BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH … · Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 iii IKHTISAR EKSEKUTIF...
-
Upload
phungquynh -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH … · Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 iii IKHTISAR EKSEKUTIF...
LAPORAN KINERJA TAHUNAN
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEHTAHUN 2017
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEHBANDA ACEH
2018
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2016 ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
IKHTISAR EKSEKUTIF ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Umum ................................................................................................ 1
B. Organisasi BPBA ............................................................................... 1
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Rencana Strategis ............................................................................... 3
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 .......................................................... 5
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2017
A. Capaian Kinerja Penguatan Kelembagaan ........................................ 6
B. Capaian Kinerja Pencegahan Dini dan Kesiapsiagaan ...................... 7
C. Capaian Kinerja Rehabilitasi dan Rekonstruksi ................................ 9
D. Capaian Kinerja Kedaruratan dan Logistik ....................................... 10
E. Capaian Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh ................... 12
F. Realisasi Anggaran ............................................................................ 26
BAB IV PENUTUP …………………………..……………………………… 28
LAMPIRAN:
1. Perjanjian Kinerja Tahun 2017.
2. Indikator Kinerja Utama (IKU) BPBA
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 iii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat faktor geologi (gempa bumi,tsunami, dan letusan gunung berapi), bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor,kekeringan, angin topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakittanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaantransportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkaitdengan konflik antar manusia akibat perebutan sumber daya yang terbatas, alasan ideologi,religius serta politik.
Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu penataan atauperencanaan yang matang dalam penanggulangannya, sehingga dapat dilaksanakan secara terarahdan terpadu. Pelayanan penanggulangan yang dilakukan selama ini mengikuti arah pergeseranparadigma penanggulangan bencana yang fokus pada upaya penanggulangan saat terjadi bencanabergeser kea rah pencegahan (prvensi) atau mengurangi risiko bencana.
Secara umum capaian kinerja penanggulangan bencana seperti yang ditargetkan dalamRPJMA 2012 – 2017, menunjukan perkembangan yang baik, meskipun salah satu indikatormasih memerlukan kerja keras dan perhatian baik secara internal BPBA maupun komitmenpendanaan yang memamdai dari instansi pemerintah lainnya terutama yang berwenang dalammenetapkan alokasi anggran pemerintah. Sedangkan tingkat capaian kinerja sasaran BPBAsesuai dengan Perjanjian Kinerja tahun 2017 yaitu 106,00 % yang dihitung berdasarkanprosentase rata-rata capaian sasaran. Dari 4 sasaran strategis dan 4 indikator kinerja yangditetapkan seluruhnya tercapai/berhasil. Sasaran dinyatakan berhasil jika capaiannya ≥ 75%dari target yang telah ditetapkan.
Kedepan untuk mencapai visi BPBA yaitu “Masyarakat Aceh Tanggap dan TangguhMenghadapi Bencana” diperlukan dukungan pendanaan yang mencukupi, kualitas dan kuantitasaparatur yang baik serta koordinasi dengan bergabagai instansi baik lingkungan SekretariatDaerah Aceh maupun dengan BPBD kabupaten/kota. Mengingat berbagai target hanya dapatdicapai dengan dukungan pendanaan yang cukup, melibatkan aparatur yang terampil dankoordinasi yang baik dengan berbagai isntansi lain, dalam penyelenggaraan pelayananpenanggulangan bencana yang berorientasi hasil dan berbasis kinerja serta bertujuan untukmelayani masyarakat terdampak bencana.
Untuk mendukung capaian kinerja, tahun 2017 BPBA telah membelanjakan anggaran Rp.69.194.438.202, realisasinya 39.00 % (Rp. 26.983.711.474). Rendahnya capaian realisasikeuangan tersebut karena belanja hibah BNPB untuk program rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana untuk Pemrintah Aceh dalam T.A 2017 tidak terealisasi (realisasi Rp. 0) dan dapatdilanjutkan pada tahun 2018 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
Penyelenggaraan penanggulangan bencana di Aceh saat ini telah bergerak mengikuti sistem
penanggulangan bencana Nasional. Seiring perjalanan waktu telah terjadi perubahan cara pandang
penanggulangan bencana dari yang bersifat tanggap darurat menuju ke arah pengurangan risiko
bencana. Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) berdasarkan tugasnya telah melaksanakan
fungsi tersebut untuk mewujudkan tercapainya sasaran sebagaimana tercantum dalam Rancangan
Qanun Aceh Nomor 12 tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJM
Aceh) periode 2012 – 2017.
Mengingat pentingnya penanggulangan bencana tersebut, maka dalam rangka mendukung arah
pembangunan sebagaimana ditegaskan dalam Qanun Aceh dimaksud, Pemerintah Aceh telah
menetapkan 10 prioritas pembangunan Aceh dan menempatkan prioritas penanggulangan bencana
pada urutan ke 10 dalam kebijakan bidang kualitas lingkungan dan kebencanaan.
Dalam rangka melaksanakan amanat strategis tersebut, Gubernur Aceh telah memberikan
tugas pokok kepada Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) sesuai dengan Qanun Aceh
No. 13 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Aceh untuk menyelenggarakan
urusan di bidang penanggulangan bencana untuk dapat membantu gubernur dalam
menyelenggarakan Pemerintahan Aceh. Tugas tersebut harus senantiasa dilaksanakan dengan
penuh tanggungjawab, efektif, efisien dan akuntabel.
B. Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Aceh
Organisasi menjadi faktor penentu dalam mencapai keberhasilan kinerja Badan
Penanggulangan Bencana Aceh. Kelembagaan menyangkut aspek organisasi, sumber daya
manusia serta sarana dan prasarana.
Berdasarkan Qanun Aceh Nomor 13 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Aceh, organisasi Badan Penanggulangan Bencana Aceh terdiri dari Kepala
Sekretariat, dan tiga bidang teknis yaitu Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Bidang
Kedarurtan dan Logistik dan Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi serta didukung oleh
unsur pengarah dan kelompok jabatan fungsional. Khusus untuk jabatan fungsional hingga
tahun 2015 belum terisi dengan pejabat fungsional. Adapun struktur organisasi Badan
Penanggulangan Bencana Aceh adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 2
BAGAN STRUKTUR ORGANISASIBADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH
KEPALA BPBA
UNSUR PENGARAH
KEPALA PELAKSANA
KEPALASEKRETARIAT
SUB BAGIAN UMUMSUB BAGIANKEUANGAN
SUB BAGIAN PROGRAMDAN PELAPORAN
BIDANG PENCEGAHANDAN KESIAPSIAGAAN
BIDANGKEDARURATAN DAN
LOGISTIK
BIDANG REHABILITASIDAN REKONSTRUKSI
SEKSI PENCEGAHANSEKSI
KEDARURATANSEKSI
REHABILITASI
SEKSIKESIAPSIAGAAN
SEKSI LOGISTIKSEKSI
REKONSTRUKSI
KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh merupakan pejabat yang diangkat
dan diberhentikan oleh Gubernur, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Gubernur Aceh. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Kepala Badan Penanggulangan
Bencana Aceh membawahi unsur pengarah dan unsur pelaksana.
Anggota unsur pengarah terdiri dari unsur instansi pemerintah dan unsur masyarakat
profesional/pakar yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota unsur pengarah
dari masyarakat profesional ditetapkan berdasarkan prosedur pemilihan dan seleksi.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 3
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Rencana Strategis
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi BPBA harus dijiwai dengan semangat dan
komitmen melakukan pelayanan penanggulangan bencana yang berbasis pada hasil dan
berorientasi pada kinerja. Untuk mewujudkan hal tersebut telah ditetapkan Visi dan Misi
BPBA yang merupakan panduan/acuan dalam menjalankan tugas dan fungsi. Visi dan
Misi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam tujuan yang lebih terarah dan operasional
berupa perumusan tujuan strategis organisasi (strategic gola)
Dalam pelaksanaannya, Rencana strategis BPBA 2012 – 2017 telah mengalami
revisi yang disesuaikan dengan ketersediaan anggaran dalam Dokumen Pelaksanaan
Anggaran tahunan. Demikian juga Indikatir Kinerja Utama (IKU) yang digunakan dalam
pengukuran kinerja dan pengendaliaan pelaksanaan program dan kegiatan.
Dalam visi ini terkandung maksud sebagai berikut :Tanggap, mengandung maksud yaitu dapat merespon secepat mungkin setiap kejadian
bencana di seluruh wilayah Aceh melalui koordinasi dengan semua pihak terkait dengan
mengacu pada peraturan perundang undangan yang berlaku.
Tangguh, mengandung maksud yaitu bahwa dalam situasi apapun tetap melaksanakan
pelayanan penanggulangan bencana yang terencana dan terkoordinir.
Menghadapi Bencana, mengandung maksud intergrasi pelayanan penanggulangan
bencana pada saat pra bencana, status siaga darurat, status tanggap darurat, status transisi
darurat dan pasca bencana. Melalui upaya-upaya mitigasi dan adaptasi guna mengurangi
atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman maupun
kerentanan pihak yang terancam bencana.
Sejalan dengan visi BPBA maka diperlukan rumusan mengenai upaya-upaya
yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang mencerminkan apa yang akan dapat
dicapai dan bagaimana mencapainya dalam periode tertentu, beserta ukuran-ukuran
pencapaiannya. Misi yang dirumuskan menggambarkan tindakan atau upaya sesuai
dengan tugas dan fungsi BPBA. Selanjutnya misi diharapkan dapat menjadi pedoman
VISI
“Masyarakat Aceh Tanggap dan Tangguh Menghadapi Bencana”
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 4
untuk mencapai tujuan, sasaran, strategi, kebijakan dan kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh BPBA.
Tujuan atau kondisi yang ingin diwujudkan oleh BPBA pada lima tahun
mendatang menggambarkan hasil-hasil serta manfaat yang akan diberikan oleh BPBA.
Dengan berdasarkan pada hasil analisis lingkungan internal dan eksternal, maka BPBA
merumuskan tujuan strategis sebagai berikut :
Visi dan misi BPBA tersebut telah sejalan dengan arah kebijakan pelaksanaan
Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Kebencanaan yang merupakan salah satu prioritas
pembangunan Aceh periode 2012 – 2017 yang tertuang dalam Qanun Aceh Nomor 12
tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2012 – 2017.
Berdasarkan RPJM Aceh 2012 – 2017 tersebut pelayanan penanggulangan bencana
menjadi tugas BPBA dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :
Berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 35 Tahun 2016 tentang Indikator
Konerja Utama Pemerintah Aceh, Satuan Kerja Perangka Aceh dan Biro di Lingkungan
Pemerintah Aceh, di bawah ini merupakan Indikator Kinerja Utama Badan Penanggulangan
Bencana Aceh.
MISI
1. Membangun kelembagaan penanggulangan bencana yanghandal.
2. Menyelenggarakan pelayanan penanggulangan bencanayang terkoordinir dan profesional.
T U J U A N:
1. Terwujudnya koordinasi penanggulangan bencana dengan dukungan
sarana dan prasarana yang lengkap.
2. Terwujudnya Pengurangan Risiko Bencana.
3. Terwujudnya Koordinasi Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca bencana
yang komprehensif.
4. Terwujudnya distribusi logistik, dan penialaian kerusakan bencana
yang tekendali.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 5
TABEL. 1
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH
No. SASARANSTRATEGIS
INDIKATORKINERJA UTAMA SATUAN
TARGET
2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Peningkatan KualitasSarana dan PrasanaPenanggulanganBencana
Persentase saranadan prasaranapendukungpenanggulanganbencana
% 55 60 65 70 75
2. Meningkatnyaketrampilan aparaturdan masyarakatdalam menanggulangibencana
PersentasePemerintahKab/Kota siagabencana.
% 75 80 85 90 95
Peningkatankesiapsiagaanmasyarakat dalammenghadapibencana
% 75 80 85 90 95
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2017
Perjanjian kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang
merepresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam
rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelola.
Tujuan khusus penetapan kinerja antara lain adalah untuk: (1) meningkatkan
akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur; (2) sebagai wujud nyata komitmen
antara penerima amanah dengan pemberi amanah; (3) sebagai dasar penilaian
keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi; (4) menciptakan tolok
ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur; dan (5) sebagai dasar pemberian
reward atau penghargaan dan sanksi.
Perjanjian Kinerja tahun 2017 merupakan tahun terrakhir penerapan Renstra
BPBA, sehingga capaian kinerjanya mencerminkan capaian strategsi BPBA sebelum
berakhirnya Pemerintahan Aceh periode 2012 – 2017. Perjanjian Kinerja BPBA Tahun
Anggaran 2017 dapat dilihat pada lampiran 1.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 6
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana pada hakikatnya merupakan
upaya untuk meningkatkan kapasitas aparatur dan masyarakat guna siap siaga dalam
menghadapi bencana. Siklus manajemen penanggulangan bencana itu sendiri terdiri dari fase
pra bencana –saat tidak terjadi bencana--, saat terjadi bencana –darurat bencana-- dan pasca
peristiwa terjadinya bencana – rehabilitasi dan rekonstruksi--. Harapan terakhir dari
serangkaian proses pelayanan penanggulangan bencana tersebut adalah terwujudnya aparatur
dan masyarakat siap, tanggap dan mampu melakukan upaya-upaya mitigasi maupun adaptasi
bencana.
Sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Aceh (RPJMA) periode 2012 – 2017 bahwa palayanan penanggulangan
bencana diarahkan pada peningkatan kualitas fungsi koordinasi, peningkatan kapasitas
kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam berbagai upaya pengurangan risiko bencana
serta peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan
pelayanan penanggulangan bencana.
Keberhasilan pelayanan penanggulangan bencana tercermin melalui dari berkurangnya
fungsi yang tumpang tindih; meningkatnya kapasitas aparatur dan masyarakat dalam
pengurangan risiko bencana; dan meningkatnya kapasitas kelembagan serta sarana pendukung
penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana dan pada akhirnya mendukung
terwujudanya masyarakat Aceh yang tanggap dan tangguh mengadapi bencana.
A. Capaian Kinerja Penguatan Kelembagaan Penanggulangan Bencana (2012 – 2017)
Guna mendukung kelancaran pelaksanaan penguatan kelembagaan
penanggulangan bencana telah dilaksanakan pengadaan sarana dan prasarana
penanggulangan bencana, pelatihan teknis aparatur yang terlibat dalam penyelenggaraan
pelayanan penanggulangan bencana baik yang berasal dari BPBA maupun BPBD
kabupaten/kota, dan pemantauan serta evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
lapangan penanggulangan bencana.
Secara umum capaian kinerja penguatan kelembagaan menunjukan adanya
perkembangan yang signifikan dari tahun ke tahun, meskipun masih memerlukan kerja
keras dan perhatian tidak hanya dari BPBA, namun juga komitmen dari para pihak
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 7
lainnya terutama Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA) untuk mengalokasikan
anggaran dalam jumlah yang memadai sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Tabel. 2PERKEMBANGAN KINERJA
PENGUATAN KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN BENCANA
SASARANSTRATEGIS INDIKATOR KINERJA
2012(BASELINE)
REALISASI TARGET2017
TINGKATCAPAIAN
(%)2013 2014 2015 2016 2017
Meningkatnyakualitas dankuantitasperalatan untukmendukungkegiatanpelayananpenanggulanganbencana
Jumlah GedungWorkshop pemadamkebakaran
n.a 1 0 1 0 0 0 0
Jumlah kenderaanoperasional evakuasidarurat bencana
n.a 0 0 5 0 3 3 100
Panjang jalan dansaluran pada landscapegudang logistikkebencanaan
n.a 0 0 447 412 0 0 0
Jumlah aparatur yangterampil dalampenyelenggaraanpelayananpenanggulangan bencana
100 200 230 360 400 777 777 100
Jumlah genset mini n.a 0 0 0 16 0 0 100Jumlah mobil minibusrescue n.a 0 0 0 1 0 0 100
Jumlah kenderaan boklogistik n.a 0 0 0 1 1 100
Jumlah Toilet Portable n.a 0 0 0 0 360 360 100
Peralatan Pemadam n.a 0 0 0 0 324 324 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa capaian kinerja penguatan kelembagaan
penanggulangan bencana menunjukan capaian optimal (100%). Melihat capaian kinerja
yang disajikan pada tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sarana
penanggulangan bencana mengalami peningkatan jumlah dan kualitas dari tahun ke
tahun. Dalam perjanjian kinerja antara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Aceh
dengan Gubernur Aceh target kinerja peningkatan.
B. Capaian Kinerja Pencegahan Dini dan Kesiapsiagaan Bencana (2012 – 2017)
Lingkup daerah kebijakan penanggulangan bencana Aceh adalah seluruh
wilayah Aceh. Namun dengan keterbatasan sumber daya dan wewenang pemerintah
provinsi sebagai pemerintahan administratif, maka dibuat batasan zona kewenangan yang
disebut dengan zona priorotas penanggulangan bencana Aceh. Peraturan Gubernur Aceh
Nomor 51 tahun 2011 tentang Rencana Penanggulangan Bencana Aceh Tahun 2012 –
2017 menetapkan zona prioritas penanggulangan bencana Aceh untuk empat jenis
bencana yang menjadi tanggung jawab intervensi Pemerintah Aceh yaitu:
1. Gempa bumi yang mencakup Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 8
2. Tsunami kepulauan yang mencakup Kabupaten Aceh Singkil dan Simeulue.
3. Tsunami, yang mencakup Kabupaten Nagan Raya, Aceh Barat Daya dan Aceh
Selatan.
4. Banjir, yang mencakup Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur, dan Aceh Tamiang.
5. Gunung api, yang mencakup Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah.
Pencegahan dini dan kesiapsiagaan bencana diarahkan untuk meningkatkan
kapasitas masyarakat kelompok rawan bencana khususnya yang berdomisili dalam
kawasan rawan bencana zona prioritas provinsi sebagaimana telah diuraikan di atas.
Pada dasarnya, pelaksanaan pencegahan dini dan kesiapsiagaan diarahkan untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.
Seiring dengan semakin solid dan menguatnya kapasitas kelembagaan, BPBA
pada Tahun anggaran 2016 telah melaksanakan simulasi/drill bencana banjir di
Kabupaten Aceh Tamiang dan satu kali simulasi/drill bencana tsunami di Kabupaten
Aceh Barat.
Tabel. 3
PERKEMBANGAN KINERJAPENCEGAHAN DINI DAN KESIAPSIAGAAN BENCANA
SASARANSTRATEGIS
INDIKATORKINERJA
2012(BASELINE)
REALISASI TARGET2017
TINGKATCAPAIAN (%)2013 2014 2015 2016 2017
Meningkatnyakesiapsiagaan
masyarakat dalammenghadapi
bencana
Jumlah masyarakatyang berpartisipasidalam pelaksanaan
kegiatansimulasi/drill
bencana
120 186 720 800 500 530 500 106
Tabel di atas menjelaskan capaian kinerja pencegahan dini dan representasi
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Diukur melalui jumlah
masyarakat dan aparatur pemerintah kabupaten/gampong tempat simulasi/drill
dilangsungkan terlibat/berpartisipasi secara aktif. Secara gradual dari tahun ke tahun
menunjukan tingkat partisipasi yang semakin baik. Tahun 2017 ditetapkan target 500
orang, realisasinya mencapai 530 orang. Dalam perjanjian kinerja antara Kepala
Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh dengan Gubernur Aceh ditetapkan
target kinerja sebesar 85%. Jika capaian diatas digunakan sebagai acuan maka capaian
kinerja dimaksud dapat melampui target. Hal tersebut patut dan layak diapresiasi sebagai
wujud partisipasi yang nyata dan menjadi modal dasar dalam mencegah timbulnya
korban jiwa pada saat terjadi bencana alam.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 9
C. Capaian Kinerja Rehabilitasi dan Rekonstruksi (2012 – 2017)
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 11
Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana menegaskan
bahwa ruang lingkup pelaksanaan rehabilitasi pasca bencana dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum,
pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan
kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial, ekonomi dan budaya,
pemulihan keamanan dan ketertiban umum, pemulihan fungsi pemerintahan, dan
pemulihan fungsi pelayanan publik (pasal 56, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Tahun Anggaran 2016 BPBA
relevan dengan anggran yang tersedia dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
Satuan Kerja Perangkat Aceh Nomor 1.20.12 tanggal 26 Februari 2016 menjalankan
fungsi koordinasi bidang rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.
Tabel. 4PERKEMBANGAN KINERJA
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI 2012 – 2017
SASARANSTRATEGIS
INDIKATORKINERJA
2012(BASELINE)
REALISASI TARGET2017
TINGKATCAPAIAN (%)2013 2014 2015 2016 2017
Meningkatnyakoordinasirehabilitasi danrekosntruksi
Jumlah dokumenlaporan koordinasipelayananrehabilitasi danrekonstruksi pascabencana
n.a 2 2 2 1 0 0 0
JumlahrekomendasiRehabilitasi danRekonstruksiPasca Bencana
n.a 6 7 5 8 4 4 100
Kinerja rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana menunjukan tingkat
konsistensi yang tinggi dari tahun ke tahun dan dapat memenuhi target yang ditetapkan
dalam perjanjian kinerja antara Kepala Pelaksana BPBA dengan Gubernur Aceh tahun
2017. Pada sisi yang lain, hal tersebut menunjukan monotonnya pelayanan rehabilitasi
dan rekonstruksi pasca bencana yang diselenggarakan BPBA. Dengan kata lain kondisi
seperti tersebut memberi indikasi bahwa terdapat beberapa jenis layanan sebagaimana
diuraikan dalam Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Nomor 11 Tahun 2008 sebagaimana telah dijabarkan di atas yang masih memungkinkan
untuk di laksanakan pada tahun yang akan datang jika didukung dengan anggaran dalam
jumlah yang memadai.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 10
D. Capaian Kinerja Kedaruratan dan Logistik Bencana (2012 – 2017)
Secara umum kesuksesan penyaluran bantuan logistik bencana bersandar pada
empat hal utama, yakni tempat atau titik masuknya logistik, gudang utama, gudang
penyaluran, dan terakhir gudang penyimpanan akhir (jika diperlukan). Keempat sandaran
ini akan ditentukan oleh faktor informasi - komunikasi, jalur dan sistem distribusi, sarana
tranportasi suplay, dan manajemen persediaan atau stock management.
Untuk mengefektifkan fungsi koordinasi peralatan dan logistik kemanusiaan pada
fase darurat bencana, BPBA sekurang-kurangnya berpijak pada lima variable penting
dalam sistem manajemen logistik bencana. Pertama, kesiapan petugas atau aparatur.
Operasional logistik sangat bergantung pada petugas atau aparatur yang terampil, terlatih,
dan cekatan. Kebutuhan petugas atau aparatur suplay logistik bencana dapat dipenuhi
melalui recruitment Pegawai Negeri Sipil (PNS), tenaga kontrak/pegawai tidak tetap dan
sukarelawan. Masyarakat sekitar, terutama karang taruna dapat diberdayakan menjadi
sukarelawan setelah mendapat bimbingan teknis yang memadai. Mereka merupakan
garda terdepan dalam proses penyiapan rantai pasok dari awal sampai dengan titik tujuan
bencana. Di luar negeri, seperti Amerika Serikat, penyiapan kader logistik sudah
ditangani secara serius dan profesional. Tiap tahun, misalnya, Federal Emergency
Management Agency (FEMA) menyelenggarakan acara yang dikenal dengan ”Logistic
Management Boot Camp” yang sebagian besar diisi dengan pelatihan dan simposium.
Kedua, terkait fungsi perencanaan. Pada kondisi darurat sering kali ditemukan
proses distribusi yang kacau balau, tidak adanya garis komando, tumpang tindih fungsi
kerja, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini dapat dimaklumi dalam jangka waktu tertentu,
namun tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Harus ada fungsi pengendalian yang
direncanakan diawal. Pada saat pra bencana, fungsi perencanaan bertujuan mengetahui
seberapa banyak jumlah korban yang membutuhkan bantuan logistik, mengetahui berapa
banyak bantuan logistik yang dibutuhkan, mengetahui jenis kebutuhan (sandang papan,
dan pangan), mengetahui cara menyampaikan bantuan, mengetahui kapan bantuan harus
diberikan, dan terakhir mengetahui siapa penanggung jawab kelompok penerima bantuan.
Dalam tataran yang lebih luas, fungsi perencanaan mampu berbicara dengan berbagai
level skenario, antara lain perencanaan saat kejadiaan bencana, perencanaan
pascabencana, perencanaan rehabilitasi dan konstruksi.
Ketiga, ketersediaan sarana dan prasarana. Aspek ini meliputi penyediaan sarana
dan prasarana untuk proses penyimpanan (gudang) dan proses distribusi (berbagai moda
transportasi, darat, laut, dan udara).
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 11
Keempat, terkait keterlacakan dan akuntabilitas. Harus dicarikan solusi alternatif
bagaimana membangun sebuah sistem yang mampu menyuguhkan data stok dan posisi
bantuan secara ”real time” dan terhubung ke semua pemangku kepentingan yang terkait.
FEMA USA misalnya, telah memiliki Logistic Visibility Tools (LogVIZ) yang mampu
menampilkan data secara cepat, akurat, transparan, dan terkoneksi secara baik. Tidak
kalah penting adalah kerja sama dan kolaborasi dengan sektor swasta seperti donatur,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan lain-lain.
Berkaitan dengan penyaluran logistik kemanusiaan sebagaimana diuraikan di atas
BPBA sejak tahun 2013, bidang Kedaruratan dan Logistik telah menjalankan fungsi
tersebut sebagaimana diamanatkan Qanun Aceh Nomor 13 tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Aceh. Ketersediaan jumlah personil dan peralatan
pendukung logistik yang semakin membaik dari tahun ke tahun berdampak yang sangat
signifikan terhadap peningkatan kinerja bidang terkait.
Untuk kelancaran proses penyelenggaran pelayanan kedaruratan dan logistik
bencana, disediakan prasarana dan sarana pendukungnya berupa:
Personil piket Pusat Kendali Operasi (PUSDALOPS) bencana yang siaga dua puluh
empat jam.
Ruang kerja, peralatan komunikasi, ruang istirahat petugas Pusdalops yang nyaman.
Dukungan unsur pengarah profesional.
Peralatan dan perlengkapan kerja lapangan Tim Reaksi Cepat (TRC).
Peralatan pencarian dan penyelamatan korban bencana.
Gudang logistik yang representative.
Kenderaan operasional rescue, seperti kenderaan roda empat dan kenderaan khusus
perairan dangkal seperti perahu polyethilen dan lain-lain.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 12
Tabel. 5PERKEMBANGAN KINERJA KEDARURATAN DAN LOGISTIK
TAHUN 2012 – 2017
SASARANSTRATEGIS INDIKATOR KINERJA
2012(BASELINE)
REALISASI TARGET2017
TINGKATCAPAIAN
(%)2013 2014 2015 2016 2017
Meningkatnyakoordinasipenanganankedaruratandan logistikkebencanaan
Jumlah laporanoperasional pusatkendali operasi danlaporan penialaiancepat kerusakanakibat bencana
1 1 1 2 1 1 1 100
Jumlah paket bantuanlogistik kebencanaan
12 16 16(55.00
KK)
18 0 11700KK
85 % 100
Persentase KetetapanWaktu, Jenis Bantuandan KebutuhanKOrban BencanaPada Masa TanggapDarurat
n.a 0 0 0 0 100 % 75 % 75
Keberhasilan layanan kedaruratan dan logistik kebencanaan tergambarkan dari
bekerjanya Pusdalops penanggulangan bencana dan tersalurkannya bantuan logistik masa
darurat bencana di kabupaten/kota yang dilanda bencana alam. Tahun 2017 jumlah
laporan pelaksanaan Pusdalops berjumlah 1 laporan dan memenuhi target.
Layanan bantuan logistik darurat bencana cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Baseline tahun 2012, jumlah paket bantuan logistik yang disalurkan yaitu 12
paket, meningkat menjadi 16 paket pada tahun 2013 dan 2014, dan terus meningkat
menjadi 18 paket pada tahun 2015 dan meningkat menjadi 23 paket pada tahun 2016.
Pada 2017 meningkat lebih lanjut menjadi 39 paket. Namun, layanan tersebut belum
mampu menjangkau seluruh masyarakat yang terdampak bencana. Metode penyaluran
bantuan logistik tersebut yaitu bersifat selektif dan sangat dipengaruhi oleh permintaan
pemerintah kabupaten/kota yang terdampak bencana.
E. Capaian Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA)
Pengukuran tingkat capaian kinerja BPBA dilakukan dengan cara
membandingkan antara target capaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Perjanjian
Kinerja (PK) Tahun Anggaran 2017 antara Kepala Pelaksana BPBA dengan Gubernur
Aceh. Secara keseluruhan capaiannya sebesar 99,0 % yang dihitung berdasarkan
persentase rata-rata capaian sasaran strategis. Dari empat sasaran strategis dan empat
indikator kinerja yang ditetapkan dalam PK T.A 2017 seluruhnya tingkat capaiannya
mencapai 99,0 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat capainnya kurang dari
100%. Sasaran dinyatakan berhasil jika capaiannya ≥ 75% dari target yang ditetapkan.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 13
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BPBA BERHASIL menyelenggarakan
pelayanan penanggulangan bencana pada T.A 2017.
Evaluasi dan analisa capaian kinerja BPBA sebagaimana telah ditetapkan,
diuraikan berdasarkan indikator sasaran pada masing-masing tujuan sebagai berikut:
1. Terwujudnya kordinasi penanggulangan bencana dengan dukungan sarana danprasarana yang lengkap.
Pelayanan penanggulangan bencana yang efektif dan efisien digambarkan
pada bagaimana layanan penanggulangan bencana yang tepat fungsi dan ukuran
dengan memenuhi tingkat kesesuaian dan harapan masyarakat. Dalam pelaksanaan
tugas dan peran pembangunan khususnya urusan penanggulangan bencana yang
didelegasikan kepada beberapa bidang dalam lingkup BPBA dinyatakan semakin
efektif ditandai dengan layanan yang tepat sasaran baik pada masa pra bencana, saat
kejadian bencana dan pada saat setelah terjadinya bencana. Sedangkan efisiensi
pelaksanaan layanan digambarkan dalam sistem prosedur yang baik dengan rasio
sarana dan prasarana kerja yang proporsional.
Untuk mewujudkan tujuan pelayanan penanggulangan bencana yang
terkoordinir dengan dukungan fasilitas yang memenuhi standar dan tenaga yang
terampil secara efektif, efesien dan terukur dalam tahun 2017 telah ditetapkan
sasaran strategis sebagai berikut:
a. Meningkatnya koordinasi penanggulangan bencana.
b. Meningkatnya kualitas peralatan untuk mendukung kegiatan penanggulangan
bencana.
c. Meningkatnya jumlah aparatur dan masyarakat yang terlatih menghadapi
bencana.
Sasaran a.Mewujudkan koordinasi penanggulangan bencana.
Sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 13 tahun 2016 tentang Pemebentukan dan
Susunan Perangkat Aceh. BPBA mempunyai tugas utama yaitu melaksanakan
penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya. Dalam menjalankan
tugas tersebut BPBA melakukan fungsi selain pelaksanaan penanggulangan bencana
secara terintegrasi dalam tahapan pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 14
bencana juga melakukan pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.
Tahun 2017 menjadi tahun yang sangat strategis karena intensitas kejadian
bencana yang sedemikian tinggi – terkait dengan anomali cuaca akibat iklim yang
sudah berubah—namun kurang didukung dengan pembiayaan yang memadai.
Dalam situasi yang demikian BPBA mengandalkan strategi berupa mengoptimalkan
fungsi koordinasi baik dengan SKPA Teknis lingkup Setda Aceh maupun dengan
BPBK seluruh Aceh. Dengan demikian penyelenggaraan pelayanan penanggulangan
bencana dapat terlaksana secara cepat, tepat, efisien dan efektif.
BPBA dalam tahun 2017 sesuai dengan ketersediaan anggaran telah
menyelenggarakan satu kali rapat koordinasi bidang rehabilitasi dan rekonstruksi
pasca bencana dengan tema Sosialisasi Aplikasi e-Proposal Sebagai Perangkat
Verivikasi Proposal Rehab Rekon Pasca Bencana. Tema ini menjadi strategis untuk
diangkat dalam forum tersebut untuk menjaga azas transparansi pelaksanaan program
dan kegiatan. Rapat koordinasi tersebut menghadirkan narasumber pusat dan daerah.
Para narasumber memaparkan arah kebijakan pembangunan nasional
penanggulangan bencana secara mendetil, agar daerah dapat menyesuaikan program
dan kegiatan penanggulangan bencana sehingga terjalin keterpaduan dan keserasian
capaian output dan outcome. Rapat koordinasi dihadiri oleh seluruh kepala pelaksana
BPBD kabupaten/kota beserta pejabat setingkat eselon III dan pejabat struktural
lingkup BPBA dengan total jumlah 50 orang. Pada akhir rapat koordinasi tersebut
dihasilkan rencana tindak lanjut berupa kesepakatan untuk mengharmonisasikan
program dan kegiatan penanggulangan bencana.
Sasaran b.Mewujudkan kualitas dan kuantitas peralatan penanggulangan bencana sesuaikebutuhan.
Peralatan penanggulangan bencana yang tersedia di lokasi harus dapat
digunakan dalam keadaan situasi darurat oleh petugas bencana. Pada saat situasi
darurat banyak diperlukan, seperti peralatan angkutan (transportasi) untuk evakuasi
korban baik di darat, perairan udara (truk, perahu karet, helikopter, dan lain lain).
Demikian pula peralatan lainnya, misalnya telekomunikasi, generator listrik,
peralatan penyelamatan (peralatan diteksi dini, bulldozer, forklift, dan lain lain.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 15
Peralatan tersebut harus dapat diperoleh dengan cepat, tepat waktu, tepat lokasi, tepat
sasaran, tepat jumlah, dan dapat berfungsi dengan baik.
Dalam penanggulangan bencana banyak kendala yang dihadapi oleh petugas
terkait dengan penyediaan peralatan seperti tidak dapat digunakan secara optimal
(rendah kualitas/cepat rusak), bahkan tidak memilik informasi tentang dimana tempat
yang memiliki kondisi layak pakai dan mudah di dapat. Ketika satuan tugas akan di
berangkatkan ke lokasi bencana sering kali tidak memiliki informasi tetang tempat
dimana peralatan mudah di dapat sehingga lambat dalam melakukan tindakan yang
pasti dan tepat.
Penyediaan peralatan penanggulangan bencana pada hakekatnya pengumpulan
data peralatan yang sudah tersedia atau dimiliki pemerintah, lembaga dan instansi
yang mempunyai tanggungjawab dalam penanggulangan bencana. Peralatan
penanggulangan bencana akan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam
manajemen penanggulanagn bencana baik pada fase kesiapsiagaan, tanggap darurat
dan pasca bencana di daerah rawan bencana.
Pada saat ini BPBA belum memiliki peralatan penanggulangan bencana yang
memadai dan lengkap, serta belum memiliki data dan informasi yang menerangkan
lembaga atau SKPA mana yang memiliki peralatan yang siap dimobilisasi secara cepat
pada saat dibutuhkan. Oleh karena itu, pengadaan sarana dan prasaran
penanggulangan bencana merupakan langkah strategis untuk mendukung pelayanan
penanggulangan bencana.
BPBA telah mengadakan beberapa peralatan atau prasarana dan sarana
strategis penanggulangan bencana pada tahun anggaran 2017 untuk menunjang
kelancaran penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana berupa pengadaan:
Truck serbaguna.
Mobil pemadam kebakaran.
Toilet portable dan biotank.
Senter tembus asap.
Pakaian tahan api petugas pemadam kebakaran.
Masker anti asap.
Alat bantu pernapasan.
Sepatu tahan api.
Helem tahan api dan sarung tangan.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 16
Sasaran c.Mewujudkan ketrampilan dan keahlian aparatur
Dari sekian banyak kegiatan mitigasi, satu yang paling strategis adalah
pembelajaran atau pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) baik kepada aparatur
pelaksana pelayanan penanggulangan bencana maupun kepada masyarakat. DIKLAT
merupakan wahana untuk membangun perilaku dan sikap positif dalam menghadapi
bencana. Dalam referensi Biro Mitigasi Bakornas PBP (2005), mitigasi bencana yang
berbasis pada masyarakat disebut paradigma pengurangan resiko yang berbasis
DIKLAT.
Mitigasi bencana awalnya memang bersifat konvensional yang menganggap
bencana sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dielakan dan tidak
dapat dikurangi resikonya. Prinsip utamanya agar para korban segera mendapat
pertolongan, sehingga fokusnya memberi bantuan atas kedaruratan (emergency).
Pandangan kedua berkembang menjadi paradigma antisipasi tujuannya lebih diarahkan
kepada identifikasi daerah-daerah rawan bencana, mengenali pola-pola yang dapat
menimbulkan bencana, dan penataan ruang. Pandangan ketiga adalah paradigma
pembangunan yaitu bersifat pengintegrasian upaya penanganan bencana dengan
program pembangunan, misalnya melalui perkuatan ekonomi, penerapan teknologi,
pengentasan kemiskinan dan sebagainya. Pandangan keempat adalah paradigma
pengurangan resiko. Dalam paradigma terakhir ini penanganan bencana bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan aparatur maupun masyarakat untuk mengelola dan
menekan resiko terjadinya bencana. Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai
subyek dan bukan obyek dari penanganan bencana dalam proses pembangunan.
Pada paradigma pengurangan resiko, mitigasi sebagai kewajiban berbagai
pihak, baik para ahli, pemerintah maupun masyarakat secara luas. Para ahli barangkali
memiliki tugas untuk menjelaskan mekanisme dan proses terjadinya bencana seperti
gempa, gunung api, longsor, atau banjir. Dengan berbasil ilmu pengetahuannya, para
ahli memetakan tempat-tempat rawan bencana, dan kemudian membangun konsep
DIKLAT sebagai upaya adaptasi. Dengan DIKLAT yang dilakukan secara terus
menerus dan berulang-ulang diyakini dapat membentuk sikap dan perilaku positif
yang dapat meningkatkan kapasitas dan pada akhirnya diharapkan mampu mereduksi
kerentanan. Sehingga pada saat terjadi bencana aparatur maupun masyarakat dapat
bertindak menolong atau menyelamatkan diri secara baik dan benar.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 17
Guna mewujudkan peningkatan kapasitas aparatur pelaksana penyelenggara
layanan penanggulangan bencana BPBA telah melaksanakan empat jenis DIKLAT
pada tahun 2017 dengan narasumber dari dalam dan luar daerah ( tabel. 6).
Tabel. 6PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA
JENIS DIKLAT TEMA DIKLATJUMLAHPESERTA
(Org)
DURASIDIKLAT TEMPAT
PelatihanPenyusunanAnggaran BerbasisProgram
PelatihanPenyusunanAnggaran BerbasisProgram
70 2 Hari HotelHermesPallaceBanda Aceh
Beranjak dari ide yang menegaskan bahwa “belajar yang dilakukan berulang-
ulang berpeluang meningkatkan keterampilan”, maka menjadi sebuah harapan bahwa
dengan telah mengikuti DIKLAT tersebut, para aparatur yang terlibat secara langsung
dalam proses penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana terutama yang
berkaitan dengan penyusunan anggran berbasi program. Sehingga berdampak pada
peningkatan keahlian yang menunjang perencanaan.
Sasaran d.Mewujudkan pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan bencana yang tepatsasaran
Pemantauan (monitoring) adalah prosedur penilaian yang secara deskriptif
dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan/atau mengukur pengaruh dari kegiatan yang
sedang berjalan (on-going) tanpa mempertanyakan hubungan kausalitas (Wollman,
2003:6). PP No.39 tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan membuat batasan definisi dari pemantauan yaitu kegiatan
mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta
mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul.
Evaluasi merupakan proses analitis menggunakan metodelogi sosial-ilmiah untuk
melihat apakah sebuah intervensi kebijakan (program, kegiatan) mengakibatkan output
atau hasil tertentu (King et al, 1987:17). PP No.39/2006 mendefinisikan Evaluasi
sebagai serangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran
(output) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Lazimnya dikenal tiga jenis
Evaluasi yaitu:
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 18
Ex-ante (Evaluasi pada tahap perencanaan): evaluasi sebelum ditetapkannya rencana
pembangunan; Tujuan: memilih & menentukan skala prioritas dari berbagai
alternatif, kemungkinan cara mencapai tujuan yg telah ditetapkan sebelumnya.
On-going (Evaluasi pada tahap pelaksanaan, pemantauan); Tujuan: mengetahui
tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan rencana.
Ex-post (Evaluasi setelah pelaksanaan berakhir); Tujuannya adalah mengetahui
apakah pencapaian (keluaran, hasil, dampak) program mampu mengatasi masalah
pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai
efisiensi, efektivitas, dan kemanfaatan dari suatu program.
Pelaksanaan program dan kegiatan baik yang diselenggarakan secara internal
maupun yang diselenggarakan oleh BPBD kabupaten/kota secara acak dilakukan
pemantauan. Harapan dari terlaksananya kegiatan ini adalah teridentifikasinya berbagai
kekurangan dalam penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana sehingga
membuka peluang untuk perbaikan pada tahun yang akan datang. Hasil pantauan
pelaksanaan kegiatan tahun 2015 diperoleh gambaran bahwa terdapat berbagai persoalan
yang terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan bencana baik
ditingkat provinsi maupun di kabupaten/kota.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 19
Tabel. 7.
IHKTISAR HASIL PEMANTAUAN DAN PENILAIAN PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATANPENANGGULANGAN BENCANA TAHUN 2017
PROGRAM KEGIATAN PERMASALAHANFAKTUAL
ALTERNATIFSOLUSI
RENCANATINDAKLANJUT/PEMBELAJA
RAN
EVALUASIKEMUNGKINAN
PERBAIKANMUNGKIN TIDAK
INTERNAL/ BPBAPencegahan dinidan kesiapsiagaanbencana
Pengurangan risiko bencana Struktur pembiayaankegiatan yang tidaksistematis sehinggaberpengaruh pada hubungansebab – akibat antaraindikator keluaran dan target
Perencanaan anggaranuntuk untuk kegiatansimulasi/drillmemerlukan reviewsecara menyeluruh
Tinjauan pada mekanismepenetapan target kinerja danproporsi anggaran yang tersedia
Ya
Kedaruratan danlogistikkebencanaan
Manajemen logistik danperalatan penanggulanganbencana
Akurasi data kelompoksasaran penerima paketbantuan logistik kebencananyang berubah-ubah
Screening dan up datedata secara real timedalam batas waktutertentu (24 jam)
Pelatihan petugas pendataan/TimKaji Cepat.
Ya
Rehabilitasi danrekonstruksi pascabencana
Koordinasi penilaiankerusakan bencana
Skala ukur data yang belumrelevan (dominan kualitatif)
Pengukuran denganmengikuti mekanismedimensi tiga danvolumetric
Pelatihan JITUPASNA Ya
EKSTERNAL/BPBD KABUPATEN-KOTARehabilitasi danrekonstruksi pascabencana
Koordinasi penilaiankerusakan bencana
Terbatasnya alokasianggaran regular dalamdokumen anggaranBPBD/Kabupaten/kota danBTT.
Koordinasi dengandinas keuangan Acehkhususnya denganbidang yang meng-evaluasi APBDkabupaten/kota
Instruksi Gubernur Aceh kepadaKepala Dinas Keuangan Acehuntuk mengevaluasi APBDkabupaten/kota khususnya posBelanja Tidak Terduga (BTT) danjika tidak proporsional dibericatatan evaluasi.
Ya
Rehabilitasi danrekonstruksi pascabencana
Koordinasi penilaiankerusakan bencana
Keterampilan staf yangsangat kurang
Pelatihan JITUPASNAsecara berkala 2 kalidalam setahun
Alokasi anggaran DIKLAT singkatdiperbesar
Ya (Tapisulit
dilakukan)
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 20
2. Terwujudnya Pengurangan Risiko Bencana.
Menurut UNISDR, Disaster Risk Reduction (DRR) atau Pengurangan Risiko
Bencana (PRB) bertujuan untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh bencana
alam seperti gempa bumi, banjir, kekeringan dan badai, melalui etika pencegahan.
Bencana sering mengikuti bahaya alam. Keparahan bencana tergantung pada seberapa
besar dampak bahaya pada masyarakat dan lingkungan. Skala dampak pada gilirannya
tergantung pada pilihan yang kita buat untuk hidup kita dan lingkungan kita. Pilihan ini
berhubungan dengan bagaimana kita mengelola bahan pangan kita, di mana dan
bagaimana kita membangun rumah kita, seperti apa pemerintah yang kita miliki, cara
kerja sistem keuangan dan bahkan apa yang diajarkan di sekolah. Setiap keputusan dan
tindakan yang membuat kita lebih rentan terhadap bencana atau lebih tahan terhadap
bencana tersebut.
Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktek mengurangi risiko
bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengurangi faktor-faktor
penyebab bencana. Mengurangi paparan terhadap bahaya, mengurangi kerentanan
manusia dan properti, manajemen yang tepat terhadap pengelolaan lahan dan lingkungan,
dan meningkatkan kesiapan terhadap dampak bencana merupakan contoh pengurangan
risiko bencana.
Pengurangan risiko bencana meliputi disiplin seperti manajemen bencana,
mitigasi bencana dan kesiapsiagaan bencana, tetapi PRB juga merupakan bagian dari
pembangunan berkelanjutan. Agar kegiatan pembangunan dapat berkelanjutan mereka
juga harus mengurangi risiko bencana. Di sisi lain, kebijakan pembangunan yang tidak
sehat akan meningkatkan risiko bencana dan kerugian bencana. Dengan demikian, PRB
melibatkan setiap bagian dari masyarakat, pemerintah, sektor profesional dan swasta
untuk secara bersama-sama bertindak.
SasaranMewujudkan Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana.
Untuk mewujudkan masyarakat yang siap siaga menghadapi bencana BPBA
telah melaksanakan simulasi/drill tahun anggaran 2017 di dua kabupaten yaitu Aceh
Tamiang dan Aceh Barat dan pengadaan perlatan penunjang tugas pemadaman kebakaran
(migas Kota Langsa). Pelaksanaan simulasi/drill bencana dikondisikan sedemikian rupa
seolah telah terjadi bencana yang nyata dan telah menimbulkan kerentanan yang
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 21
sedemikian mengkhawatirkan dengan maksud untuk menguji kemampuan masyarakat
dalam menentukan sikap dan tindakan untuk menyelamatkan diri secara baik dan benar.
Simulasi tanggap bencana merupakan merupakan alat atau instrumen untuk menguji
tingkat pengetahuan, pemahaman, respon dan tindakan warga ketika akan, saat dan pasca
terjadi bencana.
Tujuan akhir atau out comem yang diharakan adalah peningkatan kapasitas
masyarakat dan aparat pemerintahan gampong selaku pemerintahan mikro yang paling
terdampak tentang pemahaman mengenai kesiapsiagaan bencana. Simulasi/drill bencana
Gunung Api di Kabupaten Benerr Meriah 1 (satu) kali yang diikuti oleh 530 peserta yang
terdiri dari masyarakat, petugas BPBD Kabupaten Bener Meriah, TNI, POLRI, PMI,
Siswa Sekolah Dasar SD, SMP, SMA dan masyarakat sekitar lokasi pelaksanaan drill.
3. Terwujudnya koordinasi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana secara
komprehensif
Sebagai bagian dari keseluruhan penanggulangan bencana, implementasi
tahapan rehabilitasi harus dikaitkan dengan tahapan lain. Dalam pengertian ini,
bukan saja kegiatan-kegiatan tahapan rehabilitasi berhubungan dengan tahap
prabencana dan tanggap darurat tetapi juga berhubungan dengan tahapan
rekonstruksi. Hubungan dan koordinasi antar tahapan ini sangat menentukan
efektifitas dan efisiensi penanggulangan bencana. Oleh karena itu, pentahapan
penanggulangan bencana semestinya tidak ditempatkan sebagai tujuan melainkan
cara untuk mencapai efisiensi dan efektifitas penanggulangan bencana secara
keseluruhan. Di atas pengertian ini, sinkronisasi dan koordinasi semestinya
merupakan kata kunci penanggulangan bencana yang harus dilaksanakan oleh
berbagai pihak.
Sasaran a.Mewujudkan koordinasi pemulihan dan perbaikan daerah bencana
Strategi untuk mewujudkan tujuan tersebut dalam tahun anggaran 2017
dilaksanakan beberapa kegiatan yaitu Koordinasi pelaksanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi bencana. Rapat koordinasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi
bencana diadakan di Sabang (hotel Fladeo Kota Sabang) selama 3 (tiga) hari yaitu
tanggal 19s.d 21 Juli 2017 yang diikuti oleh 50 orang peserta terdiri dari pejabat
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 22
bidang rehabilitasi dan rekonstruksi BPBD seluruh Aceh serta pejabat dan staf
jajaran BPBA.
Sasaran b.Mewujudkan akurasi data kerusakan pasca bencana
Strategi yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Aceh melalui
bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam Tahun Anggaran 2016 untuk
mewujudkan sasaran akurasi data kerusakan pasca bencana adalam dengan
melakukan inventarisasi, verivikasi dan validasi keruskan akibat bencana dengan
menggunakan metode Kajian Kebutuhan Pasca Bencana (JITUPASNA). Target
yang ditetapkan adalah 14 laporan JITUPASNA dan berhasil dicapai 100 %.
4. Terwujudnya distribusi logistik, pencarian, dan penyelamatan korban bencana
yang terkendali
Masa tanggap darurat dalam situasi bencana tidak akan terlepas dari
pengelolaan logitik. Selain sebagai dukungan kebutuhan utama masyarakat terkena
dampak bencana juga jaminan pemulihan fungsi sosial masyarakat. Pentingnya
Pengelolaan tersebut sehingga perlu adanya pedoman yang mengatur persediaan
logistik dalam keadaan darurat.
Saat kejadian bencana merupakan tahap saat bencana sesungguhnya terjadi.
Dalam tahap ini terdapat kegiatan tanggap darurat yaitu kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan seperti kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana.
Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana yang selanjutnya
disingkat Pusdalops PB adalah unsur penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi BPBA
yang bertugas menyelenggarakan sistem informasi dan komunikasi penanggulangan
bencana. BPBA mengefektifkan fungsi Pusdalops PB pada tahun 2015 berada di
bawah Bidang koordinasi Kedaruratan dan Logistik dan secara hirakhi bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Pelaksana BPBA.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 23
Sasaran a.Mewujudkan penilaian cepat kerusakan akibat bencana
Penilaian cepat bencana dilakukan oleh tim kaji cepat yang dibentuk
berdasarkan Keputusan Gubernur Aceh No. 360/318/204 tentang Pembentukan Tim
Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Aceh dan Tim Kaji Cepat yang dibentuk
berdasarkan Perintah Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh.
Tugas utama tim ini adalah melakukan assessment untuk menentukan kebutuhan dan
tindakan yang tepat dalam penanggulangan bencana pada saat darurat bencana. Tim
kaji cepat membuat laporan assessment kepda Kepala Pelaksana BPBA yang
mencakup; (a). lokasi kejadian bencana; (b). jumlah korban bencana; (c). kerusakan
sarana/prasarana; (d). gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintah;
dan (e). kemampuan sumber daya alam maupun bantuan. Laporan tersebut menjadi
dasar dalam menyediakan bantuan logistik kebencanaan dan rencana tindak lanjut
penanggulangan bencana.
Tim kaji cepat atau TRC sekaligus melakukan pencarian dan penyelamatan
korban bencana serta pendistribusian logistik. Berdasarkan laporan tahun 2017 tim
ini telah melakukan tugasnya di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang,
Aceh Pidie, Pidie Jaya, Bireun, Aceh Selatan, Subulussalam, Aceh Singkil, Aceh
Tenggara, Aceh Barat dan Gayo Lues.
Sasaran bMewujudkan funsgi Pusdalop 24 jam dalam sehari
Operasional pengendalian sistem pusat kendali operasi (PUSDALOPS)
penanggulangan bencana berlangsung selama 24 jam dalam satu hari tanpa jeda, out put
kegiatan ini berupa data/laporan kejadian bencana, secara garis besar sebagaimana
disajikan pada grafik di bawah ini:
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 24
Gambar. 1.
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2017
Sasaran c
Mewujudkan distribusi bantuan logistik kemanusiaan yang tepat sasaran, efektif danefisien
Pendistribusian bantuan logistik untuk korban bencana sebanyak 39 paket
merupakan wujud pelayanan darurat bencana kepada masyarakat terdampak. Paket
bantuan logistik secara umum terdiri dari bahan pangan dan sandang. Diharapkan dengan
adanya bantuan tersebut dapat terpenuhinya sebahagian kebutuhan dasar korban bencana
khususnya pada fase darurat. Cakupan layanan ini meliputi kabupaten terdampak becana
yaitu Kabupaten Aceh Tenggara (3 paket), Aceh Selatan (3 paket), Nagan Raya (2 paket),
Subulussalam (1 paket), Aceh Singkil (2 paket), Aceh Pidie (1 paket), Pidie Jaya (1
paket), Kabupaten Bireun (1 paket), Aceh Utara (2 paket) dan Kabupaten Bener Meriah
(2 paket) . Output dari kegiatan ini adalah bantuan logistik berupa bahan pangan 20
paket dan sandang 19 paket, yang disalurkan pmasa darurat bencana. Secara umum
komposisi paket bantuan logistik tersebut disajikan pada tabel di bawah.
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 25
Tabel. 8KOMPOSISI UMUM PAKET BANTUAN LOGISTIK KEBENCANAAN
NO. NAMA/JENIS/BARANG VOLUME SATUAN
A. KELOMPOK BAHAN PANGAN:1.2.3.4.5.6.7.8.9.
BerasMie InstantMinyak GorengKecap Botol KecilSaus Botol KecilTelur AyamIkan Kaleng KecilAir Mineral GelasGula pasir
400350350350
10006.000
550350350
SakDusLiterBotolBotolButirKalengDusKg
B. KELOMPOK SANDANG:10.11.12.
Kain SarungSeragam SDSeragam SMP
400400400
LembarPasangPasang
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 26
F. Realisasi Anggaran
Untuk mencapai sasaran strategis tahun 2016 dari pagu anggaran sebesar Rp.
26.463.723.000,- telah direalisasi sebesar Rp. 23.827.423.190.- atau 90,04%, dengan
rincian sebagai berikut:
TABEL.9
REALISASI KEUANGAN BPBA T.A 2017
No. PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN(Rp) REALISASI (Rp) PERSEN
(%)A. BELANJATIDAK LANGSUNG 6.627.712.723 5.136.510.650 91.27B. BELANJA LANGSUNG 62.566.725.479 21.847.200.824 34.921. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 3.871.418.093 3.333.843.602 86.11
Penyediaan Jasa Surat Menyurat 9.960.000 4.231.424 42.48Penyediaan Jasa Kominikasi, Sumber Daya Air danListrik
315.600.000 205.336.391 65.06
Penyediaan Alat Tulis Kantor 117.605.093 117.230.093 99.68Penyediaan Barang Cetakan dan Barang Penggandaan 46.585.000 46.510.000 99.84Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/PeneranganBangunan Kantor
30.160.000 30.160.000 100
Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor 257.750.000 245.077.000 95.08Penyediaan Barang Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan
14.328.000 13.080.000 91.29
Penyediaan Makanan Dan Minuman 175.650.000 72.738.000 41.41Rapat-Rapat Koordinasi Dan Konsultasi Ke LuarDaerah
1.054.380.000 849.295.310 80.55
Peningkatan Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.576.320.000 1.553.486.000 94.642. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
Aparatur2.395.735.000 2.029.137.170 84.70
Pemeliharaan Rutin/Berkala KenderaanDinas/Operasional
742.940.000 399.299.670 53.75
Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Kantor 76.475.000 76.351.500 99.84
Rehabilitasi Sedang/Berat Rumah Gedung Kantor 1.576.320.000 1.553.486.000 98.553. Program Penguatan Kelembagaan
Penanggulangan Bencana9.360.947.386 8.481.004.023 90.60
Monitoring Dan Evaluasi Penanggulangan Bencana 273.467.000 270.027.000 98.74Koordinasi Penanggulangan Bencana 986.201.400 656.870.000 66.61Pengadaan Sarana dan Prasarana PenanggulanganBencana
7.905.302.986 7.373.144.663 93.27
Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana 195.976.000 180.962.360 92.344. Program Pencegahan Dini Dan Kesiapsiagaan
Bencana1.669.087.000 1.610.149.593 96.47
Penyusunan Rencana Kontijensi 511.912.000 490.889.681 95.89Pengurangan Risiko Bencana 1.157.175.000 1.119259.912 96.72
5. Program Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bencana 39.687.811.000 1.530.679.936 3.86Inventarisasi, Verifikasi Dan Validasi KerusakanAkibat Bencana
234.811.000 114.138.435 48.61
Perbaikan Lingkungan Daerah Bencana 15.185.000.000 489.266.590 3.22Pemulihan Fungsi Pelayanan Publik Dalam WilayahTerjadinya Bencana
23.800.000.000 543.661.646 2.28
Koordinasi Pelaksanaan Rehabiltasi Dan RekonstruksiBencana
468.000.000 383.613.265 81.97
6. Program Kedaruratan dan Logistik Bencana 5.581.727.000 4.862.386.500 87.11Penilaian Cepat Kerusakan Akibat Bencana 309.400.000 152.251.000 49.21Pengendalian Sistem Pusat Kendali Operasi(PUSDALOPS) Penanggulangan Bencana
560.154.000 533.474.000 95.24
Manajemen Logistik dan Peralatan PenanggulanganBencana
4.712.173.000 4.176.661.500 88.64
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 27
Sedangkan selama periode 2012 s.d 2016 jumlah realiasi adalah sebesar Rp.
137.792.786.426 atau 78,58 % dari total anggaran sebesar Rp. 175.358.915.718 dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel. 10REALISASI ANGGARAN BPBA 2012 – 2017
No. Tahun Anggaran (Rp.) Realisasi (Rp.) Prosentase(%)
1. 2012 57.603.426.734 32.514.367.946 56,551. 2013 62.034.637.148 54.875.980.850 88,462. 2014 30.722.518.720 27.898.346.281 90,813. 2015 24.998.333.116 22.504.091.349 90,024. 2016 26.463.723.000 23.827.423.190 90,045. 2017 69.194.438.202 26.983.711.474 39.00
JUMAL 271.017.076.920 188.603.921.090 70.00
Sumber: Laporan Keuangan BPB 2012 - 2017
Realisasi angggaran SKPA BPBA T.A 2017 sebesar 39.00%. Capaian ini
nampaknya sangat kecil, namun bukan berarti kinerja BPBA yang rendah. Terjadinya
serapan anggaran 39.00% dikarenakan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi
pasca bencana di Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Pidie yang pendanaannya
bersumber dari hibah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk
Pemerintah Aceh sebesar Rp. 38.985.000.000,- dilanjutkan pelaksanaannya pada T.A
2018 sesuai dengan Surat Kementerian Keuangan R.I No. S.337/MK.7/2017 tanggal 27
Maret 2017 tentang Penetapan Pemberian Hibah Daerah Untuk Program Hibah Bantuan
Pendanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana T.A 2017.
Perkembangan capaian kinerja kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah
dalam menghadapi bencana periode 2013, 2014, 2015, 2016 dan 2017 sebagaimana
tertera pada Tabel di bawah ini :
Tabel. 11
PERKEMBANGAN PERSENTASE KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DANPEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA
UraianTahun2013
Tahun2014
Tahun2015
Tahun2016
Tahun2017
Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi RealisasiPersentase Kesiapsiagaanmasyarakat dan pemerintahdalam menghadapi bencana
100% 67% 68% 91% 106 %
Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Desember 2016
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 28
BAB IV
PENUTUP
Laporan Kinerja Menyajikan keberhasilan maupun kegagalan capaian sasaran
strategis yang ditujukan oleh BPBA tahun anggaran 2017 dan perkembangan dari tahun -
tahun sebelumnya, yang tercermin pada capaian Indikator Kinerja Utama (IKU)
berdasarkan tujuan dan sasaran. Secara umum capaian sasaran strategis 2012 – 2017
menunjukan perkembangan yang signifikan, dan dapat mencapai target.
BPBA yang diberi tugas, tanggung jawab, dan amanah untuk melakukan
penyelenggaraan pelayanan penanggulangan bencana, bersyukur karena di penghujung
tahun 2017 pelayanan penanggulangan bencana yang meliputi program penguatan
kelembagaan penanggulangan bencana, pencegahan dini dan kesiapsiagaan bencana,
koordinasi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana serta penanganan kedaruratan dan
logistik kebencanaan dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan
akhir berupa upaya untuk mewujudkan prioritas pembangunan Pemerintah Aceh tahun
2017 bidang Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Penanggulangan Bencana dapat
terlaksana dengan baik.
Di sisi lain pada tingkat pelaksanaan program dan kegiatan pada seluruh bidang
menunjukan capaian yang optimal/baik, meskipun terdapat catatan realisasi serapan
keuangan yang rendah (hibah Rehabilitasi dan Rekonstruksi pasca Bencana dari BNPB
untuk Pemereintah Aceh tidak terserap pada tahun 2017) dan dapat dilanjutkan pada
tahun 2018 sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa tingkat capain kinerja SKPA BPBA T.A 2017 yaitu ≥ 75% dari target yang
ditetapkan. Dengan demikian dapat dikatakan BERHASIL.
Badan Penanggulangan Bencana Aceh
Lampiran 2
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA ACEH
Berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 35 Tahun 2016 tentang Indikator Kinerja
Utama Pemerintah Aceh, Satuan Kerja Perangka Aceh dan Biro di Lingkungan Pemerintah
Aceh, di bawah ini merupakan Indikator Kinerja Utama Badan Penanggulangan Bencana Aceh.
No. SASARANSTRATEGIS
INDIKATORKINERJAUTAMA
SATUANTARGET
2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)1. Peningkatan
Kualitas Saranadan PrasanaPenanggulanganBencana
Persentase saranadan prasaranapendukungpenanggulanganbencana
% 55 60 65 70 75
2. Meningkatnyaketrampilanaparatur danmasyarakat dalammenanggulangibencana
a. PersentasePemerintahKab/Kota siagabencana.
% 75 80 85 90 95
b. Peningkatankesiapsiagaanmasyarakatdalammenghadapibencana
% 75 80 85 90 95
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 ………..33
Lampiran 2
REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA ACEH 2013 – 2016
1. Bencana Yang Terjadi Dan Penanggulangannyaa. Bencana yang terjadi Tahun 2013
Grafik 2. Rekapitulasi Bencana Tahun 2013
b. Bencana yang terjadi Tahun 2014
Grafik 3. Rekapitulasi Bencana Tahun 2014
Total Kejadian : 84
Total Kejadian Bencana : 128
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 ………..34
c. Bencana yang terjadi Tahun 2015
Grafik 4. Rekapitulasi Bencana Tahun 2015
d. Bencana yang terjadi Tahun 2016
Grafik 5. Rekapitulasi Bencana Tahun 2016
Total Kejadian Bencana :128
Total Kejadian Bencana : 157
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 ………..35
Grafik 6. Rekapitulasi Bencana Tahun 2013 s.d Tahun 2016
Mulai Tahun 2013 hingga Tahun 2017 berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana
Aceh (BPBA) terjadi peningkatan jumlah kejadian bencana yang siginifikan. Jumlah kejadian
bencana dari tahun 2013 hingga tahun 2016 dilaporkan sebanyak 497 kejadian bencana. Dalam
rentang waktu dari Tahun 2012 s.d 2016 telah terjadi berbagai jenis bencana dengan sebaran titik
kejadian dapat dilihat pada Grafik 6. Rekapitulasi Bencana Tahun 2012 s.d Tahun 2016. Setiap
tahunnya terjadi eskalasi bencana dapat dilihat dari grafik. 6 dari Tahun 2013, Tahun 2014 dan
Tahun 2016 terjadi peningkatan bencana kebakaran yang terjadi. Bencana kebakaran yang terjadi
baik itu kebakaran lahan maupun kebakaran permukiman. Kebakaran tersebut disebabkan karena
cuaca yang ekstrim seperti halnya musim kemarau yang berkepanjangan yang mengakibatkan
naiknya suhu di berbagai wilayah Aceh khususnya. Suhu yang tinggi tersebut memicu terjadinya
kebakaran baik kebakaran lahan maupu kebakaran permukiman. Sementara bencana Banjir
Genangan terjadi peningkatan pada Tahun 2015 . Banjir disebabkan oleh faktor alam yaitu adanya
curah hujan yang tinggi yang tidak diimbangi oleh resapan air yang baik di wilayah tersebut
sementara faktor kesadaran manusia yang rendah akan kepeduliannya terhadap lingkungan.
2. Status Bencana (Nasional, Regional/Provinsi atau Lokal/Kabupaten/Kota)
a. Dalam rentang waktu Tahun 2012 s.d Tahun 2016 telah terjadi berbagai kejadian
bencana dalam wilayah administrative Pemerintah Aceh. Terkait dengan hal tersebut
Pemerintan Aceh melalui Badan Penanggulangan Bencana Aceh telah melakukan
berbagai upaya penanggulangannya, antara lain sebagai berikut :
1. Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Jaya Tahun
2014
Terjadinya bencana banjir dengan eskalasi bencana yang tinggi sehingga pemerintah
aceh menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan tanah Longsor di
Kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Besar. Gubernur Aceh mengeluarkan Pernyataan
Total Kejadian Bencana Tahun 2013 s.d 2016 = 497
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 ………..36
Bencana Alam Nomor : 34 / Per / 2014. Upaya Penanggulangan darurat akibat
bencana banjir dan tanah longsor yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh melalui
Badan Penanggulangan Bencana Aceh melibatkan TNI, Polri, Dinas Bina Marga,
Dinas Cipta Karya, Unsur Pengarah BPBA, Bappeda Aceh, Dinas Kesehatan Aceh,
Dinas Sosial Aceh, Dishubkomintel Aceh, BPBD Aceh Besar, BPBD Aceh Jaya,
Basarnas Banda Aceh, Biro Pembangunan Setda Aceh, Biro Humas Setda Aceh,
BMKG, PMI Aceh, RAPI, IOF Aceh dan Aceh Center Initiative adalah melakukan
evakuasi dan penyelamatan bagi warga yang terisolir oleh banjir, mendata jumlah
kerusakan infrastruktur dan kerugian materil masyarakat yang terkena dampak
banjir, membentuk posko tingkat kecamatan serta pemberian bantuan logistiK masa
panik,perbaikan sarana dan prasarana umum serta sosial dan juga memberikan
pelayanan kesehatan lainnya dengan total realisasi anggaran sebesar Rp
2.125.323.000,- (dua milyar seratus dua puluh lima juta tiga ratus dua puluh tiga
ribu rupiah).
2. Bencana Gempa Bumi di Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireun dan Kabupaten
Pidie Tahun 2016
Terjadinya bencana gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireun dan
Kabupaten Pidie yang berpotensi terjadinya gangguan fungsi layanan umum
sehingga pemerintah aceh menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Provinsi
Aceh. Gubernur Aceh mengeluarkan Surat Pernyataan Tanggap Darurat Bencana
Nomor : 39 / PER /2016. Upaya Penanggulangan darurat akibat bencana gempa
bumi di Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireun dan Kabupaten Pidie yang
dilakukan oleh Pemerintah Aceh melalui Badan Penanggulangan Bencana
melibatkan TNI, Polri, Kajati Aceh, Setda Aceh, Dinas Kesehatan Aceh, Sabhara
Polda Aceh, Bappeda Aceh, Dinas Bina Marga, Inspektur Aceh, Dinas Sosial Aceh,
Danrem 011/ Lilawangsa, Dinas Pertambangan dan Energi Aceh, Dinas Cipta
Karya, Dinas Pengairan Aceh, Kesbangpol Linmas Aceh, Satpol PP dan Wilayatul
Hisbah, Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika Aceh, Dinas
Pendidikan Aceh, Biro Hukum Setda Aceh, BPBD Pidie Jaya, BPBD Bireun, BPBD
Pidie, Basarnas Banda Aceh, Dandim 0102/Pidie, Dandim 0111/ Bireun, Polres
Pidie, Polres Bireun, UPTD P2KK, PMI Provinsi Aceh, RAPI Aceh, IOF Aceh,
RSUD-ZA, RSJ Aceh, Balai Pemeliharaan Jalan Jembatan Aceh, BMKG, PLN
Aceh. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ( BP3A),TDMRC
Unsyiah. Adapun Upaya yang dilakukan adalah :
• Adapun Pernyataan Status Tanggap Darurat Gempa Bumi oleh Gubernur Aceh
selama 14 hari (7 – 20 Desember 2016)
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 ………..37
• Pengaktifan Posko Utama Tanggap Darurat di Pidie Jaya dan Posko Tanggap
Darurat di Pidie dan Bireuen
• Pendampingan penanganan tanggap darurat oleh BPBA dan BNPB
• Penanganan korban dan pengungsi termasuk PPE, pendistribusian logistik &
peralatan, perawatan korban dan pelayanan kesehatan, dll.
3. Sumber dan Jumlah Anggaran
Sumber dana berasal dari Belanja Tidak Terduga (BTT) yang ditempatkan di DPA-
DKA dengan rincian sebagai berikut :
a. Bencana Banjir dan Tanah Longsor di Kabupaten Aceh Besar dan Aceh Jaya
Tahun 2014 dengan jumlah anggaran sebesar Rp 2.125.323.000,- (dua milyar
seratus dua puluh lima juta tiga ratus dua puluh tiga ribu rupiah).
b. Bencana Gempa Bumi di Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireun dan
Kabupaten Pidie Tahun 2016 dengan jumlah anggaran sebesar Rp.
10.384.050.000,- ( sepuluh milyar tiga ratus delapan puluh empat juta lima
puluh ribu rupiah ).
4. Antisipasi Daerah Dalam Menghadapi Kemungkinan Bencana
Dalam kurung waktu tahun 2012 s.d 2016 terjadi eskalasi bencana dari tahun ke
tahun. Dalam menghadapi kemungkinan bencana antisipasi daerah adalah
melakukan Sosialisasi yang lebih optimal, membentuk Gampong Siaga Bencana
secara merata yang rentan terhadap bencana, perbaikan teras dan drainase tebing
jalan, perkuatan tebing sungai, perlu adanya sarana penyelamatan (escape building),
pengadaan sarana jalan evakuasi bencana, pengadaan tempat hunian sementara,
perbaikan dan normalisasi akibat banjir, adanya Review RPB, Rencana kontijensi
dan SOP.
5. Potensi Bencana yang Diperkirakan Terjadi
a. Bencana Hydro-meterologis.
Ancaman bencana Hidro-meteorologis di Aceh, meliputi: banjir, tanah longsor,
puting beliung, kekeringan,dan kebakaran. Prioritas penanganan bencana hidro-
meteorologis di Aceh adalah Banjir Bandang dan Banjir Genangan. Elemen
berisiko yang rentan ketika terjadi banjir adalah permukiman penduduk, lahan
pertanian, peternakan, perdagangan dan jasa. Sumber kerentanan bencana
banjir ini berasal dari pembalakan liar (illegal logging) di kawasan daerah
aliran sungai (DAS), pendangkalan sungai, rusak atau tersumbatnya saluran
drainase, dan terjadinya perubahan fungsi lahan ruang terbuka hijau (RTH)
Laporan Kinerja BPBA Tahun 2017 ………..38
tanpa sistem tatakelola yang baik yang memperhatikan kapasitas DAS dalam
menampung air.
b. Terhadap kejadian bencana hydrometeorologi bersekala kecil lainnya
pemerintah
Aceh melalui Badan Penanggulangan Bencana Aceh telah melakukan upaya-
upaya penanggulangan untuk meringankan beban penderitaan masyarakat
korban bencana dalam bentuk pendistribusian kebutuhan logistik dasar seperti
bahan pangan pokok, dan sarana sanitasi dan hygiene keluarga. Penyaluran
bantuan tersebut dilakukan secara temporer sesuai dengan waktu dan lokasi
kejadian.