Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

111
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 1 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Mata kuliah Kerja Praktek merupakan mata kuliah yang wajib diikuti oleh mahasiswa sarjana strata-1 (S1) dalam memenuhi beban kuliah di Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Sriwijaya. Mata kuliah ini di latar belakangi agar mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu dari teori tetapi juga mendapatkan ilmu dari praktek yang dilakukan dilapangan. Kemampuan dan pengetahuan mahasiswa untuk memahami dan mempelajari kenyataan pengerjaan lapangan yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Kerja Praktek yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini merupakan salah satu studi nyata pembelajaran untuk menghasilkan respon baru yang bernilai positif bagi mahasiswa tentang struktur bangunan proyek lebih terarah dan selanjutnya mahasiswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan suatu proyek pembangunan. Selain itu diharapkan pada pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai tahap perencanaan, penjadwalan, serta ketetapan dalam suatu proyek yang kemudian dibandingkan dengan teori yang telah di dapat di bangku kuliah. Struktur Konstruksi merupakan aspek yang sangat penting dalam pendirian sebuah bangunan. Seorang arsitek haruslah paham betul struktur apa yang akan digunakan dan bagaimana pelaksanaan struktur dari bangunan yang didesain. Untuk memahami sistem struktur suatu bangunan dan bagaimana cara pelaksanaan struktur bangunan tersebut, maka sebaiknya mahasiswa dapat melihat

description

Hasil laporan kerja praktek di PT. Pertamina GAS Palembangbagian struktur - pondasi, kolom, dan balokjurusan arsitektur universitas sriwijaya

Transcript of Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Page 1: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

1 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Mata kuliah Kerja Praktek merupakan mata kuliah yang wajib diikuti oleh

mahasiswa sarjana strata-1 (S1) dalam memenuhi beban kuliah di Program Studi

Teknik Arsitektur, Universitas Sriwijaya. Mata kuliah ini di latar belakangi agar

mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu dari teori tetapi juga mendapatkan ilmu

dari praktek yang dilakukan dilapangan. Kemampuan dan pengetahuan

mahasiswa untuk memahami dan mempelajari kenyataan pengerjaan lapangan

yang dibutuhkan oleh mahasiswa.

Kerja Praktek yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT.

Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini

merupakan salah satu studi nyata pembelajaran untuk menghasilkan respon baru

yang bernilai positif bagi mahasiswa tentang struktur bangunan proyek lebih

terarah dan selanjutnya mahasiswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan suatu proyek pembangunan. Selain itu

diharapkan pada pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area

Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini dapat menambah

pengetahuan mahasiswa mengenai tahap perencanaan, penjadwalan, serta

ketetapan dalam suatu proyek yang kemudian dibandingkan dengan teori yang

telah di dapat di bangku kuliah.

Struktur Konstruksi merupakan aspek yang sangat penting dalam pendirian

sebuah bangunan. Seorang arsitek haruslah paham betul struktur apa yang akan

digunakan dan bagaimana pelaksanaan struktur dari bangunan yang didesain.

Untuk memahami sistem struktur suatu bangunan dan bagaimana cara

pelaksanaan struktur bangunan tersebut, maka sebaiknya mahasiswa dapat melihat

Page 2: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

2 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

dan mengawasi langsung proses pekerjaan konstruksi sebuah bangunan serta

membandingkannya dengan teori yang di dapat di bangku kuliah.

Dari latar belakang diatas maka pada kegiatan kerja praktek ini mengamati,

menganalisa, dan meninjau pelaksanaan proyek yang dilakukan oleh konsultan

pelaksana PT. Rayasurverindo Tirtasarana. Bagian yang diambil dalam Proyek

Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba

Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian

Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini adalah dengan judul “Tinjauan

Pelaksanaan Perencanaan Pekerjaan Struktur Kolom, Balok, dan Plat Lantai

Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera

Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah”

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut :

1. Mengetahui tahapan pengerjaan kolom, plat lantai, dan balok

2. Menganalisa perbedaan yang ada antara teori dengan penerapannya di

lapangan

1.3. TUJUAN

Adapun tujuan dari kegiatan kerja praktek ini adalah :

Mengetahui dan menganalisis proses kegiatan dalam pelaksanaan pengerjaan

struktur kolom, balok, dan plat lantai pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor

PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah

berdasarkan pengerjaan di lapangan. Sehingga dapat mengetahui cara pengerjaan

dari struktur kolom, balok, dan plat lantai itu sendiri.

Page 3: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

3 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

1.4 METODOLOGI PENULISAN

Pada dasarnya metodologi adalah pengetahuan tentang cara untuk melakukan

sesuatu. Jadi metodologi dalam penyusunan laporan berarti suatu cara untuk

menyusun laporan. Dalam Penulisan laporan ini digunakan metode pengamatan

langsung dan studi literatur yang disesuaikan dengan data yang didapat selama

kerja praktek. Adapun metodoogi yang digunakan pada penyusunan laporan,

antara lain :

a. Metode Pengumpulan Data

- Data Primer : Wawancara dengan pihak project manager dan

tenaga kerja yang ada dalam suatu proyek (mandor) serta dengan

dosen pembimbing kerja praktek.

- Data Sekunder : Pengumpulan gambar – gambar (foto) keadaan

atau situasi suatu proyek dan mempelajari gambar – gambar

proyek yang ada.

b. Metode Studi Literatur

Metode ini adalah suatu cara dengan mempelajari literatur atau

buku – buku referensi guna membandingkan antara teori dengan

permasalahan yang ada serta beberapa jurnal internet yang dapat

membantu dalam pembahasan topik.

c. Metode Studi Observasi Lapangan

Studi Observasi Lapangan merupakan proses pengamatan terhadap

proses pelaksanaan struktur Proyek Pembangunan Gedung Kantor

PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera

Bagian Tengah sehingga dapat merasakan langsung dan

mendapatkan perbedaan antara teori dan di lapangan.

Page 4: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

4 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

d. Metode Konsultasi

Metode Konsultasi dilakukan dengan cara diskusi atau tanya jawab

dengan pihak pengawas lapangan (site engineering) selaku

pembimbing Kerja Praktek di lapangan, pimpinan proyek, tukang,

logistic, serta dengan dosen pembimbing Kerja Praktek.

Diskusi tanya jawab dengan pihak Konsultan Arsitektur

terhadap proses perencanaan beberapa proyek yang direncanakan

dan dirancang.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar sistematika penulisan dalam penyusunan laporan

ini dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Menguraikan secara umum latar belakang dengan spesifikasi topik

pembahasan yang diambil, permasalahan yang akan dibahas, tujuan dari

pembahasan topik yang diambil, ruang lingkup pembahasan, metodologi

pembahasan yang digunakan dan sistematika penulisan laporan.

BAB II. GAMBARAN UMUM PROYEK

Berisi tentang gambaran umum Proyek Pembangunan Gedung

Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera

Bagian Tengah yang meliputi lokasi, kondisi fisik, serta profil proyek dan

berisi tentang latar belakang proyek.

Page 5: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

5 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

Memberikan uraian tentang definisi dan fungsi dari pekerjaan

Struktur yang diambil yaitu meliputi pengerjaan kolom, balok, dan plat

lantai, berdasarkan data yang diperoleh dari literatur yang berkenaan

dengan topik yang akan dibahas.

BAB IV. PEMBAHASAN (PELAKSANAAN PEKERJAAN)

Berisi pembahasan tentang tinjauan pelaksanaan pengerjaan

struktur kolom, balok, dan plat lantai dengan membandingkan keadaan

yang sebenarnya di lapangan dan apa saja kendala –kendala yang

diperoleh pada saat pelaksanaan proyek tersebut.

BAB V. PENUTUP

Berisikan kesimpulan dari pembahasan pekerjaan dan

perbandingan antara teori – teori yang diperoleh pada literatur dengan

praktek dilapangan.

Page 6: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

6 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

1.6 Kerangka Berfikir

Permasalahan

Adanya perbedaan antara teori dan pkatek dalam pelaksanaan

pekerjaan Kolom, Balok, dan Plat Lantai.

Ruang lingkup

Pelaksanaan pekerjaan Kolom dan Balok, pengejaan plat lantai ,

pengerjaan plat tangga.

Tujuan

Mengetahui proses pekerjaan Struktur bangunan yang

meliputi pekerjaan Kolom, Balok, dan Plat Lantai.

o Mengetahui perbedaan antara teori dan praktek

Data dengan metode :

Studi pustaka

Observasi lapangan

Konsultasi

Gambar 1.1. Kerangka berpikir

Mahasiswa Arsitektur

Ilmu Praktek

Teori

Bangku Kuliah Kerja Praktek

Proyek Pembangunan Gedung

Kantor, Stasiun Pengendali

Opersi (SPO), Gedung Serba

Guna, dan Fasilitas Lingkungan

PT. Pertamina GAS

Page 7: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

7 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

BAB II

GAMBARAN UMUM PROYEK

2.1. LOKASI

Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera

Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini di dirikan diatas tapak yang

terletak di Jl. AKBP Cek Agus No.10 Palembang yang lebih dikenal dengan

simpang golf. Batas - batas tapak sebagai berikut :

o Sebelah Utara : Berbatasan langsung dengan pom bensin Pertamina

o Sebelah Barat : Berbatasan langsung dengan lapangan golf

o Sebelah Timur : Berbatasan langsung dengan Ruko

o Sebelah Selatan : Berbatasan langsung dengan Rusunawa Polda SumSel

2.2. DATA – DATA PROYEK

A. DATA ADMINISTRATIF

Secara umum, Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali

Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS

Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah yang sedang

dibangun dapat dijelaskan sebagai berikut:

Nama Proyek : Pembangunan Gedung KantorPT. Pertamina GAS

Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera

Bagian Tengah

Pemilik Proyek : PT.Pertamina GAS

Lokasi Proyek : Jl. AKBP Cek Agus No.10 Palembang

Perencana : Diksa Intertama Consultant

Pengawas : PT. Rayasurverindo Tirtasarana

Kontraktor : PT. Positive Media

Waktu Pelaksanaan : 03 Maret 2014 s/d 24 November 2014

Page 8: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

8 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

B. DATA FUNGSIONAL

Luas Lahan : 3.899,50 m²

Luas Bangunan : 3.048,00 m², yang terdiri dari:

Gedung kantor : 868,40 m²

Gedung SPO : 841,90 m²

Gedung Serbaguna : 504,00 m²

Fasilitas Lingkungan Masjid : 181,30 m²

Selasar : 652,50 m²

Peruntukan Bangunan : Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun

Pengendali Opersi (SPO), dan Fasilitas

Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera

Bagian Selatan, dan Sumatera Bagian Tengah.

C. DATA TEKNIS

SITE LOKASI

Bangunan ini berada di kawasan fasilitas PT. Pertamina, pendidikan, dan

permukiman penduduk. Batas - batas tapak sebagai berikut :

o Sebelah Utara : Berbatasan langsung dengan pom bensin Pertamina

Gambar 2.1. Lokasi Proyek

Sumber : maps.google.com

Page 9: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

9 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

o Sebelah Barat : Berbatasan langsung dengan lapangan golf

o Sebelah Timur : Berbatasan langsung dengan Ruko

o Sebelah Selatan : Berbatasan langsung dengan Rusunawa Polda SumSel

Gambar 2.2. Denah Lantai Dasar

Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana

Gambar 2.3. Denah Lantai Atas

Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana

Page 10: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

10 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Gambar 2.5. Tampak Belakang

Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana

Gambar 2.4. Tampak Depan

Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana

Page 11: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

11 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Gambar 2.6. Tampak Samping Kanan

Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana

Gambar 2.7. Potongan A-A

Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana

Page 12: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

12 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

2.3 GAMBARAN PROYEK

2.3.1. Bekisting dan Pengecoran Kolom

Bekisting dan pengecoran kolom lantai atas dilakukan pada :

Lama Pelaksanaan : 3 hari

Jumlah Kolom : 20 buah (50 cm x 50 cm x 400 cm)

Gambar 2.8. Potongan B-B

Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana

KETERANGAN :

Bagian yang di kerjakan : Struktur Kolom, Balok dan Plat Lantai Gedung Kantor

Gambar 2.8. Potongan B-B

Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana

Page 13: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

13 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

2.3.2.Bekisting dan Pembesian Plat Lantai dan Balok Lantai Atas

Bekisting serta pembesian plat lantai dan balok lantai atas dilakukan pada :

Lama Pelaksanaan : 3 hari

Jumlah Kolom : 20 buah (50 cm x 50 cm)

Gambar 2.9. Pengecoran Kolom Lantai Atas

Gambar 2.10. Denah Lantai Atas

Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana

Page 14: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

14 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

2.4 STRUKTUR DAN PERSYARATAN UMUM

Dalam pelaksanaan suatu proyek pembangunan, terdapat struktur organisasi

pelaksanaan proyek. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan pekerjaan proyek

tersebut tidak mengalami kendala dalam pembagian tugas, sehingga setiap

individu paham ada tugas nya masing-masing. Dalam Proyek Pembangunan

Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan

Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan

Sumatera Bagian Tengah, pada tahap pelaksanaan seluruh pekerjaan diserahkan

kepada kontraktor, yaitu PT. Rayasurverindo Tirtasarana.

Pihak yang terkait dalam pembangunan proyek terdiri dari empat pihak yang

terkait, dan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini

kegiatan yang terkait tersebut adalah :

a. Pemberi tugas atau pemilik proyek (owner)

b. Konsultan perencana

c. Konsultan Pengawas

d. dan Kontraktor Pelaksana

Agar pelaksanaan proyek tersebut dapat berjalan dengan lancar, diperlukan

kerjasama dan koordinasi yang baik antara pihak-pihak terkait ini. Masing-

masing pihak harus mengetahui tanggung jawab yang akan diuraikan sebagai

berikut :

Gambar 2.11. Gambar Bekisting dan Pembesian

Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana

Gambar 2.12. Gambar Pengecoran Plat Lantai

Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana

Page 15: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

15 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

a. Pemberi Tugas atau Pemilik Proyek (owner)

Pemberi tugas adalah yang memberikan tugas kepada pihak perencana

untuk mendesain suatu proyek yang diinginkan. Pihak pemberi tugas pada

proyek ini yakni pihak PT. Pertamina GAS.

b. Konsultan Perencana

Tim yang diberi tugas untuk mendesain tugas yang diberikan oleh owner.

c. Konsultan Pengawas dan Kontraktor

Pada bagian konsultan pengawas dan kontraktor diberi tanggung jawab

untuk mengawasi kerja para pekerja dan bertanggung jawab dalam

pelaksanaan di lapangan. Konsultan pengawas dan kontraktor pada bangunan

ini bertanggung jawab pada pengerjaan konstruksi, utilitas dan pengerjaan

yang lainnya.

2.4.1. Konsultan Perencana

Konsultan konstruksi adalah orang atau lembaga yang secara profesional

memberikan nasehat-nasehat, pelayanan atau platihan tentang hal-hal yang

berhubungan dengan konstruksi. Secara fungsional konsultan terbagi menjadi

konsultan perencana, konsultan pengawas, konsultan manajemen konstruksi dan

sebagainya. Berdasarkan bidang disiplinnya, konsultan perencana dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu:

a. Konsultan Perencana, mencakup site planning, economic planning, dan lain

lain.

b. Konsultan Perancang, mencakup building design, city design, enviromental

design, dan lain-lain.

c. Konsultan Teknik, mencakup struktur, arsitektural, mekanikal, dan lain-lain.

Sebuah Biro Konsultan Perencana dikepalai oleh seorang arsitek kepala

yang berkedudukan sebagai pimpinan dan membawahi para ahli lain (ahli

struktur, ahli mekanikal elektrikal, ahli lingkungan) serta bekerja sama secara

terpadu untuk menangani sebuah proyek dari awal hingga akhir.

Page 16: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

16 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

2.4.2. Kontraktor

Kontraktor mempunyai peran sebagai manajer sumber daya yang bertugas

mengubah dokumen perencanaan dari konsultan menjadi keluaran-keluaran

berupa bangunan fisik. Pemilihan kontraktor dapat dilakukan dengan pelelangan

umum, pelelangan terbatas atau penunjukkan. Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai

dengan gambar dan syarat-syarat yang sudah ada, dengan kontrak dan biaya yang

disediakan sesuai dengan kesepakatan.

2.4.3. Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas bekerja sama dengan konsultan perencana dalam

pengawasan proyek agar dicapai hasil yang optimal sesuai dengan persyaratan

yang telah ditentukan dalam perencanaan.

Konsultan Pengawas ditunjuk oleh pemilik untuk mengawasi pelaksanaan

pekerjaan oleh penyedia barang dan jasa, serta melaksanakan instruksi pengguna

barang dan jasa dan konsultan perencana untuk mengawasi dan memperingatkan

penyedia barang dan jasa agar melakukan pekerjaan sesuai dengan isi perjanjian

kontrak.

2.5. STRUKTUR ORGANISASI PROYEK

Organisasi proyek adalah gabungan beberapa unsur pelaksanaan pada

suatu proyek yang saling berhubungan erat dalam melakukan kegiatan-

kegiatannya. Struktur organisasi ini mutlak diperlukan guna menjamin kelancaran

dan kesuksesan dari pembangunan suatu proyek. Berikut ini adalah Struktur

Organisasi Proyek Gedung Kantor, SPO, Gedung Serbaguna dan Fasilitas

Lingkungan PT. Pertamina Gas Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera

Bagian Tengah.

Page 17: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

17 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

M. Ali Imron

Site Manager

Joko Priambodo

Quantity Surveyor

Erie Erlanda

Arsitek

Ujang Suhaemi

MEP

Didi Supriatna

Drafter

Agus Bagiyono

Civil Engineer

Pada organisasi proyek site engineering bertugas merencanakan master

schedule dan membuat Kurva S di setiap minggunya. Penulis dalam kerja praktek

ini lebih banyak berkonsultasi dan mempelajari cara membuat progress mingguan

yang terjadi dilapangan serta membandingkan schedule yang ada dengan

kenyataaan pada lapangan.

Tabel 2.1. Struktur Organisasi Pembangunan Gedung Kantor, SPO, Gedung Serbaguna dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina

Gas Area Sumbangsel Dan Sumbagteng. Sumber : Dok. Proyek

Page 18: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

18 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

DIAGRAM KAJIAN TEORI

3.1. STRUKTUR

3.1.1. Pengertian Struktur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tahun 1999, struktur adalah cara

bagaimana sesuatu dibangun dan disusun; bangunan. Struktur bangunan dapat

diartikan sebagai cara bagaimana suatu bangunan dibangun atau didirikan.

Menurut Prof. Benny H. Hoed, struktur adalah bangun (teoritis) yang terdiri atas

unsur – unsur yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dalam

Kerja Praktek Proyek Pembangunan Gedung Kantor,

Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung

Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT.

Pertamina GAS Area Sumatera Bagian

Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

Teori Pelaksanaan

Kajian Teori Pembahasan

Struktur Kolom, Balok, dan Plat

Lantai

Page 19: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

19 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

satu kesatuan.

Berikut ini adalah beberapa pengertian dari struktur :

Menurut Ir. Ign. Benny Puspantoro dalam bukunya yang berjudul

“Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat Rendah:, struktur bangunan

dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : struktur bawah dan struktur atas. Struktur

bawah adalah struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah.

Sedangkan struktur atas adalah bagian bangunan yang berada di atas

permukan tanah, terdiri dari 2 bagian, yaitu : rangka bangunan dan rangka

atap.

Menurut Wolfgang Schuller dalam bukunya yang berjudul “Struktur

Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi” struktur bangunan adalah susunan

berbagai rangka bangunan yang diturunkan dari anatomi komponen

strukturnya.

Menurut Daniel.L.Schodek (Struktur, hal 3) menjelaskan bahwa struktur

ialah sarana untuk menyalurkan beban dan akibat penggunaan dan atau

kehadiran bangunan ke dalam tanah. struktur merupakan suatu entitas

yang memiliki sifat keseluruhan yang dapat dipahami sebagai suatu

organisasi unsur-unsur pokok yang ditempatkan dalam ruang yang

didalamnya karakter keseluruhan itu mendominasi intelerasi bagian -

bagiannya.Menurut Heinz Frick, Sistem Bentuk Struktur Bangunan;hal

154, stuktur merupakan susunan atau pengaturan bagian-bagian gedung

yang menerima beban atau konstruksi utama dari gedung tanpa

memperdulikan apakah dapat dilihat atau tidak kelihatan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur adalah penggabungan elemen –

elemen yang disatukan sedemikian rupa sehingga rangkaian itu secara

keseluruhan bisa bekerja sebagai suatu kesatuan dalam menyalurkan beban yang

bekerja padanya.

Page 20: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

20 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Pelaksanaan tahapan pekerjaan struktur bangunan memerlukan penellitian

didapat hasil akhir yang memuaskan sesuai dengan gambar kerjanya dan

banngunan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Penyaluran beban yang

bekerja pada bangunan ke dalam tanah dan pada umumnya struktur merupakan

gabungan dari beberapa elemen yaitu balok, kolom, balok praktis, kolom praktis

sloof, dan pasangan bata yang bekerja sebagai satu kesatuan pemikul beban.

Ditinjau dari strukturnya, sebuah bangunan secara umum dapat dibagi

menjadi dua bagian, yaitu :

1. Struktur bawah : struktur bangunan yang berada di bawah permukaan

tanah, yaitu : pondasi

2. Struktur atas : bagian bangunan yang berada di atas permukan tanah,

terdiri dari duabagian, yaitu : rangka bangunan dan rangka atap

Struktur merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban – beban.

Beban – beban tersebut menumpu di atas titik – titik untuk selanjutnya disalurkan

pada bagian tanah bangunan, sehingga beban – beban tersebut akhirnya dapat

ditahan. Oleh karena itu, fungsi struktur adalah memberikan kekuatan dan

kekakuan yang diperlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami

keruntuhan.

3.1.2. Elemen-Elemen Struktur

Gambar 3.1. Elemen Struktur

Sumber : Internet

Page 21: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

21 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Untuk gedung, pada umumnya struktur beton bertulang bagian atas terdiri

dari 3 macam elemen utama, yaitu:

a. Plat Lantai. Merupakan elemen struktur beton bertulang yang

langsung memikul beban lantai.

b. Balok. Dapat terdiri dari balok anak (joist) dan balok induk (beam),

atau hanya balok induk saja. Balok berfungsi sebagai pemikul plat dan

beban yang berada diatasnya.

c. Kolom. Merupakan elemen struktur yang berfungsi sebagai pemikul

balok serta beban lateral pada struktur.

3.1.3 Hubungan Struktur dengan Arsitektur

a. Struktur sebagai Faktor Penentu Bentuk

Merupakan hal yang penting dalam sebuah bangunan untuk dapat

memikul beban-beban dan gaya-gaya luar dari atap, lantai, dan tembok

melalui mekanisme pemikulan beban ke dalam tanah. Struktur sebagai

penentu bentuk dapat dilihat dalam kantor pusat bisnis di kota-kota besar

di dunia. Bentuk dan skala sebagian besar gedung kantor yang penting

telah diputuskan hampir semata-mata ditetapkan oleh pertimbangan jarak

antar kolom, efisiensi bagian-bagian bentangan, dan angina. Suatu

bangunan harus merupakan suatu paduan yang saling berpautan antara

soal-soal rancangan ruang, konsep, dan struktur. Hal ini mengemukakan

bahwa sistem structural memberikan suatu kerangka yang mencakup bagi

penyatuan semua unsur yang merupakan dasar untuk arsitektur.

b. Struktur sebagai Prinsip yang Mengatur

Stuktur dapat dipikirkan sebagai prinsip perancangan yang

mengatur maupun mekanisme pemikulan beban. Dalam hubungan ini,

penstrukturan mengan dung arti tindakan menetapkan hirarki dan tatanan

sekaligus dari segi perwujudan ruang arsitektural dan tenaga fisik. Salah

Page 22: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

22 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

satu keputusan awal yang dibuat selama proses perancangan bangunan

ialah menetapkan ukuran petak (bay) struktural. Ukuran petak, yang

menentukan lokasi kolom, menghasilkan ukuran-ukuran yang tepat tidak

saja dari semua bagian struktur, tapi dari semua komponen dan juga sub

sistem.

c. Struktur sebagai Tanggapan terhadap Gaya Luar

Sistem struktural terdapat sebagai tanggapan terhadap gaya-gaya

luar yang tak terelakkan. Yang penting diantaranya adalah gaya tarik bumi

(gravitasi). Salju merupakan beban gravitasi yang berubah-ubah menurut

lokasi geografis. Angin dan gempa mempengaruhi bangunan secara

berbeda dari beban gravitasi. Angin memiliki potensi untuk menimbulkan

beban horisontal, yang cenderung menggeser ke samping. Sebuah

bangunan harus membuat suatu mekanisme struktur yang tanggap

terhadap semua gaya yang berlaku atasnya. Dalam hubungan ini, semua

sistem struktural dapat dianggap sebagai sistem tanggap-gaya tiga-dimensi

yang disesuaikan untuk menampung beban-beban luar dari setiap arah.

3.1.4. Perencanaan Struktur

Struktur merupakan suatu kesatuan dan rangkaian beberapa elemen

yang dirancang agar mampu menerima beban luar maupun berat sendiri

tanpa mengalami perubahan bentuk yang melewati batas persyaratan

(PBBI, 1971). Struktur yang direncanakan harus mampu menahan beban,

baik vertikal (beban mati dan beban hidup) maupun beban horizontal

(beban angin dan beban gempa) yang direncanakan, dan berat sendiri

bangunan tanpa mengalami perubahan bentuk yang terjadi.

Bagian dari struktur yang direncanakan dan memerlukan

penanganan meliputi dimensi, jumlah, dan jenis material struktur yang

akan dibangun. Perencanaan struktur bangunan terdiri dari dua bagian

Page 23: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

23 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

utama yaitu struktur bawah (sub structure) dan struktur atas (upper

structure).

A. Perencanaan Struktur Bawah (Sub Structure)

Struktur bawah (sub structure) merupakan bagian struktur yang

mempunyai fungsi meneruskan beban ke tanah pendukung (PBBI, 1971).

Perencanaan struktur bagian bawah harus benar-benar optimal, sehingga

keseimbangan struktur secara keseluruhan dapat terjamin dengan baik dan

ekonomis. Selain itu, beban seluruh struktur harus dapat ditahan oleh

lapisan tanah yang kuat agar tidak terjadi penurunan diluar batas

ketentuan, yang dapat menyebabkan kehancuran/gagal struktur. Salah satu

bagian dari struktur bawah tersebut adalah pondasi. Pondasi ini merupakan

bagian konstruksi yang memikul bangunan tersebut serta menyalurkan

semua beban konstruksi ke tanah dasar pada kedalaman tertentu, dimana

terdapat lapisan tanah keras yang mampu menahannya. Jenis pondasi yang

digunakan harus mempertimbangkan berbagai hal berikut:

a. Beban total yang bekerja pada struktur.

b. Kondisi tanah di bawah bangunan.

c. Faktor biaya.

B. Perencanaan Struktur Atas (Upper Structure)

Struktur atas (upper structure) merupakan bagian struktur yang

berfungsi menerima kombinasi pembebanan, yaitu beban mati, beban

hidup, berat sendiri struktur, dan beban lainnya yang direncanakan (PBBI,

1971). Selain itu struktur bangunan atas harus mampu mewujudkan

perancangan arsitektur sekaligus harus mampu menjamin segi keamanan

dan kenyamanan. Oleh karena itu, bahan-bahan yang digunakan dalam

bangunan ini mempunyai kriteria perancangan, antara lain:

Page 24: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

24 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

a. Kuat.

b. Tahan api.

c. Awet untuk pemakaian jangka waktu yang lama.

d. Mudah didapat dan dibentuk.

e. Ekonomis (mudah pemeliharaannya).

3.2. KOLOM

3.2.1. Pengertian Kolom

Menurut SK SNI T-15-1991-03 memberikan definisi kolom, yaitu

komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan

vertikal dengan bagian tinggi yang tidakditopang paling tidak tiga kali dimensi

lateral terkecil, sedangkan komponen struktur yang menahan beban aksial vertikal

dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari tiga

dinamakan pedestal.

Berdasarkan SNI 03-2847-2002 mengenai Tata Cara Perhitungan Struktur

Beton untuk Bangunan Gedung, kolom adalah struktur dengan rasio tinggi

terhadap dimensi lateral terkecil melebihi 3 yang digunakan terutama yang

mendukung beban aksial tekan. Kolom adalah batang struktural vertikal yang

kaku dan relatif ramping, serta dirancang untuk menopang beban tekan yang

diberikan pada ujung – ujung batang. Kolom merupakan elemen struktur vertikal

pada rangka bangunan yang menyalurkan beban dari atas secara aksial dan

mentransfer gaya tersebut ke pondasi.

Kolom merupakan elemen struktur vertikal pada rangka bangunan yang

menyalurkan beban dari atas secara aksial dan mentransfer gaya tersebut ke baja.

Pada pembahasan kali ini, kolom yang akan dibahas berupa kolom beton

bertulang yang merupakan elemen kolom yang terbentuk dari beton dan tulangan

baja yang digunakan pada struktur.

Page 25: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

25 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.2.2. Klasifikasi Kolom Beton Bertulang

Kolom diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan tulangnya, cara

pembebanan, posisi beban pada penampang dan panjang kolom dan hubungannya

dengan dimensi lateral.

Secara garis besar jenis kolom beton bertulang terbagi 2, yaitu :

1. Kolom Bersengkang (tied colomn)

Kolom dengan penampang melintang persegi dan bundar dengan 4 buah

tulangan longitudinal minimum, dengan sengkang yang berbentuk lingkaran

tertutup mengelilingi tulangan longitudinal setiap jarak 12 sampai 18 inchi atau

sepanjang kolom

2. Kolom Spiral

Kolom yang memiliki sengkang berbentuk spiral mengelilingi sekitar 6

tulangan minimum dengan jarak spiral 3-4 inchi, kolom ini sering digunakan pada

daerah dengan tingkat kerawanan gempa yang tinggi karena kolom spiral

mempunyaidaktalitas yang besar dan ketahanan pada keadaan kelebihan tegangan,

bahkan jia penutup beton telah mengelupas.

A. Dimensi Kolom

Rumus untuk menghitung dimensi kolom struktur beton, yakni :

F = (L1 x L2) x P x n

S

Keterangan :

F = (b x d) penampang melintang kolom struktur (cm²)

L1 x L2 = luas lantai/ atap yang didukung oleh kolom struktur (m²)

P = beban per m² lantai yang dipikul (berat sendiri, dinding, plat dan beban

hidup)

n = jumlah lantai/ atap yang didukung oeh kolom struktur

S = mutu beton

Page 26: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

26 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.2.3. Syarat – syarat Kolom Beton Bertulang

Syarat – syarat kolom beton bertulang berdasarkan Peraturan Beton

Bertulang Indonesia, SNI 03-2847-2002, yaitu :

1. Ukuran penampang kolom tidak boleh kurang dari 15cm.

2. Luas tulangan memanjang kolom tidak boleh diambil kurang dari 1%

penampang beton, dengan minimum satu batang tulangan di masing –

masing sudut penampang.

3. Dalam segala hal, luas tulangan memanjang kolom tidak boleh diambil

lebih dari 6% dari luas penampang beton. Apabila tulangan memajang

kolom disambung dengan sambungan lewatan pada stek, maka luas

tulangan memanjang maksimum dibatasi sampai 4% dari luas penampang

beton yang ada.

4. Tulangan kolom sedapat mungkin harus dipasang simetris terhadap masing

– masing sumbu utama penampang. Pada kolom – kolom yang memikul

gaya normal dengan eksentrisitas terhadap titik berat penampang kuran

dari 1/10 dari ukuran kolom di arah eksentrisitas itu, tulangan – tulangan

memanjang harus disebar merata sepanjang keliling teras kolom.

5. Tulangan memanjang kolom harus diikat oleh sengkang – sengkang

dengan jarak maksimum sebesar ukuran terkecil penampang 15 kali

diameter baja tulangan memanjang yang tersebar dengan minimum 6mm

pada baja lunak dan baja sedang 5mm pada baja keras.

6. Apabila tulangan memanjang kolom disambung lewat tulangan pada stek,

maka ujung – ujung batang tidak boleh diberi kait kecuali apabila ditempat

itu tersedia cukup ruang sehingga kemungkinan terjadinya sarang – sarang

kerikil dapat dianggap tidak ada.

Page 27: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

27 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Spasi

Pengikat Spiral

Tulangan Pokok Memanjang

Pengikat Sengkang

Tulangan Pokok Memanjang

Spasi

Sengkang

3.2.4. Jenis kolom beton bertulang

Secara garis besar ada tiga jenis kolom beton bertulang, antara lain:

Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral

Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang

tulangan pokok memanjang yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan

pengikat sengkang ke arah lateral, sedemikian rupa sehingga penulangan

keseluruhan membentuk kerangka seperti gambar 3.1

Tulangan pengikat lateral berfungsi untuk memegang tulangan

pokok memanjang agar tetap kokoh di tempatnya dan memberikan

tumpuan lateral sehingga masing-masing tulangan pokok memanjang

hanya dapat tertekuk pada tempat di antara dua pengikat. Dengan

demikian tulangan pengikat lateral tidak dimaksudkan untuk memberikan

sumbangan terhadap kuat lentur penampang tetapi memperkokoh

kedudukan tulangan pokok kolom.

Kolom menggunakan pengikat spiral

Bentuknya sama dengan jenis kolom pertama hanya saja sebagai

pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan

keliling membentuk heliks menerus sepanjang kolom seperti tampak pada

gambar 3.2.

Gambar 3.2. Kolom Pengikat Sengkang Lateral

Sumber : Internet

Gambar 3.3. Kolom Pengikat Sengkang Lateral

Sumber : Internet

Page 28: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

28 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Gelagar Baja

Pipa Baja

Struktur Kolom Komposit

Merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah

memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi

tulangan pokok memanjang.

Struktur kolom beton bertulang memiliki persyaratan detail dalam

penulangannya, sesuai dengan SK SNI T – 15 – 1991 – 03 yaitu:

1. Jumlah luas penampang tulangan pokok memanjang kolom dibatasi

dengan rasio penulangan g antara 0,01 dan 0,08.

2. Penulangan yang lazim dilakukan di antara 1,5% sampai 3% dari luas

penampang kolom. Khusus untuk untuk struktur bangunan berlantai

banyak, kadang-kadang penulangan kolom dapat mencapai 4%, namun

disarankan untuk tidak menggunakan nilai lebih dari 4% agar penulangan

tidak berdesakan terutama pada titik pertemuan balok-balok, plat dengan

kolom.

3. Penulangan pokok memanjang kolom berpengikat spiral minimal terdiri

dari 6 batang, sedangkan untuk kolom berpengikat sengkang bentuk segi

empat atau atau lingkaran terdiri dari 4 batang, dan untuk kolom dengan

pengikat sengkang berbentuk segitiga minimal terdiri dari 3 batang

tulangan.

4. Jarak bersih antara batang tulangan pokok memanjang kolom berpengikat

sengkang atau spiral tidak boleh kurang dari 1,5 diameter besi (db) atau 40

mm.

Gambar 3.4. Kolom Komposit

Sumber : Internet

Page 29: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

29 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

5. Tebal minimum selimut beton pelindung tulangan pokok memanjang

untuk kolom berpengikat spiral maupun sengkang ditetapkan tidak boleh

kurang dari 40 mm.

6. Semua batang tulangan pokok harus dilingkup dengan sengkang dan kait

pengikat lateral, paling sedikit dengan batang Dimension 10 (D10).

Batasan minimum tersebut diberlakukan untuk kolom dengan tulangan

pokok memanjang batang D32 atau lebih kecil, sedangkan untuk diameter

tulangan pokok lainnya umumnya sengkang tidak kurang dari batang D12,

dan tidak menggunakan ukuran yang lebih besar dari batang D16.

7. Jarak spasi pusat ke pusat (p.k.p) batang tulangan tidak lebih dari 16 kali

diameter tulangan pokok memanjang, 48 kali diameter tulangan sengkang,

dan dimensi lateral terkecil (lebar) kolom.

8. Tulangan sengkang atau kait pengikat harus dipasang dan diatur

sedemikian rupa sehingga sudut-sudutnya tidak bengkok dengan sudut

lebih besar dari 135o.

9. Batang tulangan pokok memanjang harus dipasang dengan jarak bersih

antaranya tidak lebih dari 150 mm di sepanjang sisi kolom agar dukungan

lateral dapat berlangsung dengan baik.

10. Diameter minimum batang untuk penulangan spiral adalah D10, dan

umumnya tidak menggunakan lebih besar dari batang D16. Jarak spasi

bersih spiral tidak boleh lebih dari 80 mm dan tidak kurang dari 25 mm.

Pada setiap ujung kesatuan tulangan spiral harus ditambahkan panjang

penjangkaran 1,50 kali lilitan. Apabila memerlukan penyambungan, harus

dilakukan dengan sambungan lewatan sepanjang 48 kali diameter dan

tidak boleh kurang dari 300 mm, bila perlu diperkuat dengan pengelasan.

Keseluruhan penulangan spiral harus dilindungi dengan selimut beton

paling tidak setebal 40 mm,yang dicor menyatu dengan beton bagian inti

11. untuk berbagai jumlah

Page 30: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

30 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

= 150 mm

pengikat

tambahan

= 150 mm

maksimum

150 mm

14 batang12 batang12 batang

10 batang8 batang8 batang

6 batang6 batang4 batang

12. tulangan pokok terlihat seperti gambar

3.2.4. Prosedur Pekerjaan Kolom Beton Bertulang

1. Pekerjaan Tulangan Kolom

Dalam buku Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Kolom adalah

sebagai berikut :

Marking sepatu kolom sebagai batas bekisting kolom

Pasang sepatu kolom pada tulangan utama dan tulangan sengkang

Masukkan besi atau tulangan kolom

Pengkaitan antara stek kolom dan besi kolom

Pasang sengkang pada tulangan kolom

Besi siap dipasang bekistin

2. Pekerjaan Bekisting Kolom

Pasangan badan bekisting kolom sesuai dengan marking yang sudah ada

Pemasangan kepala dan badan bekisting kolom

Bekisting di paku satu sama lain dan diberi klem

Bekisting di pasangi skoor agar bekisting tidak berubah posisi

Gambar 3.5.Susunan Penulangan Kolom

Sumber : Internet

Page 31: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

31 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Bekisting diteliti kelurusannya dengan teodolith

3. Pekerjaan Pengecoran Kolom

Pengecoran dilakukan dengan bucket dan di hubungkan dengan pipa tremi

Lakukan pemadatan dengan vibrator

Bongkar badan bekisting sehingga meninggalkan kepala bekisting kolom

Hasil pengecoran mulus, tidak keropos, dan tidak nge-plint

3.3. BALOK

3.3.1. Pengertian Balok

Balok adalah batang dengan posisi horizontal dari rangka atau frame

struktural yang memikul beban yang berasal dari dinding atau dari atap

bangunan. Balok juga merupakan bagian dari struktur suatu bangunan yang

berfungsi sebagai pengekang/ pengikat dari sistem struktur bangunan.

Dalam perencanaan, suatu balok dapat mempunyai bermacam – macam

ukuran atau dimensi sesuai dengan jenis beban yang dipikul oleh balok

tersebut.

3.3.2. Syarat – syarat Balok Beton Bertulang

Secara umum dimensi suatu balok, yakni b < h. Pemilihan lebar suatu

balok mempengaruhi terhadap gaya yang bekerja di dalam balok tersebut,

lebar balok yang di pakai, yakni b = ½ h sampai ⅔ h. Secara umum penentuan

tinggi suatu balok, yakini h= 1/10h sampai h= 1/15h dari bentang kedua

kolom.

Page 32: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

32 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

B

H

Pemasangan ring balok maksimum 4 meter dari sloof, idealnya 3 meter.

A. Dimensi Balok

Rumus untuk menghitung dimensi balok struktur beton, yakni :

Menghitung tinggi balok Menghitung lebar balok

atau

3.3.3. Klasifikasi balok

Balok dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk, susunan

tulangnya dan teknik pelaksanaannya. Berdasarkan teknik pelaksanaanya,

perencanaan suatu balok dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Balok Persegi

Balok persegi merupakan suatu jenis balok dengan dengan bentuk

persegi pada dua dimensi (sumbu x dan sumbu y) (PBBI, 1971). Pada

H = 1/10 s/d ¼ L

H = 1/10 s/d ¼ L

B = ½ s/d ⅓ H (≥12cm)

Gambar 3.6. Ring Balok

Sumber : Internet

Ket:

H – tinggi balok (cm)

B – tebal balok (cm)

L – bentang diantara 2 tumpuan

Page 33: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

33 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

perencanaanya balok ini dapat dibagi menjadi dua jenis penulangan yaitu

tunggal dan rangkap terlihat seperti gambar 3.6.a dan 3.6.b.

b. Balok L dan T

Merupakan suatu balok yang apabila dalam pelaksanaannya dan

perancangan dihitung sebagai suatu struktur yang monolit (menyatu),

maka balok ini disebut dengan nama balok L dan atau balok T

(Dipohusodo, 1999) terlihat seperti gambar 3.7.

a. Balok penulangan tunggal

b.Balok penulangan rangkap

Gambar 3.7. Balok Penulangan Tunggal dan Rangkap

Sumber : Internet

Gambar 3.8. Penulangan Balok L dan T

Sumber : Internet

Page 34: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

34 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Menurut PBBI 1971 N.I.-2, adapun syarat-syarat perencanaan balok yaitu:

- Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih.

- Untuk semua jenis baja tulangan, diameter batang tulangan untuk balok tidak

boleh diambil kurang dari 12 mm.

- Tulangan tarik harus disebar merata di daerah tarik maksimum dari

penampang.

- Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang

sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari

luas tulangan tarik pokok.

- Pada balok harus senantiasa dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh

diambil lebih dari 30 cm, sedangkan di bagian-bagian balok dimana sengkang-

sengkang bekerja sebagai tulangan geser, jarak sengkang-sengkang tersebut

tidak boleh diambil lebih dari 2/3 tinggi balok.

Sistem plat dan girder (balok) dapat pula digunakan sebagai elemen

struktur yang membentang secara horisontal. Untuk bentang yang pendek,

biasanya hanya digunakan hirarki satu tingkat saja. Untuk bentang struktur

yang lebih besar, digunakan sistem hirarki dua atau tiga tingkat.

Gambar 3.9. Jenis – Jenis umum sistem struktur yang

membentang horizontal

Sumber : Internet

Page 35: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

35 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.3.4. Prosedur Pekerjaan Balok

1. Pekerjaan Bekisting Balok

Balok Penyangga di persiapkan

Bodeman di pasang diatas balok suri

Pemasangan bekisting kontak pipi

Pemasangan skoor

Bekisting balok siap di pakai

2. Pekerjaan Pembesian Balok

Besi disiapkan dan di bersihkan dari kotoran

Penulangan balok di kerjakan berdekatan dengan bekistingnya

Rangka tulangan yang tidak cukup panjang disambung dengan tulangan

ekstra

Tulangan positif (bagian atas) di simpulkan

Tulangan negatif (bagian bawah) di simpulkan

Tulangan di masukkan kedalam bekisting

3.4. Plat Lantai

3.4.1. Pengertian Plat Lantai

Plat atau slab adalah elemen tipis yang menahan beban – beban transversal

melalui aksi lentur ke masing – masing tumpuan. Beban yang umumnya bekerja

pada plat mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Plat dapat ditumpu diseluruh

tepinya atau pada titik – titik tertentu (misalnya oleh kolom) atau tumpuan

menerus dan titik.

Adapun kegunaan dari plat lantai yaitu :

a. Memisahkan ruang bawah dan atas.

b. Menahan beban yang bekerja padanya.

c. Menyalurkan beban ke balok di bawahnya.

Page 36: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

36 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

d. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah.

e. Meredam suara dari ruang atas atau dari ruang bawah.

Dimensi Plat Lantai

Rumus untuk menghitung plat lantai struktur beton, yakni :

Untuk plat lantai struktur beton bertulang :

≥ 12cm untuk lantai; ≥ 8cm untuk

atap

Untuk plat lantai kantilever :

Teori pertama tentang plat beton bertulang diturunkan berdasarkan asumsi

yang identik dengan bangunan kayu ditransmisikan dari lantai kayu ke balok

anak, ke balok induk, ke kolom. Sistem plat lantai-balok-kolom beton

bertulang dianggap serupa. Distribusi bebannya sedemikian rupa, sehingga

defleksi lajur plat yang orthogonal adalah sama.

3.4.2. Tipe Plat Lantai

Adapun tipe-tipe plat lantai (slab) yaitu :

a. Sistem Plat Slab

Plat slab adalah tipe plat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh

kolom-kolom tanpa balok-balok (Dipohusodo, 1999). Sistem ini

digunakan bila bentangan tidak besar dan intensitas beban tidak terlalu

berat. Tebal plat slab pada umumnya antara 125-250 mm dan untuk

bentangan 4,5-7,5 m.

b. Sistem Grid

Sistem grid dua arah (waffle system) memiliki balok yang saling

H = 1/30 L s/d 1/35

H = 1/30 L s/d 1/35

Page 37: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

37 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

bersilangan, dengan jarak yang relatif rapat yang menumpu pada plat atas

(Dipohusodo, 1999). Sistem ini dimaksudkan untuk mengurangi beban

sendiri plat dua arah yang tergantung konfigurasi. Sistem grid dua arah ini

cukup efisien dilaksanakan pada bentang 9-12 m.

c. Sistem Plat dan Balok

Sistem ini dari slab menerus yang ditumpu balok-balok monolit yang

umumnya ditempatkan pada jarak sumbu 3-6 m. Tebal plat ditetapkan

berdasarkan pertimbangan struktur yang mencakup aspek keamanan

terhadap bahaya kebakaran. Aplikasi ketinggian baloknya dibatasi oleh

jarak langit-langit yang tersedia. Sistem ini bersifat kokoh dan sering

digunakan untuk menunjang sistem lantai yang tidak beraturan, misalnya

lantai dasar atau ruang terbuka yang umumnya menerima beban besar

akibat adanya taman-taman di atasnya ataupun fungsi arsitek lainnya.

d. Sistem Lajur Balok

Sistem ini serupa dengan balok plat, tetapi balok-balok menggunakan

balok dangkal yang lebih besar. Sistem ini semakin banyak diterapkan

pada bangunan yang mementingkan tinggi antar plat. Pada sistem ini balok

lajur tidak perlu dihubungkan dengan kolom interior atau kolom eksterior.

Plat diantara balok lajur dapat didesain sebagai elemen yang memiliki

momen inersia bervariasi dengan memperhitungkan penebalan balok.

Alternatif lain adalah dengan menempatkan balok-balok anak

membentang diantara balok-balok lajur. Sistem ini menghemat pemakaian

cetakan.

Gambar 3.10. Mekanisme Transfer

beban pada suatu sistem struktur

Sumber : Internet

Page 38: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

38 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.4.3. Syarat – Syarat Plat Lantai

Menurut SNI 03-2847-2002, yaitu :

1. Kecuali apabila tebal minimum plat tidak ditentukan oleh pembatasan

tulangan, syarat kekakuan, syarat lebar retak, syarat dalam ketahanan

dalam kebakaran; maka dalam segala hal plat tidak boleh diambil kurang

dari 7cm untuk plat dan 12cm untuk plat lantai.

2. Dalam segala hal tulangan plat, termasuk tulangan pembagi, tidak boleh

diambil kurang dari pada yang diperlukan untuk memikul susut dan

perubahan suhu. Luas tulangan ini harus diambil minimum 0,25% dari

luas beton yang ada.

3. Pada plat –plat dimana tulangan pokoknya hanya berjalan dalam satu arah,

maka tegak lurus pada tulangan pokok tersebut harus dipasang tulangan

pembagi.

4. Pada plat – plat yang dicor setempat, diameter dari batang tulangan pokok

dari jenis baja lunak dan baja sedang harus diambil minimum 8mm dan

dari tulangan pembagi minimum 6mm. Pada penggunaan batang tulangan

dari jenis baja keras, diameter dari batang tulangan pokok harus diambil

minimum 5mm dan dari tulangan pembagi minimum 4mm.

5. Pada plat – plat yang lebih tebal dari 25cm senantiasa harus dipasang

tulangan atas dan tulangan bawah disetiap tempat. Ketentuan ini tidak

berlaku pada pondasi telapak.

3.4.4. Prosedur Pekerjaan Plat Lantai

1. Pekerjaan Bekisting Plat Lantai

Siapkan balok penyangga

Tentukan sumbu dan elevasi balok dengan cara memakai titik acuan

elevasi (yang ada pada kolom) lalu di ukur dengan meteran untuk

mendapatkan tinggi balok yang memadai

Pasang balok – balok kayu di atas perancah dengan acuan benang

Pengerjaan suri – suri

Page 39: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

39 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Plywood di persiapkan dan di paku di atasnya

Pengecekan dengan waterpass

2. Pekerjaan Pembesian Plat Lantai

Lakukan pengukuran jarak sumbu ke sumbu tulangan

Pasang lapisan tulangan pertama, kemudian di ikat

Pemasangan lapisan tulangan kedua, dan di ikat

Pasang support atau ganjalan – ganjalan (support tradisi, gelgas, rak atau

garis)

Pasang penahan jarak minimal 2 per m² bekisting atau lantai kerja

3. Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai

Bekisting di bersihkan dari sisa – sisa kotoran

Beton dari ready mix dari concrete mixer truck dilakukan pengujian slump

Setelah nilai uji slump memenuhi syarat, beton ready mix dituangkan dari

concrete mixer ke dalam bucket dalam concrete pump truck

Sambungan antara beton lama dengan beton baru di siram dengan calbond

(super bonding agent)

Setelah beton ready mix keluar dari pipa baja kemudian di ratakan dengan

penggaruk

Gunakan concrete vibrator untuk memadatkan beton

Adukan diratakan dengan kayu perata sesuai dengan tinggi peil yang di

tentukan.

Setelah 3 hari, bekisting plat lantai dapat dibongkar, sedangkan bekisting

balok dapat di bongkar setelah 7 hari.

Page 40: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

40 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.5. BETON

3.5.1. Pengertian Beton

Nawy dalam buku Teknologi Beton (Ir. Tri Mulyono, M.T. : 2003 : halaman

3) mendefinisian beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari

material pembentuknya. Menurut SNI 03-2847-2002 tentang TATA CARA

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG,

beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidrolik yang lain,

agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang

membentuk massa padat.

Beberapa pengertian beton menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia SNI

03-2847-2002, yaitu :

Beton : bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus,

agregat kasar, semen Portland dan air.

Beton bertulang : beton yang mengandung batang tulangan dan

direncanakan berdasarkan anggapan bahwa kedua bahan tersebut bekerja

sama dalam memikul gaya-gaya.

Beton tak bertulang : beton yang tidak mengandung batang tulangan.

Beton pra-tekan: beton bertulang di dalam mana telah ditimbulkan

tegangan-tegangan intern dengan nilai dan pembagian yang sedemikian

rupa hingga tegangan-tegangan akibat beban-beban dapat dinetralkan

sampai suatu taraf yang diinginkan.

Beton pra-cetak : bagian-bagian beton bertulang atau tak bertulang yang

dicetak dalam kedudukan yang lain dari pada kedudukan akhirnya di

dalam konstruksi.

Beton :campuran dari agregat halus dan agregat kasar (pasir, kerikil, batu

pecah, atau jenis agregat lain) dengan semen, yang dipersatukan oleh air

dalam perbandingan tertentu

( sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001)

Page 41: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

41 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Jadi, beton didapat dari percampuran bahan-bahan agregat halus

dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau semacam bahan lainnya,

dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air

sebagai pembantu reaksi kimia selama proses pengerasan dan

perawatan beton berlangsung. Agregat halus dan kasar, disebut

sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan komponen utama

beton.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu beton, yakni :

Mutu bahan batuan,

Jenis / mutu semen,

Faktor air semen,

Gradasi / susunan butir bahan batuan,

Pelaksanaan pembuatan beton.

Curing (pematangan) beton, yaitu perawatan beton

untuk dapat mencapai kekuatan yang diinginkan.

Pada penggunaan sebagai sebagai komponen struktural bangunan,

umumnya beton diperkuat dengan tulangan baja sebagai bahan yang

dapat bekerjasama dan mampu membantu kelemahannya, terutama

pada bagian yang menahan gaya tarik. Struktur beton tersebut lazim

disebut sebagai beton bertulang.

Page 42: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

42 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.5.2. Unsur-Unsur Beton

a. Air (14 %- 21 %)

1. Pengertian

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1999, yaitu :

Air : - barang cair sebagai yg biasa kita minum, untuk mandi,

- barang cair yg terdapat di buah-buahan dsb,

- barang cair yg rupanya sebagai air.

2. Syarat-syarat air

1Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, air

yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak boleh

mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, zat organik atau

bahan lain yang bersifat merusak beton dan tulangan.

Perbandingan maksimum antara air dan semen adalah 50

liter per 100 kg atau 20 liter per zak semen. Jumlah air dapat

dikurangi sesuai keperluan dengan melihat keadaan cuaca atau

1 Istimawan Dipohusodo. Struktur Beton Bertulang, Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03

Dept.P.U. 1999.Gramedia: Jakarta

Unsur

Beton

Agregat

Kasar

dan

Agregat

Halus

Semen

(7% - 15%)

Udara

(1% - 8%)

Air

(14% -

21%)

Gambar 3.11. Diagram Unsur Beton

Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bangunan

Page 43: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

43 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

kelembaban dari bahan pasir dan split untuk mempertahankan hasil

yang homogen dan kekentalan yang dikehendaki.

b. Agregat

1. Pengertian

Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2, yaitu :

Agregat : butiran-butiran mineral yang dicampurkan dengan

semen portland dan air menghasilkan beton.

Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan

pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton.

(sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001)

Jadi, agregat merupakan bahan pengisi pada beton, berupa

butiran-butiran mineral yang nantinya dicampurkan dengan semen

portland dan air.

2. Pembagian Agregat

2Berdasarkan ukurannya agregat terbagi atas agregat halus dan

agregat kasar. Agregat halus umumnya terdiri dari pasir atau

partikel-partikel yang lewat saringan # 4 mm atau 5 mm, sedangkan

agregat kasar tidak melalui saringan tersebut. Nilai kuat beton yang

dicapai sangat ditentukan oleh mutu bahan agregat ini.

Agregat Halus (pasir)

Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, pasir yang

digunakan untuk bahan bangunan dipilih yang memenuhi

persyaratan berikut:

1. Butiran pasir halus berukuran antara 0,15 – 5 mm

2 Istimawan Dipohusodo. Struktur Beton Bertulang, Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03

Dept.P.U. 1999.Gramedia: Jakarta

Page 44: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

44 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

2. Harus keras berbentuk tajam , tidak mudah hancur oleh pengaruh

cuaca

3. Tidak boleh mengandung lumpur . 5 % ( persentase berat dalam

keadaan kering ). Bila mengandung lumpur . 5 % maka harus

dicuci

4. Tidak mengandung bahan organik, garam, minyak dan

sebagainya

5. Harus bergradasi dengan baik, yaitu terdiri dari beberapa macam

ukuran besar butir sisa diatas saringan dengan lubang 1 mm

minimum 95 % x berat.

Penyimpanan pasir di lapangan hendaknya harus memenuhi

persyaratan penyimpanan yaitu ditimbun di atas bak berlantai agar

tanah tidak terbawa waktu pengambilan pasir.

Agregat Kasar

Syarat – syarat batu pecah untuk adukan semen antara lain :

1. Harus keras

2. Tidak dipilih

3. Tidak lapuk oleh pengaruh cuaca, harus bersih dari bahan

organik dan zat lain yang dapat merugikan kualitas beton.

4. Harus bergradasi baik.

3. Fungsi Agregat Dalam Beton

Didalam beton, agregat, (agregat halus dan agregat kasar) mengisi

sebagian volume beton, yaitu 50% - 80%, sehingga sifat-sifat dan

mutu agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat dan mutu beton.

Penggunaan agregat dalam beton, yakni :

b. menghemat penggunaan semen portland,

c. menghasilkan kekuatan yang besar pada beton,

Page 45: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

45 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

d. mengurangi susut pengerasan beton,

e. mencapai susunan yang padat pada beton. Dengan gradasi

agregat yang baik, maka akan didapatkan beton yang padat,

f. mengontrol workability atau sifat dapat dikerjakan aduk beton.

c. Semen (7 % - 15 %)

1. Pengertian

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia 1999 :

Semen : 1 adukan kapur dsb untuk merekatkan batu bata

(membuat tembik dsb); 2 sb serbuk (tepung) dari

kapur dsb yang dipakai untuk membuat beton,

merekatkan batu bata dsb; 3 sb zat kapur yang

melekat pada akar gigi.

Semen Portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk

halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan

klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-

silikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu

gips sebagai bahan tambahan.

(sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001)

Jadi, semen merupakan bubuk halus yang menjadi bahan

adukan beton yang berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan

pembentuk beton tersebut.

2. Bahan Baku Semen

3Jika bahan Semen Portland itu diuraikan susunan

senyawanya secara kimia, akan terlihat jumlah oksida yang

membentuk bahan semen itu. Semen dibuat dari bahan-bahan /

3 Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.

Page 46: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

46 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

unsur-unsur yang mengandung oksida-oksida. Unsur-unsur itu

kurang lebih seperti yang tercantum pada table berikut :

Jenis bahan Persentase ( % )

Batu kapur ( Cao) 60-65

Pasir Silikat (SiO2) 17-25

Tanah Liat ( Al2O3) 3-8

Biji Besi (Fe2O3) 0.5-6

Magnesia (MgO) 0.5-4

Sulfur (SO3) 1-2

Soda (Na2O +K2O) 0.5-1

3. Jenis Penggunaannya

Ditinjau dari penggunaannya, menurut ASTM semen portland dapat

dibedakan menjadi :

a. Jenis I : Semen portland jenis umum, yaitu jenis semen

Portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton secara umum

yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.

b. Jenis II : Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan.

Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan

keluarnya panas lebih lambat daripada semen

jenis I. Jenis ini digunakan untuk bangunan tebal-tebal

seperti pilar dengan ukuran besar, tumpuan dan

dinding tahan tanah tebal, dan sebagainya.

Tabel 3.1. Komponen Bahan Baku Semen

Page 47: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

47 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

c. Jenis III : Semen portland dengan kekuatan awal tinggi.

Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu

singkat, sehingga dapat digunakan untuk

perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu

segera digunakan atau yang acuannya perlu segera

dilepas.

d. Jenis IV : Semen portland dengan panas hidrasi yang

rendah. Jenis ini merupakan jenis khusus untuk

penggunaan yang memerlukan panas hidrasi

serendah-rendahnya. Kekuatannya tumbuh

lambat. Jenis ini digunakan untuk banguan beton

massa seperti bendungan-bendungan gravitasi

besar.

e. Jenis V : Semen portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan

jenis khusus yang maksudnya hanya untuk

penggunaan pada bangunan-bangunan yang kena

sulfat, seperti di tanah, atau air yang tingi kadar

alkalinya.

d.Udara (1%-8%)

3.5.3. Sifat-Sifat Umum Beton

4Pada umumnya beton terdiri dari kurang lebih 15% semen,

8% air, 3% udara, selebihnya pasir dan kerikil. Beton harus memiliki

sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan pemakaian beton tersebut serta

kebutuhan, sehingga konstruksi lebih ekonomis.

Sifat umum yang ada pada beton adalah sebagai berikut :

b. Kemampuan dikerjakan / workability

4 Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.

Page 48: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

48 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Bahwa bahan-bahan beton setelah diaduk bersama,

mengahasilkan adukan yang bersifat sedemikian rupa sehingga

adukan mudah diangkut, dituang/ dicetak, dan dipadatkan

menurut tujuan pekerjaannya tanpa terjadi perubahan yang

menimbulkan kesukaran atau penurunan mutu.

Unsur-unsur yang mempengaruhi, yakni :

Banyaknya air yang dipakai dalam campuran aduk beton,

Penambahan semen ke dalam adukan beton,

Gradasi campuran agregat kasar dan agregat halus,

Pemakaian butir-butir agregat yang bulat akan mempermudah

cara pengerjaan beton.

Cara memadatkan beton dan/ atau jenis alat yang digunakan

c. Sifat tahan lama/ durability

Merupakan sifat dimana beton tahan terhadap pengaruh luar

selama dalam pemakaian.

d. Sifat kedap air

e. Kekuatan beton

Sifat utama yang umumnya harus dimiliki oleh beton. Secara

umum kekuatan beton dipengaruhi oleh dua hal, yaitu : faktor air,

semen dan kepadatan.

3.5.4. Keuntungan dan Kelebihan Beton

Beton tersedia dalam bentuk semi cair selama proses pembangunan

sehingga memiliki keuntungan antara lain:

a. Hal ini berarti bahwa bahan-bahan lain dapat digunakan kedalamnya

dengan mudah untuk menambah sifat yang dimilikinya.

b. Beton dapat dicetak kedalam variasi bentuk yang luas.

Page 49: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

49 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

c. Proses percetakan memberikan sambungan antar elemen yang sangat

efektif dan menghasilkan struktur yang menerus yang menaikkan

efisiensi struktur.

Beton bertulang selain memiliki kekuatan tarik juga memiliki kekuatan

tekan dan karena itu cocok untuk semua jenis elemen struktur termasuk elemen

struktur yang memilkul beban jenis lentur.

Kelebihan beton antara lain:

a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.

b. Ekonomi, merupakan pertimbangan yang sangat penting, meliputi:

material, kemudahan dalam pelaksanaan, waktu untuk konstruksi,

pemeliharaan struktur, daktilitas, dan sebagainya.

c. Keserasian beton untuk memenuhi kepentingan struktur dan arsitektur.

Beton di cor ketika masih cair dan menahan beban ketika telah

mengeras. Hal ini sangat bemanfaat, karena dapat mengubah berbagai

bentuk.

d. Mampu memikul beban yang berat.

e. Tahan terhadap temperatur yang tinggi (tahan terhadap api yang

tinggi).

f. Biaya pemeliharaan yang kecil.

g. Mempunyai kekakuan yang tinggi.

h. Bahan bakunya mudah didapat.

Kekurangan beton antara lain:

a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.

b. Kekuatan tarik rendah (sekitar 70 % dari kekuatan tekan), sehingga

mudah retak. Meskipun mungkin tidak terlihat tetapi memungkinkan

udara lembab masuk melalui retak itu, dan membuat baja tulangan

karat.

c. Memerlukan biaya untuk bekisting, perancah (untuk beton cor

ditempat) yang tidak sedikit jumlahnya.

Page 50: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

50 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

d. Kekuatan per satuan berat atau satuan volume yang relatif rendah.

Kekuatan beton berkisar antara 5 sampai 10 % kekuatan baja meskipun

berat jenisnya kira-kira 30 % dari berat baja. Oleh karena itu, struktur

beton membutuhkan berat yang lebih banyak. Alasan inilah yang

menjadi dasar mengapa jembatan bentang panjang dibuat dengan

sruktur baja.

e. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi

f. Daya pantul suara yang besar.

g. Sifat yang tergantung waktu rangkak dan susut.

3.5.5. Klasifikasi Beton

Beton dapat diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam kriteria,

seperti berdasarkan berat satuan, kekuatannya, pemakaian, dan sebagainya.

Klasifikasi yang umum digunakan adalah berdasarkan berat satuannya dan

kekuatannya.

3.5.5.1.Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuannya

Beton

Normal

Beton

Ringan

Klasifikasi

Beton

Berdasarkan

Berat

Satuannya

Mempunyai berat satuan 2200

kg/m3 sampai 2500 kg/m3 dan

dibuat menggunakan agregat

alam yang dipecah atau tanpa

dipecah

Mengandung agregat ringan

dan mempunyai berat satuan

tidak lebih dari 1900 kg/m3

Gambar 3.12. Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuan

Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bahan 2

Page 51: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

51 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.5.5.2.Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya

3.5.5.3.Klasifikasi Mutu Beton

Kelas Mutu

σ bk

Kg/Cm2

σ bm

dg.s=46

(Kg/cm2)

Tujuan

Pengawasan terhadap

Mutu

agregat

Kekuatan

tekan

I B0 - - Non-

strukturil Ringan Tanpa

II

B1

K 125

K 175

K 225

-

125

175

225

-

200

250

300

Strukturil

Strukturil

Strukturil

Strukturil

Sedang

Ketat

Ketat

Ketat

Tanpa

Kontinu

Kontinu

Kontinu

III K >

225

> 225 > 300 Strukturil Ketat Kontinu

Klasifikasi

Beton

Berdasarkan

Kekuatannya

Beton Mutu

Normal

(Normal

Strength

Concrete)

Beton Mutu

Tinggi

Beton Mutu

Sangat Tinggi

Memiliki kekuatan

Memiliki kekuatan

Memiliki kekuatan

Gambar 3.13. Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya

Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bahan 2

Tabel 3.2. Kelas dan Mutu Beton

Sumber : Peraturan Beton Bertulang N.I.-2. 1071

Page 52: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

52 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.5.5.4. Peraturan dan Standar Perencanaan Struktur Beton Bertulang

di Indonesia

Di Indonesia, peraturan atau pedoman standar mengenai perencanaan dan

pelaksanaan bangunan beton bertulang diatur dalam Peraturan Beton Indonesia

(PBI). Perkembangannya dimulai pada Peraturan Beton Indonesia 1955 (PBI

1955), kemudian PBI 1971, dan yang terakhir yakni Standar Tata Cara

Penghitungan Struktur Beton nomor : SK SNI T-15-1991-03.

Sebagai dasar pelaksanaan pada proyek Pembangunan Gedung Global

digunakan peraturan sebagai berikut :

- Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (

SK SNI T-15-1991-03 ),

- Pedoman Beton 1989,

- Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung

1983,

- Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan

Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983,

- Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia(PUBI –

1989)– NI – 3,

- Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 ( NI – 8 ),

- Mutu dan Cara Uji Sement Portland ( SII 0013 – 81 ),

- Mutu dan Cara Uji Agregat Beton ( SII – 052 – 80 ),

- Baja Tulangan Beton ( SII 0136 – 84 ),

- Peraturan Bangunan Nasional 1978,

- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat,

- Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan

Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung ( SKBI –

2.3.53.1987 UDC : 699.81.624.04 ).

Page 53: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

53 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.6. Baja Tulangan

1. Pengertian

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1999, yaitu :

Bertulang : ada tulanganya; memakai (mempunyai) tulang;

beton - , beton yg memakai rangka besi.

Baja tulangan adalah jenis baja yang dipakai untuk tulangan

beton yang harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari pasal 3.7.

(sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2)

Jadi, (baja) tulangan merupakan rangka besi yang dipakai pada

beton bertulang.

Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu

tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja secara

baik didalam sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan

penulangan yang fungsinya untuk menahan gaya tarik yang ada didalam

sistem. Untuk keperluan penulangan tersebut digunakan bahan baja yang

memiliki sifat teknis menguntungkan.

2. Jenis - Jenis Baja Tulangan

5Baja tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos

dan batang yang diprofil. Yang dimaksud dengan batang polos adalah

batang prismatis berpenampang bulat, persegi, lonjong dan lain-lain

dengan permukaan licin. Yang dimaksud dengan batang yang diprofil

adalah batang prismatis atau dipuntir, yang permukaannya diberi rusuk-

rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang,

dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 kali diameter

pengenalnya.

Jenis-jenis baja tulangan, yakni : baja polos, baja isteg, baja ulir, baja

ransome, baja silang bertordir. Beberapa diameter yang dipakai pada baja

tulangan, yakni : Ø 6mm, Ø 8mm, Ø 10mm, Ø 12mm, Ø 13mm, Ø 14mm,

5 Departemen PU dan Tenaga Listrik, DirJen Ciptakarya. Peraturan Beton Bertulang

Indonesia. 1971, N.I. – 2 . Bandung.

Page 54: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

54 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Ø 16mm, Ø 19mm, Ø 22mm, Ø 25mm, Ø 28mm, dan Ø 32mm. Panjang

baja tulangan ± 12 meter.

3.7.Beton Mixed

3.7.1. Pengertian

6Beton mixed merupakan beton yang komponen-komponen

penyusunnya telah siap untuk dicampur/ diaduk pada alat pengaduk.

Komponen-komponen penyusunnya (semen, agregat, dan pasir) ditakar

dengan komposisi tertentu, sehingga pengawasan terhadap mutu beton

menjadi sangat ketat

3.7.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Beton Ready

Mixed

7Penggunaan beton ready mixed mempunyai kekurangan dan

kelebihan tersendiri yang perlu diketahui dan diatasi. Beberapa alasan

dalam pemilihan beton ready mixed, yakni :

Perbandingan biaya antara beton dicampur dilapangan (site-

mixing) dengan beton ready mixed.

Minimnya tempat di lokasi untuk meletakkan alat pencampur di

lapangan dan tempat untuk menimbun agregat serta material

lainnya.

Pengecoran dalam jumlah yang besar juga membutuhkan fasilitas

produksi yang besar pula.

6 Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.

7 Idem

Page 55: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

55 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.7.2.1. Instalasi Beton Ready Mixed

8Ada 2 jenis utama dari instalasi beton Ready Mixed, yaitu :

1. Instalasi Penakar Kering

Pada jenis instalasi ini bahan yang ditakar dimasukkan ke dalam

truk pencampur untuk dicampur dan diangkat ke lapangan. Air

ditambahkan ke dalam truk pencampur sewaktu masih di

instalasi, tetapi beberapa supplier beton menambah air ketika

truk telah tiba dilapangan.

2. Instalasi Penakar Basah

Pada jenis ini semua bahan ditakar dan dimasukkan langsung

kedalam alat pencampur (terdiri atas suatu pan mixer dengan

tenaga penggerak atau alat campur dengan pengaduk menerus).

Beton dicampur rata sebelum dimasukkan ke dalam kendaraan

lain untuk diangkut ke lapangan.

Instalasi ready mix memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap

kualitas beton, salah satu alasannya adalah karena petugas penakaran dapat

memeriksa beton sebelum dicurahkan ke dalam truk pencampur.

Truk pencampur merupakan alat campur yang dapat

membongkar isinya hingga jatuh bebas dan dipasang diatas chasis suatu

truk. Dimensi truck yakni : panjang 8m, lebar 2,5m dan tinggi 3,5m

dengan berat sekitar 24 Ton. Truck dengan tiga sumbu roda yang mampu

membawa muatan sebesar 5-6 m3 beton, merupakan truck yang paling

sering dipakai.

8 Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.

Page 56: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

56 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.7.2.2.Syarat-Syarat untuk Beton Ready Mixed

9Adapun syarat-syarat beton ready mixed pada pelaksanaan proyek

pembangunan gedung, yakni :

1. Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk yang

dibuat dilapangan berlaku juga untuk Beton Ready Mix, baik

mengenai persyaratan semen, agregat, air, maupun admixture,

testing beton, slump dan sebagainya,

2. Diisyaratkan agar pemesanan Beton Ready Mix dilakukan pada

supplier Beton Ready Mix yang sudah terkenal stabilitas

mutunya., kontinuitas penyediaannya dan mempunyai/

mengambil material-material dari tempat tertentu yang tetap dan

bermutu baik,

3. Direksi/ Konsultan Pengawas akan menolak setiap Beton ready

Mix yang sudah mengeras dan menggumpal untuk tidak

digunakan dalam pengecoran. Usaha-usaha yang menghaluskan/

menghancurkan Beton Ready Mix yang sudah mengeras atau

menggumpal sama sekali tidak diperbolehkan,

4. Rekanan harus meminta jaminan tertulis kepada Supplier Beton

Ready Mix jaminan tentang mutu beton, stabilitas mutu, dan

kontinuitas pengedaan dan jumlah/ volume beton yang

digunakan,

5. Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang diisyaratkan,

walaupun disuplai oleh Perusahaan Beton Ready Mix, tetap

merupakan tanggung-jawab sepenuhnya dari Rekanan,

6. Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 (tiga) jam, yaitu

terhitung sejak dituangkannya air ke campuran beton kedalam

truk ready mix di plant/ pabrik sampai selesainya beton ready

mix tersebut dituangkan dicor, tidak dapat digunakan atau

dengan perkataan lain akan ditolak. Segala akibat biaya yang

ditimbulkan menjadi beban dan resiko Rekanan.

9 Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.

Page 57: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

57 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.7.3. Tahapan Dalam Pencampuran dan Uji Beton Mixed

10Adapun tahapan-tahapan dalam pembuatan/ Pencampuran beton uji, yakni :

a. Menyiapkan bahan-bahan pembentuk beton (semen, agregat, air)

untuk dilakukan pencampuran. Perbandingan campuran semen

diukur dengan menggunakan alat timbangan

b. Pelaksanaan pencampuran, mencampur bahan-bahan dasar

dengan menggunakan alat pengaduk (molen),

c. Melakukan pengujian dengan “Slump”.

Uji Slump

Tes Beton sebelum dilakukannya pengecoran baik untuk plat lantai, kolom,

balok dan plat tangga

1. Mobil molen masuk ke dalam site projek

2. Mengambil sample beton secukupnya dan dimasukkan kedalam gerobak

atau angkung

3. Mengecek kekentalan beton dan mencari nilai slam pada beton yang telah

dipesan dengan menggunakan kerucut abram, dan pengecekan angka slam

yang telah ditentukan oleh konsultan perencana dan kesepakatan antara

owner, pihak-pihak terkait lainnya. Projek Asrama haji ini memiliki spek

slam 12 ± 2 berarti angka slam berkisar antara 10 s/d 14, apabila tes beton

tidak memenuhi spek yang telah diminta yaitu 12 ± 2 atau melebihi angka

maka mobil dipulangkan dan diganti dengan mobil berikutnya, sebaliknya

apabila pengetesan beton OK maka mobil siap untuk melakukan

pengecoran pada bangunan blok 1 dan blok 2 (kode area projek) berapa

yang akan dilakukan pengecoran.

4. Sedikit Sample beton yang tadi sudah diambil dimasukkan ke dalam

kerucut abram ( point 3), sisa sample yang berlebihan dimasukkan

kedalam slynder beton sebagai benda uji untuk pengetesan di labor

10

Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.

Page 58: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

58 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

(Cleasing Test). Jumlah benda uji tergantung hitungan mobil yang masuk

pada hari itu, mulai dari star pengecoran dihitung mobil pertama dst.

5. Pengetesan beton di labor sesuai umru beton yang telah ditentukan yaitu 7,

14, 28 hari. Proyek Asrama Haji mengambil umur beton untuk diambil

pengetesan dilabor umur beton sudah mencapai 28 hari( 100 % beton siap

di tes).

6. Pengetesan dilakukan dengan mengetes kekuatan tekan pada beton, yaitu

dengan mengoreksi angka yang telah ditentukan, ternyata pengetesan OK

maka mutu beton bagus, sebaliknya jika tidak OK maka dilakukan

pembobokan beton pada area yang sudah ditentukan.

7. Sebelum dilakukannya pembobokan pada beton, langkah yang harus

dilakukan adalah beton diguring langsung di projek dengan membor area

yang bermasalah dengan berbentuk slynder dan langsung dilakukan tes

tekan, ternyata hasil pengetesan OK maka beton tidak ada masalah dan

dilakukan pengisian beton baru pada daerah yang dilakukan pengguringan,

tetapi sebaliknya jika ternyata hasilnya tidak OK langkah selanjutnya

dilakukan dengan menggunakan hammer test pada area yang sama, yaitu

dilakukan penembakan pada beton dengan menggunakan alat hammer

bantuan compresor.

8. Setelah dilakukan pengetesan dengan hammer test maka yang harus

dikoreksi adalah hasil angka pengetesan yang telah ditentukan oleh projek,

Apabila pengetesan OK maka nbeton tidak ada maslah, sebaliknya jika

tidak OK langkah terakhir adalah pembobokan beton.

Hal ini bertujuan untuk mengukur tinggi penurunan aduk beton setelah

dilepas dari alat “slump” yang digunakan. Tinggi slump menunjukkan derajat

mampu dikerjakan dari aduk yang diukur. Slump yang tinggi menunjukkan,

bahwa aduk beton terlalu cair, dan sebaliknya. Campuran beton dengan nilai

slump rendah sesuai untuk digunakan pada pekerjaan dalam bidang yang luas

Page 59: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

59 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

seperti pada plat lantai, sedangkan nilai slump yang sedang atau tinggi dapat

digunakan untuk pekerjaan dengan penampang yang sempit dan tulangan yang

rapat seperti pada balok dan kolom

d. Pembuatan dan persiapan benda uji.

e. Perawatan benda uji di dalam Laboratorium.

Setelah satu hari, cetakan dibuka dan benda uji direndam

selama 6 hari di dalam bak.

f. Pengujian mutu beton.

Hal ini ditujukan untuk mengetahui mutu kuat suatu beton,

sehingga sesuai dengan mutu beton yang diharapkan.

3.7 Pabrikasi Tulangan

11Pabrikasi tulangan adalah proses pembentukan besi menjadi tulangan

yang akan memperkuat beton. Besi yang dipakai dapat berbeda-beda jenis dan

ukurannya sesuai dengan besarnya beban yang akan diterima oleh beton.

Perlakuan terhadap besi baik berupa pembengkokan, pemotongan dan

penyambungan harus benar-benar diperhatikan. Kesalahan dalam perlakuan ini

akan menyebabkan kurangnya kekuatan struktur beton.

3.7.1 Pembengkokan Tulangan

Dalam pembengkokan tulangan harus diperhatikan beberapa hal sesuai

dengan ketetapan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, N.I.-2. 1971, yaitu

sebagai berikut :

1.Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara

yang merusak tulangan itu.

11

Departemen PU dan Tenaga Listrik, DirJen Ciptakarya. Peraturan Beton Bertulang Indonesia.

1971, N.I. – 2 . Bandung.

Page 60: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

60 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

2.Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan

kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan

sebelumnya.

3.Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh

dibengkok atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di

dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.

4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam

keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.

5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak ( polos

atau diprofilkan ) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi

tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850 °C.

6.Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pemanasan di

atas 100 °C yang bukan pada waktu di las, maka dalam perhitungan-

perhitungan sebagai kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut

yang tidak mengalami pengerjaan dingin.

7.Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali apabila

diijinkan oleh perencana.

8.Batang tulangan yang dibengkokkan dengan pemanasan tidak boleh

didinginkan dengan jalan disiram dengan air.

9. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam

jarak 8 kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian

bengkokan

3.7.2 Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan

Pada pemotongan dan pembengkokan tulangan terdapat batasan batasan

yang masih dapat ditolerir, toleransi yang ditetapkan dalam Peraturan Beton

Bertulang Indonesia .1971, N.I.–2, adalah sebagai berikut :

Page 61: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

61 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan yang

ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi – toleransi

yang disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana,

pada pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-

toleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.

2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran dan

terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok

ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan

dalam ayat 3 dan 4. Terhadap panjang total batang yang diserahkan

menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan – 25

mm.

3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan

toleransi sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12

mm untuk jarak lebih dari 60 cm

4. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan

toleransi sebesar ± 6 mm.

a) Toleransi batang lurus atau batang antara bengkokan-bengkokan

b) Toleransi batang-batang yang dibengkok

1+ 50 mm – 25 mm untuk batang yang diserahkan

menurut ukuran

a ≤ 60 cm toleransi ± 6 mm

a > 60 cm toleransi ± 12 mm 1 ± 25 mm

Page 62: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

62 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

c) Toleransi sengkang, lilitan spiral dan ikatan-ikatan

Gambar. 3.15. Toleransi Pemotongan dan pembengkokan tulangan

Sumber : Digambar ulang dari : Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971, N.I.-2

3.7.3 Pemasangan Tulangan

Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia .1971, N.I.–2,

pemasangan tulangan harus sesuai dengan peraturan yang telah disyaratkan,

yaitu :

1. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling dan

karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya

lekat.

2. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan

selama pengecoran tidak berubah tempatnya.

a ≤ 60 cm toleransi ± 6 mm

a > 60 cm toleransi ± 12 mm

1 + 25 mm

12 + 25 mm

Ukuran Luar ± 6 mm

a

1 ± 25 mm

36.9857

12.9711

43.2663

43.3660

13.0434

24.6426

13.5017

26.2608

Page 63: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

63 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal

penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan

penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling

sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-

penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-

gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap

m2 cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus

tersebar merata.

4. Pada plat-plat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus

ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang

atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja

oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu

dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-tulangan plat

yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang

berbatasan.

3.7.4 Toleransi pada Pemasangan Tulangan

Toleransi pada pemasangan tulangan berdasarkan

Peraturan Beton Bertulang Indonesia.1971, N.I.–2, adalah, sebagai

berikut :

1. Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan

yang ditentukan dalam gambar-gambar rencana. Apabila tidak

ditetapkan lain oleh perencana pada pemasangan tulangan

ditetapkan toleransi – toleransi seperti tercantum dalam ayat-

ayat berikut.

2. Terhadap kedudukan diarah ukuran konstruksi yang terkecil

ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm untuk ukuran 60 cm atau

kurang dan sebesar ± 12 mm untuk ukuran lebih dari 60 cm.

3. Terhadap kedudukan bengkokan diarah memanjang ditetapkan

toleransi sebesar ± 50 mm, kecuali pada bengkokan akhir.

Page 64: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

64 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

4. Terhadap kedudukan bengkokan akhir dari batang ditetapkan

toleransi sebar ± 25 mm, dengan syarat tambahan bahwa tebal

penutup beton di ujung batang memenuhi yang disyaratkan.

5. Terhadap kedudukan batang-batang tulangan plat dan dinding

ditetapkan toleransi di dalam bidang tulangan sebesar ± 50 mm.

6. Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang, lilitan-lilitan

spiral dan ikatan-ikatan lainnya ditetapkan toleransi sebesar ±

25 mm.

7. Apabila pipa-pipa atau benda-benda lain direncakan menembus

beton atau ditanam di dalam beton, maka tulangan tidak boleh

dipotong dan tidak boleh digeser ditempatnya lebih jauh dari

pada toleransi-toleransi yang ditentukan dalam ayat 2 s/d 6.

3.7.5 Pekerjaan Pembesian

Beton tidak mampu menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu

tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan

baik dalam suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya

perkuatan penulangan yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya

tarik yang akan timbul (Dipohusodo, 1999). Untuk keperluan penulangan

tersebut digunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis menguntungkan

dan baja tulangan yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran

ataupun kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang kawat baja yang

dirangkai (dianyam) dengan teknik pengelasan. Wire mesh dipakai untuk

plat dan cangkang tipis atau struktur lain yang tidak mempunyai tempat

cukup bebas untuk pemasangan tulangan, jarak spasi dan selimut beton

sesuai dengan syarat pada umumnya (Dipohusodo, 1999). Bahan batang baja

rangkai yang dimaksud didapat dari hasil penarikan baja pada suhu dingin

dan dibentuk dengan pola ortogonal, bujur sangkar, atau persegi empat,

dengan dilas pada semua titik pertemuannya.

Dalam hal pemasangan, perlu diperhatikan bahwa tulangan harus

Page 65: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

65 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

dipasang pada letak yang benar serta didukung dengan baik untuk menjamin

bahwa tidak akan terjadi pergeseran ketika dilaksanakan pengecoran.

Pekerja yang telah terlatih dalam pemasangan tulangan mutlak diperlukan

bilamana pekerjaan hendak dilakukan secara efisien.

Selimut beton yang memadai terhadap tulangan sangat diperlukan

bilamana masalah yang timbul dari korosi sebagai konsekuensi yang harus

dihindari. Kealpaan didalam menyediakan selimut beton yang memadai

akan mengakibatkan korosi tulangan yang pada akhirnya akan

menyebabkan pecahnya beton pada suatu bangunan.

Menurut PBBI 1971 N.I.-2, adapun jenis tulangan yang digunakan

dalam pekerjaan struktur adalah sebagai berikut:

a. Baja Tulangan Polos (BJTP)

Baja tulangan polos adalah batang prismatik yang berpenampang bulat,

lonjong, segi empat dan lain-lain dengan permukaan yang rata dan licin.

b. Baja Tulangan Ulir (BJTD)

Baja tulangan ulir adalah batang prismatik berulir permukaannya diberi rusuk-

rusuk yang terpasang tegak lurus atau miring dengan jarak tidak lebih dari 0,7

garis tengah tulangan.

3.7.6 Peralatan yang Digunakan dalam Proyek

Untuk menghasilkan suatu pekerjaan yang cepat, tepat, efektif dan efisien

maka dalam pengerjaan sangat diperlukan peralatan yang tepat untuk digunakan

sesuai dengan fungsi dari alat masing-masing. Adapun peralatan yang digunakan

adalah sebagai berikut:

a. Vibrator (Alat Penggetar)

Vibrator merupakan suatu alat penggetar mekanik yang digunakan untuk

menggetarkan adukan beton yang belum mengeras dengan harapan dapat

menghilangkan rongga-rongga udara yang ada sehingga dapat dihasilkan

Page 66: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

66 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

beton yang padat dan bermutu tinggi. Cara operasinya adalah dengan

memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton yang telah dituang ke

dalam bekisting.

b. Bar Cutter (Alat Pemotong Tulangan)

Baja tulangan dipesan dengan ukuran panjang standar. Untuk keperluan

tulangan yang pendek, maka dilakukan pemotongan terhadap tulangan yang

ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan, yaitu gunting

tulangan yang dioperasikan secara manual dengan menggunakan tenaga

manusia.

c. Molen (Pengaduk Beton)

Dalam pelaksanaan pengadukan beton banyak digunakan mesin aduk atau

molen. Dengan adukan ini, adukan akan tercampur lebih merata dan lebih

sempurna. Selain adukan yang baik, kecepatan adukan lebih meningkat, dan

biaya aduk lebih murah dibandingkan dengan cara mengaduk dengan tenaga

manusia.

d. Theodolit

Theodolit merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan

dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak

miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah dan

elevasi galian timbunan. Cara operasinya adalah dengan mengatur nivo dan

unting-unting di bawah theodolit. Kemudian menetapkan salah satu titik

sebagai acuan.

e. Lift Barang

Lift barang digunakan untuk mengangkat material kayu dan besi besar dari

bawah ke atas.

f. Alat Pembengkok Tulangan

Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan seperti

pembengkokkan tulangan sengkang, pembengkokan untuk sambungan

tulangan kolom, juga pembengkokan tulangan balok dan plat.

Page 67: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

67 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

g. Gerobak Dorong

Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut adukan beton dari tempat

pengadukan ke tempat pengecoran.

h. WaterTank

Digunakan untuk tempat penampungan air yang akan digunakan selama

proses pengerjaan.

i. Mesin Penyedot Air

Alat ini digunakan untuk menyedot air yang ada di dalam tanah maupun air

hujan yang masuk ke dalam acuan beton yang akan di cor.

j. Meteran

Alat ini terbuat dari baja yang sangat tipis, digunakan untuk mengukur

ketebalan, lebar, dan tinggi suatu pekerjaan.

k. Gergaji

Gergaji yang digunakan adalah gergaji pemotong dan gergaji pembelah kayu

dengan panjang dan ukuran yang ditentukan.

l. Stager

Stager merupakan perancah dari kayu yang digunakan untuk mendukung

acuan dan beban yang dipikul. Stager digunakan pada saat pengecoran

bekisting balok dan kolom.

m. Mistar Siku

Alat ini terbuat dari baja yang membentuk sudut 900 dilengkapi dengan garis

dalam ukuran mm, cm, dan inch. Alat ini digunakan untuk menyetel kesikuan

pada dinding acuan.

n. Selang Plastik

Selang ini digunakan untuk menyamakan suatu ketinggian dari suatu titik ke

titik yang lain.

o. Sendok Spesi

Alat ini digunakan untuk mengambil mortar dan meratakan permukaan beton

Page 68: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

68 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

yang telah selesai dikerjakan.

3.8 Pekerjaan Beton

3.8.1 Persiapan

Sebelum dimulai pengecoran dilakukan beberapa tahapan persiapan.

Tahapan persiapan ini berdasarkan Peraturan Beton Bertulang

Indonesia. 1971, N.I.– 2.

1. Sebelum pembuatan beton dimulai, semua alat pengaduk dan

pengangkut beton sudah harus bersih. Sebelum beton dicor,

semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton harus

dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakan-cetakan dan

pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan

beton harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakan-

cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan

dengan beton harus dibahasi dengan air sampai jenuh, sedangkan

tulangan harus terpasang baik. Bidang-bidang beton lama yang

akan berhubungan erat dengan beton baru, dan bila perlu juga

bidang-bidang akhir dari beton pada siar pelaksanan, harus cukup

dikasarkan dulu, kemudian bidang-bidang tersebut harus

dibersihkan dari segala kotoran dan benda-benda lepas, setelah

itu harus dibasahi dengan air sampai jenuh. Sesaat sebelum beton

yang baru akan dicor, bidang – bidang tadi harus disapu dengan

spesi mortel dengan susunan yang sama seperti yang terdapat di

dalam betonnya.

2. Air harus dibuang dari semua ruang-ruang yang akan diisi

dengan beton, kecuali apabila menurut persetujuan Pengawas

Ahli hal itu tidak perlu dilakukan.

Page 69: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

69 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.8.2 Pengadukan

Tata cara pengadukan beton berdasarkan Peraturan Beton

Bertulang Indonesia. 1971, N.I. – 2. :

1. Pengadukan beton pada semua mutu beton kecuali mutu Bo,

harus dilakukan dengan mesin pengaduk. Mesin pengaduk untuk

membuat beton Kelas III harus diperlengkapi dengan alat-alat

yang dapat mengukur dengan tepat jumlah air pencampur yang

dimasukkan ke dalam drum pengaduk. Jenis mesin pengaduk dan

jenis timbangan-timbangan atau takaran-takaran semen dan

agregat harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas Ahli

sebelum dapat dipakai.

2. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus

diawasi terus menerus oleh tenaga-tenaga pengawas yang ahli

dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran beton yang

baru. Besarnya slump dijadikan petunjuk apakah jumlah air

pencampur yang dimasukkan ke dalam drum pengaduk adalah

cukup tepat atau perlu dikoreksi dalam hubungannya dengan

factor air semen yang diinginkan.

3. Waktu pengadukan bergantung pada kapasitas drum pengaduk,

banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dari

agregat yang dipakai dan slump dari betonnya, akan tetapi pada

umumnya harus diambil paling sedikit 1,5 menit setelah semua

bahan-bahan dimasukkan ke dalam drum pengaduk. Setelah

selesai pengadukan adukan beton harus memperlihatkan susunan

dan warna yang merata.

4. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat

minimal, misalnya terlalu encer karena kesalahan dalam

pemberian jumlah air pencampur atau sudah mengeras sebagian

atau yang tercampur dengan bahan-bahan asing, maka adukan ini

tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat

pelaksanaan.

Page 70: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

70 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.8.3 Pengangkutan

Tata cara pengangkutan beton berdasarkan Peraturan Beton

Bertulang Indonesia. 1971, N.I. – 2. :

1. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat

pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat

dicegah pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.

2. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak

terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton

yang sudah dicor dan yang akan dicor. Memindahkan adukan

beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan

perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan setelah

disetujui oleh Pengawas Ahli. Dalam hal ini, Pengawas Ahli

mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang miring ini,

setelah mempelajari usul dari pelaksanamengenai konstruksi,

kemiringan dan panjang talang itu.

3. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1

jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini

harus diperhatikan, apabila diperlukan waktu pengangkutan yang

panjang. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam,

apabila adukan beton digerakkan kontinu secara mekanis.

Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka

harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa

bahan pembantu.

3.8.4 Pengecoran dan Pemadatan

Cara pengecoran dan pemadatan beton berdasarkan Peraturan Beton

Bertulang Indonesia. 1971, N.I. – 2. :

1. Beton harus dicor sedekat-dekatnya ke tujuannya yang terakhir

untuk mencegah pemisahan bahan-bahan akibat

pemindahanadukan di dalam cetakan.

Page 71: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

71 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

2. Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa

berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan.

3. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-

sarang kerikil, adukan beton harus dipadatkan selama

pengecoran. Pemadatan ini dapat dilakukan dengan menumbuk-

numbuk adukan atau dengan memukul-mukul cetakan, tetapi

dianjurkan untuk senantiasa menggunakan alat-alat pemadat

mekanis ( alat penggetar). Pada pembuatan beton Kelas III

penggunaan alat-alat penggetar ini adalah diwajibkan.

4. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan alat-alat penggetar

juga harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam

adukan kira-kira vertikal , tetapi dalam kondisi khusus boleh

miring sampai 45 o.

b. Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan kea rah

horizontal karena hal ini akan menyebabkan pemisahan

bahan-bahan.

c. Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian

beton yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak

boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari

beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar

tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak

terlepas dari beton dan getaran-getaran tidak merambat ke

bagian-bagian lain dimana beton sudah mengeras.

d. Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang

jarum dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 – 50

cm. Berhubungan dengan itu, maka pengecoran bagian-

bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis

demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan

baik.

e. Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan

mulai nampak mengkilap sekitar jarum (air semen mulai

Page 72: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

72 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

memisahkan diri dari agregat), yang pada umumnya tercapai

setelah maksimum 30 detik. Penarikan jarum ini tidak boleh

dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas jarum dapat diisi

penuh lagi dengan adukan.

f. Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa

hingga daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.

3.9 Jenis Pekerjaan Struktur

3.9.1 Pekerjaan Bekisting (Form Work)

Bekisting (form work) diperlukan untuk membuat beton dengan

ukuran, bentuk, letak yang tepat, serta OPdengan kualitas permukaan yang

dikehendaki. Bekisting ini berfungsi mendukung beban dari campuran beton

sampai beban tersebut bisa didukung oleh struktur beton itu sendiri (Antoni,

2007). Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan

bekisting yaitu:

a. Bekisting harus kaku

Karena bekisting menahan beban yang besar berupa tekanan dan getaran

pada saat pengecoran maka bekisting harus kaku.

b. Bekisting harus kuat

Bekisting harus mampu menahan keseluruhan beban beton sebelum mencapai

umur rencana, beban para pekerja, berat sendiri dan berat alat.

c. Bekisting harus kedap air

Pada saat pengecoran, jika bekisting tidak kedap air maka akan menyebabkan

adanya penyerapan faktor air semen yang ada pada beton segar sehingga akan

menyebabkan adanya pengurangan faktor air semen.

d. Bekisting harus bersih

Untuk dapat menghasilkan mutu beton yang baik maka bekisting harus

dibersihkan dari sampah atau kotoran yang dapat mengurangi mutu beton.

Page 73: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

73 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

e. Bekisting harus mudah dibongkar

Bekisting harus mudah dibongkar setelah beton mencapai umur, sehingga

tidak merusak mutu beton yang telah terbentuk.

Untuk beton yang sudah mengeras dan dapat menahan beban sendiri serta

berat di atasnya, maka bekisting dapat dibongkar dengan mengikuti

persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu:

a. Persyaratan Konstruksi

Persyaratan konstruksi yaitu pada saat pembongkaran bekisting, momen yang

terjadi harus sama dengan momen yang direncanakan, pada plat lantai

pembongkaran perancah dimulai dari tengah.

b. Persyaratan Waktu

Adapun persyaratan waktu yang telah ditetapkan untuk pembongkaran

bekisting, ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Periode minimum bekisting sebelum pembongkaran

Jenis Bekisting Periode minimum sebelum

bekisting di bongkar

Bekisting vertikal untuk kolom, dinding

dan balok-balok besar 24 jam

Dasar pada bekisting plat dengan

penumpu ditinggalkan 3 hari

Dasar pada bekisting untuk balok dengan 3 hari

Sumber : Doc. Pribadi

Bekisting plat lantai

Page 74: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

74 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

penumpu ditinggalkan

Penumpu pada plat 10 hari

Penumpu pada balok 14 hari

Penumpu pada balok dan plat kantilever 17 hari

(Sumber : R.M. Yati, 2006 )

3.9.2 Steger Kerja/ Tiang Perancah

12Dimaksudkan untuk memberikan sebuah tempat berjalan

yang aman kepada para pekerja untuk mengangkut material. Steger

kerja yang dipakai, yaitu steger besi/ scaffolding. Digunakan sebagai

penopang bagi pengecoran plat lantai 1, 2, 3 dan plat atap.

Scaffolding yang dipakai memiliki lebar 1m dan tinggi 3m.

Pemasangan

- Scaffolding terdiri dari dua buah rangka bidang dan sebuah skoor

silang untuk setiap bidangnya.

- Dua buah bidang ditegakkan pada permukaan/ alas secara

vertikal dan sejajar dengan bidang yang lain, kemudian dipasang

skoor besi pada sisi/ bidang lainnya. Sisi/ bidang lainnya yang

dimaksud, yakni bidang yang terbentuk dari pinggir-pinggir

rangka bidang yang sejajar tersebut.

- Untuk pemasangan rangka-rangka bidang scaffolding lainnya,

yakni dengan penyusunan secara sejajar dengan rangka bidang

tang telah terbentuk, kemudian di skoor.

- Pada bagian atas scaffolding terdapat baut-baut pengatur

ketinggian. Baut-baut pengatur ketinggian tersebut disesuaikan

dengan ketinggian perletakan gelagar-gelagar cetakan plat lantai

terhadap alas/ permukaan lantai dibawahnya.

12

Idem.

Page 75: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

75 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.9.3 Mal/ Cetakan Beton

13Sebagai tempat / cetakan bagi beton yang akan dicor ke dalam bekisting.

Peruntukan mal/ cetakan beton, yakni untuk pengecoran kolom, balok dan plat

lantai. Bahan yang dipakai untuk mal/ cetakan beton, yakni multiplek 9mm dan

12mm sebagai cetakannya dan balok kayu 6/7 sebagai penopang/ skoor.

3.9.4 Persyaratan

14Yang menjadi acuan/ persyaratan dalam penggunaan maupun pekerjaan

bekisting pada pelaksanaan proyek tersebut, yakni :

a. Bekisting harus mampu menahan beban-beban sementara

maupun tetap sesuai dengan jalannya pengecoran beton,

b. Susunan diatur sedemikian rupa, sehingga memungkinkan

melakukan inspeksi dengan mudah oleh pihak Konsultan

Pengawas dan tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton,

c. Cetakan/ mal beton harus bersih dari segala kotoran, seperti

potongan-potongan kayu, potongan-potongan kawat, paku, tanah

dan sebagainya,

d. Dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran, kerataan/

kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar

konstruksi.

e. Pada prinsipnya semua penunjang bekisting harus menggunakan

steger besi (scaffolding). Penggunaan dolken atau balok kayu

untuk steger dapat dipertimbangkan oleh Direksi / Konsultan

Pengawas selama masih memenuhi syarat.

f. Setelah pekerjaan diatas selesai, Rekanan harus meminta

persetujuan dari Direksi/ Konsultan Pengawas dan minimum 3

(tiga) hari sebelum pengecoran Rekanan harus mengajukan

permohonan tertulis untuk izin pengecoran kepada Direksi /

Konsultan Pengawas.

13

F. Wigbout.Pedoman Tentang Bekisting (Kotak Cetak). Erlangga: Jakarta. 1992. 14

F. Wigbout.Pedoman Tentang Bekisting (Kotak Cetak). Erlangga: Jakarta. 1992.

Page 76: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

76 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

3.9.5 Pekerjaan Penyangga

Bekisting dapat runtuh akibat pemasangan penyangga yang salah

atau memakai penyangga yang tidak memenuhi syarat. Selain berat sendiri

dari beton yang masih basah, perlu diperhitungkan juga beban pelaksanaan.

Dalam pembuatan penyangga perlu diberikan ikatan lateral (bracing) yang

cukup untuk mencegah faktor tekuk (Antoni, 2007). Penyangga dapat

berupa kayu maupun baja. Untuk kayu dapat berupa kayu bulat dan kayu

usuk dari bermacam-macam jenis kayu. Umumnya tidak digunakan bambu

meskipun lebih murah, karena terlalu lentur. Penyangga dari baja umumnya

standar, dapat dibeli atau disewa. Kapasitas penyangga akan berkurang bila

tidak tegak atau bila bebannya tidak sentris.

Pada dasar penyangga perlu ada pijakan yang kokoh dan diberi

papan untuk berpijak. Penyebab kegagalan yang utama adalah bracing yang

tidak memenuhi syarat, adanya getaran, atau tanah dasar yang tidak stabil.

Bahaya lainnya adalah penurunan. Syarat dari penyangga yaitu:

a. Kuat

b. Ekonomis

c. Kualitas permukaan

3.9.6 Metoda pelaksanaan pemasangan Bakesting

a. Langkah pengerjaan bakesting untuk plat lantai :

1. Pemasangan skapolding atau steger yang kedudukannya pada tumpuan

lantai.

2. Pemasangan balok horizontal dan vertikal yang terbuat dari kayu dan plat

alumunium.

3. Pemasangan triplek pada bagian atas balok horizontal dan vertikal.

4. Pengerjaan pembesian pada plat lantai

Page 77: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

77 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

5. Pelevelan bakesting dengan menggunakan alat level sipil engineer dengan

posisi penembakan dari bagian bawah bakesting yang bertujuan untuk

menyamakan dengan ketinggian lantai yang sebenarnya.

b. Langkah pengerjaan bakesting untuk balok :

1. Pemasangan skapolding atau steger yang kedudukannya pada tumpuan

lantai.

2. Pemasangan balok horizontal dan vertikal yang terbuat dari kayu dan plat

alumunium.

3. Pemasangan triplek pada bagian atas balok horizontal dan vertikal.

4. Pengerjaan pembesian pada kolom.

5. Pemasangan triplek disamping kiri dan kanan

6. Pemasangan skor penguat untuk triplek sebelah kiri dan kanan

7. Pavelan bakesting dengan menggunakan alat level sipil engineer dengan

posisi penembakan dari bagian bawah bakesting.

c. Langkah pengerjaan bakesting kolom :

1. Perakitan bakesting terlebih dahulu sebelum dimasukkan pada kolom.

2. Pengerjaan kayu peri pada bakesting yang difungsikan sebagai tumpuan

triplek.

3. Setelah pekerjaan bakesting selesai untuk langkah selanjutnya apitkan

bakesting pada kolom yang akan dicor satu per satu dengan menggunakan

alat TC.

4. Pekerjaan pelevevan dengan alat level untuk mengecek lurus atau tidaknya

pemasangan antara bakesting A dan bakesting B.

5. Penyetelan unting-unting disisi kiri dan kanan bakesting dengan fungsi

untuk mengetahui tegak lurusnya kolom dengan posisi 90˚.

Page 78: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

78 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

6. Pembersihan sampah didalam kolom dengan menggunakan compressor

udara.

7. Kolom siap dicor

Dalam buku Teknologi Beton, beton memiliki kekurangan dan kelebihan

sebagai berikut :

KELEBIHAN BETON KEKURANGAN BETON

Dapat dibentuk dengan mudah sesuai

dengan kebutuhan konstruksi

Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan

ketelitian yang tinggi

Mampu memikul beban yang berat Bentuk yang telah di buat sulit di ubah

Tahan terhadap temperatur yang tinggi Berat

Biaya pemeliharaan yang kecil Daya pantul suara yang besar

Nilai kuat tekan beton tidak berbanding lurus dengan kuat tarik nya.

Dalam perkiraan kasar, nilai kuat tarik sekitar 9% - 15% kuat tekannya.

Beton dapat dicampur dengan bahan lain seperti composite atau bahan lain

sesuai dengan prilaku yang akan diberikan terhadap beton tersebut, misal beton

pra-tegang (pre-stressing), dan beton pra-cetak (pre-cast).

Bahan Pembentuk Beton Bertulang

Sebagai material komposit, sifat beton sangat bergantung pada sifat unsur

masing – masing serta interaksi mereka. Ada 3 sistem umum yang melibatkan

semen, yaitu pasta semen, mortar, dan beton. Ketiga sistem tersebut dapat pula

dipandang sebagai model komposit dengan 2 fase, yaitu fase matriks dan fase

terurai. Kadang kala beton masih ditambah lagi dengan bahan kimia pembantu

Tabel 3.3. Kekurangan dan Kelebihan Beton

Page 79: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

79 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

(admixture) untuk mengubah sifat – sifatnya ketika masih berupa beton segar

(fresh concrete) atau beton keras.

Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya kecil. Oleh

karena itu untuk struktur bangunan, beton selalu dikombinasikan dengan tulangan

baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi. Beton ditambah dengan tulangan baja

menjadi beton bertulang (reinforcd concrete) dan jika di tambah lagi dengan baja

p a-tekan menjadi baja pra-tekan (prestressed concrete).

Pada beton yang baik, setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan

mortar. Demikian pula halnya dengan ruang antar agregat, harus terisi oleh

mortar. Jadi kualitas pasta atau mortar menentukan kualitas beton, meskpun

jumlahnya hanya 7% - 15% dari campuran beton dengan jmlah semen yang

sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan dengan

jumlah semen yang banyak (sampai 15%) disebut beton gemuk (rich concrete).

Pada pembangunan biasanya digunakan kualitas – kualitas beton berikut :

K 100 s/d K 150 Dasarnya setebal 5cm untuk pondasi beton bertulang atau

untuk tegel, dsb.

K 150 s/d K 200 Pondasi Beton

K 200 s/d K 225 Dinding Beton yang tidak bertulang dan lantai beton yang tidak

bertulang

K 250 s/d K 300 Dinding dan bloteng beton bertulang

K 300 s/d K 250 Dinding bertulang untuk jembatan dan sebagainya

K 400 Beton pra-tekan

Angka K menentukan campuran semen dalam kg/m³ beton, misalnya K 200

berarti 200 kg semen Portland untuk 1 m³ beton jadi.

Sifat – Sifat beton dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :

Tabel 3.4. Kualitas Beton

Sumber : Ilmu Konstruksi Bangunan 1, Kanisius, 1980

Page 80: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

80 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Kualitas semen : untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dapat

dipakai jenis – jenis semen yang memenuhi ketentuan – ketentuan dan

syarat – syarat yang telah ditentukan

Dengan kenaikan angka K maka tegangan yang diperbolehkan atas

ketahan anterhadap air meningkat

Perbandingan campuran semen dan air

Agregat campuran halus dan kasar

Cara mencampur komponen

Agregat kasar (kerikil atau pecahan batu)

Cara pengecoran

Ketelitian pekerjaan perawatan

Umur beton

Suhu waktu mencampur dan waktu proses pengerasan beton

Page 81: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

81 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

BAB IV

PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Persiapan Pekerjaan

Pekerjaan kolom meliputi persiapan dan pelaksanaan pekerjaan kolom

bertulang. Tahap persiapan pada pekerjaan beton bertulang ini terbagi menjadi

beberapa pekerjaan awal, antara lain :

a. Perakitan Bekisting

b. Pekerjaan Pembesian Kolom

c. Pencampuran Beton

Pada persiapan pekerjaan kolom beton bertulang, pekerjaan meliputi perakitan

besi/ penulangan, bekisting, dan pencampuran beton dilakukan di tempat di mana

pekerjaan beton bertulang dilaksanakan.

4.1.1. Perakitan Bekisting

Material yang dipakai dalam pembuatan mal/ cetakan beton pada kolom diuraikan

sebagai berikut :

Alat Keterangan

Papan Kayu Racuk

Sebagai media utama bekisting

Page 82: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

82 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Paku

Untuk merekatkan satu bagian ke

bagian lain

Gergaji

Untuk memotong kayu ataupun

bekisting lain yang sudah pernah

di gunakan untuk dapat di

gunakan lagi

Klem Pengikat

Digunakan untuk mengikat

bekisting agar tidak bocor saat

sedang dilakukan pengecoran.

Palu

Untuk memaku bagian per bagian

dari bekisting

Skoor

Sebagai penahan bekisting saat

pengecoran berlangsung agar

posisi bekisting tidak berubah,

sehingga bentukan kolom yang di

hasilkan menjadi baik

Tabel 4.1. Alat Perakitan Bekisting

Page 83: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

83 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

4.1.2. Pekerjaan Pembesian Kolom

Pekerjaan pembesian meliputi pengadaan, pembengkokan, dan

pemasangan tulangan. Dalam pembangunan Proyek Pembangunan Gedung

Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas

Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera

Bagian Tengah proses pembesiannya adalah sebagai berikut :

1. Pengadaan Barang

Adapun besi yang di pakai pada pembangunan Proyek Pembangunan Gedung

Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas

Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera

Bagian Tengah adalah sebagai berikut :

Bahan Keterangan

Besi Baja Ulir Ø 13 mm

Besi yang digunakan antara lain Besi Baja Ulir Ø

13 mm

Sengkang Ø 8 mm Sengkang Ø 8 mm untuk sengkang

Dengan melihat nomor Ø besi yang

tertera di besi kita bisa mengetahui

diameter besi yang akan dipakai.

Gambar 4.1. Nomor Ø besi

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Tabel 4.2.. Tulangan Kolom

Page 84: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

84 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

2. Pemotongan dan Pembengkokan Besi

Alat – alat yang digunakan pada proses pembengkokan besi di Proyek

Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba

Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian

Selatan dan Sumatera Bagian Tengah adalah :

Alat Keterangan

Meteran

Untuk mengukur panjang material/ besi

yang di butuhkan

Gunting besi

Untuk memotong besi secara manual

Pembengkok besi/ statu

Untuk membengkokan besi

Tabel 4.3. Alat Pembengkok dan pemotong tulangan

kolom

Page 85: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

85 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

4.1.3. Pemotongan Besi

Pemotongan besi dilakukan dengan menggunakan gunting besi. Pada

umumnya besi yang di potong kemudian akan di bengkokkan ujungnya

menggunakan alat yang disebut statu/ pembengkok besi.

4.1.4. Pembengkokan besi

Pembengkokkan besi menggunakan alat yang disebut statu. Besi yang

menyusun kolom terdiri dari tulangan utama dan tulangan sengkang. Pada ujung

besi tersebut dibengkokan 90ᵒ yang bertujuan tempat penyatuan antara balok dan

kolom. Pada tulangan sengkang besi polos dibentuk menjadi segi empat sesuai

ukuran. Tulangan sengkang biasanya disebut begel atau cincin.

Gambar 4.2. Pemotongan besi

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.3. Pembengkokan besi

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Page 86: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

86 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

4.1.5. Pengecoran Beton

Alat – alat dan bahan – bahan yang digunakan :

Material Keterangan

Adonan Ready Mix

Adonan beton yang telah jadi

tinggal pakai

Vibrator

Untuk membantu pemadatan saat

pengecoran

4.2. PEKERJAAN KOLOM

4.2.1. Pelaksanan Pembesian Kolom

Proses pembesian kolom pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun

Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT.

Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah

dilakukan di lokasi proyek, sehingga memudahkan proses pengangkatan. Tahapan

– tahapan pembesian kolom sebagai berikut :

Tabel 4.4. Alat dan Bahan Pengecoran

Page 87: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

87 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Mempersiapkan alat dan material yang diperlukan dalam proses

penulangan antara lain : tulangan baja, kawat, gunting baja, dan alat

pembengkok tulangan/ statu

Meluruskan baja ulir ukuran Ø 13mm yang terlipat, sekaligus melakukan

pemotongan pada baja dan kawat sesuai dengan ukuran yang diinginkan.

Baja ini kemudian di gunakan sebagai tulangan utama kolom

Meluruskan baja polos ukuran Ø 8mm yang terlipat, sekaligus melakukan

pemotongan pada baja dan kawat sesuai dengan ukuran yang diinginkan.

Baja ini kemudian di gunakan sebagai sengkang

4.2.2. Perakitan Kolom

Besi ulir diluruskan dengan menggunakan kunci besi atau papan yang di

beri paku, kemudian menggunakan kunci untuk menarik batang U menjadi

lurus.

Besi stek atau besi sisa disatukan dengan baja ulir ukuran Ø 13mm dan

diikat menggunakan kawat.

Membuat rangkaian pembesian cincin kolom dengan menggunakan besi 8

dan di ikat dengan kawat dan tang.

Gambar 4.4. Proses Pelurusan Besi

Sumer : Dokumentasi Pribadi

Page 88: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

88 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

4.2.3. Pekerjaan Bekisting Kolom

Dalam pekerjaan bekisting, ada beberapa bagian penting, yaitu :

Mall : Papan kayu racuk

Skoor : Balok Kayu 2/3 m

Klem pengikat : Balok kayu ukuran ½ m

Ukuran bekisting : B + 2cm x B ; B = ukuran

kolom

Bekisting kemudian dipotong dengan gergaji

Setelah mendapat ukuran yang diinginkan, bekisting kemudian di paku

dengan kayu hingga terbentuk beksting yang baru sesuai dengan ukuran

Kayu di ukur sesuai dengan ukuran kolom

Bekisting di pasang di tulangan kolom, sehingga membentuk selimut

kolom

Bekisting kemudian di paku satu sama lain, dan di beri klem pengikat.

Setelah klem pengikat di pasang, di beri skoor agar bekisting tidak mudah

goyang atau berubah posisi.

Gambar 4.5. Tulangan yang sudah di pasang cincin

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Page 89: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

89 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Kemudian bekisting di ukur kelurusannya dengan menggunakan batu bata

yang dipasang kawat.

Lalu jarak bekisting dengan kawat yang telah diikat dibatu bata tadi diukur

dengan jarak 25cm dari atas dan bawah kolom supaya tegak lurus dengan

lantai.

Setelah tegak lurus dengan lantai bekisting siap di cor.

4.2.4. Pekerjaan Pengecoran Kolom

Setelah proses pembuatan bekisting kolom selesai. Langkah selanjutnya yaitu

pengecoran. Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali

Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS

Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah menggunakan ready

mix.

Gambar 4.6. Bekisting siap di cor

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Skoor

Page 90: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

90 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Adonan ready mix langsung dari mobil ready mix dimasukkan dalam mall.

Bekisting kolom dilepas ± 2 hari setelah pengecoran dan beton kolom

sudah mengeras.

Gambar 4.7. Pengecoran Kolom

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.8. Kolom mengeras

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Page 91: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

91 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

4.3. PEKERJAAN BALOK

4.3.1. Persiapan Pekerjaan

Pekerjaan balok meliputi persiapan dan pelaksanaan yang sama dengan

pekerjaan kolom bertulang. Tahap persiapan pada pekerjaan beton bertulang ini

terbagi menjadi beberapa pekerjaan awal, antara lain :

a. Perakitan Bekisting

b. Pekerjaan Pembesian Balok

c. Pencampuran Beton

Pada persiapan pekerjaan balok beton bertulang, pekerjaan meliputi perakitan

besi/ penulangan, bekisting, dan pencampuran beton dilakukan di tempat di mana

pekerjaan beton bertulang dilaksanakan.

4.3.2. Perakitan Bekisting

Material yang dipakai dalam pembuatan mal/ cetakan beton pada balok diuraikan

sebagai berikut :

Alat Keterangan

Papan Kayu Racuk

Sebagai media utama bekisting

Paku

Untuk merekatkan satu bagian ke bagian

lain

Page 92: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

92 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Gergaji

Untuk memotong kayu ataupun

bekisting lain yang sudah pernah di

gunakan untuk dapat di gunakan lagi

Palu

Untuk memaku bagian per bagian dari

bekisting

4.3.3. Pekerjaan Pembesian Balok

Pekerjaan pembesian meliputi pengadaan, pembengkokan, dan

pemasangan tulangan. Dalam pembangunan Proyek Pembangunan Gedung

Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas

Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera

Bagian Tengah proses pembesiannya adalah sebagai berikut :

1. Pengadaan Barang

Adapun besi yang di pakai pada pembangunan Proyek Pembangunan Gedung

Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas

Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera

Bagian Tengah adalah sebagai berikut :

Bahan Keterangan

Besi Baja Ulir Ø 19 mm

Besi yang digunakan antara lain Besi Baja Ulir Ø

19 mm

Sengkang Ø 10mm Sengkang Ø 10 mm untuk sengkang

Tabel 4.5. Alat Perakitan Bekisting

Tabel 4.6. Tulangan Kolom

Page 93: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

93 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

2. Pemotongan dan Pembengkokan Besi

Alat – alat yang digunakan pada proses pembengkokan besi di Proyek

Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba

Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian

Selatan dan Sumatera Bagian Tengah adalah :

Alat Keterangan

Meteran

Untuk mengukur panjang material/ besi

yang di butuhkan

Gunting besi

Untuk memotong besi secara manual

Pembengkok besi/ statu

Untuk membengkokan besi

Tabel 4.7. Alat Pembengkok dan pemotong tulangan

kolom

Page 94: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

94 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

4.3.5. Pemotongan Besi

Pemotongan besi dilakukan dengan menggunakan gerinda. Pada umumnya

besi yang di potong kemudian akan di bengkokkan ujungnya menggunakan alat

yang disebut statu/ pembengkok besi.

4.3.6. Pembengkokan besi

Pembengkokkan besi menggunakan alat yang disebut statu. Besi yang

menyusun balok terdiri dari tulangan utama dan tulangan sengkang. Pada ujung

besi tersebut dibengkokan 90ᵒ yang bertujuan tempat penyatuan antara balok dan

kolom. Pada tulangan sengkang besi polos dibentuk menjadi segi empat sesuai

ukuran. Tulangan sengkang biasanya disebut begel atau cincin.

Gambar 4.2. Pemotongan besi

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.3. Pembengkokan besi

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Page 95: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

95 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

4.3.7. Pengecoran Beton

Alat – alat dan bahan – bahan yang digunakan :

Material Keterangan

Adonan Ready Mix

Adonan beton yang telah jadi

tinggal pakai

Vibrator

Untuk membantu pemadatan saat

pengecoran

4.4. Pekerjaan Bekisting Balok

Dalam pekerjaan bekisting, ada beberapa bagian penting, yaitu :

Mall : Papan kayu racuk ukuran 72 x 30 cm

Balok induk berukuran 70 x 30 cm

Kayu dan plywood di ukur sesuai dengan ukuran balok

Gelam dipersiapkan untuh menahan beban dari bekisting balok, sehingga

bekisting dapat dirakit satu sama lain

Proses perakitan balok sama dengan perakitan kolom. Berikut tahaapan dalam

perakitan balok.

Tabel 4.8. Alat dan Bahan Pengecoran

Page 96: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

96 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Tulangan utama menggunakan besi Ø 19mm. Besi terlebih dahulu

dipotong dengan panjang yang telah ditentukan, kemudian pada ujung besi

dibengkokkan 90ᵒ yang bertujuan tempat enyatuan antara balok dan

kolom.

Sengkang dibuat dari besi polos berukuran Ø 10mm. Besi di bentuk

persegi dengan menggunakan statu. Sengkang di buat persegi.

Tulangan utama berupa besi ulir Ø 19mm dipasang secara horizontal, dan

disambungkan dengan besi ulir atau tulangan sambungan yang telah di

persiapkan pada kolom. Tulangan sambungan kemudian disambungkan

dengan tulangan utama dengan cara diikat dengan kawat

Besi ulir di tahan menggunakan balok kayu diatas bekisting balok. Hal ini

ditujukan agar mempermudah perakitan pembesian atau tulangan balok.

Setelah tulangan utama disusun horizontal maka di masukkan cincin/begel

yang akan disusun dengan jarak 12cm antar cincin/begel, pengukuran

dilakukan dengan cara ditandai dengan kapur, setelah itu tulangan

sengkang dan tulangan utama dirakit dengan cara disambungkan dengan

menggunakan kawat, dimana kawat pengikatnya dibentuk simpul.

Cincin dipasang pada tulangan.

Setelah cincin diikat ke tulangan balok dengan menggunakan kawat

dengan metode simpul ikat.

Dan balok siap diturunkan di bekisting.

Gambar 4.7. Bekisting siap di cor

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Page 97: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

97 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

4.4.1. Pekerjaan Pengecoran Balok

Setelah proses pembuatan bekisting balok selesai. Langkah selanjutnya yaitu

pengecoran. Pengecoran balok dilakukan bersamaan dengan pengecoran plat

lantai.

4.5. PEKERJAAN PLAT LANTAI

4.5.1. Pelaksanaan Pekerjaan Plat Lantai

Proses pembesian plat lantai pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun

Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT.

Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah

dilakukan dengan tahap berikut :

Mempersiapkan alat dan material yang diperlukan dalam proses

penulangan antara lain : tulangan baja, gunting kawat, gunting baja, kawat,

alat pembengkok tulangan/ statu.

Meluruskan baja ukuran Ø 8mm yang terlipat, sekaligus melakukan

pemotongan pada baja. Baja ini kemudian digunakan sebagai tulangan

utama opada plat lantai.

4.5.2. Pekerjaan Bekisting Plat Lantai

Pekerjaan bekisting plat lantai dilakukan bersamaan dengan bekisting balok.

Adapun material yang digunakan dalam pembuatan bekisting plat lantai sebagai

berikut :

Plywood 12 mm

Rangka pengaku : balok kayu

Kayu gelam

Page 98: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

98 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Tahapan pekerjaan bekisting plat lantai adalah sebagai berikut :

Pengukuran kayu dan plywood sesuai dengan ukuran.

Plywood dan kayu dipotong sesuai dengan kebutuhan menggunakan

gergaji.

Gelam disiapkan dan di paku pada kolom lantai memenuhi lantai

sebelumnya.

Setelah kuda – kuda dipastikan kuat, bekisting balok di persiapkan.

Bekisting balok dan plat lantai dikerjakan secara bersama – sama.

Setelah bekisting siap, papan disusun memenuhi jarak antar bekisting

balok. Papan disusun di atas gelam agar dapat menahan plywood yang

biasa disebut suri - suri atau rangka pengaku, lalu kayu dan plywood

disambung dengan menggunakan paku.

Plywood kemudian di lintangkan di atas suri – suri atau papan yang telah

di persiapkan sebagai kuda – kuda plat lantai.

4.5.3. Pekerjaan Tulangan Plat Lantai

Jenis tulangan yang digunakan pada lantai adalah besi polos yang di rangkai

dua lapis, yaitu tulangan atas dan tulangan bawah. Tulangan atas ada plat lantai

merupakan tulangan yang menerima gaya tarik sedangkan tulangan bawah

merupakan tulangan yang menerima gaya tekan.

Gambar 4.9. Perakitan Bekisting Plat Lantai

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Page 99: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

99 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Tulangan polos yang digunakan pada plat lantai adalah besi Ø 8mm. Jarak

renggang tulangan adalah 20 cm.

Tulangan cakar ayam berfungsi sebagai pengaku/ jarak penahan antara

tulangan atas dan tulangan bawah. Dimana tinggi cakar ayam tersebut adalah 7cm.

Tebal plat lantai yang dikehendaki adalah 12cm.

Tahapan pelaksanaan pembesian plat lantai sebagai berikut :

Besi polos Ø 8mm dipotong sesuai dengan panjang yang telah ditentukan.

Besi polos di susun secara berjajar. Besi polos dibengkkokan terlebih

dahulu ujung ujungnya.

Besi polos disusun secara melintang, kemdian di ikat dengan besi yang

telah disusun memanjang. Sehingga terbentuk persegi – persegi kecil yang

berukuran 20 cm, kemudian pertemuan antar besi di buat simpul dengan

menggunakan kawat.

Pada ujung – ujung tulangan pada bagian tepi plat lantai di ikat pada

tulangan balok dengan menggunakan kawat ikat/bendrad. Sebelumnya

juga dibuat bengkokan/ kromo pada ujung – ujung tulangan, yang akan

menjadi tepi plat lantai. Hal ini dilakukan selain untuk kerapian juga untuk

menciptakan ketebalan tertentu pada plat lantai.

Setelah lapisan bawah selesai, tulangan besi dirakit kembali dengan cara

serupa, namun di letakkan bergantian dengan lapisan tulang besi di

bawahnya.

Gambar 4.10. Lapisan bawah tulangan

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Page 100: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

100 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Setelah lapisan kedua selesai, kedua lapisan tulangan dipisahkan dengan

cakar ayam dan pada bekisting diberikan batu koral saat akan dilakukan

pengecoran.

4.5.4. Pengecoran Plat Lantai

Pengecoran balok dan plat lantai dilakukan secara bersamaan. Hal yang

menjadi perhatian dalam pekerjaan pengecoran adalah lama pengecoran,

banyaknya tenaga kerja, dan alat angkut serta luasan bidang yang akan di cor.

Tahapan pengecoran balok dan plat lantai adalah sebagai berikut :

Pembersihan plat lantai dan bekisting dari sampah dan kawat – kawat.

Pengecoran dengan mobil ready mix.

Gambar 4.12. Tulangan Plat Lantai siap cor

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.11. Cakar Ayam pada tulangan plat lantai

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.13. Proses Pengecoran Ready mix

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Cakar Ayam

Page 101: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

101 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

Proses pengecoran juga menggunakan vibrator untuk meratakan adukan

coran beton.

Proses perataan Coran

Gambar 4.14. Penggunaan Mesin Vibrator

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.15. Perataan Coran

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Page 102: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

102 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

BAB V

PENUTUP

5.1. Pekerjaan Kolom

Pekerjaan kolom meliputi :

1. Pekerjaan Pembesian Kolom

2. Pekerjaan Bekisting Kolom

3. Pekerjaan Pengecoran

5.1.1. Analisia Pekerjaan Pembesian Kolom

N

O.

ANALISA

TEORI LAPANGAN KETERANGAN

1. Marking sepatu kolom sebagai

batas bekisting kolom

(BAB 3, HAL. 31)

Ada marking bekisting. Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

2. Pasang sepatu kolom pada stek

tulangan utama atau tulangan

sengkang.

(BAB 3, HAL. 31)

Ada sepatu kolom Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

3. Buat rangkaian kolom dan

sengkang

(BAB 3, HAL. 31)

Rangkaian kolom dan

sengkang dibuat

Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

4. Pengkaitan antara stek kolom

dan besi kolom.

(BAB 3, HAL. 31)

Pengkaitan antara stek

kolom dan besi kolom.

Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

5. Pasang sengkang pada

tulangan kolom

(BAB 3, HAL. 31)

Pasang sengkang pada

tulangan kolom.

Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

Page 103: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

103 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

6. Besi siap di pasang bekisting.

(BAB 3, HAL. 31)

Besi siap di pasang

bekisting.

Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

Kesimpulan Pekerjaan Pembesian Kolom :

Semua proses pekerjaan pembesian kolom di lapangan sesuai dengan

teori.

5.1.2. Analisa Pekerjaan Bekisting Kolom

N

O.

ANALISA

TEORI LAPANGAN KETERANGAN

1. Pasangan badan bekisting

kolom sesuai dengan marking

sepatu kolom yang sudah ada.

(BAB 3, HAL. 31)

Pemasangan marking hanya

menggunakan spidol/ kapur.

Pemasangan marking hanya

menggunakan spidol/ kapur.

2. Pemasangan kepala dan badan

bekisting kolom.

(BAB 3, HAL. 31)

Ada kepala kolom Ada kepala kolom

3. Bekisting di paku satu sama

lain dan di beri klem.

(BAB 3, HAL. 31)

Bekisting di paku satu sama

lain dan di beri klem.

Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

4. Bekisting di pasangi skoor agar

tidak berubah posisi.

(BAB 3, HAL. 31)

Bekisting di pasangi skoor

agar tidak berubah posisi.

Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

5. Bekisting diteliti kelurusannya

dengan teodolith.

(BAB 3, HAL. 32)

Bekisting diteliti

kelurusannya dengan

menggunakan batu bata.

Beda alat pengukurnya. Teori

menyuruh menggunakan

teodolith tetapi pada

Tabel 5.1. Analisa Pekerjaan Pembesian Kolom

Sumber : Analisa Pribadi

Page 104: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

104 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

pelaksanaan di lapangan

hanya menggunakan batu

bata

Kesimpulan Pekerjaan Bekisting Kolom :

Di lapangan batasan bekisting hanya menggunakan marking

spidol/kapur, maka pekerjaan bekisting di lapangan kurang rapi karena

tidak menggunakan sepatu kolom.

Saat bekisting sudah dipasang, tidak menggunakan teodolith untuk

mengukur kelurusan dari tegak kolom tetapi menggunakan rangkaian

bata yang dipasang kawat lalu dari kawat tersebut di ukur

kelurusannya. Jarak atas dan jarak bawah bekisting harus sama.

5.1.3. Analisa Pekerjaan Pengecoran Kolom

N

O.

ANALISA

TEORI LAPANGAN KETERANGAN

1. Pengecoran dilakukan dengan

bucket dan di hubungkan

dengan pipa tremi

(BAB 3, HAL. 32)

Pengecoran dilakukan dengan

ready mix

Antara Teori dan

Pelaksanaan di

Lapangan Sesuai.

2. Lakukan pemadatan dengan

vibrator.

(BAB 3, HAL. 32)

Lakukan pemadatan dengan

vibrator

Antara Teori dan

Pelaksanaan di

Lapangan Sesuai.

3. Bongkar badan bekisting

sehingga meninggalkan kepala

bekisting kolom.

Bongkar badan bekisting

sehingga meninggalkan

kepala bekisting kolom.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di

Lapangan Sesuai.

Tabel 5.2. Analisa Pekerjaan Bekisting Kolom

Sumber : Analisa Pribadi

Page 105: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

105 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

(BAB 3, HAL. 32)

4. Hasil pengecoran mulus, tidak

keropos, dan tidak nge-plint.

(BAB 3, HAL. 32)

Hasil pengecoran mulus,

tidak keropos, dan tidak nge-

plint.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di

Lapangan Sesuai.

Kesimpulan Pekerjaan Pengecoran Kolom :

Semua kegiatan pekerjaan pengecoran kolom di lapangan sesuai

dengan teori.

5.2. Pekerjaan Balok

Pekerjaan Balok meliputi :

1. Pekerjaan Pembesian Kolom

2. Pekerjaan Bekisting Kolom

3. Pekerjaan Pengecoran

5.2.1. Analisa Pekerjaan Pembesian Balok

N

O.

ANALISA

TEORI LAPANGAN KETERANGAN

1. Besi disiapkan dan di

bersihkan dari kotoran.

(BAB 3, HAL. 36)

Besi disiapkan dan di

bersihkan dari kotoran.

Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

2. Penulangan balok di

kerjakan berdekatan dengan

bekistingnya

(BAB 3, HAL. 36)

Penulangan balok di

kerjakan berdekatan

dengan bekistingnya

Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

3. Rangka tulangan yang tidak Rangka tulangan yang Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

Tabel 5.3. Analisa Pekerjaan Pengecoran Kolom

Sumber : Analisa Pribadi

Page 106: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

106 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

cukup panjang di sambung

dengan tulangan ekstra.

(BAB 3, HAL. 36)

tidak cukup panjang di

sambung dengan tulangan

ekstra.

4. Tulangan bagian atas

disimpulkan.

(BAB 3, HAL. 36)

Tulangan bagian atas

disimpulkan.

Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

5. Tulangan bagian bawah

disimpulkan.

(BAB 3, HAL. 36)

Tulangan bagian bawah

disimpulkan.

Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

6. Tulangan dimasukkan

kedalam bekisting

(BAB 3, HAL. 36)

Tulangan dimasukkan

kedalam bekisting

Antara Teori dan Pelaksanaan

di Lapangan Sesuai.

Kesimpulan Pekerjaan Pembesian Balok :

Semua proses pekerjaan pembesian Balok di lapangan sesuai dengan

teori.

5.2.2. Analisa Pekerjaan Bekisting Balok

N

O.

ANALISA

TEORI LAPANGAN KETERANGAN

1. Balok penyanga di persiapkan.

(BAB 3, HAL. 36)

Balok penyanga di

persiapkan.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

2. Bodeman di pasang diatas

balok suri.

(BAB 3, HAL. 36)

Bodeman di pasang diatas

balok suri.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

3. Pemasangan bekisting kontak Pemasangan bekisting kontak Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Tabel 5.4. Analisa Pekerjaan Pembesian Balok

Sumber : Analisa Pribadi

Page 107: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

107 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

pipi.

(BAB 3, HAL. 36)

pipi. Sesuai.

4. Pemasangan skoor.

(BAB 3, HAL. 36)

Pemasangan skoor. Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

5. Bekisting balok siap dipakai.

(BAB 3, HAL. 36)

Bekisting balok siap dipakai. Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

Kesimpulan Pekerjaan Bekisting Balok :

Semua kegiatan pekerjaan bekisting balok di lapangan sesuai dengan

teori.

5.3. Pekerjaan Plat Lantai

Pekerjaan Balok meliputi :

1. Pekerjaan Pembesian Kolom

2. Pekerjaan Bekisting Kolom

3. Pekerjaan Pengecoran

5.3.1. Analisa Pekerjaan Pembesian Plat Lantai

N

O.

ANALISA

TEORI LAPANGAN KETERANGAN

1. Lakukan pengukuran jarak sumbu

ke sumbu tulangan

(BAB 3, HAL. 41)

Lakukan pengukuran jarak

sumbu ke sumbu tulangan

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

2. Pasang lapisan tulangan pertama,

kemudian diikat.

Pasang lapisan tulangan

pertama, kemudian diikat.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

Tabel 5.5. Analisa Pekerjaan Bekisting Balok

Sumber : Analisa Pribadi

Page 108: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

108 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

(BAB 3, HAL. 41)

3. Pemasangan lapisan tulangan

kedua, dan di ikat.

(BAB 3, HAL. 41)

Pemasangan lapisan tulangan

kedua, dan di ikat.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

4. Pasang support atau ganjalan –

ganjalan (support tradisi, gelgar,

rak, atau garis.)

(BAB 3, HAL. 41)

Support tradisi yang dipakai

(cakar ayam)

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

5. Pasang penahan jarak minimal 2

per m² bekisting atau lantai kerja.

(BAB 3, HAL. 41)

Penahan yang digunakan batu

koral.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

Kesimpulan Pekerjaan Pembesian Plat Lantai :

Semua proses pekerjaan pembesian plat lantai di lapangan sesuai

dengan teori.

5.3.2. Analisa Pekerjaan Bekisting Plat Lantai

N

O.

ANALISA

TEORI LAPANGAN KETERANGAN

1. Balok penyanga di persiapkan.

(BAB 3, HAL. 40)

Balok penyanga di

persiapkan.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

2. Tentukan sumbu dan elevasi balok

dengan cara memakai titik acuan

elevasi (yang ada pada kolom) lalu

di ukur dengan meteran untuk

mendapatkan balok yang memadai.

Sumbu dan elevasi balok

ditentukan dengan cara

memakai titik acuan elevasi

(yang ada pada kolom) lalu

di ukur dengan meteran

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

Tabel 5.6. Analisa Pekerjaan Pembesian Plat Lantai

Sumber : Analisa Pribadi

Page 109: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

109 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

(BAB 3, HAL. 40) untuk mendapatkan balok

yang memadai.

3. Pasang balok – balok kayu diatas

perancah dengan acuan.

(BAB 3, HAL. 40)

Pasang balok – balok kayu

diatas perancah dengan

acuan.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

4. Pengerjaan suri – suri.

(BAB 3, HAL. 40)

Pengerjaan suri – suri. Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

5. Plywood dipersiapkan dan di paku

di atasnya.

(BAB 3, HAL. 41)

Plywood dipersiapkan dan

di paku di atasnya.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

6. Pengecekan dengan waterpass.

(BAB 3, HAL. 41)

Pengecekan dengan

waterpass.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

Kesimpulan Pekerjaan Bekisting Plat Lantai :

Semua kegiatan pekerjaan bekisting plat lantai di lapangan sesuai

dengan teori.

5.3.3. Analisa Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai

N

O.

ANALISA

TEORI LAPANGAN KETERANGAN

1. Bekisting di bersihkan dari sisa

– sisa kotoran.

(BAB 3, HAL. 41)

Bekisting di bersihkan dari sisa

– sisa kotoran.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

2. Beton ready mix dari concrete

mixer truck dilakukan pengujian

slump.

Beton ready mix dari concrete

mixer truck dilakukan

pengujian slump.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

Tabel 5.7. Analisa Pekerjaan Bekisting Plat Lantai

Sumber : Analisa Pribadi

Page 110: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

110 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

(BAB 3, HAL. 41)

3. Setelah beton ready mix keluar

dari pipa baja kemudian di

ratakan dengan penggaruk.

(BAB 3, HAL. 41)

Setelah beton ready mix keluar

dari pipa baja kemudian di

ratakan dengan penggaruk.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

4. Hasil pengecoran mulus, tidak

keropos, dan tidak nge-plint.

(BAB 3, HAL. 41)

Hasil pengecoran mulus, tidak

keropos, dan tidak nge-plint.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

5. Gunakan concrete vibrator untuk

memadatkan beton.

(BAB 3, HAL. 41)

Gunakan concrete vibrator

untuk memadatkan beton.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

6. Adukan diratakan dengan kayu

perata sesuai dengan tinggi peil

yang ditentukan.

(BAB 3, HAL. 41)

Adukan diratakan dengan kayu

perata sesuai dengan tinggi peil

yang ditentukan.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

7. Setelah 3 hari, bekisting plat

lantai bisa di bongkar dan

bekisting balok dapat dibongkar

setelah 7 hari.

(BAB 3, HAL. 41)

Setelah 3 hari, bekisting plat

lantai bisa di bongkar dan

bekisting balok dapat

dibongkar setelah 7 hari.

Antara Teori dan

Pelaksanaan di Lapangan

Sesuai.

Kesimpulan Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai :

Semua kegiatan pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai di

lapangan sesuai dengan teori.

Tabel 5.8. Analisa Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai

Sumber : Analisa Pribadi

Page 111: Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang

Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.

111 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022

5.4. Kesimpulan Pekerjaan secara keseluruhan

Setelah mempelajari teori dari tinjauan pustaka literatur dan melakukan

pengamatan langsung pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun

Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT.

Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah,

penulis menemukan adanya perbedaan dan persamaan antara kenyataan yang

terjadi pada proses pekerjaan di lapangan dengan literatur dan teori yang pernah di

pelajari.

Perbedaan antara teori dan proses pelaksanaan di lapangan sering terjadi.

Perbedaan antara teori dan proses pelaksanaan di lapangan yang tercipta memang

akan menimbulkan dampak yang buruk atau hasil yang tidak maksimal dan

memuaskan serta dapat menghambat pekerjaan. Namun, ada baiknya ada solusi

terbaik untuk menyelaraskan perbedaan antara teori dan proses pelaksanaan di

lapangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan serta tidak

akan menghambat pekerjaan.