laporan kasus mutiara

16
LAPORAN KASUS ASTIGMATISMA MIOPIKUS KOMPOSITUS ODS, EKSOTROPIA, COMPUTER VISION SYNDROME Disusun oleh: Mutiara Sazkia, S.Ked 030.08.169 Dokter Pembimbing: dr. Daisy Akbar Darisan, Sp.M Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih Periode 15 Juli 2013 – 24 Agustus 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti 1

description

mata

Transcript of laporan kasus mutiara

Page 1: laporan kasus mutiara

LAPORAN KASUS

ASTIGMATISMA MIOPIKUS KOMPOSITUS ODS,

EKSOTROPIA, COMPUTER VISION SYNDROME

Disusun oleh:

Mutiara Sazkia, S.Ked

030.08.169

Dokter Pembimbing:

dr. Daisy Akbar Darisan, Sp.M

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata

Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih

Periode 15 Juli 2013 – 24 Agustus 2013

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

1

Page 2: laporan kasus mutiara

BAB I

PENDAHULUAN

Interpretasi informasi penglihatan yang tepat bergantung pada kemampuan mata

memfokuskan berkas cahaya yang datang ke retina. Pemahaman terhadap proses ini dan

bagaimana hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai variasi normal atau penyakit mata

merupakan hal yang penting dalam keberhasilan pemakaian alat-alat bantu optis seperti kaca

mata, lensa kontak, lensa intraokular, atau alat bantu untuk penglihatan kurang (low vision).

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas

kornea, cairan mata, lensa, benda kaca, dan panjangnya bola mata. Berbagai upaya telah

dilakukan untuk menyederhanakan sistem optis mata manusia, terutama dengan

menggunakan persamaan lensa tebal metode aljabar untuk perhitungan optis. Banyak dari

konsep yang dibuat yang menyatakan bahwa bayangan di retina dibentuk oleh dua elemen

lensa, kornea menyumbang sekitar 43 D dan lensa berperanan dalam 19 D sisanya.

Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya bola

mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan

dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia

dana akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak

melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Pungtum Proksimum

merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum

Remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini

merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata

istirahat. Pada miopia pungtum remotum terletak di depan mata sedang pada mata

hipermetropia titik semu berada di belakang mata.

2

Page 3: laporan kasus mutiara

BAB IILAPORAN KASUS

STATUS ILMU PENYAKIT MATASMF PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

Nama Mahasiswa : Mutiara Sazkia NIM : 030.08.169Pembimbing : dr. Daisy Akbar Darisan, Sp.M

KELAINAN REFRAKSI

IDENTITAS PASIENNama lengkap : Nn. SS Jenis kelamin : PerempuanUsia : 18 tahun Suku bangsa : JakartaStatus perkawinan : Belum menikah Agama : IslamPekerjaan : Pelajar SMK Pendidikan : SMPAlamat : Jl. Cililitan kecil 3 Jakarta Timur No. MR : 517442

II. 1 ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis pada hari Sabtu tanggal 27/07/2013 pukul 14.00 WIB di

poli klinik mata RSUD Budhi Asih

Keluhan Utama:

Kedua mata sering terasa lelah sejak ± 2 minggu SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke poli klinik mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan kedua mata

sering terasa lelah sejak ± 2 minggu SMRS. Pasien juga mengeluhkan bahwa kedua mata

pasien sering terasa perih, terkadang terasa lebih buram, dan merasa pusing. Keluhan-keluhan

tersebut dirasakan oleh pasien terutama setelah pasien melihat dekat dalam waktu sekitar 1-2

jam, dan berkurang apabila pasien telah beristirahat ±15 menit. Pasien juga mengatakan

terkadang kedua matanya sering “berlari-lari” seperti juling sehingga penglihatannya menjadi

seperti berkunang-kunang tidak fokus, dan sering memicingkan mata.. Pasien juga merasa

kedua matanya tampak lebih besar dan menonjol. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan

menetap dan mengganggu kegiatan pasien sehari-hari. Riwayat trauma disangkal. Keluhan

3

Page 4: laporan kasus mutiara

lain seperti mata merah, pegal, tegang, berair, penglihatan ganda, sering tersandung, dan

adanya benda hitam berterbangan disangkal. Pasien adalah seorang pelajar SMK jurusan

Akuntansi yang dalam kesehariannya bekerja di depan komputer mulai pukul 07.30 WIB

hingga pukul 16.00 WIB dengan waktu istirahat pada pukul 09.30-10.00 WIB dan pukul

12.00-13.00 WIB.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien mengaku telah

memakai kacamata sejak 8 tahun SMRS (saat pasien usia ± 10 tahun). Pasien lebih buram

bila melihat jauh, dan lebih jelas bila melihat dekat. Kacamata yang saat ini pasien pakai

diperiksa dan dibuat langsung di suatu optik ± 5 bulan SMRS.

Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami sakit mata yang lain. Riwayat trauma disangkal.

Tidak ada riwayat penyakit sistemik seperti penyakit darah tinggi, kencing manis, asthma,

maupun penyakit jantung. Pasien tidak pernah dirawat di RS sebelumnya dan tidak memiliki

riwayat operasi. Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan seperti pasien. Tidak ada

yang sedang mengalami sakit mata. Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, asthma,

maupun penyakit jantung pada anggota keluarga pasien, serta tidak ada riwayat alergi obat

dan makanan.

Riwayat Pengobatan

Pasien sebelumnya tidak pernah memeriksa matanya ke dokter dan belum mencoba

mengobati keluhannya.

Riwayat Kebiasaan

Pasien mengatakan bahwa ia sering menonton televisi dengan jarak yang dekat ± 0.5

meter. Pasien tidak sering memakai lensa kontak, pemakaian lensa kontak hanya saat acara-

acara tertentu, dan pemakaian maksimal 2 jam. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok.

4

Page 5: laporan kasus mutiara

II. 2 PEMERIKSAAN FISIK (26/12/2012 Pk 11:00)

STATUS GENERALIS

Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Nadi : 96x/menit

Suhu : 36,7oC

Pernapasan (Frekuensi dan tipe) : 20 x/menit

STATUS OPTHALMOLOGIS

Visus:

AVOD: 2/60 S -4.50 C-1.00 X 180° 6/6

AVOS: 3/10 S -3.00 C-1.00 X 180° 6/6

5

Page 6: laporan kasus mutiara

Pemeriksaan cover-uncover test: eksotropia (+)

6

Occuli Dextra Bola Mata Occuli Sinistra

Orthotropia Kedudukan bola

mata

Orthotropia

Baik ke segala arah Pergerakan bola

mata

Baik ke segala arah

Hiperemis (-), oedem (-),

ektropion (-). Entropion

(-), trikiasis (-),

distikiasis (-), ptosis (-)

Palpebra superior Hiperemis (-), oedem (-),

ektropion (-). Entropion (-),

trikiasis (-), distikiasis (-),

ptosis (-)

Hiperemis (-), litiasis (-),

folikel (-), papil (-)

Konjungtiva tarsalis

superior

Hiperemis (-), litiasis (-),

folikel (-), papil (-)

Injeksi siliar (-), injeksi

episklera (-), perdarahan

subkonjungtiva (-),

pterigium (-)

Konjungtiva bulbi Injeksi siliar (-), injeksi

episklera (-), perdarahan

subkonjungtiva (-), pterigium

(-)

Hiperemis (-), litiasis (-),

folikel (-), papil (-)

Konjungtiva tarsalis

inferior

Hiperemis (-), litiasis (-),

folikel (-), papil (-)

Jernih Kornea Jernih

Dalam Camera occuli

anterior

Dalam

Kripti baik Iris Kripti baik

Bulat, isokor, RCL +,

RCTL +

Pupil Bulat, isokor, RCL +, RCTL

+

Jernih Lensa Jernih

Jernih Viterous humor Jernih

Refleks fundus (+), papil

bulat, batas tegas, warna

orange, C/D ratio 0,3,

A:V= 2:3, refleks

makula (+), retina perifer

baik

Funduskopi Refleks fundus (+), papil

bulat, batas tegas, warna

orange, C/D ratio 0,3, A:V=

2:3, refleks makula (+), retina

perifer baik

16.2 mmHg Tekanan intra okuler 15.3 mmHg

Page 7: laporan kasus mutiara

Resume

Pasien datang ke poli klinik mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan kedua mata

sering terasa lelah, perih, terkadang terasa lebih buram, dan merasa pusing sejak ± 2 minggu

SMRS terutama setelah melihat dekat sekitar 1-2 jam, berkurang bila istirahat ±15 menit.

kesehariannya bekerja di depan komputer selama 8 jam denga 2 kali istirahat, masing-masing

30 dan 60 menit. Terkadang kedua mata pasien juling, berkunang-kunang, tidak fokus, sering

memicingkan mata, kedua mata tampak lebih besar dan menonjol. Keluhan menetap dan

mengganggu kegiatan sehari-hari. Pasien memakai kacamata sejak 8 tahun SMRS. Pasien

lebih buram bila melihat jauh, dan lebih jelas bila melihat dekat. Kacamata terakhir dibuat di

optik ± 5 bulan SMRS. Pada pemeriksaan fisik didapatkan AVOD: 2/60 S -4.50 C-1.00 X

180° 6/6, AVOS: 3/10 S -3.00 C-1.00 X 180° 6/6, kedudukan bola mata Eksotropia

ODS.

Diagnosis

Diagnosis pada pasien ini adalah Astigmatisma miopikus kompositus ODS, eksotropia,

computer vision syndrome

Penatalaksanaan:

1. Kacamata dengan koreksi yang tepat

2. Edukasi kepada pasien untuk mengurangi kebiasaan membaca dekat

3. Pengistirahatan kedua mata selama bekerja dengan cara melihat jauh ± 15 menit

4. Tempatkan layar komputer dengan jarak 20-26 inchi dari mata dengan ketinggian

sedikit di bawah mata.

5. Atur kontras dan terangnya cahaya komputer

6. Bersihkan debu dan jejak jari-jari tangan pada komputer secara rutin

7. Sekumpulan debu pada layar dapat mengurangi kontras dan menyebabkan silau dan

refleksi-refleksi cahaya pada mata, serta iritasi mata

8. Gunakan filter anti-silau pada layar komputer

9. Modifikasi cahaya ruangan

10. Perbaiki postur tubuh saat menghadap komputer untuk mengurangi kaku pada leher

dan punggung, atur tinggi kursi sehingga lutut dalam posisi sudut 90°, dan keyboard

pada posisi dibawah siku

11. Kompres air dingin dalam waktu ± 10 menit untuk membantu mengatasi mata lelah

7

Page 8: laporan kasus mutiara

Prognosis

Ad vitam : Ad bonam

Ad fungsionam : Dubia ad bonam

Ad Sanationam : Ad bonam

BAB III

ANALISA KASUS

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan benda yang tidak difokuskan secara tepat

di retina. Secara umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga

menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di

depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis kerja pasien pada kasus

ini adalah Astigmatisme Miopikus Kompositus ODS, eksotropia, dan computer vision

syndrome. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien datang ke poli klinik mata RSUD Budhi

Asih dengan keluhan kedua mata sering terasa lelah, perih, terkadang terasa lebih buram, dan

merasa pusing sejak ± 2 minggu SMRS terutama setelah melihat dekat sekitar 1-2 jam,

berkurang bila istirahat ±15 menit. Anamnesis tersebut menunjang diagnosis ke arah kelainan

refraksi Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai juling

dan celah kelopak yang sempit. Menurut literatur pasien astigmat akan mengeluhkan adanya

enurunan ketajaman mata baik jarak dekat maupun jauh. Pada pemeriksaan mata dapat

ditemukan tidak teraturnya lekukan kornea.

8

Page 9: laporan kasus mutiara

Pasien mengaku telah memakai kacamata sejak 8 tahun SMRS (saat pasien usia ± 10

tahun). Pasien lebih buram bila melihat jauh, dan lebih jelas bila melihat dekat. Kacamata

yang saat ini pasien pakai diperiksa dan dibuat langsung di suatu optik ± 5 bulan SMRS.

Perlu dipastikan apakah terdapat koreksi lebih atau koreksi kurang pada kacamata pasien

yang dapat menimbulkan gejala-gejala tersebut.

Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan seperti pasien. Miopia

biasanya diturunkan. Pasien mengatakan bahwa ia sering menonton televisi dengan jarak

yang dekat ± 0.5 meter. Merupakan kebiasaan yang dapat memperburuk keadaan mata

pasien saat ini.

Sehari-hari pasien bekerja di depan komputer selama 8 jam dengan 2 kali istirahat,

masing-masing 30 dan 60 menit. Merupakan kegiatan yang dapat memperburuk keadaan

mata pasien saat ini. Terkadang kedua mata pasien juling, berkunang-kunang, tidak fokus,

kedua mata tampak lebih besar dan menonjol. Pasien miopia mempunyai pungtum remotum

yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang menimbulkan

keluhan astenopia konvergensi. Kedua mata terasa tampak lebih besar dan menonjol,

kemungkinan pasien termasuk miopia indeks dengan kelengkungan kornea yang bertambah

sehingga tampak lebih menonjol. Miopia indeks merupakan miopia akibat bertambahnya

indeks bias media penglihatan terutama kornea, akuos humor, dan lensa.

Keluhan menetap dan mengganggu kegiatan sehari-hari. Pasien termasuk miopia

stasioner. Myopia stasioner, myopia yang menetap setelah dewasa. Pasien memakai kacamata

sejak 8 tahun SMRS (sejak usia 10 tahun). 20% anak di Singapur mengalami miopia mulai

usia 7 tahun, saat mereka memulai pendidikan primer awal, dengan prevalensi yang

meningkat hingga 70% saat menyelesaikan bangku kuliah. Di Perancis, 39% dari populasi

penduduk mengalami miopia, 15% mengalami astigmatisma, 9% mengalami hipermetropia,

dan sekitar 26% sampai 30% penduduk mengalami presbiopi. Kacamata terakhir dibuat di

optik ± 5 bulan SMRS.

Pasien sering memicingkan mata. Menurut literatur seseorang miopia mempunyai

kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan

efek pinhole (lubang kecil). Sesuai dengan literatur bahwa pasien dengan miopia akan

menyatakan melihat jelas bila dekat bahkan melihat terlalu dekat, sedangkan melihat jauh

kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan AVOD: 2/60 S -4.50 C-1.00 X 180° 6/6,

AVOS: 3/10 S -3.00 C-1.00 X 180° 6/6, kedudukan bola mata eksotropia ODS. Pasien

9

Page 10: laporan kasus mutiara

termasuk miopia derajat sedang dimana seseorang dianggap myopia sedang bila di antara 3 –

6 dioptri.

Penatalaksanaan pada pasien yang utama adalah pemberian kacamata yang sesuai

dengan ukuran pasien. Kacamata masih merupakan metode paling aman untuk memperbaiki

refraksi. Keuntungan dari pemakaian kacamata ialah mudah digunakan, harga lebih

terjangkau dan tahan lama, sedangkan kerugian memakai kacamata ialah perubahan dari

penampilan fisik dan beratnya frame pada hidung, serta penurunan penglihatan periferal

karena penglihatan yang dapat membaik bila pasien melihat melalui pusat lensa.

Selain itu perlu diberikan edukasi kepada pasien untuk mengurangi kebiasaan

membaca dan menonton televisi dengan jarak yang dekat. Pengistirahatan kedua mata selama

bekerja dengan cara melihat jauh ± 15 menit. Tempatkan layar komputer dengan jarak 20-26

inchi dari mata dengan ketinggian sedikit di bawah mata. Atur kontras dan terangnya cahaya

komputer. Bersihkan debu dan jejak jari-jari tangan pada komputer secara rutin. Sekumpulan

debu pada layar dapat mengurangi kontras dan menyebabkan silau dan refleksi-refleksi

cahaya pada mata, serta iritasi mata. Gunakan filter anti-silau pada layar komputer.

Modifikasi cahaya ruangan. Perbaiki postur tubuh saat menghadap komputer untuk

mengurangi kaku pada leher dan punggung, atur tinggi kursi sehingga lutut dalam posisi

sudut 90°, dan keyboard pada posisi dibawah siku. Kompres air dingin dalam waktu ± 10

menit untuk membantu mengatasi mata lelah.

Prognosis ad vitam pada pasien adalah ad bonam karena astigmat miopikus

kompositus, eksotropia ODS dan computer vision syndrome tidak menimbulkan kematian.

Prognosis ad fungsionam pada pasien adalah dubia ad bonam karena visus pasien tidak dapat

berkurang, namun masih dapat membaik setelah pemakaian kacamata. Prognosis ad

sanasionam pada pasien adalah ad bonam bila pasien menaati tatalaksana kacamata dan

edukasi dengan baik.

10

Page 11: laporan kasus mutiara

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas HS. Pemeriksaan Tajam Penglihatan dalam buku: Dasar Teknik Pemeriksaan

Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009. p5-21

2. Artini W, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI. 2011. p34-41

3. Ilyas HS. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010. P72-83

4. Eva PR, Whitcher JP. Oftamologi Umum. Edisi ke-17. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC. 2013

5. Ilyas S, Ilyas R. Miopia, Hipermetropia, dan Astigmat dalam buku Penyakit Mata:

Ringkasan dan Istilah. Jakarta: Grafitipers. 2000

6. Set B, Wong TY, Saw SM. Myopia In Singapore: Taking A Public Health Approach.

Available at:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1723957/pdf/v085p00521.pdf.

Accessed on: 24 Juli 2013

7. Penn medicine. Computer Vision Syndrome. Available at:

www.pennmedicine.org/ophth/conditions/cvs.html. Accessed on: 24 Juli 2013

11

Page 12: laporan kasus mutiara

8. Emedicine health care. Prognosis of Astigmatism. Available at:

http://www.emedicinehealth.com/astigmatism/page_6.htm. Accessed on: 20 Juli 2013

9. Khurana AK. Theory And Practice Of Optics And Refraction. New York: Elsivier.

2009

10. Pan CW, Ramamurthy D, Saw SM. Worldwide Prevalence and Risk Factors For

Myopia. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22150586. Accessed on:

22 Juli 2013

12