LAPORAN KASUS forklin
-
Upload
dsweetest-gtx -
Category
Documents
-
view
97 -
download
0
Transcript of LAPORAN KASUS forklin
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 1/15
1
ASPEK MEDIKOLEGAL KORBAN LUKA
AKIBAT TRAUMA TUMPUL
LAPORAN KASUS
Dessy Darmayani Harianja
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Secara definisi, trauma tumpul (blunt force trauma) adalah suatu ruda paksa yang
diakibatkan oleh benda tumpul pada permukaan tubuh dan mengakibatkan luka. Trauma
tumpul ini, disebabkan oleh benda-benda yang mempunyai permukaan tumpul seperti
batu, kayu, martil, kepalan tinju dan sebagainya, dimana termasuk juga jatuh dari tempat
yang tinggi, kecelakaan lalu lintas, luka tembak (dengan peluru karet/ bukan peluru
tajam) dan lain-lain.(3,4,5)
Sebuah luka karena kekuatan mekanik (benda tumpul) dapat berakibat pada keadaan
seperti :
1. Abrasion (luka lecet/ luka kikis)
2. Laceration (luka robek)
3. Contusion or rupture (luka memar atau patah/ pecah)
4. Fracture (patah)
5. Compression (tertekan)
6. Bleeding (perdarahan)
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 2/15
2
(Terkikis, abrasion) Luka lecet
Hilangnya atau rusaknya permukaan epitel sel pembungkus kulit (epidermis) atau
membrana mukosa yang diakibatkan oleh tekanan pada benda keras, benda tumpul,
benda kasar ataupun senjata dengan peluru tumpul.
Ciri-ciri lainnya :
1. Bentuk tidak teratur.
2. Batas luka tidak jelas.
3. Tepi luka tidak rata.
4. Kadang-kadang ditemukan perdarahan kecil.
5. Permukaan tertutup oleh krusta (serum yang telah mengering).
6. Warna kemerahan atau kecoklatan.
7. Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang masih ditutupi
epitel dan reaksi jaringan (inflamasi).
TIPE LUKA LECET
1. Luka lecet garukan atau goresan
Disebabkan berbagai faktor, seperti :
Goresan horizontal/ mendatar atau miring (dari segala benda yang berujung agak
runcing).
Gesekan tegak lurus/ sejajar dengan didahului oeleh tekanan miring (seperti cakaran
kuku).
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 3/15
3
2. Luka lecet gesekan
Terjadi karena gesekan secara sejajar/ miring antara epidermis dan bagian kasar
sebuah benda tumpul/ permukaan benda (terjatuh dan terseret di aspal pada kecelakaan
lalu lintas).
3. Luka lecet tekanan (luka lecet cetak)
Terjadi akibat tekanan yang tegak lurus mengarah pada permukaan tubuh.
Ukuran dan bentuk dari luka lecet ini tergantung pada bagian/ jenis senjata/ alat yang
mengenai tubuh, (pada kasus gantung diri/ dicekik/ terjerat) atau dipukul benda yang
mencetak gambar dan bentuk benda tersebut seperti cincin.
Perkiraaan waktu terjadinya luka lecet
Baru (1-2 jam) : luka masih segar, warna merah dan ditemukan sedikit
darah dan serum.
8-24 jam : luka mengering dengan warna merah tua
Hari ke 2 dan ke 3 : luka berwarna kecoklatan
Hari ke 4 dan ke 5 : luka warna coklat tua
Hari ke 6 : luka warna hitam dan luka yang kering mulai mengelupas.
Untuk luka yang luas, memerlukan beberapa hari lagi agar kudis/ keropeng lepas
dari luka.
No. Penilaian atas Antemortem Postmortem
01. Letak Setiap tubuh Bagian tertentu
02. Getah kelenjar
lymph
Ada Tidak ada
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 4/15
4
(Kontusi, Hematom, Bruise, Contusion) Luka memar
Luka yang mengakibatkan perdarahan pada jaringan di bawah kulit (sub kutis),
dimana pembuluh darah pecah dan memasuki jaringan ikat yang diakibatkan oleh
kekerasan benda tumpul.
WARNA DAN PERUBAHAN W A K T U
Merah (bengkak) Baru (1-2 jam)
Kebiru-biruan Beberapa jam sampai 3 hari
Kecoklatan (karena pigmen hemosiderin) Hari ke-4 atau hari ke-5
Kehijauan (karena pigmen hematoidin) Hari ke-5 atau hari ke-6
Kekuningan (karena bilirubin) Hari ke-6 sampai hari ke-12
Normal 2 minggu
Laceration Luka robek
Merupakan keadaan luka dimana permukaan tubuh yang terkena benda tumpul
mengalami kondisi tertarik dan tegang, hingga melampaui batas elastisitasnya dan
tekanan benda tersebut menyebabkan ke dasar kulit (bahkan ke otot) dan akan robek tepat
dimulai pada daerah yang tergenting.
03. Kudis /
keropeng
Ada Tidak ada
04. Perubahan
warna
Ada Tidak ada, umumnya
agak kekuningan tanpa
perubahan warna berarti
05 Kulit ari Ada Tidak ada
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 5/15
5
Tipe-Tipe Dari Pada Luka Robek :
1. Luka robek terbelah
Hancurnya/ robeknya jaringan, dengan dasar biasanya tulang dan membentuk luka pada
kulit biasanya berbentuk pecah/ terbelah, karena benturan dengan benda keras
2. Luka Robek Tercabik
Tipe ini diakibatkan gesekan dengan benda yang kasar dan menyebabkan tercabiknya
jaringan dari kulit, sering dijumpai jembatan luka.
3. Luka Robek Meluas Dan Meregang
Luka robek ini akibat tekanan yang sangat keras pada kulit. (Pada kasus leher tergantung
atau tangan tergantung/ terikat kuat dengan tali.
4. Luka Robek Lepas
Luka ini merupakan yang lebih dalam lagi yang menyebabkan jaringan di bawah kulit
otot bahkan lemak dapat ikut terlepas.
5. Luka Robek Potong
Jenis robekan seperti ini dikarenakan benda yang tidak terlalu tajam dengan tepi sedikit
bergerigi yang memotong jaringan. Luka sering kelihatan seperti luka sayatan namun
sebenarnya tepi luka tidak rata (sebaiknya gunakan kaca pembesar/ lup /suryakanta) dan
ada ditemukan luka lecet dari luka robek tersebut.
Kwalifikasi Luka
Pada pembuatan kesimpulan luka yang bersifat subjektif, sebaiknya dokter juga
menentukan derajat keparahan luka yang dialami korban atau disebut derajat kwalifikasi
luka. Ini sebagai usaha untuk membantu “yudex facti” dalam menegakkan keadilan. Perlu
diigat bahwa pengertian kwalifikasi luka disini semata-mata menurut pengertian medis
yang dihubungkan dengan beberapa ketentuan hukum yang telah dijelaskan sebelumnya.
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 6/15
6
Penganiayaan merupakan istilah hukum dan tidak dipakai dalam laporan tertulis dalam
visum oleh dokter. Dengan hanya melihat keadaan luka korban, dokter tidak mungkin
menentukan apakah itu karena perbuatan penganiayaan atau tidak, apalagi menentukan
penganiayaan ringan atau berat. Ini adalah istilah hukum artinya, yang dapat menentukan
itu penganiayaan atau bukan, adalah hakim dengan menghubungkannya dengan alat bukti
yang lain.
Yang diharapkan dari dokter adalah dari sudut pandang ilmu kedokteran. Dokter
dapat membantu kalangan hukum dalam menilai berat ringan luka yang dialami korban
pada waktu atau selama perawatan yang dilakukannya. Kualifikasi luka yang dapat dibuat
dokter adalah menyatakan pasien mengalami luka ringan, sedang atau berat. Yang
dimaksud dengan luka ringan (pasal 351dan pasal 352) adalah luka yang tidak
menimbulkan halangan dalam menjalankan mata pencaharian, tidak mengganggu
kegiatan sehari-hari. Sedangkan luka berat harus disesuaikan dengan ketentuan dalam
undang-undang yaitu yang diatur dalam KUHP pasal 90. Luka sedang adalah keadaan
luka diantara luka ringan dan luka berat. Ketentuan hukum ini perlu dipahami dengan
baik oleh dokter, karena ini merupakan jembatan untuk menyampaikan derajat
kwalifikasi luka dari sudut pandang medik untuk penegak hukum. Penerapan
penyampaian pendapat dokter dalam VeR tentang luka yang menimbulkan bahaya maut,
misalnya bila seorang korban mendapat luka seperti tikaman di perut yang mengenai hati,
yang menyebabkan perdaraan hebat sehingga dapat mengancam jiwanya. Walaupun
pasien akhirnya sembuh tetapi didalam VeR dokter dapat menggambarkan keadaan ini
dalam kata- kata:” korban mengalami luka tikam di perut mengenai jaringan yang
menyebabkan perdarahan banyak yang dapat mengancam jiwa pasien”. Ungkapan ini
akan mengingatkan para penegak hukum bahwa korban telah mengalami luka berat.
Demikian juga penerapannya dengan cacat berat, gugur atau matinya kandungan
seorang perempuan, gangguan ingatan, tidak dapat lagi melihat dan lain-lain. Seorang
penyanyi yang rusak kerongkongannya sehingga tidak dapat menyanyi selama-lamanya
itu termasuk luka berat. Suatu hal yang penting diingat di dalam menentuka ada atau
tidaknya luka akibat kekerasan, adalah bahwa pada kenyataan tidak selamanya kekerasan
itu akan meninggalkan bekas atau luka. Oleh karena itu di dalam kesimpulan VeR
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 7/15
7
sebaiknya ditulis ”tidak ditemukan tanda- tanda kekerasan”. Usaha menjembatani kedua
aspek inilah yang dapat dilakukan dokter.(1)
Aspek Medikolegal Dan Undang-Undang
Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat
kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari
permasalahan sebagai berikut :
a) Jenis luka apakah yang terjadi.
b) Jenis kekerasan/ senjata apakah yang menyebabkan luka.
c) Bagaimanakah kualifikasi luka itu.
d) Bagaimana membedakan luka tersebut merupakan upaya bunuh diri,
pembunuhan atau kecelakaan.
e) Berapa lama usia luka tersebut.
f) Bagaimanakah membedakan luka tersebut sewaktu masih hidup atau setelah
mati.(4)
Pengertian kualifikasi luka sangat diperlukan dalam ilmu kedokteran forensik
yang dapat dipahami setelah melihat kitab undang-undang hukum pidana pasal 90
(tentang luka berat) dan pasal 351 (tentang penganiayaan luka sedang), pasal 352
(tentang luka ringan).
Pasal 351
1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau denda paling banyak 4.500 rupiah.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan
pidana penjara paling lama lima tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
4. Dengan sengaja merusak kesehatan orang disamakan dengan
penganiayaan.
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 8/15
8
Pasal 352
1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan
pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak 4.500
rupiah.
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kegiatan itu
terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 90
Luka berat berarti :
1. Jika sakit atau mendapat luka, yang tidak memberi harapan atau sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
2. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atas
pekerjaan pencaharian.
3. Kehilangan salah satu panca indra.
4. Mendapat cacat berat.
5. Menderita sakit lumpuh.
6. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih.
7. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
Sedangkan sangsi hukuman dari tindak pidana berdasarkan klasifikasi luka
(rngan/ sedang/ berat) yang direncanakan atau suatu kealpaan atau yang
mendatangkan akibat kematian diatur pada KUHP BAB XX pasal 351- pasal 358.Dari pasal-pasal tersebut dapat dibedakan empat jenis tindak pidana yaitu:
1. Penganiayaan ringan.
2. Penganiayaan.
3. Penganiayaan yang menyebabkan luka berat.
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 9/15
9
4. Penganiayaan yang menyebabkan kematian.
Oleh karena istilah ”penganiayaan” merupakan istilah hukum, yaitu: dengan
sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang maka didalam
VeR yang dibuat dokter tida boleh mencantumkan istilah penganiayaan, oleh
karena dengan sengaja atau tidak itu merupakan urusan Hakim. Demikian pula
dengan menimbulkan perasaan nyeri sukar sekali untuk dapat dipastikan secara
objektif, maka kewajiban dokter dalam membuat VeR hanyalah menentukan
secara objektif adanya luka, dan bila ada luka, dokter harus menentukan
derajatnya. Derajat luka tersebut harus disesuaikan dengan salah satu dari ketiga
jenis tindak pidana yang telah disebutkan tadi, yaitu:
1. Penganiayaan ringan.
2. Penganiayaan.
3. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat.
Penganiayaan ringan, yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian di dalam
ilmu Kedokteran Forensik pengertiannya menjadi ; ”luka yang tidak berakibat
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.”
Luka ini dinamakan Luka derajat pertama. Bila sebagai akibat penganiayaan
seseorang itu mendapat luka atau menimbulkan penyakit atau halangan di dalam
melakukan pekerjaan jabatan atau pencaharian, aka tetapi hanya untuk sementara
waktu saja, maka luka ini dinamakan ”luka derajat kedua.” Apabila penganiayaan
tersebut mengakibatkan luka berat seperti yang dimaksud dalam pasal 90 KUHP,
luka tersebut dinamakan ”luka derajat ketiga.” Dengan demikian didalam
penulisan kesimpulan VeR kasus-kasus perlukaan, penulisan kualifilasi luka
adalah sebagai berikut:
1.
Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan atau jabatan (luka ringan).
2. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu (luka sedang).
3. Luka yang termasuk dalam pengertian hukum (luka berat) penjelasan pada
pasal 90 KUHP.(1,2,3)
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 10/15
10
LAPORAN KASUS
A. Anamnese
Seorang laki-laki berinisial H, dewasa, datang ke RSU Pirngadi Medan pada tanggal
25 Agustus 2012 sekitar pukul 17.00 WIB. Didampingi oleh 2 orang petugas kepolisian dari
Poltabes Medan dengan membawa surat permintaan visum et repertum. Korban mengaku
telah mengalami penganiayaan oleh 2 orang yang tidak dikenal.
Menurut keterangan korban yang berprofesi sebagai petugas penjaga keamanan,
korban dipukul dibagian kepala oleh 2 orang yang tidak dikenal ketika sedang mengendarai
sepeda motor sewaktu pulang bekerja sekitar pukul 18.30 WIB. Selanjutnya korban tidak
sadarkan diri dan siuman sekitar pukul 02.00 WIB keesokan harinya dan mendapati dirinya
sudah dirawat di rumah sakit. Sebelum diperiksa untuk pembuatan VER, korban sudah
dirawat di rumah sakit selama 5 hari. Korban mengeluh sakit pada kepala terutama pada
daerah yang mengalami luka, yaitu pada daerah kepala bagian belakang serta pada kaki
kanan pada saat berjalan.
B. Fisik Diagnostik
Pada pemeriksaan fisik diagnostik terhadap korban, didapati kesadaran penuh (CM),raut wajah lemah, tekanan darah 120/80 mmHg, pernafasan 24x/menit, pemeriksaan
auskultasi pernafasan dada dan perut (abdomen) terdengar normal, palpasi (perabaan) pada
seluruh organ tampak normal.
C. Visum et Repertum
Berdasarkan surat permintaan tertulis Kepolisian Kota Besar (Poltabes) Medan
tertanggal 25 Agustus 2012, No. R/287/2012/Tabes-Ms, yang ditandatangani oleh Neneng
Armayanti, NRP 71070129, pangkat IPDA dan diterima di RSU Pirngadi Medan pada
tanggal 25 Agustus 2012, pukul 17.00 WIB, maka dilakukan pemeriksaan medik terhadap
orang berinisial H berusia 50 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan petugas keamanan,
beralamat di Jl.SM Raja Bendungan Hilir III Medan. Dengan keterangan dalam visum et
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 11/15
11
repertum bahwa orang tersebut mengalami penganiayaan yang terjadi pada hari Sabtu, 20
Agustus 2012 sekitar pukul 18.30 WIB.
D. Pemeriksaan
1. Kepala:
- cDijumpai luka yang sudah mulai mengalami penyembuhan berupa jaringan parut pada
kepala belakang sebelah kiri dengan panjang 12 cm, jarak dari belakang telinga kiri 7
cm, jarak dari garis tengah tubuh 13,5 cm. Pada bagian atas, tengah, dan bawah luka
dijumpai jahitan dengan menggunakan benang berwarna hitam. Bentuk luka tidak
teratur, permukaan luka berwarna coklat kekuningan, sekitar luka dijumpai memar, dan
pada perabaan teraba kasar serta sekeliling luka meninggi.
- Dijumpai memar pada kelopak mata luar atas dan bawah mata kiri, panjang 3,5 cm, lebar
4,5 cm, garis batas memar tidak begitu tegas, bentuk tidak teratur, warna merah
kecoklatan.
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 12/15
12
2. Anggota gerak bawah:
- Dijumpai luka TERBUKAyang sudah mulai mengalami penyembuhan pada sela jari ke-
4 dan ke-5 bagian punggung kaki kanan, panjang 5 cm, lebar 0,3 cm, jarak dari ujung jari
ke-5 kaki kanan 3 cm, jarak dari pergelangan kaki kanan 13,5 cm. Pada luka masih
dijumpai 3 buah jahitan dengan menggunakan benang berwarna hitam. Bentuk luka tidak
teratur, tepi luka tidak rata, permukaan luka terdapat nanah yang mengering berwarna
kuning, sekitar luka dijumpai memar berwarna merah kecoklatan, dan pada perabaan
teraba kasar.
3. Pemeriksaan tambahan
- CT Scan Head
Kesimpulan : tidak tampak tanda-tanda intra cranial bleeding.
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 13/15
13
4. Ringkasan pemeriksaan
- Raut wajah lemah.
- Dijumpai luka yang mulai mengalami penyembuhan pada kepala belakang sebelah kiri
dan sela jari ke-4 dan ke-5 bagian punggung kaki kanan.
- Dijumpai memar pada kelopak mata luar atas dan bawah mata kiri.
Kesimpulan visum
Dari fakta-fakta yang saya temukan sendiri dari pemeriksaan luar, dijumpai luka yang
mulai mengalami penyembuhan pada kepala belakang sebelah kiri dan sela jari ke-4 dan ke-5
bagian punggung kaki kanan, memar pada kelopak mata luar atas dan bawah mata kiri
disebabkan persentuhan dengan benda tumpul yang menimbulkan penyakit atau halangan
dalam menjalankan pekerjaan mata pencahariannya sebagai petugas keamanan untuk
sementara waktu.
Penutup
Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sejujur-jujurnya berdasarkan
sumpah jabatan sesuai dengan perundang-undangan untuk dipergunakan bila mana perlu.
E. Pembahasan
Pada kasus ini dilaporkan seorang laki-laki yang bekerja sebagai petugas
keamanan, korban mengalami penganiayaan oleh orang yang tidak dikenal, akibatnya
korban mengalami luka dikepala dan kaki serta memar pada mata sebelah kiri.
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, maka saya simpulkan bahwa korban
mengalami trauma tumpul dengan dijumpai :
- Luka robek yang mulai mengalami penyembuhan pada bagian kepala dan kaki yang
ditandai dengan bentuk luka tidak teratur, tepi luka tidak rata, dan pada perabaan teraba
kasar, bahwa luka tersebut diakibatkan trauma tumpul.
- Pada permukaan luka terdapat nanah yang mengering berwarna kuning, sekitar luka
dijumpai memar berwarna merah kecoklatan menandakan luka telah berkisar 4-5 hari.
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 14/15
14
- Luka memar pada kelopak mata berwarna kecoklatan menunjukkan bahwa luka timbul
akibat trauma tumpul dan luka berkisar 4-5 hari.
- Luka yang dijumpai pada kepala, kaki, dan mata korban merupakan derajad kualifikasi
luka sedang, karena menimbulkan penyakit/halangan menjalankan
pekerjaanya/pencahariannya untuk sementara waktu sebagai peugas penjaga keamanan.
7/16/2019 LAPORAN KASUS forklin
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-forklin 15/15
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlan S, Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman bagi Dokter dan Penegak Hukum,
Cetakan Ke 3, Universitas Diponegoro Semarang 2000. Hal 67-92
2. Amir. A. Kapita Selekta Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, Medan, 1995. Hal.101-9.
3. Gani MH. Catatan Materi Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik, Bagian Pertama, Bagian
Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, 1997, Hal. 46-
60.
4. Petty Cs, Death by trauma : Blunt and sharp instruments and firearms. In : Currtan WJ,
Mc.Garry AL, Petty Cs (Eds). Modern Legal Medicine, Psychiatry and forensic science.,
F.A. Davis Company, Philadelphia, 1980 : 363-75.
5. Nandy A, Principles of Forensic Medicine, New Central Book Agency (P). Ltd, Calcuta,
1996. p. 204-20.
6. Hamdani N. Ilmu Kedokteran Kehakiman, Edisi II, PT. Gramedia, Jakarta, 1992.
Hal. 102-8.
7. Franklin CA ( Ed ). Modi’s Textbook of Medical Jurisprudence and Toxicology, 21st
edition, NM.Tripathi Private Limited Bombay, 1988 : Hal 250-4.8. Alpatih Muhammad II . Luka memar (contusio). Available from: URL Google
http://www.klinikindonesia.com/forensik-lukatusuk.php
9. Purba DM, Syarif HN. Trauma tumpul dan trauma tajam. Dalam : Amri A. (Ed). Ilmu
Kedokteran Kehakiman, Edisi II, Balai Penerbit Universitas Sumatera Utara Press,
Medan, 1989. Hal. 29-35.
10. Alpatih Muhammad II . Luka lecet (abration). Available from: URL Google
http://www.klinikindonesia.com/forensik-lukalecet .php
http://www.freewebs.com/traumatologi2/traumatologi.htm
11. Knight B, Simpson’s Forensic Medicine, 11th
edition, Oxford University Press. Inc, New
York, 1977. p. 104-14.
12. Chadha PV. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi, Edisi V, alih bahasa
J.Hutauruk, Widya Medika, Jakarta, 1995. Hal. 66-70.