LAPORAN KASUS JIWA

50
LAPORAN KASUS ILMU KEDOKTERAN JIWA SKIZOFRENIA PARANOID OLEH LILY M.S. SANUSI 0908012852 Pembimbing : dr. D.A.P. Shinta Widari Sp.KJ Laporan Kasus Skizofrenia ParanoidPage 1

Transcript of LAPORAN KASUS JIWA

Page 1: LAPORAN KASUS JIWA

LAPORAN KASUS ILMU KEDOKTERAN JIWA

SKIZOFRENIA PARANOID

OLEH

LILY M.S. SANUSI

0908012852

Pembimbing : dr. D.A.P. Shinta Widari Sp.KJ

SMF KEDOKTERAN JIWA

RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

TAHUN 2013

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 1

Page 2: LAPORAN KASUS JIWA

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. YT

TTL : Kupang, 30 Januari 2013

Umur : 20 tahun

Suku : Timor

Agama : Kristen Protestan

Status Pernikahan : Belum Menikah

Pendidikan : Tamat SD

Alamat : Naioni, Kecamatan Alak

II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

a. Keluhan Utama

Pasien dibawa ke rumah sakit pada hari Kamis pagi tanggal 8

Agustus 2013 karena pasien mengamuk, merusak motor kakaknya,

dan melempar rumah tantenya dengan batu sejak 1 hari sebelum

masuk rumah sakit.

b. Riwayat Gangguan Sekarang

Autoanamnesis

Wawancara dilakukan pada hari Kamis, 29 Agustus 2013

pukul 16.30 WITA. Saat diwawancara pasien dalam keadaan

duduk tenang di ruangan nonton bersama dengan ibunya. Pasien

menggunakan baju kaos berwarna putih dilapisi jaket hitam dan

celana jeans yang digulung sebetis, kuku dan rambut tidak terawat.

Saat disapa selamat sore pasien menyapa balik dengan

mengucapkan selamat sore. Pemeriksa kemudian memperkenalkan

diri dan menyuruh pasien untuk memperkenalkan dirinya. “Be

pung nama Yopi Tabe, biasa dipanggil Yopi”. Pemeriksa

menanyakan bagaimana perasaan pasien hari ini, pasien menjawab

“be pung perasaan senang karena banyak teman dan banyak

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 2

Page 3: LAPORAN KASUS JIWA

dokter muda disini.” Pemeriksa bertanya lagi apakah pasien

mengetahui tempat dimana ia berada sekarang, pasien kemudian

menjawab “sekarang be di rumah sakit RSUD Johannes, dokter”

Saat ditanyakan apa yang membuat pasien masuk rumah sakit,

pasien menjawab bahwa dirinya tidak mengetahui mengapa dibawa

ke rumah sakit. “beta sonde sakit, tapi be pung kakak dengan

mama dong yang bawa be ke rumah sakit” pemeriksa kemudian

bertanya “mengapa kakaknya Yopi membawa Yopi ke Rumah

sakit?” pasien menjawab “beta sonde tahu ju. waktu itu kakak buat

beta jengkel karena tidak mau kasih pinjam motor di be. Be

akhirnya kasih rusak motor su ma. Mungkin karena itu makanya

dia sengaja bawa be pi rumah sakit ko sengaja mau suruh be

masuk disini.” Pemeriksa kemudian bertanya “Memangnya Yopi

mau kemana dengan motor itu? Pasien menjawab “Be mau jemput

be punya maitua di Naioni. Be punya maitua su tunggu be. Dia

pung nama Mega”. Ketika ditanyakan apa betul Mega adalah pacar

Yopi, pasien pun meyakinkan bahwa Mega adalah pacarnya. Dia

juga mengaku punya banyak pacar di Naioni dan mengaku bahwa

banyak yang suka dengan dirinya. Pemeriksa kemudian

membantah pendapat pasien dengan cara memberitahukan bahwa

tidak semua wanita menyukai dirinya, mungkin hanya perasaannya

saja. Pasien tetap bersikeras mengatakan bahwa dirinya memang

banyak pacar dan disukai banyak orang.

Pemeriksa kemudian bertanya lagi, apakah pasien pernah

mendengar suara-suara yang sebelumnya tidak pernah didengar

dan hanya pasien yang mendengarnya, pasien menjawab “be

pernah dengar suara-suara orang yang bemaki deng be. Be kayak

mau pukul dong sa, tapi dong son ada na. dong bikin be jengkel

sa. Dong pikir dong sapa ko mau bemaki be. Itu suara-suara ju

bilang mau pukul be, makanya be marah dan be lempar dong tapi

tesalah kena di rumah te’o. Gara-gara itu suara makanya be

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 3

Page 4: LAPORAN KASUS JIWA

marah”. Pemeriksa kemudian menanyakan apa suara yang

didengar pasien tersebut didengar lewat telinga atau berasal dari

hati. Pasien kemudian menjawab bahwa dia mendengar hal

tersebut dari telinga pada saat duduk sendirian dan pasien mengaku

itu bukan mimpi tapi suara yang datang pada saat pasien sadar.

Lalu pemeriksa kembali bertanya, apakah pasien pernah

melihat bayangan-bayangan yang hanya bisa dilihat oleh pasien

tapi orang lain tidak dapat melihat, pasien menjawab “be sering

liat be pung bapak mertua yang nama om Nuil Neno Mesakh

datang liat be. Be sa yang liat. Orang lain sonde ada yang liat. Dia

suruh be pulang cepat su. Dia pung anak tu be pung maitua. Be

mau cepat pulang ko mau liat be pung maitua. Ketong mau nikah

su .” Pasien mengatakan bahwa dia melihat bayangan tersebut

pada saat sadar, dan bukan mimpi. Pemeriksa kemudian

memberitahu kepada pasien bahwa apa yang dilihat oleh pasien itu

tidak nyata, tetapi hanya interpretasi yang salah dari pikiran pasien.

Tidak mungkin ada bayangan yang hanya dilihat oleh pasien

namun orang lain tidak dapat melihatnya. Pasien hanya diam dan

mendengarkan penjelasan pemeriksa.

Saat ditanyakan mengenai pekerjaan, pasien menjawab bahwa

dia sering membantu ibunya bekarja di kebun sejak dirinya

berhenti sekolah. Pemeriksa kemudian menanyakan mengapa

pasien putus sekolah, pasien kemudian menjawab bahwa waktu

SMP kelas II, pasien pernah berkelahi dengan temannya sehingga

kepala sekolah memanggil dirinya dan orangtuanya ke sekolah.

Pasien saat itu takut dimarahi oleh kepala sekolah sehingga dia

tidak mau bersekolah lagi. Pemeriksa kemudian menanyakan

apakah pasien ingin bersekolah lagi, pasien kemudian menjawab

“be mau lanjut sekolah lagi supaya bisa jadi dokter.” Pasien juga

mengaku sudah sering mendaftar untuk ikut paket B, namun ketika

dirinya mendaftar, petugas selalu mengatakan bahwa pendaftaran

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 4

Page 5: LAPORAN KASUS JIWA

sudah ditutup. Pemeriksa kemudian memberikan motivasi kepada

pasien untuk tetap bersabar.

Saat ditanyakan mengenai ayah pasien, pasien terlihat sedih

dan nampak terdiam sejenak tidak menjawab pertanyaan

pemeriksa. Pemeriksa kemudian meminta maaf pada pasien. Pasien

kemudian mengatakan bahwa ayahnya sudah meninggal sejak awal

tahun 2012. Pasien mengatakan bahwa semenjak ayahnya

meninggal, dirinya sering mendengar suara-suara yang aneh dan

membuat dirinya tidak betah di rumah karena suara-suara tersebut

sering membuatnya marah dan kadang membuat pasien merusak

barang-barang di rumahnya. Pasien juga mengaku pernah masuk

ke rumah sakit dan dirawat selama 3 minggu karena dipaksa oleh

kakaknya. Pasien berkata “be pung kakak waktu itu ju paksa be

kesini, makanya be su biasa disini. Dia sengaja bawa be kesini.

Dia bilang be suka ngamuk-ngamuk, Padahal be ni sonde begitu.”

Saat ditanyakan apakah pasien rajin kontrol ke poli serta teratur

minum obat, pasien mengaku bahwa semenjak keluar rumah sakit

pasien hanya kontrol obat 2 kali. Setelah pasien merasa baik,

pasien tidak mau minum obat lagi. Saat ditanyakan alasan

mengapa pasien tidak mau minum obat lagi, pasien menjawab “be

sonde sakit ju, kenapa harus minum obat?” pemeriksa kemudian

memberitahukan pada pasien agar setelah pulang dari rumah sakit

agar rajin minum obat. Pemeriksa juga memberitahukan pada

pasien bahwa pasien secara fisik memang tidak sakit, namun jiwa

pasien yang sedikit mengalami gangguan, sehingga perlu diobati.

Jika pasien teratur minum obat, maka pasien tidak akan mendengar

lagi hal-hal yang membuat dirinya marah dan lama-kelamaan

gangguan yang dialami pasien membaik. Pasien hanya terdiam dan

mengangguk mendengarkan penjelasan pemeriksa.

Pasien tahu kalau saat ini dirinya ada di ruang nonton, tahu

kalau saat dilakukan pemeriksaan adalah sore hari, dan mengenal

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 5

Page 6: LAPORAN KASUS JIWA

kalau yang bersamanya saat ini adalah ibu kandungnya. Dari

wawancara didapatkan hasil orientasi pasien baik mengenai waktu,

tempat dan orang, karena mampu menjawab pertanyaan dengan

baik.

Pasien dapat menyebutkan jumlah saudaranya dan mengenal

nama mereka, serta dapat mengingat nama sekolahnya. Pasien juga

dapat menyebutkan menu makan siangnya dengan baik, dapat

menyebutkan aktivitas pasien sebelum wawancara, yaitu bermain

tenis meja serta dapat menyebutkan aktivitas yang dilakukan

kemarin. Pasien selalu berkonsentrasi dengan baik dan penuh

perhatian selama wawancara dilakukan. Pasien juga mampu

menyebutkan perbedaan dari meja dan kursi.

Pasien juga dapat menyebutkan nama presiden, gubernur, serta

walikota saat ini. Ketika diberikan gambar segilima dan lingkaran,

pasien dapat menirunya seperti yang digambarkan oleh pemeriksa.

Heteroanamnesis

Menurut ibu kandung pasien, pasien pernah masuk bangsal

empati pada tahun 2012 karena mangamuk-ngamuk, sering bicara

sendiri, serta sering bertengkar dengan saudaranya. Pasien dirawat

di bangsal emati selama 3 minggu. Setelah pasien keluar, pasien

dapat beraktivitas dan bekerja namun tidak kemempuan bekerjanya

tidak seperti sebelumnya. Keluarganya sering mengingatkan pasien

untuk minum obat, namun pasien selalu mengelak dan mengatakan

bahwa dirinya tidak sakit lagi sehingga tidak perlu minum obat.

Ibu pasien mengaku bahwa pasien sudah putus obat sejak bulan

Juni 2012 dan diakui oleh ibunya bahwa pasien dapat beraktivitas

walaupun tidak minum obat. Pasien juga tidak ngamuk-ngamuk

lagi.

Pada bulan Juni 2013 pasien mulai memperlihatkan perilaku

aneh seperti sering keluar rumah, sering menyendiri, serta kadang

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 6

Page 7: LAPORAN KASUS JIWA

memukul-mukul tiang listrik serta sering melempar rumah orang

sehingga mengganggu tetangga lain. Ibu pasien juga menceritakan

bahwa kadang pasien tertawa sendiri, bicara sendiri, serta suka

teriak-teriak, terutama pada malam hari. Ibu pasien juga mengaku

bahwa gejala pasien saat bulan juni dan juli 2013 lebih berat

dibandingkan sebelumnya. Pasien juga terlihat malas bekerja dan

sering keluar rumah dengan tujuan yang tidak jelas. Menurut

ibunya, pasien dulu adalah anak yang rajin namun pada saat sakit,

pasien sangat malas dan terkadang tidak mau bekerja membantu

ibunya.

Menurut ibu kandung pasien, pasien sebelum sakit sangat

pemalu dengan perempuan dan tidak memiliki pacar. Setelah

pasien sakit, pasien mulai menampakkan keanehan seperti sering

mengganggu perempuan yang lewat di depan rumahnya dan

menganggap bahwa mereka semua adalah pacarnya. Ibu pasien

mengatakan bahwa Om Nuil Neno Mesakh tidak ada dan bukan

bapak mertua dari pasien. Ibu kandung pasien juga mengatakan

bahwa pasien mulai terlihat aneh perilakunya setelah 2 bulan

semenjak ayahnya meninggal. Pasien lebih sering mengurung

dirinya, dan berdiam di kamar setelah kepergian ayahnya.

c. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Pasien pernah mengamuk-mengamuk pada bulan Maret 2012

sehingga dibawa ke rumah sakit dan dirawat selama 3 minggu di

bangsal empati. Setelah keluar bangsal empati, gejala-gejala seperti

mengamuk-ngamuk berkurang dan pasien dapat beraktifitas

normal. Pada bulan Juni 2012, keluarga pasien tidak melakukan

kontrol obat di poli jiwa karena pasien tidak mau minum obat.

Pada awal juni tahun 2013, pasien mulai memperlihatkan perilaku

suka bicara sendiri dan tertawa sendiri terutama pada tengah

malam.

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 7

Page 8: LAPORAN KASUS JIWA

d. Riwayat Sifat Kepribadian Sebelumnya

Pasien sebelumnya adalah anak yang pendiam dan pemalu,

serta jarang keluar rumah. Pasien merupakan anak yang ulet dan

rajin bekerja dalam keluarganya. Jika berbuat masalah, maka

pasien sering menghindar atau menjauh dari masalah tersebut.

Pasien memiliki banyak teman. Semenjak putus sekolah, pasien

mulai bergaul dengan teman-temannya, suka berkeliaran keluar

rumah, dan terkadang pasien juga ikut-ikutan minum alkohol.

e. Riwayat Kehidupan Pribadi

- Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak yang diinginkan. Pasien anak ke-3 dari

6 bersaudara. Pasien lahir secara normal dirumah, tidak ditolong

oleh dukun dan tenaga kesehatan. Menurut ibunya pasien tidak

mengalami luka-luka atau tidak terjatuh setelah dilahirkan.

- Masa Kanak Dini (0-3 tahun)

Pasien diberi ASI sampai berusia 1 tahun. Pada usia 4 bulan,

pasien sudah diberikan makanan tambahan. Pasien mulai

berjalan umur 1 tahun 3 bulan, muai berbicara pada usia 1 tahun.

Pasien tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan

perkembangan selama masa kanak dininya.

- Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

Walaupun tidak mendapat ranking di sekolahnya, tetapi pasien

terus naik kelas sampai kelas 6 SD dan lulus ujian SD. Selama

bersekolah di SD pasien juga tidak pernah mengalami masalah.

- Masa Remaja

Pasien merupakan anak yang pendiam, lebih senang tinggal di

rumah dan membantu orangtuanya bekerja di kebun. Pada saat

usia 13 tahun, ketika pasien kelas II SMP, pasien berhenti

sekolah karena pernah membuat masalah dengan temannya.

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 8

Page 9: LAPORAN KASUS JIWA

Pasien dipanggil oleh kepala sekolahnya, namun pasien

menghindar dengan cara tidak pernah datang ke sekolah.

Semenjak saat itu pasien mulai tidak masuk sekolah dan

berhenti melanjutkan pendidikan. Setelah putus sekolah, pasien

kemudian mulai merokok dan berteman dengan teman-teman

kompleks yang tergolong nakal. Pasien kadang-kadang minum

alkohol karena dipaksa oleh teman-temannya. Semenjak saat itu,

pasien mulai melawan dan tidak menjadi anak yang penurut

lagi. Orang tuanya kadang memarahi pasien, namun pasien juga

sering melawan dan keluar rumah bersama teman-temannya.

- Masa dewasa

Riwayat Pendidikan

Pasien bersekolah di SDN Naioni sampai kelas 6 SD, selalu

naik kelas dan lulus SD walaupun pasien tidak terlalu

pintar. Pasien kemudian melanjutkan sekolah ke SMPN 17

Naioni. Saat pasien kelas II SMP pasien melakukan

perkelahian dengan temannya sehingga diberikan surat

panggilan dari kepala sekolah untuk dirinya dan orang

tuanya. Pada saat itu pasien ketakutan sehingga tidak pernah

datang lagi ke sekolah. Orang tuanya sudah memaksa,

namun pasien tetap bersikeras untuk meninggalkan

sekolahnya karena takut bertemu kepala sekolah.

Riwayat Pekerjaan

Pasien sehari-hari bekerja membantu ibunya di kebun,

namun kadang-kadang pasien juga bekerja sebagai penggali

batu untuk membantu keluarganya.

Riwayat Psikoseksual

Menurut ibu kandung pasien dan keluarganya, pasien

sampai saat ini tidak mempunyai pacar, namun semenjak

sakit pasien merasa bahwa pacarnya sangat banyak. Pasien

mulai mimpi basah sejak usia 14 tahun.

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 9

Page 10: LAPORAN KASUS JIWA

Riwayat Agama

Pasien beragama kristen protestan sesuai dengan agama

ayah dan ibunya. Pasien rajin ke gereja ketika tidak sakit,

namun semenjak dirinya berperilaku aneh, pasien jarang ke

gereja lagi.

Aktivitas Sosial

Pasien bergaul baik dengan teman-temannya. Sering

mengikuti perkumpulan pemuda gereja.

Riwayat Pelanggaran Hukum

Menurut keluarga dan pasien sendiri, pasien tidak pernah

melakukan pelanggaran hukum yang membuat pasien

masuk penjara.

- Situasi Kehidupan Sekarang

Saat ini pasien tinggal dengan ibu kandung, saudara-saudaranya,

serta kadang tinggal bersama tantenya yang rumahnya berada 15

meter di samping rumahnya. Saat dilakukan kunjungan, pasien

belum berada di rumah. Pemeriksa bertemu dengan ibu kandung

pasien, tante pasien, serta adik perempuan kandung pasien yang

masih duduk di bangku SMP kelas II. Rumah pasien berukuran

kecil (5x6 meter), berdinding bebak, berlantai tanah, beratap

seng dan tidak memiliki plafon.

Di dalam rumah terdapat 2 kamar tidur yang hanya dibatasi

dengan tirai, 1 ruang tengah, serta 1 ruang tamu. Dapur dan WC

dibuat terpisah dari rumah. Dapur berada di luar rumah.

Sedangkan WC juga berada di luar rumah, dengan jarak dari

rumah sekitar 10 m. WC tersebut dipakai bersama dengan tante

pasien yang hidup sendirian. Pasien biasanya tidur di kamar

yang berukuran 2x2 meter bersama 2 orang adik laki-lakinya.

Adik perempuan biasanya tidur dengan ibu kandung pasien,

sedangkan kakak pasien lebih sering tidur di rumah tantenya.

Kamar pasien sangat sempit sehingga hanya terdapat tempat

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 10

Page 11: LAPORAN KASUS JIWA

Ruang tengah

Ruang tamu

Kamar pasien

Kamar

Ruang tengah

Ruang tamu

Kamar

kamar

kamar

tidur dan tidak terdapat barang lain selain tempat tidur. Pasien

diketahui memiliki hubungan yang akur dengan keluarganya,

namun terkadang pasien sering berselisih paham dengan kakak

kandungnya. Pasien diakui oleh keluarga merupakan anak yang

rajin dan penurut serta jarang keluar rumah, namun semenjak

dia bergaul dengan teman-temannya yang nakal, dia menjadi

anak yang sering melawan orangtua. Menurut pengakuan ibu

kandung pasien, pasien merupakan anak yang selalu menghindar

jika ada masalah.

Rumah Tante Pasien

6 m

Rumah Pasien

6

- Riwayat Keluarga

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 11

dapur

WC

Page 12: LAPORAN KASUS JIWA

Pasien merupakan anak ke 3 dari 6 bersaudara. Kakak keduanya

meninggal saat berusia 1 tahun ketika pasien belum dilahirkan.

Dalam keluarga pasien seorang tantenya ada yang menderita

gejala yang sama. Riwayat anggota keluarga lain yang memiliki

gejala seperti pasien tidak ada.

Keterangan : : :Laki – Laki

: Perempuan

: Pasien

: tante pasien

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Tanggal 29 Agustus 2013)

a. Deskripsi Umum

- Penampilan : laki-laki, dewasa muda, sesuai umur, tampak

menggunakan baju kaos berwarna putih dilapisi jaket hitam

dan celana jeans yang digulung sebetis, kuku dan rambut tidak

terawat.

- Perilaku dan psikomotor: pasien tampak tenang. Saat

diwawancara pasien dalam keadaan duduk di ruang santai

sambil menonton televisi. Kontak mata (+).

- Sikap terhadap pemeriksa: pasien kooperatif

b. Mood dan Afek

- Mood : Eutimia

- Afek : Terbatas

- Keserasian : Sesuai

c. Pembicaraan

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 12

Page 13: LAPORAN KASUS JIWA

Pasien berbicara dengan Spontan, volume sedang, intonasi sedang

dan kecepatan bicara normal

d. Persepsi

Halusinasi visual (+), dimana pasien sering melihat bayangan-

bayangan yang dikatakan sebagai bapak mertua pasien pada saat

pasien sadar.

Halusinasi auditorik (+), pasien sering mendengar suara bisikan

orang-orang yang memaki dirinya yang berasal dari telingapasien,

bukan dari hati pada saat pasien sadar.

e. Proses Pikir

- Bentuk pikir : Tidak logis

- Arus pikir : Koheren

f. Isi pikir

Erotomania (keyakinan yang keliru), dimana pasien merasa kalau

dirinya disukai oleh banyak wanita, walaupun sudah dibantah dan

diberitahu, tapi pasien masih mempercayai dan meyakinkan

pemeriksa bahwa dirinya disukai oleh banyak wanita, padahal

kenyataannya tidak seperti itu.

g. Kesadaran dan Kognisi

- Taraf Kesadaran dan Kesigapan : Kompos Mentis

- Orientasi

Waktu : baik (pasien dapat

mengetahui waktu dilakukan pemeriksaan adalah sore hari)

Tempat : baik (pasien

mengetahui tempat dilakukan wawancara adalah di ruang

televisi)

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 13

Page 14: LAPORAN KASUS JIWA

Orang : baik (pasien mampu

mengenali anggota keluarga dan pemeriksa sendiri)

- Daya Ingat

Daya Ingat Jangka Panjang : baik (pasien dapat

mengingat nama sekolahnya, jumlah saudaranya, serta

tanggal lahirnya)

Daya Ingat Jangka Sedang : baik (pasien mampu

mengingat aktivitas yang dilakukannya kemarin)

Daya Ingat Jangka Pendek : baik (pasien mampu

menceritakan apa menu makan siangnya, serta mengingat

aktivitas yang baru selesai dikerjakan olehnya)

- Konsentrasi dan Perhatian : baik (selama

wawancara berlangsung, ppasien selalu menjawab pertanyaan

pemeriksa dan selalu melakukan apa yang diperintahkan oleh

pemeriksa)

- Kemampuan Visuospasial : baik (Pasien mampu

menggambar lingkaran dan segilima yang saling berdempet

dengan tepat)

- Pikiran Abstrak : baik (pasien bisa

membedakan kursi dan meja)

- Inteligensi dan Kemampuan informasi : baik (Pasien

mengetahui nama presiden RI, Gubernur NTT, serta Walikota

Kupang saat ini)

- Bakat Kreatif : bermain bola kaki

- Kemampuan Menolong diri Sendiri : baik (pasien mampu

melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik seperti bangun

tidur tanpa dibengunkan, dapat mandi, makan, dan mengurus

diri sendiri)

h. Pengendalian Impuls

Pengendalian impuls terkendali. Pasien berada di ruang tenang

pria. Selama dilakukan wawancara pasien kooperatif. Kontak mata

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 14

Page 15: LAPORAN KASUS JIWA

(+) dan tampak tenang. Menurut pasien pasien tidak ada keinginan

untuk mencelakai orang lain

i. Daya Nilai dan Tilikan

- Penilaian realita : terganggu

- Tilikan : 1

j. Taraf dapat Dipercaya

Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

a. Status Internistik

Kepala : bekas luka (-), tanda-tanda radang (-),

Wajah : Dalam Batas Normal

Mata : konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pupil isokor, reflex

cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)

Telinga : serumen(-), tanda- tanda radang (-), nyeri tekan mastoid

(-)

Bibir : mukosa merah muda,

Mulut : tonsil hiperemi(-)

Leher : pembesaran KGB (-), Thyroid (-), Trakea berada di tengah

(+)

Thoraks : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : Edema (-), Tanda- tanda radang (-), Luka (-)

Tanda-Tanda Vital : TD : 120/70 mmHg, Nadi 88x/menit, regular,

kuat angkat, pernapasan : 20x/menit. Suhu 36,5 oC

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 15

Page 16: LAPORAN KASUS JIWA

b. Status Neurologis

Kesadaran= kompos mentis

Kekuatan Motorik 5/5-5/5, tremor (+)

Reflek Fisiologis : Dalam Batas Normal

Reflek Patologis: (-),

c. Laboratorium/Penunjang

Tidak dilakukan

d. Pemeriksaan Psikologi

Tidak dilakukan

V. TEMUAN-TEMUAN POSITIF

a. Tn YT umur 20 tahun, sering berbicara sendiri, mengamuk,

melempar rumah tantenya, dan memukul tiang listrik.

b. Pasien pernah masuk bangsal empati pada tahun 2012 karena

mengamuk-ngamuk

c. Pasien mendengar suara yang memaki dirinya. Suara didengar

pada kedua telinga, pada saat pasien sadar dan bukan pada saat

tidur.

d. Pasien melihat bayangan mertua yang mendatanginya padahal

orang lain tidak melihat bayangan tersebut.

e. Pasien mengakui bahwa dirinya memiliki pacar banyak, padahal

kenyataannya tidak. Pasien telah dibantah namun tetap meyakini

hal tersebut.

f. Riwayat keluarga yang memiliki gangguan seruapa: Ada, yaitu :

tantenya (kakak perempuan dari bapaknya)

g. Kepribadian yang selalu takut manghadapi masalah, pendiam dan

pemalu

h. Status mental

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 16

Page 17: LAPORAN KASUS JIWA

- Penampilan : Penampilan : laki-laki, dewasa muda, sesuai umur,

tampak menggunakan baju kaos berwarna putih dilapisi jaket

hitam dan celana jeans yang digulung sebetis, kuku dan rambut

tidak terawat.

- Perilaku dan aktivitas motorik : pasien tampak tenang. Saat

diwawancara pasien dalam keadaan duduk di ruang santai

sambil menonton televisi. Kontak mata (+). Pasien terlihat kaku

dan ketika tangannya diangkat ke depan terlihat tremor.

- Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif, saat dilakukan

pemeriksaan pasien mau menjawab pertanyaan pemeriksa.

- Pembicaraan : spontan intonasi sedang, volume sedang,

kecepatan normal

- Mood dan afek : Mood eutimia, terbatas dan serasi.

- Persepsi : Halusinasi auditorik (+) yakni pasien mendengar

adanya bisiskan orang yang memaki dirinya dan membuatnya

marah.

Halusinasi visual (+), pasien melihat adanya bayangan sesesok

lelaki yang dipanggil om Neil Neno Mesakh yang menyuruhnya

untuk pulang.

- Proses Pikir :tidak logis, koheren

- Isi Pikir : erotomania

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK

AXIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid

Memenuhi kriteria umum skizofrenia, yaitu:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

(a)

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 17

Page 18: LAPORAN KASUS JIWA

-“thought echo”= isi pikiran dirinyaa sendiri yang berulang atau

bergemma dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama namun kualitasnya berbeda; atau

- “thought insertion or withdrawal”= isi pikiran yang assing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya; dan

-“thought broadcasting” yaitu isi pikirannya tersiar keluar sehingga

orang lain atau umum mengetahuinya.

(b)

- “delusion of control” yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

-“delusion of influence” yaitu waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

-“delusion of passivity” yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya

dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang dirinya secara

jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran,

tindakan atau pengindraan khusus);

-“delusional perception” yaitu pengalaman indrawi yang tak wajar,

yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat

(c) Halusinasi Auditorik

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap

perilaku pasien atau;

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara) atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 18

Page 19: LAPORAN KASUS JIWA

Pasien mengatakan mendengar suara-suara orang yang memaki

dirinya . suara-suara tersebut terdengar jelas di telinga dan dalam

keadaan sadar.

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas:

Halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah

berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh

ide-ide berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari

selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus-

menerus.

Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang

tidak relevan, atau neologisme.

Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement),

posisi tubuh tertentu (posturing), atau flrksibilitas cerea,

negativisme, mutisme, dan stupor

Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,

dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar biassanya

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Adanya gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal)

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 19

Page 20: LAPORAN KASUS JIWA

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self

absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.

Kriteria Diagnosis Skizofrenia Paranoid

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Sebagai tambahan Halusinasi dan atau waham harus menonjol:

Suara-suara halusinasi yang mengancam atau yang memberi

perintah atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi

pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa

(laughing)

Pasien mengatakan mendengar suara-suara orang yang memaki

dirinya . suara-suara tersebut terdengar jelas di telinga dan dalam

keadaan sadar.

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual,

atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi

jarang menonjol

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence) atau “passivity” (delusion of passivity), keyakinan

dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.

Gangguan afektif, dororngan kehendak dan pembicaraan serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata menonjol.

AXIS II : Z.O3.2 tidak ada diagnosis

Ciri kepribadian cemas, pendiam dan pemalu

AXIS III : Tidak ada penyakit sistemik yang menyertai

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 20

Page 21: LAPORAN KASUS JIWA

AXIS IV : Masalah dengan“primary support group”

(keluarga)

AXIS V GAF saat ini : 70-61 beberapa gejala ringan dan

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara

umum masih baik

GAF 1 tahun yang lalu : 80-71, gejala sementara

dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam fungsi,

secara umum masih baik

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Axis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid

Axis II : Z03.2 Tidak ada diagnosis. Ciri kepribadian cemas,

pendiam dan pemalu

Axis III : Tidak ada penyakit sistemik yang menyertai

Axis IV : Masalah dengan “primary support group” (keluarga)

Axis V :

GAF saat ini : 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap,

disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik

GAF 1 tahun yang lalu : 80-71, gejala sementara dan dapat

diatasi, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih

baik

VIII. DAFTAR MASALAH

a. Organo Biologik: -

b. Psikologik

- Gangguan persepsi: halusinasi auditorik dan halusinasi visual

- Gangguan proses dan isi pikir: bentuk pikir tidak logis, arus

koheren, adanya erotomania

- Gangguan daya realita, tilikan 1

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 21

Page 22: LAPORAN KASUS JIWA

- Ciri kepribadian cemas, pendiam, dan pemalu

IX. RENCANA TERAPI

a. Farmakoterapi

Haloperidol 2x7,5 mg

Trihexyphenidil 2x2 mg

Chlorpromazine 2x100 mg

b. Psikoedukasi Pasien

- Mengedukasi pasien untuk dapat mengontrol dan tidak terpaku

dengan halusinasinya dengan cara melakukan aktivitas lain yang

bermanfaat.

- Mengedukasi pasien mengenai pentingnya pengobatan,

memotivasi pasien untuk minum obat secara teratur.

c. Psikoedukasi Keluarga

- Mengedukasi keluarga untuk memberi dukungan penuh pada

pasien dan menciptakan suasana yang kondusif bagi pasien.

- Mengedukasi keluarga pasien untuk memantau pengobatan pasien

dan menjelaskan efek samping yang mungkin timbul selama

pengobatan.

- Mengedukasi keluarga untuk rajin kontrol atau memeriksakan

pasien terutama jika timbul keluhan yang lebih berat.

X. PROGNOSIS

Dubia ad malam :

Faktor yang memperingan :

o Diagnosis skizofrenia paranoid

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 22

Page 23: LAPORAN KASUS JIWA

o Adanya dukungan keluarga

o Pasien telah menjalani pengobatan

o Muncul pada usia dewasa

Faktor yang memperberat :

o Belum menikah

o Pasien dengan jenis kelamin laki-laki

o Perjalanan penyakit yang kronis

o Riwayat Keluarga memiliki gangguan yang sama

o Riwayat pendidikan yang rendah

o Status ekonomi menengah kebawah

XI. DISKUSI

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu schizo yang artinya

terbagi, terpecah dan phrenia yang artinya pikiran. Jadi didefinisikan

sebagai pikiran yang terbagi atau terpecah. Skizofrenia merupakan

suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum

diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau

“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Pada

umumnya ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan

karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar

(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear

concioussness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara.

Walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 23

Page 24: LAPORAN KASUS JIWA

Onset terjadinya gejala dari skizofrenia berlangsung dalam kurun

waktu satu bualan atau lebih dan disertai dengan halusinasi dan waham

yang menonjol. Kemudian harus ada satu perubahan yang konsisten

dalam mutu keseluruhan. (1)

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering

terjadi. Hampir 1% penduduk dunia menderita skizofrenia selama

hidupnya. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir

atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara usia 15-25

tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Awitan setelah umur

40 jarang terjadi. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki- laki bila

dibandingkan dengan perempuan. (2)

Pasien sudah menampakkan perubahan perilaku sejak pasien

berusia 18 tahun dimana saat itu pasien baru saja mengalami kedukaan

karena ayahnya meninggal dunia.

Skizofrenia adalah penyakit kronik. Skizofrenia dapat terjadi pada

beberapa fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada

fase prodromal biasanya timbul gejala-gejala yang nonspesifik yang

lamanya bisa minggu, bulan, ataupun lebih dari satu tahun sebelum

onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi hendaya fungsi

pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang, dan fungsi

perawatan diri. Pada fase aktif gejala positif atau psikotik menjadi jelas

seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai

gangguan afek. Hampir semua individu datang pada fase ini, bila tidak

mendapat pengobatan gejala-gejala tersebut dapat hilang spontan suatu

saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti

oleh fase residual dimana gejala-gejalanya sama dengan fase

prodromal tetapi gejala positif atau psikotiknya sudah berkurang. Di

samping gejala-gejala yang terjadi pada ketiga fase di atas, penderita

skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan

berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan, dan eksekutif

(atensi, konsentrasi, hubungan sosial).

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 24

Page 25: LAPORAN KASUS JIWA

Etiologi skizofrenia hingga saat ini belum pasti. Banyak teori-teori

yang menyatakan ada pengaruh faktor biologi, lingkungan, faktor

genetik, kelainan anatomis dan proses biokimiawi yang terjadi di otak

seperti teori neurotransmitter otak dopamine, serotonin, GABA

(Gamma Amino Butyric Acid).2,3

Pada pasien ini, perjalanan skizofrenia sudah berjalan kronis

(kurang lebih 1 tahun). Stressor dari lingkungan dan keluarga memiki

pengaruh yang besar terhadap kejadian skizofrenia, pasien mengalami

peristiwa emosional yang bermakna yaitu ketika ayahnya meninggal

kemudian membuat pasien mengalami kehilangan. Adanya stress yang

merupakan peristiwa tunggal disertai dengan kepribadian premorbid

dari pasien yang pendiam, pemalu serta suka menghindar dari masalah

(cemas) dapat menjadi faktor resiko yang mendukung terjadinya

skizofrenia.4

Pada skizofrenia paranoid, gangguan halusinasi dan/atau waham

harus menonjol. Dan gangguan afektif dorongan kehendak, katatonik

dan pembicaraan relatif tidak menonjol atau tidak nyata. Pada pasien

terlihat bahwa waham dan halusinasi tampak secara nyata dimana

pasien sering mendengar suara- suara yang memaki-maki dirinya.

Serta adanya keyakinan yang keliru (erotomania) mengenai dirinya

yang memiliki banyak pacar walaupun sudah dibantah tapi pasien tetap

bersikeras mempertahankan pendapatnya. Pada pasien tidak ada

gangguan afek yang menonjol, pembicaraan spontan, volume sedang,

intonasi sedang, serta kecepatan bicara normal. Untuk gerakan-

gerakan katatonik tidak ditemukan pada pasien.(1)

Waham pada gangguan skizofrenia paranoid dapat berupa hampir

setiap jenis, tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi dan keyakinan

dikejar- kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas. Pada

pasien tidak ditemukan waham-waham tersebut, namun pasien

menampakkan erotomania. (1)

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 25

Page 26: LAPORAN KASUS JIWA

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan

gejala-gejala di atas yang mendukung diagnosis skizofrenia paranoid

berdasarkan PPDGJ III. Skizofrenia merupakan penyakit yang

cenderung berlanjut (kronis atau menahun) maka terapi yang diberikan

memerlukan waktu relatif lama berbulan bahkan sampai bertahun, hal

ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan

(relaps). Terapi yang komprehensif dan holistik telah dikembangkan

sehingga penderita skizofrenia tidak lagi mengalami diskriminasi dan

lebih manussiawi dibandingkan dengan pengobatan sebelumnya.

Obat psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan untuk

menghilangkan gejala skizofrenia. Golongan obat psikofarmaka yang

sering digunakan di Indonesia (2001) terbagi dua: golongan generasi

pertama (typical) dan generasi kedua (atypical). Golongan typical

antara lain chlorpromazine HCl, trifluoperazine, dan haloperidol.

Sedangkan golongan atypical antara lain: risperidone, clozapine,

quetiapine, olanzapine, zotetine, dan ariprimazole. Obat atypical

memiliki kelebihan antara lain: dapat menghilangkan gejala positif dan

negatif, efek samping Extra Pyramidal Symptoms (EPS) sangat

minimal atau boleh dikatakan tidak ada, dan memulihkan fungsi

kognitif. Pemakaian obat golongan typical hanya mampu megatasi

gejala positif tetapi kurang efektif untuk mengatasi gejala negatif.

Prinsip pengobatan pasien dengan skizofrenia paranoid ialah

dengan farmakoterapi dan psikoterapi. Untuk terapi farmakologi pada

pasien diberikan haloperidol 2x7,5 mg yang merupakan antipsikosis

generasi pertama dengan efek antipsikosis yang kuat dan efek samping

sedative yang lemah. Pada pasien ini juga diberikan Chlorpromazine

2x100 mg untuk mendapatkan efek sedasi, sehingga pasien dapat tidur

lelap dan tenang. Pasien juga mendapat Trihexyphenidil 2x2 mg

sebagai antiparkinson (mengobati efek samping pemberian anti

psikotik Haloperidol). Pada pasien karena digunakan Chlorpromazine,

maka untuk mencegah efek samping hipotensi ortostatik maka pada

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 26

Page 27: LAPORAN KASUS JIWA

pasien diberikan edukasi bahwa jika bangun dari tidur, jangan

langsung duduk atau berdiri akan tetapi berbaring sebentar sambil

melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar baru dapat duduk atau

berdiri secara perlahan-lahan. Jika hipotensi ortostatik terjadi, maka

sebaiknya menyuruh pasien untuk meletakkan kaki lebih tinggi dari

badan.

Untuk memantau efek antipsikotik terhadap pasien, maka

dilakukan pemantauan terhadap perubahan gejala pada pasien selama

2-3 hari (initial dose). Bila pasien belum menunjukkan perubahan,

maka dosis dinaikkan 2-3 hari pengamatan sampai mencapai dosis

efektif. Evaluasi dilanjutkan setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan

sampai ke dosis optimal kemudian dipertahankan 8-12 minggu.

Setelah itu diturunkan setiap 2 minggu sampai ke dosis maintenance

untuk dipertahankan hingga 6-24 bulan dimana diselingi drug holiday

1-2 hari/minggu. Tappering off dilakukan 2-4 minggu hingga akhirnya

stop.

Selain farmakoterapi, terapi yang tidak kalah penting dan sulit

untuk pasien adalah psikoterapi. Psikoterapi pada penderita

sskizofrenia dapat diberikan apabila pasien dengan terapi psikofarmaka

sudah mengalami pemulihan dalam menilai realitas. Faktor lain yang

tidak kalah penting adalah edukasi keluarga mengenai pentingnya

dukungan keluarga terhadap pasien agar tercipta lingkungan yang

kondusif bagi pasien.

Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis. Pasien

secara berangsur-angsur menjadi semakin menarik diri dan tidak

berfungsi setelah bertahun-tahun. Prognosis tergantung pada gejala,

tipe skizofrenia dan pengobatan yang diterima. Indikator yang dapat

dihubungkan dengan prognosis yaitu penyesuaian premorbid yang

baik, sedikit trai sschizoid, premorbid stressor pencetus yang berat,

onset gejala mendadak, sedikit penumpuan afektif, gejala singkat dan

tidak ada saudara yang mengalami skizofrenik.

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 27

Page 28: LAPORAN KASUS JIWA

XII. FOLLOW UP

1 September 2013 dilakukan di rumah sakit

S : pasien bisa tidur nyenyak, makan dan minum baik, perasaan senang

karena bisa ketemu dokter muda. Pasien bisa melakukan aktivitas pribadi

tanpa tergantung keluarga. Pasien mengaku sudah tidak melihat bayangan-

bayangan dan tidak pernah mendengar bisikan lagi. Pasien masih meyakini

bahwa dirinya ditunggu oleh pacarnya di kampung dan ingin segera keluar

dari rumah sakit supaya bisa bertemu pacarnya. Padahal pasien sama sekali

tidak memiliki pacar.

O :

a. Deskripsi Umum

Penampilan : laki-laki 20 tahun, penampilan sesuai dengan usia, rapi dan bersih

Perilaku dan psikomotor : Tenang

Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

b. Mood dan afek

Mood : Eutimia

Afek : terbatas

Serasi : Serasi

c. Pembicaraan : Pasien berbicara spontan, volume dan intonasi

sedang, kecepatan sedang

d. Persepsi : Saat ini Halusinasi auditorik (-)

e. Proses Pikir: tidak logis, koheren

f. Isi pikir : erotomania

g. Kesadaran : baik

h. Pengendalian impuls : terkendali

i. Daya nilai dan tilikan

Penilaian realita : Terganggu

Tilikan : 1

j. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 28

Page 29: LAPORAN KASUS JIWA

k. Status Internus : dalam batas normal, (a. TD : 120/80, N :

108x/min, Rr: 18x/min

l. Status Neurologis : dalam batas normal

A : Skizofrenia Paranoid

P : Haloperidol 2 x 7,5 mg

Triheksiphenidil 2x2 mg

Chlorpromazine 2x100 mg

2 September 2013 dilakukan di rumah sakit.

S : pasien bisa tidur nyenyak, makan dan minum baik, perasaan hari ini

senang karena pasien sudah ingin pulang. Pasien bisa melakukan aktivitas

pribadi tanpa tergantung keluarga. Pasien mengaku sudah tidak melihat

bayangan-bayangan dan tidak pernah mendengar bisikan lagi. Pasien masih

meyakini bahwa dirinya ditunggu oleh pacarnya di kampung dan ingin segera

keluar dari rumah sakit supaya bisa bertemu pacarnya. Padahal pasien sama

sekali tidak memiliki pacar.

O:

a. Deskripsi Umum

- Penampilan : laki-laki 20 tahun, penampilan sesuai dengan usia,

kurang rapi, bersih memakai baju biru tua dan celana training biru

dengan mimik muka yang ceria.

- Perilaku dan psikomotor : Tenang, namun pasien nampak berjalan

kaku dan lambat.

- Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

b. Mood dan afek

- Mood : Eutimia

- Afek : terbatas

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 29

Page 30: LAPORAN KASUS JIWA

- Serasi : Serasi

c. Pembicaraan : Pasien berbicara spontan, volume dan intonasi sedang,

kecepatan sedang

d. Persepsi : Halusinasi auditorik (-)

e. Proses Pikir : tidak logis, koheren

f. Isi pikir : erotomania (keyakinan yang keliru bahwa dirinya sudah

ditunggu-tunggu oleh pacarnya di kampung, padahal hal ini tidak benar)

g. Kesadaran : baik

h. Pengendalian impuls : terkendali

i. Daya nilai dan tilikan

- Penilaian realita : Terganggu

- Tilikan : 1

j. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

k. Status Internus : dalam batas normal, ( TD : 100/70, N : 96x/min, Rr:

20x/min

l. Status Neurologis : dalam batas normal

A : Skizofrenia Paranoid

P : Haloperidol 2 x 7,5 mg

Triheksiphenidil 2x2 mg

Chlorpromazine 0-0-100 mg

Diazepam 2x2,5 mg

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 30

Page 31: LAPORAN KASUS JIWA

4 September 2013 dilakukan di rumah sakit.

S : pasien bisa tidur nyenyak, makan dan minum baik, perasaan biasa-biasa

saja karena belum dibolehkan pulang. Pasien bisa melakukan aktivitas pribadi

tanpa tergantung keluarga. Pasien mengaku sudah tidak melihat bayangan-

bayangan dan tidak pernah mendengar bisikan lagi. Pasien mengaku ingi cepat

pulang ke rumah supaya bisa bantu ibunya.

O:

a. Deskripsi Umum

- Penampilan : laki-laki 20 tahun, penampilan sesuai dengan

usia, rapi, bersih.

- Perilaku dan psikomotor : Tenang, pasien nampak kaku dan

jalannya terlihat seperti robot.

- Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

b. Mood dan afek

- Mood : Eutimia

- Afek : Terbatas

- Serasi : Serasi

c. Pembicaraan : Pasien berbicara spontan, volume dan intonasi

sedang, kecepatan sedang.

d. Persepsi : Halusinasi auditorik (-)

e. Proses Pikir : tidak logis, koheren

f. Isi pikir : waham (-)

g. Kesadaran : baik

h. Pengendalian impuls : terkendali

i. Daya nilai dan tilikan

- Penilaian realita : Terganggu

- Tilikan : 1

j. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

k. Status Internus : dalam batas normal, ( TD : 100/60, N : 90x/min,

Rr: 16x/min

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 31

Page 32: LAPORAN KASUS JIWA

l. Status Neurologis : dalam batas normal

A : Skizofrenia Paranoid

P : Haloperidol 2 x 7,5 mg

Triheksiphenidil 2x2 mg

Chlorpromazine tunda

Diazepam 2x5 mg

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 32

Page 33: LAPORAN KASUS JIWA

DAFTAR PUSTAKA

1. D. Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas

dari PPDGJ – III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika

Atmajaya. 2001. Hal 46-49, 103.

2. Elvira,SD ; Hadisukanto,G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. Hal 170-195.

3. Lumbantobing,S.M. Skizofrenia Gila. Jakarta: Balai penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal. 4-43.

4. Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.

Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 1999. Hal

14-21.

5. Sadock, B.J; Sadock,V.A. Kaplan & Sadock’s Synopsis Of Psychiatry

10th edition. New York : Lippincott Williams & Walkins. 2007. Hal 723-

724.

6. Lum Bantobing. Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2007. Hal.42-43

Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid Page 33