Laporan Kasus (MUMU)

download Laporan Kasus (MUMU)

of 7

Transcript of Laporan Kasus (MUMU)

ABSTRACTBackground : Epilepsi adalah istilah untuk cetusan listrik lokal pada substansia grisea otak yang terjadi sewaktu- waktu, mendadak dan sangat cepat. Secara klinis epilepsi merupakan gangguan paroksimal dimana cetusan neuron korteks serebri mengakibatkan serangan penurunan kesadaran, perubahan fungsi sensorik atau motorik, perilaku atau emosional yang intermiten dan stereotipik.Case Report : Perempuan berusia 70 tahun telah terdiagnosa dokter menderita epilepsi semenjak ia kecil. Penyakitnya sering kali kumat secara mendadak. Ia dilarang untuk mengikuti beberapa aktifitas di panti dikarenakan orang-orang di lingkungan panti takut jika ia kumat mendadak dan akan menyerang orang-orang sekitarnya atau melakukan tindakan yang tidak terduga. Discussion : Penyakit epilepsi yang sering kali kumat mendadak tanpa mengenal tempat dan waktu ini dapat membuat orang sekitarnya kaget dan takut, terutama di lingkungan kalangan lanjut usia. Sehingga dapat menurunkan kualitas kehidupan sosial si penderita epilepsi karena orang-orang takut terhadap dirinya jika kumat. Dengan situasi yang seperti ini jika terjadi penurunan kekuatan mental dapat menyebabkan depresi pada si penderita epilepsi tersebut.Conclussion and Suggestion : Untuk tetap dapat hidup nyaman dan memiliki kehidupan sosial yang baik, walau menderita epilepsi yang dapat kambuh mendadak di kalangan para lansia, diperlukan ketahanan mental yang baik. Sehingga tidak terjadi depresi, hidup tidak dihantui rasa minder dan takut, serta dapat nyaman melakukan aktifitas apapun.

Keywords :Epilepsi, mental, lanjut usia

LATAR BELAKANGEpilepsi yang merupakan penyakit kronik masih tetap merupakan masalah medik dan sosial. Masalah medik yang disebabkan oleh gangguan komunikasi neuron bisa berdampak pada gangguan kognitif dan mental. Dilain pihak obat-obatan anti epilepsi juga bisa berefek terhadap gangguan kognitif dan behavior. Oleh sebab itu pertimbangan untuk pemberian obat yang tepat adalah penting, mengingat efek obat yang bertujuan untuk menginhibisi bangkitan listrik tapi juga bisa berefek pada gangguan kognitif dan behavior.Epilepsi terjadi di seluruh dunia, hampir di seluruh daerah tidak kurang dari tiga kejadian tiap 1000 orang. Setiap tahunnya, diantara setiap 100.000 orang akan terdapat 40-70 kasus baru. Epilepsi mempengaruhi 50 juta orang diseluruh dunia, dan 80% dari mereka tinggal di negara berkembang. Epilepsi lebih sering timbul pada usia anak-anak atau orang tua diatas 65 tahun, namum epilepsi dapat muncul kapan saja. Pada systemic review terkini, angka prevalensi untuk epilepsi aktif bervariasi dari 1,5-14 per 1.000 orang/tahun di Asia, Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki sedikit lebih besar kemungkinan terkena epilepsi daripada perempuan.Laporan kasus ini bertujuan untuk mencari tahu ketahanan mental pasien lansia dalam menjalani hidupnya yang menyandang penyakit epilepsi di lingkungan panti sosial. Sehubungan dengan penyakit epilepsi dapat menyebabkan gangguan kognitif dan mental, bahkan obat-obatan yang juga menyebabkan gangguan kognitif dan behavior. Sehingga dapat menyebabkan sulit bergaul dan depresi.

CASE REPORT Identitas Pasien Nama : Ny. AUsia : 70 tahunAgama : islamSuku : SundaAlamat : BogorHobi : MenyanyiStatus : Janda, ditinggal hidupKeluarga : Anak 2 (wafat)Pekerjaan dahulu : Pembantu Rumah Tangga, Pembantu toko reklameRuang di panti : Ruang Mawar, panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 3Riwayat Alergi : AdaRiwayat konsumsi obat : Vitamin B complex , dexametason, curcuma, mertigoMasuk panti : 15 Oktober 2008

Keluhan Utama

Epilepsi yang kumat mendadak dan terjadi penurunan kesadaran serta ingatan setelah kekambuhan selesei. Pasien juga sering merasa pusing dan sulit tidur.

Riwayat Penyakit Sekarang Epilepsi yang dapat kumat kapanpun dan dimanapun. Pasien sering kali merasa pusing.Biasanya pasien mengalami penurunan kesadaran saat ia kumat sehingga menjadi tidak sadar saat kejang-kejang epilepsi terjadi. Setelah kumat pasien menjadi lupa akan lingkungan sekitarnya, tidak mengenal orang-orang sekitarnya serta bicara tidak karuan. Pasien termasuk golongan epilepsi terkontrol. Setiap 1 bulan sekali dibawa oleh pengurus panti ke Rumah Sakit Budi Asih untuk melakukan kontrol. Pasien mengkonsumsi obat-obatan epilepsi , selain itu juga mengkonsumsi vitamin. Selain epilepsi saat ini pasien juga mengalami penyakit osteoartritis. Dengkul dan kakinya sering kali terasa sakit, sehingga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan pasien kesulitan melakukan beberapa aktifitas seperti saat ibadah (saat ruku dalam shalat).

Riwayat Penyakit Dahulu

Dari kecil pasien telah mengalami epilepsi, pasien termasuk epilepsi yang idiopatik. Pasien tidak memiliki riwayat infeksi, ensefalopati, tumor , cedra kepala, pengaruh obat-obatan dan alkohol. Pasien mengalami kelainan pada bibir karena terkena minyak panas yang disebabkan karena epilepsinya yang kumat saat sedang memasak, kemudian terciprat minyak panas yang sedang digunakannya untuk memasak. Selain itu pasien juga pernah kumat saat ia sedang mengikuti senam. Sehingga membuat lansia sekitarnya hiruk pikuk.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien tidak mengetahui.

Riwayat Sosial Ny. A adalah janda ditinggal hidup, memiliki 2 anak, namun keduanya wafat saat masih kecil. Dulu pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan penjaga toko reklame. Aktivitasnya sehari-hari kini hanya mengurus dirinya sendiri dan mengikuti beberapa kegiatan panti yang dibolehkan oleh dokter, seperti pengajian; panggung gembira dan senam ringan. Terkadang ia mengalami sulit tidur dan pusing karena penyakitnya. Lingkungan sekitarnya sering melarangnya untuk ikut serta dalam beberapa aktifitas karena takut kalau epilepsinya kumat mendadak, pernah lansia lain mengatakan kepadanya bahwa takut kalau Ny. A kumat akan mencekeknya. Namun walau Ny. A menderita epilepsi ia memiliki ketahanan mental yang cukup baik. Ia masih berusaha bergaul dengan yang lain walau orang takut ia kumat mendadak dan akan menyerang orang lain atau bertindak diluar dugaan. Ny.A mengaku bahwa ia tidak merasa malu ataupun minder terhadap yang lain karena penyakitnya. Ny. A juga memiliki perasaan nyaman dengan hidup sendiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Ia selalu berusaha melakukan kebutuhan serta kegiatannya sendirian tanpa meminta bantuan orang lain. Bahkan ketika ia sedang kumatpun ia berpesan pada orang lain termasuk pengurus panti untuk menghiraukannya sampai ia kembali sadar. Oleh karena itu Ny.A mengaku tetap merasa betah hidup di panti karena dari dulu hidupnya sudah terbiasa sendiri dan ia merasa nyaman akan hal itu. Ny. A tidak memiliki riwayat keterikatan obat-obatan, trauma kepala dan alkohol.

Riwayat Pengobatan Mendapat obat-obatan anti epilepsi secara rutin dari dokter di rumah sakit Budi Asih. Serta vitamin b complex, obat maag, dan obat arthritis.

Pemeriksaan Fisik1. Keadaan umum : BaikKesadaran : Komposmentis

2. Vital Sign Tekanan darah : 100/70 Suhu : 36,7o Nadi : tidak diketahui Respirasi : Tidak diketahui

3. Status gizi Berat badan : 47 kg Tinggi badan : 140 cm

4. Status GeneralisA. Kepala Bentuk : Normocephal Rambut : Hitam dan hampir selurus luas permukaan dipenuhi uban Mata : Normal Telinga : Normal Hidung : Normal Tenggorokan : Tidak dilakukan Mulut : Bibir bawah tampak turun kebawah karena pernah terkena minyak panas

B. Leher : Tidak dilakukanC. Thorak : Tidak dilakukanD. Abdomen : Tidak dilakukan

Pemeriksaan laboratoriumTidak dilakukan

DISKUSIKekuatan mental adalah kondisi yang bersifat dinamis yang mengandung kesanggupan untuk mengembangkan kemampuan dalam keadaan bagaimanapun juga, baik menghadapi gangguan dan ancaman dari luar maupun keadaan dirinya sendiri. Kekuatan mental seorang penderita penyakit dapat diketahui dari meningkat atau menurunnya kepercayaan diri serta daya juang untuk sehat. Jadi ketahanan mental dapat diketahui dari kemampuan penderita dalam menghadapi beban mental. Beban mental tersebut misalnya jika memiliki penyakit menular, penyakit yang tabu di masyarakat, penyakit yang prognosis kesembuhannya minim,serta penyakit yang memiliki gejala tak biasa. Kekuatan mental yang turun dapat menyebabkan depresi. Depresi berat dan deperesi ringan sudah sangat lazim di kalangan masyarakat, orang-orang sakit dan orang-orang usia lanjut. Depresi bukan merupakan bagian alami dari penuaan dan bukan juga hasil dari rawat inap penyakit akut. Konsekuensi dari depresi meliputi bertambahnya rasa sakit dan cacat , pemulihan penyakit dan pemulihan pascaoperasi yang tertunda, memburuknya efek samping obat , membutuhkan pelayanan kesehatan yang lebih, gangguan kognitif , sub gizi , dan peningkatan kematian bunuh diri . Depresi cendrung tahan lama dan berulang, oleh karena itu tidak bermanfaat jika hanya menunggu dan melihatnya saja, ini diperlukan perhatian klinis yang segera. Jika dapat diterima oleh pasien maka akan memberikan dampak yang baik. Gejala somatik depresi biasanya lebih menonjol dibandingkan mood depresinya.Depresi sering terjadi di tahun-tahun terakhir kehidupan individu. Depresi pada lanjut usia ini muncul dalam bentuk keluhan fisik seperti ; insomnia, kehilangan nafsu makan, masalah pencernaan, dan sakit kepala. Depresi sangat mudah membuat lanjut usia putus asa, kenyataan yang menyedihkan karena kehidupan kelihatan suram dan diliputi banyak tantangan. Lansia dengan depresi biasanya lebih menunjukkan keluhan fisik daripada keluhan emosi. Keluhan fisik sebagai akibat depresi kurang mudah untuk dikenali, yang sering menyebabkan keterlambatan dalam penanganannya. Keluhan fisik yang muncul sulit dibedakan apakah disebabkan faktor fisik atau psikis, sehingga depresi sering terlambat untuk dideteksi.Pada usia lanjut biasanya depresi bercampur dengan kecemasan. Pengenalan depresi dilatar belakangi koeksitensi penyakit jasmani, sosial dan masalah ekonomi umum di masa kini. Deteksi dini, campur tangan dan penyerahan oleh para suster dapat mengurangi efek dari depresi tersebut.Gejala somatik , juga terlihat di banyak penyakit fisik , sering dikaitkan dengan A dan B , sehingga berbagai gejala depresi harus dinilai.Parameter depresi pada lansia dapat juga dilihat dari hal-hal berikut :1. Penggunaan alkohol/ zat-zat terlarang 2. Kondisi tertentu : Dementia, stroke, epilepsi, kanker, arthritis, patah tulang pinggul, infark miokard, penyakit paru obstruktif kronik, parkinson, dsb.3. Kecacatan fungsional4. Janda/duda5. Pengasuh 6. Isolasi sosial/ tidak adanya dukungan sosial7. Kurangnya persepsi dalam lingkungannya8. Menilai semua kelompok berisiko menggunakan alat skrining depresi standar dan skor dokumentasi. GDS-SF dianjurkan karena memakan waktu sekitar 5 menit untuk mengelola, telah divalidasi dan banyak digunakan dengan sakit medis dewasa yang lebih tua, dan termasuk beberapa item somatik yang mungkin bingung dengan penyakit fisik.

Untuk mendiangnosis depresi dapat dilihat menurut kriteria baku yang dikeluarkan oleh DSM-III R ,yang dikeluarkan oleh Asosiasi Psikiater Amerika,diagnosis depresi harus memenuhi kriteria dibawah ini :1. Perasaan tertekan hampir sepanjang hari2. Secara nyata berkurang perhatian atau keinginan untuk berbagi kesenangan,atau atas semua atau hampir semua aktivitas.3. Berat badan turun atau naik secara nyata,atau turun atau naiknya selera makan secara nyata4. Isomnia atau justru hipersomnia5. Agitasi atau retardasi psikomotorik6. Rasa capai/lemah atau hilangnya kekuatan7. Perasaan tidak berharga,rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat (seiring bersifat delusi)8. Hilangnya kemampuan untuk berpikir,berkosentrasi atau membuat keputusan.9. Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati),pikiran berulang untuk lakukan bunuh diri tanpa rencana yang jelas,atau upaya bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri

Gejala depresi pada usia lanjut sering hanya berupa apatis dan penarikan diri dari aktifitas sosial,gangguan memori,perhatian serta memburuknya kognitif secara nyata.Tanda disfori atau sedih yang jelas seringkali tidak terdapat . Adanya penurunan perhatian dari hal-hal yang sebelumnya disukai,penurunan nafsu makan,aktivitas atau sukar tidur.

Depresi pada usia lanjut seringkali kurang atau tidak terdiagnosis karena hal-hal berikut :

1. Penyakit fisik yang diderita seringkali mengacaukan gambaran depresi,antara lain mudah lelah dan penurunan berat badan.2. Golongan lanjut usia sering kali menutupi rasa sedihnya dengan justru menunjukan bahwa dia lebih aktif.3. Kecemasan,obsesionalitas,histeria dan hipokondria yang sering merupakan gejala depresi justru sering menutupi depresinya.Penderita dengan hipokondria,misalnya justru sering dimasukkan ke bangsal Penyakit Dalam atau Bedah (misalnya karena diperlukan penelitian untuk konstipasi dan lain sebagainya)4. Masalah sosial yang juga di derita seringkali membuat gambaran depresi menjadi lebih rumit. Mengingat hal-hal tersebut diatas,maka dalam setiap asesmen geriatri seringkali disertakan form pemeriksaan untuk depresi,yang seringkali berupa skala depresi geriatrik (GDS) atau skala penilian depresi.

Oleh karena itu agar tidak terjadi penurunan kekuatan mental hingga terjadi depresi maka harus dingkatkan kekuatan mentalnya. Kekuatan mental harus dimiliki oleh siapapun termasuk para penderita penyakit dan lansia, sehingga dapat tetap memiliki rasa percaya diri, memiliki keinginan kuat untuk sembuh, dan dapat menguasai diri. Meningkatkan ketahanan mental berarti meningkatkan sumber-sumber kemampuan jiwa individu yang meliputi : 1. Meningkatkan kekuatan kemaunnya dengan mensugesti diri sendiri2. Meningkatkan stabilitas emosional khusunya dalam mengahadapi perasaan negatif, seperti kekecewaan, kecemasan, dan perasaan takut 3. Mengembangkan akal penalaran, motivasi, dan sikap.

Adapun beberapa karakteristik untuk meningkatkan ketahanan mental yaitu : 1. Self motivated dan self directed ( dorongan dari dalam diri untuk lebih mandiri dan tidak menggantungkan hidupnya dengan orang lain) 2. Positive but realistic ( tidak suka mengeluh, megkeritik, rewel serta mencari-cari kesalahan orang lain) 3. In control of his emotion (pengendalian emosi) 4.Calm and relaxed under fire ( menjadikan tekanan sebagai kesempatan untuk mengeksplorasi diri) 5. Highly energetic and ready for action ( selalu semangat dan mengatasi masalah secara mandiri) 6. Mentally alert and focus ( mampu mengontrol perhatiannya dan fokus) 7. Doggedly self confident ( memiliki kepercayaan diri yang mantap dan tegar dalam menghadapi intimidasi dari siapapun)8. Fully responsible (memiliki tanggung jawab penuh terhadap aktifitasnya, semua aktifitasnya didasari karena perasaan senang yang muncul dari dalam dirinya).

Tidak lupa sebagai seorang muslim, kita dianjurkan untuk melakukan terapi mental dengan cara terapi keimanan. Karena berdasarkan keimanan yang kokoh dalam jiwa, maka akan menimbulkan rasa aman, tenang, ridha dengan segala hal yang ditakdirkan oleh Allah, dan juga sehat secara mental. Allah berfirman dalam surat Ar-rad ayat 28, yaitu : (yaitu) orang-orang yang beriman dalam hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tentram

KESIMPULAN DAN SARAN Menyandang penyakit dan menjadi tua bukanlah suatu penghalang untuk hidup nyaman dan bahagia. Oleh karena itu jadikan kondisi tersebut sebagai pemacu untuk mengeksplor diri. Orang yang berpenyakit pada lansia pun harus memiliki ketahanan mental yang baik agar terhindar dari depresi yang dapat menyebabkan keadaan fisik dan emosi semakin buruk. Meningkatkan stabilitas emosional khusunya dalam mengahadapi perasaan negatif perlu dilakukan untuk menghindari perasaan perasaan cemas, takut, minder ataupun depresi. Tak lupa pendekatan pada tuhan adalah salah satu faktor penting untuk meningkatkan ketenangan jiwa, hati dan emosional. ACKNOWLEDGEMENTSaya ucapkan puji syukur kepada Allah SWT, karena tugas laporan kasus untuk memenuhi tugas di blok elektif ini dapat selesai tepat pada waktunya Dalam kesempatan ini saya mendedikasikan hasil laporan kasus kepada kedua orang tua yang telah mendukung secara moral maupun materiil dalam penyelesaian laporan kasus ini. Saya ucapkan terimakasih kepada kepala panti sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Dra.Marwianti yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan observasi yang diperlukan untuk penyelesaian laporan kasus ini, kepada ibu Dwi Atini,A.Ks, Msi selaku ketua bidang keperawatan Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 yang telah membantu dalam mempermudah observasi untuk menelaah kasus, kepada dr.Hj. Susilowati, Mkes dan Dr. Drh. Hj. Titiek Djanatun selaku koordinator blok elektif 2013-2014, kepada dosen yang telah membimbing saya dr. Yulia suciati, Mbiomed dan dr. Faisal, SpPD , kepada pasien Ny. A, yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 di Ciracas yang telah bersedia sebagai voluntir observasi kasus, juga terimakasih untuk teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan kasus ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lionel Ginsberg. Lecture Notes Neurologi. Edisi 8. Eirlangga medical Series. 2005. Pg. 79.

2. Theresa A. Harvath, PhD, RN, CNS and Glenise L. McKenzie, PhD, RN, MN. Evidence-Based Geriatric Nursing Protocols for Best Practice. Edisi 4. Springer Publishing Company. 2012.

3. http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._KEPELATIHAN/197204031999031-KOMARUDIN/MATAKULIAH_PSIKOLOGI_PEL/KESIAPAN_DAN_KETAHANAN_MENTAL.pdf

4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37320/5/Chapter%20I.pdf

5. Musfir bin Said bin Muhammad Az-Zahra. Konseling Terapi. Gema Insani Press. 2005. Hal. 49.

1