Laporan Kasus Ilmu Kulit Dan Kelamin

15
LAPORAN KASUS ILMU KULIT DAN KELAMIN TINEA KRURIS ET KORPORIS Disusun oleh : KELOMPOK 2 Adisti Irda Febriani H2A011002 Billy Gustomo H2A011012 Dimas Wahyu Pangestito H2A011017 Linda Faradhita H2A011026 Mahasih Ariani Nugraheni H2A011028 Miftakhun Nissa H2A011029 Pembimbing : dr. Agnes Sri Widayati, Sp.KK Kepaniteraan Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang 2015

description

kulit dan kelamin

Transcript of Laporan Kasus Ilmu Kulit Dan Kelamin

LAPORAN KASUS ILMU KULIT DAN KELAMINTINEA KRURIS ET KORPORIS

Disusun oleh :KELOMPOK 2Adisti Irda FebrianiH2A011002Billy GustomoH2A011012Dimas Wahyu PangestitoH2A011017Linda FaradhitaH2A011026Mahasih Ariani NugraheniH2A011028Miftakhun NissaH2A011029

Pembimbing : dr. Agnes Sri Widayati, Sp.KK

Kepaniteraan UmumFakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang2015

PENDAHULUAN

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandng zat tanduk, misalnya stratum korneum, pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Secara umum dermatofitosis dibagi berdasarkan lokasi: tinea kapitis (pada kulit dan rambut kepala), tinea barbe (pada dagu dan jenggot), tinea kruris (pada daerah gentokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang kadang sampai perut bagian bawah), tinea pedis et manum (pada kaki dan tangan), tinea unguium (pada kuku jari tangan dan kaki), tinea korporis (pada bagian yang tidak termasuk bentuk 5 tinea tersebut).1Prevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan menyerang 20-25% populasi dunia dan merupakan salah satu bentuk infeksi kulit tersering.2 Penyakit ini tersebar di seluruh dunia yang dapat menyerang semua ras dan kelompok umur sehingga infeksi jamur superfisial ini relatif sering terkena pada negara tropis (iklim panas dan kelembaban yang tinggi) dan sering terjadi eksaserbasi.3 Penyebab tinea korporis berbeda-beda di setiap negara, seperti di Amerika Serikat penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Trycophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan Trycophyton tonsurans. Di Afrika penyebab tersering tinea korporis adalah Tricophyton rubrum dan Tricophyton mentagrophytes, sedangkan di Eropa penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, sementara di Asia penyebab terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Tricophyton mentagropytes dan Tricophyton violaceum.4Dengan melihat prevalensi infeksi jamur superfisial yang tinggi, melatarbelakangi penulis untuk mengambil kasus tinea.

CATATAN MEDISMAHASISWA KEPANITRAAN UMUMILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

I. IDENTITAS PENDERITANama: Tn. SaefudinTempat, tanggal lahir: Kendal, 20 Januari 1956 ( 59 tahun )Jenis kelamin: Laki - lakiAgama: IslamSuku: JawaAlamat: Karang tengah, Kaliwungu, KendalPekerjaan: Wiraswasta ( Pedagang ) Pendidikan terakhir: SMP No. RM Irja / Irna: -Tanggal masuk RS: 30 Maret 2015

II. ANAMNESIS Autoanamnesis. Tanggal 30 Maret 2015, Jam 12.30a. Keluhan Utama: Gatal di selangkanganb. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien laki laki usia 59 tahun datang ke poli kulit RSUD Tugurejo Semarang, pada tanggal 30 Maret 2015 jam 12.30. Pasien mengeluh gatal gatal sejak 6 bulan yang lalu. Gatal muncul di daerah selangkangan, dan perut. Awal mula hanya berupa bintik kemerahan yang kemudian semakin meluas. Keluhan gatal dirasakan semakin memberat terutama malam hari dan saat berkeringat. Pasien pernah mengobati keluhan ini dengan menggunakan salep dan obat oral, namun keluhan tidak berkurang. Demam (-), nyeri (-), selain itu pasien mengeluh kesemutan di daerah tungkai atas dan nyeri pada sendi jari tangan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit seperti ini : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat DM: terdapat riwayat DM sebelumnya, sudah kontrol rutin Riwayat alergi obat: disangkal Riwayat alergi makanan: disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat sakit seperti ini : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat DM : disangkal Riwayat alergi obat : disangkal Riwayat alergi makanan : disangkal

e. Riwayat sosial ekonomi : higiene sanitasi pasien baik, sumber air dari PAM, dilingkungan tidak ada yang menderita gatal seperti pasien, pembiayaan di tanggung BPJS

III. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik : 30 maret 2015, jam 12.45 Keadaan umun : baik Kesadaran : compos mentisa. Tanda vital Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 65x/ menit, isi dan tegangan cukup RR : 18x/ menit Suhu : 370 C TB : 155 cm BB : 65 kg BMI : 27, 05 kg/m2 Gizi : overweight

b. Status generalisata Kepala : kesan mesocepal Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), Sklera Ikterik(-/-). Hidung : nafas cuping (-), secret (-) Telinga: serumen (-), tanda radang (-) Mulut : sianosis (-) Leher: Pembesaran limfonodi (-/-) ThoraxCorInspeksi: ictus cordis tidak tampakPalpasi: ictus cordis teraba, nyeri tekan (-)Perkusi : tidak dilakukanAuskultasi : bunyi jantung dalam batas nomal, tidak ada suara tambahan.

Pulmo Tampak DepanTampak Belakang

SD Vesikuler SD Vesikuler Wheezing (-), ronki (-)Wheezing (-), ronki (-)ParuDextraSinistra

DepanInspeksi

Palpasi

PerkusiAuskultasiNormochest, simetris, kelainan kulit (-), sudut arcus costa dalam batas normal, SIC dalam batas normalPengembangan pernafasan paru normal Simetris, nyeri tekan (-), SIC dalam batas normal, taktil fremitus normal. Gerak dada tidak ada yang tertinggal, massa (-)

Sonor seluruh lapang paruSuara dasar vesicular, wheezing (-), ronki (-)Normochest, simetris, kelainan kulit (-), sudut arcus costa dalam batas normal, SIC dalam batas normalPengembangan pernafasan paru normal Simetris, nyeri tekan (-), SIC dalam batas normal, taktil fremitus normal. Gerak dada tidak ada yang tertinggal, massa (-)Sonor seluruh lapang paruSuara dasar vesicular, wheezing (-), ronki (-)

BelakangInspeksi

Palpasi

PerkusiAuskultasiNormochest, simetris, kelainan kulit (-), pengembangan pernafasan paru normal Simetris, nyeri tekan (-), SIC dalam batas normal, taktil fremitus normal, gerak dada tidak ada yang tertinggal, massa (-)

Tidak dilakukan Tidak dilakukan Normochest, simetris, kelainan kulit (-), pengembangan pernafasan paru normal Simetris, nyeri tekan (-), SIC dalam batas normal, taktil fremitus normal, gerak dada tidak ada yang tertinggal, massa (-)Tidak dilakukanTidak dilakukan

AbdomenInspeksi : datar, warna kulit sama dengan sekitarAuskultasi: bising usus normalPerkusi : timpani seluruh regio abdomenPalpasi: nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-), pembesaran ginjal (-/-)

EkstremitasEkstremitasSuperiorInferior

Akral hangat+/++/+

Oedem-/--/-

Sianosis-/--/-

Gerak+/++/+

Capillary Refill< 2 detik/ < 2 detik< 2 detik/ < 2 detik

c. Status dermatologis Regio Inguinalis

Regio Abdomen1. Inspeksi a) Lokasi : regio inguinalis bilateral simetris dan regio abdomen b) Morfologi Regio inguinalis bilateral simetris1) UKK primer : makula hiperpigmentasi batas tegas 2) UKK sekunder : skuama halus di bagian tepi. Regio abdomen 1. UKK primer : papul dasar eritem 2. UKK sekunder : skuama halus c) Distribusi : lokalisata : inguinalis bilateral simetris dan abdomend) Konfigurasi : terdapat central healing 2. Palpasi : teraba kasar dan berbatas tegas

IV. RESUME Pasien laki laki usia 59 tahun datang ke poli kulit RSUD Tugurejo Semarang, pada tanggal 30 Maret 2015 jam 12.30. Pasien mengeluh gatal gatal sejak 6 bulan yang lalu. Gatal muncul di daerah inguinalis dextra et sinistra dan abdomen. Awal mula hanya berupa papul dengan dasar eritema yang kemudian semakin meluas. Keluhan gatal dirasakan semakin memberat terutama malam hari dan saat berkeringat. Pasien pernah mengobati keluhan ini dengan menggunakan salep dan obat oral dari puskesmas, namun keluhan tidak berkurang. Demam (-), nyeri (-), selain itu pasien mengeluh parestesi di daerah tungkai atas dan nyeri pada sendi jari tangan. Pemeriksaan dermatologis didapatkan UKK primer yaitu makula hiperpigmentasi dengan batas tegas dan UKK sekundernya yaitu terdapat skuama halus di bagian tepi pada regio inguinalis bilateral simetris. Pada regio abdomen didapatkan UKK primer yaitu papul dengan dasar eritema dan UKK sekunder yaitu skuama halus. Konfigurasi konfluens, lokalisata di inguinalis bilateral simetris dextra et sinistra dan abdomen, pada palpasi teraba kasar dan berbatas tegas.

V. DAFTAR MASALAHAnamnesis :a. Gatal di regio ingunalis dextra et sinistra dan regio abdomenb. Awalnya berupa papul dengan dasar eritema yang semakin meluasc. Semakin gatal saat berkeringat dan pada malam harid. Diberi salep dan obat oral tidak ada perbaikanPemeriksaan Fisik :e. UKK primer yaitu makula hiperpigmentasi dengan batas tegas dan UKK sekundernya yaitu terdapat skuama halus di bagian tepi pada regio inguinalis bilateral simetris. Pada regio abdomen didapatkan UKK primer yaitu papul dengan dasar eritema dan UKK sekunder yaitu skuama halus. Konfigurasi konfluens, lokalisata di inguinalis bilateral simetris dextra et sinistra dan abdomen, pada palpasi teraba kasar dan berbatas tegas.

VI. ASESSMENTDiagnosis Banding :a. Tinea cruris et corporisb. Candidiasisc. Psoriasis

Masalah AktifMasalah Pasif

Tinea Cruris et corporisPasien menderita DM selama 5 tahun dan kontrol rutin pasien mengeluh parestesi di daerah tungkai atas dan nyeri pada sendi jari tangan.

d. Pemeriksaan Penunjang : tidak dilakukan namun disarankan untuk pemeriksaan KOH.

VII. INITIAL PLANa. Diagnosis : Tinea Cruris et Corporisb. Diferensial Diagnosis : Candidiasis dan psoriasisc. Terapi : Griseofulvin tablet 500mg 1x1 selama 7 hari Ketokonazol 2% 5mg zalf Cetirizine tablet 10mg 1x1 p.r.n Difenhidramin injeksi IM 3mld. Monitoring : Kekambuhan Monitoring lesi Monitoring efek samping obat e. Edukasi : Jelaskan penyakitnya dan penularannya Olahraga teratur Minum obat secara teratur Memelihara dan menjaga kebersihan Menggunakan pakaian yang menyerap keringat, tidak ketat dan menghindari kulit lembab Tidak menggunakan pakaian atau handuk secara bergantian dengan anggota keluarga lain.

VIII. PROGNOSIS Quo ad Vitam : ad bonam Quo ad Sanam: ad bonam Quo ad cosmeticam: dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA1. Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta:FKUI. 2011.2. Rezvani M, Sefidgar S, Roushan M. Clinical patterns and etiology of dermatphytosis in 200 casEs in babol north of iran. Casp J Intern Med [Internet]. 2010 [cited 2014 Jan 26]3. Havlickova, B., Czaika, V. A., Friedrich, M. (2008) Epidemiological Trends in Skin Mycoses Worldwide. Correspondence: Blanka Havlickova, Intendis GmbH, Max-Dohrn Strae 10, Berlin, Germany. Accepted for publication 8 July 20084. Verma,S., Heffernan, M.P., 2008. Superfisial Fungal Infection: Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam: Wolff, K. (eds). Fitzpatricks dermatology in General Medicine. Vol.II. Ed.7. United States: Mcgraw Hill.