LAPORAN KASUS.docx
-
Upload
tedi-t-effendi -
Category
Documents
-
view
22 -
download
1
Transcript of LAPORAN KASUS.docx
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat kasih saying dan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus
“Morbili dan Diare Akut tanpa Dehidrasi”. Penulisan laporan kasus ini dibuat dengan tujuan
untuk memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit
Umum Daerah Koja.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit
untuk menyelesaikan kasus ini. Oleh karena itu, tidak lupa saya ucapkan terima kasih pada para
pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan laporan kasus
ini.
Akhir kata dengan segala kekurangan yang saya milikio, segala saran dan kritik yang
bersifat mebangun akan saya terima untuk perbaikan selanjutnya. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 17 Mei 2013
Nurul Aina bt Talib
03008299
1
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. S
• Umur : 8 bulan 8 hari
• JK : Perempuan
• TTL : Jakarta, 28/7/2012
• Agama : Islam
• Suku : Betawi
• Alamat : Jl. Rawa Indah RT 003 RW 003, Pegangsaan 2, Kac Kelapa Gading, Jakarta,
Indonesia
• Tanggal masuk RS : 6 April 2013
Orang tua/wali
Ayah
• Nama : Sudarjat
• Agama : Islam
• Suku : Betawi
• Pekerjaan: Karyawan Swasta
• Alamat Pekerjaan: -
• Penghasilan : ±Rp.1.800.000/bulan
2
Ibu
• Nama : Nurjanah
• Agama : Islam
• Suku : Betawi
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat Pekerjaan : -
• Penghasilan: -
Wali
Nama : -
Agama : -
Pekerjaan : -
Alamat Pekerjaan : -
Penghasilan : -
Hubungan dengan orang tua : Anak kandung
Suku bangsa/bangsa : Betawi
3
ANAMNESIS
Dilakukan allonanamnesis dengan ibu pasien pada hari Senin tanggal 9 April 2013 pada jam
14.00 WIB.
KELUHAN UTAMA: Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
KELUHAN TAMBAHAN : batuk pilek dan mencret
RIWAYAT PERJALANAN PEYAKIT :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Koja dengan keluhan demam sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit. Demam muncul pada hari Selasa pagi dan suhunya naik turun.
Setelah diberikan obat penurun panas, demam akan turun sebentar selepas itu tinggi lagi. Ibu
pasien mengatakan panas lebih tinggi pada malam hari. Pasien pernah dibawa berobat ke klinik
dan diberi obat, tapi masih belum sembuh juga. Selain panas, pasien juga batuk pilek. Batuk
pilek muncul sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuknya tidak berdahak tetapi sering
manakala pilek disertai lendir encer, bening dan tidak ada darah. 1 hari sebelum masuk rumah
sakit pasien mencret dengan jumlah 4-5x, banyaknya kira-kira ½ gelas, bewarna kuning, isinya
air dan ampas, tidak ada lendir dan tidak ada darah. Ibu pasien menyangkal adanya muntah.
Pasien minum dengan banyak dan BAK sering.
Selepas 1 hari dirawat di bangsal, ibu pasien mengatakan bahwa mata pasien menjadi
merah, berair, tetapi tidak gatal dan tidak nyeri. Pada hari yang sama ibu pasien juga mengatakan
timbul bintik-bintik merah di seluruh tubuh pasien yang awalnya muncul di leher dan kemudian
menyebar ke badan, kedua tangan dan kedua kaki. Nafsu makan menjadi berkurang tetapi pasien
masih mau minum.
4
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:
Tidak ada ahli keluarga yang pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya
RIWAYAT PENGOBATAN:
Ibu pasien mengaku pasien pernah dibawa berobat ke klinik dan diberikan obat penurun panas
serta obat batuk, namun masih belum sembuh juga.
RIWAYAT KEHAMILAN/KELAHIRAN :
KEHAMILAN Morbiditas Kehamilan Tidak ada
Perawatan Antenatal Teratur 1 bulan sekali
KELAHIRAN Tempat Kelahiran Rumah Sakit
Penolong Persalinan Dokter
Cara Persalinan - Spontan
- Tidak ada penyulit atau kelainan
Masa Gestasi Cukup Bulan
Keadaan Bayi - Berat lahir: 3100 gram
- Panjang: 48 cm
- Lingkar kepala: tidak diketahui
- Langsung Menangis
- Kulit warna merah
- Nilai Apgar: tidak diketahui
- Kelainan Bawaan: tidak ada
RIWAYAT PERKEMBANGAN 5
● Pertumbuhan gigi I : 8 bulan (normal 5-9 bulan)
● Psikomotor
- Tengkurap : 5 bulan - Berjalan : -
- Duduk : - - Bicara : -
- Berdiri : - - Membaca/Menulis : -
Kesan : riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien baik
● Perkembangan Pubertas
- Rambut Pubis : belum berkembang
- Payudara : belum berkembang
- Menarche : belum berkembang
●Gangguan Perkembangan Mental/Emosi : Tidak ada
RIWAYAT MAKANAN
Umur (bulan) ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
0-2 +
2-4 +
4-6 + + +
6-8 + + + +
Kesulitan makan : -
RIWAYAT IMUNISASI6
Vaksin Dasar (umur) Ulangan (umur)
BCG 2 X X
DPT/DT 2 4 6
POLIO 0 2 4
CAMPAK - X X
HEPATITIS B 0 1 6
MMR - X X
IPA -
Kesan : riwayat imunisasi lengkap sehingga umur sekarang
RIWAYAT KELUARGA (Corak Reproduksi)
No Tgl Lahir
(umur)
Jenis
Kelamin
Hidup Lahir
Mati
Abortus Mati
(sebab)
Keterangan
Kesehatan
1 8 bulan Perempuan + Sehat
2
3
RIWAYAT LINGKUNGAN
Perumahan
- Rumah sendiri
- Keadaan rumah : tinggal bertiga (suami,istri,anak)
- Daerah/lingkungan : padat penduduk, ventilasi kurang, pencahayaan baik,
sekitar rumah tidak ada yang menderita penyakit yang
serupa. Pasien memakai sumber air dari PAM.
Kesan : keadaan lingkungan pasien kurang baik
Ayah Ibu
Nama Tn.S Ny.N
7
Perkawinan ke- I I
Umur saat menikah 29 28
Pendidikan terakhir (tamat – kelas/tingkat) SMA SMA
Agama Islam Islam
Suku bangsa Betawi Betawi
Keadaan kesehatan Baik Baik
Penyakit, bila ada - -
Kesan : keadaan kesehatan kedua orang tua pasien dalam keadaan baik
RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteria - Jantung -
Cacingan - Diare - Ginjal -
Demam
Berdarah
- Kejang - Darah -
Demam
Thypoid
- Kecelakaan - Radang Paru -
Otitis - Morbili - Tuberculosis -
Parotitis - Operasi - Lainnya -
PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 9 April 2013, Pukul 14.00 WIB )
8
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 7.2 kg
Tinggi Badan : 63 cm
Lingkar Kepala : 45 cm
Lingkar Dada : 49 cm
Lingkar Lengan Atas : 14 cm
Status Gizi (CDC) : BB/U = 7.2/8.2 x 100 = 87.8%
TB/U = 61/63 x 100 = 96.83%
BB/TB = 7.2/6.4 x 100 = 112.5%
Kesan: Gizi normal
Tanda Vital
Frekuensi Nadi : 124x/menit, reguler, isi cukup, equal.
Suhu Tubuh : 37.7oC
Frekuensi Napas : 34x/menit, reguler, tipe pernafasan thorakoabdominal
Tekanan Darah : -
Kepala : normocephali, ubun-ubun besar tidak cekung, rambut hitam distribusi
merata, tidak mudah dicabut,tidak ada luka
Mata : Conjugtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, Diameter
3mm/3mm, RCL+/+, RCTL+/+, Udem palpebra -/-, mata merah +/+,
berair, air mata +/+, mata cekung -/-
9
Telinga : normotia, sekret -/-, tidak ada tanda perdarahan
Hidung : lapang, deviasi septum (-), konka hiperemis (-), sekret bening (+),
pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Bibir basah, selaput lendir basah, palatum utuh, lidah kotor (-), bercak
Koplik (-), tonsil tenang
Faring : hiperemis
Tenggorokan : dalam batas normal
Leher : KGB, tiroid tidak teraba membesar
Toraks
Jantung : BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : SN vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : supel, datar, nyeri tekan (-), bising usus (+) 6 x/menit, turgor kulit baik,
kembali dengan cepat
Genitalia : tidak dilakukan
Anggota Gerak : akral hangat, RCT <2 detik, oedem (-)
Kulit : ruam makulopapular (+) seluruh tubuh, ulkus (-), petechiae (-)
Tulang Belakang : scoliosis (-), lordosis (-), kiposis (-)
Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal :
- Kaku kuduk : -
10
- Bruzinsky I : -
- Bruzinsky II : -
- Laseque : -
- Kerniq : -
Reflek Patologis :
- Babinsky : -
- Oppenheim : -
Reflek Fisiologis :
- Biceps : +/+
- Triceps : +/+
- Patella : +/+
- Achilles : +/+
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (6 April 2013)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Hematologi
11
Hb 10.3 12-16 g/dl
Leukosit 7.600 4.100-10.900 /uL
Hematokrit 31 36-46 %
Trombosit 413.000 140.000-440.000 /uL
Diabetes
GDS 125 60-100 mg/dl
Analisa Gas Darah/ASTRUP
pH 7.496 7.35-7.45
PCO2 31.0 32,0-45,0 mmHg
PO2 80.8 95,0-100,0 mmHg
HCO3 25.5 21,0-28,0 meq/L
P2 Saturasi
BE 3.2 -2.5-2.5 meq/L
O2 Saturasi 97.8 94,0-100,0 %
RESUME
Seorang pasien An. S, perempuan berusia 8 bulan datang dengan keluhan panas sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit. Demam muncul pada Selasa pagi dengan suhu naik turun, turun 12
sebentar selepas diberikan obat kemudian panas lagi. Pasien juga batuk pilek sejak 6 hari
sebelum masuk rumah sakit. Batuk tidak berdahak tetapi sering. Pilek disertai lendir encer dan
bening. 1 hari sebelum masuk tumah sakit, pasien mencret dengan frekuensi 4-5x, volume kira-
kira ½ gelas, bewarna kuning dengan isi air dan ampas. Pasien minum banyak dan BAK sering.
Selepas 1 hari dirawat di bangsal, mata pasien menjadi merah dan berair, tetapi tidak gatal.
Selain itu muncul ruam makulopapular di seluruh tubuh pasien yang awalnya muncul di leher
dan kemudian menyebar ke badan dan keempat ekstrimitas. Nafsu makan berkurang tetapi
pasien masih mau minum dengan banyak. Ibu pasien mengaku pasien pernah dibawa berobat ke
klinik dan diberikan obat penurun panas serta obat batuk, namun masih belum sembuh juga. Dari
pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang dan suhu meningkat 37.7ºC. Mata pasien kelihatan
merah +/+ dan berair, hidung tampak ada sekret bening dan faring hiperemis. Pada kulit pasien
tampak ruam makulopapular pada seluruh tubuh. Dari pemeriksaan analisa gas darah didapatkan
pH 7.496, PCO2 31.0, PO2 80.8, BE 3.2.
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Morbili dan Diare Akut tanpa dehidrasi
Diagnosis Banding :
- Morbili dan diare akut dengan dehidrasi ringan sedang
- Rubela
- Alergi obat
- Demam skarlatina
- Eksantema subitum
RENCANA PEMERIKSAAN LANJUTAN
- Pemeriksaan sitologi
- Pemeriksaan serologi IgM, IgG13
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 700cc/hari
inj. Anbacim 2x150 mg
Zircum 1x1 cth
Lacto B 2x1
PCT drop 3x0,8 cc
Fartolin 3x ½ cth
Vitamin A 100.000 IU per oral
PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
Follow Up harian tanggal 7 April 2013
S : demam (+) naik turun sejak 5 hari SMRS, mencret (+) 4x, isi air dan ampas, lendir (-), darah
(-), muntah (-), batuk pilek (+), batuk tidak berdahak, pilek bening dan encer, muncul
14
bintik-bintik merah hampir diseluruh tubuh, awalnya di leher kemudian menyebar ke badan
dan keempat ekstrimitas. Mata pasien tampak merah dan berair.
O : BB : 7,2kg
Suhu : 37,80 C
Nadi : 132x/menit
RR : 30x/menit
A : morbili dan diare akut tanpa dehidrasi
P : IVFD RL 700cc/hari
inj. Anbacim 2x150 mg
Zircum 1x1 cth
Lacto B 2x1
PCT drop 3x0,8 cc
Fartolin 3x ½ cth
Vitamin A 100.000 IU per oral
Pindah ke ruang isolasi
Follow up harian tanggal 8 April 2013
S : demam udah mulai turun, batuk pilek (+), batuk tidak berdahak, pilek bening dan encer,
mencret 2x, isi air dan ampas, bintik-bintik merah hampir diseluruh tubuh masih ada. Mata
merah (-) dan berair (-).
O : BB : 7,2 kg
Suhu : 37,1 0C
15
Nadi : 134x/menit
RR : 32x /menit
A : diare akut tanpa dehidrasi
morbili
P : IVFD RL 700cc/hari
inj. Anbacim 2x150 mg
Zircum 1x1 cth
Lacto B 2x1
PCT drop 3x0,8 cc
Fartolin 3x1/2 cth
Vitamin A 100.000 IU per oral
Follow up harian tanggal 9 April 2013
S : demam (-), batuk pilek (+), batuk tidak berdahak, pilek bening dan encer, mencret (-), bintik-
bintik merah hampir diseluruh tubuh (+),mata merah (-) dan sudah tidak berair.
O : BB : 7,2 kg
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 132x/menit
RR : 30x /menit
A : diare akut tanpa dehidrasi
morbili
16
P : IVFD RL 700cc/hari
inj. Anbacim 2x150 mg
Zircum 1x1 cth
Lacto B 2x1
PCT drop 3x0,8 cc
Fartolin 3x1/2 cth
Vitamin A 100.000 IU per oral
ANALISA KASUS
17
Pada pasien An S didiagnosa morbili berdasarkan anamnesa didapatkan keluhan demam
naik turun sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit dengan suhu tertinggi dicatat 37.7ºC.. Pasien
juga batuk pilek sejak 6 hari yang lalu. Batuk tidak berdahak serta pilek yang disertai lendir
encer dan bening. Ini dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami infeksi virus. Selepas 1 hari
dirawat di bangsal, mata pasien menjadi merah dan berair, tetapi tidak gatal. Selain itu muncul
ruam makulopapular di seluruh tubuh pasien yang awalnya muncul di leher dan kemudian
menyebar ke badan dan keempat ekstrimitas. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan mata pasien
kelihatan merah +/+ dan berair, hidung tampak ada sekret bening dan faring hiperemis. Pada
kulit pasien tampak ruam makulopapular pada seluruh tubuh.
Diagnosis diare akut tanpa dehidrasi ditegakkan hasil dari anamnesis, yaitu ibu pasien
mengeluh bahwa 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mencret 4-5x, volume kira-kira ½
gelas, bewarna kuning dengan isinya air, ampas, lendir (-), darah (-). Pasien minum dengan
banyak dan BAK sering. Pasien tidak dalam keadaan dehidrasi karena dari pemeriksaan fisik
didapatkan pasien sadar, tidak gelisa, ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata
ada, mulut tidak kering dan pasien minum biasa, tidak haus. Pada pemeriksaan turgor kulit
didapatkan turgor baik, kembali dengan cepat.
Pengobatan pada pasien ini dirawat inap untuk memastikan pasien tidak jatuh ke dalam
kondisi dehidrasi berat yang disebabkan oleh mencretnya. Pada kasus morbili, pasien dirawat
inap hanya apabila ada penyulit. Di rumah sakit pasien morbili harus dirawat di bangsal isolasi.
Pasien harus dipastikan mendapat cairan yang cukup, yaitu dengan pemberian infuse RL
sebanyak 700cc/hari. Terapi lain bersifat simptomatik seperti antipiretik untuk menurunkan
panasnya dengan pemberian PCT drop 3x0,8cc. pada pasien ini juga didapatkan batuk, maka
diberikan Fartolin 3 x ½ cth. Untuk terapi diare akut diberikan Anbacim 2x150 mg IV, Zircum
1x1 cth serta Lacto B 2x1. Selain itu pasien ini juga diberikan terapi vitamin A 100,000 IU
peroral. Vitamin A diberikan atas rekomendasi WHO dan UNICEF. Pada anak usia 6 bln-1 tahun
diberikan 100.000 IUdosis tunggal p.o manakala usia >1 tahun diberikan 200.000 IU dosis
tunggal p.o. Dosis tersebut diulangi pada hari ke-2 dan 4 minggu kemudian bila telah didapatkan
tanda defisiensi vitamin A. Apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari.
TINJAUAN PUSTAKA
18
I. Pendahuluan
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium yaitu
(1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan pertama terhadap
virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala, (2)Stadium prodromal yang
menunjukkan gejala demam, konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya
enantem pada mukosa (bercak Koplik), dan (3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya
ruam makulopapular yang didahului dengan meningkatnya suhu badan.
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi sekitar
3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian luar biasa tampak meningkat
dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case fatality rate telah dapat diturunkan dari 5,5%
menjadi 1,2%. Umur terbanyak menderita campak adalah 1-4 tahun. Transmisi campak terjadi
melalui udara, kontak langsung maupun melalui droplet dari penderita saat gejala yang ada
minimal bahkan tidak bergejala. Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7
setelah terpajan hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat
kekebalan seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak.
II. Definisi
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus
umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang
masing-masing mempunyai cirri khusus: (1) stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12
hari, (2) stadium prodromal dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan
enantem pada mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, (3)
stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan,
lengan dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan yang meningkat selanjutnya ruam
menjadi menghitam dan mengelupas.
III. Epidemiologi
19
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak menduduki
tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam 10
macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun. (0,77%).
Campak merupakan penyakit endemis terutama di Negara sedang berkembang. Di
Indonesia penyakit campak sudah dikenal sejak lama. Pengalaman menunjukkan bahwa
epidemik campak di Indonesia timbul secara tidak teratur. Di daerah perkotaan epidemik,
campak terjadi setiap 2-4 tahun. Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah
pedesaan terutama karena akses pelayanan kesehatan yang sulit, khususnya dalam program
imunisasi. Di daerah transmigrasi sering terjadi terjadi wabah dengan angka kematian yang
tinggi. Daerah urban yang padat dan kumuh merupakan daerah rawan dan sumber kejadian luar
biasa terhadap penyakit yang sangat menular seperti campak.
Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak, yaitu di daerah dengan
populasi balita yang mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang lemah. Telah diketahui
bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara umum, sehingga mudah terjadi
infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit yang sering dijumpai ialah bronkopneumonia (75,2%),
gastroenteritis (7,1%), ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%).
IV. Etiologi
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili
virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza
dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama
masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme
yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur
kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34
jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam
temperatur 35˚C, beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak aktif pada pH rendah.
1. Bentuk Virus
20
Virus berbentuk bulat dengan tepi kasar dan bergaris tengah 140 nm dan
dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat
nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam
nukleat (RNA), merupakan struktur heliks nukleoprotein darimyxovirus. Selubung luar
sering menunjukkan tonjolan pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul
sebagai hemaglutinin.
2. Ketahanan Virus
Pada temperatur kamar virus campak kehilangan 60% sifat infeksifitasnya selama 3-5
hari, pada 37°C waktu paruh umurnya 2 jam, pada 56°C hanya satu jam. Pada media
protein ia dapat hidup dengan suhu -70°C selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari
pendingin dengan suhu 4-6°C dapat hidup selama 5 bulan. Virus tidak aktif pada PH asam.
Oleh karena selubung luarnya terdiri dari lemak maka ia termasuk mikroorganisme yang
bersifat ether labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% ether selama 10 menit dan
50% aseton dalam 30 menit. Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari,
tetapi tidak kehilangan antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi antigenik.
3. Struktur Antigenik
Infeksi dengan virus campak merangsang pembetukkan neutralizing antibody,
complement fixing antibody, dan haemagglutinine inhibition antibody.Imunoglobulin kelas
IgM dan IgG muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer
tertinggi sekitar 21 hari. Kemudian IgM menghilang dengan cepat sedangkan IgG tinggal
tidak terbatas dan jumlahnya terukur, sehingga IgG menunjukkan bahwa pernah terkena
21
infeksi walaupun sudah lama. Antibodi protektif dapat terbentuk dengan penyuntikkan
antigen hemagglutinin murni.
V. Patologi
Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit., membran mukosa nasofaring, bronkus,
saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat serosa dan proliferasi
dari sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear. Karakteristik patologi dari Campak
ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari
penggabungan sel. Dua tipe utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel Warthin-
Findkeley yang ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan
timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran nafas. Lesi di daerah
kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Terdapat reaksi radang
umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang meluas hingga ke jaringan limfoid dan
membran mukosa trakeibronkial. Pneumonitis intersisial karena virus campak menyebabkan
terbentuknya sel raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia yang terjadi mungkin disebabkan infeksi
sekunder oleh bakteri.
Pada kasus encefalomyelitis terdapat demyelinisasi vaskuler dari area di otak dan medula
spinalis. Terdapat degenerasi dari korteks dan subsdtansia alba denganinclusion
body intranuklear dan intrasitoplasmik pada subacute sclerosing panencephalitis.
VI. Patogenesis
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi virus campak
adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran nafas sangat minimal.
Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik
regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi
multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik regional maupun
22
jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga terjadi di lokasi pertama
infeksi.
Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan
menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan saluran nafas
adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-
11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai
puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama
infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag.
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media, dan
lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada
kasus campak.
Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit
Hari Manifestasi
0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
atau kemungkinan konjungtiva
Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus
1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi
pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh
5-7 Viremia sekunder
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran
nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition
VII. Patofisologi
23
Pada stadium prodromal terdapat hiperplasia jaringan limfe. Distribusi yang luas dari
giant cell multinuklear (sel retikuloendotel Warthin-Finkeldey) akibat fusi-fusi sel dan inklusi
intranuklear terlihat dalam jaringan limfoid di seluruh tubuh (limfoid, tonsil, terutama appendix).
Keadaan tersebut terjadi selama masa inkubasi, biasanya 9-11 hari. Sebagai reaksi terhadap
virus, terjadi proses peradangan epitel saluran pernafasan, konjungtiva dan kulit yang mana
terbentuk eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel
polimorfonukleus di sekitar kapiler. Respon imun ini diikuti dengan manifestasi klinis berupa
demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tampak suatu
ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, merupakan tanda pasti untuk
menegakkan diagnosis. Ruam pada kulit terjadi sebagai akibat respon delayed
hypersensitivityterhadap antigen virus, sebagai hasil interaksi sel T imun dan sel yang terinfeksi
virus dalam pembuluh darah kecil dan berlangsung sekitar 1 minggu. Kejadian ini tidak tampak
pada kasus yang mengalami defisit sel T. Pada kulit, reaksi terutama terjadi di sekitar kelenjar
sebacea dan folikel-folikel rambut.
VIII. Manifestasi klinis
Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada masa ini
terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.
Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal
yangberlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk,
pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi
petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada
konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan
menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang
24
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke-
10±1 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola
tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa
bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga
mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 – 2
hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian.
Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita
akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.
Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada saat
stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat suhu
berkisar 39,5˚C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di
lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi
makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24
jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan
terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam
pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan munculnya.
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak memutih
dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna kecokelatan yang tidak
memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah deskuamasi
kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam
yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh
bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak sehingga
sulit dikenali.
IX. Diagnosis
25
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Pemeriksaan
laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti
banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan
pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complementfixation(CF), neutralization, immune
precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA).
Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada masa
prodromal dan serum sekunder pada 7 – 10 hari setelah pengambilan sampel serum akut. Hasil
dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih. Serum IgM merupakan
tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9
minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah
tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit
encephalitis dan didapatkan peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan
kadar glukosa normal.
X. Diagnosis Banding
1. Roseola infantum
Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.
2. Rubella
Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak. Gejala yang timbul tidak
seberat campak.
3. Alergi obat
Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan biasanya tidak
disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina
Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda patognomonik berupa lidah
berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau membranosa
5. Eksantema Subitum
26
Gejala demam tinggi selama 3-4 hari disertai iritabilitas biasanya terjadi sebelum timbul
kemerahan pada kulit dan diikuti dengan penurunan demam secara drastis menjadi normal.
Campak yang termodifikasi
Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki setengah daya
tahan terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat penggunaan serum globulin
maupun pada anak usia kurang dari 9 bulan karena masih terdapatnya antibodi campak
transplasental dari ibu. Ditandai dengan gejala penyakit yang lebih ringan. Stadium prodromal
akan menjadi lebih pendek. Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak Koplik lebih sedikit
dan kurang jelas, namun dapat juga tidak muncul sama sekali. Ruam yang muncul sama dengan
infeksi campak klasik, tetapi tidak bersifat konfluens. Pada beberapa orang, infeksi campak yang
termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala apapun.
Campak atipikal
Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya telah kebal
akibat terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada orang yang telah mendapat
vaksin dari virus campak yang dimatikan
Masa inkubasi dari campak atipikal sama seperti pada campak yang tipikal yaitu sekitar 7 hingga
14 hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang mendadak (39,5˚C sampai
40,6˚C) dan biasanya sakit kepala. Bisa juga didapatkan gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-
produktif, muntah, nyeri dada dan rasa lemah. Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari
setelah onset penyakit muncullah ruam yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke
arah kepala. Ruam sedikit berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan tangan dan kaki
serta terdapat juga pada telapak tangan dan kaki. Ruam dapat berbentuk vesikel dan terasa gatal.
Pada campak atipikal dapat muncul efusi pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali, hiperestesia,
rasa lemah maupun paresthesia. Diagnosis dari campak atipikal dapat ditegakkan melalui tes
serologis. Bila sampel serum awal diambil sebelum atau pada saat onset ruam, CF dan titer HI
biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10 infeksi kedua titer akan meningkat mencapai 1:1280
atau lebih. Pada campak yang tipikal, di hari ke-10 infeksi titer jarang melebihi 1:160.
27
XI. Penyulit
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil.
Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri. Beberapa penyulit
campak adalah :
a) Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan oleh
invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri (Pneumococcus,
Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya
ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun,
gejala pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang masih akan
bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya
infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak
oleh virus campak. Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat
yang fatal.
b) Encephalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis
biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit. Biasanya
gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium prodromal.
Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala,
kelainan frekuensi nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya
komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak
tersebut.
c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik gejala
terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti kejang. Merupakan
penyulit campak onset lambat yang rata-rata baru muncul 7 tahun setelah infeksi campak
pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan dengan anak
28
perempuan. Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif dan
fatal. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk
terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah mendapat vaksinasi.
d) Konjungtivitis
Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi infeksi sekunder
oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan pada akhirnya dapat
menyebabkan kebutaan.
e) Otitis Media
Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.
f) Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga
mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan penderita
campak.
g) Laringotrakheitis
Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan tindakan
trakeotomi.
h) Jantung
Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak. Walaupun jantung seringkali
terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang terlihat gejala kliniknya.
i) Black measles
29
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai
dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita menunjukkan gejala
encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut,
hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata.
XII. Imunitas
Struktur antigenik
Imunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak. Kemudian IgM
menghilang dengan cepat (kurang dari 9 minggu setelah infeksi) sedangkan IgG tinggal tak
terbatas dan jumlahnya dapat diukur. IgM menunjukkan baru terkena infeksi atau baru mendapat
vaksinasi. IgG menandakan pernah terkena infeksi. IgA sekretori dapat dideteksi dari sekret
nasal dan hanya dapat dihasilkan oleh vaksinasi campak hidup yang dilemahkan, sedangkan
vaksinasi campak dari virus yang dimatikan tidak akan menghasilkan IgA sekretori.
Imunitas transplasental
Bayi menerima kekebalan transplasental dari ibu yang pernah terkena campak. Antibodi
akan terbentuk lengkap saat bayi berusia 4 – 6 bulan dan kadarnya akan menurun dalam jangka
waktu yang bervariasi. Level antibodi maternal tidak dapat terdeteksi pada bayi usia 9 bulan,
namun antibodi tersebut masih tetap ada. Janin dalam kandungan ibu yang sedang menderita
campak tidak akan mendapat kekebalan maternal dan justru akan tertular baik selama kehamilan
maupun sesudah kelahiran.
XIII. Imunisasi
30
Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dapat berasal dari
virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan. Vaksin dari virus yang dilemahkan
akan memberi proteksi dalam jangka waktu yang lama dan protektif meskipun antibodi yang
terbentuk hanya 20% dari antibodi yang terbentuk karena infeksi alamiah. Pemberian secara sub
kutan dengan dosis 0,5ml. Vaksin tersebut sensitif terhadap cahaya dan panas, juga harus
disimpan pada suhu 4˚C, sehingga harus digunakan secepatnya bila telah dikeluarkan dari lemari
pendingin.
Vaksin dari virus yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak digunakan lagi.
Respon antibodi yang terbentuk buruk, tidak tahan lama dan tidak dapat merangsang
pengeluaran IgA sekretori.
Indikasi kontra pemberian imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang menderita
demam tinggi, sedang mendapat terapi imunosupresi, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang
memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah.
Imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan morbili. Dosis serum
dewasa 0,25 ml/kgBB yang diberikan maksimal 5 hari setelah terinfeksi, tetapi semakin cepat
semakin baik. Bila diberikan pada hari ke 9 atau 10 hanya akan sedikit mengurangi gejala dan
demam dapat muncul meskipun tidak terlalu berat.
XIV. Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang
cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila
terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan
hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk
membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga
berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit
atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul.
31
XV. Pencegahan
Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di
Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan
ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi
(PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia 12-
15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak ulangan
pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi penderita kurang bermakna karena transmisi
telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak.
XVI. Prognosis
Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit
maka prognosisnya baik.
DAFTAR PUSTAKA
32
1. Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3, Edisi 15.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000; XXVII : 2059 – 2060
2. Alan R. Tumbelaka. 2002. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akutdalam:
Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi &
Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. Hal. 113
3. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook of
Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.2283 – 2298
4. Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook of
Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. p.743
5. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed) Buku
Imunisasi di Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal. 105
6. Soegeng Soegijanto. 2002. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.)
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I.Jakarta. Balai
Penerbit FKUI. Hal. 125
7. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90
8. Behrman RE, Vaughan VC, Ilmu Kesehatan Anak – Nelson, Edisi Ke–12, Bagian ke – 2,
Nelson WE. Ed EGC. Jakarta, 1993 : 198 – 203
9. Stap Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak . Jilid II,
Edisi VII, FKUI, Jakarta, 1985
10. Masjoer A, dkk. Kapital Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II, FKUI, Jakarta, 2000 :
417-18
11. Mayo Clinic. Measles. 2007. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/measles.html. diakses
pada 10 Mei 2013.
12. Makalah referat Kedokteran. 2010.
http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/campak-ii.html diakses pada 10 Mei
2013
33