh karena itu, banyak kelompok tani/petani di beberapa sentra
tanaman bunga potong menjadi tertarik dalam mengusahakan komoditas mawar.
Anggaran sebesar Rp. 439.800.000,- untuk mendukung pengembangan
kawasan Leatherleaf seluas 9.100 m2 dan terealisasi seluas 9.100 m2 (100%).
Lokasi pengembangan kawasan Leatherleaf tersebar di Provinsi Jawa Tengah
yang tersebar di 3 kabupaten, yaitu Kab Semarang 2.100 m2, kab Magelang 5.000
m2, kab Wonosobo 2.000 m2.
Pada tahun 2014, terdapat anggaran untuk pengembangan kawasan dracaena
seluas 5.250 m2, di 1 provinsi dan 1 kabupaten, yaitu di kabupaten Sukabumi,
provinsi Jawa Barat. Target tersebut terealisasi 100%. Dracaena merupakan
salah satu jenis tanaman hias berdaun indah yang dapat dimanfaatkan sebagai
materi taman, daun potong, sebagai hiasan rumah (tanaman indoor) dengan seni
kreatifitas untuk membentuk dan merangkai tanaman tersebut menjadi berbagai
macam bentuk hiasan yang sangat unik, rangkaian bunga dan lain-lain.
Permintaan pasar baik dalam negeri maupun ekspor untuk tanaman indoor dari
jenis Dracaena sangat besar.
Heliconia sebagai tanaman florikultura tropis yang eksotis dan sangat disukai
oleh konsumen di mancanegara. Permintaan ekspor untuk komoditas Heliconia
cukup tinggi, namun lahan produksi masih sangat terbatas. Pada tahun 2014
dilakukan fasilitasi anggaran sebesar Rp.1.248.125.000,- untuk pengembangan
kawasan heliconia di 2 provinsi dan 2 kabupaten dan kota seluas 14.000 m2.
Kawasan heliconia tersebut terealisasi seluas 14.000 m2 (100%). Pengembangan
kawasan heliconia di Bali (Kab Gianyar), Nusa Tenggara Barat (kota Mataram).
Komoditas bunga potong lain yang dikembangkan pada tahun 2014 adalah
Sedap Malam. Pengembangan Sedap Malam dilakukan di 3 provinsi dan 3
kabupaten/kota dengan target luasan 110.000 m2. Target tersebut terealisasi
110.000 m2 (100%). Pada tahun 2014, kawasan Sedap Malam dikembangkan di
Jawa Tengah (kab Magelang), Lampung (kab Tanggamus) dan Nusa Tenggara
Barat (kota Mataram).
Pengembangan kawasan melati dengan anggaran biaya Rp 3.282.200.000,-
untuk mengembangkan melati seluas 140.500 m2 dan terealisasi 100 %, yaitu
seluas 140.500 m2. Lokasi fasilitasi pengembangan kawasan melati TA. 2014 di
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 25
Provinsi Jawa Tengah (Kab Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang, Kab
Purbalingga ) dan di Jawa Timur yaitu di Kab Bangkalan.
Pengembangan kawasan Raphis excelsa dibiayai anggaran sebesar
Rp.3.292.740.000,- untuk pengembangan Raphis excelsa seluas 48.400 m2 dan
terealisasi seluas 34.500 m2 (71,3%). Lokasi pengembangan kawasan Raphis
excelsa di 3 provinsi dan 6 kab/kota, yaitu di provinsi Sumatera Barat ( Kab Agam
10.000 m2, Kota Padangpanjang 10.500 m2, kota Payakumbuh 10.000 m2), Riau
(Kota Pekanbaru 7.000 m2) dan provinsi Kepulauan Riau (Kab Bintan 3.500 m2 dan
Kota Batam 3.500 m2). Realisasi yang rendah karena tidak terealisasinya
pengembangan kawasan Raphis di kabupaten Bintan (dekon provinsi) dan kota
Batam.
Pengembangan Raphis excelsa untuk mendukung ekspor, antara lain ke
Belanda dan Singapura. Selama ini permintaan ekspor Raphis excelsa cukup tinggi,
namun tidak dapat dipenuhi karena sangat terbatas produksinya dan pertumbuhan
yang relatif lambat, serta masih terhambat dengan mahalnya transportasi karena
jauhnya jarak pelabuhan dengan sentra produksi. Ekspor dari sumbar dan Riau
masih melalui pelabuhan Tanjungpriuk di Jakarta atau Belawan di Medan.
Pengembangan kawasan tanaman pot dan tanaman lansekap dengan
anggaran Rp. 5.264.870.000,- dengan target pengembangkan seluas 46.000
m2, terealisasi seluas 46.000 m2 (100%). Lokasi pengembangan kawasan
tanaman pot dan lansekap tersebar di 13 provinsi dan 13 kota yaitu Sumatera
Utara (kota Medan), Sumatera Selatan (Palembang), Jawa Barat (kota Bandung),
Jawa Tengah (kota Semarang), DIY (kota Yogyakarta), Jawa Timur (kota
Surabaya yang merupakan dekon provinsi), Bali (kota Denpasar), Nusa Tenggara
Timur (kota Kupang yang merupakan dekon provinsi), Kalimantan Timur (kota
Samarinda), Sulawesi Tengah (kota Palu), Sulawesi Selatan (kota Makassar yang
merupakan dekon provinsi), Sulawesi Tenggara (Kendari yang merupakan dekon
provinsi) dan Gorontalo (kota Gorontalo yang merupakan dekon provinsi).
Pengembangan tanaman hias pot dan lansekap ditujukan untuk mendukung
program green city dan mendukung pengembangan dan penataan lansekap yang
asri di ibu kota provinsi.
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 26
b. SL GAP
Sekolah Lapangan GAP Florikultura merupakan metode belajar bagi para
petani/petugas untuk saling memahami kondisi nyata lahan usaha dan di
lapangan mereka saling bertukar pengalaman serta informasi dalam
berbudidaya tanaman florikultura. Anggaran SL GAP pada tahun 2014 adalah
sebesar Rp. 1.320.000.000,-, dilakukan di 13 provinsi dan 31 kabupaten/kota.
Untuk mempercepat penerapan GAP/SOP pada lahan usaha/kebun florikultura
dilakukan dengan pendekatan Sekolah Lapangan GAP florikultura. Dengan
kegiatan ini diharapkan petani menjadi paham secara detail dalam mengelola
usahanya serta menjadi manager di lahan usahanya sendiri sehingga mampu
mengatasi segala permasalahan yang dihadapinya secara mandiri. Pada Tahun
2014 SL GAP ditargetkan sebanyak 44 kelompok dan terealisasi sebanyak 44
kelompok (100%).
c. Pedoman-pedoman
3. Dalam melakukan tugas pokok dan fungsi Direktorat Budidaya dan Pascapanen
diperlukan adanya pembuatan kebijakan, norma, standar, kriteria dan prosedur
yang disusun dan hasilnya disosialisasikan kepada seluruh pemangku
kepentingan. Sebagai upaya mendukung pengembangan kawasan diterbitkan
pedoman teknis sebagai penunjang pengembangan produksi, produktivitas,
mutu florikultura. Target penyusunan dan perbanyakan 12 judul pedoman
dengan anggaran Rp. 1.138.953.000,- dapat terealisasi 12 judul buku
(100%), seperti terlihat pada tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 11. Judul Pedoman yang direalisasi Tahun 2014
No Judul Buku/Poster/Leaflet Volume Satuan
1 GAP Florikultura 1.000 Buku
2 Katalog Dracaena 500 Buku
3 SOP Pascapanen Mawar 400 Buku
4 Profil Mawar 350 Buku
5 Profil Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 325 Buku
6 Petunjuk Teknis 2015 Kegiatan Produksi dan Produktivitas Florikultura Ramah Lingkungan 2015
175 Buku
7 Merangkai Bunga 250 Buku
8 Pedoman Nursery 400 Buku
9 Informasi Teknis Tanaman Hias Berbunga Indah 250 Buku
10 Informasi Teknis Tanaman Pot dan Lansekap Seri Tanaman Memanjat
220 Buku
11 Analisa Usaha Tani Tanaman Pot dan Lansekap 330 Buku
12 SOP Budidaya Gerbera 400 Buku
Sumber: Laporan Kegiatan Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Tahun 2014
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 27
d. Registrasi Lahan Usaha
Registrasi lahan usaha merupakan proses pengakuan pada kebun/lahan usaha
yang telah menerapkan prinsip-prinsip GAP/SOP, menerapkan PHT dan
pencatatan terhadap seluruh kegiatan usaha sehingga dapat dihasilkan produk
yang berkualitas dan memperhatikan aspek lingkungan untuk
keberlanjutannya. Manfaat registrasi unit usaha tanaman florikultura antara lain
dapat menilai tingkat penerapan pelaksanaan GAP/SOP, menyiapkan sistem
jaminan mutu, mempermudah telusur balik (traceability) serta mendorong
percepatan akses pasar. Registrasi tidak hanya tercatat secara manual di
daerah, tetapi data registrasi kebun/lahan usaha tersebut harus terintegrasi
menjadi satu sistem data produksi florikultura Nasional.
Dari target 73 lahan usaha yang harus diregistrasi oleh 12 Dinas Pertanian
provinsi pada tahun 2014 dan telah terealisasi sebanyak 141 lahan usaha
(193,15 %) yang telah teregistrasi. Anggaran untuk registrasi lahan usaha
florikultura melalui APBN sebesar Rp. 146.270.000,-. Tingginya realisasi
disebabkan dari target yang direncanakan 1 (satu) kelompok yang terdiri dari
beberapa petani dihitung 1 lahan usaha, tetapi realisasinya 1 petani dihitung 1
lahan usaha. Salah satu wilayah dengan realisasi melebihi target adalah
provinsi Jawa Timur. Realisasi registrasi lahan usaha di provinsi Jawa Timur
mencapai 84 lahan usaha melebihi target 14 lahan usaha. Meskipun begitu,
terdapat daerah yang realisasi registrasi lahan usahanya tidak tercapai. Daerah
tersebut adalah provinsi Riau. Dari target 2 lahan usaha untuk diregistrasi,
realisasinya tidak tercapai. Hal tersebut terjadi karena tidak cukup waktu
dalam pelaksanaan registrasi lahan usaha akibat dari perubahan struktur
organisasi dan tata cara kerja.
e. Pembinaan/Pengembangan Tanaman Florikultura
Pembinaan dalam rangka pengutuhan kawasan tanaman florikultura.
Pembinaan dilakukan sebagai upaya pengutuhan kawasan tanaman florikultura
melalui pengembangan kawasan, pengembangan produksi di 50 kabupaten
/kota dan pembinaan pengembangan pascapanen tanaman florikultura di 50
kabupaten/kota. Pada tahun 2014, telah dianggarkan anggaran sebesar Rp.
1.880.306.000,- untuk kegiatan pembinaan/pengembangan tanaman
florikultura.
f. SL GHP
Sekolah Lapang GHP merupakan praktek lapang penerapan GHP dalam rangka
menciptakan pengelolaan pascapanen tanaman florikultura yang bermutu
sesuai dengan permintaan pasar. Anggaran untuk SL GHP adalah Rp.
560.000.000,-, dilakukan di 10 provinsi dan 22 kabupaten/kota.
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 28
SL-GHP juga merupakan wahana bagi para petani untuk saling belajar dan
bertukar pengalaman antar anggota dan interaksi antara petani dan pemandu
lapang tentang pengelolaan pascapanen yang baik dan benar terhadap suatu
komoditas yang diusahakan oleh petani.
SL-GHP Tahun 2014 sasaran outputnya sebanyak 30 kelompok, dan terealisasi
sebanyak 30 kelompok (100%). Pelaksanaan SL-GHP untuk mendukung
peningkatan mutu pada florikultura dilaksanakan pada tanaman anggrek,
krisan, heliconia, leatherleaf, raphis excelsa, tanaman pot dan lansekap.
g. Sarana Prasarana Budidaya
Untuk menghasilkan produk yang bermutu dalam budidaya komoditas
florikultura, membutuhkan sarana prasarana budidaya sesuai dengan
karakteristik tanamannya. Dengan adanya sarana prasarana budidaya,
diharapkan tanaman dapat tumbuh secara optimal sehingga produksi dan
produktivitas tanaman meningkat. Sarana prasarana budidaya dari target 177
unit terealisasi 337 unit (190,40%). Jumlah anggaran untuk fasilitasi sarana
prasarana budidaya adalah sebesar Rp. 5.742.090.000,- di 19 provinsi dan 43
kabupaten/kota.
h. Sarana Prasarana Pascapanen
Mutu produk florikultura sangat terkait dengan aspek penerapan teknologi
penanganan pascapanen. Saat ini penanganan pascapanen sebagian besar
masih menggunakan sarana teknologi yang sederhana (tradisional) dan
peralatan atau sarana seadanya. Penanganan pascapanen belum berkembang
seperti yang diharapkan karena kemampuan dan pengetahuan petani yang
terbatas, kelembagaan pascapanen yang belum berkembang, terbatasnya alat
mesin pascapanen di pedesaan, penggunaan alat mesin yang belum optimal,
dan belum mantapnya kemitraan usaha antara petani dan konsumen.
Lemahnya pembinaan penanganan pascapanen mempunyai andil terhadap
rendahnya mutu produk yang dihasilkan yang berakibat langsung terhadap
rendahnya daya saing produk di pasaran baik domestik maupun internasional.
Oleh karena itu, peningkatan mutu produk florikultura dilakukan melalui
peningkatan pembinaan pascapanen dan penguatan sistem standar mutu
produk sehingga meningkatkan daya saing di pasar domestik dan internasional.
Sehubungan dengan hal tersebut, disamping perlu peningkatan kompetensi
petani dalam penanganan pascapanen dengan teknologi yang tepat guna
dalam bentuk Sekolah Lapang GHP dan pembinaan pascapanen, juga perlu
didukung peningkatan sarana atau peralatan yang lebih memadai. Karena
keterbatasan kemampuan petani ataupun kelompoktani dalam pengadaan
sarana prasarana tersebut, maka pemerintah memberikan dukungan fasilitasi
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 29
sarana prasarana pascapanen florikultura, packing house dan sarana
pascapanen.
Pada tahun 2014, indikator kinerja fasilitasi pengelolaan pascapanen florikultura
dapat diukur dari pencapaian kinerja fasilitasi sarana prasarana pascapanen dan
SL-GHP. Target pengadaan fasilitasi sarana prasarana pascapanen adalah 326
unit dengan jumlah alokasi anggaran Rp. 6.559.312.000,-. Sarana prasarana
pascapanen antara lain dalam bentuk mobil box berpendingin 4 unit, outlet
berpendingin 1 unit, selebihnya berupa gerobak motor roda tiga, fiber box,
meja grading dan lain-lain. Dari target 326 unit sarana prasarana pascapanen,
terealisasi 356 unit (109,20 %). Sarana prasarana pascapanen yang tidak
terealisasi terdiri dari 4 unit di kabupaten Bintan, 4 unit di kota Batam, 1 unit di
kota Gorontalo dan 2 unit di kabupaten Bandung. Adapun pengadaan sarana
prasarana pascapanen yang melebihi target adalah fasilitasi sarana prasarana
pascapanen di kota Pontianak dan kabupaten Sleman.
i. Layanan Perkantoran
Layanan perkantoran untuk administrasi kegiatan surat menyurat, penyusunan
ROK, Juklak, Laporan Bulanan, Laporan Tahunan dan lain-lain dengan target
realisasi 12 bulan dan terealisasi 12 bulan. Pada tahun 2014, anggaran untuk
layanan perkantoran adalah sebesar Rp. 847.580.000,-
3. Pengukuran Capaian Kinerja 2010-2014
Dalam periode 2010-2014 ditetapkan sasaran pembangunan florikultura melalui
indikator sebagai berikut :
a) Produksi dan laju pertumbuhan produksi florikultura yang harus dicapai adalah
(1) Tanaman Bunga dan daun potong sebesar 248.080.490 tangkai (9,21%),
(2) Tanaman Hias pot dan taman sebesar 12.183.236 pohon (5,38 %), (3)
Bunga tabur sebesar 24.970.713 kg (9,9 %).
b) Lahan usaha yang diregistrasi GAP meningkat 5 % dari tahun sebelumnya
Kegiatan pengembangan florikultura di atas dilakukan melalui strategi
pengembangan kawasan florikultura, penerapan Good Agriculture Practices
(GAP), penerapan Good Handling Practices (GHP), sekolah lapangan GAP dan
GHP, peningkatan kapabilitas petugas/petani, pemberdayaan kelembagaan
usaha, fasilitas sarana budidaya dan pasca panen dan registrasi kebun/lahan
usaha.
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 30
Tabel 12. Indikator Sasaran Strategis Pembangunan Hortikultura Tahun 2010-2014
No Indikator Strategis Target
2010 2011 2012 2013 2014
Florikultura (Ribu Tangkai)
248.080 414.058 431.523 449.698 468.604
1 Anggrek (Ribu Tangkai) 17.659 14.492 14.949 15.420 15.907
2 Krisan (Ribu Tangkai) 115.693 193.132 201.369 209.957 218.911
3 Tanaman Hias Bunga dan Daun Lainnya (Ribu Tangkai)
114.728 206.433 215.205 224.322 233.786
4 Tanaman Pot dan Tanaman Taman (Ribu Pohon)
12.183 15.131 15.712 16.317 16.959
5 Tanaman Bunga Tabur (melati) (Ribu Ton)
24.971 22.741 23.943 25.210 26.545
Sebagai catatan, angka produksi tahun 2014 yang digunakan adalah angka
prognosa. Angka prognosa produksi hortikultura Tahun 2014 diperoleh dari angka
realisasi yang masuk berdasarkan laporan Rekapitulasi Provinsi Statistik Pertanian
Hortikultura (RPSPH) yang dikirimkan oleh Dinas Pertanian provinsi setiap bulan
dan estimasi dari laporan yang belum masuk. Angka prognosa Tahun 2014 masih
akan mengalami perubahan pada waktu penetapan Angka Tetap pada bulan Juni
2015.
Tabel 13. Perkembangan Produksi Florikultura Tahun 2010-2014
No
Komoditas
Tahun Rata-
rata
Perkem-
bangan
(%)
2010 2011 2012 2013 2014*
1 Anggrek (Tangkai) 14.050.445 15.490.256 20.727.891 20.277.672 21.550.874 12,04
2 Krisan (Tangkai) 185.232.970 305.867.882 397.651.571 387.208.754 400.594.757 23,99
3 Tanaman Hias
bunga dan daun
potong lainnya
(Tangkai)
186.503.511
170.044.293
201.672.108
280.005.290
305.313.989
14,41
4 Tanaman pot dan
tanaman taman
(Pohon)
26.275.138 33.966.123 32.337.521 34.033.679 36.607.813 9,32
5 Tanaman Bunga
Tabur (Melati) Kg
21.600.442 22.541.485 22.862.322 30.258.648 33.093.933 11,88
Pada tabel 13 ditampilkan perkembangan produksi florikultura utama untuk
anggrek, krisan, tanaman hias bunga dan daun potong lainnya, tanaman pot dan
tanaman taman serta tanaman bunga tabur (Melati) pada tahun 2010-2014.
Berdasarkan tabel 13, dapat diketahui bahwa rata-rata perkembangan produksi
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 31
komoditas anggrek pada tahun 2010-2014 adalah 12,04%. Perkembangan produksi
anggrek pada tahun 2010-2012 mengalami kenaikan untuk setiap tahunnya. Pada
tahun 2013, angka produksi anggrek (20.277.672 tangkai) mengalami penurunan
bila dibandingkan dengan angka produksi pada tahun 2012 (20.727.891 tangkai).
Perkembangan angka produksi anggrek pada tahun 2010-2014 menunjukkan
perkembangan yang stabil.
Produksi krisan selama tahun 2010-2012 mengalami kenaikan yaitu pada
tahun 2010 berjumlah 185.232.970 tangkai, tahun 2011 berjumlah 305.867.882
tangkai dan tahun 2012 berjumlah 397.651.751 tangkai. Angka produksi ini
menurun pada tahun 2013 menjadi 387.208.754 tangkai. Rata-rata perkembangan
produksi krisan tahun 2010-2014 mencapai 23,99%. Nilai rata-rata perkembangan
produksi krisan ini dapat dilihat dengan lokasi pengembangan krisan yang tidak
hanya tersebar di Pulau Jawa, tetapi juga tersebar di luar pulau Jawa.
Perkembangan daerah sentra produksi ini karena permintaan krisan untuk florist,
dekorator dan wedding organizer untuk rangkaian semakin banyak. Menurunnya
angka produksi krisan pada tahun 2013 dibandingkan pada tahun 2012 disebabkan
dengan beralihnya para kelompok tani dari usaha budidaya krisan menjadi usaha
budidaya mawar.
Perkembangan produksi tanaman daun dan bunga potong lainnya
mengalami kenaikan pada tahun 2011-2013. Kenaikan produksi ini menunjukkan
permintaan aneka jenis bunga dan daun potong (selain krisan) untuk dekorasi yang
semakin meningkat. Komoditas bunga dan daun potong yang mengalami
peningkatan nilai produksi cukup signifikan adalah komoditas mawar. Di berbagai
daerah sentra, terdapat kelompok tani krisan yang beralih untuk mengusahakan
komoditas mawar.
Bila dibandingkan dengan jenis tanaman florikultura lainnya, tanaman pot
dan taman merupakan tanaman dengan rata-rata nilai perkembangan produksi
terendah (9,32%) pada tahun 2010-2014. Permintaan untuk komoditas tanaman
pot dan lansekap semakin meningkat dengan adanya kebutuhan kota dan
kabupaten akan tanaman pot dan lansekap untuk pembangunan taman kota.
Trend perkembangan produksi bunga tabur (melati) mengalami
peningkatan pada tahun 2010-2014 dengan rata-rata perkembangan 11,88%.
Pemanfaatan tanaman melati antara lain adalah untuk keperluan lokal dan
ekspor.Untuk keperluan lokal, melati digunakan untuk dekorasi dan bahan baku
untuk pabrik teh. Ekspor melati antara lain adalah ke Singapura, Thailand, India
dan lain-lain.
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 32
Tabel 14. Capaian Produksi Florikultura terhadap Renstra 2010 – 2014.
Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2010-2014
Berdasarkan realisasi pencapaian target produksi, florikultura adalah komoditas
yang memperlihatkan capaian produksi yang sangat baik. Meskipun trendnya
berfluktuasi, namun capaian target produksi sangat tinggi yaitu selalu diatas 100%,
seperti pada tahun 2010 realisasi produksi mencapai 155,51%, dan agak menurun
sedikit menjadi 118,68% capaian produksinya di tahun 2011, tapi terus meningkat
menjadi 143,68% dan 152,87 di tahun 2012 dan 2013. Namun di tahun 2014,
berdasarkan angka prognosa terlihat bahwa pencapaian target produksi florikultura
agak menurun yaitu menjadi 124,37%.
Peningkatan produksi florikultura secara keseluruhan tersebut disebabkan oleh
semakin berkembangnya gaya hidup, selera masyarakat serta pemanfaatan benih
bermutu dan adopsi teknologi terbaru. Dengan meningkatnya pemanfaatan
florikultura, maka permintaan pasar domestik dalam beberapa tahun terakhir
meningkat pula sehingga dapat menggerakkan sektor produksi florikultura di
berbagai daerah. Produksi florikultura sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar
dan kondisi perekonomian nasional. Capaian produksi florikultura terhadap target
Renstra tahun 2010-2014 disajikan pada tabel 14.
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 33
4. Analisis Capaian Kinerja 2010-2014
Tabel 15. Capaian Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produksi Florikultura Tahun
2011-2014
No
Tahun
Pengembangan
Kawasan
Florikultura
(m2)
Sekolah
Lapang
GAP
Sekolah
Lapang
GHP
Registrasi
Lahan
Usaha
1 Tahun 2011
- Target 283 334 - 135
- Capaian 216 324 - 98
- Realisasi (%) 76,33 97,01 - 72,59
2 Tahun 2012
- Target 371.850 76 57 26
- Capaian 355.252 78 53 29
- Realisasi (%) 95,54 102,63 92,98 111,54
3 Tahun 2013
- Target 453.600 56 36 30
- Capaian 401.220 67 34 30
- Realisasi (%) 88,45 119,64 94,44 100
4 Tahun 2014
- Target 498.480 44 28 73
- Capaian 491.630 44 28 124
- Realisasi (%) 98,63 100 100 170
Berdasarkan tabel 12, dapat diketahui bahwa target pengembangan kawasan
florikultura dari tahun 2011-2014 terus bertambah setiap tahunnya. Hal tersebut
juga berarti bahwa kawasan florikultura terus bertambah setiap tahunnya. Jika
pada tahun 2011, realisasi pengembangan kawasan florikultura mencapai 216 m2,
dari target seluas 283 m2 (76,33%). Pada tahun 2014, realisasi pengembangan
kawasan mencapai 491.630 m2, dari target seluas 498.480 m2 (98,63%).
Berdasarkan tabel tersebut, juga dapat diketahui bahwa pada tahun 2011
realisasi SL GAP adalah 324 dari target SL GAP 334 (97,01%). Adapun pada
tahun 2014, SL GAP yang ditargetkan 44 kelompok, terealisasi 44 kelompok
(100%). Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa sudah terdapat kesadaran
untuk melaksanakan SL GAP. Para kelompok tani di daerah sudah merasakan
pentingnya melaksanakan SL GAP. Bahkan pada tahun 2012 dan 2013, realisasi
SL GAP mencapai lebih dari 100% (realisasi pada tahun 2012 sebesar 102,63%
dan pada tahun 2013 sebesar 119,64%).
Pelaksanaan SL GHP baru mulai dilakukan pada tahun 2012. Jika pada tahun
2012, SL GHP Florikultura tercapai 53 kelompok dari 57 kelompok yang
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 34
ditargetkan (92,98%). Pada tahun 2014, pelaksanaan SL GHP dialokasikan untuk
28 kelompok dan tercapai 28 kelompok (100%).
Pada tahun 2011, target registrasi lahan usaha sebesar 135 lahan usaha pada
tahun 2011, tercapai 98 lahan usaha (72,59%). Adapun pada tahun 2014, dari
target 73 lahan usaha yang teregistrasi, terealisasi 124 lahan usaha (170%).
Semakin meningkatnya jumlah kebun yang teregistrasi menunjukkan bahwa
semakin tingginya kesadaran dari para pelaku usaha untuk meregistrasi lahan
usahanya. Regulasi yang mengatur tata cara registrasi lahan usaha terdapat
pada Permentan No. 48/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Pedoman Budidaya
Florikultura Yang Baik (Good Agriculture Practics For Floriculture), di mana di
dalamnya diatur juga tentang tata cara Registrasi Lahan Usaha Florikultura.
5. Indikator Kinerja lainnya di tingkat pusat
Indikator kinerja di tingkat pusat sebelumnya sudah tercover pada capaian
kinerja seluruhnya tersebut diatas, namun belum terinci karenanya perlu
disampaikan lebih rinci sebagai berikut. Indikator kinerja utama pengutuhan 14.500
m2 kawasan tanaman florikultura di tingkat pusat yang diukur dari pencapaian
target pengembangan kawasan.
Target pengembangan kawasan tersebut terealisasi 14.500 m2 (100%).
Pengembangan kawasan melati di Bangkalan dengan target 7.500 m2 dengan
anggaran Rp. 247.500.000,- dan dapat terealiasi 7.500 m2 (100%). Kemudian
kawasan Leatherleaf di kabupaten Magelang dengan target 5.000 m2 dan alokasi
anggaran Rp. 165.000.000,-, terealisasi 5.000 m2 (100%). Pengembangan kawasan
tanaman pot dan lansekap di kota Yogyakarta, dengan target pengembangan
kawasan 2.000 m2 dan anggaran sebesar Rp. 140.000.000,-, dapat direalisasi seluas
2.000 m2 (100%).
Fasilitasi sarana prasarana budidaya dengan target 3 unit dan anggaran Rp.
150.000.000,-, dialokasikan ke kabupaten Bangkalan, kabupaten Magelang dan kota
Yogyakarta. Sarana prasarana budidaya tersebut dapat direalisasikan sebanyak 3
unit (100%). Di kabupaten Bangkalan, sarana prasarana budidaya tersebut
dialokasikan untuk pembuatan instalasi irigasi komoditas melati. Di kabupaten
Magelang, fasilitasi sarana prasarana budidaya screen house untuk komoditas
Leatherleaf. Fasilitasi sarana prasarana budidaya di kota Yogyakarta berupa screen
house untuk komoditas tanaman pot dan lansekap.
Fasilitasi sarana pascapanen berupa 1 unit outlet berpendingin solar cell dan
4 unit mobil box berpendingin dengan anggaran Rp. 3.000.000.000,-. Sarana
prasarana pascapanen tersebut dapat direalisasikan 5 unit (100%).
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 35
6. Akuntabilitas Keuangan
Kegiatan pengembangan florikultura tahun 2014 merupakan kelanjutan
pelaksanaan program tahun sebelumnya yang didukung APBN. Pengelolaan
keuangan menggunakan sistem unified budget melalui mekanisme DIP-A yang
dikelola SATKER. Perubahan mekanisme penganggaran ini diikuti dengan
perubahan dan penyempurnaan peraturan dan prosedur pengelolaan keuangan
yang bersamaan dengan pelaksanaan DIPA.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk kegiatan
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Florikultura Berkelanjutan,
yang dialokasikan baik di pusat maupun di daerah berjumlah Rp. 39.764.867.000,-.
Jumlah anggaran yang dialokasikan di Pusat untuk TA. 2014 berjumlah Rp
9.653.004.000,-. Realisasi penyerapan dana di pusat berdasarkan SP2D tanggal 15
Januari 2014 adalah Rp. 9.272.231.000,- (96,06%). Sisa-sisa dana yang tidak
terserap sebesar 3,94% (Rp.369.280.691,-), antara lain berupa sisa penghematan
hasil negosiasi pengadaan akomodasi, pengadaan barang, pencetakan, serta sisa
perjalanan lainnya. Realisasi anggaran pengembangan florikultura tahun 2014 yang
dialokasikan di pusat, dapat dilihat pada tabel 12.
Total APBN TA. 2014 yang dikelola Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Florikultura dan Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota sebesar
Rp.39.764.876.000,- untuk mendukung pelaksanaan Program Peningkatan Produksi,
Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan. Dari total anggaran
tersebut, realisasi penyerapan anggaran berdasarkan SP2D tanggal 15 Januari
2014, baik di pusat maupun daerah adalah berjumlah Rp. 36.225.943.000,-
(91,18%). Realisasi fisik mencapai 121,26 %. Jumlah dana yang tidak dapat
diserap sebesar Rp. 3.538.924.000,- (8,82 %).
Tabel 16. Realisasi Anggaran Pengembangan Florikultura Tahun 2014 (pusat)
Program Anggaran (Rp)
Realisasi Keuangan
Realisasi Fisik Pagu DIPA Realisasi
Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan
9.653.004.000
9.272.231.000
96,06 %
100 %
Sumber: Laporan realisasi anggaran Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Tahun 2014
Sisa anggaran tersebut merupakan hasil sisa negosiasi pengadaan barang/jasa,
sisa perjalanan dan beberapa pengadaan sarana prasarana yang tidak dapat
dilaksanakan. Beberapa pengadaan sarana prasarana yang tidak dapat dilaksanakan
tersebut antara lain disebabkan karena permasalahan administrasi, adanya waktu
yang terlalu sempit karena menunggu POK baru hasil pemotongan serta adanya
lahan yang tidak dapat dipergunakan lagi oleh pemiliknya. Realisasi anggaran
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 36
pengembangan florikultura 2014 untuk pusat dan daerah berdasarkan laporan SP2D
per tanggal 15 Januari 2014 dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini.
Tabel 17. Realisasi Anggaran Pengembangan Florikultura Tahun 2014 (Anggaran Pusat dan Daerah) Berdasarkan Laporan SP2D
Program Anggaran (Rp) Realisasi
Keuangan (%)
Sisa anggaran Realisasi Fisik (%)
Pagu DIPA Realisasi
Peningkatan Produksi, Produktivitas, Mutu Tanaman Florikultura Berkelanjutan
39.764.867.000
36.255.943.000
91,18
3.508.924.000
(8,82 %)
121,26
Sumber: Laporan SP2D KPKN Tahun 2014 (per 15 Januari 2014) dan hasil laporan realisasi fisik dari Dinas
Pertanian Propinsi/Kab/Kota.
7. Permasalahan dan Tindak Lanjut
Pelaksanaan kegiatan pembangunan florikultura merupakan hal yang
kompleks. Kompleksitas ini terlihat dari banyaknya pelaku usaha dan instansi yang
terlibat baik tingkat pusat maupun daerah. Dengan kondisi demikian, banyak
ditemui permasalahan dalam mewujudkan tujuan dan sasaran pengembangan
florikultura yang telah ditetapkan. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan kegiatan pada Tahun 2014 adalah sebagai berikut:
a. Adanya pergantian pejabat (KPA/PPK/Kepala Dinas/Bendahara);
b. Kesalahan akun dan ADK yang tidak sesuai peruntukannya;
c. Keterlambatan pencermatan DIP-A sehingga tidak ada lagi waktu mengajukan
ralat DIP-A dan tidak ada kesempatan untuk melakukan pengadaan barang;
d. Dengan adanya pemotongan anggaran, maka terdapat jeda waktu untuk
memperoleh DIPA hasil revisi setelah pemotongan. Dalam jeda waktu tersebut,
daerah menunggu dan tidak dapat melakukan apa-apa sampai DIPA hasil revisi
terbit. Dengan waktu yang berkurang, pengadaan tidak dapat diselesaikan dan
terjadi batal tender, karena tidak ada perusahaan yang sanggup melaksanakan
kegiatan (tidak ada yang menawar). Hal tersebut terjadi di kabupaten Solok;
e. Kelompok tani hasil CPCL tidak bersedia menerima fasilitasi bantuan, karena
belum pernah mengembangkan tanaman Raphis (di kabupaten Bintan);
f. Lahan milik otorita Batam yang akan digunakan untuk pengembangan kawasan
Raphis di Batam tidak dapat dipergunakan kembali untuk budidaya Raphis;
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 37
g. Proses pengadaan dilaksanakan menjelang akhir tahun, sehingga tidak cukup
waktu dan mengakibatkan gagal kontrak. Dan ULP yang disatukan untuk
beberapa unit kerja lintas kementrian di Kab/Kota.
Beberapa kendala tersebut senantiasa diperbaiki oleh seluruh jajaran
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. Sebagai upaya perbaikan ke
depan, antara lain:
a. Berupaya menghindari pergantian KPA, PPK maupun Bendahara. Sebaiknya
KPA/PPK tidak harus dijabat oleh seorang Kepala Dinas, tetapi bisa dijabat oleh
seorang staf yang telah lulus atau memiliki sertifikat sebagai pejabat
pengadaan barang dan jasa;
b. Perencanaan anggaran kegiatan lebih cermat lagi untuk menghindari kesalahan
AKUN/ADK dan lain-lain;
c. Mencermati DIP-A dan POK lebih awal pada saat menerima DIP-A;
Segera mengajukan ralat DIP-A atau revisi POK, bila kemungkinan terjadi
kesalahan dan kemungkinan kesulitan dalam pelaksanaan realiasasi;
d. Persiapan pengadaan, HPS dan penyaluran maupun CPCL dilakukan lebih
cermat;
e. Diupayakan pengadaan barang dapat dilaksanakan pada triwulan I, karenanya
perlu dilakukan pendampingan lebih intensif kepada ULP;
Selain itu, perlu diberlakukan reward dan punishment untuk mendorong
pemenuhan target sekaligus untuk mendidik dan menciptakan persaingan yang
sehat. Perencanaan, CPCL yang tepat, persiapan pengadaan barang/ jasa yang
baik, serta pendampingan yang intensif akan mendorong capaian kinerja yang lebih
baik.
Diharapkan kegiatan Tahun Anggaran 2014 yang merupakan kegiatan
berbasis kinerja, maka Program Tahun Anggaran 2014 tentunya sudah lebih
disempurnakan, sehingga diharapkan tidak ada kesalahan akun atau kesalahan-
kesalahan lainnya dan diharapkan pelaksanaan kegiatan lebih lancar.
Laporan Kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura T.A 2014
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura 38
IV. PENUTUP
Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura bertugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
budidaya dan pascapanen tanaman florikultura. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura mengelola APBN untuk
mendukung pelaksanaan pembangunan florikultura, karenanya sebagai bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan APBN disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura,
khususnya tahun 2014.
LAKIP Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura Tahun 2014 memuat
informasi target sasaran dan realisasi kegiatan pengembangan florikultura dengan
menetapkan indikator kinerja. Dari LAKIP ini dapat disimpulkan bahwa dari total
anggaran pembangunan florikultura tahun 2014 sebesar Rp. 39.764.867.000,-
berdasarkan laporan SP2D dari KPKN s/d 15 Januari 2014, realisasi mencapai
Rp.36.225.943.000,- (91,18 %) dan sisa anggaran Rp.3.538.924.000 (8,82%).
Capaian kinerja produksi anggrek terealisasi 135,48 %, krisan 182,99 %,
tanaman bunga dan daun potong lainnya 130,60 %, tanaman pot dan lansekap
215,86 % dan bunga tabur 124,67 %, sehingga rata-rata capaian produksi
mencapai 157,92%. Rata-rata capaian kinerja berdasarkan Penetapan Kinerja
(PK) yang ditandatangani Direktur Budidaya dan Pascapanen 159,02 % dan
capaian kinerja berdasarkan POK/DIP-A 134,88%. Tidak tercapainya sasaran
kinerja, antara lain disebabkan tidak terealisasinya 3.500 m2 kawasan krisan di
kabupaten Solok dan 3.500 m2 kawasan Raphis di kota Batam, 3.500 m2 kawasan
Raphis di kabupaten Bintan, tidak teregistrasinya 2 lahan usaha di Riau, tidak
terealisasinya 4 unit sapras pascapanen di kabupaten Bintan, 4 unit sapras
pascapanen di kota Batam dan 1 unit sapras pascapanen di kota Gorontalo.
Dengan capaian kinerja sebesar 91,18 tersebut, maka penjabaran Visi, Misi,
Tujuan, Sasaran telah dapat didukung dengan program dan kegiatan yang
dilaksanakan untuk pencapaian sasaran pembangunan florikultura yang
dipadukan dengan akuntabilitas penggunaan keuangan, dinilai cukup efektif
dalam pengelolaan kegiatan pembangunan florikultura. Selanjutnya, LAKIP ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan dan memperbaiki
kinerja Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura ke depan.