Laporan Kasus Hidup

26
RESUME Seorang laki-laki berusia 38 tahun datang ke I nstalansi Gawat Darurat (IGD) RS Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto pada hari minggu, tanggal 30 Jmaret 2014 pukul 20.30 WIB dengan SPV no VER- / III / 2014 Korban datang dengan keluhan memar dan bngkak pada daerah pipi kanan akibat dipukul oleh seorang anggota TNI AD. Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan beberapa luka memar pada lengan kiri sisi dalam dan punggung jari telunjuk tangan kanan. Juga terdapat luka lecet pada lengan kiri sisi dalam. Selanjutnya dibuatkanlah VER untuk kepentingan peradilan. 1

description

lap obgyn

Transcript of Laporan Kasus Hidup

Page 1: Laporan Kasus Hidup

RESUME

Seorang laki-laki berusia 38 tahun datang ke I nstalansi Gawat Darurat (IGD)

RS Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto pada hari minggu, tanggal 30 Jmaret 2014

pukul 20.30 WIB dengan SPV no VER- / III / 2014

Korban datang dengan keluhan memar dan bngkak pada daerah pipi kanan

akibat dipukul oleh seorang anggota TNI AD.

Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan beberapa luka memar pada lengan kiri

sisi dalam dan punggung jari telunjuk tangan kanan. Juga terdapat luka lecet pada

lengan kiri sisi dalam. Selanjutnya dibuatkanlah VER untuk kepentingan peradilan.

1

Page 2: Laporan Kasus Hidup

ILUSTRASI KASUS

Pada hari Minggu tanggal tiga puluh Maret dua ribu empat belas, pukul tiga belas titik

nol nol Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di Jalan TB Simatupang, korban

mengaku sedang mengendarai sepeda motor dengan membawa penumpang seorang

wanita. Kemudian dari sebelah kiri penumpang terdapat stang motor pelaku mengenai

tas penumpang yang menyebabkan motor pelaku terjatuh. Kemudian korban merasa

motor yang dikendarainya bergoyang sehingga korban menoleh ke belakang dan

melihat motor pelaku yang terjatuh dan pelaku sedang memanggil ke arah korban.

Namun karena korban tidak merasa sedang dipanggil oleh pelaku, korban meneruskan

perjalanannya. Kemudian pelaku mengejar korban dan memberhentikan motor

korban. Setelah motor korban berhenti, pelaku menendang motor korban dan

langsung memukul dengan tangan ke arah wajah korban namun korban menghindar

sehingga pukulan meleset mengenai wajah penumpang.Karena tidak mengenai korban

maka pelaku memukul dengan tangan lagi ke arah wajah korban dan mengenai daerah

pipi kanan korban. Akibat terkena pukulan, korban dan penumpang serta motor

korban terjatuh ke arah kiri korban. Setelah itu, korban dan pelaku dibawa ke

DENPOM JAYA 2 untuk diamankan. Beberapa saat kemudian korban dan

penumpang dibawa ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan.

2

Page 3: Laporan Kasus Hidup

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I R. SAID SUKANTO

INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK

Jl. Raya Bogor, Kramat Jati, Jakarta 13510

STATUS FORENSIK KLINIK

Hari / tanggal pemeriksaan : minggu, 30 april 2014

Waktu pemeriksaan : 20.30 WIB

IDENTITAS PASIEN / KORBAN

Nama : Roberet Stephen Dt

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Swasta

Agama : Kristen

Alamat : Bekasi

ANAMNESIS

Pada hari Minggu tanggal tiga puluh Maret dua ribu empat belas, pukul tiga belas titik

nol nol Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di Jalan TB Simatupang, korban

mengaku sedang mengendarai sepeda motor dengan membawa penumpang seorang

wanita. Kemudian dari sebelah kiri penumpang terdapat stang motor pelaku mengenai

tas penumpang yang menyebabkan motor pelaku terjatuh. Kemudian korban merasa

motor yang dikendarainya bergoyang sehingga korban menoleh ke belakang dan

melihat motor pelaku yang terjatuh dan pelaku sedang memanggil ke arah korban.

Namun karena korban tidak merasa sedang dipanggil oleh pelaku, korban meneruskan

perjalanannya. Kemudian pelaku mengejar korban dan memberhentikan motor

korban. Setelah motor korban berhenti, pelaku menendang motor korban dan

3

Page 4: Laporan Kasus Hidup

langsung memukul dengan tangan ke arah wajah korban namun korban menghindar

sehingga pukulan meleset mengenai wajah penumpang.Karena tidak mengenai korban

maka pelaku memukul dengan tangan lagi ke arah wajah korban dan mengenai daerah

pipi kanan korban. Akibat terkena pukulan, korban dan penumpang serta motor

korban terjatuh ke arah kiri korban. Setelah itu, korban dan pelaku dibawa ke

DENPOM JAYA 2 untuk diamankan. Beberapa saat kemudian korban dan

penumpang dibawa ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan.

PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Sadar Penuh

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 82 x / menit

Pernapasan : 20 x / menit

Suhu badan : 36,o C

PEMERIKSAAN FISIK STATUS LOKALIS LUKA/ CEDERA

1. Pada daerah pipi kanan tepat di kelopak bawah mata dua sentimeter dari garis

pertengahan depan terdapat luka memar berbentuk lonjong berwarna kebiruan, batas

tidak tegas disertai nyeri tekan seluas 3cm x 1,5cm,

2. Pada daerah pipi kanan 3cm dari garis pertengahan depan 3 cm di bawah kelopak bawah

mata terdapat bengkak, berwarna sesuai dengan kulit sekitar, batas tidak jelas di sertai

nyeri tekan seluas 7 cm x 6 cm

3. Pada lengan kiri bawah sisi dalam tiga sentimeter di atas pergelangan tangan terdapat

luka lecet gores sebanyak 2 buah dengan ukuran terpanjang tiga sentimeter dan

terpendek satu sentimeter berbentuk garis sejajar berwarna merah kehitaman disertai

luka memar di sekelilingnya berbentuk lonjong berwarna merah keunguan tidak disertai

bengkak seluas tiga kali satu koma lima sentimeter

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

TINDAKAN PENGOBATAN

Tidak dilakukan pengobatan

4

Page 5: Laporan Kasus Hidup

KESIMPULAN

Telah dilakukan pemeriksaan terhadap seorang laki-laki yang menurut keterangan

berusia tiga puluh delapan tahun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada pipi kanan

tepat di bawah mata terdapat luka memar disertai bengkak dan nyeri tekan. Pada

lengan kiri bawah terdapat luka lecet dan luka memar. Luka memar, luka bengkak dan

luka lecet tersebut diakibatkan oleh kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut tidak

menyebabkan halangan pekerjaan atau penyakit

5

Page 6: Laporan Kasus Hidup

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.I R. SAID SUKANTO

INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK

Jl. Raya Bogor, Kramat Jati, Jakarta 13510

Nomor : R / 47 / VER-IGD / III / 2014 / Rumkit Bhay Tk. I

Lampiran : 2 halaman

Perihal : Hasil Pemeriksaan Visum et Repertum

a/n : ROBERET STEPHEN DT

PRO JUSTITIA

Jakarta, 1 April 2014

VISUM ET REPERTUM

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Ratih, dokter di Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R.Said Sukanto, berdasarkan atas permintaan tertulis dari Detasemen Polisi Militer Jaya 2, dengan suratnya nomor VER- / III / 2014 , tertanggal tiga puluh Maret dua ribu empat belas mengenai permintaan visum tersebut di atas, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal tiga puluh Maret dua ribu empat belas pukul dua puluh titik tiga puluh Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R. Said Sukanto telah melakukan pemeriksaan atas korban yang menurut surat permintaan visum tersebut adalah :----------------------------

Nama : Roberet Stephen Dt

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

6

R / 47 / VER-IGD / III / 2014 / Rumkit Bhy TK.I Halaman 1 dari 2 halaman

Page 7: Laporan Kasus Hidup

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Swasta

Agama : Kristen

Alamat : Bekasi

RIWAYAT KEJADIAN : ----------------------------------------------------------------------

Pada hari Minggu tanggal tiga puluh Maret dua ribu empat belas, pukul tiga belas titik nol nol Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di Jalan TB Simatupang, korban mengaku sedang mengendarai sepeda motor dengan membawa penumpang seorang wanita. Kemudian dari sebelah kiri penumpang terdapat stang motor pelaku mengenai tas penumpang yang menyebabkan motor pelaku terjatuh. Kemudian korban merasa motor yang dikendarainya bergoyang sehingga korban menoleh ke belakang dan melihat motor pelaku yang terjatuh dan pelaku sedang memanggil ke arah korban. Namun karena korban tidak merasa sedang dipanggil oleh pelaku, korban meneruskan perjalanannya. Kemudian pelaku mengejar korban dan memberhentikan motor korban. Setelah motor korban berhenti, pelaku menendang motor korban dan langsung memukul dengan tangan ke arah wajah korban namun korban menghindar sehingga pukulan meleset mengenai wajah penumpang.Karena tidak mengenai korban maka pelaku memukul dengan tangan lagi ke arah wajah korban dan mengenai daerah pipi kanan korban. Akibat terkena pukulan, korban dan penumpang serta motor korban terjatuh ke arah kiri korban. Setelah itu, korban dan pelaku dibawa ke DENPOM JAYA 2 untuk diamankan. Beberapa saat kemudian korban dan penumpang dibawa ke klinik terdekat untuk mendapatkan perawatan.--------------------

.

PEMERIKSAAN FISIK:-----------------------------------------------------------------------

Keadaan umum baik, sadar penuh, kooperatif, emosi pasien normal. Tekanan darah seratus dua puluh per delapan puluh milimeter air raksa. Nadi delapan puluh dua kali permenit, suhu tiga puluh enam derajat selsius, pernapasan dua puluh kali permenit.---

Pada pemeriksaan fisik ditemukan:-------------------------------------------------------------

1. Pada daerah pipi kanan tepat di kelopak bawah mata dua sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat luka memar berbentuk lonjong berwarna kebiruan, batas tidak tegas disertai nyeri tekan seluas tiga sentimeter kali satu koma lima sentimeter---------------------------------------------------------------------------------------

2. Pada daerah pipi kanan 3cm dari garis pertengahan depan 3 cm di bawah kelopak bawah mata terdapat bengkak, berwarna sesuai dengan kulit sekitar, batas tidak----

/jelas disertai...

7

Page 8: Laporan Kasus Hidup

jelas disertai nyeri tekan seluas tujuh sentimeter kali enam sentimeter----------------3. Pada lengan kiri bawah sisi dalam tiga sentimeter di atas pergelangan tangan

terdapat luka lecet gores sebanyak dua buah dengan ukuran terpanjang tiga sentimeter dan terpendek satu sentimeter berbentuk garis sejajar berwarna merah kehitaman disertai luka memar di sekelilingnya berbentuk lonjong berwarna merah keunguan tidak disertai bengkak seluas tiga kali satu koma lima sentimeter.

KESIMPULAN :---------------------------------------------------------------------------------

Telah dilakukan pemeriksaan terhadap seorang laki-laki yang menurut keterangan berusia tiga puluh delapan tahun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada pipi kanan tepat di bawah mata terdapat luka memar disertai bengkak dan nyeri tekan. Pada lengan kiri bawah terdapat luka lecet dan luka memar. Luka memar, luka bengkak dan luka lecet tersebut diakibatkan oleh kekerasan tumpul. Luka-luka tersebut tidak menyebabkan halangan pekerjaan atau penyakit.---------------------------------------------

Demikianlah Visum et Repertum ini saya buat dengan sebenarnya dan menggunakan keilmuan saya yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.------------------------------------------------------------------

Dokter tersebut di atas,

Dr Lutfi Malefo

8

Page 9: Laporan Kasus Hidup

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan

Traumatologi ialah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang

dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan

tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat

dibedakan atas kekerasan yang bersifat :

Mekanik :

- Kekerasan oleh benda tajam

- Kekerasan oleh benda tumpul

- Tembakan senjata api

Fisika :

- Suhu

- Listrik dan petir

- Perubahan tekanan udara

- Akustik

- Radiasi

Kimia :

- Asam atau basa kuat

II. Definisi

Penganiayaan adalah istilah yang digunakan KUHP untuk tindak pidana

terhadap tubuh. Namun KUHP sendiri tidak memuat arti penganiayaan tersebut.

Menurut Yurisprudensi arti penganiayaan adalah perbuatan yang dilakukan

dengan sengaja yang menimbulkan rasa tidak enak, rasa sakit atau luka pada

korban.

9

Page 10: Laporan Kasus Hidup

Di dalam pasal 351 ayat (4) KUHP yang dapat dikategorikan sebagai

penganiayaan adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk merusak

kesehatan orang lain.

Menurut Mr. M.H. Tirtaamidjaja, pengertian penganiayaan adalah sebagai

berikut “Menganiaya ialah dengan sengaja menyebabkan sakit atau luka pada

orang lain. Akan tetapi perbuatan yang menyebabkan sakit atau luka pada orang

lain, tidak dapat dianggap sebagai penganiayaan kalau perbuatan itu dilakukan

untuk menambah keselamatan badan.

III. Aspek Medikolegal Luka

Didalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat

kekerasan, pada hakikatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan

tentang jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan atau senjata yang menyebabkan

luka serta kualifikasi luka. Kualifikasi luka dibahas dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana yaitu bab XX pasal 351 dan 352 serta bab IX pasal 90.

Pasal 351KUHP

1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan

bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan

pidana penjara paling lama lima tahun.

3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh

tahun.

4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 352 KUHP

1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang

tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan

jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana

penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu

lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan

kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.

2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 90 KUHP

Luka berat berarti:

10

Page 11: Laporan Kasus Hidup

a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh

sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.

b. Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan

pencahariaan.

c. Kehilangan salah satu panca indera

d. Mendapat cacat berat.

e. Menderita sakit lumpuh.

f. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih.

g. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

Dari pasal-pasal tersebut maka penganiayaan dibagi menjadi 4 jenis tindak

pidana, yaitu:

Penganiayaan ringan

Penganiayaan berdasarkan pasal 351 KUHP

Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat

Penganiayaan yang mengakibatkan kematian

Penganiayaan ringan yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit

atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau

pencahariaan.Penganiayaan ringan digolongkan sebagai luka derajat satu. Bila

akibat suatu penganiayaan seseorang mengalami penyakit atau halangan untuk

menjalankan pekerjaan jabatan atau pencahariaan yang sifatnya sementara waktu

maka digolongkan menjadi luka derajat dua. Bila penganiayaan yang dilakukan

mengakibatkan luka berat seperti dalam pasal 90, maka luka tersebut

digolongkan menjadi luka derajat tiga.

Oleh karena istilah "penganiayaan" merupakan istilah hukum, yaitu "dengan

sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang", maka

didalam Visum et Repertum yang dibuat dokter tidak boleh mencantumkan istilah

penganiayaan, karena itu merupakan urusan hakim. Demikian pula dengan

menimbulkan perasaan nyeri sukar sekali untuk dapat dipastikan secara objektif,

maka kewajiban dokter di dalam membuat Visum et Repertum hanyalah

menentukan derajat lukanya.

Dengan demikian di dalam penulisan kesimpulan Visum et Repertum kasus-

kasus perlukaan, penulisan kualifikasi luka adalah sebagai berikut:

11

Page 12: Laporan Kasus Hidup

1. Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan

pekerjaan atau jabatan.

2. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan

pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu

3. Luka yang termasuk dalam pengertian hukum “luka berat” (pasal 90 KUHP)

Jenis Kekerasan Tumpul

Dua variasi utama dalam trauma tumpul adalah:

1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam

2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam

Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih

lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Organ atau jaringan

pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek

atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka.

Luka akibat kekerasan tumpul pada tubuh dapat menyebabkan berbagai jenis

luka, seperti luka lecet (ekskoriasi, abrasi), luka memar (kontusio, hematom),

luka terbuka (robek atau vulnus laceratum), serta patah tulang, dimana benda-

benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda

yang memiliki permukaan tumpul.

Luka lecet (ekskoriasi, abrasi)

Luka lecet adalah luka yang superfisial tubuh yang terbatas hanya pada

lapisan kulit terluar dan terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan

dengan permukaan kasar atau runcing. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan

epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan.

Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini

(beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa

hari), beberapa hari lalu, lebih dari beberapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat

jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.

Luka lecet (abrasi) dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas (scar). Abrasi

merupakan hal yang cukup penting bagi patologis forensik karena abrasi tersebut

dapat mengindikasikan dimana benda tumpul atau tekanan akibat benda tumpul

telah mengenai tubuh korban. Namun, abrasi tidak selalu ditemukan pada daerah

12

Page 13: Laporan Kasus Hidup

yang terkena luka. Sesuai mekanisme terjadinya, luka lecet dibedakan dalam 3

jenis:

a. Luka lecet gores (scratch)

Luka ini terjadi akibat oleh benda runcing yang menggeser lapisan

permukaankulit. Dari gambaran kedalaman luka pada kedua ujungnya dapat

ditentukanarah kekerasan datang.

b. Luka lecet serut (graze) / geser (friction abrasion)

Luka lecet serut merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah

persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan

ditentukan dengan melihat letak tumpukan epitel. Sedangkan luka lecet geser

merupakan luka lecet yang disebabkan karena tekanan linear pada kulit

disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada

korban pecut.

c. Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)

Luka lecet yang disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak lurus

terhadap permukaan kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur, maka

bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda

tumpul tersebut, namun terkadang dapat sama dengan bentuk permukaan

benda tumpul tersebut. Kulit pada luka lecet tekan tampak berupa daerah

kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya.

Penyembuhan pada luka lecet (abrasi) terdiri dari empat tahap, yaitu 1)

pembentukkan scab, 2) regenerasi epitel dan penutupan luka, 3) granulasi

subepitelial dan hiperplasia epitel, dan 4) regresi epitel dan jaringan

granulasi.

Luka memar (kontusio)

Luka memar merupakan suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit / kutis

akibat pecahnya kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul.

Luka memar kadangkala memberi petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya,

misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu perdarahan tepi (marginal

hemorrhage).

13

Page 14: Laporan Kasus Hidup

Letak, bentuk dan luas memar dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti

besarnya kekerasan yang terjadi, jenis benda penyebab yang dipakai, kondisi dan

jenis jaringan (seperti jaringan ikat longgar atau jaringan lemak), usia, jenis

kelamin, corak, dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, serta penyakit yang

diderita.

Bila kekerasan benda tumpul mengenai jaringan ikat longgar seperti di

daerah mata, leher, atau pada bayi dan orang tua, maka memar cenderung lebih

luas akibat gravitasi. Lokasi hematom mungkin terletak jauh dari letak benturan,

misalnya kekerasan benda tumpul pada dahi mrnimbulkan hematom palpebra

atau kekerasan benda tumpul pada paha dengan patah tulang paha menimbulkan

hematom pada sisi luar tungkai bawah akibat gravitasi tersebut.

Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan

warnanya. Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya

luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang

terkena. Tidak ada standart pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna

yang terlihat secara pemeriksaan fisik. Pada mayat waktu antara terjadinya luka

memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga karekteristik memar yang

timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka akan semakin

membuat luka memar menjadi gelap. Pada saat timbul, memar berwarna merah.

Kemudian memar tersebut akan berubah warna menjadi warna ungu atau hitam.

Setelah 4 sampai 5 hari, memar akan berwarna hijau yang kemudian berubah

menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari dan akhirnya menghilang dalam waktu

14 sampai 15 hari. Perubahan warna terjadi mulai dari tepi ke arah tengah.

Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar dapat merupakan

hal yang penting, apalagi bila luka memar tersebut disertai luka lecet atau

laserasi. Dengan perjalanan waktu, baik pada orang hidup maupun mati, luka

memar akan memberikan gambaran yang makin jelas.

Luka robek

Merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan

kulit teregang kesatu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan

terjadi robekan pada kulit. Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya

tidak beraturan, tepi ataudinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara

14

Page 15: Laporan Kasus Hidup

kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan sering tampak luka lecet atau

memar di sisi luka.

15

Page 16: Laporan Kasus Hidup

PEMBAHASAN

Pada kasus ini korban datang ke Pelayanan Instalansi gawat Darurat RS

Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto dengan SPV dari Detasemen Militer Jaya 2

untuk dibuatkan Visum et Repertum. Dalam kasus ini pembuatan Visum et Repertum

disertai permintaan tertulis dari penyidik berupa Surat Permintaan Visum dari

Detasemen Polisi militer /2 ( atas nama Komandan Yahudi ). Demikianlah sesuai

pasal 184 ayat 1 KUHAP, Visum et Repertum yang dibuat dapat dijadikan salah satu

alat bukti yang sah di pengadilan.

Dengan adanya SPV yang dibuat oleh penyidik, maka dokter berkewajiban

memberikan keterangan ahli sesuai dengan pasal 179 (1) KUHAP yang berbunyi

”Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau

dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan”. Jika

menolak, dapat dikenai pasal 224 KUHP mengenai menolak menjadi saksi ahli

dengan ancaman sanksi pidana penjara 9 bulan atau 6 bulan pada perkara lain.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan:

1. Pada daerah pipi kanan tepat di kelopak bawah mata dua sentimeter dari garis

pertengahan depan terdapat luka memar berbentuk lonjong berwarna kebiruan, batas

tidak tegas disertai nyeri tekan seluas tiga sentimeter kali satu koma lima sentimeter

2. Pada daerah pipi kanan 3cm dari garis pertengahan depan 3 cm di bawah kelopak

bawah mata terdapat bengkak, berwarna sesuai dengan kulit sekitar, batas tidak jelas

disertai nyeri tekan seluas tujuh sentimeter kali enam sentimeter.

3. Pada lengan kiri bawah sisi dalam tiga sentimeter di atas pergelangan tangan terdapat

luka lecet gores sebanyak dua buah dengan ukuran terpanjang tiga sentimeter dan

terpendek satu sentimeter berbentuk garis sejajar berwarna merah kehitaman disertai

luka memar di sekelilingnya berbentuk lonjong berwarna merah keunguan tidak

disertai bengkak seluas tiga kali satu koma lima sentimeter.

Berdasarkan pasal 352 KUHP dimana perlukaan ini ini adalah perlukaan ringan

dimana tidak menimbulkan penyakit atau halangan perkerjaan. Berdasarkan

jursprodensi Hoge Raad tanggal 25 Juni 1894, menjelaskan bahwa menganiaya adalah

dengan sengaja menimbulkan sakit atau luka. Pada kasus ini perlukaan terjadi akibat

penganiayaan oleh tetangga korban. Pelaku dapat terkena Pasal 351 (1) yang berbunyi

“Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan

16

Page 17: Laporan Kasus Hidup

atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”. Pasal 352 (1) KUHP

berbunyi “penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk

menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian, diancam, sebagai penganiayaan

ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak

empat ribu lima ratus rupiah”. Bila sebelumnya telah direncanakan terlebih dahulu,

pelaku dapat dikenakan pasal 353 (1) KUHP yang berbunyi “Penganiayaan dengan

rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

17

Page 18: Laporan Kasus Hidup

LAMPIRAN

Perlukaan:

18

SPV

Pada daerah pipi kanan tepat di kelopak bawah mata dua sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat luka memar berbentuk lonjong berwarna kebiruan, batas tidak tegas disertai nyeri tekan seluas 3cm x 1,5cm,

Pada daerah pipi kanan 3cm dari garis pertengahan depan 3 cm di bawah kelopak bawah mata terdapat bengkak, berwarna sesuai dengan kulit sekitar, batas tidak jelas di sertai nyeri tekan seluas 7 cm x 6 cm

Pada daerah pipi kanan tepat di kelopak bawah mata dua sentimeter dari garis pertengahan depan terdapat luka memar berbentuk lonjong berwarna kebiruan, batas tidak tegas disertai nyeri tekan seluas 3cm x 1,5cm,

Page 19: Laporan Kasus Hidup

19

Pada lengan kiri bawah sisi dalam tiga sentimeter di atas pergelangan tangan terdapat luka lecet gores sebanyak 2 buah dengan ukuran terpanjang tiga sentimeter dan terpendek satu sentimeter berbentuk garis sejajar berwarna merah kehitaman disertai luka memar di sekelilingnya berbentuk lonjong berwarna merah keunguan tidak disertai bengkak seluas tiga kali satu koma lima sentimeter

Page 20: Laporan Kasus Hidup

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto, Arif dkk (kontributor). 1997. Ilmu Kedokteran Forensik edisi pertama

cetakan kedua. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

2. Idris AM. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyelidikan.

Jakarta: Sagung Seto.

3. Soesilo, R. 1988. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Cetakan Ulang

Kesepuluh. Poelita Bogor.

20