laporan kadar oksigen terlarut

28
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIA Penentuan Kadar Oksigen Terlarut HENDRI LAHAGU 26020113140118 Kel.18 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

description

kdar oksigen pada sampel air laut

Transcript of laporan kadar oksigen terlarut

Page 1: laporan kadar oksigen terlarut

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OSEANOGRAFI KIMIA

Penentuan Kadar Oksigen Terlarut

HENDRI LAHAGU

26020113140118

Kel.18

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014

Page 2: laporan kadar oksigen terlarut

LEMBAR PENILAIAN

MODUL I : Penentukan Kadar Oksigen Terlarut

NO. KETERANGAN NILAI

1. Pendahuluan

2. Tinjauan Pustaka

3. Materi dan Metode

4. Hasil dan Pembahasan

5. Kesimpulan

6. Daftar Pustaka

TOTAL

Mengetahui,

Koordinatoor Praktikum OSKIM Asisten

Nisa Auliya Nisa Auliya

26020111130023 26020111130023

I. PENDAHULUAN

Kelompok : 18

Tgl Praktikum : Sabtu, 26 April 2014

Tgl Pengumpulan : Rabu, 4 Juni 2014

Nama: Hendri Lahagu NIM: 26020113140118 Ttd: ...................................

Page 3: laporan kadar oksigen terlarut

I.1 Latar Belakang

Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat berdaya guna, yang mampu

melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang lebih besar daripada zat cair lainnya.

Sifat ini dapat dilihat dari banyaknya unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air

laut. Diperkirakan hampir sebesar 50 triliun metric ton garam yang larut dalam air

laut. Air laut juga mengandung sejumlah besar gas-gas udara terlarut. Semua gas-

gas yang ada di amosfer dapat dijumpai di dalam air laut, walaupun jumlah mereka

ini terdapat dalam perbandingan yang tidak sama seperti yang ada di udara. Gas

oksigen khususnya sangat penting, karena sangat dibutuhkan bagi kehidupan

organisme air. Umumnya gas ini banyak dijumpai di lapisan permukaan, oleh

karena itu oksigen yang berasal dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut

(berdifusi) ke dalam air laut.

Oksigen memegang peranan penting sebagai indicator kualitas perairan,

karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organic

dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan biologic yang dilakukan oleh

organisme aerobic dan anaerobic. Dalam kondisi aerobic, peranan oksigen adalah

untuk mengoksidasi bahan organic dan anorganik dengan hasil akhir adalah nutrient

yang ada pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi

anaerobic oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia

menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrient dan gas.

Sumber oksigen dilautan antara lain dapat diperoleh secara langsung dari

atmosfer melalui proses difusi dan melalui biota berklorofil yang mampu

berfotosintesis. Disamping itu juga terdapat faktor yang menyebabkan

berkurangnya oksigen dalam air laut yaitu karena respirasi biota, dekomposisi

bahan organik dan pelepasan oksigen ke udara. Untuk mengetahui kualitas air

dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia

yang sering digunakan yaitu DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen

Demand), dan COD (Chemical Oxygen Demad) (Supangat, 2000)

DO air laut merupakan gas terlarut yang penting, khususnya dalam proses

metabolisme. Faktor yang menentukan konsentrasi DO di laut adalah proses

fotosintesis dan respirasi, pertukaran udara dengan dipermukaan laut. Hal ini

dilakukan secara difusi. DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut juga dapat

Page 4: laporan kadar oksigen terlarut

dijadiakn salah satu indikator apakah di perairan tersebut tercemar atau tidak.

Distribusi DO secara vertikal dipengaruhi oleh gerakan air, proses kehidupan di

laut, dan secara kimia oksigen dipakai untuk respirasi, yaitu proses penguraian zat-

zat organik yang membutuhkan oksigen (Supangat, 2000)

I.2 Tujuan

Agar dapat mengenali, mengerti, memahami prosedur penentuan kadar oksigen

terlarut di air laut sehingga diharapkan dapat mengerjakan analisa penetuan

kadar oksigen terlarut disuatu perairan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Page 5: laporan kadar oksigen terlarut

II.1 Dissolved oxygen

Keberadaan oksigen di perairan sangat penting untuk diketahui sebab

oksigen sangat penting bagi kehidupan. Banyaknya O2 terlarut dalam perairan biasa

disebut DO. Dilihat dari jumlahnya, oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut

dalam air pada urutan kedua setelah nitrogen. Namun jika dilihat kepentingannya

bagi kehidupan, ksigen menempati urutan paling atas. Sumber utama oksigen dalam

perairan adalah hasil difusi dari udara, terbawa melalui presipitasi (air hujan) dan

hasil fotosintesis fitoplanton. Sebaliknya, kandungan DO dalam air dapat berkurang

karena dimanfaatkan oleh aktivitas respirasi dan perombakan bahan organic

(Hutagalung et.al. , 1985).

Kekurangan oksigen dapat dialami karena terhalangnya difusi akibat

strafikasi salinitas yang terjadi. Rendahnya kandungan DO dalam air dapat

berpengaruh buruk terhadap kehidupan ikan dan kehidupan akuatik lainnya, dan

jika tidak ada sama sekali DO mengakibatkan munculnya kondisi anaerobic dengan

bau busuk dan permasalahan estetika (Hutagalung et.al. , 1985).

Air mengalir pada umunya kandungan oksigennya cukup karena gerakannya

menjamin berlangsungnya difusi antara udara dan air. Bila pencemaran organic

pada badan air, DO tersebut digunakan oleh bakteri untuk mengoksidasi bahan

pencemaran organic pada badan air, DO tersebut digunakan oleh bakteri untuk

mengoksidasi bahan pencemaran organic tersebut. Komposisi populasi hewan

dalam air sangat erat hubungannya dengan kandungan oksigen. Kelarutan oksigen

atmosfer dalam air segar atau tawar berkisar dari 14,6 mg/liter pada suhu 00 C

hingga 7,1 mg/liter pada suhu 350C pada tekanan satu atmosfer (Canter, 1977).

II.2 Sifat Oksigen di Perairan

Oksigen adalah salah satu unsur kimia yang sangat penting sebagai

penunjang utama kehidupan berbagai organisme. Oksigen dimanfaatkan oleh

organisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik menjadi zat

an-organik oleh mikro organisme. Ketiadaan oksigen dalam suatu perairan akan

menyebabkan organisme dalam perairan tersebut tidak dapat hidup dalam waktu

yang lama. Oleh karena itu salah satu cara untuk menjaga kelestarian kehidupan

Page 6: laporan kadar oksigen terlarut

dalam laut adalah dengan cara memantau kadar oksigen dalam perairan tersebut

(Hutagalung et.al. , 1985).

Tinggi rendahnya kadar oksigen di dalam air banyak tergantung pada arus

dan gelombang, suhu, salinitas, kedalaman, serta potensi biotik perairan. Kelarutan

oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara

maupun di dalam air. Makin tinggi suhu, salinitas, dan tekanan parsial gas yang

terlarut dalam air maka kelarutan oksigen dalam air makin berkurang.

Berkurangnya oksigen yang larut dalam air adlah karena digunakan oleh organisme

untuk proses perombakan bahan-bahan organic yang larut maupun bahan-bahan

kotoran dasar (Harsono, 2010).

II.3 Analisis kandungan oksigen di perairan

Banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk proses respirasi dan

penguraian zat-zat organik oleh mikro organisme dinyakan dengan Apparent

Oxygen Utilization (AOU). Dalam suatu perairan yang masih alami, nilai AOU

umunya positif. Namun untuk perairan yang banyak mengandung zat-zat organik,

nilai AOU menjadi negative yang berarti jumlah oksigen yang dibutuhkan lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah oksigen yang tersedia. Hasil penelitian variasi

kadar oksigen terlarut alami di lapisan permukaan perairan Indonesia berkisar 4,50-

7,00 mg/L atau 3,15-4,90 ml/L (Soeseno,1970).

Untuk menganalisis kandungan oksigen di perairan dapat dilakukan

dengan berbagai cara dan metode misalnya dengan metode mikro-gasometrik,

spektrometrik massa, kromatografi gas, metode elektrokimia dan metode Winkler.

Namun metode yang paling sering dipakai untuk menentukan kadar oksigen dalam

air laut adalah metode Winkler (Soeseno,1970).

II.4 Metode Modifikasi Winkler

Metoda titrasi dengan cara winkler secara umum banyak digunakan untuk

menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi

iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan

MnCl2 dan Na0H - KI, sehingga akan terjadi endapan Mn02. Dengan

Page 7: laporan kadar oksigen terlarut

menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan

juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen

terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar

natrium tiosulfat (Na2S203)dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji).

Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut (Anonim,2011) :

Kelebihan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO)

adalah dimana dengan cara titrasi berdasarkan metoda Winkler lebih analitis, teliti

dan akurat apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu

diperhatikan dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya,

standarisasi larutan tio dan penambahan indikator amilumnya.

Dengan mengikuti prosedur yang tepat dan standarisasi tio secara

analitis, akan diperoleh hasil penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat.

Sedangkan cara DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas sampel yang

akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap akurasi

penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Disamping itu,

sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan

akurasinya hasil penentuan. Berdasarkan pengalaman di lapangan,

penentuan oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk

mendapatkan hasil yang lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat

penentuannya hanya bersifat kisaran (Anonim, 2011).

Kelemahan Metode Winkler dalam menganalisis oksigen terlarut (DO)

Page 8: laporan kadar oksigen terlarut

adalah dimana dengan cara Winkler penambahan indikator amilum harus

dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi agar amilum tidak membungkus

iod karena akan menyebabkan amilum sukar bereaksi untuk kembali ke senyawa

semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan

karena I2 mudah menguap. Dan ada yang harus diperhatikan dari titrasi

iodometri yang biasa dapat menjadi kesalahan pada titrasi iodometri yaitu

penguapan I2, oksidasi udara dan adsorpsi I2 oleh endapan (Anonim, 2011).

2.5 Standarisasi Larutan

Standarisasi dimaksudkan agar dapat menjamin produk ekstraksi memiliki

standar mutu tertentu yang konstan. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi

tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui

konsentrasi sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering dilakukan

dengan titrasi (Harjadi, 2000).

Page 9: laporan kadar oksigen terlarut

III. MATERI DAN METODE

III.1 Waktu dan Tempat :

Waktu : Sabtu, 26 April 2014

Pukul : 09.00 - Selesai

Tempat : Laboratorium kampus Jepara Marine Station, Teluk Awur Jepara,

Jawa Tengah

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

No Nama Alat Gambar Alat Fungsi Alat

1 DO MeterMengukur

oksigen terlarut

2 PH Meter Mengukur PH

3 RefraktometerMengukur

Salinitas Air Laut

4 Botol Sampel

5 Lakban Hitam

Untuk mensolasi semua

permukaan botol sampel

Page 10: laporan kadar oksigen terlarut

6 Plastik Hitam

Untuk menutupi semua

permukaan luar botol sampel

Tabel 1. Alat

3.2.2 Bahan

No Nama Alat Gambar Alat Fungsi Alat

1 Air LautBahan yang

akan di teliti di laboratorium

2 MgCO3

Agar menjaga supaya kadar klorofil tetap

ada sewaktu di bawa ke

laboratoriumTabel 2. Bahan

3.3 Cara Kerjaa) Pengukuran dan analisis DO, salinitas dan pH pada masing –

masing titik sampling seperti gambar berikut :

Page 11: laporan kadar oksigen terlarut

1. Pengukuran Oksigen Terlarut (DO)

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat

yang disebut DO Meter

Sebelum digunakan untuk mengukur diperairaan

sampling, DO Meter harus dilakukan kalibrasi

terlebih dahulu dengan fluida cair (air) yang sudah

diketahui kadar oksigen terlarut didalamnya

Kemudian pengukuran dilakukan pada masing

masing daerah sampling

Ketika berpindah dari titik sampling satu ke titik

sampling yang lain, DO Meter harus tetap dikalibrasi

agar pengukuran dapat dilakukan secara akurat.

2. Pengukuran Salinitas

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat

Refraktometer

Cara yang paling baik pada penggunakan

refraktometer dalam pengambilan sampel yaitu

dengan mengambil beberapa tetes air laut pada

titik sampling dengan pipet tetes kemudian

diteteskan tepat pada kaca object pada

refraktometer

Pengamatan air laut (fluida cair) dalam

refraktometer, dengan meneropong sisi lain dari sisi

object tepat searah sinar datang sehingga

pematulan dan pembiasaan sinar oleh air laut dapat

Page 12: laporan kadar oksigen terlarut

terlihat dengan jelas, yang hasilnya disebut nilai

salinitas.

3. Pengukuran nilai Keasamaan (pH)

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat

yang disebut pH Meter

Sebelum digunakan untuk mengukur diperairaan

sampling, pH Meter harus dilakukan kalibrasi

terlebih dahulu dengan fluida cair (air) yang sudah

diketahui nilai pH nya.

Kemudian pengukuran dilakukan pada masing

masing daerah sampling

Ketika berpindah dari titik sampling satu ke titik

sampling yang lain, pH Meter harus tetap dikalibrasi

agar pengukuran dapat dilakukan secara akurat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 DO Meter

KETERANGAN

1. Body pH meter2. Body elektroda3. Layar4. Kabel elektroda5. Kabel sensor suhu6. Tombol MEAS untuk pengukuran7. Tombol MODE untuk pemilihan mode pengukuran

Page 13: laporan kadar oksigen terlarut

IV.2 Cara Kerja DO Meter

DO meter tersusun atas beberapa komponen utama yang disketsakan pada

gambar di bawah ini. Terdapat dua elektrode utama yang masing-masing berfungsi

sebagai katode dan anode. Batang katode terbuat dari logam mulia seperti emas

atau platina. Sedangkan batang anode terbuat dari bahan perak. Kedua elektrode

ini terselimuti cairan elektrolit KCl yang memiliki pH netral. Permukaan elektrode

perak akan membentuk senyawa AgCl yang sifatnya stabil, dan membuat

elektrode ini memiliki beda potensial yang tetap. Oleh karena itu anode pada DO

meter ini berfungsi sebagai elektrode referensi.

Ag + Cl- → AgCl + e-

Prinsip Kerja DO meter

Kedua elektrode DO meter yang diselimuti larutan KCl

tersebut, dibungkus oleh sebuah wadah kedap yang pada bagian

ujung adalah berupa komponen penting lainnya yaitu membran

teflon. Membran ini hanya bisa dilewati oleh gas terlarut yang ada di

dalam cairan terukur. Ia tidak akan bisa dilewati oleh material lain

termasuk ion, senyawa lain, dan tentu saja padatan pengotor.

Prinsip kerja DO meter adalah

berdasarkan fenomena polarografi yang terjadi di antara dua

elektrode katode dan anode. Tegangan listrik negatif diberikan

kepada elektrode katode. Adanya tegangan negatif ini akan

KETERANGAN

1. Body pH meter2. Body elektroda3. Layar4. Kabel elektroda5. Kabel sensor suhu6. Tombol MEAS untuk pengukuran7. Tombol MODE untuk pemilihan mode pengukuran

Page 14: laporan kadar oksigen terlarut

mengakibatkan reaksi kimia terjadi secara cepat antara air dengan

oksigen terlarut pada permukaan katode. Berikut adalah reaksi kimia

yang terjadi pada elektrode katode:

O2 + 2H2O + 2e- → H2O2 + OH-

H2O2 + 2e- → 2OH-

Tegangan listrik akan terus naik sampai mencapai nilai

jenuhnya, yang setara dengan sudah bereaksinya seluruh oksigen

terlarut pada permukaan elektrode katode. Tegangan listrik jenuh ini

ditandai dengan hampir naiknya pembacaan arus listrik, setelah

beberapa saat diam di satu nilai meskipun nilai tegangan dinaikkan.

Setelah melewati nilai tegangan jenuh ini, arus listrik terus naik jika

tegangan terus ditambah. Naiknya nilai arus ini terjadi karena reaksi

kimia lain telah terjadi, terutama adalah reaksi pecahnya molekul air

H2O menjadi ion H+ dan OH-.

IV.3 Hasil dan Pembahasan

IV.3.1 Hasil

No Pos (Titik)

Kadar Oksigen Terlarut

Salinitas pH (Keasaman)

1 1 4,9 mg/liter 31,0 ppt 6,25

2 2 3,73 mg/liter 33 ppt 6,33

3 3 4,28 mg/liter 26 ppt 6,2

- Rata - rata

5,74 mg/liter 30 ppt 6,34

Tabel 3. Data DO, Salinitas dan pH pada Perairan Sampel

Page 15: laporan kadar oksigen terlarut

pos 1 pos 2 pos 30

5

10

15

20

25

30

35

DO MeterPHSALINITAS

Grafik 1. Data DO, Salinitas dan pH pada Perairan Sampel

IV.3.2 Pembahasan

4.3.2.1 DO Meter

pos 1 pos 2 pos 30

1

2

3

4

5

6

DO Meter

DO Meter

Grafik 2. Nilai DO Meter

Pada grafik 2.0 disamping menjelaskan bahwa nilai tiap

pos berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan karena banyak

factor, salah satunya dimungkinkan karena adanya suspense

melayang – layang yang tidak larut dalam air (fluida cair) pada

daerah dekat pantai. Suspensi ini akan menghalangi sinar

matahari yang masuk pada daerah kolom air sehingga

tumbuhan air dan fitoplankton yang hidup didalamnya sulit

Page 16: laporan kadar oksigen terlarut

melakukan fotosintesis, dimana fotosintesis akan menghasilkan

oksigen (O2) yang mampu larut dalam fluida. (Handayani et.

al,1971) telah menjelaskan bahwa muatan padatan tersuspensi

mempengaruhi kecerahan air, oleh karena itu akan

mempengaruhi proses fotosintesa pada plankton terutama

fitoplankton. Pengendapan dan pembusukan bahan-bahan

tersebut akan mengurangi nilai guna perairan dan merusak

lingkungan hidup organisme dasar (benthos) serta wilayah

penangkapan ikan. Dengan adanya pembusukan dan

berkurangnya nilai milligram oksigen yang terlarut

menyebabkan menurunya kualitas air laut namun apabila

decomposer pada daerah tersebut mampu mengurai

pembusukan yang terjadi pada tumbuhan atau fitoplankton

yang mati akibat kurang terkena sinar matahari maupun hewan

laut herbifora dan organisme bentik serta mikro yang mati

secara cepat, maka daerah tersebut akan mengalami

pengkayaan nutrient. Akan tetapi dilihat dari banyaknya biota

yang hidup diperairan pada titik sampling tersebut, dapat

dihipotesiskan bahwa decomposer pada daerah ini kurang aktif

mengurai bahan organic yang mati. Dengan kurangnya oksigen

terlarut dan nilai nutrient (yang dilihat dari keberadaan biota)

wilayah sampling pada ketiga titik tersebut belum dapat

dikategorikan sebagai perairan yang baik dengan parameter

sebagai berikut :

Kandungan O2 Terlarut (ppm)

Kriteria Kualitas Air

> 6,5 Tidak Tercemar4,5 – 6,4 Tercemar Ringan> 2 – 4,4 Tercemar Sedang

< 2 Tercemar BeratTabel 4. Kriteria Air menurut Kandungan Oksigen Terlarut

Page 17: laporan kadar oksigen terlarut

Dari hasil rata – rata nilai oksigen terlarut yang diperoleh

yaitu 5,74 mg/liter (ppm), maka perairan pada daerah termasuk

dalam kategori perairan yang tercemar ringan. Hal ini didukung

dari keadaan pada saat pengukuran pada wilayah sampling

yaitu yang memiliki kepadatan biota yang relative renggang

dan tingginya suspensi yang melayang pada kolom air.

4.3.2.2 PH Air Laut

pos 1 pos 2 pos 36.1

6.15

6.2

6.25

6.3

6.35

PH

PH

Grafik 3. Nilai PH Air Laut

Berbeda dengan hubungan antar salinitas dan oksigen

terlarut pada wilayah sampling. Pada hubungan antara

keasaman dengan oksigeen terlarut mengalami hubungan yang

terbalik yaitu ketika oksigen terlarut pada daerah pantai hingga

ke laut lepas semakin menaik, lain halnya derajat keasaaman

yang mengalami penurunan. Karena pada daerah sekitar pantai

mengalami pembusukan akibat kasus “suspense yang

melayang” sehingga nilai keasaman meningkat, bukan karena itu

saja, daerah sekitar pantai sering bergesekan secara langsung

dengan daratan dan atmosfer sehingga proses buffer terhadap

pH sering mengalami perubahan kesetimbangan dan perubahan

nilai pH itu sendiri.

Page 18: laporan kadar oksigen terlarut

4.3.2.3 Salinitas Air Laut

pos 1 pos 2 pos 30

5

10

15

20

25

30

35

SALINITAS

SALINITAS

Jika dikaitkan dengan nilai salinitas terhadap nilai oksigen

terlarut yang diperoleh maka akan diperoleh nilai yang

berbanding lurus, karena ketika nilai oksigen pada titik sampling

pertama dan nilai salinitas pada titik sampling pertama memiliki

nilai yang sama – sama paling kecil pada wilayah sampling yang

didapat. Keadaan ini diperoleh karena factor “suspense yang

melayang” yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.

Suspensi yang melayang tersebut mampu mempengaruhi

salinitas, karena biasanya daerah yang terdapat kejadiaan

tersebut berada pada daerah sekitar pantai, pantai muara, dan

daerah upwelling yaitu mengalami peningkatan nutrien sehingga

mempengaruhi prosentase dan kadar air laut yang mulanya

mempunyai kadar sesuai kemudian mengalami anomaly karena

suspense dan nutrisi yang melayang dikolom air.

V. PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Nilai DO (oksigen terlarut) yang diperoleh pada pos 1, pos 2 dan pos 3

wilayah sampling yaitu 4,9 mg/liter; 3,73 mg/liter dan 4,28 mg/liter yang memiliki

Page 19: laporan kadar oksigen terlarut

rata – rata 5,74 mg/liter. Tabel 4. Kriteria Air menurut Kandungan

Oksigen Terlarut

Dari hasil rata – rata nilai oksigen terlarut yang diperoleh

yaitu 5,74 mg/liter (ppm), maka perairan pada daerah termasuk

dalam kategori perairan yang tercemar ringan. Hal ini didukung

dari keadaan pada saat pengukuran pada wilayah sampling yaitu

yang memiliki kepadatan biota yang relative renggang dan

tingginya suspensi yang melayang pada kolom air. Maka dari hasil

tersebut perlu diadakan penanggulangan secara berkala pada

perairan tersebut.

V.2 Saran Praktikum harus dilakukan secara tepat dan benar sehingga didapatkan hasil

yang akurat.

Nilai – nilai yang mungkin diperlukan dalam analisis eksperimen seperti jarak

antar titik sampling perlu diperhatikan, karena hal tersebut merupakan factor

yang mempengaruhi keakuratan dan validitas hasil eksperimen.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: laporan kadar oksigen terlarut

Canter, L.W.1977. Beberapa Parameter Kualitas Sumberdaya air. Malang : Uniersitas

Brawijaya

Eko Harsono. 2010. Evaluasi Kemampuan Pulih Diri Oksigen Terlarut Air Sungai

Citarum Hulu. Staf Peneliti Pusat Penelitan Limnologi-LIPI. LIMNOTEK.

Harjadi, W. 2000. Ilmu Kimia analitik Dasar. Gramedia, Jakarta.

Helmi Arifin, Nelvi Anggraini, Diah Handayani dan Roslinda Rasyid. 2006.

Standarisasi Ekstraksi Etanol Daun Eugenia Cumini Merr. Jurusan Farmasi,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.

Horas P. Hutagalung, Abdul Rozak dan Irman Lutan. 1985. Beberapa Catatan Tentang

Penentuan Kadar Oksigen dalam Air Laut Berdasarkan Metode Winkler. Pusat

Penelitian Ekologi, Lembaga Oceanologi Nasional – LIPI, Jakarta.

Soeseno. 1970. Pencemaran Lingkunga. Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi

Jawa Tengah.

Supangat,Agus. 2000. Pengantar Oseanografi. Institute Teknologi Bandung: Bandung.

LAMPIRAN

Page 21: laporan kadar oksigen terlarut