Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

download Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

of 37

Transcript of Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    1/37

    LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL

    PASCA GEMPABUMI TASIK JAWA BARAT

    2 SEPTEMBER 2009

     Disiapkan Oleh:

    Satuan Tugas Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Pusat Mitigasi Bencana  –  Institut Teknologi Bandung

    LPPMINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    September, 2009

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    2/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Jawa Barat Halaman - ii

    LAPORAN KAJIAN DAN SURVEY AWAL

    PASCA GEMPABUMI TASIK JAWA BARAT

    2 SEPTEMBER 2009

    Tim Penyusun:

    Dr. Ir. I Wayan Sengara

    Dr. Ir. F.X. Toha

    Dr. Ir. Made Suarjana

    Dr. Ir. Ridolva

    Dr. Ir. Dyah Kusumastuti

    Dr. Imam SadisunDr. Afnimar

    Km. Abuhuroyroh, ST

    LPPMINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    September 2009

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    3/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Penanggulangan Bencana Jawa Barat Halaman - iii

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ............................................................ ................................................................. ............... III 

    PENDAHULUAN ............................................................... ................................................................. ....... 1 

    1.1. LATAR BELAKANG ....................................................................ERROR ! BOOKMARK NOT DEFINED. 

    1.2. TUJUAN SURVEY R EKONESANS .................................................ERROR ! BOOKMARK NOT DEFINED. 

    1.3. LINGKUP SURVEY R EKONESANS ................................................ERROR ! BOOKMARK NOT DEFINED. 

    KAJIAN AWAL GEMPABUMI .............................................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 

    2.1. TECTONIC SETTING DAN SEJARAH K EGEMPAAN JAWA BARAT ..ERROR ! BOOKMARK NOT DEFINED. 

    2.1.1. Tektonik Setting Wilayah Pulau Jawa dan Sejarah Kegempaan .............Error! Bookmark notdefined. 

    2.1.2. Sejarah Kegempaan Pulau Jawa .............................................. Err or! Bookmark not defi ned. 

    2.1.3. Zonasi Gempa Jawa Barat ........................................................ Err or! Bookmark not defi ned. 

    2.1.4. Atenuasi dan Zonasi Gempa Tasikmalaya 2 September 2009 .. Err or! Bookmark not defi ned. 

    SURVEY REKONESANS ............................................................................................ ........................... 12 

    3.1. UMUM  .......................................................................................ERROR ! BOOKMARK NOT DEFINED. 

    3.2. PERMASALAHAN GEOTEKNIK  ....................................................ERROR ! BOOKMARK NOT DEFINED. 

    3.2.1. Rekahan Tanah ......................................................................... Err or! Bookmark not defi ned. 

    3.2.2. Kelongsoran Lereng dan Potensi Kelongsoran Susulan ......................................................... 16  

    3.2.3. Semburan Lumpur Dingin ................................................................. ...................................... 19 

    3.3. K ERUSAKAN BANGUNAN ................................................................ ................................................. 21 

    3.3. K ERUSAKAN BANGUNAN ................................................................ ................................................. 21 

    3.4. K ONDISI DAN K ERUSAKAN I NFRASTRUKTUR  ........................................................ ........................... 26 

    3.4.1. Jalan dan Jembatan ................................................................ ................................................ 26  

    3.4.2. Lifelines (Fasilitas penunjang vital kehidupan) ................................................................ ...... 26  

    3.5. R EKAPITULASI R APID ASSESMENT PADA I NVESTIGASI PASCA BENCANA GEMPA TASIKMALAYA 2 

    SEPTEMPER 2009 ...............................................................ERROR ! BOOKMARK NOT DEFINED. 

    KONSEP PENANGGULANGAN & MITIGASI BENCANA ............................................................. 30 

    4.1. K ONSEP PENGGUNAAN PETA-PETA HAZARD DALAM UPAYA-UPAYA PENANGGULANGAN DAN

    PENATAAN R UANG UNTUK MITIGASI BENCANA GEMPA ...................................... ................... 30 

    4.2. K AJIAN HAZARD GEMPA ...................................................................................... ........................... 30 

    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .......................................................... ...................................... 31 

    5.1. K ESIMPULAN .............................................................................ERROR ! BOOKMARK NOT DEFINED. 

    5.2. R EKOMENDASI ........................................................... ................ERROR ! BOOKMARK NOT DEFINED. 

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    4/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pada tanggal 2 September 2009, pukul 07:55:01 (UTC) atau pukul 14:55:01 (WIB) waktu

    setempat, telah terjadi gempabumi besar dengan moment magnitude Mw = 7.0 dengan

    kedalaman 49.9 km pada posisi 7.777°S, 107.326°E (Sumber : USGS). Gempabumi ini

    mengakibatkan kerusakan berbagai prasarana dan sarana fisik serta sekitar 74 orang korban jiwa

    manusia di Propinsi Jawa Barat..

    Kerusakan bangunan secara umum yang teramati di daerah survey (Kabupaten Tasikmalaya dan

    Pangalengan) bervariasi dari kerusakan ringan, keruskan parah, sampai runtuh. Bangunan-

     bangunan sekolah, kantor pemerintah, rumah sakit/puskesmas, dan perumahan juga banyakyang mengalami kerusakan parah. Prasarana jalan, jembatan, tanggul, instalasi listrik dan

    telepon diidentifikasi masih dalam kondisi baik dan beberapa hanya mengalami kerusakan

    ringan.

    Gambar 1.1. Epicenter Gempa Tasik 2 September 2009

    Institut Teknologi Bandung memiliki ahli-ahli di bidang bencana alam seperti kegempaan dan

    tsunami perlu memberikan suatu kontribusi untuk rehabilitasi serta rekonstruksi pasca bencana

    Jawa Barat. Sebagai bagian dari program kerja ITB untuk memberikan suatu masukan-masukan

    atau rekomendasi teknis untuk tahapan rehabilitas dan rekonstruksi, kajain awal mengenai

    kejadian gempa Tasik dan survey awal identifikasi cepat kerusakan bangunan telah dilakukan.

    Pada tanggal 3 September 2009, kami melakukan survey awal ke daerah Pangelengan dan pada

    tanggal 5-7 September 2009 telah dilakukan survey ke Kabupaten Tasikmalaya. Team dari ITB

    telah melakukan suatu kajian-kajian awal, pengumpulan data-data serta survey ke daerah

     bencana untuk melakukan pengamatan langsung secara visual dampak-dampak dari gempa yang

    terjadi. Kajain-kajian awal dan survey ini dilakukan untuk dapat memberikan suatu

    rekomendasi-rekomendasi teknis serta langkah-langkah yang tepat untuk dilakukan selanjutnya

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    5/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 2

    dalam rangka pemulihan (recovery), fase pembangunan kembali (rekonstruksi), serta pada

     jangka panjangnya fase pencegahan ( prevention), mitigasi (mitigation) dan kesiapan

    ( preparedness).

    1.2. Tujuan Kajian dan Survey Awal 

    Hasil yang diharapkan dari kajian dan survey awal gempabumi dan keluaran-keluarannya

    adalah sebagai berikut:

    a.  Melakukan kajian singkat dan survey awal (investigasi lapangan pasca bencana) untuk

    mengkaji pengaruh dari besaran gempa yang terjadi serta mengidentifikasi kerusakan

     bangunan-bangunan dan sarana prasarana akibat gempa. Bangunan-bangunan kritis

    menjadi prioritas dalam survey awal ini yakni seperti bangunan-bangunan fasilias

    kesehatan (Puskesmas), sekolah, tempat ibadah (masjid), dan bangunan/sarana umum

    lainnya. Selain itu, juga untuk melakukan survey kerusakan bangunan rumah penduduk.

    Pada umumnya setelah pasca bencana gempa, ruangan-ruangan tempat ibadah dan juga

    sekolah tidak digunakan, umumnya sekolah akan diliburkan beberapa hari. Pada saat

    aktivitas sekolah (kegiatan belajar mengajar) dimulai kembali, aktivitas tersebut

    diadakan di tempat-tempat yang dianggap aman.

     b.  Melakukan kaji cepat kelayakan bangunan pasca bencana gempa (rapid assessment )

    untuk meyakinkan para pihak terkait. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk

    mengelompokan bangunan-bangunan menjadi 3 (tiga) kelompok yakni:

    o  Aman: Bangunan yang bisa digunakan langsung (layak huni).

    o

      Pemakaian Terbatas: Bangunan yang masih bisa digunakan (layak huni) setelahdilakukan perbaikan non-struktural.

    o  Tidak Aman: Bangunan yang tidak bisa digunakan kembali/tidak layak huni

    (rusak berat/rubuh) atau bangunan yang masih bisa digunakan setelah dilakukan

     perbaikan struktural.

    c.  Hasil dari investigasi lapangan dan kajian ini diharapkan akan dapat memberikan

    rekomendasi-rekomendasi teknis untuk rehabilitasi dan rekonstruksi daerah-daerah di

     bencana yang mengalami kerusakan.

    1.3. Lingkup Survey Awal

    Survey Awal (investigasi lapangan) tersebut dilakukan melalui kegiatan pengumpulan data dan

    kajian sebagai berikut:

    1.  Kajian gempabumi, yaitu memberikan analisis gempa bumi yang terjadi dengan pengumpulan data-data :

    o  Kondisi geologi

    o  Kondisi Kegempaan (seismisitas dan mekanisme fokus)

    o  Kondisi geoteknik lokal dan liquefaction

    o  Kondisi kerusakan bangunan dan infrastruktur akibat gempa.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    6/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 3

    2.  Melakukan kaji cepat kelayakan bangunan pasca bencana gempa (rapid assessment ) untukmeyakinkan para pihak terkait. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengelompokan

     bangunan-bangunan menjadi 3 (tiga) kelompok yakni:

    (a) Aman: Bangunan yang bisa digunakan langsung. (diberi sticker warna HIJAU)

    (b)  - Pemakaian Terbatas: Bangunan yang masih bisa digunakan setelah dilakukan

     perbaikan non-struktural. (diberi sticker warna KUNING Type-1 )

    - Pemakaian Terbatas: Bangunan yang masih bisa digunakan setelah dilakukan

     perbaikan struktural. (diberi sticker warna KUNING Type-2 )

    (c) Tidak Aman: Bangunan yang tidak bisa digunakan kembali (rusak berat/rubuh) atau

     bangunan yang masih bisa digunakan setelah dilakukan perbaikan struktural. (diberi

    sticker warna warna MERAH)

    3.  Hasil dari investigasi lapangan dan kajian ini diharapkan akan dapat memberikan

    rekomendasi-rekomendasi teknis untuk rehabilitasi dan rekonstruksi daerah-daerah diKabupaten Tasikmalaya yang mengalami kerusakan.

    4.  Memberikan rekomendasi mengenai upaya yang harus dilakukan baik dalam jangka pendek,menengah dan jangka panjang.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    7/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 4

    KAJIAN AWAL GEMPABUMI

    2.1. Tectonic Setting dan Sejarah Kegempaan Jawa Barat

    2.1.1. Tektonik Setting Wilayah Pulau Jawa dan Sejarah Kegempaan

    Kepulauan Indonesia merupakan tempat pertemuan empat lempeng tektonik yaitu :Lempeng

    Eurasia, Indian-Australian, Pacific dan lempeng Philippine. Interaksi dari lempeng-lempeng ini

     berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik wilayah Indonesia. Jalur penunjaman Lempeng

    Indian-Australian bergerak ke arah utara relatif terhadap lempeng Eurasia, sementara Lempeng

    Pasific bergerak ke arah barat relatif terhadap lempeng Indian-Australian dan Eurasia. Beberapa

    mekanisme subduksi dan mekanisme patahan permukaan terjadi di wilayah Indonesia.

    Sunda Arc adalah salah satu zone gempa yang paling aktif di Indonesia, yang terbentang

    sekitar 5600 km antara Kepulauan Andaman di barat laut dan Band Arc di Timur. Pulau

    itu terbentuk dari pertemuan dan subduksi Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia

    dan Lempeng Pasifik. Arah pergerakan lempeng antara Asia Tenggara dan lempeng

    Indo-Australia diperkirakan sekitar utara-selatan dengan kecepatan pergerakan adalah

    sekitar 7.7 cm/tahun (DeMets et.al, 1990). Berdasarkan perkiraan arah pergerakan

    lempeng dan fakta geologis, pergerakan relatifnya adalah normal terhadap busur di

    Pulau Jawa dan memiliki sudut miring di dekat Sumatera dimana komponen pergerakan

     paralel terhadap busur diakomodasi sepanjang sistem strike-slip fault Sumatera (Fitch,

    1972).Selat Sunda merupakan daerah transisi dari segmen lajur benturan normal di Jawa ke

    zona benturan miring di Sumatera. Daerah ini sangat terbebani oleh perubahan pola

    sesar mendatar yang lebih cepat ke arah Andaman, ke gerak normal di Jawa. Oleh

    karena itu daerah ini berkecenderungan bentangan dan perluasan Selat Sunda, lebih

    didominasi oleh suatu deformasi lokal seperti diantaranya gerak  graben  dan sejumlah

     patahan normal. Lajur kemiringan gempa mencapai 350 km dan kesenjangan terjadi

     pada kedalaman 200 km (Kertapati, 1987, Gambar 2.1). Maksimum magnitude gempa

    (Mmax) dari aktifitas penunjaman di Selat Sunda mencapai 7.9, pada kedalaman 80 km

    (Vera Schlindwein, 2003).

    Di daerah Jawa Barat dan di daerah Jawa Timur penunjaman Lempengan Samudera

    Hindia- Australia relatif tegak lurus terhadap Lempengan Eurasia dengan kecepatan

    lebih rendah daripada dibagian Sumatera yaitu hanya sekitar 60 mm/tahun dan 49

    mm/tahun (Katili, 1973), mengakibatkan di Jawa lebih berkembang pola sesar-sesar

    normal dan naik sejajar busur pulau. Maksimum magnitudo gempa dalam sistem

     penunjaman di daerah ini mencapai 8,0 dengan perioda ulang sekitar 181 tahun (Haresh

    & Boen, 1996).

    Gempabumi dangkal dalam zona penunjaman lempeng samudera ini terjadi di daerah

    tepian parit yang dikenal sebagai trench slope break , dan mekanisme gempabuminya

    sangat berhubungan dengan patahan normal yang berkembang dalam zona patahan naik

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    8/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 5

    akibat tegasan tensional yang dihasilkan oleh penukikan lempeng kerak samudera. Di

    daerah tersebut berkembang gerakan vertikal. Gerakan pengangkatan ini berupa naiknya

    daratan yang dinyatakan dengan adanya undak-undak pantai, terangkatnya terumbu-

    terumbu koral sebagai manifestasi dari pengangkatan Kuarter (Quarter Uplift ). Juga

    ada beberapa gempabumi besar dari mekanisme yang disebabkan oleh sobekan

    lempeng kerakbumi yang dikenal sebagai hinge –  faulting   (Isacks drr., 1969 dan

    Kanamori 1971).

    Lajur kegempaan menerus sampai 700 km dan kesenjangan gempabumi terjadi pada

    kedalaman 300 km dan 500 km (Kertapati, 1987).

    Gambar 2.1. Model penampang hiposentrum gempa, terlihat mulai dari penampang modelSurabaya terus ke timur (Bali), mulai muncul hunjaman balik dari aktivitas gempa akibat

    kegiatan sesar busur belakang (Kertapati, 1987).

    Hunjaman lempeng kerakbumi di daerah Nusa Tenggara Barat - Timur dimulai sejak 3

     juta tahun lalu (Bowin, 1980). Karakteristik lajur hunjaman di daerah ini lebih menukik

    (Vera Schlindwein, 2003) dengan frekuensi kejadian gempabumi dangkal semakin

     berkurang (Cardwell dan Isack, 1978) dan umur hunjaman Lempengan Samudera

    Hindia –  Australia relatif lebih muda apabila diperbandingkan dengan segmen disebelah

    Barat.

    Akibat dari hunjaman lempengan ini, di laut Flores, yaitu di sebelah utara Pulau Flores,

    terjadi hunjaman balik yang terjadi didalam busur kepulauan sehingga menimbulkan

    sesar naik. Silver E.A.,dan D.Reed, R.McCaffrey (1983) menyebutnya sebagai Sesar

    Busur Belakang Flores dan sesar ini cenderung menerus ke Barat di utara Jawa

    (McCafrey, dalam Crouse 1992). Hunjaman balik tersebut, terjadi akibat tegasan/gaya-

    gaya kompresi serta adanya intrusi magma panas sehingga menimbulkan kelemahan

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    9/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 6

    kerakbumi yang mudah melentur (Fitch, T.J. & Molnar, P., 1970; Silver, D. Reed &

    McCaffrey, 1983). Dan gempabumi yang terjadi di daerah ini cenderung menunjukan

    dari suatu mekanisme sesar naik (McCaffrey, unpublished data, 1983).

    Gambar 2.2: Tatanan Tektonik Indonesia dengan arah dan kecepatan geraklempeng Samudera Indo-Australia dan Samudera Pasifik (Engkon K Kertapati ,

    modifikasi dari beberapa sumber)

    Gambar 2.3. Gempabumi besar dengan hiposentrum dangkal (M≥7.5) pada abadke 20, sepanjang Busur Sunda (Kelleher and McCann, 1976). Catatan

    kesenjangan aktivitas gempa untuk gempa besar terletak diposisi 106  0-1220 E.Daerah ini tidak memiliki sejarah gempabumi dahsyat (McCann, W.et.al., 1978)

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    10/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 7

    2.1.2. Sejarah Kegempaan Pulau Jawa

    Rekaman gempa-gempa besar yang pernah terjadi dilaporkan berasal dari zona sumber

    subduksi di sepanjang Pulau Jawa. Gempa besar ini antara lain Gempabumi Banten, 27Febuari 1903, Mw = 8.1.

    Pemetaan gempa-gempa merusak untuk Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara ditunjukkan seperti

     pada Gambar 2.4.

    Gambar 2.4 : Hubungan Struktur seismogenik dengan historik gempa merusak wilayah

    Sumatra, Jawa dan Nuas Tenggara

    Gambar 2.5. Gempa Di Sekitar Jawa Barat (Sumber: USGS)

    Di daerah Jawa Barat dan di daerah Jawa Timur penunjaman Lempengan Samudera Hindia-

    Australia relatif tegak lurus terhadap Lempengan Eurasia dengan kecepatan lebih rendah

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    11/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 8

    daripada dibagian Sumatera yaitu hanya sekitar 60 mm/tahun dan 49 mm/tahun (Katili, 1973)

    Gambar 2.4 memperlihatkan ringkasan kejadian gempa-gempa besar di Pulau Jawa, dan

    Gambar 2.5 menunjukkan kegempaan di sekitar Jawa Barat. Dari data-data ini kegempaan di

    Pulau Jawa dipengaruhi dari aktivitas zona subduksi (benioff dan megathrust) dan zona patahandangkal pulau jawa antara lain : Cimandiri fault, Lembang Fault dan Opak Fault.

    2.1.3. Zonasi Gempa Jawa Barat

    Perlu diuraikan disini bahwa berdasarkan zonasi kegempaan Indonesia (SNI-1726, 2002), di

    sepanjang pantai Pulau Jawa diklasifikasikan sebagai zona 4 sampai 5 dengan PBA (Peak

    Baserock Acceleration) berkisar 0.2 sampai 0.3g untuk periode ulang 500 tahun atau 10 %

    kemungkinannya terlewati dalam kurun waktu 50 tahun, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6.

    Gambar 2.6. Peta Wilayah gempabumi Indonesia (SNI 1726-2002)

    Mengacu kepada Peta Wilayah Gempabumi Indonesia SNI 1726-2002 tersebut, secara umum

    nilai percepatan gempa di batuan dasar di Jawa Barat dipengaruhi oleh sumber gempa subduksi

    Megathrust dan Benioff, serta patahan-patahan dangkal di daerah Jawa Barat. Kejadian

    gempabumi 2 September 2009 bersumber dari Subduksi Megathrust Segmen Jawa Barat.

    2.1.4. Atenuasi dan Zonasi Gempa Tasik 2 September 2009

    Hypocenter gempa Tasik 2 September 2009 diplot dalam sebaran gempa-gempa Jawa

    Barat pada Gambar 2.7 di bawah ini. Demikian pula potongan pada zona subduksinya

    ditunjukkan pada Gambar 2.8 untuk melihat asosiasi pusat gempa dengan zona subduksi

    tersebut. Informasi ini diperlukan juga untuk mengevaluasi mekanisme gempa dalam

    kaitannya dengan atenuasi atau sebaran getaran dari pusat gempa ke daerah-daerah di

    Jawa Barat. Selanjutnya dilakukan analisis atenuasi dan sebaran besarnya getaran

    gempa pada batuan dasar dan perkiraan pada batuan dasar di daerah Jawa Barat

    disajikan.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    12/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 9

    Gambar 2.7. Hypocenter Gempa Tasik 2 September 2009

    Gambar 2.8. Potongan 1-1’ Lokasi Hypocenter Gempa Tasik 2 September 2009

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    13/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 10

    Atenuasi dari Penjalaran Gelombang Seismik Secara Determini stik

    Untuk memperkirakan besarnya nilai percepatan gempa puncak di batuan dasar (peak baserock

    acceleration, PBA) di Jawa Barat, suatu analisis atenuasi dari gelombang gempa perlu dilakukan

    dimana fungsi attenuasi tersebut memiliki kecocokan dengan kondisi kegempaan sumber gempa

    Tasik. Gempa ini termasuk type dari sumber gempa subduksi megathrust interface, Oleh karena

    itu, fungsi-fungsi atenuasi yang merepresentasikan sumber gempa yang mirip perlu digunakan.

    Suatu fungsi atenuasi mengkorelasikan intensitas gempa dengan perpindahan tanah local (I),

    magnitude (M) and jarak (R) dari suatu sumber gempa di dalam suatu areal sumber gempa.

    Beberapa fungsi atenuasi gempa telah dipublikasikan oleh beberapa peneliti dengan

    menggunakan pencatatan gempa-gempa yang pernah terjadi. Fungsi ini secara spesifik

    memberikan hubungan antara parameter-parameter gempa seperti sumber gempa dan kondisi-

    kondisi geologi local. Secara umum, suatu fungsi atenuasi tergantung dari faktor-faktor berikut

    ini:

      Type mekanisme sumber gempa

      Jarak epicenter

      Kondisi kerak bumi di mana gelombang gempa menjalar

      Kondisi geologi lokal di sekitar areal sumber gempa

    Rumus atenuasi yang diturunkan dari data gempa suatu areal tertentu, belum tentu bisa

    diaplikasikan untuk areal yang lain meskipun keduanya terletak pada suatu setting tektonik yang

    sama.

    Untuk gempa Jawa Barat 2 September 2009, berhubung dengan tidak adanya fungsi atenuasi

    yang diturunkan dari sumber gempa di daerah ini, maka fungsi atenuasi yang dipertimbangkan

    mewakili kondisi tektonik sumber gempa Tasik digunakan dalam analisis ini adalah fungsi

    attenuasi Young’s Interface  (1997) dan Crouse (1991) untuk merepresentasikan mekanisme

    sumber gempa subduksi Tasik tersebut.

    Fungsi Attenuasi Young’s Interface (1997) 

    Youngs et al. (1997)

    ln (y) = 0.2418 + 1.414 .M + C1 + C2(10 –  M)3 + C3 ln(r rup + 1.7818e

    0.554M) + 0.00607.H

    + 0.3846.ZT 

    Dimana :

    Y = Percepatan Puncak (g)

    M = Momen Magnitude

    R = Jarak terdekat dari lokasi rupture dalam Km

    H = Kedalaman Dalam Km

    Zt = variable ( 0 jika gempa interface, dan 1 untuk gempa intraslab )

    Hasil analisis atenuasi kejadian gempa Tasik didapatkan sebaran nilai-nilai percepatan getaran

    gempa di batuan dasar (PBA) untuk lokasi 0 km < R < 300 km di daerah Jawab Barat dan

    sikitarnya adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    14/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 11

    Gambar 2.9 Distribusi besarnya getaran gempa di batuan dasar (PBA) akibat gempa Jawa Barat2 September 2009

    Besarnya percepatan/getaran gempa di permukaan tanah akan sangat tergantung dari kondisi

    geologi dan geoteknik lokal yang dapat mengamplifikasi getaran gempa dari batuan dasar ke

     permukaan tanah. Lapisan tanah keras akan mengamplifikasi getaran gempa di batuan dasar

    relatif kecil. Sedangkan pada kawasan dengan klasifikasi tanah lunak akan ada amplifikasigetaran gempa dari batuan batuan dasar ke permukaan tanah yang tinggi, dan akan makin tinggi

    amplifikasi yang terjadi pada getaran gempa dengan percepatan yang rendah. Pada kawasan

    dengan klasifikasi tanah lunak, Suatu tingkat percepatan yang rendah di bawah 0.05g dapat

    mengampifikasi getaran gempa dari batuan dasar ke permukaan tanah sampai 3-4 kali.

    Kawasan Jakarta Utara dan kawasan Cekungan Bandung misalnya tergolong dalam klasifikasi

    Lunak, oleh karena pada kawasan ini diperkirakan terjadi amplifikasi getaran gempa sampai 3

    kali dari nilai PBA yang ditunjukkan pada Gambar 2.9.

    Khusus untuk kawasan Bandung Selatan dan Jakarta Utara dengan klasifikasi site Lunak dan

     juga daerah-daerah lain yang klasifikasi site nya tergolong Lunak, diprediksi bahwa tingkat

    getaran gempa di permukaan tanah lebih tinggi.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    15/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 12

    SURVEY REKONESANS

    3.1. Umum

    Pada tanggal 2 September 2009, pukul 07:55:01 (UTC) atau pukul 14:55:01 (WIB) waktu

    setempat, telah terjadi gempabumi besar dengan moment magnitude Mw = 7.0 dengan

    kedalaman 49.9 km pada posisi 7.777°S, 107.326°E (Sumber : USGS). Di Propinsi Jawa Barat

    Gempabumi ini mengakibatkan kerusakan berbagai prasarana dan sarana fisik serta sekitar 79

    orang meninggal dunia, 21 orang hilang, 1254 orang luka-luka, dan 210.292 orang diungsikan

    yang sebagian besar berasal dari Kabupaten Tasikmalaya, yaitu sebanyak 142.577 orang.1 

    Survey Rekonesan yang dilakukan oleh Satgas ITB, dimana Satgas Teknis mengkaji fenomena-

    fenomena yang terjadi akibat gempa. Kegiatan Satgas Teknik berkonsentrasi kepada kegiatanrapid assessment terhadap bangunan-bangunan fasilitas umum dan sosial yang dianggap kritis

    seperti misalnya tempat ibadah, sekolah, dan rumah sakit atau puskemas. Selain itu, Satgas

    Teknik berusaha untuk menginventarisis jenis kerusakan dan penyebab kerusakan pada

     bangunan, bangunan engineered, dan bangunan infrastruktur lainnya.

    Survey awal pengamatan visual pada tanggal 3 September dilakukan ke daerah Pangalengan

    oleh Dr. I Wayan Sengara. Pada pengamatan lapangan ini ditemukan adanya retakan-retakan

    tanah pada lereng-lereng dan baru jalan menuju Pangalengan. Di Pangalengan sendiri

    diidentifikasi banyak bangunan rumah penduduk yang mangalami kerusakan dari ringan sampai

     berat, serta cukup banyak yang rubuh.

    Selanjutnya, Tim Satgas yang lebih besar terdiri atas Dr. I Wayan Sengara, Dr. F.X. Toha, Dr.

    Made Suarjana, Dr. Dyah Kusumastuti, Dr. Ridolva, Km.Abuhuroyroh, ST, serta 5 mahasiswa

    ITB Teknik Sipil yaitu : Dwi, Nabila, Ikhsan, Remon, dan Faisal. Tim Satgas berangkat ke

    Kabupaten Tasikmalaya pada hari Sabtu pagi, tanggal 5 September 2009. Sebelum

    keberangkatan ke lokasi  –  lokasi spesifik terjadinya bencana, tim satgas berkoordinasi terlebih

    dahulu dengan Asisten Daerah I, Kepala Dinas PU, dan Kepala Dinas Pertambangan mengenai

    lokasi kritis yang diprioritaskan untuk diperiksa, khususnya adalah daerah kritis yang terkena

     pengaruh gempa. Secara umum, kegiatan Tim Satgas selama di Tasik antara lain:

      Sesampai di Tasikmalaya, tim satgas ITB berkunjung ke kantor Balai Kota Tasik untuk

     berkordinasi mengenai tujuan kedatangan tim Satgas ITB serta perizinan menuju

    wilayah –  wilayah yang terkena dampak gempa bumi tasik.

      Setelah melakukan kordinasi di Balai Kota, tim Satgas ITB langsung menuju kantor

    Kabupaten Tasikmalaya untuk melakukan kordinasi lebih lanjut dan meminta

     pengarahan ke beberapa lokasi yang kritis. Disampaikan 3 (tiga) lokasi yang

    memerlukan dukungan survey dan rekomendasi teknis, yaitu: Kecamatan Sukahening,

    di mana ditemukan adanya Semburan Lumpur), Rekahan Gunung Galungung, dan

    Kecamatan Cigalontang, di mana banyak rumah penduduk yang mengalami keruntuhan

    dan rusak berat.

      Untuk mengefisienkan proses invetigasi dengan lokasi yang tersebar maka selanjutnya

    1 www.tvone.co.id

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    16/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 13

    tim Satgas ITB dibagi menjadi dua team, satu team yang terdiri dari ahli Geoteknik,

    Struktur dan beberapa asisten mahasisawa ( Dr. Wayan Sengara, Dr. FX. Toha, Dr.

    Made Suarjana, Dr, Dyah Kusumastuti, Dr. Ridolva, Km. Abuhuroyroh, Ikhsan dan

    Faisal ) dan tim kedua yang terdiri dari ahli geologi dan beberapa asisten mahasiswa( Dr. Imam Sadisun, Dr. Afnimar, Dwi, Nabila ).

      Team pertama dipandu oleh bapak Ade Setiadi (Dinas Pertambangan) menuju ke daerah

    Sukahening dimana terjadi proses Semburan Lumpur dingin dari dalam bumi. Team

    kedua dipandu oleh warga setempat menuju ke Rekahan Kawah Galunggung, dan

    selanjutnya secara bersama –  sama kedua tim Satgas bertemu kembali di lokasi kritis ke

    tiga yaitu di Kecamatan Cigalontang.

      Hari kedua survey pada tanggal 6 September 2009, tim yang terdiri dari mahasiswa

    melanjutkan survey ke daerah kerusakan akibat gempa di kecamatan Sodong Hilir. Pada

    kecamatan Sodong Hilir terdapat 12 desa yang terkena dampak gempa, dan survey

    dilakukan ke Desa Sodong Hilir dan Desa Raksa Jaya. Setibanya di kecamatan SodongHilir, tim survey berkoordinasi terlebih dahulu dengan camat Sodong Hilir.

      Hari ketiga survey pada tanggal 7 September 2009, survey dimulai dengan

     berkoordinasi dengan pihak dari Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, yaitu Bpk. Pepen.

    Beliau bersama Bpk. Atep dari dinas Pertambangan. Survei dilakukan ke daerah

    rekahan tanah di Desa Taraju, Kecamatan Taraju dan Desa Mandalasari, Kecamatan

    Puspahiang. Setelah melakukan survei tim mendatangi Kantor Pemerintahan Kabupaten

    Tasikmalaya untuk memberikan laporan kegiatan yang telah dilaksanakan selama tiga

    hari.

    Gempabumi Tasik menimbulkan goncangan tanah ( ground shaking ) yang telah menyebabkan

    dampak yang bersifat destruktif baik terhadap bangunan maupun infrastruktur bangunan.

    Beberapa jenis dampak yang ditimbulkannya goncangan gempa yang teramati antara lain:

      Keretakan tanah dan potensi kelongsoran.

      Semburan lumpur dingin

      Kerusakan bangunan.

    Dampak gempabumi lainnya seperti kerusakan infrastruktur jalan, jaringan telpon, listrik, dan

    air minum relatif kecil tingkat kerusakannya, walau di beberapa lokasi listrik mengalami

     pemadaman pada saat survey. Sedangkan kejadian likuifaksi, berdasarkan hasil pengamantan,

    tidak teridentifikasi di lapangan karena daerah yang mengalami kerusakan merupakan daerah

     pegunungan dan secara umum lapisan tanah permukaan merupakan lempung atau lanau.

    3.2. Permasalahan Geoteknik

    3.2.1. Rekahan Tanah dan Potensi Kelongsoran

    Keretakan tanah diidentifikasi pada beberapa ruas jalan menuju Pangalengan seperti

    ditunjukkan pada Gambar di bawah ini. Selain itu, survey ke lokasi Kawah Galunggung juga

    telah diiedentifikasi adanya keretakan yang dikhawatirkan dapat membahayakan masyarakat.

    Secara umum, kondisi lereng pada bebarapa kawasan, khusunya pada bahu dan lereng jalan

    menuju Pangalengan dan daerah-daerah lainnya pasca kejadian gempa masih berpotensi untuk

    mengalami kelongsoran jika terjadi hujan karena adanya rekahan dibagian atas lereng akan

    mudah terinfiltrasi air dan menurunkan kapasitas tahanan geser dari lerengnya.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    17/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 14

    Gambar 3.1 Keretakan tanah dan potensi longsor di kawasan bahu dan lereng jalan dariBandung menuju Pangalengan.

    Di kawasan Kabupaten Tasikmalaya ditemukan adanya rekahan tanah permukaan pada halaman

    dan rumah penduduk serta bangunan umum, retakan melintang pada badan jalan, yang

    mengindikasikan adanya zona patahan aktif. Rekahan tanah permukaan ini diamati terjadi di

    Kawah Gunung Galunggung, Kecamatan Taraju, dan Kecamatan Puspahiang. Rekahan tanah

    yang terjadi akibat gempabumi tersebut ditunjukkan seperti pada Gambar 3.1.

    Gambar 3.1 (a) Rekahan tanah arah melintang pada tepi kawah Gunung Galunggung

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    18/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 15

    Gambar 3.1 (b) Rekahan tanah arah memanjang pada tepi kawah Gunung Galunggung

    Gambar 3.1 (c) Rekahan tanah di Desa Taraju, Kecamatan Taraju

    (Koordinat: S 07o27'40,6" & E 107o58'33,5")

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    19/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 16

    Gambar 3.1 (d) Rekahan tanah di Desa Mandalasari, Kecamatan Puspahiang

    (S 07o24'35,2" & E 107

    o59'12,8")

    3.2.2. Kelongsoran Lereng dan Potensi Kelongsoran

    Kelongsoran lereng banyak diidentifikasi terjadi pada lereng-lereng yang cukup terjal di tepi

     jalan, dan juga lereng-lereng yang sangat dekat dengan rumah atau pemukiman penduduk.

    Secara umum, kondisi kelongsoran lereng pasca kejadian gempa masih berpotensi untuk

    mengalami kelongsoran susulan jika terjadi hujan karena banyak terdapat rekahan dibagian atas

    lereng yang mudah terinfiltrasi air dan menurunkan kapasitas tahanan geser dari lerengnya.

    Kelongsoran lereng terjadi di Desa Taraju, Kecamatan Taraju dan Desa Mandalasari, Kecamatan

    Puspahiang, kelongsoran lereng terbanyak terjadi di dekat rumah penduduk. Hal ini dapat dilihat

     pada Gambar 3.2.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    20/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 17

    Gambar 3.2 Kelongsoran lereng pada pemukiman warga Desa Taraju 

    (S 07o27'42,9" & E 107

    o58'36,8") 

    Hal yang dapat diamati pada lokasi ini adalah:

      Rumah dan Bangunan umum dibangun pada daerah perbukitan sehingga mudah

    mengalami kelongsoran pada saat terjadi guncangan .

      Rumah dan Bangunan umum dibangun pada tanah yang

      Adanya beberapa rumah yang berada di tebing yang curam, dimana beberapa lereng

    sudah mengalami kelongsoran permukaan akibat gempa.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    21/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 18

    Gambar 3.3 Kelongsoran lereng di sekitar pemukiman atau rumah penduduk yang sangat rentan

    meimbulkan kelongsoran susulan jika terjadi hujan di Desa Taraju(S 07

    o27'42,9" & E 107

    o58'36,8")

    Permasalahan geoteknik lainnya yang diidentifikasi adalah permasalah kegagalan dinding

     penahan tanah yang rubuh/rusak karena tidak mampu menahan tegangan tambahan akibat

    gempa. Kegagalan dinding penahan tanah umumnya terjadi kerena strukturnya yang langsing

    atau berada pada lapisan tanah yang lunak seperti ditunjukan pada Gambar 3.4.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    22/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 19

    Gambar 3.4. Kegagalan dinding penahan tanah

    (S 07o27'42,9" & E 107

    o58'36,8") 

    3.2.3. Semburan Lumpur Dingin

    Sesuai dengan pengarahan dari Dinas Pertambahan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya,

    maka tim survey pergi meninjau lokasi semburan lumpur di Kecamatan Sukahening.

    Setelah meninjau lokasi ditemukan adanya semburan lumpur dengan debit yang relatif

     besar sehingga lumpur meluap dan dialirkan menjauh dari perumahan penduduk.

    Semburan lumpur ini muncul setelah terjadinya gempa 2 September 2009. Gambar ..

    menunjukkan lokasi titik semburan lumpur di Kecamatan Sukahening. Semburan

    lumpur ini terjadi diperkirakan adanya keretakan pada lapisan bawah permukaan yang

     berbatasan dengan sumber tekanan air pada suatu lapisan akuifer. Akibat keretakan

    yang terjadi dan akibat tekanan air tersebut, lumpur tertekan ke luar permukaan tanah.

    Belum dapat diberikan penjelasan lebih jauh karena diperlukan suatu investigasi yang

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    23/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 20

    lebih mendalam. Ada kekhawatiran dari warga setempat dan juga dari Pemerintah

    Kabupaten mengenai terjadinya semburan lumpur ini, terutama apakah semburan

    lumpur tersebut akan bertambah besar atau tidak, serta apakah lumpur tersebut

     berbahaya atau tidak. Oleh karena itu, dalam survey awal ini diambil 1 liter sample

    lumpur untuk dibawa ke laboratorium Teknik Lingkungan di ITB.

    Gambar 3.5. Semburan Lumpur Dingin di Desa Sukahening

    Temuan awal berdasarkan hasil test laboratorium lingkungan dengan katalis organisme

    menunjukkan bahwa sampel lumpur yang diambil dari semburan lumpur Sukahening

    tidak toxic (tidak mengandung unsur-unsur yang berbahaya). Namun demikian, penelitian laboratorium lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk sampel dalam skala

    yang lebih besar berupa test toksisitas, uji TCLP, dan test uji kualitas air.

    Tergantung dari kondisi semburan lumpur selanjutnya (apakah akan membesar atau

    mengecil), maka jika masih diperlukan suatu investigasi geologi dan geoteknik

    lapangan mungkin diperlukan untuk merekomendasikan langkah-langkah mitigasi yang

    diperlukan untuk mengamankan masyarakat.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    24/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 21

    3.3. Kerusakan Bangunan

    Berdasarkan pengamatan lapangan, secara umum rentang daerah yang terkena dampak gempa

    cukup luas adalah daerah yang terdapat di punggung bukit dan di lereng-lereng bukit.

    Kerusakan bangunan banyak terjadi karena struktur bangunannya yang tidak kuat

    (kerentanannya terhadap gempabumi tinggi, yaitu tidak adanya perkuatan sloof, kolong, dan

     balok yang memadari yang terbuat dari beton bertulang untuk kerusakan struktural dan

    Plesteran tembok yang kekurangan campuran semen untuk kerusakan non-struktural). Selain itu

     juga diamati bahwa ikatan penulangan bangunan yang ada tidak memenuhi persyaratan

     bangunan tahan gempa.

    Foto-foto lapangan berikut ini menunjukkan jenis-jenis kerusakan yang terjadi di

    Kabupaten Tasikmalaya.

    Gambar 3.6. Kegagalan Bangunan Masjid di Desa Cigalontang

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    25/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 22

    Gambar 3.7. Kegagalan Bangunan GOR PGRI di Desa Sodong Hilir, Kecamatan Sodong Hilir

    (S 07o29'22,0" & E 108

    o03'15,1")

    Gambar 3.8. Kegagalan Bangunan Sekolah di Desa Raksajaya

    (S 07o29'23,4" & E 108o05'00,4")

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    26/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 23

    Gambar 3.9. Kegagalan Bangunan Sekolah di Desa Raksajaya

    (S 07o29'24,2" & E 108

    o05'01,0")

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    27/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 24

    Gambar 3.10. Kegagalan Bangunan Rumah Warga Kampung Cikole, Desa Raksajaya,

    Kecamatan Sodong Hilir

    (S 07o29'57,7" & E 108

    o05'13,7")

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    28/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 25

    Gambar 3.11. Kegagalan Bangunan Rumah di Desa Taraju, Kecamatan Taraju

    (S 07o27'40,4" & E 107

    o58'33,7")

    Gambar 3.12. Kegagalan Bangunan GOR di Kantor Desa Mandalasari, Kecamatan Puspahiang

    (S 07o

    24'24,2" & E 107o

    59'19,4")

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    29/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 26

    3.4. Kondisi dan Kerusakan Infrastruktur

    3.4.1. Jalan dan JembatanSecara umum jalan-jalan di Kabupaten Tasikmalaya tidak mengalami kerusakan akibat adanya

    gempa bumi. Beberapa bagian jalan yang mengalami kerusakan akibat gempa umumnya terjadi

     berupa rekahan/retakan bahu jalan pada lereng yang relaitif terjal akibat lateral spreading,

    settlement. Untuk jembatan, secara umum tidak terjadi kerusakan pada jembatan akibat

    goncangan tanah yang teridentifikasi selama survei.

    3.4.2. Lifelines (Fasilitas penunjang vital kehidupan)

    Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, secara umum dampak kerusakan pada

    fasilitas penunjang seperti saluran air bersih, jaringan listrik, jaringan komunikasi, dan fasilitas

     penunjang lainnya akibat gempa Tasikmalaya relatif bersifat lokal dan minor, namum demikian

    untuk beberapa lokasi saluran listrik dan komunikasi sempat terganggu.

    3.4.3 Rangkuman hasil Survey Awal Kerusakan Bangunan Pasca Bencana

    (Rapid Damage Assessment

    Dari survey awal yang telah dilakukan, telah dilakukan rapid damage assessment

    terhadap berbagai jenis bangunan yang meliputi Puskesamas, Mesjid, bangunan sekolah

    dan bangunan rumah penduduk. Survey rapid damage assessment ini telah dilakukan

    terhadap sebanyak 65 bangunan dengan kategori yang bervariasi sesuai kondisi yangtelah disurvey, dengan rincian seperti ditunjukkan pada Tabel di bawah ini.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    30/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 27

    Tabel 1. Rangkuman Hasil Survey Rapid Damage Assessment di Kabupatan Tasikmalaya

    Survey Hari Pertama

    No. Nama Tempat Koordinat Kondisi Bangunan

    1 Kantor Bupati Tasikmalaya S 07o19

    '36,8" & E 108o13'14,8" Layak Huni

    2 Kantor Walikota Tasikmalaya Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural (atapdan dinding)

    3 Madrasah Diniyah Awaliyah (Desa Jayapura) S 07o21'01,3" & E

    108o01'47,6"

    Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural (atap,dinding, dan lantai 2)

    4 Ruang Perpustakaan (SDN Nagalintang, Kec.Cigalontang)

    S 07o21'06,6" & E

    108o01'54,8"Layak Huni dengan Perbaikan Struktural (atap,kolom)

    5 KUD Girimukti (Kec. Cigalontang) S 07o20'59,5" & E

    108o01'48,7"

    Layak Huni dengan Perbaikan Struktural (kolom,dinding)

    6 Masjid Jami' Al-hikmah (Kecamatan Cigalontang) S 07o21'00,6" & E

    108o01'47,3"

    Tidak Layak Huni

    7 Ruang Pramuka/PJOK (SDN Nagalintang, Kec.Cigalontang)

    S 07o21'07,2" & E

    108o01'54,5"

    Tidak Layak Huni

    8 SDN 2 Cigalontang S 07o21'07,1" & E

    108o01'54,3"

    Tidak Layak Huni

    9 Rumah Depan Posko S 07o21'08,5" & E

    108o01'56,2"

    Tidak Layak Huni

    10 Puskesmas Kec. Cigalontang S 07o21'09,5" & E

    108o01'55,8"

    Tidak Layak Huni

    Survey Hari K edua

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    31/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 28

    No. Nama Tempat Koordinat Kondisi Bangunan

    1 Lab. IPA (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,4" & E 108

    o02'59,4" Layak Huni

    2 Kelas 8D (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,1" & E 108

    o02'59,0" Layak Huni

    3 Kelas 8C (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'23,9" & E 108

    o02'59,2" Layak Huni

    4 Kelas 8B (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'23,8" & E 108

    o02'59,5" Layak Huni

    5 Kelas 9E & 9F (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,4" & E 108

    o03'00,1" Layak Huni

    6 Kelas 9C & 9D (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,7" & E 108

    o03'00,1" Layak Huni

    7 Kelas 7A (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,6" & E 108

    o02'59,3" Layak Huni

    8 Kelas 9F (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07

    o

    29'24,4" & E 108

    o

    02'59,3" Layak Huni9 Kelas 9D (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07

    o29'23,8" & E 108

    o02'59,8" Layak Huni

    10 Kelas 9F (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,1" & E 108

    o03'00,1" Layak Huni

    11 Masjid Pasar S 07o29'19,5" & E 108

    o03'01,1" Layak Huni

    12 H12 (Undefined Building) S 07o29'19,2" & E 108

    o03'09,3" Layak Huni

    13 H13 (Undefined Building) S 07o29'25,0" & E 108

    o03'00,0" Layak Huni

    14 H14 (Undefined Building) S 07o29'25,3" & E 108

    o03'00,0" Layak Huni

    15 Kelas 1-2 & ex. Ruang OR S 07o29'37,5" & E 108

    o05'10,5" Layak Huni

    16 Ruang Multimedia (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'25,3" & E 108

    o02'59,3" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    17 Ruang Wakasek (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'25,1" & E 108

    o02'59,2" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    18 Kelas 7B (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'24,9" & E 108

    o02'59,3" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    19 Kelas 7A s/d 7F (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'25,7" & E 108

    o03'00,2" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    20 Ruang Kesenian (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'25,6" & E 108

    o02'59,8" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    21 Ruang Kelas di luar kompleks SMPN 1 Sodong Hilir S 07o29'25,6" & E 108

    o02'59,2" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    22 Masjid S 07o29'26,4" & E 108

    o03'02,3" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    23 SDN Margarahayu S 07o29'18,9" & E 108

    o03'12,8" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    24 Madrasah (samping Masjid Pasar) S 07o29'19,0" & E 108

    o03'07,8" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    25 Kantor Kades Sodong Hilir (Ruang Kades) S 07o29'17,4" & E 108

    o02'56,6" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    26 Kantor Kades Sodong Hilir S 07o30'05,6" & E 108

    o04'58,0" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    27 SMAN 1 Sodong hilir S 07o30'06,1" & E 108

    o04'58,2" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    28 Ruang Guru SMAN 1 Sodong Hilir S 07o30'05,1" & E 108

    o04'59,5" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    29 Asrama S 07o30'08,1" & E 108

    o05'07,5" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    32/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 29

    No. Nama Tempat Koordinat Kondisi Bangunan

    30 SDN Burujul S 07o29'29,5" & E 108

    o05'02,1" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    31 SLTPN Burujul S 07o29'29,5" & E 108

    o05'02,1" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    32 SDN Kertajaya S 07o29'23,1" & E 108

    o05'02,0" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    33 SDN Salacau (kelas 3) S 07o29'24,3" & E 108

    o05'00,9" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    34 Asrama Putra (Desa Raksajaya) S 07o29'37,6" & E 108

    o05'12,1" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    35 Masjid Mandalasari (Kec. Puspahiang) S 07o24'24,6" & E 107

    o59'19,2" Layak Huni dengan perbaikan Non-Struktural

    36 Rumah Dinas (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'25,2" & E 108

    o02'58,9" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

    37 GOR Desa Sodong Hilir S 07

    o

    29'17,4" & E 108

    o

    02'56,7" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural38 K25 S 07

    o29'57,2" & E 108

    o05'12,6" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

    39 Kelas 6 SDN Kertajaya S 07o29'23,4" & E 108

    o05'02,4" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

    40 Kelas 6 SDN Salacau S 07o29'24,2" & E 108

    o05'01,0" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

    41 Masjid Burujul S 07o29'38,0" & E 108

    o05'11,3" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

    42 GOR Desa Mandalasari S 07o24'24,2" & E 107

    o59'19,4" Layak Huni dengan Perbaikan Struktural

    43 Lab. Elektro & Lab. Matematika (SMPN 1 Sodong Hilir) S 07o29'23,6" & E 108

    o02'59,2" Tidak Layak Huni

    44 Gedung PGRI S 07o29'22,0" & E 108

    o03'15,1" Tidak Layak Huni

    45 Asrama Putri (Desa Raksajaya) S 07o29'56,8" & E 108

    o05'13,3" Tidak Layak Huni

    46 Asrama Putra (Desa Raksajaya) S 07o29'57,4" & E 108

    o05'12,9" Tidak Layak Huni

    47 GOR Desa Raksajaya S 07o29'26,1" & E 108

    o05'05,6" Tidak Layak Huni

    48 Kantor Kades Desa Raksajaya S 07o29'26,5" & E 108

    o05'05,9" Tidak Layak Huni

    49 Toilet SDN Kertajaya S 07o29'22,7" & E 108

    o05'02,5" Tidak Layak Huni

    50 Kelas 1 (SDN Salacau) S 07o29'23,9" & E 108

    o05'00,9" Tidak Layak Huni

    51 Kelas 2 (SDN Salacau) S 07o29'23,4" & E 108

    o05'00,4" Tidak Layak Huni

    52 Kelas 5 (SDN Salacau) S 07o29'37,3" & E 108

    o05'09,8" Tidak Layak Huni

    53 Ruang Guru (SDN Salacau) S 07o29'36,8" & E 108

    o05'09,4" Tidak Layak Huni

    54 Masjid AS-Salam S 07o29'20,9" & E 108

    o05'23,8" Tidak Layak Huni

    55 Ponpes Miftahul Khoer (ga sempet nempel stiker) S 07o27'44,9" & E 107

    o58'38,8" Tidak Layak Huni

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    33/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 30

    KONSEP PENANGGULANGAN DAN MITIGASI BENCANA

    4.1. Konsep Penggunaan Peta-Peta Hazard dalam Upaya-upaya Penanggulangan

    dan Penataan Ruang untuk Mitigasi Bencana Gempa

    Untuk rehabilitasi dan rekonstruksi daerah-daerah Jawa Barat yang mengalami kerusakan,

    maka diperlukan suatu strategi yang tepat untuk meminimalkan resiko bencana gempa. Peta

     bahaya gempa merupakan informasi yang sangat penting dalam penataan kembali daerah/kota

    di Jawa Barat. Suatu konsep dalam upaya untuk mengurangi resiko bencana gempabumi perlu

    dimengerti dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai komponen dalam suatu

    upaya-upaya baik yang sifatnya fisik maupun non-fisik.

    Aspek-aspek serta informasi yang diperlukan dalam upaya mitigasi ini dan penataan ruangulang diantaranya adalah inventarisasi serta kondisi existing dan tingkat kerentanan infrastruktur

     pasca gempa di daerah bencana.

    4.2. Kajian Hazard Gempa

    Kajian hazard selanjutnya perlu ditindaklanjuti dengan melakukan analisis hazard gempa untuk

    Jawa Barat. Selain kajian awal terhadap gempa Tasik 2 September 2009 yang sudah dilakukan

    dan disampaikan dalam laporan ini, perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengevaluasi

     besarnya percepatan gempa untuk keperluan kriteria disain bangunan dan infrastruktur di

    Wilayah Jawa Barat. Kajian ini sekaligus untuk mengevaluasi kembali besarnya percepatangempa di batuan dasar yang saat ini digunakan di dalam SNI-1726, 2002. Analisis hazard gempa

    dapat dilakukan dengan metode Probabilistik dan Deterministic Seismic Hazards Analysis

    (P+DSHA).

    Perkiraan besarnya percepatan maksimum dari suatu kejadian gempabumi pada suatu lokasi

    tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan fungsi atenuasi tertentu. Fungsi atenuasi ini

    disesuaikan dengan tipe mekanisme gempabumi yang terjadi. Untuk mengurangi banyaknya

    faktor-faktor ketidakpastian yang saling mempengaruhi dalam melakukan analisis resiko

    gempabumi ini, maka diperlukan pentahapan analisis yang sistematis, sehingga hasil yang

    diperoleh dapat dipertanggung-jawabkan. Tahapan analisis dalam kajian awal risiko kegempaan

    ini dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:  Pengumpulan dan evaluasi data geologi dan seismologi di sekitar lokasi studi, yang

    meliputi episenter, magnituda dan mekanisme gempa,

      Pemilihan fungsi atenuasi yang sesuai dengan mekanisme kegempaan di lokasi yang

    ditinjau,

      Analisa untuk mendapatkan percepatan gempabumi di batuan dasar,

      Analisis perkiraan faktor amplifikasi dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk

    mendapatkan percepatan maksimum gempabumi di permukaan tanah.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    34/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 31

    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    1.  Dengan memperhatikan cukup banyaknya kerusakan akibat gempa pada bangunan danmasalah-masalah geoteknik dan kegempaan lainnya, maka diperlukan langkah-langkah

    terhadap beberapa hal berikut ini:

      Menyiapkan dan menyusun masukan teknis kepada Pemerintah Jawa Barat untukmemperkuat peraturan bangunan dan pedoman-pedoman praktis desain dan

    konstruksi bangunan tahan gempa.

      Memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada tim teknis Dinas Bangunan, Konsultandan Kontraktor mengenai peraturan, disain, dan konstruksi bangunan tahan gempa.

      Tinjauan ulang terhadap proses pemberian ijin bangunan di Jawa Barat, kaitannyadengan ketahanan bangunan terhadap gempabumi.

    2.  Permasalahan geoteknik yang terjadi adalah kelongsoran lereng karena kondisi topografiyang sangat bervariasi dan lapisan tanah permukaan yang merupakan lempung atau lanau

    dengan kosistensi cendrung lunak sampai sedang. Hasil survey ke kawasan kawah

    Galunggung menunjukkan bahwa retakan yang terjadi sifatnya lokal dan dinilai tidak

    membahayakan. Beberapa potensi kelongsoran diperkirakan dapat terjadi pada waktu

    musim hujan akibat adanya lereng-lereng yang mengalami keretakan pada saat gempa 2

    September 2009 terjadi.

    3.  Hasil penelitian awal terhadap semburan lumpur di Sukahening menunjukkan semburan

    lumpur terjadi akibat adanya keretakan pada lapisan bawah permukaan yang berbatasan

    dengan sumber tekanan air pada suatu lapisan akuifer. Akibat keretakan yang terjadi dan

    akibat tekanan air tersebut, lumpur tertekan ke luar permukaan tanah. Belum dapat

    diberikan penjelasan lebih jauh karena diperlukan suatu investigasi yang lebih mendalam.

    Dalam survey awal ini diambil 1 liter sample lumpur untuk dibawa ke laboratorium Teknik

    Lingkungan di ITB. Temuan awal berdasarkan hasil test laboratorium lingkungan dengan

    katalis organisme menunjukkan bahwa sampel lumpur yang diambil dari semburan lumpur

    Sukahening tidak toxic (tidak mengandung unsur-unsur yang berbahaya). Namun demikian,

     penelitian laboratorium lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk sampel dalam skala yang

    lebih besar berupa test toksisitas, uji TCLP, dan test uji kualitas air. Tergantung dari kondisi

    semburan lumpur selanjutnya (apakah akan membesar atau mengecil), maka jika masihdiperlukan suatu investigasi geologi dan geoteknik lapangan mungkin diperlukan untuk

    merekomendasikan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan untuk mengamankan

    masyarakat.

    4.  Setelah memperhatikan seluruh persoalan yang diamati terhadap berbagai jenis kerusakan bangunan maupun masalah geologi, geoteknik, dan kegempaan yang ada, maka berikut

    disampaikan beberapa usulan yang menyangkut penanganan persoalan yang dijumpai saat

    ini dan keperluan rekonstruksi bangunan dan infrastruktur ke depan, yaitu :

      Perlu dilakukannya survey rapid damage assessment   lebih lanjut untuk menilai banyak bangunan bangunan yang mengalami keruskan untuk membangu pemeringah

    daearah dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi.

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    35/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 32

      Untuk bangunan-bangunan engineered tertentu yang dipertimbangkan memerlukanevaluasi kerusakan, maka perlu investigasi secara menyeluruh dapat/tidaknya

     bangunan-bangunan yang mengalami kerusakan struktural untuk difungsikan

    kembali.5.  Perlunya sosialisasi kepada warga tentang pembangunan rumah/gedung tahan gempa, selain

     penanganan rumah/bangunan miliknya pasca bencana agar tidak salah di dalam mengambil

    keputusan terhadap persoalan teknis yang ada. Apakah rumah/bangunan tersebut masih

    aman tetapi memerlukan perbaikan/rehabilitasi, atau sudah tidak aman lagi dan harus

    diruntuhkan.

    6.  Disarankan untuk melakukan kajian ulang terhadap Standar Nasional Indonesia (SNI-03-1726 Tahun 2002) mengenai besarnya percepatan gempa di Jawa Barat pasca gempa 2

    September 2009. Selain itu, perlu pula dikaji kriteria disain seismik bangunan dalam

    rehabilitasi dan rekonstruksi Tasik berdasarkan karakteristik gerakan tanah baik akibat

    gempa subduksi, maupun pertimbangan terhadap gempa-gempa yang bersumber dari patahan dangkal di kawasan Jawa Barat, seperti misalnya patahan Lembang, patahan

    Cimandiri, patahan Baribis, dan sebagainya.

    7.  Penataan ruang memerlukan peta-peta yang lebih rinci seperti Peta Microzonasi Gempa,Peta Jalur Patahan dan potensinya, Peta MMI, Peta Hazard Gempa dan Hazard lainnya yang

    sangat site-specific sehingga dapat dihasilkan suatu dasta yang lengkap yang terdiri dari:

      Struktur ruang

      Pola ruang

      Zonasi

      Action plan

      Arahan untuk Zoning Regulation  Arahan untuk Building Codes

    Selain dari rekomendasi untuk melakukan suatu kajian bahaya gempa yang lebih detail untuk

    mengembangkan peta-peta bahaya serta melakukan kajian resiko bencana gempa dalam upaya

    menyusun atau menyempurnakan Rencana Induk Pengurangan Risiko Bencana Gempa Jawa

    Barat, maka sebagai tindak lanjut dari survey awal dan kajian awal ini, perlu dilakukan suatu

     program jangka pendek, menengah dan panjang antara lain:

    Program Jangka Pendek:

    1.  Survey/pengecekan lebih lanjut beberapa bangunan dan infrastruktur,2.  Surveyu lanjutan rapid damage assessment  terhadap tempat ibadah, rumah sakit/puskesmas,

    rumah tinggal, bangunan sekolah, dan bangunan serta infrastruktur lainnya.

    3.  Rekomendasi Teknis untuk Rekonstruksi Rumah Tinggal dan infrastruktur:

      Peta preliminary microzonation seismic map (Dari segi geologi, geoteknik, seismik)

      Sosialisasi Pedoman Pembangunan Rumah Tinggal Tahan Gempa

      Penyusunan Kriteria (Kegempaan)

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    36/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    Satuan Tugas Kajian dan Survey Lapangan Bencana Gempa Jawa Barat - ITB Halaman - 33

    Program Jangka Menengah dan Panjang

    1.  Kaji ulang seismotektonik Jawa Barat dan seismic hazard mapping, serta pengembangan

    atau penyempurnaan peta zonasi dan mikrozonasi gempa.

    2.  Training bangunan tahan gempa dan peraturan bangunan kepada pihak-pihak terkait: Dinas

    Bangunan, Penyedia jasa konstruksi (konsultan, kontraktor, dan tukang-tukang local)

    3.  Kegiatan-kegiatan community based earthquake risk reduction 

    4.  Investigasi detail kerusakan bangunan dan rekomendasi retrofitting bangunan-bangunan

    yang rusak.

    5.  Rekomendasi Rencana Umum Tata Ruang

  • 8/17/2019 Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    37/37

     Laporan Kajian dan Survey Awal Bencana Gempa Jawa Barat

    REFERENSI

    1)  Indonesian Seismic Building Codes, SNI-1726, 2002, Department of Public Work.

    2)  Kertapati, E, K. (1999), “Probabilistic Estimates of the Seismic Ground Motion Hazard inIndonesia”, Proceeding of National Conference on Earthquake Engineering, Bandung. 

    3)  Sengara, IW., Munaf, Y., Aswandi, and Susila, IG.M., (2000), “Seismic Hazard and SiteResponse Analysis for City of Bandung-Indonesia”, Proceeding of Geotechnical EarthquakeEngineering Conference, San Diego, March, 2001.

    4)  USGS, earthquake information.

    5)  SNI 03-1726-2002, (2002), “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Banguan  

    Gedung”, Badan Standarisasi Nasional –  Indonesia.

    6)  Youngs, R. R., Chiou, S. J., Silva, W. J., Humphrey, J. R., (1997), “Strong Ground MotionAttenuation Relationship for Subduction Zone Earthquake”, Bulletin of SeismologicalSociety of America Vol. 68, No. 1.