LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

40
1 LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Jaringan Fiber Optik TAHUN ANGGARAN 2018 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN JAYAWIJAYA

Transcript of LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

Page 1: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

1

LAPORAN KEGIATAN

CV YASA INTI CONSULTAN

Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Jaringan Fiber

Optik

TAHUN ANGGARAN 2018

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

KABUPATEN JAYAWIJAYA

Page 2: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

a. Dasar Hukum

i. Inpres No.3 Tahun 2003 , Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan Electronic Government.

ii. Perpres RI Nomor 96 Tahun 2014 Tentang Rencana Pitalebar Indonesia

2014 – 2019

b. Alasan Kegiatan Dilaksanakan

Dalam rangka menunjang implementasi e-government serta meningkatkan

pelayanan publik di kabupaten Kabupaten Jayawijaya harus di dukung

dengan infrastruktur TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang

memadai, salah satu infrastruktur yang sangat penting saat ini adalah

Infrastruktur untuk komunikasi data, voice dan video.

Tidak ada teknologi lagi yang bisa kita gunakan secara baik yaitu

dengan teknologi media kabel Fiber Optik (disingkat FO). Mengapa kita

harus menggunakan Media Fiber Optik ?, Karena Fiber Optic memiliki

lebar pita frekwensi (badwith) yang lebar, Frekwensi Fiber Optic seitar

1013 hingga 1016 Hz hal ini mendeteksi sinar infra merah, Bekerja pada

daerah frekuensi tinggi maka jumlah informasi yang dibawa akan lebih

banyak sehingga dapat menyalurkan informasi dengan kecepatan sangat

tinggi. Dengan kemampuan fiber OPTIK dalam menyalurkan sinyal

frekuensi tinggi sangat cocok dengan pengiriman sinyal digital pada

sistem multipleks digital dengan kecepatan dari beberapa Mb/s hingga

Gb/s, Diameter kabel fiber optik lebih kecil dibandingkan dengan kabel

tembaga dan juga lebih ringan, Redaman kecil sehingga ruas pengulang

menjadi lebih panjang. Perkembangan serat optik saat ini telah

menghasilkan produksi dengan redaman yang sangat rendah dibandingkan

dengan kabel yang terbuat dari tembaga, Aman dari bahaya listrik. Terbuat

dari kaca atau plastik sehingga tidak dapat dialiri arus listrik sehingga

terhindar terjadinya hubungan pendek, Tahan temperature tinggi. Bahan

silica mempunyai titik leleh kira-kira 1900° C dan ini sangat jauh diatas

Page 3: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

3

titik leleh tembaga hingga cocok dipergunakan pada daerah yang rawan

terhadap temperature tinggi.

Secara empiris, apabila infrastruktur fiber optic ini sudah di gelar terutama

untuk koneksi government to government (G to G) dapat mendorong

aktivitas sosial dan ekonomi secara paralel di karenakan pelayanan publik

yang sudah optimal. Bahkan apabila infrastruktur fiber optic ini di

manfaatkan oleh pihak swasta atau kalangan dunia usaha dari aspek ekonomi,

yang diuntungkan tidak saja pemerintah, tetapi juga masyarakat dan dunia

usaha. Selain itu, beberapa aplikasi terkait e-government yang memiliki proses

yang kompleks membutuhkan jalur pengiriman data yang besar agar informasi

yang diperlukan itu harus dapat diperoleh dengan cepat dan akurat.

1.2 Maksud , Tujuan dan Sasaran

a. Maksud dan tujuan Kegiatan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan pekerjaan Perencanaan

Pembangunan Infrastruktur Jaringan Fiber Optik di Kabupaten Jayawijaya

adalah dalam rangka menyiapkan dokumen lelang berupa gambar rencana,

spesifikasi teknis, rencana anggaran biaya dan tahapan kerja pada lokasi

rencana pembangunan infrastruktur jaringan fiber optic serta pemasangan

dan instalasi perangkat aktif. Tujuan dari Perencanaan DED pembangunan

infrastruktur jaringan Fiber optic di Kabupaten Jayawijaya ini adalah agar

tersedianya dokumen Perencanaan sebelum pelaksanaan pembangunan

infrastruktur jaringan fiber optik .

b. Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan ini adalah :

i. Tersedianya bentuk dan konsep desain model Topology koneksi cable

fiber optic kondisi yang ada di area Kabupaten Jayawijaya;

ii. Membuat Metode pelaksanaan penarikan, penggalian, pemasangan dan

instalasi active device, dengan memperhatikan keberadaan sarana dan

prasarana yang telah ada;

iii. Tersedianya gambar pra-rencana (Basic disain), Perkiraan anggaran

biaya dan spesifikasi teknis terhadap usulan rencana disain;

iv. Tersusunnya kesimpulan dan rekomendasi.

Page 4: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

4

1.3 Lokasi Kegiatan yang Dilaksanakan

Lokasi kegiatan pada OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jayawijaya.

1.4 Sumber Pendanaan

Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan: Dana Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Jayawijaya

1.5 Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen

Nama Pejabat Pembuat Komitmen: Nurazizah Ramlan, ST. Satuan Kerja:

Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Jayawijaya

1.6 Lingkup Pekerjaan dan Indikator Pekerjaan

Ruang Lingkup kegiatan/pekerjaan dan indikator pekerjaan pembangunan

Infrastruktur Jaringan Fiber Optik pada 24 OPD di Kabupaten Jayawijaya. Ada

pun tahapan pekerjaannya antara lain: a. Melakukan survey data-data

sekunder untuk kebutuhan pekerjaan, b. Melakukan survey untuk perencanaan

terdiri dari: Survey rencana penarikan kabel fiber optic berdasarkan panjang

kabel yang di butuhkan, seperti Pengukuran lahan yang dibutuhkan alat Total

Station, GPS Handled, Role Meter dan Kamera Digital, Penyusunan gambar

alat yang dibutuhkan laptop dilengkapi dengan aplikasi Autocad/ Aplikasi GIS

, Printer A3 dan A4; Survey kebutuhan perangkat aktif device yang bisa

memenuhi kebutuhan di sesuaikan dengan spesifikasi yang akan disiapkan ,

dan Survey bentuk/model topologi network fiber optik di 24 OPD.

Menyusun dokumen-dokumen seperti yang dimaksud pada Bab Hasil/Keluaran

Kegiatan yaitu :

i. Dokumen Laporan Pendahuluan yang berisi tentang Metodologi Kegiatan,

Jadwal Pelaksanaan, Struktur Organisasi Pelaksanaan, Hasil survey awal

pendahuluan metode pemasangan FO dan Penentuan jalur FO, penentuan aktiv

device jaringan yang akan di detail desain-kan

ii. Dokumen Laporan Akhir yang berisi tentang: Konsep dan metodologi

Detail Desain dan menentukan Topology Network Fiber Optic dan

Perangkat aktif yang akan digunakan, Laporan Hasil Survey berupa peta

topology jaringan dan Penjelasan pelaksanaan kegiatan

iii. Dokumen Detail Engineering Design yang terdiri dari: Proyeksi Panjang

kabel yang harus kita gunakan, Spesifikasi kabel yang akan kita gunakan

yang di sesuaikan dengan kebutuhan, Spesifikasi perangkat aktif yang akan

Page 5: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

5

digunakan, Metode pelaksanaan penarikan kabel FO, Metode Pelaksanaan

Instalasi dan configurasi perangkat aktif , Tipikal mock up Topology Network,

Posisi Perangkat aktif, Detail rencana jalur Fiber Optic dan menentukan

feeder pada setiap segmentnya dan Bill Of Quantity dan RAB

1.7 Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa

Konsultan penyedia jasa diberikan kewenangan untuk melakukan Survey dan

Pemetaan Topology Network, dan membuat Laporan Hasil Pekerjaan.

1.8 Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan

60 (enam puluh) hari kalender

1.9 Personil

a. Tenaga Ahli

Tenaga Ahli/Professional

Staff

Jumlah Kualifikasi

Team Leader 1 Pendidikan S2 TI, memiliki

pengalaman menjadi Project

Manajer, pengalaman minimal 7

tahun

Ahli Jaringan Komputer 1 Pendidikan Minimal S1 Bidang

TI/TK/SI/Telekomunikasi,

memiliki sertifikat teknisi jaringan

komputer, pengalaman minimal 2

tahun

Ahli Network Device 1 Pendidikan Minimal S1 Bidang

TI/TK/TE/SI/Telekomunikasi ,

memiliki sertifikat junior network

administrator , Pengalaman

minimal 2 tahun.

b. Staf Pendukung

Staf Pendukung Jumlah Kualifikasi

Surveyor 1 Pendidikan Minimal SMA/SMK

Tenaga Administrasi 1 Pendidikan Minimal D3 Bidang

Adminsitrasi

1.10 Jadwal Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

Page 6: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

6

BAB II

METODOLOGI KEGIATAN

2.1 Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik atau eGovernment

Instruksi Presiden (Inpres) No 3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan e-Government, telah mengamanatkan, diantaranya kepada setiap

Gubernur dan Bupati/Walikota untuk mengambil langkah-langkah nyata yang

diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangannya masing-masing guna

terlaksananya pengembangan e-Government secara nasional. Menurut Inpres tersebut,

pengembangan e-Government merupakan upaya untuk mengembangkan

penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam

rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui

pengembangan e-Government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja

di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan TIK. Dokumen

Cetak biru (blue-print) Sistem Aplikasi E-Government bagi Lembaga Pemerintah

Daerah [Kemkominfo, 2003] menyatakan bahwa melaksanakan e-Government berarti

menyelenggarakan roda pemerintahan dengan bantuan (memanfaatkan) teknologi

TIK. Dalam arti kata lain, adalah melakukan transformasi dengan proses kerja ke

sistem berbasis elektronik. (Lihat Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Transformasi Menuju e-Government

Page 7: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

7

Beberapa contoh fungsi kepemerintahan yang penyelenggaraannya dapat

dibantu melalui sistem elektronik adalah pelayanan masyarakat, kepegawaian,

keuangan daerah, pengelolaan aset dan sebagainya. Pemanfaatan TIK adalah kunci

dalam konsep dan implementasi e-Government. Ini artinya bahwa akan ada unsur-

unsur TIK seperti sistem aplikasi, sistem infrastruktur, jaringan telematika dan lain-

lain yang dipakai dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Beberapa hal

mendasar tentang pemanfaatan TIK ini berkaitan dengan: penggunaan internet,

penggunaan infrastruktur telematika, penggunaan sistem aplikasi, standarisasi

metadata, transaksi dan pertukaran data elektronik dan sistem dokumentasi elektronik.

Selanjutnya untuk menjamin keterpaduan serta interoperabilitas inter komponen

dalam sistem e-Government dan juga antar sistem e-government itu sendiri, maka

perencanaan dan pengembangan e-Government perlu dirumuskan dalam kerangka

arsitektur e-Government, seperti diilustrasikan dalam Gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2 2. Kerangka Arsitektur e-Government

Page 8: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

8

Cetak biru sistem aplikasi e-Government disusun berdasarkan pendekatan

fungsional layanan dari sistem kepemerintahan yang harus diberikan oleh suatu

Pemda kepada masyarakatnya, dan urusan administrasi serta fungsi lain yang

berhubungan dengan kelembagaan Pemda, yang diperlukan guna terselenggaranya

sistem kepemerintahan daerah. Dengan menggunakan pendekatan fungsi pelayanan,

maka fungsi kepemerintahan yang ada dikelompokkan menjadi blok-blok fungsi dasar

umum (seperti pelayanan, administrasi, manajemen, pembangunan, keuangan dan

kepegawaian) dan fungsi lainnya, khususnya yang berkaitan dengan fungsi kedinasan

dan kelembagaan. Cetak biru sistem aplikasi e-Government juga disusun berdasarkan

pendekatan terhadap orientasi layanan yang disediakan sistem, apakah untuk internal

pemerintahan atau masyarakat. Juga apakah fungsi utama sistem tersebut terutama

disajikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik instansi pemerintah tertentu atau untuk

kebutuhan yang sifatnya umum dan/atau mendasar.

Untuk menampung semua kepentingan dan fungsi kepemerintahan dan

keperluan pelayanan kepada masyarakat, maka diusulkan suatu peta solusi aplikasi e-

government. (Lihat Gambar 2.3)

Gambar 2.3 Peta Solusi Aplikasi e-Government

Pada peta solusi aplikasi e-government, sistem aplikasi dikelompokkan melalui

pendekatan matrik antara orientasi fungsi layanan dan sifat fungsi sistem aplikasi

tersebut. Melalui pendekatan ini, sistem aplikasi dikelompokkan dalam 3 (tiga)

kelompok sebagai berikut:

Page 9: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

9

a. Kelompok sistem aplikasi yang orientasi fungsinya langsung memberikan

pelayanan kepada penggunanya (aplikasi front office)

b. Kelompok sistem aplikasi yang orientasi fungsinya lebih banyak ditujukan untuk

memberikan bantuan pekerjaan yang bersifat administrasi kepemerintahan, serta

fungsi-fungsi kedinasan dan kelembagaan (aplikasi back-office).

c. Kelompok sistem aplikasi yang fungsi layanannya bersifat mendasar dan umum,

diperlukan oleh setiap pengguna, atau setiap sistem aplikasi lain yang lebih

spesifik. Sifat layanan aplikasi dasar biasanya back-office.

Gambar 2.4 Layanan e-Government berdasarkan orientasi pengguna

Untuk setiap kelompok sistem tersebut diatas, masing-masing dibagi lagi ke dalam

empat sub-grup berdasarkan orientasi pengguna yang dilayaninya sebagai berikut:

a. Kelompok sistem aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani

kebutuhan dan kepentingan masyarakat (G2C atau Government to Citizen). Tipe

G2C ini merupakan aplikasi e-Government yang paling umum, yaitu dimana

pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio teknologi informasi

dengan tujuan utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat

(rakyat). Dengan kata lain, tujuan utama dari dibangunnya aplikasi e-Government

bertipe G2C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui

kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah

menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan

sehari-hari. Contoh aplikasinya adalah sebagai berikut: Kepolisian membangun

dan menawarkan jasa pelayanan perpanjangan Surat Ijin Mengemudi (SIM) atau

Page 10: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

10

Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) melalui internet dengan maksud untuk

mendekatkan aparat administrasi kepolisian dengan komunitas para pemilik

kendaraan bermotor dan para pengemudi, sehingga yang bersangkutan tidak

harus bersusah payah datang ke kantor polisi dan antre untuk memperoleh

pelayanan;

b. Kelompok sistem aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani

kebutuhan dan kepentingan kalangan bisnis (G2B atau Government to Business).

Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk sebuah

lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekenomian sebuah negara dapat

berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, entiti

bisnis semacam perusahaan swasta membutuhkan banyak sekali data dan

informasi yang dimiliki oleh pemerintah. Disamping itu, yang bersangkutan juga

harus berinteraksi dengan berbagai lembaga kenegaraan karena berkaitan dengan

hak dan kewajiban organisasinya sebagai sebuah entiti berorientasi profit.

Diperlukannya relasi yang baik antara pemerintah dengan kalangan bisnis tidak

saja bertujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda

perusahaannya, namun lebih jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan

pemerintah jika terjadi relasi interaksi yang baik dan efektif dengan industri

swasta. Contoh dari aplikasi e-Government berjenis G2B ini adalah sebagai

berikut: Para perusahaan wajib pajak dapat dengan mudah menjalankan aplikasi

berbasi web untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan ke

pemerintah dan melakukan pembayaran melalui internet; Proses tender proyek-

proyek pemerintahan yang melibatkan sejumlah pihak swasta dapat dilakukan

melalui website (sehingga menghemat biaya transportasi dan komunikasi), mulai

dari proses pengambilan dan pembelian formulir tender, pengambilan formulir

informasi TOR (Term of Reference), sampai dengan mekanisme pelaksanaan

tender itu sendiri yang berakhir dengan pengumuman pemenang tender; Proses

pengadaan dan pembelian barang kebutuhan sehari-hari lembaga pemerintahan

(misalnya untuk back-office dan administrasi) dapat dilakukan secara efisien jika

konsep semacam e-procurement diterapkan (menghubungkan antara kantor-kantor

pemerintah dengan para supplier-nya);

c. Kelompok sistem aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani

kebutuhan internal lembaga pemerintahan atau kebuthan dari pemerintah daerah

lainnya (G2G atau Government to Government). Di era globalisasi ini terlihat

Page 11: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

11

jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara untuk saling berkomunikasi secara

lebih intens dari hari ke hari. Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah

dengan pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau

diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar

negara dan kerjasama antar entiti-entiti negara (masyarakat, industri, perusahaan,

dan lain-lain) dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi

perdagangan, proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan

lain sebagainya. Berbagai penerapan e-Government bertipe G-to-G ini yang telah

dikenal luas antara lain: Hubungan administrasi antara kantor-kantor pemerintah

setempat dengan sejumlah kedutaan-kedutaan besar atau konsulat jenderal untuk

membantu penyediaan data dan informasi akurat yang dibutuhkan oleh para warga

negara asing yang sedang berada di tanah air; Aplikasi yang menghubungkan

kantor-kantor pemerintah setempat dengan bank-bank asing milik pemerintah di

negara lain dimana pemerintah setempat menabung dan menanamkan uangnya;

Pengembangan suatu sistem basis data intelijen yang berfungsi untuk mendeteksi

mereka yang tidak boleh masuk atau keluar dari wilayah negara (cegah dan

tangkal);

d. Kelompok system aplikasi e-Government yang orientasi fungsinya melayani

kebutuhan internal antar-pegawai dalam lingkup pemerintahan (G2E atau

Government to Employee). Pada akhirnya, aplikasi e-Government juga

diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri

atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan

masyarakat. Berbagai jenis aplikasi yang dapat dibangun dengan menggunakan

format G2E ini antara lain: Sistem pengembangan karir pegawai pemerintah yang

selain bertujuan untuk meyakinkan adanya perbaikan kualitas sumber daya

manusia, diperlukan juga sebagai penunjang proses mutasi, rotasi, demosi, dan

promosi seluruh karyawan pemerintahan; Aplikasi terpadu untuk mengelola

berbagai tunjangan kesejahteraan yang merupakan hak dari pegawai pemerintahan

sehingga yang bersangkutan dapat terlindungi hak-hak individualnya; Sistem

asuransi kesehatan dan pendidikan bagi para pegawai pemerintahan yang telah

terintegrasi dengan lembaga-lembaga kesehatan (rumah sakit, poliklinik, apotik,

dan lain sebagainya) dan institusi-institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi,

kejuruan, dan lain-lain) untuk menjamin tingkat kesejahteraan karyawan beserta

keluarganya; Aplikasi yang dapat membantu karyawan pemerintah dalam

Page 12: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

12

membantu untuk melakukan perencanaan terhadap aspek finansial keluarganya

termasuk di dalamnya masalah tabungan dan dana pensiun; dan lain sebagainya.

Gambar 2.5 Layanan e-Government berdasarkan Kompleksitas dan Manfaat

Dalam implementasinya, dapat dilihat sedemikan beragam tipe pelayanan yang

ditawarkan oleh pemerintah kepada masyarakatnya melalui e-Government. Salah satu

cara mengkategorikan jenis-jenis pelayanan tersebut adalah dengan melihatnya dari

dua aspek utama: Aspek Kompleksitas, yaitu yang menyangkut seberapa rumit

anatomi sebuah aplikasi e-Government yang ingin dibangun dan diterapkan; dan

Aspek Manfaat, yaitu menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan besarnya

manfaat yang dirasakan oleh para penggunanya. Berdasarkan dua aspek di atas, maka

jenis-jenis layanan e-Government dapat dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu:

Publish, Interact, dan Transact.

a. Publish. Jenis ini merupakan implementasi e-Government yang termudah karena

selain layanannya yang berskala kecil, kebanyakan aplikasinya tidak perlu melibatkan

sejumlah sumber daya yang besar dan beragam. Di dalam kelas Publish ini yang

terjadi adalah sebuah komunikasi satu arah, dimana pemerintah mempublikasikan

berbagai data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas

diakses oleh masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet.

Biasanya kanal akses yang dipergunakan adalah komputer atau handphone melalui

medium internet, dimana alat-alat tersebut dapat dipergunakan untuk mengakses situs

(website) departemen atau divisi terkait dimana kemudian user dapat melakukan

browsing (melalui link yang ada) terhadap data atau informasi yang dibutuhkan.

Contoh aplikasi e-Government di dalam kelas ini adalah sebagai berikut: Masyarakat

Page 13: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

13

dapat melihat dan mendownload berbagai produk undang-undang maupun peraturan

pemerintah yang ditetapkan oleh lembaga-lembaga legislatif (DPR), eksekutif

(Presiden dan Kabinet), maupun yudikatif (Mahkamah Agung); Para pengusaha dapat

mengetahui syarat-syarat mendirikan sebuah perusahaan terbatas seperti yang diatur

dalam undang-undang dan bagaimana prosedur pendirian harus dilaksanakan; Rakyat

secara online dan real-time dapat mengetahui hasil sementara pemilihan umum

melalui situs yang dimiliki KPU (Komisi Pemilihan Umum);

b. Interact. Berbeda dengan kelas Publish yang sifatnya pasif, pada kelas Interact

telah terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan mereka yang

berkepentingan. Ada dua jenis aplikasi yang biasa dipergunakan. Yang pertama

adalah bentuk portal dimana situs terkait memberikan fasilitas searching bagi mereka

yang ingin mencari data atau informasi secara spesifik (pada kelas Publish, user hanya

dapat mengikuti link saja). Yang kedua adalah pemerintah menyediakan kanal dimana

masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang berkepentingan,

baik secara langsung (seperti chatting, tele-conference, web-TV, dan lain sebagainya)

maupun tidak langsung (melalui email, frequent ask questions, newsletter, mailing

list, dan lain sebagainya). Contoh implementasinya adalah sebagai berikut: Pasien

dapat berkomunikasi gratis dengan dokter melalui keluhan penyakit yang dideritanya

melalui web-TV (konsep tele-medicine); Departemen-departemen di pemerintahan

dapat melakukan wawancara melalui chatting atau email dalam proses perekrutan

calon-calon pegawai negeri baru; Rakyat dapat berdiskusi secara langsung dengan

wakil-wakilnya di DPR atau MPR melalui email atau mailing list tertentu; Dosen

perguruan tinggi dapat menanyakan dan mencari informasi spesifik mengenai

beasiswa melanjutkan studi di luar negeri yang dikoordinir oleh Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi.

c. Transact. Yang terjadi pada kelas ini adalah interaksi dua arah seperti pada kelas

Interact, hanya saja terjadi sebuah transaksi yang berhubungan dengan perpindahan

uang dari satu pihak ke pihak lainnya (tidak gratis, masyarakat harus membayar jasa

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau mitra kerjanya). Aplikasi ini jauh

lebih rumit dibandingkan dengan dua kelas lainnya karena harus adanya sistem

keamanan yang baik agar perpindahan uang dapat dilakukan secara aman dan hak-hak

privacy berbagai pihak yang bertransaksi terlindungi dengan baik. Contoh aplikasinya

adalah sebagai berikut: Masyarakat dapat mengurus permohonan memperoleh KTP

baru atau memperpanjangnya melalui internet; Para wajib pajak dapat melakukan

Page 14: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

14

pembayaran pajak individu atau perusahaan secara online melalui internet; Melalui

aplikasi e-Procurement, rangkaian proses tender proyek-proyek pemerintah dapat

dilakukan secara online melalui internet; Para praktisi bisnis dapat membeli sejumlah

hasil riset yang relevan dengan kebutuhannya yang ditawarkan dan dijual oleh Badan

Pusat Statistik melalui internet (download); Petani yang baru saja melakukan panen

dapat langsung menjual padinya ke Badan Urusan Logistik melalui internet; Para

pengusaha perkebunan, pertanian, maupun kehutanan dapat secara aktif melakukan

jual beli produknya melalui bursa berjangka dari komputernya masing-masing.

2.2 Tahapan Metodologi Kegiatan

Metodologi yang akan digunakan dalam penyusunan Perencanaan Pembangunan

Infrastruktur Jaringan FO Kabupaten Jayawijaya ini mengacu pada Buku Panduan

Penyusunan Rencana Induk Teknologi Informasi yang dikeluarkan Direktorat

eGovernment, Direktur Jendral Aplikasi Informatika, Kementrian Komunikasi dan

Informatika Republik Indonesia. Gambar tahapan metodologi yang akan dilakukan,

dengan pendekatan masukan, proses dan keluaran dapat dilihat pada Gbr 2.6

Gbr 2.6 Tahapan Metodologi yang akan dilakukan

Page 15: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

15

Berikut adalah penjelasan secara terperinci dari tahap-tahap metodologi yang akan

digunakan:

Fase 1 – Fase Masukan: Menelaah Lingkungan Organisasi. Masukan yang diperlukan

dalam fase ini adalah rencana organisasi dan rencana TI. Rencana organisasi dan TI

akan diperoleh dari dokumen Inpres No.3 Tahun 2003 , Kebijakan dan Strategi

Nasional Pengembangan Electronic Government dan Perpres RI Nomor 96 Tahun

2014 Tentang Rencana Pitalebar Indonesia 2014 – 2019. Hasil akhir dari fase 1 ini

adalah sebuah dokumen mengenai informasi yang menggambarkan keadaan

organisasi dan TI terkini termasuk kebutuhan organisasi di masa depan dan peluang

pemanfaatan TI dalam organisasi. Untuk memperoleh keluaran tersebut, diperlukan

beberapa proses sebagai berikut: a. Identifikasi info organisasi; b. Analisis lingkungan

internal bisnis organisasi, c. Analisis lingkungan internal TI organisasi, d. Analisis

lingkungan eksternal bisnis organisasi Kegiatan ini dilakukan untuk mengenali

kondisi eksternal organisasi dan e. Analisis lingkungan eksternal TI organisasi.

Fase 2 – Proses Penyusunan Rencana Pembangunan Infrastruktur Jaringan FO. Fase

2 akan menghasilkan dokumen akhir berupa berupa gambaran dalam bentuk teks dan

grafis arsitektur infrastruktur jaringan FO, beserta rincian detail kebutuhan yang harus

dipersiapkan. Detil kebutuhan diantaranya berupa gambar topologi jaringan dan

rincian anggaran biaya yang dibutuhkan. Untuk memperoleh keluaran tersebut,

diperlukan beberapa proses sebagai berikut: a. Identifikasi masalah dan solusi

internal, b. Identifikasi Pemanfaatan TI dari Lingkungan Eksternal Organisasi, c.

Analisis Gap Kebutuhan Informasi, d. Membuat Strategi TI.

Fase 3 – Menentukan Strategi bagi TI. Fase ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran detailed engineering terkait infrastruktur jaringan FO. Luaran akhir fase ini

berupa dokumen detailed engineering jaringan infrastruktur FO untuk 24 OPD di

kabupaten Jayawijaya.

2.3 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Instrumen pengumpulan data adalah dengan menggunakan survei lapangan, observasi

dan wawancara. Teknik survei yang digunakan adalah surveyor mendatangi langsung

lokasi tempat informan, yang dianggap mengetahui kondisi infrastruktur TIK

sekabupaten Jayawijaya secara aksidental kemudian dilanjutkan dengan observasi

lapangan dan wawancara. Data primer berupa hasil olah data survey dan wawancara

dari informan dilakukan dengan teknik aksidental berupa kunjungan langsung.

Page 16: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

16

Informan diidentifikasi sebagai pihak yang mengetahui persis kondisi infrastruktur

TIK yang ada. Selain itu, data primer dikumpulkan dari teks literature terkait

infrastruktur TIK seperti: peraturan-peraturan, monografi, kepustakaan, potensi dan

renstra kabupaten Jayawijaya maupun dokumen dan data-data lainnya yang terkait

dengan penelitian ini yang didapatkan dilokasi penelitian maupun secara online.

Teknis analisis data dilakukan dengan menggunakan beberapa metode. Metode

Context Analysis digunakan untuk mengolah data yang ada pada dokumen-dokumen

terkait. Dokumen-dokumen terkait dikumpulkan, dan diperiksa dengan teliti

keterkaitannya dengan materi infrastruktur TIK. Hasil data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen acuan tersebut kemudian didiskusikan bersama dengan tenaga

ahli. Sedangkan untuk pengolahan data dari survei lapangan, observasi lapangan dan

wawancara dilakukan dengan melakukan Quality Control (QC) data dimaksudkan

untuk memastikan bahwa informan benar-benar ada (bukan informan fiktif) dan

proses survei lapangan (dan/atau wawancara) benar-benar telah dilakukan (bukan

rekayasa interviewer). QC data ini merupakan filter kedua terhadap hasil survei

lapangan yang telah diisi oleh responden. Proses QC data diperlukan setelah

pengumpulan data dan tahap pemasukan (entry) data dan analisis data. QC data

meliputi kegiatan, pemeriksaan terhadap kesalahan dalam survei lapangan,

kelengkapan hasil wawancara dan observasi lapangan (completeness) dan

kekonsistenan jawaban (consistency). Pemeriksaan ini dilakukan pada semua hasil

survei lapangan, hasil observasi lapangan dan wawncara yang diterima.

Page 17: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

17

BAB III

HASIL SURVEI PENDAHULUAN

3.1 Teknologi FO

Fiber optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari kaca atau

plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut, dan dapat digunakan

untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Sumber

cahaya yang digunakan biasanya adalah laser atau LED. Kabel ini berdiameter lebih

kurang 120 mikrometer. Cahaya yang ada di dalam serat optik tidak keluar karena

indeks bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias dari udara, karena laser

mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik sangat

tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi.

Perkembangan teknologi serat optik saat ini, telah dapat menghasilkan pelemahan

(attenuation) kurang dari 20 decibels (dB)/km. Dengan lebar jalur (bandwidth) yang

besar sehingga kemampuan dalam mentransmisikan data menjadi lebih banyak dan

cepat dibandingan dengan penggunaan kabel konvensional. Dengan demikian serat

optik sangat cocok digunakan terutama dalam aplikasi sistem telekomunikasi. Pada

prinsipnya serat optik memantulkan dan membiaskan sejumlah cahaya yang

merambat didalamnya.

Efisiensi dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun gelas/kaca.

Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh serat optik.

Kelebihan Fiber Optik

a. Bandwidth sangat besar dengan kecepatan transmisi mencapai gigabit-per

detik dan menghantarkan informasi jarak jauh tanpa pengulangan

b. Biaya pemasangan dan pengoperasian yang rendah serta tingkat keamanan

yang lebih tinggi

c. Ukuran kecil dan ringan, sehingga hemat pemakaian ruang Kebal terhadap

gangguan elektromagnetik dan gangguan gelombang radio

d. Tidak ada tenaga listrik dan percikan api

e. Tidak berkarat

Page 18: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

18

Kekurangan Fiber Optik

a. Beberapa faktor membatasi efektivitas kabel FO. Selain instalasinya yang

mahal, sistem ini mungkin sinyalnya kurang kuat, hal ini disebabkan karena

faktor fisik ataupun material.

b. Dispersi dapat mempengaruhi volume informasi yang dapat diakomodasi.

c. Tidak seperti halnya dengan kawat atau plastik, fiber juga lebih sulit untuk

disambung.

d. Sambungan akhir dari kabel fiber harus benar-benar akurat untuk menghindari

transmisi yang tidak jelas.

e. Komponen FO mahal dan membutuhkan biaya ekstra dalam pengaplikasian

yang lebih spesifik.

Cara Kerja FO. FO mengirimkan sinyal dengan cara merambat di dalamnya. Efisiensi

dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun gelas/kaca. Semakin

murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh fiber optik. Untuk

mengirimkan percakapan-percakapan telepon atau internet melalui fiber optik, sinyal

analog di rubah menjadi sinyal digital. Sebuah laser transmitter pada salah satu ujung

kabel melakukan on/off untuk mengirimkan setiap bit sinyal. System fiber optik

modern dengan single laser bisa mentransmitkan jutaan bit/second. Atau bisa

dikatakan laser transmitter on dan off jutaan kali /second. Sebuah kabel FOs terbuat

dari serat kaca murni, sehingga meski panjangnya berkilo-kilo meter, cahaya masih

dapat dipancarkan dari ujung ke ujung lainnya.

Gambar 3.1 Struktur FO

Page 19: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

19

Struktur FO: Kabel baja. Kabel baja berfungsi untuk keperluan penarikan

kabel pada tiang, karena KU ditransmisikan melewati tiang-tiang di udara, Coating.

Coating berfungsi sebagai pelindung luar (jaket) bagi kabel FO, dimana coating ini

berwarna hitam, Nylon. Nylon berfungsi untuk membantu membuka kabel FO,

Bantalan tube. Bantalan tube berfungsi untuk mengisi ruang kosong dalam kabel

sehingga tube-tube FO dapat menyesuaikan bentuknya dengan kabel yang digunakan,

Gel. Gel berfungsi untuk mengisi ruang kosong dalam kabel dan juga agar kabel

terlindungi dari gangguan hewan-hewan pemakan kabel (contoh: tikus, semut, dll),

Amoring. Amoring merupakan pelapis aluminium di dalam coating, berfungsi untuk

menguatkan kabel, Strength member. Strength member merupakan bagian penguat

yang terletak di tengah, dililiti oleh 2 tube FO. Strength member terbuat dari pilinan

kawat baja yang mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi yang diperlukan pada saat

instalasi, Tube FO. Tube FO merupakan bagian utama dari kabel FO yang terdiri atas

berbagai warna seperti gambar 3, pada kabel ini terdiri atas 2 tube, yaitu tube warna

biru dan tube warna coklat. Dimana dalam setiap tube tersebut terdapat cladding/core,

dalam kabel ini setiap tube terdiri atas 6 cladding/core, dimana urutannya juga

menggunakan urutan seperti gambar

Gambar 3.2 Jenis FO

Fiber optik memiliki dua jenis,yaitu: Single-mode fibers Mempunyai inti yang

kecil (berdiameter 0.00035 inch atau 9 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser

inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nanometer) dan Multi-mode fibers yang

Mempunyai inti yang lebih besar(berdiameter 0.0025 inch atau 62.5 micron) dan

berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 850-1300

nanometer)

Page 20: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

20

Menghitung Rugi-rugi Fiber dan Perkiraan Jarak. Ada beberapa cara untuk

menyelesaikan masalah dalam menentukan kebutuhan energi suatu link fiber optik.

Cara yang paling gampang dan akurat adalah dengan menelusuri jejak OTDR (

Optical Time Domain Reflectometer). Metoda ini akan memberitahukan nilai rugi-

rugi sebenarnya dari semua bagian ( connector, sambungan dan rugi-rugi fiber) dari

link. Selain dengan OTDR, ada dua alternatif yang bisa digunakan untuk

memperkirakan kebutuhan energi suatu link: a) Kalkulasikan total rugi-rugi link dari

fiber jika panjang dan variabel rugi-rugi fiber diketahui, dan b) Kalkulasi jarak

maksimum fiber jika optical budget dan variabel rugi-rugi diketahui.

Variabel rugi-rugi : connector, splice (sambungan) dan attenuasi per kilometer dari

fiber. Gambar 3.3 berikut ini menunjukkan nilai rugi-rugi yang umumnya digunakan

dalam perhitungan.

Gambar 3.3 Nilai Rugi-rugi FO

Page 21: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

21

IEEE juga merekomendasikan jarak maksimum kabel seperti yang tampak pada

Gambar 3.4 di bawah ini.

Gambar 3.4 Jarak Maksimum Kabel FO

Perkiraan Rugi-rugi Total Link.:

Rugi-rugi = [panjang fiber (km) x attenuasi fiber per km] + [rugi-rugi sambungan x

banyaknya sambungan] + [rugi-rugi konektor x banyaknya konektor] + [safety

margin]

Perkiraan Jarak Fiber:

Panjang fiber

= ([optical budget]- [rugi-rugi link])/[rugi-rugi fiber per km]

={([(min.TX power)-(sensitivitasRX)] - (rugi-rugisambungan×banyaknyasambungan)

@(rugi-rugikonektor ×banyaknya konektor) - (safety margin))} / (rugi-rugi fiber per

km)

Jarak maksimum ini akan sangat bergantung pada hal-hal berikut: Attenuasi fiber

optik per km, Desain dan usia dari FO, Kualitas konektor dan rugi-rugi per pasang,

Kualitas sambungan (splice) dan rugi-rugi per sambungan dan Kuantitas dari

sambungan dan konektor

Page 22: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

22

3.2 Implementasi Pembangunan Infrastruktur Jaringan FO

Pada jaringan fiber optik di daerah, kendala yang banyak dihadapi adalah pada saat

implementasi proyek maupun pada saat operasional. Contoh beberapa kasus

pembangunan jaringan fiber optik di daerah yang sering terjadi:

a. Protes warga mengenai proyek galian yang seakan tidak pernah berhenti. Ketika

baru saja jalan dirapihkan setelah proyek galian, ada proyek galian lain yang

dimulai. Ini tidak hanya terjadi pada pembangunan jaringan fiber optik tapi juga

pada proyek pembangunan lain seperti saluran air, listrik, dll.

b. Proyek galian dihentikan karena tidak memiliki izin atau pengerjaannya tidak

sesuai dengan izin yang diberikan.

c. Proyek galian lain yang dilakukan diatas jaringan fiber optik menyebabkan kabel

fiber optik terputus.

d. Proyek galian diprotes warga karena proses penutupannya yang membahayakan

pengguna jalan atau merusak estetika kota.

Dari kasus-kasus di atas bisa disimpulkan kendala-kendala yang timbul dalam

pembangunan & pemeliharaan jaringan fiber optik diantaranya: Proyek galian yang

tidak terencana, dari sisi operator, kendala izin dari pihak Pemerintah daerah

menyebabkan proyek terhambat sedangkan mereka dituntut agar proyek jaringan

segera tergelar, Ketika jaringan sudah dibangun, terjadi putus yang tidak disengaja

diakibatkan proyek pembangunan lain, Standar kualitas pengerjaan galian maupun

penutupan rendah. Berikut adalah strategi yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah

untuk mengatur pembangunan jaringan fiber optik agar dapat mencapai tujuan-tujuan

diatas:

a. Membangun jaringan sub-duct semi permanen yang bisa dibuka-tutup di titik-

titik tertentu (manhole & handhole) untuk keperluan perawatan dan

pengembangan. Tujuan: Hasil pembangunan yang lebih rapi sehingga estetika

kota terjaga. Dengan strategi ini juga bisa didapat model bisnis yaitu dengan

menyewakan sub-duct ini kepada pihak-pihak yang akan membangun fiber optik.

Keuntungan bagi pihak pelaksana adalah waktu pengerjaan akan lebih singkat

karena tinggal menarik kabel di ujung-ujung titik, tidak perlu menggali dan

menutup lubang. Aplikasi strategi ini bisa diterapkan di daerah perkotaan dimana

ada potensi penambahan/perubahan jaringan yang menyebabkan sering buka

tutup galian.

Page 23: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

23

b. Mengeluarkan peraturan mengenai pemakaian jaringan bersama. Tujuan:

Menghindari tumpang tindih kabel di suatu lokasi yang utilisasi-nya tidak begitu

tinggi. Perlu dibuat model bisnis yang sama-sama menguntungkan bagi operator

pemilik jaringan maupun operator yang menumpang. Bisa dipertimbangkan

strategi sbb: Jika ada operator yang mengajukan izin untuk melakukan

pembangunan jaringan baru maka Pemda akan mengumumkan ke publik

mengenai rencana tersebut dan tawaran untuk bekerjasama. Setelah itu masuk

periode masa tunggu 2 minggu. Apabila ada operator/pihak lain yang tertarik

juga untuk membangun di lokasi tersebut maka mereka akan bekerjasama untuk

membangun jaringan. Hak pembangunan dan maintenance setelah pembangunan

pada operator yang mengajukan izin pertama. Apabila dalam 2 minggu tidak ada

respon dari pihak lain, maka operator yang mengajukan izin pertama dipersilakan

untuk memulai pembangunan dengan menandatangani kesepakatan untuk

menyediakan beberapa core spare untuk alokasi operator yang kemungkinan akan

menumpang di kemudian hari.

c. Pembuatan database yang akurat dan jelas mengenai jaringan fiber yang sudah

ada (existing) baik bawah tanah maupun kabel udara/aerial juga database

jaringan bawah tanah lainnya seperti: PDAM, saluran air kotor, PLN. Tujuan:

Menghindari kerusakan jaringan fiber optik apabila akan dilaksanakan

pembangunan jaringan lain di lokasi yang sama. Yang tak kalah penting adalah

melakukan koordinasi secara rutin misalnya dengan pertemuan bulanan dengan

pihak-pihak terkait seperti Dept PU, PDAM, PLN untuk membahas rencana

pembangunan. Tujuan lainnya masih berkaitan dengan point (2) yaitu untuk

menghindari tumpang tindih jaringan dan kemungkinan melakukan kerjasama

pembangunan.

d. Penyusunan peraturan teknis pelaksanaan pembangunan jaringan fiber optik yang

mencakup pelaksanaan galian, kedalaman, material penutup, teknik penutupan.

Tujuan: Menentukan standar kualitas pembangunan jaringan sehingga jaringan

tidak mudah terganggu dan estetika kota terjaga. Tujuan akhirnya tentu saja

masyarakat sebagai end user dapat menikmati hasilnya berupa layanan

telekomunikasi yang baik. Peraturan dilengkapi dengan sanksi dimana kontraktor

yang melanggar tidak akan diberi izin membangun di daerah tersebut dan masuk

daftar hitam yang akan menjadi referensi di daerah-daerah lain.

Page 24: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

24

3.3 Konsep Topologi dan Implementasi Jaringan Fiber Optik di Kabupaten

Jayawijaya

Topologi infrastruktur jaringan computer menyatakan susunan secara fisik

dalam suatu jaringan. Secara garis besar dapat menjadi tiga tipe: akni tipe bus, tipe

cincin dan tipe bintang. Topologi bus menggunakan satu segmen (panjang kabel)

yang menyambungkan semua host (pemakai jaringan computer) secara langsung.

Pada topologi ini semua simpul dihubungkan melalui kabel koaksial. Jika seseorang

pemakai mengirimkan pesan ke pemakai lain, maka pesan tersebut akan melali bus.

Tipe bus ini mempunyai kelemahan antara lain: jika kabel utama (bus) putus, maka

semua computer yang tersambung jaringan tidak bisa saling berhubungan; jika kabel

utama sangat panjang dan terdapat gangguan, maka pencarian penyebab masalah

menjadi sangat sulit; jika banyak computer yang aktif (mengirimkan pesan) maka

akan sering terjadi bentrok (atau disebut coalition) sehingga mengakibatkan kecepatan

pengiriman data menjadi lambat. Kelebihan topologi busa antar lain: instalasinya

mudah dan biaya murah. Topologi cincin (atau token ring) menghubungkan satu host

ke host setelah dan sebelumnya, secara fisik jaringan ini berbentuk cincin. Topologi

cincin mirip dengan topologi bus. Informasi dikirm oleh sebuah computer akan

dilewatkan ke media transmisi melewati satu computer ke computer berikutnya.

Kelemahan topologi cincin terletak pada kegagalan salah satu simpul. Jika ada satu

simpul yang mengalami kegagalan, maka semua hubungan akan terputus. Topologi

bintang menghubungkan semua kabel pada host ke satu titik utama. TItik ini biasanya

menggunakan hub atau switch. Pada topologi ini terdapat komponen yang bertindak

sebagai pusat pengontrol/ semua simpul yang hendak berkomunikasi selalui melali

pusat pengontrol yang berupa hub. Adapun kelebihan topologi bintang antara lain:

mudah dikelola dan dihubungkan (penyebab kegagalan mudah untuk diketahui);

kegagalan pada sebuah computer tidak berpengaruh pada kegagalan seluruh jaringan.

Kelemahan topologi bintang antara lain: kegagalan pada pusat pengontrol akan

menyebabkan kegagalan jaringan secara keseluruhan; jika pusat pengontrol berupa

hub (bukan berupa switch) maka kecepatan transmisi menjadi lambat.

Interkoneksi antar jaringan adalah hubungan antara dua buah jaringan atau

lebih. Untuk melakukan interkoneksi antar jaringan diperlukan piranti-piranti khusus.

Repeater: Piranti ini berfungsi untuk memulihkan isyarat yang agak cacat, yang biasa

digunakan pada jaringan bertopologi bus untuk memperpanjang jangkauan jaringan.

Bridge: Piranti ini diperlukan jika da buah jaringan bertipe sama ataupun berbeda,

Page 25: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

25

tetapi dikejendaki agar lalu lintas local masing-masing jaringan tidak saling

mempengaruhi jaringan lainnya. Router: Piranti ini berfungsi untuk menghubungkan

dua buah jaringan yang berbeda tipe maupun protocol. Router dapat digunakan pula

sebagai pelindung jaringan dari pihak luar yang ingin mengajses jaringan. Gateway:

Piranti ini berfungsi untuk menghubungkan da buah jaringan yang memiliki protocol

yang sama sekali berbeda.

3.3.1 Rencana Jalur Jaringan FO

Rencana Jalur jaringan FO kabupaten Jayawijaya dapat dilihat pada Gambar 3.5

dibawah. Topologi rencana jalur jaringan ini diletakkan pada citra peta satelit, yang

menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan. Garis merah menandakan jalur

jaringan FO yang akan dibangun. Penanda hijau menandakan lokasi gedung OPD,

sedangkan penanda kuning menandakan titik pekerjaan manhole.

Gambar 3.5 Rencana Jalur Jaringan FO Kabupaten Jayawijaya

Page 26: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

26

Gambar 3.6 model rancangan layout manhole sedangkan Gambar 3.7 model galian

tanah FO. Kedua gambar ini merupakan rancangan detail dari titik pekerjaan manhole

(penanda kuning pada Gambar 3.5 diatas)

Gambar 3.6 Model rancangan layout manhole

Gambar 3.7 Model rancangan galian tanah

Page 27: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

27

Gambar 3.8 berikut ini adalah gambar diagram-logic topologi jaringan FO. Seperti

penjelasan diatas, model STAR adalah solusi untuk jaringan FO di kabupaten

Jayawijaya. Topologi STAR adalah model-desain yang paling sesuai untuk kebutuhan

pengembangan jaringan eGovernment untuk kabupaten Jayawijaya. Topologi ini

memungkinkan pengembangan seluas-luasnya untuk setiap OPD di kabupaten

Jayawijaya.

Gambar 3.8 Topologi STAR untuk Jaringan FO Kabupaten Jayawijaya

Page 28: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

28

3.3.2 Rencana Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya perencanaan pembangunan infrastruktur jaringan FO

kabupaten jayawijaya, dapat dilihat pada Tabel berikut. Rencana anggaran biaya

terbagi atas rencana anggaran untuk pengadaan barang dan rencana anggaran untuk

jasa pekerjaan.

Tabel Rencana Anggaran Biaya

No Uraian QTY Satuan Harga (Rp.) Total (Rp.)

A Barang

1 Cable FO 96 Core Single Mode 2657 m

52,750.00 140,156,750.00

2 Cable FO 12 Core Single Mode 600 m

27,450.00 16,470,000.00

3 Subduct HDPE 28/32 3257 m

22,500.00 73,282,500.00

4 Pipa PVC 3/4 inch 102 ujung

117,550.00 11,990,100.00

5 Klem pipa PVC 3/4 inch 306 pc

7,280.00 2,227,680.00

6 Optical Distribution Core 144 Core 2 set

16,050,000.00 32,100,000.00

Application for Fiber to the Building

144 Core complete include adapter + pigtail SC

7 OTB Rackmount 96 Core SC 1 set

10,850,000.00 10,850,000.00

Include 96 pcs pigtail SC, Cassete and Adapter

8 OTB Rackmount 12 Core SC 24 set

1,245,000.00 29,880,000.00

Include 12 pcs pigtail SC, Cassete and Adapter

9 Joint Closure 144 Core 8 set

1,725,000.00 13,800,000.00

10 Wallmount Rack 12U 24 unit

7,445,000.00 178,680,000.00

Wallmount 12U Depth 600mm Single Door

1 Unit Horisontal Power set 6 outlet, Glass Front Door

4pcs dynabolt, 20 set cagenuts and screws, 1 unit single fan 220v

11 CloseRack 42U Depth 2 unit

17,060,000.00 34,120,000.00

42 U Close Rack Depth 1100mm

5 pc PDU 6 Outlet, 1 pc roof fan with 2 fan 220 v

50 set cagenuts + bolt M6X15mm, 4pcs castor, 4pcs jacking feet

1 Pc Perforated Front Door with lock rotary Handle

2 Pc Perforated Rear door with lock rotary handle

1 lot grounding accessories

12 Patch Cord SC - LC SM Duplex 3m 46 unit

101,500.00 4,669,000.00

13 Patch Cord SC - LC SM Duplex 5m 48 unit

112,500.00 5,400,000.00

14 Patch Cord SC - SC SM Duplex 5m 144 unit

112,500.00 16,200,000.00

15 Patch Cord LC - LC SM Duplex 5m 4 unit

112,500.00 450,000.00

16 UTP Cable Cat. 6 2 roll

3,273,000.00 6,546,000.00

Page 29: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

29

17 RJ-45 Cat.6 Connector (100 pcs) 2 dos

1,367,500.00 2,735,000.00

18 Crimping Tools Cat.6 1 unit

425,000.00 425,000.00

19 Core Router 1 unit

41,750,200.00 41,750,200.00

Routerboard CCR1072-1G-8S+

CPU: Tilera Tile-Gx72 1GHz 72 Cores, NAND 128MB

RAM: 16GB, SFP Ports 8, Lan Ports 1 Gigabit

20 Distribution Router 24 unit

6,906,600.00 165,758,400.00

Routerboard CCR1009-7G-1C-1S+

CPU: TLR-00980DH-10CE-A3 1.2 GHz 9 Cores, NAND 128MB

RAM: 2GB, SFP Ports 2, Lan Ports 7

21 Core Switch 1 unit

74,080,000.00 74,080,000.00

Catalyst WS-C2960X-48TS-L

48 x 10/100/1000 Gigabit Ethernet, 4x SFP Uplink Interface

Manageable, IOS software feature Set, Flash Memory 128Mb

DRAM 512MB, CPU: APM86392 600MHz dual core

Console Ports: USB & Ethernet, Forwarding Bandwidth 108Gbps

Stack Bandwidth 80G, Maximum Stacking Number 8

Switching Bandwidth 216Gbps, Max VLAN 1023

Jumbo Frame 9126 bytes

22 Distribution Switch 24 unit

40,200,000.00 964,800,000.00

Catalyst WS-C2960X-24TS-L

24 x 10/100/1000 Gigabit Ethernet, 4x SFP Uplink Interface

Manageable, IOS software feature Set, Flash Memory 128Mb

DRAM 512MB, CPU: APM86392 600MHz dual core

Console Ports: USB & Ethernet, Forwarding Bandwidth 108Gbps

Switching Bandwidth 216Gbps, Max VLAN 1023

Jumbo Frame 9126 bytes

23 SFP Transceiver Module GLC-LH-SMD 100 unit

834,500.00

83,450,000.00

24 SFP Transceiver (RJ-45) SFP-1GE-45 4 unit

471,500.00

1,886,000.00

25 Server Rackmount 4 unit

64,759,250.00 259,037,000.00

Proliant DL380G9-682 (Intel Xeon Eight Core)

HDD: HPE Server HDD 1,2TB SAS

Proc: Xeon E5-2620v4 20M Cache , 2.1 GHz

RAM: 16GB PC4-19200

Controller: HP Smart Array P440ar/2GB

Integrated Matrox G200eH 16MB

2U Rackmount Chassis

Chipset: Intel C610 Series Chipset

4 Port 1 GbE Network Interface Card

Page 30: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

30

26 Security IP Camera / CCTV 1 paket

16,692,400.00 16,692,400.00

IP Cam Outdoor 1.3MP HD PoE IR Network Camera [TV-IP320PI] 2 pcs

Adapter Power Over Ethernet (PoE) Injector [TPE-113GI] 2 pcs

8 channel HD Network Video Recorder [TV-NVR2208] 1 pcs

HDD 2TB 5400rpm SATA III 1 pcs

Instalasi Jaringan IP Camera dan Konfigurasi

27 Uninterruptible Power Supply 3kVA 2 unit

20,249,800.00 40,499,600.00

Type SMC3000RMI2U

2U Rackmount , Daya 3000va/2100watt, Input & Output voltage 230V

Line Interactive, Waveform Type: Sine wave, PF 0,7, Single phase

Backup time: half load 14m, full load 5m

Bettery type: Maintenance-free sealed Lead-Acid battery with suspended

electrolyte : leakproof, Typical Recharge time: 3h

B Jasa Pekerjaan

1 Galian, Instalasi, pulling, Planting HDPE 3257 m

63,240.00

205,972,680.00

2 Boring 110 m

63,240.00

6,956,400.00

3 Instalasi, Pulling Cable Fiber Optic 3257 m

13,200.00

42,992,400.00

4 Termination Cable Fiber Optik 728 core

90,000.00

65,520,000.00

5 Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) 364 lot

54,000.00

19,656,000.00

6 Testing Commision, Labeling dan Documentation 1 lot

5,000,000.00

5,000,000.00

7 Manhole (with material) 10 ea

2,700,000.00

27,000,000.00

8 Power Instalation (with material) 25 ea

300,000.00

7,500,000.00

(A)

2,608,533,110.00

PROFIT 15% (B) 391,279,966.50

(A+B) 2,999,813,076.50

PPN (C) 299,981,307.65

JUMLAH (A+B+C) 3,299,794,384.15

PEMBULATAN 3,299,794,000.00

Page 31: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

31

BAB 4

PENUTUP

Perencanaan pembangunan infrastruktur jarigan FO merupakan tahapan

penting dalam pembangunan infrastruktur Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik

(SPBE) atau eGovernment. Infrastruktur jaringan FO dapat menjadi backbone (atau

tulang punggung utama) dalam pertukaran data dan informasi diantara OPD se-

kabupaten Jayawijaya. Pemilihan teknologi FO, dengan rancangan star menjadi solusi

untuk kapabilitas infrastruktur SPBE di masa mendatang.

Dokumen perencanaan pembangunan infrastruktur jaringan FO ini dapat

menjadi acuan dalam proyek pelaksanaan selamjutnya. Hasil rancangan dalam

dokumen ini juga dapat menjadi masukan untuk Rencana Induk Pengembangan

Teknologi Informasi dan Komunikasi Kabupaten Jayawijaya, untuk Provinsi Papua

dan Pengembangan Palapa Ring secara nasional.

Demikian laporan hasil perencanaan pembangunan infrastruktur jaringan FO

kabupaten Jayawijaya.

Page 32: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

32

LAMPIRAN

Topologi Jaringan dengan Penjelasan

Kegiatan Tim Konsultan

Koordinasi Tim Konsultan dengan PPK

Page 33: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

33

Kegiatan Survei Lapangan Tim Konsultan

Page 34: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

34

Pemantauan Titik Seputaran RSUD Wamena

Page 35: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

35

Pemantauan Titik Seputaran Lapangan Bola

Page 36: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

36

Pemantauan Titik Seputaran OPD

Page 37: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

37

Page 38: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

38

Page 39: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

39

Pemantauan Titik Lokasi Kantor Bupati

Page 40: LAPORAN KEGIATAN CV YASA INTI CONSULTAN

40