LAPORAN KINERJA 2015

55
LAPORAN KINERJA 2015 DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Transcript of LAPORAN KINERJA 2015

Page 1: LAPORAN KINERJA 2015

LAPORAN KINERJA 2015

DEPUTI BIDANG KOORDINASI PENGELOLAAN ENERGI, SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Page 2: LAPORAN KINERJA 2015
Page 3: LAPORAN KINERJA 2015

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja merupakan laporan capaian-capaian target indikator kinerja Deputi

Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup dalam

melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2015, dan sebagai alat kendali dan pemacu

peningkatan kinerja setiap Bagian di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan

Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup. Selain untuk memenuhi prinsip

akuntabilitas, Laporan Kinerja tersebut juga merupakan amanat Peraturan Presiden Nomor 29

Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang

Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian Tahun 2015-2019, dan Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi

Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup.

Dalam memenuhi tugas dan fungsi yang ada pada Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun

2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomia, Deputi Bidang Koordinasi

Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup, serta Peraturan Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015-2019 mempunyai aspek

strategis untuk menjamin terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan

berkelanjutan, melalui koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan

serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu

di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup, dengan berpedoman

pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Strategis

Page 4: LAPORAN KINERJA 2015

iii

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, serta Rencana Strategis Deputi Bidang

Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup 2015-2019.

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

Hidup berperan dalam mewujudkan tercapainya tujuan terwujudnya pertumbuhan ekonomi

yang inklusif dan berkelanjutan, melalui penyelesaian permasalahan, penyusunan regulasi,

perbaikan kebijakan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan

hidup. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi mencakup peningkatan dan pemanfaatan

sumber daya energi fosil dan energi terbarukan secara efektif dan efisien, penggunaan

kawasan hutan yang optimal dan tidak merusak, peningkatan kualitas lingkungan hidup dan

penanganan dampak perubahan iklim, serta perbaikan transparansi di bidang industri

ekstraktif.

Sebagai penjabaran Dokumen Renstra Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, maka telah disusun pula Dokumen Renstra Deputi Bidang Koordinasi

Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Tahun 2015-2019. Sesuai

dengan Dokumen Renstra tersebut, maka Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi,

Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup (Deputi Bidang PESDALH) mempunyai

Sasaran Strategis, yaitu: (1) Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup; (2) Meningkatnya

pengendalian pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup; dan (3) Meningkatnya pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru

Extractive Industries Transparency Initiative (EITI).

Pengukuran capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber

Daya Alam, dan Lingkungan Hidup tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan

antara target pencapaian indikator sasaran dengan realisasi pada masing-masing indikator

kinerja yang telah telah direview, serta ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja, yaitu: (1)

Page 5: LAPORAN KINERJA 2015

iv

Persentase rancangan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan energi, sumber

daya alam, dan lingkungan hidup; (2) Persentase kebijakan bidang pengelolaan energi,

sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang terimplementasi, dan (3) Persentase

pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI.

Berdasarkan ketiga indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka pencapaian kinerja

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

tahun 2015 rata-rata adalah sebesar 107,5%. Pencapaian kinerja tersebut didukung oleh

adanya input pendanaan atau anggaran sebesar Rp 22,4 miliar dengan realisasi sebesar

80,6%. Realisasi penyerapan ini lebih tinggi dibandingkan target penyerapan anggaran

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebesar 70%. Apabila dibandingkan

dengan tahun 2014 terdapat peningkatan pencapaian kinerja secara keseluruhan, termasuk

realisasi anggaran, yang disebabkan semakin membaiknya mekanisme perencanaan dan

pelaksanaan sebagai perwujudan pelaksanaan Renstra dan Renja 2015.

Kurang optimalnya pencapaian kinerja tersebut, termasuk penyerapan anggaran,

karena terdapat beberapa kendala pencapaian target terutama adanya reorganisasi pada

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selama tahun 2015, baik di tingkat Eselon 1

maupun di tingkat Eselon 2 ke bawah pada tahun 2015, antara lain setelah diterbitkannya

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tanggal 21 Januari 2015 tentang Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian, dan Peraturan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian Nomor 5 tahun 2015 tanggal 19 Mei 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sementara itu revisi anggaran yang

menyesuaikan dengan nomenklatur tersebut baru berjalan efektif pada bulan Oktober 2015.

Adanya perbaikan kinerja juga mencerminkan telah tercapainya outcome secara

efektif, termasuk yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan harapan para pemangku

kepentingan yang dilakukan melalui koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan.

Page 6: LAPORAN KINERJA 2015

v

Pencapaian target tersebut di atas juga didukung oleh keterlibatan dan dukungan aktif para

pemangku kepentingan, mencakup instansi pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha dan

serta masyarakat madani yang merupakan kesatuan dalam pembangunan perekonomian

nasional. Berbagai keberhasilan kinerja yang telah dicapai tersebut perlu dipertahankan dan

bahkan ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang, sementara terhadap kegiatan yang capaian

kinerjanya belum mencapai target seperti yang telah direncanakan akan ditingkatkan pada

tahun-tahun mendatang melalui perbaikan-perbaikan secara bertahap.

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam,

dan Lingkungan Hidup ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat

keselarasan antara perencanaan dan strategi yang dirumuskan oleh pimpinan Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian dengan pelaksanaan sehingga dapat dijadikan alat

pengambilan keputusan maupun penetapan kebijakan, serta dapat memberikan informasi

transparan, baik kepada Pemimpin di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

maupun berbagai pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja

pada tahun-tahun yang mendatang.

Page 7: LAPORAN KINERJA 2015

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar i

Ringkasan Eksekutif

ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi

C. Aspek Strategis

D. Isu Strategis

2

4

5

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6

A. Rencana Strategis 6

B. Rencana Kerja 2015 7

C. Perjanjian Kinerja 9

D. Pengukuran Kinerja 11

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 14

A. Capaian Kinerja Organisasi

B. Analisis Capaian Kinerja Organisasi

C. Analisis Capaian Kinerja dari Waktu ke Waktu

D. Realisasi Anggaran

E. Capaian Kinerja Lainnya

F. Efisiensi Anggaran

14

16

30

31

31

34

BAB IV PENUTUP 35

LAMPIRAN:

1. Perjanjian Kinerja

2. Pengukuran Kinerja

3. 3 Deputi Utama Kinerja Indikator Manual

Page 8: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[1]

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

Hidup Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah unsur pembantu pimpinan

yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian, mempunyai tugas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan koordinasi dan

sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan

kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengelolaan energi,

sumber daya alam, dan lingkungan hidup. Komitmen yang sudah ditetapkan dalam Perjanjian

Kinerja antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Deputi Bidang Koordinasi

Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup pada Awal Tahun 2015

dilaksanakan dan dituangkan dalam Laporan.

Laporan Kinerja merupakan laporan capaian-capaian target indikator kinerja Deputi

Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup dalam

melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2015, dan sebagai alat kendali dan pemacu

peningkatan kinerja setiap Bagian di lingkungan Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan

Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup. Selain untuk memenuhi prinsip

akuntabilitas, Laporan Kinerja tersebut juga merupakan amanat Peraturan Presiden Nomor 29

Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang

Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang

Page 9: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[2]

Perekonomian Tahun 2015-2019, dan Rencana Strategis Deputi Bidang Koordinasi

Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup.

B. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian merupakan Kementerian Negara

yang dibentuk dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tanggal 21 Januari 2015

tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang menggantikan Peraturan

Presiden Nomor 92 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor

24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kementerian Negara serta Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara dan Tata Kerja Kementerian

Negara Republik Indonesia. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015, Deputi

Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan,

dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang

terkait dengan isu di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

Hidup menyelenggarakan fungsi:

a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan

Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengelolaan energi, sumber

daya alam, dan lingkungan hidup;

b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan

isu di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup;

c. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang percepatan

peningkatan produktivitas energi;

d. pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang percepatan produktivitas energi;

Page 10: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[3]

e. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang peningkatan tata

kelola industri ekstraktif;

f. koordinasi dan sinkronisasi perumusan kebijakan di bidang pengelolaan sumber

daya alam dan pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup;

g. pengendalian pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya

alam dan pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup;

h. pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengelolaan energi, sumber

daya alam, dan lingkungan hidup; dan

i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Koordinator.

Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 tahun

2015 tanggal 19 Mei 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian telah dibentuk unit organisasi untuk mendukung pelaksanaan tugas

dan fungsi Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup menggantikan unit organisasi lama yang dibentuk berdasarkan Peraturan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No.: PER-11/M.EKON/08/2012 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Adapun unit

organisasi baru Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup terdiri atas:

1) Asisten Deputi Produktivitas Energi;

2) Asisten Deputi Infrastruktur Energi;

3) Asisten Deputi Industri Ekstraktif;

4) Asisten Deputi Tata Kelola Kehutanan;

5) Asisten Deputi Pelestarian Lingkugan Hidup.

Page 11: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[4]

Secara rinci struktur organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya

Alam, dan Lingkungan Hidup dijelaskan pada Gambar 1.1. berikut:

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi,

Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

Sumber: Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 5/2015

C. Aspek Strategis

Dalam memenuhi tugas dan fungsi yang ada pada Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun

2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomia, Deputi Bidang Koordinasi

Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup, serta Peraturan Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015-2019 mempunyai aspek

strategis untuk menjamin terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan

berkelanjutan, melalui koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan

serta pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu

Asisten

Deputi

Produktivi

Asisten

Deputi

Infrastruk

Asisten

Deputi

Industri

Asisten

Deputi

Tata

Asisten

Deputi

Pelestarian

Page 12: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[5]

di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup, dengan berpedoman

pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Strategis

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, serta Rencana Strategis Deputi Bidang

Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup 2015-2019.

Aspek strategis tersebut diwujudkan dengan melalui perbaikan tata kelola yang baik

dan tercapainya kinerja target kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang

sudah ditetapkan, yaitu dengan pencapaian Sasaran Startegis berikut :

1. Meningkatkan hasil koordinasi dan sinkronisasi dalam perumusan, dan penetapan

kebijakan Kementerian/Lembaga terkait pengelolaan energi, sumber daya alam, dan

lingkungan hidup yang sejalan Rencana Strategis dan Rencana Kerja Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian;

2. Meningkatkan hasil pengendalian implementasi kebijakan Kementerian/Lembaga

terkait pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang sejalan

Rencana Strategis dan Rencana Kerja Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian.

D. Isu Strategis

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

Hidup berperan dalam mewujudkan tercapainya tujuan terwujudnya pertumbuhan ekonomi

yang inklusif dan berkelanjutan, melalui penyelesaian permasalahan, penyusunan regulasi,

perbaikan kebijakan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan

hidup. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi mencakup pemanfaatan sumber daya

energi fosil dan energi terbarukan secara efektif dan efisien, penggunaan kawasan hutan

yang optimal dan tidak merusak, peningkatan kualitas lingkungan hidup dan penanganan

dampak perubahan iklim, serta perbaikan transparansi di bidang industri ekstraktif.

Page 13: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[6]

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Rencana Strategis

Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun

2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun

2015-2019, maka Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian berfungsi sebagai: (a) pedoman dalam penyusunan Renstra Unit Eselon I di

lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; dan (b) pedoman dalam

penyusunan Rencana Kerja dan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian.

Sesuai dengan Dokumen Renstra, maka Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian mempunyai visi: “Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian

pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan”. Dalam rangka mewujudkan visi

tersebut, maka Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai misi:

“Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta

pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian”. Berdasarkan Visi dan Misi

tersebut di atas, maka tujuan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah

terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dan terwujudnya

kinerja organisasi yang baik. Sementara itu Sasaran Strategis 1 Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian adalah: “Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan

Perekonomian”, dan Sasaran Strategis 2 adalah: “Terwujudnya Pengendalian Kebijakan

Perekonomian”.

Sebagai penjabaran Dokumen Renstra Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, maka telah disusun pula Dokumen Renstra Deputi Bidang Koordinasi

Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Tahun 2015-2019. Sesuai

Page 14: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[7]

dengan Dokumen Renstra tersebut, maka Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi,

Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup (Deputi Bidang PESDALH) mempunyai

Sasaran Strategis sebagai berikut:

Sasaran Strategis 1 :

Meningkatnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber

Daya Alam, dan Lingkungan Hidup.

Sasaran Strategis 2 :

Meningkatnya pengendalian pelaksanaan kebijakan Pengelolaan Energi, Sumber Daya

Alam, dan Lingkungan Hidup.

Sasaran Strategis 3 :

Meningkatnya pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru Extractive Industries

Transparency Initiative (EITI).

B. Rencana Kerja 2015

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

Hidup Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyusun Rencana Kerja (Renja)

yang memuat program, kegiatan, sasaran kegiatan beserta indikatornya, target, dan

sumber/alokasi pendanaan. Rencana Kerja yang telah disusun adalah dalam rangka mencapai

sasaran strategis organisasi. Adapun Sasaran Strategis, Indikator Kinerja, dan Target pada

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

terinci dalam Tabel 2.1.

Page 15: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[8]

Tabel 2.1. Rencana Kerja Deputi Bidang PESDALH TA 2015

Program Kegiatan Sasaran Kegiatan Output Target Dana

2015

(Juta)

Koordinasi

Kebijakan

Bidang

Perekonomian

Koordinasi

Kebijakan

Produktivitas

Energi.

Tersusunnya

rekomendasi

kebijakan dalam

upaya pencapaian

sasaran peningkatan

produktivitas energi.

Laporan rekomendasi kebijakan

dibidang produktivitas energi

3 1.250,0

Laporan rekomendasi

pengendalian kebijakan dibidang

produktivitas energi

750,0

Layanan Dukungan Administrasi

dan Tata Kelola

500,0

Laporan pemahaman pemangku

kepentingan terhadap EITI

9.885,3

Koordinasi

Kebijakan

Infrastruktur

Energi.

Tersusunnya

rekomendasi

kebijakan dalam

upaya pencapaian

sasaran peningkatan

infrastruktur energi

Laporan rekomendasi kebijakan

dibidang infrastruktur energi

3 1.500,0

Laporan rekomendasi

pengendalian kebijakan dibidang

infrastruktur energi

1.000,0

Koordinasi

Kebijakan

Industri

Ekstraktif

Tersusunnya

rekomendasi

kebijakan dalam

upaya pencapaian

sasaran peningkatan

industri ekstraktif

Laporan rekomendasi kebijakan

dibidang industri ekstraktif

3 1.500,0

Laporan rekomendasi

pengendalian kebijakan dibidang

industri ekstraktif

1.000,0

Koordinasi

Kebijakan

Bidang Tata

Kelola

Kehutanan

Terimplementasinya

rekomendasi

kebijakan dibidang

tata kelola kehutanan

untuk antisipasi

perubahan iklim.

Rekomendasi Kebijakan Tata

Kelola Kehutanan

1 1.329,1

Rekomendasi Pengendalian Tata

Kelola Kehutanan

773,9

Rekomendasi hasil koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan Heart of

Borneo

397,0

Koordinasi

Kebijakan

Bidang

Pelestarian

Lingkungan

Hidup

Tersusunnya

rekomendasi

kebijakan dalam

upaya pencapaian

sasaran peningkatan

pelestarian

lingkungan hidup

Laporan rekomendasi kebijakan

dibidang pelestarian lingkungan

hidup

3 1.500,0

Laporan rekomendasi

pengendalian kebijakan dibidang

pelestarian lingkungan hidup

1.000,0

Total Pendanaan 22.385,3

Sumber: Revisi Rencana Kerja Tahun 2015, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (diolah)

Page 16: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[9]

C. Perjanjian Kinerja

Perjanjian Kinerja (PK) merupakan pernyataan komitmen yang merepresentasikan

tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun

tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya, yang merupakan

pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan berpedoman pada Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang

Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah. Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan

Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup untuk Eselon I dan Eselon II

digambarkan pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3.

Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja Eselon I TA. 2015

Jabatan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2015

Deputi Bidang Koordinasi

Pengelolaan Energi, Sumber

Daya Alam, dan Lingkungan

Hidup

Terwujudnya Sinkronisasi

dan Koordinasi Kebijakan

Pengelolaan Energi, Sumber

Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup

Persentase rancangan

peraturan perundang-

undangan di bidang

pengelolaan energi, sumber

daya alam, dan lingkungan

hidup.

100%

Terwujudnya Pengendalian

Pelaksanan Kebijakan

Pengelolaan Energi, Sumber

Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup

Persentase kebijakan bidang

pengelolaan energi, sumber

daya alam, dan lingkungan

hidup yang terimplementasi

100%

Meningkatnya pemahaman

pemangku kepentingan

terhadap kebijakan baru

Extractive Industries

Transparency Initiative

(EITI)

Persentase pemahaman

pemangku kepentingan

terhadap kebijakan baru

EITI

4

Sumber : Perjanjian Kinerja Tahun 2015

Page 17: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[10]

Tabel 2.3. Perjanjian Kinerja Eselon II TA. 2015

Jabatan Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target 2015

Asisten Deputi

Produktivitas Energi Tersusunnya rekomendasi

kebijakan dalam upaya

pencapaian sasaran

peningkatan produktivitas

energi

Persentase (%) rekomendasi

kebijakan di bidang produktivitas

energi yang terimplementasi.

85%

Persentase (%) rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan

di bidang produktivitas energi yang

ditindak lanjuti.

85%

Persentase pemahaman pemangku

kepentingan terhadap kebijakan baru

EITI

90%

Jumlah pelayanan dan tata kelola

pada Deputi Pengelolaan Energi,

Sumber Daya Alam, dan LH

6

Asisten Deputi

Infrastruktur Energi. Tersusunnya rekomendasi

kebijakan dalam upaya

pencapaian sasaran

peningkatan pengelolaan

infrastruktur energi.

Persentase (%) rekomendasi

kebijakan di bidang infrastruktur

energi yang terimplementasi.

85%

Persentase (%) rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan

di bidang infrastruktur energi yang

ditindak lanjuti.

85%

Asisten Deputi

Industri Ekstraktif Tersusunnya rekomendasi

kebijakan dalam upaya

pencapaian sasaran

peningkatan pengelolaan

industri ekstraktif

Persentase (%) rekomendasi

kebijakan di bidang industri

ekstraktif yang terimplementasi.

85%

Persentase (%) rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan

di bidang industri ekstraktif yang

ditindak lanjuti.

85%

Asisten Deputi Tata

Kelola Kehutanan Terimplementasinya

rekomendasi kebijakan di

bidang Tata Kelola

Kehutanan untuk

antisipasi Perubahan

Iklim.

Persentase (%) rekomendasi

kebijakan di bidang Tata Kelola

Kehutanan yang terimplementasi.

85%

Persentase (%) rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan

di bidang Tata Kelola Kehutanan

yang ditindak lanjuti.

85%

Persentase rekomendasi hasil

koordinasi dan sinkronisasi kebijakan

Heart of Borneo yang ditindak

lanjuti.

85%

Asisten Deputi

Pelestarian

Lingkungan Hidup

Tersusunnya rekomendasi

kebijakan dalam upaya

pencapaian sasaran

peningkatan pelestarian

lingkungan hidup

Persentase (%) rekomendasi

kebijakan di bidang pelestarian

lingkungan hidup yang

terimplementasi.

85%

Persentase (%) rekomendasi

pengendalian pelaksanaan kebijakan

di bidang pelestarian lingkungan

hidup yang ditindak lanjuti.

85%

Sumber : Perjanjian Kinerja Tahun 2015 (diolah).

Page 18: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[11]

D. Pengukuran Kinerja

Pengukuran capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber

Daya Alam, dan Lingkungan Hidup tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan

antara target pencapaian indikator sasaran dengan realisasi pada masing-masing indikator

kinerja yang telah telah direview, serta ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja, yaitu: (1)

Persentase rancangan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan energi, sumber

daya alam, dan lingkungan hidup; (2) Persentase kebijakan bidang pengelolaan energi,

sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang terimplementasi, dan (3) Persentase

pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI.

Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi,

Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup merupakan nilai rata-rata dari penjumlahan

Indikator Kinerja 1, Indikator Kinerja 2, dan Indikator Kinerja 3 dengan Formula:

NKO = ∑ (Indikator Kinerja 1 + Indikator Kinerja 2 + Indikator Kinerja 3)

3

Adapun pengukuran kinerja dari dihitung dengan Formula untuk masing-masing

indikator kinerja sebagai berikut:

D.1 Indikator kinerja 1, Persentase realisasi rancangan peraturan perundang-

undangan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan

hidup yang diselesaikan

Indikator kinerja realisasi rancangan peraturan perundang-undangan di bidang

pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang telah diselesaikan

dihitung dengan jumlah peraturan perundang-undangan baru mempunyai target 5 (lima) buah

yang diselesaikan selama 1 (satu) tahun di tingkat Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan

Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup. Kategori peraturan perundang-

Page 19: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[12]

undangan mencakup: (1) Undang-Undang; (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang; (3) Peraturan Pemerintah; (4) Peraturan Presiden; dan (5) Instruksi Presiden.

Adapun cara perhitungan dan pemberian warna NKO kebijakan bidang pengelolaan energi,

sumber daya alam, dan lingkungan hidup yang terimplementasi adalah sebagai berikut:

Indeks Capaian = Realisasi x 100%

Target

D.2 Indikator kinerja 2: Persentase kebijakan bidang pengelolaan energi, sumber

daya alam, dan lingkungan hidup yang terimplementasi

Indikator kinerja kebijakan bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan

lingkungan hidup yang terimplementasi dihitung dengan jumlah peraturan perundang-

undangan yang direvisi mempunyai target 3 (tiga) buah yang diselesaikan selama 1 (satu)

tahun di tingkat Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup. Kategori peraturan perundang-undangan mencakup: (1) Undang-

Undang; (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; (3) Peraturan Pemerintah; (4)

Peraturan Presiden; dan (5) Instruksi Presiden. Adapun cara perhitungan dan pemberian

warna NKO untuk indikator kinerja ini adalah sebagai berikut:

Indeks Capaian = Realisasi x 100%

Target

Hijau Kuning Merah

X ≥ 100% 60% ≤ X < 100% X < 60%

memenuhi ekspektasi

belum memenuhi ekspektasi

tidak memenuhi ekspektasi

Hijau Kuning Merah

X ≥ 100% 67% ≤ X < 100% X < 67%

memenuhi ekspektasi

belum memenuhi ekspektasi

tidak memenuhi ekspektasi

Page 20: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[13]

D.3 Indikator kinerja 3, Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap

kebijakan baru EITI

Indikator kinerja 3, yaitu persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap

kebijakan baru EITI dihitung berdasarkan nilai skor yang dilakukan secara rata-rata pada saat

dilakukannya sosialisasi standar baru EITI (Standar EITI 2013) kepada para pemangku

kepentingan di bidang industri ekstraktif (minyak dan gas bumi, mineral dan batubara) yang

terdiri atas pemerintah pusat, pemerintah daerah, industri (badan usaha di bidang industri

ekstraktif migas dan minerba), dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) selama 1 (satu)

tahun oleh Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup. Target tingkat pemahaman para pemangku kepentingan adalah dengan

nilai tingkat pemahaman 4. Penilaian tingkat pemahaman dari para peserta dihitung dari

pengisian kuesioner setelah dilakukan sosialisasi EITI, dengan pemberian skor:

Sangat Paham dengan skor 5

Paham dengan skor 4

Cukup Paham dengan skor 3

Tidak Paham dengan skor 2

Sangat Tidak Paham dengan skor 1

Adapun cara perhitungan dan pemberian warna NKO untuk indikator kinerja ini

adalah sebagai berikut:

Indeks Capaian = Realisasi x 100%

Target

Hijau Kuning Merah

X ≥ 4 3 ≤ X < 4 X < 3

memenuhi ekspektasi

belum memenuhi ekspektasi

tidak memenuhi ekspektasi

Page 21: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[14]

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pengukuran capaian kinerja organisasi Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi,

Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup tahun 2015 dilakukan dengan cara

membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran dengan realisasi pada masing-

masing indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja, serta Pengukuran

Indikator Kinerjanya. Sasaran strategis organisasi telah dapat diwujudkan dengan baik antara

lain melalui kegiatan-kegiatan: koordinasi dan sinkronisasi, serta pengendalian dalam rangka

harmonisasi dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan yang berkaitan dengan bidang

pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup tercantum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Pengukuran Kinerja Deputi Bidang PESDALH

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

(1) (2) (3) (4) (5)

Terwujudnya Koordinasi

dan Sinkronisasi

Kebijakan Pengelolaan

Energi, Sumber Daya

Alam dan Lingkungan

Hidup

Persentase rancangan peraturan

perundang-undangan di bidang

pengelolaan energi, sumber daya alam dan

lingkungan hidup yang diselesaikan

100% 120% 120,0

Terwujudnya

Pengendalian

Pelaksanaan Kebijakan

Pengelolaan Energi,

Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup

Persentase kebijakan bidang pengelolaan

energi, sumber daya alam dan lingkungan

hidup yang terimplementasi

100% 100% 100,0

Meningkatnya

pemahaman pemangku

kepentingan terhadap

kebijakan baru Extractive

Industries Transparancy

Initiative (EITI)

Persentase pemahaman pemangku

kepentingan terhadap kebijakan baru EITI

4 4,1 102,6

Capaian Kinerja Rata-rata 107,5

Page 22: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[15]

Berdasarkan ketiga indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka pencapaian kinerja

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

tahun 2015 rata-rata adalah sebesar 107,5%. Pencapaian kinerja tersebut didukung oleh

adanya input pendanaan atau anggaran sebesar Rp.22,4 miliar dengan realisasi sebesar

80,6%. Realisasi penyerapan ini lebih tinggi dibandingkan target penyerapan anggaran

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebesar 70%. Apabila dibandingkan

dengan tahun 2014 terdapat peningkatan pencapaian kinerja secara keseluruhan, termasuk

realisasi anggaran, yang disebabkan semakin membaiknya mekanisme perencanaan dan

pelaksanaan sebagai perwujudan pelaksanaan Renstra dan Renja 2015.

Kurang optimalnya pencapaian kinerja tersebut, termasuk penyerapan anggaran,

karena terdapat beberapa kendala pencapaian target terutama adanya reorganisasi pada

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian selama tahun 2015, baik di tingkat Eselon 1

maupun di tingkat Eselon 2 ke bawah pada tahun 2015, antara lain setelah diterbitkannya

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tanggal 21 Januari 2015 tentang Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian, dan Peraturan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian Nomor 5 tahun 2015 tanggal 19 Mei 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sementara itu revisi anggaran yang

menyesuaikan dengan nomenklatur tersebut baru berjalan efektif pada bulan Oktober 2015.

Namun demikian, dukungan input sumber daya manusia pada Kedeputian Energi dan

Sumber Daya Mineral yang terdiri atas Deputi, Asisten Deputi, Kepala Bidang, Kepala Sub

Bidang, Pelaksana, Tenaga Pendukung, Tenaga Ahli, serta para narasumber dan pemangku

kepentingan, serta ketersediaan peralatan kerja dan bahan guna merealisasikan pencapaian

kinerja tersebut. Keseluruhan input tersebut menjadi potensi modal dilakukannya proses

pencapaian kinerja berupa kegiatan pertemuan-pertemuan koordinasi, sinkronisasi, dan

pengendalian kebijakan, serta pelatihan dan penugasan pimpinan yang terintegrasi untuk

Page 23: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[16]

mencapai Sasaran Strategis Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya

Alam, dan Lingkungan Hidup seperti yang dijabarkan oleh indikator kinerja.

Serangkaian proses telah menghasilkan output berupa kebijakan-kebijakan dalam

bentuk peraturan perundang-undangan baru dan revisi, serta rekomendasi-rekomendasi

kebijakan dalam penyelesaian masalah, peningkatan partisipasi pemangku kepentingan yang

diukur menjadi capaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya

Alam, dan Lingkungan Hidup.

Outcome yang didapat dari output tersebut mencakup:

(1) terwujudnya kebijakan-kebijakan untuk:

(a) meningkatnya ketahanan energi melalui pembangunan dan pengembangan kapasitas

kilang minyak dalam negeri dan diversifikasi energy melalui konversi BBM ke BBG

untuk transportasi, dan ke LPG untuk nelayan, serta percepatan pembangunan

infrastruktur ketenagalistrikan, dan pemanfaatan sampah untuk energi;

(b) meningkatnya kemampuan sektor industri berbasis gas bumi melalui pengendalian

harga gas bumi;

(c) berkurangnya kebakaran hutan dan lahan, berkurangnya illegal logging, berkurangnya

perambahan hutan; serta

(2) meningkatnya pemahaman para pemangku kepentingan terhadap standar baru EITI 2013.

B. Analisis Capaian Kinerja Organisasi

1. Persentase Rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang Pengelolaan

Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang diselesaikan

Pada tahun 2015 terdapat 6 (enam) buah peraturan perundang-undangan yang telah

diselesaikan di tingkat Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam,

dan Lingkungan Hidup. Berdasarkan pengukuran Indikator Kinerja 1, maka realisasi capaian

Page 24: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[17]

kinerja indikator ini adalah 120%, serta memenuhi ekspektasi. Adapun perundang-undangan

yang telah diselesaikan tersebut adalah sebagai berikut:

1.1. Perpres No. 126/2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga

LPG untuk Kapal Perikanan bagi Nelayan Kecil

Peraturan Presiden (Perpres) ini bertujuan untuk menyediakan dan melakukan

pendistribusian Liquefied Petroleum Gas (LPG) untuk kapal perikanan bagi nelayan kecil

terutama kapal perikanan bagi nelayan kecil yang menggunakan mesin motor tempel dan atau

mesin dalam yang beroperasi harian. Penyediaan dan pendistribusian LPG untuk kapal

perikanan bagi nelayan kecil dilaksanakan secara bertahap pada daerah tertentu dalam

wilayah NKRI. Penerapan daerah tertentu ini beserta volume kebutuhannya dilakukan oleh

Menteri ESDM setelah mendapatkan pertimbangan dari Menteri Kelautan dan Perikanan.

Direncanakan pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian LPG untuk kapal perikanan bagi

nelayan kecil, diawali dengan pemberian paket perdana secara gratis oleh Pemerintah berupa

mesin kapal, konverter kit serta pemasangannya dan tabung khusus LPG beserta isinya.

Pemberian gratis ini hanya berlaku satu kali dan dilaksanakan oleh BUMN berdasarkan

penugasan dari Menteri ESDM.

Pada saat Perpres ini mulai berlaku, maka penyediaan dan pendistribusian LPG untuk

kapal perikanan bagi nelayan kecil, dilaksanakan dengan tabung baja LPG 3 kg untuk rumah

tangga dan usaha mikro, sampai dengan tersedianya tabung khusus LPG. Penggunaan tabung

ini dapat dilakukan paling lama sampai dengan 31 Desember 2018. Sementara penyediaan

dan pendistribusian LPG untuk kapal perikanan bagi nelayan kecil sampai dengan tanggal 31

Desember 2015, dilakukan dengan ketentuan: (1) Pengadaan isi ulang LPG untuk kapal

perikanan untuk nelayan kecil dilaksanakan dengan menggunakan alokasi LPG tabung 3 kg

Page 25: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[18]

untuk rumah tangga dan usaha mikro pada tahun 2015; serta (2) Penetapan dan penghitungan

Harga Patokan LPG, Harga Indeks Pasar LPG dan Harga Jual Eceran LPG untuk kapal

perikanan bagi nelayan kecil, mengikuti mekanisme penetapan dan penghitungan untuk LPG

tabung 3 kg.

Kebijakan ini merupakan program konversi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke LPG yang

tepat guna bagi nelayan kecil dengan perahu bermotor kurang dari 5 GT. Diperkirakan

dengan menggunakan LPG 3 kg, maka 1 orang nelayan kecil dengan ukuran perahu kurang

dari 5 GT dapat menghemat sekitar Rp 37 juta per tahun, dengan perhitungan beroperasi

selama 10 jam (one day fishing).

1.2. Perpres No. 146/2015 tentang Pelaksanaan Pembangunan dan Pengembangan

Kilang Minyak di Dalam Negeri

Peraturan Presiden (Perpres) ini merupakan payung hukum bagi Pemerintah untuk

mempercepat pembangunan kilang melalui empat skema yaitu Kerjasama Pemerintah dengan

Badan Usaha (KBPU), penugasan dengan pembiayaan APBN, penugasan khusus kepada

Pertamina dan serta pembangunan oleh badan usaha swasta. Kebijakan ini adalah dalam

rangka mengurangi ketergantungan BBM dari luar negeri akibat rendahnya kapasitas

pengolahan BBM dan tingginya permintaan BBM di dalam negeri. Pembangunan kilang

minyak harus dilakukan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional. Untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri dalam 10 tahun ke depan, diperlukan kilang-kilang baru dengan total

kapasitas 1,2 juta barel per hari. Agar dapat menarik investor membangun kilang minyak,

pemerintah telah menyiapkan insentif berupa tax holiday, tax allowance, pembebasan PPN

barang strategis dan pembebasan bea masuk.

Page 26: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[19]

Tabel 3.2. Kapasitas Kilang Minyak Nasional

Nama Kilang Kapasitas

(Ribu Barel Perhari)

Kilang Eksisting Dumai/ Sungai Pakning 170

Plaju 118

Cilacap 348

Balikpapan 260

Balongan 125

Kasim/Sorong 10

Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) 100

Tri Wahana Universal (TWU) 18

SubTotal (A) 1.149

Rencana Upgrade Kilang Balikpapan 100

(Tambahan Produksi) Cilacap 22

Dumai 120

Balongan 143

Subtotal (B) 385

Rencana Kilang Baru PT Indo Kilang Prima (IKP) 6

KPS Bontang 300

Grass Root West I (tuban) 300

Grass Root West II (Belum ditentukan) 300

SubTotal (C) 906

T O T A L (A+B+C) 2.440

Sumber: Outline Business Case PWC

Dengan adanya kebijakan ini maka pemerintah dan badan usaha akan dapat

mempercepat pembangunan dan pengembangan kilang minyak di dalam negeri. Adapun

rencana pembangunan kilang yang saat ini sedamg dipersiapkan adalah di Tuban, Jawa

Timur dengan kapasitas 300.000 barel per hari. Pembangunan kilang akan dilakukan

Pertamina dengan mitra strategis. Negara yang berminat, antara lain Arab Saudi, Kuwait dan

Cina. Pengguna lahan saat ini adalah Kementerian Kehutanan, dan selain itu pembangunan

kilang minyak dii Tuban akan jadi komplek kilang dan petrokimia.

Page 27: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[20]

Kilang kedua direncanakan akan dibangun di Bontang, Kalimantan Timur dengan

kapasitas 300 ribu barel perhari. Saat ini status lahan BMN (Barang Milik Negara)

Kementerian Keuangan, sementara potensi skema adalah Kerjasama Pemerintah dan Badan

Usaha (KPBU) dimana PT. Pertamina diusulkan menjadi Penanggung Jawab Proyek

Kerjasama (PJPK), dan PT. Pertamina sebagai Off-taker. Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian melalui KPPIP dan PWC sedang menyusun pra studi kelayakan/ Outline

Business Case (OBC) yang dijadwalkan selesai akhir Januari 2016. Untuk itu telah

diterbitkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 159/2015 tentang Tim

Kerja Kilang Minyak Bontang.

1.3. Perpres tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan

Peraturan Presiden (Perpres) ini bertujuan untuk mempercepat penyelenggaraan

Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK) sebagai suatu penyelenggaraan

pembangunan untuk kepentingan umum secara efektif sesuai dengan ketentuan RUPTL dan

menghasilkan manfaat yang diharapkan; dan memastikan peran serta, kerjasama, dukungan

dan keselarasan dari semua pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam

keberhasilan percepatan penyelenggaraan PIK. Pemerintah menugaskan PT. PLN (Persero)

untuk menyelenggarakan PIK.

Dalam rangka mengatasi masalah krisis penyediaan tenaga listrik dan menjamin

pertumbuhan ekonomi 6,7%, Pemerintah menetapkan proyek-proyek yang termasuk dalam

program pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang meliputi pembangunan

pembangkit dengan kapasitas 35,5 GW berikut transmisinya. Proyek tersebut akan

diselesaikan dalam periode 2015-2019, dalam hal ini kapasitas pembangkit sebesar 10,25

GW akan dibangun oleh PT. PLN dan 25,3 GW dibangun oleh sektor swasta.Proyek

pembangunan pembangkit listrik tersebut dilakukan di wilayah Jawa-Bali (52%), Sumatera

Page 28: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[21]

(28%), Sulawesi (10%), Kalimantan (7%), Nusa Tenggara (2%), Maluku (1%), dan Papua

(1%). Dalam perkembangannya, pembagian proporsi pembangunan ini diubah menjadi 5 GW

oleh PT. PLN dan 30 GW oleh sektor swasta, dengan pertimbangan agar PT. PLN lebih fokus

pada pembangunan jaringan transmisi dan distribusi. Detail rencana pembangunan

pembangkit dan transmisi tercantum dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik

(RUPTL) oleh PT. PLN (Persero).

Melalui kebijakan ini diharapkan dapat menjamin ketersediaan dan kesinambungan

tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik untuk meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mendorong pertumbuhan

ekonomi. Peraturan Presiden ini dapat mendukung PT. PLN (Persero) yang mendapat

penugasan dari pemerintah untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan

sehingga target rasio elektrifikasi 97,35% pada tahun 2019 dapat tercapai.

1.4. Perpres tentang Penetapan Harga Gas Bumi

Peraturan Presiden (Perpres) tentang Penetapan Harga Gas Bumi dimaksudkan untuk

mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing industri nasional

melalui pemanfatan gas bumi serta untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pengaliran gas

bumi. Dalam hal ini Menteri ESDM akan menetapkan harga gas bumi dengan

mempertimbangkan keekonomian lapangan, harga gas bumi di dalam negeri dan

inernasional, kemampuan daya beli konsumen gas bumi dalam negeri, serta nilai tambah dari

pemanfaatan gas bumi di dalam negeri. Selain itu Menteri ESDM juga akan menetapkan

harga gas bumi tertentu dengan mempertimbangkan gas bumi bagi industri pengguna gas

bumi, pertumbuhan ekonomi nasional melalui pemanfaatan gas bumi dalam rangka

meningkatkan nilai tambah yang dapat diberikan oleh industri pengguna gas bumi. Namun

Page 29: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[22]

demikian penetapan harga gas bumi tertentu tersebut tidak mempengaruhi besaran

penerimaan yang menjadi bagian kontraktor.

Melalui kebijakan penetapan harga gas bumi sektor industri akan meningkat daya

saingnya, terutama dalam menghadapi semakin terbukanya pasar domestik. Selain itu sektor

industri tertentu seperti industri pupuk, petrokimia, besi baja, keramik dan kaca akan

mendapat harga gas yang lebih bersaing dibandingkan sebelumnya, sehingga industri-industri

tersebut dapat lebih berkembang secara lebih cepat dan akan meberikan kontribusi lebih

tinggi terhadap perekonomian nasional.

1.5. Inpres No. 11 Tahun 2015 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran

Lahan dan Hutan

Instruksi Presiden (Inpres) ini menugaskan 23 Menteri/ Pejabat setingkat menteri

serta kepada para Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk meningkatkan

pengendalian kebakaran. Instruksi Presiden No. 11 Tahun 2015 itu sendiri berisi tentang

instruksi peningkatan pengendalian kebakaran hutan dan lahan, yaitu dengan

mengupayakan pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran/pemulihan

hutan dan lahan, selain itu juga Presiden mendorong perkuatan koordinasi lintas instansi

(pusat dan daerah), peningkatan peran serta masyarakat/pemangku kepentingan serta

mewujudkan penegakan hukum kepada pelaku yang terlibat pembakar lahan dan hutan

baik perorangan atau badan hukum.

Kebijakan ini diperlukan agar pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat

bekerja lebih terkoordinasi untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan yang telah terjadi

sangat besar sepanjang tahun 2015. Penyebab kebakaran hutan dan lahan dapat terjadi

karena disengaja maupun tidak disengaja, dan tidak hanya faktor alam yang berpengaruh

misalnya udara yang sangat panas disaat musim kemarau namun juga karena ulah manusia

Page 30: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[23]

yang tidak sadar akan pentingnya hutan dan sikap yang ceroboh. Melalui kebijakan ini akan

dikurangi resiko kebakaran hutan dan lahan dengan menempatkan masing-masing instansi

sesuai dengan tugas dan fungsinya secara lebih baik.

1.6. Perpres Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah di

Provinsi DKI Jakarta, Kota Bandung, Kota Surabaya, dan Kota Surakarta

Peraturan Presiden (Perpres) ini ditujukan dalam rangka mengubah sampah sebagai

sumber daya dan meningkatkan kualitas lingkungan sebagaimana diamanatkan dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, serta untuk memenuhi

kebutuhan energi listrik, sehingga dipandang perlu mempercepat pembangunan Pembangkit

Listrik Berbasis Sampah pada beberapa kota.

Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah kota (PLTSa) bertujuan untuk

pengelolaan sampah agar lingkungan menjadi bersih, dan kesehatan masayarakat menjadi

lebih baik, serta meningkatkan nilai tambah sampah melalui pengelolaan sampah menjadi

energi, pupuk. Dalam hal ini diteapkan pengaturan harga sampah, lokasi dan penugasan

kepada kota-kota yang menghadapi masalah besar dalam pengelolaan sampah, dan intuk itu

telah diputuskan pembangunan pembangkit listrik berbasis sampah kota di 3 (tiga) daerah

sebagai pilot project, yaitu di DKI Jakarta, Surakarta dan sekitarnya dan Surabaya. Kebijakan

ini diharapkan dapat memberikan manfaat lebih banyak dalam pengelolaan sampah perkotaan

dan memberikan kontribusi energi di perkotaan.

2. Persentase Kebijakan bidang Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup yang terimplementasi

Pada tahun 2015 terdapat 3 (tiga) buah peraturan perundang-undangan yang telah

direvisi di tingkat Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup. Berdasarkan pengukuran Indikator Kinerja 2, maka realisasi capaian

Page 31: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[24]

kinerja indikator ini adalah 100%, dan dapat memenuhi ekspektasi. Adapun perundang-

undangan yang telah diselesaikan tersebut adalah sebagai berikut:

2.1. PP No. 104 tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukkan dan Fungsi

Kawasan Hutan

Peraturan Pemerintah (PP) ini ini merupakan revisi PP No. 60 tahun 2012 dengan

tujuan memberikan tata cara perubahan peruntukkan dan fungsi kawasan hutan untuk

pembangunan bendungan yang sebelumnya dilaksanakan dengan mekanisme tukar menukar

kawasan hutan diubah menjadi mekanisme Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), serta

untuk proses tukar menukar kawasan hutan dapat dilakukan pelepasan kawasan hutan

sebelum tata batas dan penetapan areal pengganti, dan untuk proses pelepasan kawasan hutan

langsung diberikan pelepasan kawasan hutan tanpa persetujuan prinsip, dengan kewajiban

tata batas setelah dilakukan pelepasan kawasan hutan. Melalui kebijakan ini maka tata cara

pembangunan infrastruktur bendungan di kawasan hutan akan lebih dipercepat proses

perizinannya.

2.2. PP No. 105/2015 tentang Penggunaan Kawasan Hutan

Peraturan Pemerintah (PP) ini merupakan revisi PP No. 61/2012 dengan tujuan untuk

pembangunan infrastruktur (bendungan) dengan skema Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan

(IPPKH), serta kewajiban menyediakan areal kompensasi untuk permohonan IPPKH untuk

kawasan hutan dibawah 30%, diubah menjadi kewajiban penanaman rehabilitasi DAS, dan

untuk proses pemberian IPPKH langsung diberikan IPPKH tanpa persetujuan prinsip dengan

kewajiban setelah IPPKH diberikan. Melalui kebijakan ini maka penggunaan kawasan hutan

untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan seperti untuk pembangunan

infrastruktur bertujuan strategis dapat lebih dipermudah.

Page 32: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[25]

2.3. Perpres No. 125/2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga

BBG untuk Transportasi Jalan

Peraturan Presiden (Perpres) ini merupakan revisi Perpres No. 64/2012 tentang

Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga Bahan Bakar Gas Untuk Transportasi Jalan

dengan menambah klausul bahwa penyediaan dan pendistribusian bahan bakar gas berupa

CNG dilaksanakan oleh BUMN berdasarkan penugasan dari Menteri ESDM. Selain

penugasan, Menteri ESDM dapat melakukan penunjukan langsung kepada badan usaha untuk

melakukan penyediaan dan pendistribusian bahan bakar gas berupa CNG. Diatur pula bahwa

pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian bahan bakar gas berupa CNG meliputi

pembangunan sarana dan fasilitas distribusi dan atau pembangunan dan pengoperasian

SPBG. Pembangunan SPBG oleh BUMN dilakukan dengan menggunakan APBN, sementara

pembangunan oleh badan usaha menggunakan anggaran badan usaha yang mendapatkan

penunjukan langsung.

Perpres ini juga mengatur tentang penggunaan konverter kit. Pemerintah memberikan

bantuan konverter kit secara gratis untuk kendaraan dinas dan kendaraan bermotor angkutan

umum berikut pemasangannya secara bertahap, sesuai dengan daerah pentahapan penyediaan

dan pendistribusian bahan bakar gas berupa CNG. Pemberian secara gratis ini dilaksanakan

hanya satu kali. Terkait penyediaan dan pemasangan konverter kit untuk kendaraan dinas dan

kendaraan bermotor angkutan penumpang umum, dilaksanakan oleh BUMN, dengan

menggunakan APBN atau anggaran BUMN yang mendapatkan penugasan. Dalam hal

penyediaan dan pemasangan konverter kit untuk kendaraan dinas dan kendaraan bermotor

angkutan penumpang umum menggunakan APBN, penyediaan dan pemasangan konverter kit

untuk kendaraan dinas dan kendaraan bermotor angkutan penumpang umum dapat

Page 33: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[26]

dilaksanakan berdasarkan tahun jamak, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Ditetapkan pula bahwa Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

perindustrian mengatur persyaratan teknis rangkaian komponen konverter kit.

Kebijakan ini merupakan upaya mengurangi ketergantungan penggunaan BBM melalui

konversi BBM ke BBG untuk transportasi jalan, terutama untuk kendaraan umum.

Diperhitungkan bahwa pemakaian BBG akan lebih murah dari BBM seperti premium,

sehingga pengemudi angkutan umum akan memperoleh penghasilan lebih layak

dibandingkan sebelumnya. Sementara untuk kendaraan dinas akan secara bertahap

disosialisasikan konversi penggunaan BBG, baik di pusat maupun di daerah.

3. Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI

Standar EITI 2013 merupakan standar baru EITI menggantikan EITI Rules 2011 yang

diterapkan di seluruh negara pelaksana EITI. Standar baru ini mengharuskan negara

pelaksana EITI untuk melaporkan tidak hanya rekonsiliasi penerimaan yang diterima

pemerintah dan pengeluaran yang dilakukan dunia usaha yang bergerak di bidang industri

ekstraktif, tetapi juga melaporkan transparansi pada proses tatakelola industri ekstraktif

secara menyeluruh, yaitu mulai dari proses perizinan, keterbukaan kontrak, kepemilikan dari

penerima manfaat, kebijakan fiskal Negara yang bersangkutan, keterlibatan perusahaan milik

Negara, serta dampak dan manfaat industri ekstraktif bagi masyarakat.

Pengukuran Indikator Kinerja 3 dilakukan di 4 acara sosialisasi, yaitu: (1) Sosialisasi

EITI ke seluruh pemangku kepentingan pada tanggal 29 Mei 2015 di Bandung dengan tema

“Pelaksanaan Transparansi sesuai Standar EITI Terbaru dan Upaya Perbaikan Tata Kelola

Industri Ekstraktif di Indonesia”; (2) Sosialisasi EITI ke pemangku kepentingan di wilayah

Kalimantan pada tanggal 27 Agustus 2015 di Yogyakarta dengan tema “Standar EITI 2013

dalam Kaitan Pelaksanaan UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah serta Kebijakan

Page 34: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[27]

Nasional dalam Tata Kelola Kegiatan Usaha Pertambangan”; (3) Sosialisasi EITI ke

pemangku kepentingan di luar wilayah Kalimantan pada tanggal 8 Oktober 2015 di Surabaya

dengan tema “Pelaksanaan UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah serta Kebijakan

Nasional dalam Tata Kelola Kegiatan Usaha Pertambangan dalam Kerangka Standar EITI

2013”; dan (4) Sosialisasi EITI ke seluruh pemangku kepentingan tanggal 3 Desember 2015

di Bandung setelah Laporan EITI 2012/2013 diterbitkan dengan tema “Sosiaslisasi dan

Seminar Laporan EITI Indonesia Ketia Tahun Pelaporan 2012-2013”. Metode yang

dilakukan adalah dengan pengisian kuesioner untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta

terhadap Standar EITI 2013, serta membandingkannya dengan sebelum dilakukannya

Sosialisasi. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Pengukuran Indikator Kinerja 3

Kegiatan Tingkat Pemahaman

Sebelum Sosialisasi

(Skor)

Tingkat Pemahaman

Setelah Sosialisasi

(Skor)

Peningkatan

Pemahaman

(%)

Sosialisasi 1 2,8 3,8 36,7

Sosialisasi 2 2,5 3,8 53,5

Sosialisasi 3 2,8 4,3 54,7

Sosialisasi 4 3,6 4,6 28,1

Rata-rata 2,9 4,1 43,2

Sumber: Hasil Pengolahan Data Sosialisasi

Berdasarkan pengukuran Indikator Kinerja 3, maka realisasi capaian kinerja indikator

ini adalah mempunyai nilai 4,1; atau dengan nilai mencapai 102,6%, serta dapat memenuhi

ekspektasi. Selain itu jika dibandingkan tingkat pemahaman para peserta sebelum dan

sesudah dilakukannya sosialisasi, terdapat peningkatan pemahaman rata-rata sebesar 43,2%,

dan hal ini dapat menunjukkan tingkat efektivitas yang baik dalam pelaksanaan sosialisasi

EITI.

Page 35: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[28]

Beberapa kegiatan EITI Indonesia lainnya mencakup komunikasi melalui Media

Massa, antara lain melalui workshop jurnalis untuk mendapatkan pemberitaan dan

meningkatkan kapasitas para jurnalis tentang pelaksanaan EITI, diadakan workshop jurnalis

yang dilaksanakan di Bogor pada 6-9 September 2015. Workshop ini diikuti oleh 23 media

dari Jakarta dan daerah yang kaya Sumber Daya Alam. Selain itu dilakukan kunjungan atau

site visit ke Tambang Emas milik PT Antam Tbk di Pongkor. Di samping itu dilakukan pula

Talkshow melalui Media Radio dan Televisi untuk memberikan pemahaman pada masyarakat

luas tentang transparansi industri ekstraktif di Indonesia.

Sebagai pertanggungjawaban Indonesia sebagai negara pelaksana EITI, telah

dipublikasikan laporan ketiga EITI Indonesia yang mencakup tahun pelaporan 2012-2013.

Pengerjaan laporan dilakukan oleh Administrator Independen setelah menandatangani

kontrak kerjasama pada tanggal 25 Mei 2015. Laporan berhasil diterbitkan pada tanggal 23

November 2015. Publikasi laporan tersebut berhasil mengakhiri status suspensi Indonesia dan

mengembalikan status Indonesia sebagai Negara compliant atau patuh transparansi.

Laporan EITI tahun 2012-2013 mencakup data-data penerimaan negara dari sektor

minyak dan gas bumi (migas) dan mineral dan batubara (minerba) untuk pajak dan non pajak

tahun kalender 2012 dan 2013. Hasil rekonsiliasi penerimaan pajak dari sektor migas yaitu

sebesar 8,85 miliar dolar AS pada tahun 2012, dan 8,04 miliar dolar AS pada tahun 2013.

Sementara rekonsiliasi penerimaan non pajak sektor migas yaitu sebesar 26,93 miliar dolar

AS pada tahun 2012, dan 23,6 miliar dolar AS pada tahun 2013. Perbedaan hasil rekonsiliasi

antara penerimaan negara dan pembayaran dari perusahaan-perusahaan migas yaitu 0.001% -

2,32%. Untuk hasil rekonsiliasi pajak sektor minerba yaitu sebesar Rp. 5,89 triliun dan 2,44

miliar dolar AS pada tahun 2012, dan Rp 4,43 triliun dan 1,3 miliar dolar AS pada tahun

2013. Untuk penerimaan non pajak sektor minerba yaitu Rp. 3,79 triliun dan 1,93 miliar dolar

AS di tahun 2012, dan Rp.4,03 triliun dan 2,1 miliar dolar AS di tahun 2013. Perbedaan hasil

Page 36: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[29]

rekonsiliasi antara penerimaan negara dan pembayaran dari perusahaan-perusahaan minerba

yaitu 0.005% - 3,83%.

Gambar 3.1. Acara Peluncuran Laporan EITI 2012/2013

Sumber: www.eiti.ekon.go.id.

Selain informasi rekonsiliasi, laporan EITI 2012-2013 juga berisi informasi

kontekstual yang dapat menjadi referensi penting bagi masyarakat yaitu: kerangka hukum

pelaksanaan transparansi di Indonesia, tata kelola industri ekstraktif di Indonesia, proses

alokasi dan tender wilayah pertambangan migas dan minerba, manajemen penerimaan negara

dari industri ekstraktif, tanggung jawab sosial perusahaan/CSR (Corporate Social

Responsibility) industri ekstraktif, gambaran kekayaan industri ekstraktif dan kontribusinya

untuk negara, partisipasi BUMN di sektor ekstraktif, dan rekomendasi untuk perbaikan

transparansi industri ekstraktif di Indonesia. Laporan-laporan EITI serta kegiatan lainnya

dipublikasikan melalui situs www.eiti.ekon.go.id, dan pelaporan tersebut disampaikan

melalui serangkaian kegiatan sosialisasi dan komunikasi.

Page 37: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[30]

C. Analisis Capaian Kinerja dari Waktu ke Waktu

Berdasarkan pengukuran kinerja untuk 3 (tiga) Indikator Kinerja yang telah

ditetapkan, maka pencapaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber

Daya Alam, dan Lingkungan Hidup pada tahun 2015 adalah sebesar 106,9%. Pencapaian

tersebut didukung oleh adanya input pendanaan atau anggaran sebesar Rp 22,4 miliar dengan

realisasi sebesar 80,6%. Tabel 3.4 menggambarkan perbandingan kinerja tahun 2015 dengan

tahun-tahun sebelumnya sebagai berikut.

Tabel 3.4. Perbandingan Capaian Kinerja 2012-2015

Capaian Kinerja 2012 2013 2014 2015

Capaian Indikator Kinerja (%) 95,9 103,9 90,2 107,5

Pagu Anggaran (Rp. Miliar) 12,7 24,5 23,1 22,4

Realisasi Penyerapan Anggaran (%) 83,1 70,9 79,9 80,6

Apabila dibandingkan dengan tahun 2012, 2013 dan 2014, maka pada tahun 2015

pencapaian kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup mengalami peningkatan diukur dari capaian indikator kinerja, sementara

realisasi anggaran meningkat dalam 3 tahun terakhir meskipun terdapat kecenderungan pagu

anggaran yang menurun dalam 3 tahun terakhir.

Upaya peningkatan pencapaian kinerja telah dilakukan terutama melalui perbaikan-

perbaikan terhadap mekanisme perencanaan dan pelaksanaan yang dapat memberikan

kontribusi yang signifikan, serta meningkatkan intensitas koordinasi dan sinkronisasi dengan

pemangku kepentingan, seperti Kementerian/Instansi terkait, dunia usaha, maupun

perwakilan masyarakat. Selain itu dilakukan pula perbaikan mekanisme koordinasi dan

sinkronisasi dengan para Deputi dan Sekretariat di lingkungan Kementerian Koordinator

Page 38: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[31]

Bidang Perekonomian, serta komunikasi di internal Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan

Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup.

D. Realisasi Anggaran

Realisasi anggaran Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam,

dan Lingkungan Hidup tahun 2015 adalah sebesar 80,6%; atau lebih besar dari target

minimal realisasi anggaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun 2015

sebesar 70,63%. Tabel 3.5 menjabarkan rincian realisasi anggaran sampai tingkat Eselon II.

Tabel 3.5. Realisasi Anggaran 2015

Kegiatan Pagu Anggaran

(Rp)

Realisasi

(Rp)

% Realisasi

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan

Energi, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup

22.385.303.000 17.693.840.718 79,04

1 Asdep Produktivitas Energi 9.632.727.000 8.326.727.420 86,5

2 Asdep Infrastruktur Energi 2.500.000.000 1.517.103.347 60,7

3 Asdep Industri Ekstraktif 2.500.000.000 1.811.822.982 72,5

4 Asdep Tata Kelola Kehutanan 2.500.000.000 1.592.603.971 63,7

5 Asdep Pelestarian Lingkungan

Hidup

5.252.576.000 4.445.683.018 84,6

Sumber: Data Realisasi Anggaran Bagian Keuangan

E. Capaian Kinerja Lainnya

Pada tahun 2015 Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam,

dan Lingkungan Hidup memiliki capaian lainnya, terutama dengan telah dilakukannya

mekanisme data sharing serta sistem informasi dan komunikasi melalui WhatsApp antara

Deputi dan Asdep, antara Asdep dan staf, antara Asdep dan Sekretariat EITI, dan Asdep

dengan Kementerian/Instansi terkait. Selain itu dilakukan pula pengolahan data dan

informasi terkait dengan kebijakan di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan

lingkungan hidup terkait energi, mineral, kehutanan, lingkungan hidup mencakup

perkembangan pencapaian, potensi, dan data statistik ekonomi dan keuangan. Program EITI

telah mempunyai website tersendiri, www.eiti.ekon.go.id, untuk memberikan informasi

mengenai perkembangan dan kemajuan EITI Indonesia, serta mendapatkan feedback dari

Page 39: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[32]

stakeholder maupun masyarakat secara timbal balik, serta penggunaan Skype untuk

melakukan komunikasi dan koordinasi kegiatan dengan Sekretariat EITI Internasional serta

Negara EITI di Asia Pasifik.

Beberapa capaian kinerja lainnya terutama dalam rangka sinkronisasi, koordinasi dan

pengendalian lainnya adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan untuk mendorong, melaksanakan, dan/atau memfasilitasi pelaksanaan

penelitian dan pengembangan mineral sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 146

Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

melalui Peraturan Menteri ESDM No. 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri ESDM No. 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah

Mineral melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri.

2. Kebijakan untuk menjamin kepastian usaha atas investasi yang ditanamkan oleh

pemegang IUP, IUPK,KK dan PKP2B, serta mendorong pelaku usaha dalam

meningkatkan investasi melalui Peraturan Menteri ESDM No 32/2015.

3. Kebijakan untuk mengatur penggunaan sebagian kawasan hutan untuk kepentingan

pembangunan di luar kegiatan kehutanan melalui Peraturan Menteri LHK tentang

Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

4. Kebijakan untuk mengatur kembali penambahan luasan IUPHHK dalam Hutan Alam,

IUPHHK Hutan Tanaman Industri atau IUPHHK Restorasi Ekosistem pada Hutan

Produksi, serta mengatur untuk permohonan perpanjangan IUPHHK sesuai luasan

sebelumnya melalui Peraturan Menteri LHK tentang Pembatasan Luas Izin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Dalam Hutan Alam.

5. Hilirsasi Industri Mineral dan Batubara sesuai amanat Pasal 95 huruf c, Pasal 102,

Pasal 103 ayat (1) dan ayat (3), serta Pasal 170 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, maka Pemegang IUP Operasi Produksi

Page 40: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[33]

dan Pemegang Kontrak Karya wajib melakukan peningkatan nilai tambah mineral

melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri.

6. Penyesuaian Amendmen KK dan PKP2B sesuai ketentuan dalam Undang-Undang

No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, ketentuan dalam

pasal Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan

Batubara (PKP2B) harus disesuaikan (renegosiasi).

7. Pemanfaatan Batubara untuk PLTU Mulut Tambang dengan melakukan penyesuaian

tarif biaya produksi batubara melalui Keputusan Direktur Jenderal Mineral dan

Batubara No. 953.K/32/DJB/2015 sebagai revisi dari Kep. Dirjen No.

579.K/32/DJP/2015 tentang Biaya Produksi untuk Penentuan Harga Dasar Batubara,

dalam rangka menurunkan biaya produksi untuk perhitungan harga dasar batubara.

8. Persiapan Program Partnership for Market Readiness (PMR) yang merupakan

kegiatan berbasis grant untuk kerjasama global yang memberikan bantuan capacity

building dan pengembangan instrumen perdagangan karbon untuk mengurangi emisi

gas rumah kaca.

9. Rencana Pembangunan PLTN 5.000 MW Tahun 2024 melalui penyusunan buku putih

sebagai pedoman pembangunan PLTN 5.000 MW Tahun 2024, sehingga pada tahun

2025 PLTN sudah beroperasi.

10. Kebijakan Biodiesel B-15 dalam rangka pengurangan ketergantungan terhadap BBM,

serta peningkatan industri hilir kelapa sawit; peningkatan harga CPO dunia;

peningkatan penerimaan negara terutama pajak; dan berkembangnya industri bahan

bakar nabati; penyerapan tenaga kerja lebih besar.

11. Kebijakan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) untuk menjamin kelestarian

pengelolaan hutan dan/atau legalitas kayu serta ketelusuran kayu melalui sertifikasi

penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari.

Page 41: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[34]

12. Program Heart of Borneo untuk mempertahankan dan memelihara keberlanjutan

manfaat salah satu kawasan hutan hujan terbaik yang masih tersisa di Borneo bagi

kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang.

13. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca untuk pengaturan global upaya penurunan emisi

dan pengendalian perubahan iklim, serta membatasi kenaikan suhu global dibawah 2

derajat Celcius dari tingkat pre-industri dan melakukan upaya untuk membatasinya

hingga dibawah 1,5 derajat Celcius.

14. Pengembangan Geopark dalam rangka mempromosikan geo-keragaman melalui

inisiatif yang dipimpin oleh masyarakat untuk meningkatkan pembangunan

berkelanjutan daerah.

15. Kerjasama Carbon Capture and Storage (CCS) Gundih kerjasama antar Pemerintah

Indonesia dan Pemerintah Jepang untuk kerjasama riset dalam rangka sustainable

development, sub surface analysis and development of geophysical monitoring

technologies.

16. Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri dan Pemasaran Rotan di Cirebon, Jawa

Barat dalam rangka meningkatkan produksi industri rotan.

17. Pengendalian dan Penyesuaian Harga, Tarif, dan Subsidi Energi terutama Bahan

Bakar Minyak (BBM) seperti premium dan solar; listrik; LPG 12 kg dan LPG 3kg.

F. Efisiensi Anggaran

Efesiensi anggaran yang dapat dilakukan pada saat ini memanfaatkan semaksimal mungkin

fasilitas penunjang kegiatan Konsinyering, Sosialisasi yang tersedia yang dimiliki

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, seperti ketersediaan ruang rapat meskipun

dengan daya tampung yang terbatas.

Page 42: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[35]

Page 43: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[36]

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber

Daya Alam, dan Lingkungan Hidup mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi dan

sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan serta pengendalian pelaksanaan

kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang pengelolaan energi,

sumber daya alam, dan lingkungan hidup.

Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, pada tahun 2015 telah disepakati

dokumen Perjanjian Kinerja (PK) yang akan dicapai dalam bentuk Kontrak Kinerja antara

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dan memiliki kewajiban untuk

menyampaikan pencapaian kinerjanya secara akuntabel, baik keberhasilan ataupun

kegagalan, yang dituangkan dalam Laporan Kinerja Tahun 2015. Laporan ini telah

menyajikan setiap pencapaian kinerja yang dijabarkan dalam Sasaran Strategis dan Indikator

Kinerja Utama (IKU), dan diharapkan dapat memberikan gambaran setiap kegiatan yang

telah dilaksanakan serta menjadi acuan dalam mengidentifikasi hambatan dan kendala dalam

implementasinya.

Berdasarkan hasil pengukuran seluruh target IKU yang telah ditetapkan dalam

dokumen PK Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup tahun 2015, maka pencapaian target kinerja secara keseluruhan adalah

sebesar 107,5% dengan realisasi anggaran sebesar 80,6%. Apabila dibandingkan dengan hasil

tahun 2014 terdapat peningkatan persentase pencapaian capaian kinerja, sementara realisasi

anggaran juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Kurang optimalnya

Page 44: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[37]

kinerja terutama disebabkan adanya reorganisasi pada Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian baik di tingkat Eselon 1 maupun di tingkat Eselon 2 ke bawah pada tahun

2015.

Sejumlah capaian kinerja lain di luar kinerja yang telah ditetapkan di bidang

pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup telah menghasilkan

rekomendasi penting dari berbagai kebijakan dan penyelesaian permasalahan; serta program

data sharing dan sistem informasi antarkeasdepan pada Deputi Bidang Koordinasi

Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup, dan dengan Eselon I

lainnya serta pengembangan website EITI.

Adanya perbaikan kinerja juga mencerminkan telah tercapainya outcome secara

efektif, termasuk yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan harapan para pemangku

kepentingan yang dilakukan melalui koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan.

Pencapaian target tersebut di atas juga didukung oleh keterlibatan dan dukungan aktif para

pemangku kepentingan, mencakup instansi pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha dan

serta masyarakat madani yang merupakan kesatuan dalam pembangunan perekonomian

nasional. Berbagai keberhasilan kinerja yang telah dicapai tersebut perlu dipertahankan dan

bahkan ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang, sementara terhadap kegiatan yang capaian

kinerjanya belum mencapai target seperti yang telah direncanakan akan ditingkatkan pada

tahun-tahun mendatang melalui perbaikan-perbaikan secara bertahap.

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam,

dan Lingkungan Hidup ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat

keselarasan antara perencanaan dan strategi yang dirumuskan oleh pimpinan Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian dengan pelaksanaan sehingga dapat dijadikan alat

pengambilan keputusan maupun penetapan kebijakan, serta dapat memberikan informasi

transparan, baik kepada Pemimpin di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Page 45: LAPORAN KINERJA 2015

Laporan Kinerja Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

[38]

maupun berbagai pihak yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja

pada tahun-tahun yang mendatang.

Page 46: LAPORAN KINERJA 2015

LAMPIRAN

Page 47: LAPORAN KINERJA 2015

PERJANJIAN KINERJA ESELON I TAHUN 2015

Jabatan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 2015

Deputi Bidang Koordinasi

Pengelolaan Energi, Sumber

Daya Alam, dan Lingkungan

Hidup

Terwujudnya Sinkronisasi dan

Koordinasi Kebijakan

Pengelolaan Energi, Sumber

Daya Alam, dan Lingkungan

Hidup

Persentase rancangan

peraturan perundang-

undangan di bidang

pengelolaan energi, sumber

daya alam, dan lingkungan

hidup.

100 %

Terwujudnya Pengendalian

Pelaksanan Kebijakan

Pengelolaan Energi, Sumber

Daya Alam, dan Lingkungan

Hidup

Persentase kebijakan bidang

pengelolaan energi, sumber

daya alam, dan lingkungan

hidup yang terimplementasi

100 %

Meningkatnya pemahaman

pemangku kepentingan

terhadap kebijakan baru

Extractive Industries

Transparency Initiative (EITI)

Persentase pemahaman

pemangku kepentingan

terhadap kebijakan baru

EITI

4

Sumber : Perjanjian Kinerja Tahun 2015

Lampiran I

Page 48: LAPORAN KINERJA 2015

PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2015

Unit Eselon I: Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan

Hidup

Tahun 2015

Sasaran

Strategis

Indikator

Kinerja

Target

2015

Realisasi

2015

Kinerja

(%) Program

Anggaran

Pagu

(Rp)

Realisasi

(Rp)

%

(a) (b) (c) (d) (e)=

(d/c)

(f) (g) (h)=

(g/f)

Terwujudnya

Sinkronisasi

dan

Koordinasi

Kebijakan

Pengelolaan

Energi,

Sumber Daya

Alam, dan

Lingkungan

Hidup

Persentase

rancangan

peraturan

perundang-

undangan di

bidang

pengelolaan

energi, sumber

daya alam, dan

lingkungan

hidup.

100 % 120,0% 120

Program

Koordinasi

Kebijakan

Perekonomian

22.385.303.000 18.036.668.265 80,6

Terwujudnya

Pengendalian

Pelaksanan

Kebijakan

Pengelolaan

Energi,

Sumber Daya

Alam, dan

Lingkungan

Hidup

Persentase

kebijakan

bidang

pengelolaan

energi, sumber

daya alam, dan

lingkungan

hidup yang

terimplementasi

100 % 100,0% 100

Meningkatnya

pemahaman

pemangku

kepentingan

terhadap

kebijakan

baru

Extractive

Industries

Transparency

Initiative

(EITI)

Persentase

pemahaman

pemangku

kepentingan

terhadap

kebijakan baru

EITI

4 4,1 102,6

Capaian Kinerja Rata-rata 107,5

Sumber : Perjanjian Kinerja Tahun 2015 dan P2K Deputi Bidang PESDALH (diolah)

Lampiran II

Page 49: LAPORAN KINERJA 2015

Unit Eselon II : Asisten Deputi Produktivitas Energi

Tahun : 2015

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Tersusunnya rekomendasi

kebijakan dalam upaya

pencapaian sasaran

peningkatan produktivitas

energi

1. Persentase rekomendasi kebjakan di bidang

produktivitas energi yang terimplementasi

85%

85%

100

2. Persentase rekomendasi pengendalian

pelaksanaan kebijakan di bidang produktivitas

energi

85%

85%

100

3. Persentase pemahaman pemangku kepentingan

terhadap kebijakan baru EITI

90%

92,4%

102,6

4. Jumlah pelayanan dan tata kelola pada Deputi

Pengelolaan Energi, SDA, dan LH

6 bulan 6 bulan 100

Jumlah Anggaran : Rp. 12.385.303.000,-

Realisasi : Rp. 11.368.822.204,- (91,8%)

Page 50: LAPORAN KINERJA 2015

Unit Eselon II : Asisten Deputi Infrastruktur Energi

Tahun : 2015

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Tersusunnya rekomendasi

kebijakan dalam upaya

pencapaian sasaran

peningkatan pengelolaan

infrastruktur energi

1. Persentase rekomendasi kebijakan di bidang

infrastruktur energi yang ditindaklanjuti

85%

85%

100

2. Persentase rekomendasi pengendalian

pelaksanaan di bidang infrastruktur energi

yang ditindaklanjuti

85%

85%

100

Jumlah Anggaran : Rp. 2.500.000.000,-

Realisasi : Rp. 1.511.652.747,- (60,5%)

Page 51: LAPORAN KINERJA 2015

Unit Eselon II : Asisten Deputi Industri Ekstraktif

Tahun : 2015

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Tersusunnya rekomendasi

kebijakan dalam upaya

pencapaian sasaran

peningkatan pengelolaan

industri ekstraktif

1. Persentase rekomendasi kebijakan di bidang

industri ekstraktif

85%

85%

100

2. Persentase rekomendasi pengendalian

kebijakan di bidang industri ekstraktif

85%

85%

100

Jumlah Anggaran : Rp. 2.500.000.000,-

Realisasi : Rp. 1.816.652.962,- (72,7%)

Page 52: LAPORAN KINERJA 2015

Unit Eselon II : Asisten Deputi Tata Kelola Kehutanan

Tahun : 2015

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Terimplementasinya

rekomendasi kebijakan di

bidang tata kelola

kehutanan untuk antisipasi

perubahan iklim

1. Persentase rekomendasi kebijakan di bidang

tata kelola kehutanan

85%

85%

100

2. Persentasi rekomendasi pengenalian kebijakan

di bidang tata kelola kehutanan

85%

85%

100

3. Persentase rekomendasi hasil koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan Heart of Borneo yang

ditindaklanjuti

85%

85%

100

Jumlah Anggaran : Rp. 2.500.000.000,-

Realisasi : Rp. 1.613.573.058,- (64,5%)

Page 53: LAPORAN KINERJA 2015

Unit Eselon II : Asisten Deputi Pelestarian Lingkungan Hidup

Tahun : 2015

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Tersusunnya rekomendasi

kebijakan dalam upaya

pencapaian sasaran

peningkatan pelestarian

lingkungan hidup

1. Persentase rekomendasi kebijakan di bidang

pelestarian lingkungan hidup

85%

85%

100

2. Persentase rekomendasi pengendalian

kebijakan di bdiang pelestarian lingkungan

hidup

85%

85%

100

Jumlah Anggaran : Rp. 2.500.000.000,-

Realisasi : Rp. 1.725.967.294,- (69,0%)

Page 54: LAPORAN KINERJA 2015

Definisi : Implementasi fungsi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di

bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan

hidup dengan K/L yang menghasilkan Rancangan Peraturan

Perundangan Baru bidang Perekonomian yang dikoordinasi dan

disinkronisasi oleh Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan

Energi, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup

Satuan : %

Teknik Menghitung : Implementasi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang

pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup =

realisasi dibandingkan dengan target, rancangan peraturan

perundang-undangan baru bidang perekonomian

r X100%

t

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya

Alam, dan Lingkungan Hidup

Periode Data IKU : Semesteran

Keterangan Lain : Analisis capaian meliputi : kondisi sebelum adanya peraturan,

hasil dan manfaat bila peraturan terbit.

Definisi : Implementasi fungsi pengendalian atas pelaksanaan kebijakan

bidang pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan

hidup oleh K/L yang menghasilkan rekomendasi dan berimplikasi

pada Rancangan perubahan Peraturan Perundangan yang ada

Satuan : %

Teknik Menghitung : Implementasi pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang

pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup =

realisasi dibandingkan dengan target, rancangan perubahan

peraturan perundang-undangan yang ada dibidang perekonomian.

r X100%

t

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya

Alam, dan Lingkungan Hidup

Persentase rancangan peraturan perundang-undangan di bidang

pengelolaan energi, sumber daya alam, dan lingkungan hidup

Manual Perhitungan

IKU D3 1

Persentase kebijakan bidang pengelolaan energi, sumber daya alam,

dan lingkungan hidup yang terimplementasi

Manual Perhitungan

IKU D3 2

Target 2015 : 100% (5 Rancangan Peraturan baru)

Target 2015 : 100% (3 Rancangan Perubahan

Peraturan)

Lampiran III

Page 55: LAPORAN KINERJA 2015

Periode Data IKU : Semesteran

Keterangan Lain : Analisis capaian meliputi : kondisi pelaksanaan peraturan yang ada, hasil dan manfaat bila terjadi perubahan peraturan.

Definisi :

Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap

kebijakan baru EITI dihitung berdasarkan nilai skor yang

dilakukan secara rata-rata pada saat dilakukannya sosialisasi

standar baru EITI (Standar EITI 2013) kepada para pemangku

kepentingan di bidang industri ekstraktif

Satuan : Indeks (1 – 5)

Teknik Menghitung :

Target tingkat pemahaman para pemangku kepentingan

adalah dengan nilai tingkat pemahaman 4. Penilaian tingkat

pemahaman dari para peserta dihitung dari pengisian kuesioner

setelah dilakukan sosialisasi EITI, dengan pemberian skor:

Sangat Paham dengan skor 5

Paham dengan skor 4

Cukup Paham dengan skor 3

Tidak Paham dengan skor 2

Sangat Tidak Paham dengan skor 1

Adapun cara perhitungan dan pemberian warna NKO

untuk indikator kinerja ini adalah sebagai berikut:

Indeks Capaian = Realisasi x 100%

Target

Sifat Data IKU : Maximize

Sumber Data : Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Energi, Sumber Daya

Alam, dan Lingkungan Hidup

Periode Data IKU : Semesteran

Keterangan Lain : -

Persentase pemahaman pemangku kepentingan terhadap kebijakan baru EITI

Manual Perhitungan

IKU D3 3

Target 2015 : 4