Laporan Jurnal TITL
-
Upload
sabri-sudirman -
Category
Documents
-
view
802 -
download
4
Transcript of Laporan Jurnal TITL
Tugas Hari/Tanggal : Selasa, 25 Mei 2010m.k. Teknologi Industri Tumbuhan Laut Asisten : 1. Muhamad Idris
2. Wahyu Ramadhan 3. Rahmawati R. 4. Made Suhandana
KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma isiforme (Solieriaceae, Rhodophyta) YANG BERASAL DARI
NIKARAGUA
Oleh:
Kelompok 7
Yunni Kosasih C34070005Lenni Asnita Lingga C34070021
Gusti Adi Nirwansyah C34070028Mardiana C34070039Siti Anwariyah C34070054Sabri Sudirman C34070079Azwin Apriandi C34070081Sri Wahyuni C34070083Rizki Rahmat A. C34070090Himatun Faoziyah C34070100
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2010
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri karagenan sejak 15 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang
pesat yaitu sekitar 8% per tahun dengan jumlah produksi karagenan mencapai
28.000 ton atau senilai US$ 270 juta (McHugh 2001). Peningkatan permintaan
dan pengembangan industri yang memanfaatkan karagenan di seluruh dunia
tersebut dapat menimbulkan permasalahan penting yaitu perlunya dicari sumber
bahan baku baru.
Rumput laut tropis jenis Eucheuma isiforme merupakan jenis rumput laut
penghasil karagenan yang banyak ditemukan di daerah Teluk Meksiko dan
kepulauan Karibia (Cheney 1988). E. isiforme dikenal sebagai carrageenophyte
yang penting di kepulauan Karibia dan sudah dibudiyakan secara komersial di
Belize, Antigua dan Barbuda serta dimanfaatkan sebagai makanan tradisional
(Seamoss). Meskipun kekayaan rumput laut di Karibia dan daerah sekitarnya
dapat mencukupi kebutuhan industri pengolahan rumput laut untuk wilayah
Amerika Utara dan Eropa, namun sedikit sekali perhatian ditujukan untuk
pemanfaatan spesies E. isiforme tersebut sebagai bahan baku pada industri
Phycoocolloid. Pemanfaatannya selama ini hanya terbatas pada proses pembuatan
minuman tradisional dan pudding (Espinosa-Avalos 1994).
Kelangkaan data tentang karakteristik E. isiforme dari Karibia menjadi
faktor penghambat pemanfaatan spesies tersebut sebagai sumber karagenan,
Hingga saat ini, belum ditemukan laporan mengenai nilai ekonomis produksi
rumput laut jenis ini di Nikaragua. Berdasarkan evaluasi awal yang dilakukan
sepanjang pesisir pantai Karibia, Nikaragua; E. isiforme teridentifikasi sebagai
spesies yang paling potensial dengan jumlah yang sangat melimpah.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik karagenan yang
diekstrak dari E.isiforme untuk eksploitasi rumput laut berpotensi di Nikaragua,
menentukan komposisi kimia phycocolloid, membantu dalam memahami sifat
fisiologis ganggang, sehingga menghasilkan data yang dapat digunakan sebagai
bahan baku industri.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Eucheuma isiforme
Eucheuma isiforme merupakan salah satu jenis rumput laut merah
(Rhodophyceae) dan karaginan yang dihasilkan termasuk fraksi kappa-karaginan.
Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut ini sangat tergantung dari faktor-faktor
oseanografi (fisika, kimia dan pergerakan atau dinamika laut) serta jenis substrat
dasarnya. Rumput laut mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui
dinding thallusnya untuk pertumbuhannya (DJPB 2009). Klasifikasi Eucheuma
isiformei menurut Dawson (1956) diacu dalam Aslan (1998) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Eucheuma
Species : Eucheuma isiforme
Morfologi rumput laut Euchema isiforme dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Euchema isiformeSumber: Anonim (2009)
Eucheuma isiforme mempunyai thallus silindris, permukaan licin dan cartilogeneus. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan (Aslan 2008).
Penampakan thalli bervariasi mulai dari bentuk sederhana sampai kompleks.
Duri-duri pada thallus runcing memanjang, agak jarang-jarang dan tidak bersusun
melingkari thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama
keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Tumbuh melekat ke substrat
dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh
dengan membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah ke arah
datangnya sinar matahari (Atmadja 1996). Umumnya Eucheuma isiforme tumbuh
dengan baik di daerah pantai terumbu (reef). Habitat khasnya adalah daerah yang
memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat
batu karang mati (Aslan 2008).
2.2 Komposisi Kimia dan Syarat Mutu Eucheuma isiforme
Rumput laut Eucheuma isiforme memiliki ciri-ciri fisik seperti thallus
silindris, permukaan licin, cartilogineus (lunak seperti tulang rawan), warna hijau,
hijau kuning, abu-abu dan merah. Penampakan thallus bervariasi mulai dari
bentuk sederhana sampai kompleks. Duri-duri pada thallus runcing memanjang,
agak jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari thallus. Percabangan ke
berbagai arah dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan ke daerah
asal (pangkal) (Doty 1986 diacu dalam Budikusuma 2008).
Rumput laut Eucheuma isiforme tumbuh melekat ke substrat dengan alat
perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh berbentuk
rumpun yang rimbun dengan ciri-ciri khusus mengarah ke arah datangnya sinar
matahari (Budikusuma 2008). Komposisi kimia rumput laut Eucheuma isiforme
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Rumput Laut Eucheuma isiformeKomposisi Jumlah
Air (%) 13.90Protein (%) 2.69Lemak (%) 0.37Serat Kasar (%) 0.95Abu (%) 17.09MineralCa (ppm)Fe (ppm)Cu (ppm)Pc (ppm)
22.390.1212.7630.040
Komposisi JumlahVitamin B1 (Thiamin) (mg/100 gr) 0.14Vitamin B2 (Riboflavin) (mg/100 gr) 2.70Vitamin C (mg/100 gr) 12Karagenan (%) 61.52Agar - Sumber: Istini et al. (1985)
Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebanarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa latin yaitu algor yang berarti dingin. Ganggang laut adalah tanaman tingkat rendahvyang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang dan daun. Meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya hanya merupakan bentuk thallus belaka (Duddington 1971).
Rumput laut biasanya dalam bentuk segar dan kering. Rumput laut segar biasanya digunakan sebagai bibit bagi siklus produksi berikut, sedangkan rumput laut kering digunakan sebagai bahan baku untuk produk karaginan, alginat dan agar. Ketiga jenis bahan tersebut dibutuhkan bagi industri makanan, kosmetika, farmasi, kimia, pakan dan lain sebagainya (Winarno 1990).
Rumput laut kering memiliki mutu dan karakteristik tertentu. Mutu rumput laut kering akan menentukan hasil dari produk yang akan dihasilkan dari rumput laut tersebut setalah diolah. Adapun standar mutu rumput laut berdasarkan ketetapan dari Badan Standardisasi Nasional (BSN) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Standar mutu rumput laut kering
KarakteristikJenis Rumput laut
Eucheuma Gelidium Gracilaria Hypnea
Kadar air maks (%) 32 15 25 20
Benda asing maksimal (%) 5*) 5**) 5**) 5**)
Bau Spesifik
rumput laut
spesifik
rumput laut
spesifik
Rumput laut
Spesifik
rumput laut
Sumber : BSN (1998)*) : Benda asing (garam, pasir, karang, kayu dan jenis lainnya)**) : Benda asing (garam, pasir, karang dan kayu)
2.3 Potensi Pemanfaatan Euchema isiforme
Eucheuma isiforme mempunyai peranan penting dalam dunia perdagangan
internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar karaginan dalam setiap
spesies Eucheuma berkisar antara 54–73 % tergantung pada jenis dan lokasi
tempat tumbuhnya. Jenis ini asal mulanya didapat dari perairan Sabah (Malaysia)
dan Kepulauan Sulu (Filipina). Selanjutnya dikembangkan ke berbagai negara
sebagai tanaman budidaya. pemanfaatan rumput laut (Eucheuma cottonii) dalam
meningkatkan nilai kandungan serat dan yodium tepung terigu dalam pembuatan
mie basah (Aslan 2008).
2.4 Karagenan
Karagenan merupakan suatu istilah untuk polisakarida yang diperoleh
melalui ekstraksi alkali dan modifikasi dari alga merah (Rhodophyceae)
kebanyakan berasal dari genus Chondrus, Euchema, Gigartina dan Iridaea.
Rumput laut yang berbeda menghasilkan karagenan yang berbeda pula
(Muchtadi 1989).
Karagenan dibuat dari rumput laut yang dikeringkan, rumput laut diayak
untuk menghilangkan kotoran-kotoran seperti pasir dan kemudian dicuci. Setelah
melalui perlakuan dengan larutan basa panas (contohnya 5-8 % kalium
hidroksida), selulosanya dihilangkan dari karagenan dengan menggunakan proses
sentrifugasi dan filtrasi. Larutan karagenan yang didapat dipekatkan melalui
evaporasi, kemudian dikeringkan dan dipisahkan lagi menurut spesifikasinya
(Parwatal 2007).
Istini et al. (1985) menyebutkan bahwa terdapat 3 jenis utama karagenan
yaitu:
- Kappa, gel yang keras dan kaku, dihasilkan dari Kappaphycus cottonii.
- Iota, gel yang lembut, dihasilkan dari Eucheuma spinosum.
- Lambda, membentuk gel jika dicampurkan dengan protein daripada dicampur
dengan air.
2.5 Persyaratan Mutu Karagenan
Indonesia belum memiliki standar mutu karagenan, tetapi secara
internasional telah dikeluarkan spesifikasi mutu karagenan sebagai persyaratan
minimum yang diperlukan bagi suatu industri pengolahan baik dari segi teknologi
maupun dari segi ekonomis yang meliputi kuantitas dan kuantitas hasil ekstraksi
rumput laut.
Spesifikasi mutu karagenan yang dikeluarkan oleh FAO, FCC dan EEC
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Spesifikasi mutu karagenan
Spesifikasi FAO FAC ECCZat volatil maks (%) 12 12 12Viskositas pada larutan 1.5% min 5 cps 5 cps 5 cpsSulfat (%) maks 15-40 35 15-40Abu (%) maks 15-40 35 15-40Abu tidak larut asam (%) maks - 1 2Logam berat
Pb (ppm) maks
10 10 10
As (ppm) maks
3 3 3
Cu + Zn (ppm) maks
- - 50
Zn (ppm) maks
- - 25
Kehilangan karena pengeringan
- - -
Sumber: A/S Kobenhavsn Pektifabrik (1978) diacu dalam Mindarwati (2006)
2.6 Proses Pembuatan Karagenan
Ekstraksi karagenan dari rumput laut pada prinsipnya merebus rumput laut
dalam larutan perebus kemudian disaring, dijendalkan dan dipres kembali. Untuk
memperoleh tepung karagenan dengan kekuatan gel yang tinggi, rumput laut yang
digunakan sebaiknya adalah rumput laut yang telah diberi perlakuan alkali panas
(ATC) (DKP 2003).
Pembuatan karagenan dimulai dengan penimbangan rumput laut kering
yang sudah dibersihkan, setelah itu dilakukan pencucian. Proses pencucian dan
pembersihan dilakukan dengan air mengalir untuk menghilangkan benda asing
seperti garam, karang, kayu, ranting, serta pasir yang masih menempel pada
rumput laut. Proses pencucian ini dilakukan tidak terlalu lama, hanya sampai
kotoran yang masih tersisa seperti garam dan pasir terlepas dari rumput laut. Hal
ini dimaksudkan untuk menghindari keluarnya karagenan dari rumput laut yang
disebabkan karena terjadinya lisis pada dinding sel (Pebrianata 2006).
Ekstraksi karagenan dilakukan dengan air panas pada suhu 90–100 oC dan
pH alkalis. Penambahan air beragam sebanyak 7–40 kali bobot rumput laut. Jenis
basa yang ditambahkan adalah NaOH atau Ca(OH)2. Lama ekstraksi beragam
antara 2–24 jam. Waktu ekstraksi mempengaruhi jenis karagenan yang dihasilkan
(Angka dan Suhartono 2000).
Proses ekstraksi dilanjutkan dengan pengeringan dalam keadaan panas.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pembentukan gel. Penyaringan bertujuan
untuk menernihkan campuran larutan dengan cara membuang sejunlah partikel
padat atau untuk memisahkan cairan dari bagian padat bahan pangan dengan cara
menggunakan saringan (Fellows 1992 diacu dalam Pebrianata 2006).
Filtrat yang diperoleh ditampung dalam pan penjedal dan dibiarkan
membentuk gel semalam. Gel karagenan kemudian diiris dengan menggunakan
alat pemotong gel dengan ketebalan 0,8 cm sehinga membentuk lembaran
(DKP 2003).
Ekstrak karagenan dapat pula langsung dikeringkan dengan pengeringan
berputar disertai dengan penambahan senyawa mono atau digliserida atau
polisorbat (5 %) sebagai senyawa stripping. Produk yang dihasilkan dengan
metode pengeringan langsung yang lebih ekonomis biasanya kurang begitu baik,
karena masih banyak mengandung garam dan warnanya agak gelap (Angka dan
Suhartono 2000).
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian Ekstraksi Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma isiforme
(Solieriaceae, Rhodophyta) ini dilakukan di Pantai Karibia, Nikaragua pada bulan
Oktober 2004.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah Eucheuma isiforme, KOH 1 %
sebanyak 500 mL, HCL 5N, CTAB (hexadecyl-trimetilamonium bromida) 2 %
sebanyak 250 mL, aseton, air suling, etanol 95%, natrium asetat, HCL 1N,
akuades, tanah diatom dan kalium bromida. Alat-alat yang digunakan adalah
Gelometer Shiki Nikansui (1 cm2 plunger), Viskosimeter Cole Parmer (Vernon
Hills, Illinois, USA), timbangan digital, oven, termometer, pH meter, gelas ukur,
spektofotometer dan kertas saring.
3.3 Prosedur Kerja
Pembuatan karagenan dalam penelitian ini dimulai dengan mempersiapkan
dua belas jenis makroalga, termasuk E isiforme yang dikumpulkan Blue Fields
(Nikaragua). Eucheuma isiforme dicuci air kran untuk menghilangkan kelebihan
garam dan pasir. Pengeringan dilakukan pada suhu 60 ° C dan kemudian digiling
sebelum dibuat karagenan. Kadar abu ditetapkan menurut teori Dawes (1977).
Jumlah protein ditentukan dengan metode Lowry et al. (1951) dan total
karbohidrat dianalisis dengan asam sulfat fenol sesuai metode Dubois et al.
(1956).
Karagenan dari E. isiforme diperoleh dengan metode ekstraksi alkali
panas yang dijelaskan oleh Freile-Pelegrin et al. (2006). Sebanyak 5 g sampel
kering direhidrasi pada suhu kamar selama 12 jam dalam larutan KOH 500 mL
(1 % b/v), diikuti dengan ekstraksi alkali panas pada 85 °C selama 3 jam. Ekstrak
dicampur dengan Celite, kemudian disaring dan dilakukan penetralan filtrat
dengan HCl 5 M. Karagenan diendapkan dengan penambahan 250 mL CTAB 2%
(hexadecyl-trimetilamonium bromida) dalam air suling dan aseton dengan
perbandingan 9:1.
Serat karagenan yang didapat dicuci dengan hati-hati sebanyak tiga
kali dengan menggunakan 63 mL etanol 95 % dan dilakukan penghilangan residu
CTAB dengan natrium asetat. Koagulum dikeringkan selama 24 jam pada suhu
60 °C kemudian ditimbang untuk menghitung persentase dari rumput laut kering
yang dihasilkan. Prosedur yang sama tanpa KOH dilakukan untuk memperoleh
karagenan asli. Semua ekstraksi dilakukan dalam tiga kali ulangan.
Sifat rheologi dan kimia diamati pada karagenan yang diperoleh. Kekuatan
gel air ditentukan menurut metode Freile-Pelegrín dan Robledo (1997) dalam
1,5% (b/v) larutan karagenan menggunakan Shiki Nikansui gelometer (1 cm2
plunger). Viskositas diukur dengan menggunakan Cole Parmer Viscosimeter
(Vernon Hills, Illinois, USA) dengan sentipoise pada 20 rpm pada 18 mL
sampel larutan karagenan 1,5 %; yang dihomogenkan pada 75 ° C. Kadar sulfat
diukur dengan turbidimetrically setelah hidrolisis karagenan 25 mg dalam tabung
tertutup selama 12 jam dalam HCl 1 N pada 105 °C (Jackson dan McCandless
1978). Kadar 3,6 anhydrogalactose (3,6 AG) ditentukan dengan metode Matsuhiro
dan Zanlungo (1983). Rasio molar galaktosa sampai 3,6 AG untuk ester sulfat
dihitung berdasarkan total karbohidrat ganggang. Kadar galaktosa
dinyatakan sebagai kadar total karbohidrat dalam ganggang 3,6 AG yang sesuai.
Karagenan dianalisis dengan Fourier Transformer Spektroskopi Infrared (FTIR).
Analisis statistik untuk data yang diperoleh diuji normalitas (Kolmogorov-
Smirnov) dan homogenitas varians kelompok (uji Bartlett's) menggunakan
perangkat lunak statistik (Statistica 6.0, Statsoft) dan diperlakukan ANOVA.
Karakteristik karagenan dari E. isiforme dikumpulkan dan dibandingkan dengan
menggunakan ANOVA two-way. Diagram alir dari penelitian ini disajikan pada
Gambar 2,
Eucheuma isiforme
Pencucian
Pengeringan suhu 60 oC
Penggilingan
Uji kadar abuUji kadar protein Uji karbohidrat
Metode hot alkaline extraction pada suhu 85 oC selama 3 jam
Sampel kering 5 gram
Rehidrasi pada suhu kamar selama 12 jam dalam 500 mL larutan KOH
1% (b/v)
Pencampuran dengan celite
Penyaringan
Penetralan filtrat dengan HCl 5 M
Pengendapan dengan penambahan CTAB 2% 250 mL dengan 9:1 air suling: aseton
Recovery di atas kertas saring
Pencucian serat karagenan 3x dengan etanol 95% 63 mL
Gambar 2. Diagram alir pembuatan karagenan Eucheuma isiforme
Penghilangan residu CTAB dengan natrium asetat
Pengeringan koagulum selama 24 jam; suhu 60 oC
Penimbangan
Pengujian kekuatan gel Pengujian viskositas Pengujian kadar sulfat
Pengujian statistik
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Rumput laut yang digunakan dalam pembuatan karagenan ini adalah
Eucheuma isiforme. Kandungan abu, protein dan karbohidrat pada Eucheuma
isiforme dari Nikaragua yaitu masing-masing sebesar 34,8 ± 0,5%, 1,9 ± 0,1% dan
58,4 ± 0,5%. Komposisi dan sifat murni serta perlakukan alkali pada karagenan
dari E. isiforme yang berasal dari Nikaragua dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil
karagenan murni mengandung 57,2% dari berat kering. Setelah perlakuan alkali
terjadi penurunan sebesar 23,9%. Karagenan murni dengan perlakukan alkali
memiliki kekuatan gel yang sangat lemah sebesar kurang dari 50 g cm-2 dalam
larutan 1,5%. Viskositas pada karagenan menurun setelah perlakuan alkali. Kadar
sulfat pada karagenan dengan perlakuan alkali berkurang sebesar 19,3% dan
meningkatkan kandungan 3,6 AG sebesar 13%. Hal ini terlihat pada rasio molar
yang diperoleh pada kedua karagenan (Tabel 4). Perbandingan sifat karagenan
antara bahan yang berasal dari Nikaragua dan Meksiko berdasarkan data dari
Freile-Pelegrin et al. (2006) juga termasuk dalam Tabel 4. Dalam hal ini, analisis
statistik menunjukkan bahwa semua sifat karagenan memiliki perbedaan yang
signifikan baik antara lokasi dan antara kondisi ekstraksi (p <0,01). Hasil
karagenan yang diperoleh pada perbedaan bahan dari Nikaragua dan Meksiko
dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Kandungan karagenan murni dan perlakuan alkali pada E. isiforme dari perbandingan Nikaragua dengan Yukatan
Sumber: Freile-Pelegrin et al. (2006)
Gambar 3. Spektro native FTIF (A) dan alkali treated carrageenan (B) dari Eucheuma v dari Nikaragua dan iota karagenan komersial (C)
Spektrum FTIR diperlihatkan pada Gambar 3. Seluruh spektrum ditampilkan
pada sebuah pita absorpsi dengan ukuran 1,220 - 1,240 cm-1 yang terkait dengan
tingkat sulfasi (Stancioff dan Stanley 1969 diacu dalam Freile-Pelegrín dan
Robledo 2007). Sinyal kuat yakni pada sekitar 930 cm-1 adalah konsisten dengan
kehadiran 3,6 AG (Stancioff dan Stanley 1969 diacu dalam Freile-Pelegrín dan
Robledo 2007). Peningkatan pada puncak ini tampak jelas antara karagenan asli
dan karagenan dengan perlakuan alkali yang menunjukkan kehadiran prekursor,
1,4-galaktosa-6-sulfat. Spektrum karagenan asli ditunjukkan pada 867 cm-1 dan
hal ini menunjukkan kelompok sulfat pada C-6 dan disarankan adanya
nukaragenan yang dianggap sebagai pelopor biologi untuk iota karagenan
(Bodeau-Bellion 1983 diacu dalam Freile-Pelegrín dan Robledo 2007).
3.2 Pembahasan
Hasil panen menunjukkan karagenan sedikit mengalami penurunan sejak
perlakuan ekstraksi alkali panas yang melibatkan beberapa degradasi polisakarida
karena kekerasan (panas, alkalinitas) pada proses pengolahan (Stanley 1987).
Dalam hal ini, penurunan hasil setelah perlakuan alkali pada E. isiforme dari
Nikaragua dan Yukatan adalah sama (ca. 24%), meskipun bahan dari Nikaragua
menunjukkan lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil yang dilaporkan oleh
Freile-Pelegrin dan Robledo (2007) (Tabel 4).
Nilai viskositas karagenan terdapat dalam rentang dilaporkan untuk
spesies lainnya penghasil iota (Azanza-Corrales dan Sa-a 1990; Brenden dan
Burung 1994; Freile-Pelegrin et al. 2006 diacu dalam Freile-Pelegrín dan
Robledo 2007). Spektrum FTIR dan analisis kimia menunjukkan hasil penelitian
bahwa perlakuan alkali mengkonversi prekursor menjadi 3,6 AG, dimana
viskositas berkurang. Hal ini sesuai dengan hasil Dawes (1977) diacu dalam
Freile-Pelegrín dan Robledo (2007), yang melaporkan nilai viskositas yang lebih
tinggi untuk karagenan asli E. isiforme dan E. nudum. Freile-Pelegrín dan
Robledo (2007) berpendapat bahwa kadar sulfat yang tinggi pada karaginan asli
meningkatkan kehidrofobikan sehingga viskositas karaginan sulfat berada dalam
rentang untuk produksi iota pada spesies Eucheuma (Cheney et al. 1987; Santos
1989; Fostier et al. 1992 diacu dalam Freile-Pelegrín dan Robledo 2007). Terlihat
bahwa setelah pengurangan sulfat pada perlakuan alkali untuk E.isiforme lebih
tinggi dari Yucatan pada specie Nikaragua (Tabel 4). Komponen AG 3,6 pada
karagenan dengan perlakuan alkali spesies E. isiforme dari Nikaragua serupa
dengan yang dilaporkan untuk E. isiforme Florida (19,4 %), tetapi lebih rendah
dibandingkan sebelumnya dilaporkan untuk spesies yang sama (26 %) pada
Fostier et al. (1992) dan Freile-Pelegrin et al. (2006) diacu dalam Freile-Pelegrín
dan Robledo (2007). Hal ini juga jdiketahui bahwa peningkatan komponen 3,6
AG setelah konversi alkali lebih rendah untuk E.isiforme Nikaragua (Tabel 4).
Hal ini diketahui bahwa kondisi oseanografi dan lingkungan berbeda secara
signifikan antara Semenanjung Yucatan dan pantai Karibia, dengan perbedaan
konsekuensi dalam fisiologis tanggapan dari rumput laut. Sebuah topografi
upwelling pada dasar Yucatan telah digambarkan sebagai salah satu daerah paling
penting upwelling di perbatasan barat laut (Merino 1997 diacu dalam Freile-
Pelegrín dan Robledo 2007). Kondisi ini dapat mempengaruhi fisiologi dan
komposisi biokimia E. isiforme ditemukan di Yucatan dengan cara yang berbeda
dengan yang dijelaskan untuk populasi Karibia.
Karagenan dengan gel sangat lemah diproduksi dalam E.isiforme dari
Nikaragua setelah perlakuan alkali (<50 g cm-2) dan nilai-nilai serupa dilaporkan
oleh Santos (1989) dan Freile-Pelegrin et al.(2006) diacu dalam Freile-Pelegrín
dan Robledo (2007) untuk spesies yang sama (53 g cm -2). Spektrum FTIR dan
rasio molar menunjukkan bahwa phycocolloids diekstraksi dari E.isiforme dari
Nikaragua memiliki iota karagenan yang mirip dengan spesies yang sama dari
Yucatan (Freile-Pelegrín et al. 2006 diacu dalam Freile-Pelegrín dan Robledo
2007). Komponen galaktosa: perbandingan 3,6 AG meningkat setelah modifikasi
alkali. Pola ini telah digambarkan oleh Lawson et al.(1973), 1:1; Dawes (1977)
1:0.4 diacu dalam Freile-Pelegrín dan Robledo 2007 untuk spesies yang sama.
Spektrum FTIR karagenan asli E.isiforme dipamerkan pada 867 cm-1,
menunjukkan adanya yang prekursor nu-karagenan (Chopin et al. 1990 diacu
dalam Freile-Pelegrín dan Robledo 2007). Hal ini dibuktikan melalui analisis
kimia yang menunjukkan peningkatan komponen 3, 6 AG dan penurunan sulfat
setelah modifikasi alkali.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Rumput laut tropis jenis Eucheuma isiforme merupakan jenis rumput laut
penghasil karagenan yang banyak ditemukan di daerah Teluk Meksiko dan
kepulauan Karibia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa Eucheuma isiforme dari Nikaragua merupakan sumber iota-
karaginan murni alternatif dengan kualitas yang mencukupi sebagai subtitusi
sumber-sumber iota-karagenan tradisional.
5.2 Saran
Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti potensi pemanfaatan
rumput laut Eucheuma isiforme ini lebih dalam untuk keperluan di berbagai
bidang, baik untuk kepentingan pangan maupun non-pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Angka SL, Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: PKSPL IPB.
Anonim. 2009. Eucheuma iciformes. http://www.handsofhopedis.org [23 Mei 2010]
Aslan. 2008. Sargasum sp. http://www.biopedia.co.cc/2009/11/sargassum-sp.html. [8 Maret 2010].
Atmadja. 1996. Eucheuma sp. http://www.damandiri.or.id/. [ 8 Maret 2010].
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. Standar Mutu Rumput Laut Kering Eucheuma sp.. Jakarta: BSN.
Budikusuma RA. 2008. Proses pengepakan dan transportasi bibit rumput laut Euchema cottonii di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. http://chaplain-zee.blog.friendster.com/. [30 Maret 2009].
Cheney DP. 1988. The genus Eucheuma J. Agardh in Florida and the Caribbean. In: Abbott IA (ed) Taxonomy of economic seaweedswith reference to some Pacific and Caribbean species. La Jolla,Calif. 2:209–219
[DJPB] Dirjen Perikanan Budidaya. 2009. Rumput laut penghasil karagenan www.DJPB.com . [9 maret 2010]
[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Teknologi Pemanfaatan Rumput Laut. Jakarta: Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial dan Ekonomi Kelautan dan Perikanan.
Duddington CL. 1971. Beginners Guide to Seaweed. London: Pelham Book Ltd.
Espinosa, Avalos J (1994) Seaweed as food in the Caribbean. Appl Phycol Forum 11(3):13
Freile-Pelegrin Y, Robledo D (2006). Carrageenan of Eucheuma isiforme (Solieriaceae, Rhodophyta) from Yucatán, Mexico. II. Seasonal variations in carrageenan and biochemical characteristics. Bot Mar 49:72–78.
Istini S et al.. 1986. Manfaat dan pengolahan rumput laut. Jurnal Penelitian BPPT 4:1
McHugh DJ. 2001. Prospects for Seaweed Production in Developing Countries. FAO Fisheries Circular No 986. FAO (ed). Rome, Italy, p 28.
Mindarwati E. 2006. Kajian pembuatan edible film komposit dari karagenan sebagai pengemas bumbu mie instan rebus [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Muchtadi TR. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bogor: IPB Press
Parwatal P. 2007. Optimalisasi produksi semi-refined carrageenan dari rumput laut Eucheuma cottonii dengan variasi teknik pengeringan dan kadar air bahan baku. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora. Jurusan Analisis Kimia FMIPA Undiksha Bali
Pebrianata P. 2006. Pengaruh pencampuran kappa dan iota karagenan terhadap kekuatan gel dan viskositas karagenan campuran [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Stanley N .1987.Production, properties and uses of carrageenan. In McHugh DJ (ed) Production and Utilization of Products from Commercial Seaweeds. FAO Fisheries Technical Paper 288:116–146.
Winarno FG. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.