Laporan Kasus Abses Submandibula

26
LAPORAN KASUS ABSES SUBMANDIBULA Oleh : PUTRI RARA IMAS BALERNA PRATIWI FAA 110 030 Pembimbing : dr. Sutopo Marsudi Widodo, Sp.RM dr. Tagor Sibarani Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Bagian Ilmu Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine 2015

description

laporan kasus modul emergency

Transcript of Laporan Kasus Abses Submandibula

LAPORAN KASUSABSES SUBMANDIBULA

Oleh :

PUTRI RARA IMAS BALERNA PRATIWIFAA 110 030

Pembimbing :dr. Sutopo Marsudi Widodo, Sp.RM

dr. Tagor Sibarani

Fakultas Kedokteran Universitas Palangka RayaRSUD dr. Doris Sylvanus Palangka RayaBagian Ilmu Rehabilitasi Medik dan Emergency Medicine2015

PENDAHULUAN

Abses submandibula merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam (deep neck

infection), disertai dengan pembentukan pus pada daerah submandibula.

Penelitian yang dilakukan oleh Huang dkk tahun 1997-2002 menemukan kasus infeksi leher dalam sebanyak 185 kasus. Diantaranya adalah : • - Abses parafaring (38,4%)- Abses submandibula (15,7%) • merupakan kasus terbanyak ke-2- Angina Ludovici (12,4%)- Parotis (7%) dan - Retrofaring (5,9%)

laki-laki dan perempuan 3:2. Abses submandibula merupakan kasus terbanyak (35%), diikuti oleh abses parafaring (20%), mastikator (13%), peritonsil (9%), sublingual (7%), parotis (3%), infra hyoid (26%), retrofaring (13%), ruang karotis (11%).

mengancam jiwa apabila abses tidak ditangani dengan adekuat obstruksi jalan nafas sepsis dan kematian.

LAPORAN KASUS

Primary Survey• Tn. M, Laki-lakiVital sign :• Tekanan Darah :150/90 mmHg• Nadi : 90x/menit• Pernapasan : 22 x/menit• Suhu : 37℃

• Airway : terdapat sumbatan jalan napas berupa benjolan di daerah mulut bawah dan leher.

• Breathing : Spontan, 22 kali/menit dengan jenis pernapasan torakoabdominal, pergerakan thoraks simetris dan tidak ditemukan ketinggalan gerak pada salah satu thoraks.

• Circulation: TD 150/90 mmHg. Nadi 90 kali/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat. CRT < 2 detik.

• Dissability : GCS 15 , kompos mentis • Evaluasi masalah : Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam

priority yaitu nyeri pada bawah mulut disertai bengkak. Pasien pada kasus ini diberi label pewarnaan triase dengan warna kuning

• Tatalaksana awal : Pasien ditempatkan di ruangan bedah. Diberikan Oksigen Nasal Canule 3 lpm.

• Identitas Penderita

Nama : Tn. M• Usia : 40 tahun• Agama : Islam • Pekerjaan : Swasta • Alamat : Flamboyan

• Anamnesis• Autoanamnesis dengan penderita pada tanggal 9 Desember

2015 pukul 22.00 WIB.• Keluhan Utama : Nyeri pada mulut bagian bawah • Riwayat Penyakit Sekarang :• Pasien rujukan rumah sakit Muhamadiah Palangka Raya.

Pasien dirujuk dengan diagnosa abses submandibula dan dirawat 2 hari di Rs perujuk. Pasien mengatakan mulut bagian bawah terasa nyeri. Nyeri dirasakan sejak 4 hari SMRS Dorys Silvanus. Nyeri mulut diikuti dengan bengkak kemudian mulut sulit dibuka. Bengkak awalnya sebesar kelereng namun dalam 3 hari semakin membesar. Pasien tidak bisa makan hanya bisa minum air putih sedikit menggunakan sedotan sejak 1 hari SMRS Dorys Silvanus, karena semakin nyeri dan mulut tidak bisa membuka lebar. Berbicara sulit dan terasa semakin sulit bernafas dan leher sulit digerakan.

• Keluarga pasien mengatakan, 1 minggu yang lalu awalnya pasien mengatakan gigi geraham bawah kirinya berlobang dan terasa sakit. Pasien lalu membeli obat diwarung namun keluhan tidak menghilang. Pasien ada riwayat demam ± 5 hari terakhir. Istri pasien lalu memberikan obat penurun panas, kemudian demam tidak ada lagi.

• Mual muntah disangkal.• BAB dan BAK tidak ada keluhan.

• Pemeriksaan Fisik• Keadaan Umum : Tampak sakit berat• Kesadaran : Compos Mentis• GCS : Eye (4), Motorik (6), Verbal (5).• Tanda vital :• Tensi : 150/90 mmHg• Nadi : 90x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat• Suhu : 37°C, aksila• Respirasi : 22 x/menit, torakoabdominal.

• Kepala : Normocephal• Conjungtiva anemis -/- , sklera tidak ikterik,

trismus +, regio mandibula eritema, fluktuasi +, teraba hangat• Leher : pembesaran KGB & peningkatan JVP (-)• Thoraks :• Paru• Inspeksi : Simetris, tidak ada ketinggalan gerak,

frekuensi napas 22 kali/menit, jenis pernapasan torakoabdominal.

• Palpasi : Fremitus vocal sulit dinilai • Perkusi: Sonor +/+ pada kedua lapang paru• Auskultasi : Suara napas vesikuler pada kedua

lapang paru, ronki (-/-), wheezing (-/-).

Jantung• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat• Palpasi : Teraba pada SIC V 1 jari lateral

midklavikula sinistra• Auskultasi : Frekuensi jantung 90 kali/menit,

reguler, S1-S2 tunggal, tidak ada murmur dan gallop• Abdomen : cembung, distensi (-) bising usus (+)

normal , perkusi timpani , hepar dan lien tidak membesar, turgor cepat kembali

• Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik.

• Pemeriksaan Penunjang• Hasil laboratorium pada tanggal 8 Desember 2015 :•

WBC : 18, 22 /uL• RBC : 4,84 /uL• HGB : 14,4 g/dL• PLT : 415 /uL• GDS : 136 mg/dL• Kreatinin : 1,67 mg/dL• HbSAg : (-)Neg

• Diagnosis Banding• Abses Submandibula• Phlegmon/ Ludwig Angina

• Diagnosis Kerja• Abses Submandibula

• Penatalaksanaan• IVFD Ringer Laktat 20tpm• Infus Metronidazole 3 x 500 mg (IV)• Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr (IV) Skin Test• Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg (IV)• Injeksi Ranitidin 3 x 50 mg (IV)

• Usulan• Observasi KU dan Tanda Vital• Rontgen Panoramic• Rontgen Thorax• CT scan• Rencana pungsi abses kultur • Konsul Bagian Gigi & Mulut

PEMBAHASAN

Menurut Smeltzer dan Bare gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya

terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejala tersebut dapat berupa :

• Nyeri• Teraba hangat• Pembengkakan• Kemerahan• Demam

Diagnosis abses leher dalam ditegakkan berdasarkan :

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya pembengkakan di daerah submandibula,

fluktuatif, dan nyeri tekan. Pada insisi didapatkan material yang bernanah atau

purulent (merupakan tanda khas). Angulus mandibula dapat diraba. Lidah terangkat ke atas

dan terdorong ke belakang.

Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjer liur atau

kelenjer limfa submandibula. Sebagian lain dapat merupakan

kelanjutan infeksi ruang leher dalam lainnya.

Sebagian besar kasus infeksi leher dalam disebabkan oleh berbagai kuman, baik

aerob maupun anaerob.

Kuman aerob yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus sp,

Staphylococcus sp, Neisseria sp, Klebsiella sp, Haemophillus sp.

Kuman anaerob Bacteroides melaninogenesis, Eubacterium

Peptostreptococcus dan yang jarang adalah kuman Fusobacterium. Sering

ditemukan pada infeksi gigi.

Etiologi

Patogenesis

• Beratnya infeksi tergantung dari virulensi kuman, daya tahan tubuh dan lokasi anatomi. Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran infeksi dapat meluas melalui foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya.

Infeksi dari submandibula dapat meluas ke ruang mastikor kemudian ke parafaring. Perluasan

infeksi ke parafaring juga dapat langsung dari ruang submandibula. Selanjutnya infeksi dapat

menjalar ke daerah potensial lainnya.

Penyebaran infeksi melalui gigi

• infeksi gigi atau odontogenik merupakan penyebab terbanyak dari abses leher dalam. Berhubungan dengan ini, ruang submandibula sering terkena infeksi. Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran infeksi dapat meluas melalui foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Laboratorium• Radiologis • Rontgen jaringan lunak kepala AP• Rontgen panoramik• Rontgen thoraks• USG• Tomografi komputer (CT-scan)

Tatalaksana• Antibiotik growth spectrum

– Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki angka sensitifitas tinggi terhadap terhadap ceforazone sulbactam, moxyfloxacine, ceforazone, ceftriaxone, yaitu lebih dari 70%. Metronidazole dan klindamisin angka sensitifitasnya masih tinggi terutama untuk kuman anaerob gram negatif. Antibiotik biasanya dilakukan selama lebih kurang 10 hari.

• Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid, tergantung letak dan luas abses. Eksplorasi dilakukan secara tumpul sampai mencapai ruang sublingual, kemudian dipasang salir.

• Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.

DAFTAR PUSTAKA• Huang T, chen T, Rong P, Tseng F, Yeah T, Shyang C. Deep neck

infection: analysis of 18 cases. Head and neck. Ockt 2004.860-4 • Yang S.W, Lee M.H, See L.C, Huang S.H, Chen T.M, Chen T.A. Deep neck

abscess: an analysis of microbial etiology and effectiveness of antibiotics. Infection and Drug Resistance. 2008;1:1-8.

• Rizzo PB, Mosto MCD. Submandibular space infection: a potentially lethal infection. International Journal of Infectious Disease 2009;13:327-33

• Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus paranasal. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007. 145-48

• Ballenger JJ. Penyakit telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Jilid 1. Edisi ke-13. Jakarta: Bina Rupa Aksara,1994.295-304