LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

18
Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015 Laporan Kasus Limfadenitis TB 1 LAPORAN KASUS LIMFADENITIS TUBERKULOSIS Achsanul Kubri 1 Marlina Tasril 2 1 Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Alamat: Jl. Diponegoro No. 1, Pekanbaru, E-mail : [email protected] 2 Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau ABSTRAK Pendahuluan: Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Dalam penyebarannya terbagi atas dua yaitu Tuberkulosis (TB) Paru dan TB di luar paru. Salah satu TB luar aru adalah Limfadenitis tuberculosis yang merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Limfadenitis TB terlihat pada hampir 35 persen dari TB paru yang meliputi sekitar 15 sampai 20 persen dari semua kasus TB. Beberapa studi didapatkan kelenjar limfe yang terlibat yaitu: 74%-90% pada kelenjar limfe servikalis, 14%-20% pada kelenjar aksila, dan 4%-8% pada kelenjar inguinal. Pada laporan kasus ini akan dibahas tentang pasien yang menderita limfadenitis tuberkulosis. Laporan kasus: Tn. S (46 th) mengeluhkan benjolan di leher bagian atas dan bawah kiri, pasien baru menyadari benjolan tersebut ketika dirawat di Rumah Sakit. Awalnya benjolan sebesar kelereng berjumlah 2 buah di atas dan 2 di bawah yang dirasakan makin lama makin besar, tidak nyeri, menetap, mobile dan sewarna dengan warna kulit sekitar ukuran 1-4 cm.Pasien mengaku tidak ada benjolan di ketiak dan lipatan paha. Pasien datang ke Rumah sakit dengan keluhan sesak nafas memberat sejak 2 hari yang lalu, pasien merasakan sesak nafas disertai nafas berbunyi.Sesak sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Sesak nafas juga disertai nyeri dada sebelah kanan,nyeri bertambah bila menarik nafas dalam. 10 hari SMRS pasien juga mengeluhkan batuk berdahak

description

case

Transcript of LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Page 1: LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015

Laporan Kasus Limfadenitis TB 1

LAPORAN KASUS

LIMFADENITIS TUBERKULOSIS

Achsanul Kubri1 Marlina Tasril2

1Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Alamat: Jl. Diponegoro No. 1, Pekanbaru, E-mail : [email protected] Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau

ABSTRAKPendahuluan: Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Dalam penyebarannya terbagi atas dua yaitu Tuberkulosis (TB) Paru dan TB di luar paru. Salah satu TB luar aru adalah Limfadenitis tuberculosis yang merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Limfadenitis TB terlihat pada hampir 35 persen dari TB paru yang meliputi sekitar 15 sampai 20 persen dari semua kasus TB. Beberapa studi didapatkan kelenjar limfe yang terlibat yaitu: 74%-90% pada kelenjar limfe servikalis, 14%-20% pada kelenjar aksila, dan 4%-8% pada kelenjar inguinal. Pada laporan kasus ini akan dibahas tentang pasien yang menderita limfadenitis tuberkulosis.

Laporan kasus: Tn. S (46 th) mengeluhkan benjolan di leher bagian atas dan bawah kiri, pasien baru menyadari benjolan tersebut ketika dirawat di Rumah Sakit. Awalnya benjolan sebesar kelereng berjumlah 2 buah di atas dan 2 di bawah yang dirasakan makin lama makin besar, tidak nyeri, menetap, mobile dan sewarna dengan warna kulit sekitar ukuran 1-4 cm.Pasien mengaku tidak ada benjolan di ketiak dan lipatan paha. Pasien datang ke Rumah sakit dengan keluhan sesak nafas memberat sejak 2 hari yang lalu, pasien merasakan sesak nafas disertai nafas berbunyi.Sesak sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Sesak nafas juga disertai nyeri dada sebelah kanan,nyeri bertambah bila menarik nafas dalam. 10 hari SMRS pasien juga mengeluhkan batuk berdahak berwarna putih, demam tinggi naik turun, tidak berkeringat dan tidak menggigil. Pasien juga mengeluhkan ,nafsu makan menurun yang disertai penurunan berat badan sebanyak 6 kg sejak 1 bulan terakhir. Tidak ada riwayat berkeringat malam hari, BAB dan BAK tidak ada keluhan.Riwayat gejala yang sama tidak pernah dialami pasien. Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan adanya benjolan pada leher berukaran 1-4 cm, benjolan tidak nyeri, konsistensi lunak,mobile. Hasil pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) didapatkan gambaran sitologik sesuai dengan Limfadenitis Tuberkulosis.

Kesimpulan:Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis Limfadenitis Tuberkulosis dengan efusi pleura.

Kata kunci : Limfadenitis Tuberkulosis.

PENDAHULUAN

Page 2: LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015

Laporan Kasus Limfadenitis TB 2

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi

kronik yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis.1 Dalam

penyebarannya terbagi atas dua yaitu

Tuberkulosis (TB) Paru dan TB di luar paru.

Salah satunya adalah Limfadenitis TB yang

merupakan peradangan pada kelenjar limfe

atau getah bening yang disebabkan oleh

infeksi Mycobacterium tuberculosis.2 Di

Indonesia TB merupakan masalah utama

dalam jaringan kesehatan masyarakat.

Adapun jumlah penderita TB di Indonesia

merupakan peringkat ke-3 terbanyak di

dunia setelah India dan Cina. Tuberkulosis

(TB) merupakan salah satu penyakit yang

telah lama dikenal dan sampai saat ini masih

menjadi penyebab utama kematian di dunia.

Prevalensi TB di Indonesia dan negara-

negara sedang berkembang lainnya cukup

tinggi. Pada tahun 2006, kasus baru di

Indonesia berjumlah >600.000 dan sebagian

besar diderita oleh masyarakat yang berada

dalam usia produktif (15–55 tahun).3

Limfadenitis adalah manifestasi

tuberkulosis ekstraparu yang paling seing

terjadi. Limfadenitis TB adalah manifestasi

lokal dari penyakit sistemik. Insiden

limfadenitis mikobakteri telah meningkat

secara paralel dengan peningkatan kejadian

infeksi mikobakteri di seluruh dunia.

Limfadenitis TB terjadi pada 35 persen dari

TB ekstra paru yang meliputi sekitar 15

sampai 20 persen dari semua kasus TB.4

Limfadenitis TB paling sering

melibatkan kelenjar getah bening servikalis,

kemudian diikuti oleh kelenjar mediastinal,

aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus,

perihepatik dan kelenjar inguinalis.5

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Limfadenitis tuberkulosis (TB)

merupakan peradangan pada kelenjar limfe

atau getah bening yang disebabkan oleh

basil tuberkulosis. 5

Patofisiologi 6

TB ekstraparu merupakan penyakit

TB yang terjadi di luar paru, organ yang

sering diinfeksi oleh basil tuberkulosis

adalah kelenjar getah bening, pleura, saluran

kemih, tulang, meningens, peritoneum dan

perikardium. TB primer dapat terjadi pada

seseorang yang terpapar basil tuberkulosis

untuk pertama kalinya. Basil TB akan

masuk ke paru melalui droplet, sampai di

paru, droplet ini akan di fagosit oleh

makrofag dan akan mengalami dua

kemungkinan, Pertama, basil TB akan ,mati

akibat difagosit oleh makrofag. Kedua, basil

TB akan bertahan hidup dengan cara

bermultiplikasi dalam makrofag sehingga

Page 3: LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015

Laporan Kasus Limfadenitis TB 3

basil TB akan dapat menyebar secara

limfogen, perkontinuitatum, bronkogen

bahkan hematogen.

Penyebaran basil TB secara limfogen

pertama kali menuju kelenjar limfe regional,

dimana penyebaran basil TB tersebut

mengakibatkan reaksi inflamasi di sepanjang

saluran limfe dan dan kelenjar limfe

regional. Basil TB juga dapat menginfeksi

kelenjar limfe tanpa terlebih dahulu sebelum

menginfeksi paru. Basil TB ini akan

berdiam di mukosa orofaring setelah basil

TB akan difagosit oleh makrofag dan

dibawa ke tonsil, selanjutnya akan dibawa

ke kelenjar limfe di leher.

Peningkatan ukuran nodus dapat

disebabkan oleh hal berikut ini :

1.Multiplikasi sel dalam node, termasuk

limfosit, plasma sel, monosit atau histiosit.

2.Infiltrasi sel sel dari luar nodus, misalnya

sel ganas atau neutrofil.3. Drainase sumber

infeksi oleh kelenjar getah bening.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang paling banyak

timbul pada limfadenitis TB yaitu

pembesaran kelenjar getah bening yang

lambat. Limfadenitis TB yang paling sering

melibatkan kelenjar getah bening servikalis,

kemudian diikuti berdasarkan frekuensinya

oleh kelenjar mediastinal, aksilaris,

mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik

dan kelenjar inguinalis.7

Pembengkakan dapat terjadi secara

unilateral maupun bilateral, tunggal maupun

multipel. Biasanya benjolan tidak nyeri dan

membesar dalam hitungan minggu sampai

bulan . Pada tahap awal, nodus tuberkulosis

dapat berbatas tegas, mobil, tidak lembut

dan melekat pada kulit yang mungkin

menjadi eritematus. Jika terjadi abses, abses

berlanjut menjadi fistel yang berubah

menjadi ulkus khas yang berbentuk tidak

teratur, sekitar lividae, dinding bergaung,

jaringan granulasi tertutup pus seropurulen,

krusta kuning sikatriks memanjang, tidak

teratur. 7

Menurut Jones dan Campbell,

limfadenopati tuberkulosis perifer dapat

diklasifikasikan kedalam lima stadium

yaitu:8

1.Stadium 1 : pembesaran kelenjar yang

berbatas tegas, mobile dan diskret.

2.Stadium 2 : pembesaran kelenjar yang

kenyal serta terfiksasi ke jaringan sekitar

oleh karena adanya periadenitis.

3.Stadium 3 : perlunakan di bagian tengah

kelenjar (central softening) akibat

pembentukan abses.

4.Stadium 4 : pembentukan collar-stud

abscess.

Page 4: LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015

Laporan Kasus Limfadenitis TB 4

5.Stadium 5: pembentukan traktus sinus

Adapun gambaran klinis dari

limfadenitis TB bergantung pada

stadiumnya. Pembengkakan yang terjadi

biasanya tidak menimbulkan nyeri kecuali

jika telah terjadi infeksi sekunder bakteri,

pembesaran kelenjar getah bening yang

progresif atau konsidensi dengan infeksi

HIV. Abses kelenjar limfe dapat pecah dan

akan terbentuk sinus yang tidak menyembuh

secara kronis dan membentuk ulkus.5

Diagnosis

Kecurigaan yang tinggi terhadap

infeksi mycobacterium tuberculosis

diperlukan dalam diagnosis di daerah

endemis TB. Pemeriksaan menyeluruh dari

riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik , tes

tuberkulin, pewarnaan basil tahan asam,

pemeriksaan radiologis, dan FNAB akan

membantu untuk mendiagnosis limfadenitis

tb sebelum diagnosis akhir dapat dibuat dari

biopsi dan kultur. Diagnosis banding

mencakup infeksi luas (virus, bakteri atau

jamur ) dan neoplasma (limfoma atau

sarkoma, karsinoma metastasis), hiperplasia

reaktif non-spesifik, sarkoidosis,

toksoplasmosis, penyakit pembuluh darah

kolagen dan penyakit sistem

retikuloendotelial.5

Beberapa pemeriksaan penunjang

yang dapat menegakkan diagnosis

limfadenitis TB yaitu : 10

a. Pemeriksaan laboratorium

- Peningkatan laju endap darah (LED) dan

mungkin dapat disertai denganleukositosis.

- Uji mantoux positif, dilakukan untuk

menunjukkan adanya reaksi imun tipelambat

yang spesifik untuk antigen

mikrobackterium seseorang. Pengukuran

dilakukan 2-10 minggu setelah infeksi. Hasil

positif bila terbentuk indurasi lebih dari 10

mm, intermediate bila indurasi 5-9 mm,

negatif bila < 4 mm.

- Pemeriksaan dengan menggunakan

Enzyme-Linked Immunoadsorbent

Assay(ELISA) dengan memiliki sensitivitas

60-80%.Identifikasi dengan Polymerase

Chain Reaction (PCR) yang masih

terusdikembangkan.

b. Pemeriksaan mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi meliputi

pemeriksaan mikroskopis dan kultur.

Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan

dengan pengunaan pewarnaan Ziehl

Neelsen.Spesimen dapat didapatkan dengan

biopsy aspirasi. Dalam pemeriksaan ini

diperlukan minimal 10.000 basil TB agar

pewarnaan mendapatkan hasil positif. Selain

itu jugakultur dapat dijadikan pebantu dalam

Page 5: LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015

Laporan Kasus Limfadenitis TB 5

menegakkan diagnosis limfadenitis TB.

Adanya 10- 100 basil/mm3 cukup untuk

membuat hasil kultur menjadi positif, namun

diperlukan waktu beberapa minggu untuk

mendapatkan hasil kultur.

c. Pemeriksaan Sitologi

Spesimen untuk pemeriksaan sitologi

ini dapat diambil dari biopsi aspirasi

kelenjar limfe. Sensivitas dan spesifitas nya

pemeriksaan ini yaitu 78% dan 99%. Pada

pemeriksaan sitologi ini dapat ditemukan

Langhans giant cell, granuloma

epiteloid,nekrosis kaseosa.

d. Pemeriksaan Radiologis

Foto toraks, USG, CT Scan dan MRI

dapat dilakukan untuk membantu

penegakkan diagnosis limfadenitis TB. Foto

toraks dapat menunjukkan kelainannya pada

TB paru pada 14-20% kasus. USG kelenjar

dapat menunjukkan adanya lesi kistik

multiokular singularatau multipel hipoekoik

yang dikelilingi oleh kapsul tebal.

Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk

membedakan pembesaran kelenjar dapat

diakibatkan oleh infeksi TB, metastatis,

limfoma atau reaksi hyperplasia. Pada

pemebesaran kelenjar diakibatkan infeksi

TB biasanya ditandai dengan fusion

tendency,peripheral halo dan internal

echoes.

Pada CT scan, adanya massa nodus

konglumerasi dengan lusensi sentral, adanya

cincin irregular pada contrast

enhancementserta nodularitas didalamnya,

derajat homogenitas yang bervariasi, adanya

manifestasi inflamasi pada lapisan dermal

dan subkutan mengarahkan pada

limfadenitis TB.

Pada MRI didapatkan adanya massa

yang diskret, konglumerasi, dan konfluens.

Fokus nekrotik, jika ada, lebih sering terjadi

pada daerah perifer dibandingkan sentral,

dan hal ini bersama-sama dengan edema

jaringan lunak membedakannya dengan

kelenjar metastatik.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan limfadenitis TB

secara umum dibagi dua yaitu terapi

farmakologis dan non farmakologis. Terapi

farmakologis memiliki prinsip yang sama

dengan regimen obat TB sedangkan terapi

non farmakologis meliputi terapi

pembedahan dengan prosedur biopsi

eksisional – aspirasi – insisi dan drainase.10

Perhimpunan Dokter Paru Indinesia

(PDPI) mengklasifikasikan limfadenitis TB

kedalam TB luar paru dengan panduan obat

2RHZE/10RH. The national tuberculosis

programmes di seluruh dunia mengikuti

pedoman, pengobatan diamati secara

Page 6: LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015

Laporan Kasus Limfadenitis TB 6

langsung jangka pendek (DOTS). TB

limfadenitis diterapi dengan terapi OAT

kategori TB ekstraparu selama sembilan

bulan 2HRZE / 7HR.10

Adapun kategori Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) terbagi menjadi dua,

yaitu :3

1.OAT utama (first line Antituberculosis

Drugs) dibagi menjadi dua berdasarkan

sifatnya,

- Bakterisidal, golongan yang termasuk yaitu

INH,rifampisin, pirazinamid dan

Streptomisin-

- Bakteriostatik, golongan yang termasuk

yaitu etambutol.

2.OAT sekunder (Second line

Antituberculosis Drugs) yang terdiri dari

Paraaminosalicyclic Acid (PAS),

ethionamid, sikloserin, kanamisin dan

kapreomisin. OAT sekunder ini selain

kurang efektif juga lebih toksik sehingga

jarang dipakai. Adapun prinsip – prinsip

pada pemberian OAT yang harus

diperhatikan untuk memperoleh

keefektifitasan obat yaitu:

- Menghindari penggunaan monoterapi.

-Pengobatan dilakukan dengan pengawasan

langsung (DOT) oleh seorang

PengawasMenelan Obat (PMO) untuk

menjamin kepatuhan penderita dalam

menelan obat. Pengobatan TB diberikan

dalam dua tahap, tahap intensif dan tahap

lanjutan.

Tahap Intensif

- Pada tahap ini, penderita mendapatkan

obat setiap hari dan perlu diawasi

secaralangsung untuk mencegah kekebalan

obat

- Bila pengobatan pada tahap intensif ini

diberikan tepat, biasanya penderita menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu

dua minggu.

- Sebagian besar penderita TB BTA positif

menjadi BTA negatif dalam kurun waktudua

bulan.

Tahap Lanjutan

- Pada tahap lanjutan, penderita

mendapatkan jenis obat yang lebih sedikit

namundalam jangka waktu yang lama

-Tahap lanjutan merupakan tahapan yang

penting untuk membunuh kuman persisten

sehingga mencegah kekambuhan.

Regimen Obat yang digunakan : 3

1. Tahap intensif (dosis harian) :

Isoniazid 300 mg, Rifampisin 600

mg, dan Pirazinamid 1500 mg,

etambutol 900 mg.

2. Tahap Lanjutan (7 bulan) : Isoniazid

300 mg, dan Rifampisin 600 mg.

Efusi Pleura TB 11

Page 7: LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015

Laporan Kasus Limfadenitis TB 7

Merupakan efusi pleura yang

disebabkan oleh M.TB yang dikenal juga

dengan pleuritis TB.Selain Limfadenitis

TB , efusi pleura TB merupakan manifestasi

TB ekstraparu yang cukup banyak terjadi.

Efusi pleura TB terjadi akibat pecahnya

fokus perkijuan subpleura paru sehingga

bahan perkijuan dan kuman M.TB masuk ke

rongga pleura dan terjadi interaksi dengan

limfosit T yang akan menghasilkan suatu

hipersensitivitas tipe lambat. Limfosit akan

melepaskan limfokin yang akan

menyebabkan peningkatan permeabilitas

dari kapiler pleura terhadap protein yang

akan menghasilkan akumulasi cairan pleura.

Gambaran klinisnya dapat berupa

gejala respiratorik seperti nyeri dada , batuk

dan sesak nafas. Diagnosis efusi pleura TB

dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang .

KASUS

Tn. S (46 th) mengeluhkan benjolan di leher

bagian atas dan bawah kiri, pasien baru

menyadari benjolan tersebut ketika dirawat

di Rumah Sakit. Awalnya benjolan sebesar

kelereng berjumlah 2 buah di atas dan 2 di

bawah yang dirasakan makin lama makin

besar, tidak nyeri, mobile dan sewarna

dengan warna kulit sekitar ukuran 1-4

cm.Pasien mengaku tidak ada benjolan di

ketiak dan lipatan paha. Pasien datang ke

Rumah sakit dengan keluhan sesak nafas

memberat sejak 2 hari yang lalu, pasien

merasakan sesak nafas disertai nafas

berbunyi. Sesak dirasakan sepanjang hari,

sesak nafas berkurang dengan istirahat,sesak

disertai nyeri dada jika pasien menarik nafas

dalam,sesak tidak dipengaruhi cuaca dan

tidak ada perbedaan antara siang malam.

Sesak sudah dirasakan sejak 3 bulan yang

lalu. 10 hari SMRS pasien juga

mengeluhkan batuk berdahak berwarna

putih, demam tinggi naik turun, tidak

berkeringat dan tidak menggigil. Pasien juga

mengeluhkan ,nafsu makan menurun yang

disertai penurunan berat badan sebanyak 6

kg sejak 1 bulan terakhir. Tidak ada

riwayat berkeringat malam hari, BAB dan

BAK tidak ada keluhan.

Riwayat gejala yang sama tidak

pernah dialami pasien. Batuk lama dan

mengkonsumsi obat dalam jangka waktu

lama disangkal. Pasien menyangkal riwayat

penyakit jantung,Hipertensi, DM, ginjal,

tumor di bagian tubuh yang lainnya.

Dalam keluarga, pasien menyangkal

tidak ada riwayat batuk lama maupun

mengkonsumsi obat dalam jangka lama,

Page 8: LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015

Laporan Kasus Limfadenitis TB 8

juga tidak ditemukan riwayat penyakit

kanker.

Riwayat pekerjaan, sosial, ekonomi,

kejiwaan dan kebiasaan: Pasien merupakan

seorang wiraswasta, Pasien mempunyai

kebiasaan merokok sejak berumur 26 tahun.

Setiap hari menghabiskan 1 bungkus rokok.

Berhenti merokok sejak 1,5 tahun terakhir.

(IB : 320 ,Perokok Sedang), pasien tidak

mengaku tidak mengkonsumsi alkohol dan

tidak mempunyai riwayat penggunaan tato.

Hasil pemeriksaan umum pasien

didapatkan keadaan umum baik, kesadaran

komposmentis, tekanan darah 120/90

mmHg, nadi 88x / menit reguler ,suhu 36,4o

C, frekuensi nafas 20x / menit. Status gizi

pasien underweight dengan tinggi badan 170

cm, berat badan 53 kg dengan BMI 18,33.

Pada pemeriksaan fisik kepala dan

leher didapatkan mata tidak cekung,

konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik. tidak ada edema pada preorbital.

Pupil bulat, isokhor 3mm/3mm, Pada

pemeriksaan leher kiri tampak pembesaran

KGB submandibula dengan benjolan

berbentuk kelereng, dengan ukuran 4 cm,

sebanyak 2 buah konsitensi kenyal,

permukaan rata, mobile, tidak nyeri,

sewarna dengan kulit, dan tidak panas. Pada

supraklavikula dirasakan benjolan 2 buah

dengan ukuran 1 cm, konsitensi kenyal,

permukaan rata, mobile, tidak nyeri,

sewarna dengan kulit, dan tidak panas.

Tidak ada pembesaran JVP (5-2 cm).

Hasil pemeriksaan thoraks paru-paru,

pada inspeksi didapatkan gerakan dinding

dada simetris kanan dan kiri, tidak ada

bagian yang tertinggal, tidak terdapat

retraksi. Pada palpasi, vocal fremitus

simetris normal kanan dan kiri. Pada perkusi

terdapat sonor pada semua lapang paru.

Pada auskultasi suara nafas vesikuler, tidak

ditemukan ronkhi dan tidak ditemukan

wheezing.

Pemeriksaan jantung, pada inspeksi

ictus cordis tidak terlihat, pada palpasi ictus

cordis teraba pada SIK V linea midclavicula,

pada perkusi batas jantung kanan linea

sternalis dextra SIK V dan batas jantung kiri

linea midclavicula sinistra SIK V, pada

auskultasi bunyi jantung I dan II reguler,

tidak ditemukan gallop dan murmur.

Pada pemeriksaan abdomen, pada

inspeksi, perut datar, scar tidak ada, pada

auskultasi, peristaltik usus normal, pada

palpasi, nyeri tekan tidak ada, hepar tidak

teraba, lien tidak teraba, defans muskular

tidak ada, pada perkusi, timpani , asites tidak

ada , shifting dullness tidak ada.

Page 9: LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015

Laporan Kasus Limfadenitis TB 9

Pada pemeriksaan ekstremitas

didapatkan akral hangat, tidak ditemukan

edema, CRT < 2 detik, tidak ada

pembesaran kelenjar aksilar dan inguinal.

Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan

hemoglobin 11 gr/dl, hematokrit 30 %,

eritrosit 3.480.000 /uL, leukosit 7.900 /uL,

trombosit 518.000 /uL. Pada pemeriksaan

radiologi, jantung dalam batas normal dan

paru tidak ada kelainan, corakan

bronkovaskular normal dan tidak ada

infiltrate. Pada pemeriksaan FNAB

didapatkan sediaan apusan biopsi aspirasi

kelenjar getah bening supra klavikula

sinistra mengandung matyrisk nekrotik

granular, sel lekosit yang nekrotik serta

matriks fibriller bersebukan sel radang

mononuklea yang sesuai dengan gambaran

sitopatologik Limfadenitis Tuberkulosis.

Pemeriksaan Sputum SPS didapatkan hasil

negatif. Dari hasil thoracosintesis pleura

didaatkan cairan dengan hasil Makroskopis:

volume ± 4.4 mL , Kekeruhan: keruh,

Warna: kuning. Mikroskopis: Jumlah sel:

1.160, Hitung jenis sel: PMN 47, MN: 5,3

Sel abnormal/blas: negatif. Pada pasien ini

telah dilakukan pemasangan WSD dengan

cairan sebanyak 2 liter. Pemeriksaan

Rontgen Thorak yang dilakukan pada saat

pasien masuk ke RS (7 hari sebelum

dilakukan pemeriksaan dan sebelum

dilakukan pemasangan wsd) didapatkan

hasil tampak perselubungan homogen

setinggi ICS 4 pada hemitoraks dextra yang

menutupi sinus, diafragma dan batas dextra

jantung.

Diagnosis kerja pada pasien ini adalah

Limfadentis Tuberkulosis dengan Efusi

Pleura . Pada pasien ini belum ada terapi

OAT yang diberikan. Rencana terapi dengan

terapi OAT kategori TB ekstraparu 2HRZE /

7RH. Sebelum dilakukan pemeriksaan

pasien sudah dilakukan punksi pleura

dengan cairan 2,5 L bewarna kuning.

Penatalaksanaan simptomatis pada

pasien ini yang berhubungan dengan efusi

pleura dapat dilakukan terapi sebagai

berikuti :

Non farmakologisa. Bed rest

b. Posisi semi flowler

Farmakologisa. Pemberian oksigen nasal kanul 4

L/menit

b. IVFD asering 20 tpm

c. Ambroxol 3x1 tab

d. Curcuma 3x1 tab

e. PCT 3x1

f. Metil Prednisolon 3x20 mg

g. Alprazolam 3x1 tab

Page 10: LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015

Laporan Kasus Limfadenitis TB 10

DISKUSI

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan laboratorium penunjang

diagnosis pasien adalah Limfadenitis

Tuberkulosis dengan efusi pleura. Pada

pasien diketahui adanya timbul benjolan

yang terletak di leher atas dan bawah kiri,

benjolan sebesar kelereng yang dirasakan

makin lama makin besar, tidak nyeri,

mobile, menetap dan sewarna dengan kulit

sekitar.Salah satu hal yang dapat dipikirkan

bahwa benjolan pada pasien ini mengarah

pada pembesaran kelenjar getah bening

(KGB). Pada pembesaran KGB oleh infeksi

virus, KGB umumnya bilateral (dua sisi-

kiri/kiri dan kanan), lunak dan dapat

digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri,

kelenjar biasanya nyeri pada penekanan,

baik satu sisi atau dua sisi dan dapat

fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya

kemerahan dan suhu lebih panas dari

sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri. Bila

limfadenitis disebabkan keganasan, tanda-

tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan

tidak dapat digerakkan (terikat dengan

jaringan di bawahnya). Pada infeksi oleh

mikobakterium pembesaran kelenjar

berjalan mingguan-bulanan, walaupun dapat

mendadak.3

Hasil anamnesis lainnya pasien

mengeluhkan sesak nafas disertai nafas

berbunyi. Sesak dirasakan sepanjang hari,

sesak nafas berkurang dengan istirahat,sesak

disertai nyeri dada jika pasien menarik nafas

dalam,sesak tidak dipengaruhi cuaca dan

tidak ada perbedaan antara siang malam dari

hasil rontgen thorak awal menunjukkan

tampak perselubungan homogen setinggi

ICS 4 pada hemitoraks dextra yang

menutupi sinus, diafragma dan batas dextra

jantung.Hal tersebut menunjukkan bahwa

pasien juga menderita TB Ekstraparu

lainnya yaitu efusi pleura TB.

Hasil pemeriksaan penunjang

didapatkan sediaan apusan biopsi aspirasi

kelenjar getah bening supra klavikula

sinistra mengandung matyrisk nekrotik

granular, sel lekosit yang nekrotik serta

matriks fibriller bersebukan sel radang

mononuklea yang sesuai dengan gambaran

sitopatologik Limfadenitis Tuberkulosis.

Peningkatan ukuran nodus mungkin

disebabkan oleh berikut: 1.Multiplication sel

dalam node, termasuk limfosit, plasma sel,

monosit, atau histiosit 2.Infiltrasi sel-sel dari

luar nodus, misalnya sel ganas atau

neutrofil.3.Drainase sumber infeksi oleh

kelenjar getah bening.6

Page 11: LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015

Laporan Kasus Limfadenitis TB 11

Pengobatan yang dianjurkan pada

pasien ini adalah terapi OAT kategori TB

ekstraparu 9 bulan 2HRZE / 7RH

. Tahap pengobatan dibagi dua yaitu

intensif (dosis harian) dan lanjutan (dosis 3x

sehari). Pada tahap intensif dengan lamanya

pengobatan 2 bulan dengan obat Isoniazid

300 mg, Rifampisin 600 mg, dan

Pirazinamid 1500 mg, etambutol 900 mg.

Dan 7 bulan pada tahap lanjutan diberikan

obat Isoniazid 300 mg, dan Rifampisin 600

mg.3

KESIMPULAN

Limfadenitis adalah peradangan pada

kelenjar limfe atau getah bening.

Limfadenitistuberkulosis (TB) merupakan

peradangan pada kelenjar limfe atau getah

bening yang disebabkan oleh basil

tuberkulosis. Limfadenitis adalah

manifestasi paling sering dari TB

ekstraparu.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Pharmaceutical Care untuk Penyakit

Tuberkulosis, Direktorat Jenderal Bina

Kefarmasiaan dan Alat Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. 2005.

2. Ohasi K, Takamori M, Wada A

Diagnosis and treatment of the lymph

node tuberculosis. American Thoracic

Association. 2014: 1-2

3. Amin Z, Bahar A. Buku ajar Ilmu

Penyakit Dalam: Tuberkulosis Paru.

Ed.4. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2006.

4. Sharma S, Mohan K.. Extrapulmonary

Tuberculosis. Departement of Medicine.

All India Institute of Medical Sciences,

New Delhi. Indian J Res .2004120:316-

353.

5. Mohapatra PR, Janmeja AK.

Tuberculous Lymphadenitis. Journal Of

The Association Of India

6. Spelman D.. Tuberculous

Lymphadenitis. Uptodate Journal.2008.

7. Geldmacher H, Taube C, Kroeger C,

Magnussen H, Kirsten DK..Assessment

of lymph node tuberculosis in northern

Germany:a clinical review. Chest

2002:1177-82.

8. Prasanta R,Ashok K. Tuberculous

Lymphadenitis. JAPY. August. .

2009:585-87

9. Fontanilla JM, Barnes A.Current

Diagnosis and Management of

Peripheral Lympadenitis.Clin infect Dis

2011: 555.

Page 12: LAPORAN KASUS Achsanul Kubri Limfadenitis TB FIX-1

Ilmu Penyakit Dalam FK UR,Oktober 2015

Laporan Kasus Limfadenitis TB 12

10. PDPI. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis

dan Penatalaksanaan di Indonesia. Indah

Offset Citra Grafika. 2011