Laporan Hasil Praktikum Pemisahan
-
Upload
tiurma-debora-simatupang -
Category
Documents
-
view
1.105 -
download
13
description
Transcript of Laporan Hasil Praktikum Pemisahan
I. Judul Percobaan
PEMISAHAN
II. Tujuan Percobaan
1. Memisahkan zat padat dari zat cair
2. Memisahkan zat padat dari zat padat
III. Kajian Teori
Proses pemisahan biasanya digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih
produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Pemisahan dapat
diterangkan sebagai proses perpindahan massa dan proses pemisahan suatu
campuran yang dilakukan dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang
dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran
dapat berupa campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari
satu fasa). Suatu campuran heterogen dapat mengandung dua atau lebih fasa:
padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, cair-gas, gas-gas, campuran padat-
cair-gas, dan sebagainya.
Dasar Pemisahan Campuran
Zat atau Materi dapat dipisahkan dari campurannya karena campuran
tersebut memiliki perbedaan sifat, itulah yang mendasari pemisahan campuran
atau dasar pemisahan. Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain sebagai
berikut :
1. Perbedaan Ukuran Partikel
Jika ukuran partikel suatu zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak
diinginkan (zat pencampur) dapat dipisahkan dengan metode penyaringan
(metode filtrasi). Untuk keperluan ini maka harus menggunakan penyaring
dengan ukuran yang sesuai. Partikel zat hasil akan melewati penyaring dan
disebut hasil penyaringan dan zat pencampurnya akan terhalang dan disebut
residu/ampas
2. Perbedaan Titik Didih
Untuk memisahkan campuran zat yang memiliki perbedaan titik didih, maka
dapat dilakukan dengan metode destilasi. Zat yang memiliki titik didih lebih
tinggi akan lebih dulu menguap. Jika yang kita inginkan adalah zat yang
memiliki titik didih yang lebih tinggi, maka langkah selanjutnya diembunkan
uap dari zat tersebut (pendinginan) dan mengalirkannya ke wadah tertentu. Jika
yang kita inginkan adalah zat yang memiliki titik didih lebih rendah, maka kita
cukup memanaskan campuran tersebut saja, sampai suhu mencapai titik didih
zat yang akan kita cari.
3. Perbedaan Kelarutan
Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat
mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau
sebaliknya. Secara umum pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar
(pelarut yang memiliki kutub), seperti air, dan pelarut nonpolar (disebut juga
pelarut organik) seperti alkohol, aseton, methanol, petrolium eter, kloroform,
dan eter. Dengan hal menggunakan perbedaan kelarutan, kita dapat
memisahkan campuran dengan pelarut tertentu.
4. Perbedaan Pengendapan
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam larutan
yang berbeda. Zat yang memiliki berat jenis lebih besar daripada pelarutnya
akan mudah mengendap. Bila dalam suatu campuran mengandung satu atau
beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda, kita dapat
melakukan pemisahan campuran tersebut dengan metode sedimentsi atau
sentrifugsi atau pemusingan. Jika dalam campuran terdapat lebih dari satu zat
yang akan kita inginkan, maka digunakan metode presipitasi yang dikombinasi
dengan metode filtrasi.
5. Difusi (Bergerak mengalir dan bercampur)
Dua macam zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi satu sama
lain. Aliran ini dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur
sedemikian rupa (baik besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik
partikel zat hasil ke arah tertentu untuk memperoleh zat murni. Metode
pemisahan campuran dengan menggunakan bantuan listrik disebut
elektrodialisis. Selain itu kita mengenal juga istilah elektroforesis, yaitu
pemisahan zat berdasarkan banyaknya nukleotida (satuan penyusun DNA)
dapat dilakukan dengan elektroforesis menggunakan suatu media agar yang
disebut gel agrosa.
6. Adsorbsi (Penyerapan sampai permukaan)
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh zat lain sehingga menempel pada
permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada
pemurnian air dan kotoran renik atau organisme.
Dan untuk proses pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung
pada wujud zat yang akan dipisahkan dari campuran tersebut, yaitu:
a. Pemisahan Zat Padat Dari Zat Cair
Pemisahan zat padat dalam zat cair dapat dilakukan berdasarkan larut atau
tidaknya zat padat tersebut dalam zat cair.
1) Zat padat yang larut pada zat cair, dapat dilakukan dengan cara:
Penguapan
Penguapan yaitu proses pemisahan yang terjadi karena zat
terlarut mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari pelarutnya
atau perubahan fase padat ke fase uap/gas pada suhu mendekati
titik didih zat berupa padatan.
Kristalisasi
Kristalisasi yaaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan cara mengkristalkan komponen tercampur dengan cara dipanaskan kemudian didinginkan. Kristalisai dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang saling larut. Contoh kristalisasi dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan garam dapur dari air laut.
2) Zat padat yang tidak larut dalam zat cair, dapat dilakukan dengan cara :
Dekantasi
Dekantasi adalah pemisahan zat padat dari zat cair, dimana zat
padat tersebut tidak larut dalam zat cair. Pemisahan ini
dilakukan tanpa menggunakan kertas saring tetapi dengan
bantuan spatula.
Filtrasi/Penyaringan
Penyaringan adalah metode pemisahan zat yang memiliki
ukuran partikel yang berbeda dengan menggunakan alat berpori
(penyaring/filter). Penyaring akan menahan zat yang ukuran
partikelnya lebih besar dari pori saringan dan meneruskan
pelarut. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa yang
tertinggal dipenyaringan disebut residu/ampas. Metode
penyaringan dimanfaatkan untuk membersihkan air dari
sampah pada pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di
laboratorium, menghilangkan pirogen (pengotor) pada air
suntik injeksi dan obat-obat injeksi, dan membersihkan sirup
dari kotoran yang ada pada gula.
b. Pemisahan Zat Padat dari Zat Padat
Pemisahan zat padat dari zat padat dapat bdilakukan dengan cara:
Melarutkan dan Menyaring
Metode pemisahan ini terjadi akibat ukuran partikel yang berbeda
dengan menggunakan alat berpori (penyaring/filter). Penyaring
akan menahan zat yang ukuran partikelnya lebih besar dari pori
saringan dan meneruskan pelarut. Hasil penyaringan disebut filtrat
sedangkan sisa yang tertinggal dipenyaring disebut residu (ampas).
Kristalisasi Bertingkat
Suatu proses pemisahan atau pemurnian suatu zat melalui
pengkristalan, salah satu dari komponen suatu campuran lebih dari
dua zat yang terdapat dalam larutan. Kemungkinan bila saat
pendinginan pada suhu tertentu mengkristal terlebih dahulu,
sedangkan zat yang lainnya dalam keadaan cair atau terlarut. Jadi,
dapat dikatakan beruntun faktor beda kelarutanya.
Sublimasi
Sublimasi adalah perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair
terlebih dahulu. Misalkan es yang langsung menguap tanpa
mencair terlebih dahulu. Pada tekanan normal, kebanyakan benda
dan zat memiliki tiga bentuk yang berbeda pada suhu yang
berbeda-beda. Pada kasus ini transisi dari wujud padat ke gas
membutuhkan wujud antara. Namun untuk beberapa antara,
wujudnya bisa langsung berubah ke gas tanpa harus mencair. Ini
bisa terjadi apabila tekanan udara pada zat tersebut terlalu rendah
untuk mencegah molekul-molekul ini melepaskan diri dari wujud
padat. Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan
menguapkan zat padat tanpa melalui fase cair terlebih dahulu
sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal. Sublimasi
merupakan salah satu metode pemurnian senyawa yang dapat
menyublim dan jika padatan yang tersublim tersebut bisa
didinginkan lagi (rekondensasi). Bahan-bahan yang menggunakan
metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti kamfer
dan iod.
IV. Rancangan Percobaan yang terdiri dari :
a. Alat dan Bahan
Alat-alat :
Gelas Kimia 100 mL
Gelas ukur 50 mL
Corong Pembakar
Cawan Penguap
Kaca Arloji
Kertas Saring
Bahan :
CuSO4.5H2O
Garam dapur
Kapur barus
Kapur Tulis
Pasir
b. Langkah-langkah percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melakukan percobaan yang telah ditentukan sesuai dengan
prosedur yang ada dan secara teratur
3. Mencatat hasil pengamatan dari semua percobaan yang telah
dilakukan.
c.
d. Alur kerja
1)
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Diaduk sampai rata
- Didiamkan sampai mengendap
- Dituang campuran
2)
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Diaduk sampai rata
- Disaring dengan bantuan kertas saring dan
corong
3)
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Diaduk sampai rata
- Disaring dengan kertas saring
- Ditaruh di cawan penguapan
- Diuapkan sampai air habis
1 sendok pasir + air
Larutan Keruh Endapan pasir
Campuran
Bubuk kapur tulis + air
Campuran
Larutan agak jernih Endapan kapur tulis
Garam dapur + air
Larutan
Filtrat
Kristal-kristal garam
4)
- Dimasukan ke dalam gelas kimia
- Diaduk sampai rata
- Ditaruh di cawan porselin
- Diuapkan sampai air habis
- Didinginkan
5)
- Dipanaskan
- Disaring
-Diuapkan sampai air habis
-Didinginkan
1 gr CuSO4.5H2O + 1 mL air
Larutan
Kristal berwarna hijau
1 Sendok pasir 1 Sendok garam
Campuran
filtrat Residu
Filtrat
Kristal-kristal berwarna hijau
6)
- Dimasukkan ke dalam cawan penguapan
- Ditutup dengan kaca arloji yang berisi
air
- Dipanaskan
VI. Hasil Pengamatan
Perc. PerlakuanPengamatan
Sebelum Sesudah
1 1 sendok pasir + dimasukkan
ke dalam gelas kimia
kemudian diaduk sampai rata
dan menjadi campuran
Pasir : butiran
hitam
Air:jernih/bening
2 1 sendok bubuk kapur tulis
+ air dimasukkan ke dalam
gelas kimia dan diaduk
sampai rata dan menjadi
campuran.Kemudian
disaring sampai menghasilka
hasil pemisahan
Kapur : serbuk
putih keruh
Air:jernih/bening
3 1 sendok garam dapur + air
dimasukkan ke dalam gelas
kimia diaduk sampai rata
kemudian,
- Larutan garam disaring
Garam dapur :
serbuk putih
Air:jernih/bening
1 gr kapur barus + pasir
Kristal kapur barus murni
Zat padat pada kaca arloji
dengan bantuan kertas
saring sehingga diperoleh
filtrat.
- Filtrat diuapkan di atas
cawan penguapan sampai
air habis dan terbentuk
kristal-kristal
4 1 gr CuSO4.5H2O + 10 mL
air dimasukkan ke dalam
gelas kimia dan diaduk
sampai rata sehingga
terbentuk larutan garam
kemudian
- larutan CuSO4.5H2O
diletakkan di cawan dan
diuapkan samapai air habis
kemudian didinginkan
sampai terbentuk kristal.
CuSO4.5H2O :
Biru bening
dalam bentuk
padatan
Air:jernih/bening
5 1 sendok pasir + 1 sendok
garam dapur + air
dimasukkan ke dalam gelas
kimia dan diaduk sampai rata
kemudian,
- campuran ditaruh di cawan
penguapan dan
dipanaskan kemudian di
saring sehingga diperoleh
filtrat dan residu
- zat padat yang tertinggal di
corong dicuci dengan air 5
ml(2-3x)
- Air hasil cucian dicampur
Pasir : butiran
hitam
Garam dapur :
serbuk putih
keruh
dengan air hasil
cucian ,kemudian
diuapkan sampai air
hamper habis.
6 1 gr kapur barus + pasir
diuapkan di dalam cawan
penguapan kemudian
ditutup dengan kaca arloji
yang atasnya diisi air dan
dibiarkan sampai terbentuk
zat padat pada kaca arloji,
didinginkan sampai
terbentuk kristal-kristal
Kapur barus :
serbuk berwarna
merah muda
Air:jernih/bening
V. Analisis Data
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan analisis data
sebagai berikut :
Pada percobaan pertama dengan mencampurkan pasir dan air ke dalam
gelas kimia maka didapatkan larutan heterogen dimana pasir mengendap di dasar
gelas kimia setelah proses pengadukan dan didiamkan. Setelah dituang butir-butir
pasir tetap mengendap di dasar gelas kimia dengan warna filtrat keruh keabu-
abuan. Hal ini dikarenakan pasir tidak dapat larut dalam air sehingga proses ini
disebut dekantasi.
Pada percobaan kedua dengan mencampurkan kapur dan air ke dalam
gelas kimia maka didapatkan larutan yang heterogen dimana setelah larutan
disaring maka bubuk kapur masih tetap tertinggal di kertas saring karena partikel
bubuk kapur lebih besar ukurannya daripada pori saringan dengan warna residu
putih keruh dan filtrat jernih. Hal ini menunjukkan bubuk kapur tidak larut dalam
air sehingga proses ini dinamakan penyaringan .
Pada percobaan ketiga dengan mencampurkan garam dengan air ke dalam
gelas kimia maka didapatkan larutan yang homogen sehingga jika disaring tidak
akan meninggalkan residu pada kertas saring karena partikelnya lebih kecil dari
pori saringan dan warna filtrat larutan jernih. Hal ini juga menunjukkan garam
larut dalam air sehingga setelah penguapan terjadi maka terbentuk kristal-kristal
garam (warna putih keruh) serta ukurannya lebih halus pada dinding cawan dan
proses ini disebut sebagai proses penguapan sehingga terbentuk kristal-kristal
garam.
Pada percobaan keempat dengan mencampurkan CuSO4.5H2O dan air ke
dalam gelas kimia sehingga terbentuk larutan berwarna biru. Dalam proses
pemisahan ini digunakan proses penguapan sehingga terbentuk kristal-kristal yang
berwarna hijau kekuning-kuningan proses ini dinamakan kristalisasi. Hal ini
terjadi karena jumlah koefisien H2O dalam CuSO4.5H2O berkurang menjadi
sedikit sehingga warna berubah menjadi lebih muda bahkan jika hanya larutan
CuSO4 saja maka tidak berwarna atau bening, jadi dapat disimpulkan
berkurangnya koefisien H2O menyebabkan warna menjadi lebih muda.
Pada percobaan kelima dengan mencampurkan pasir, garam dan air ke
dalam gelas kimia sehingga terbentuk larutan heterogen. Pada proses ini
dilakukan pemanasan supaya lebih jelas batas dengan pasir. Setelah itu, larutan
disaring dan residu yang dihasilkan oleh kertas saring dicuci 2 kali dengan 5 mL
air yang kemudian air cuciannya dicampur dengan filtrat awal dan selanjutnya
diuapkan di dalam cawan penguapan, setelah larutan menguap dan terbentuklah
kristal-kristal garam. Pada proses ini disebut dengan proses kristalisasi bertingkat.
Pada percobaan keenam dengan mencampurkan kapur barus dan pasir
kemudian diuapkan di dalam cawan penguapan dengan ditutup dengan kaca arloji
yang atasnya diisi dengan air. Campuran kapur barus lama-kelamaan akan
menguap dan menempel pada kaca arloji. Setelah itu didinginkan maka kapur
barus yang semulanya berwarna ungu berubah menjadi kristal keras yang bening
dan berwara putih. Sehingga proses ini disebut dengan proses sublimasi.
VI. Diskusi
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan,menurut Kami bisa dibilang
sudah cukup memuaskan karena percobaan yang dilakukan sudah sesuai dengan
prosedur sehingga hanya sedikit kesalahan yang diperoleh.
VII. Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Melalui cara fisis suatu campuran dapat dipisahkan menjadi komponennya
melalui penyaringan dan penyulingan
2. Pemisahan zat padat dari zat cair dibagi menjadi dua yaitu :
a. Zat padat yang larut pada zat cair
Pemisahan Zat padat yang larut pada zat cair dapat dilakukan dengan cara
Penguapan dan Kristalisasi. Pada proses ini terjadi pada percobaan III
(proses penguapan) dan percobaan IV (proses kristalisasi).
b. Zat padat yang tidak larut dalam zat cair
Pemisahan Zat padat yang tidak larut pada zat cair dapat dilakukan dengan
cara dekantasi dan penyaringan. Pada proses ini terjadi pada percobaan II
(proses penyaringan) dan I (proses dekantasi).
3. Pemisahan zat padat dari zat padat
Pemisahan Zat padat dari zat padat dapat dilakukan dengan cara penyaringan,
kristalisasi bertingkat dan sublimasi. Pada proses ini terjadi pada percobaan II
( penyaringan), V (kristalisasi bertingkat) dan VI (sublimasi).
4. Semakin banyak jumlah komponen zat yang akan dipisahkan maka proses
untuk memisahkan zat tersebut akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
5. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan zat padat dari suspensinya sehingga
didapatkan zat murni , tetapi jika ukuran partikelnya lebih besar dari pori
penyaring maka akan menghasilkan filtrat dan residu(sisa yang tertinggal
dipenyaring).
LAMPIRAN
Gambar Hasil Praktikum
Gb.1 Campuran pasir dan campuran kapur
Gb.2 Penguapan larutan garam
Gb.3 Penguapan garam CuSO4.5H2O
DAFTAR PUSTAKA
Tim Syukri,S.1999.kimia Dasar 1. Bandung : ITB
Tim Kimia Dasar.2009.Penuntun Praktikum Kimia Dasar.Surabaya : Unesa
Sugiarto,dkk.2008.Kimia Dasar 1.Surabaya:Unesa University Press
http://id.wikipedia.org/wiki/Proses_pemisahan
http://anaprivat.blogspot.com/2009/09/forum-kimia-pemisahan-campuran.html