LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan...

44
LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI PASAR UNTUK NTFP ( GEMOR, KARET DAN ROTAN) DI LOKASI SEKITAR TN. SEBANGAU Disusun oleh: Kissinger, S.Hut., M.Si Marinus Kristiadi, S.Hut. Hj. Rina Muhayah, S.Hut. Kerja sama antara Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat dan WWF Indonesia Kalimantan Tengah Central Kalimantan Peatland Project (CKPP) WWF Indonesia Palangkaraya 2007

Transcript of LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan...

Page 1: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

LAPORAN HASIL PENELITIAN

STUDI MARKET DAN POTENSI PASAR UNTUK NTFP ( GEMOR, KARET DAN ROTAN) DI LOKASI SEKITAR TN. SEBANGAU

Disusun oleh:

Kissinger, S.Hut., M.Si Marinus Kristiadi, S.Hut. Hj. Rina Muhayah, S.Hut.

Kerja sama antara

Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat dan

WWF Indonesia Kalimantan Tengah

Central Kalimantan Peatland Project (CKPP) WWF Indonesia Palangkaraya

2007

Page 2: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

I. LATAR BELAKANG

Sektor pertanian menjadi basis pertumbuhan ekonomi masyarakat di

lingkungan perdesaan. Hal ini dilatarbelakangi oleh potensi sumber daya yang

besar dan beragam serta keterbatasan kemampuan dari sumber daya yang ada

mengakibatkan besarnya jumlah penduduk yang menggantungkan hidupnya

pada sektor pertanian.

Sektor pertanian merupakan salah satu penyelamat perekonomian nasional di

saat krisis ekonomi melanda negara kita, di mana saat banyak sektor lain

pertumbuhannya mengarah negatif sedangkan sektor pertanian

pertumbuhannya malah meningkat positif.

Kedudukan strategis dari sektor pertanian dengan potensinya yang besar

bertolak belakang dengan posisi petani (terutama petani tradisional) sebagai

tulang punggung pelaksana pembangunan sektor pertanian. Suatu

pemandangan yang lumrah bila kita melihat tingkat kesejahteraan petani yang

rendah dan tergolong masyarakat miskin. Kecenderungan ini menunjukan

bahwa pemerintah masih sangat lemah kemampuannya memfasilitasi

pemberdayaan petani maupun sektor pertanian lainnya untuk menjadi lebih

optimal. Di sisi lain adanya peningkatan investasi dalam pertanian/perkebunan

yang dilakukan investor PMA dan PMDN yang cenderung berorientasi pada

pasar eksport dan umumnya padat modal justru banyak menciptakan buruh

tani.

Page 3: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Kebijakan di era kepemimpinana Susilo Bambang Yudhoyono berusaha

membuka peluang bagi bergeraknya sektor riil di bidang pertanian secara luas

dan secara khusus. Pengembangan pertanian/perkebunan di Kalimantan

Tengah dilaksanakan untuk menjangkau seluruh potensi lapisan masyarakat dan

menyebar di seluruh wilayah. Salah satu program yang sedang berjalan

sekarang adalah revitalisasi perkebunan untuk mempercepat pembangunan

perkebunana rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman

perkebunan yang didukung kredit investasi dengan subsidi bunga oleh

pemerintah dengan melibatkan perusahaan di bidang usaha perkebunan sebagai

mira pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran

hasil. Pelaksanaan program revitalisasi perkebunan didukung dan didasari oleh

landasan hukum seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian No.33/

Permentan/OT.140/7/2006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui

Program Revitalisasi Perkebunan, Keputusan Menteri Pertanian No.

490/Kpts/OT. 160/8/2006 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pelaksanaan

Program Revitalisasi Perkebunan.

Tujuan program revitalisasi perkebunan adalah untuk mempercepat

pertumbuhan sektor riil, khususnya meningkatkan kesempatan kerja,

pendapatan masyarakat, daya saing melalui pengembangan industri hilir

berbasis perkebunan dan meningkatkan penguasaan ekonomi nasional serta

pengembangan wilayah. Untuk usaha perkebunan ini pemerintah daerah

Page 4: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

memproyeksikan pencadangan lahan seluas 3.139.500 Ha. Pendekatan

pengembangan usaha perkebunan dilakukan dengan beberapa pola seperti: Pola

Swadaya, Pola UPP, Pola PIR dan Pola PBSIPBSN. Beberapa komoditi unggulan

di bidang perkebunan adalah : Karet, Kelapa, Kelapa Sawit, Lada Kopi, Cengkeh,

Kakao dan Tebu. Tahap awal tanaman perkebunan yang akan dikembangkan

adalah karet, kelapa sawit dan kakao. Dari ke tiga komoditas tersebut karet

merupakan komoditas yang telah lama dibudidayakan dan menjadi penopang

perekonomian di lingkungan masyarakat perdesaan.

Selain komoditas pertanian karet yang dikembangkan masyarakat

perdesaan,hasil hutan non-kayu sudah sejak lama masuk dalam komponen

penting strategi penghidupan penduduk perdesaan terutama yang

berbatasan/berdekatan dengan hutan. Rotan dan gemor telah lama menjadi

komoditas yang banyak membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat.

Potensi komoditas ini bila dikelola dengan baik diyakini dapat meningkatkan

pendapatan dan taraf hidup masyarakat.

Berdasarkan observasi lapangan ditemukan kenyataan bahwa pendapatan

petani dari penjualan ke tiga produk hasil kebun dan hutan masih relatif

rendah. Sehingga hal ini menjadi isu mendasar yang perlu diprioritaskan dalam

pengelolaan hasil kebun dan hutan. Pertanyaannya adalah:”Bagaimana

memperbaiki penghidupan petani sebagai penghasil produk melalui

peningkatan pendapatan usaha kebun dan hasil hutan”

Page 5: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Kelemahan di bidang pengelolaan hasil kebun dan hutan terutama dari aspek

pemasaran merupakan permasalahan utama yang mengakibatkan rendahnya

pendapatan petani. Pemasaran produksi hasil pertanian dan kehutanan secara

umum di Indonesia selalu menjadi permasalahan mendasar bagi para petani.

Pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan

pendapatan setelah petani mampu menghasilkan produk dengan kuantitas dan

kualitas yang baik. Pemahaman yang baik terhadap hubungan pasar yang

terjadi secara timbal balik akan memungkinkan petani dapat meningkatkan

pendapatan mereka dengan mulai mengarahkan produksi mereka untuk

memenuhi peluang pasar.

Pemasaran yang terlalu panjang atau adanya monopoli pemasaran yang

dilakukan pelaku pasar sangat menentukan pendapatan yang akan di terima

oleh petani atau pihak produsen sehinggah jika pemasaran yang ada tidak di

cernati atau di lakukan upaya untuk perbaikan yang Pro Poor, pihak produsen

atau masyarakat dan yang paling banyak adalah di perdesaan Kalimantan

Tengah ini tetap akan menjadi obyek dari pelaku pasar. Apalagi dengan

tuntutan hidup di jaman sekarang ini semakin keras.

Melihat keadaan tersebut yang terjadi juga di daerah yang berada di sekitar

wilayah TN. Sebangau yang secara administratif wilayahnya berada dalam

Kabupaten Kasongan dan Pulang Pisau, maka untuk kegiatan pengurangan

kemiskinan di daerak project akan dilakukan study market dengan tujuan untuk

Page 6: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

melihat potret dan potensi pasar pada 3 komoditi yaitu karet, rotan, dan gemor

untuk memberikan rekomendasi apa untuk memperbaki keadaan pemasaran

yang dampaknya kepada masyarakat luas dan terutama pada masyarakat

miskin yang kebanyakan berprofesi sebagai petani atau peramu hutan.

Dipilihnya judul penelitian tentang Studi market dan potensi pasar untuk

gemor, karet dan rotan di lokasi sekitar TN. Sebangau adalah atas dasar upaya

pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang

selanjutnya diduga secara signifikan akan berpengaruh positif terhadap upaya

konservasi yang telah dan sedang berlangsung pada kawasan TN. Sebangau

II. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang dicapai dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui potret dan potensi tanaman karet, rotan dan gemor di wilayah

yang berada di sekitar TN. Sebangau

2. Mengetahui arus tata niaga untuk masing-masing komoditas serta fluktuasi

harga pada berbagai level tata niaga

3. Mengetahui pemanfaatan (bentuk olah) komoditas karet, rotan dan gemor

4. SWOT analalysis komoditas karet, rotan dan gemor

5. Mendeskripsikan arah dan pola pengusahaan oleh masyarakat

Page 7: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

III. OUTPUT PENELITIAN

Output atau luaran yang akan didapat dari penelitian adalah:

1. Adanya deskripsi tentang potret dan potensi tanaman karet, rotan dan gemor

di lokasi sekitar TN. Sebangau

2. Adanya gambaran jalur pemasaran karet, rotan dan gemor

3. Adanya informasi penyebaran margin setiap level jaringan pemasaran.

4. Teridentifikasinya permasalahan yang dihadapi petani dan pelaku pasar

dalam pemasaran dan peluang pengembangan karet, rotan dan gemor

5. Dokumen laporan yang lengkap dan dokumentasi dalam kegiatan penelitian

yang dilakukan.

IV. PERUMUSAN MASALAH

Karet, rotan dan gemor merupakan salah satu komoditas perkebunan dan hasil

hutan non kayu yang telah lama diusahakan oleh sebagian besar petani di

Kalimantan Tengah. Ketiga komoditas ini sudah sejak lama menjadi komponen

penting untuk menopang perekonomian dan penghidupan penduduk

perdesaan.

Realitas di lapangan menunjukan bahwa petani atau penduduk desa sebagai

produsen relatif masih mendapatkan imbalan yang rendah atas penjualan

komoditas produk tersebut. Rentabilitas usaha produk karet, rotan dan gemor

sebagian besar tidak diterima petani, tetapi lebih banyak diterima oleh pelaku

Page 8: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

pasar. Rendahnya rentabilitas yang diterima petani diduga disebabkan oleh

sistem pasar yang belum berpihak pada petani.

Untuk membuktikan hal tersebut serta upaya mencari solusi peningkatan

penerimaan margin oleh petani guna pengentasan kemiskinan, maka dilakukan

study market terhadap produk karet, rotan dan gemor. Kajian pasar dilakukan

pada tiap elemen pasar yang tergambar dalam arus tata niaga/jaringan pasar

berikut:

Gambar 1. Dugaan sementara jaringan pemasaran karet, rotan dan gemor

V. METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini direncanakan selama 2 bulan (Oktober-Desember 2007) dengan

mengambil lokasi pada beberapa daerah (desa dan kecamatan) yang berada di

Petani/produsen

Pedagang pengumpul tingkat desa

Pedagang dari luar desa

Pedagang kabupaten/ Industri pengolahan

Pedagang tingkat provinsi / Industri pengolahan

Pedagang pengumpul tingkat kecamatan

Page 9: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

sekitar TN. Sebangau, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Katingan, kota

Sampit dan Banjarmasin sebagai tempat industri pengolahan.

Adapun rincian mengenai lokasi studi adalah seperti tertera dalam tabel berikut:

Tabel 1. Lokasi penelitian study market komoditas Karet, Rotan dan Gemor No Komoditas Desa Kecamatan Kabupaten Kota Lain

1 Gemor Keruing Kamipang Katingan Sampit, Palangkaraya, Banjarmasin

Sebangau Mulya Sebangau Kuala Pulang pisau Paduran

Sebangau

2 Rotan Keruing Kamipang Katingan

Tumbang Bulan Mendawai

3 Karet Tumbang Nusa Jabiren Raya Pulang pisau

Telangkah Katingan Hilir Katingan

Sebangau Mulya Sebangau Kuala Pulang pisau Paduran

Sebangau

2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan pengumpulan

data pendukung lainnya.

Jumlah sampel yang dikumpulkan untuk tingkat petani adalah berkisar 3 % - 5

% dari jumlah KK (berdasarkan homogenitas responden)

Data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:

Data Tingkat Petani: Data responden, Pemilikan tanah, aksesibilitas, jarak

kebun atau tempat usaha dari rumah dan tempat pemasaran, produktifitas

kebun atau unit usaha, pendidikan, pendapatan dan biaya produksi

(termasuk harga jual), jumlah anggota keluarga.

Page 10: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Data Tingkat Pedagang perantara: Data responden, lokasi usaha, jarak lokasi

pengumpulan dengan tempat penjualan selanjutnya, biaya dan pendapatan

dalam proses pengumpulan produk (termasuk harga beli dan harga jual)

Data Tingkat Pengusaha/pengumpul tingkat akhir: Data Perusahaan, Biaya

dan pendapatan dalam kegiatan produksi (termasuk harga beli dan harga

jual)

Gambaran pola distribusi produk barang (pola pemasaran produk)

Data kelembagaan pemasaran produk karet, rotan dan gemor

3. Analisis data:

1. Jaringan pemasaran, permasalahan pemasaran, struktur pasar dan peluang

perbaikan sistem pemasaran dari komoditas produk karet, rotan dan gemor

dianalisis dengan menggunakan matriks tabulasi (deskriptif kuantitatif)

2. Margin pemasaran pada tiap level pemasaran dari komoditas rotan, karet

dan gemor dianalisis dengan formula berikut:

Mp = Pr – Pf atau Mp = ε Bi + ε Ki

Keterangan:

Mp = margin pemasaran. Pr = harga di tingkat pengecer. Pf = harga di tingkat produsen. ε Bi = jumlah biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran. (B1, B2, B3, ...) ε Ki = jumlah keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran.

Rentabilitas usaha produk karet, rotan dan gemor didapatkan melalui selisih

margin pemasaran dengan harga jual produk nyata.

VI. Pelaksana Kegiatan Penelitian

Page 11: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Pelaksanaan kegiatan studi market adalah peneliti dari Fakultas Kehutanan

UNLAM Banjarbaru bekerjasama dengan WWF Indonesia Cabang Palangkaraya.

VII. HASIL PENELITIAN

1. Potret dan Potensi Karet, Rotan dan Gemor

1.1. Karet

Komoditas karet di lokasi sekitar TN. Sebangau jumlahnya masih sangat

terbatas. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tanaman karet terutama

banyak terdapat di Kecamatan Katingan Hilir, Katingan Kuala dan Jabiren Raya

Kabupaten Pulang Pisau serta sudah berada pada tahap umur produksi. Bibit

yang dipergunakan adalah bibit lokal dengan luasan kebun yang dikelola dan

sudah menghasilkan berkisar antara 2 – 4 ha. Kemampuan produksi mencapai 3-

6 kwintal perminggu dengan bentuk olahan karet yang dijual adalah skrab.

Harga bahan olahan karet cukup bervariasi mulai dari Rp 3000 – 5500/kg.

Terdapat indikasi penduduk ingin mengembangkan tanaman karet bibit unggul.

Daerah lainnya seperti Sebangau dan Paduran Sebangau, sebagian penduduk

telah mencoba menanam karet yang masih belum produksi dengan rata-rata

total luasan lahan yang diusahakan berkisar 0,5 – 3 ha. Beberapa penduduk

menanam karet dengan pola agroforestry di mana tanaman karet ditanam

bersama-sama dengan padi dan parit yang berada di sekitar kebun

Page 12: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

dimanfaatkan untuk beternak ikan. Sedangkan daerah lainnya berdasarkan uji

petik seperti Muara bulan dan Keruing belum ada pengembangan kebun karet,

tetapi ada indikasi penduduk daerah tersebut ingin menanam karet.

1.2. Rotan

Pengembangan komoditas rotan terbatas pada desa dan kecamatan yang

terdapat di Kabupaten Kasongan (mulai dari Tumbang Samba,Katingan Hilir

sampai Katingan Hilir). Desa Muara (Tumbang) Bulan dan Keruing merupakan

salah satu penghasil rotan di Kabupaten Kasongan. Produktivitas kebun yang

dimiliki penduduk cukup bervariasi dari 3 - 9 ton setiap kali panen. Panen

berikutnya dilakukan dua tahun kemudian. Produk yang dijual berupa rotan

basah.

Harga rotan yang relatif rendah (Rp 60.000/kwintal) mengakibatkan penduduk

menghentikan aktivitasnya dalam memanen rotan di kebun yang mereka miliki

(kasus desa Tumbang Bulan), mereka lebih memilih memanen rotan bulu yang

harganya lebih tinggi (Rp 75.000,-/kwintal). Selain itu terhambatnya aktivitas

petani juga berhubungan dengan program pemberantasan illegal logging yang

mana dulunya mereka lebih banyak memilih profesi sebagai pemungut kayu

kini tidak dapat lagi melakukan aktivitas tersebut. Berdasarkan informasi yang

dikumpulkan seorang pekerja/buruh penebang kayu bisa menghasilkan Rp

5.000.000 – Rp10.000.000,- /minggu, sedangkan pedagang pengumpul bisa

Page 13: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

mendapatkan penghasilan kotor Rp 150 – 250 juta/bulan. Perubahan kondisi

sosial ekonomi tersebut merupakan salah satu sebab relatif sulitnya merubah

tatanan masyarakat penebang kayu untuk kembali bekerja sebagai petani rotan.

Berlainan kasus dengan desa Keruing, di mana penduduknya masih

mengusahakan rotan. Diversifikasi usaha yang dilakukan penduduk dalam

menjalankan tatanan perekonomian di desa menjadikan segala bentuk usaha

menjadi saling melengkapi.

1.3. Gemor

Gemor merupakan salah satu komoditas yang paling banyak dihasilkan dari

daerah yang berada di sekitar TN. Sebangau. Muara Bulan, Keruing, Paduran

Sebangau, Sebangau Mulya, Talengki, Handiwung, Petak Behandang, Asem

Kumbang, Lahang merupakan daerah-daerah di mana komoditas gemor

beredar.

Gemor merupakan hasil hutan yang diambil dari kulit kayu jenis Madang rawa

(Alseodaphne sp.).

Berbeda dengan kedua komoditas di atas (karet dan rotan), pemungutan gemor

lebih tergantung dengan keberadaan gemor di hutan dan masih jarang

penduduk yang membudidayakan (kalau ada masih dalam tahap uji coba).

Dalam setahun terdapat 5 – 7 bulan waktu bagi penduduk untuk mencari gemor

(tergantung kondisi cuaca dala setahun).

Potensi gemor semakin tahun semakin turun dan jarak tempuh untuk menuju

lokasi pohon gemor siap panen semakin jauh. Hal ini berkaitan dengan sistem

Page 14: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

pemanenan dengan cara tebas/penebangan yang berlebihan tanpa

memperhitungkan perkembangan alamiah dari tanaman, meningkatnya jumlah

pohon yang ditebang, kemampuan tumbuh dan perkembangnya trubusan alami

di alam yang relatif lambat akibat terganggunya habitat tumbuhnya.

2. Arus Tata Niaga/Jaringan Pemasaran Komoditas Karet, Rotan dan Gemor

2.1. Karet

Arus tata niaga untuk produk karet adalah seperti tertera pada diagram berikut:

Petani/produsen Harga jual Rp 4000-5500,-

Pedagang pengumpul tingkat desa (Level 1)

Harga jual Rp 4500-Rp6000

Pedagang dari luar desa (level 1)

Harga jual Rp 4500-7500,-

Pedagang kabupaten (level 1, 2 dan 3)

Harga jual 6500-7500

Industri pengolahan di Kota Kabupaten dan Banjarmasin

Pedagang pengumpul tingkat kecamatan (level 1 dan 2) Harga jual Rp 4500 - 7500

Eksport ke luar negeri Bahan setengah jadi SIR 20

Harga jual Rp 17900 – 20.000,-

Page 15: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Gambar 2. Gambaran jaringan pemasaran karet

Berdasarkan gambaran jaringan di atas terdapat 3 level pedagang pengumpul

dari pemasaran produk karet. Semua pedagang di tiap level baik pedagang dari

desa maupun pedagang dari luar desa, kecamatan dan kabupaten mempunyai

akses langsung untuk membeli karet dari petani (bukan dari kelompok tani).

Para pedagang pengumpul mendatangi desa-desa untuk membeli langsung ke

petani karet. Pedagang pengumpul tingkat desa dan dari luar desa terdekat

menempati level 1 dalam jaringan pedagang pengumpul. Mereka membeli karet

langsung dari petani dan kemudian dapat menjual karet ke pedagang

pengumpul dari kecamatan atau kabupaten. Bagi pedagang pengumpul dari

luar desa terdekat yang memiliki modal besar, sebagian menjual karetnya

langsung ke industri pengolahan karet di Kabupaten setempat maupun

Banjarmasin. Bagi para pedagang besar yang berlokasi di kabupaten umumya

memiliki kaki tangan yang bermukim di desa penghasil karet atau desa terdekat

sehingga memudahkan dalam pengumpulan bahan karet. Selain mempunyai

akses langsung ke petani, para pedagang juga mempunyai akses langsung untuk

menjual karet ke industri pengolahan yang terdapat di beberapa kabupaten di

Kalimantan Tengah dan kota Banjarmasin. Penjualan langsung ke industri

tergantung dari kapasitas pedagang pengumpul dan kemampuan dari pedagang

dalam memenuhi standart kualitas bahan karet yang diberlakukan oleh

perusahaan. Para pedagang yang mempunyai akses langsung menjual ke

perusahaan memiliki kapasitas penjualan bahan karet perbulan mencapai ≥ 14

Page 16: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

ton, dengan rata-rata kapasitas penjualan dari pedagang adalah sebesar 33,89

ton/bulan.

Harga jual untuk tiap level jaring pasar adalah tergantung dari:

1. Jenis bahan olahan dan kualitas karet yang dijual. Jenis bahan olahan dan

kualitas karet mempengarahui harga jual karet. Kualitas karet ditentukan

oleh cara/teknik pengolahan dan bahan asal lateks. Teknik pengolahan

yang buruk menghasilkan bahan olahan karet berkualitas rendah dan harga

juga rendah. Sedangkan bahan asal lateks berpengaruh terhadap besarnya

penyusutan yang terjadi. Kualitas tapak tempat tumbuh karet mempengaruhi

besarnya penyusutan, bahan karet yang berasal dari kebun yang terletak

berdekatan dengan sungai/danau (dikenal dengan sebutan karet pantai)

penyusutannya lebih tinggi dari pada karet yang berasal dari kebun yang

pada tanah kering atau jauh dari sungai/danau (dikenal dengan sebutan

karet gunung). Sebagai contoh: pengangkutan karet dengan jarak > 250 km,

penyusutan yang terjadi untuk karet gunung adalah berkisar ±15%,

sedangkan untuk karet pantai penyusutan mencapai ± 30-35% (sumber: hasil

wawancara dengan pedagang pengumpul)

2. Jumlah mata rantai dari jaringan pasar yang di lewati. Semakin panjang mata

rantai yang dilewati akan menjadikan harga jual karet tinggi

3. Besarnya jarak yang ditempuh dalam tiap level pemasaran, karena hal ini

berpengaruh terhadap biaya transportasi dan besarnya penyusutan yang

terjadi.

Page 17: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

4. Khusus untuk industri pengolahan karet adalah lebih banyak tergantung

harga pasaran karet dunia.

Pada penelitian ini industri pegolahan karet terdekat terdapat di Kabupaten

Kapuas (1 industri), Sampit (1 industri), dan Banjarmasin (6 pabrik).

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat aliran karet relatif lebih banyak

menuju ke Banjarmasin, sedangkan pabrik yang terdapat di Kalimantan Tengah

umumnya menerima karet dari pengumpul daerah sekitarnya yang terdekat.

Bahan olahan yang dikirim industri berupa produk setengah jadi SIR 20 dan

hanya sedikit perusahaan yang memproduksi RSS. Perkembangan terakhir

menyebutkan bahwa pasar dunia karet masih hangat sebagai akibat naiknya

harga barang subtitusi berupa bahan karet sintetis yang bahan bakunya dari

minyak bumi. Kekenyalan yang dimiliki karet alam belum tertandingi oleh

karet sintetis.

2.2. Rotan

Arus tata niaga komoditas hasil hutan non kayu rotan adalah seperti tergambar

pada diagram berikut:

Petani/produsen Harga jual Rp 600-1200/kg

Pedagang pengumpul tingkat desa (level 1)

Harga jual Rp 2000-2800/kg

Pedagang dari luar desa(level 1) Haga jual Rp 2000-2800/kg

Pedagang pengumpul tingkat kecamatan(Level 1) Harga jual Rp2800-4500/kg

Pedagang Banjar (Level 1) harga jual Rp 2800–4500/kg

Page 18: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Gambar 3. Gambaran jaringan pemasaran rotan

Berdasarkan diagram alir yang dikemukan di atas, trend jaringan pasar yang

ditunjukan pada komoditas rotan serupa dengan komoditas karet, hanya saja

daerah sebaran produsen rotan dan jumlah pengumpul lebih sedikit dibanding

komoditas karet. Pada pemasaran produk rotan terdapat 2 level pedagang

pengumpul. Berdasarkan hasil penelitian dari 5 kecamatan yang menjadi sampel

penelitian hanya 1 kecamatan yang terdapat pedagang pengumpul. Aliran

barang sedikit berbeda, di mana bahan rotan selain dikirim ke luar negeri berupa

produk setengah jadi, aliran barang juga terdistribusi ke pulau Jawa.

Industri pengolahan rotan yang besar terdapat di kota Sampit (2 industri),

Kapuas (1 industi), Kasongan (1 indutri) dan Banjarmasin (4 industri). Industri

kecil cukup banyak berkembang memanfaatkan bahan rotan. Industri kecil yang

banyak berkembang di Kalimantan Tengah terutama Sampit (± 9 industri) dan

paling banyak tersebar di kota dan daerah-daerah di Kalimantan Selatan.

Ekport ke luar negeri Harga jual Rp 9,8–10 juta/ton

Pedagang kabupaten(level 1 dan 2) Harga jual Rp 3750-4500

Industri pengolahan di Kota Kabupaten dan Banjarmasin

Jawa

Page 19: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Menurunnya permintaan produk rotan olahan mengakibatkan menurunkan

aktivitas pemanfaatan rotan, sehingga harga rotan menurun sampai level Rp

60.000,00/kwintal (rotan taman dan irit) pada desa yang aksesnya jauh dari

industri pengolahan. Keberadaan barang pengganti berupa rotan sintetis juga

berdampak pada menurunnya pemasaran rotan

2.3. Gemor

Jaringan pasar dari produk hasil hutan non kayu gemor relatif lebih sederhana

dibanding ke dua komoditas sebelumnya. Tingkat produsen penghasil gemor

juga terbatas pada kawasan hutan berawa di mana banyak terdapat jenis pohon

madang rawa (Alseodaphne sp.) yang tumbuh dan berkembang secara alami.

Pada masing-masing desa di mana penduduknya mencari gemor, tidak

ditemukan pedagang gemor. Sedangkan kecamatan yang dijadikan sebagai

sampel penelitian hanya Sebangau Kuala yang memiliki pedagang pengumpul

Gemor. Pedagang pengumpul umumnya datang dari daerah lain seperti

pedagang Sampit, Katingan Kuala, Banjar dan Kasongan. Terdapat 3 level

pedagang pengumpul pada pemasaran produk gemor.

Secara deskriptif gambaran jaringan pasar produk gemor adalah seperti yang

tertera dalam diagram berikut:

Pedagang Kal-Sel(Level 1,2) harga jual Rp 4500–5000/kg

Pengumpul/produsen Gemor, harga jual Rp2500-35000

Pedagang dari luar desa (Level 1,2) Harga jual

Rp 4200-4400/kg

Pedagang kabupaten(Level 2) Harga jual Rp 4500-5000/kg

Pedagang pengumpul tingkat kecamatan(Level 1,2)

Harga jual Rp4400-5000/kg

Page 20: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Gambar 4. Gambaran Jaringan Pemasaran Gemor

Jaringan pasar dari produk hasil hutan non kayu gemor relatif lebih sederhana

dibanding ke dua komoditas sebelumnya. Tingkat produsen penghasil gemor

juga terbatas pada kawasan hutan berawa di mana banyak terdapat jenis pohon

madang rawa (Alseodaphne sp.) yang tumbuh dan berkembang secara alami.

Pada masing-masing desa di mana penduduknya mencari gemor, tidak

ditemukan pedagang gemor. Sedangkan kecamatan yang dijadikan sebagai

sampel penelitian hanya Sebangau Kuala yang memiliki pedagang pengumpul

Gemor. Pedagang pengumpul umumnya datang dari daerah lain seperti

pedagang Sampit, Katingan Kuala, Banjar dan Kasongan. Terdapat 3 level

pedagang pengumpul pada pemasaran produk gemor.

Peredaran hasil gemor lebih mengarah ke dua kota yakni di Banjarmasin

(6 pengumpul besar gemor) dan Sampit (1 pengumpul besar). Para pedagang

besar ini yang lebih banyak mempunyai akses langsung ke industri pengolahan

Page 21: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

lanjut yang terdapat di pulau Jawa. Sedangkan pedagang pengumpul di

kabupaten lain atau tingkat kecamatan relatif jarang memiliki akses langsung ke

Jawa. Terdapat 1 industri pengolahan bahan setengah jadi berupa gemor bubuk

yang terdapat di Banjarmasin (dicampur dengan tapioka dan bubuk tempurung

kelapa).

3. Margin Pemasaran Tiap Level Pemasaran Komoditas Karet, Rotan , dan Gemor

3.1. Margin Pemasaran Komoditas Karet

Karet yang banyak dijual adalah dalam bentuk skrab dan lump, harga di tingkat

petani berkisar Rp 4000- Rp 5000/kg. Berikut margin pemasaran komoditas

karet di tingkat petani:

Tabel 1. Margin pemasaran komoditas karet di tingkar petani No Desa Margin

pemasaran Rentabilitas Rata-rata volume

produksi/petani Asumsi umur

produksi

1 Tumbang Nusa/P.Pisau Rp 2235/kg Rp 2765 -2265/kg 267,86 kg/bln 7-15 tahun

2 Telangkah/Katingan Rp 2390/kg Rp2110-2610/kg 165,52 kg/bln 7-15 tahun

Rentabilitas yang dirasakan petani relatif kecil bila hal tersebut dihubungkan

dengan kapasitas produksi yang dihasilkan oleh petani. Hal ini berdampak

pada tidak mencukupinya hasil penjualan produk karet untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

Page 22: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Sedangkan margin pemasaran komoditas karet di tingkat pedagang pengumpul

dan industi adalah seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 2. Margin pemasaran komoditas karet ditingkat pedagang pengumpul dan industri

No Klasifikasi Pedagang Margin

pemasaran Rentabilitas kapasitas Tujuan

Pengiriman Keterangan

1 Kategori kecil < 10 ton/bln ± Rp 4300 - Rp5800/kg

Rp 200/kg 10 ton per bulan

lokal setempat

Jarak kirim= 1-30 km

2 Kategori besar > 15 ton/bln ± Rp 6300-6400/kg

Rp1000 1100/kg 20–120 ton/bln

Banjarmasin Sampit

Jarak kirik= > 150 km

3 Industri pengolahan Rp 16000 – Rp18000/kg

Rp 1900-2000/kg 1000-3000 ton/bln

Luar negeri Bokar SIR 20 RSS

Berdasarkan data di atas tampak pedagang pengumpul yang termasuk kategori

besar dan menjual produk karet yang dikumpulkannya terutama ke kota

Banjarmasin memiliki nilai rentabilitas terbesar. Hal ini menggambarkan bahwa

upaya pemerintah memfasilitasi pembangunan pabrik di daerah belum dapat

secara optimal meningkatkan keuntungan bagi para pedagang dalam menjual

karet. Sedangkan rentabilitas terbesar dalam pemasaran karet dari beberapa

level yang ada adalah industri pengolahan karet.

Perbedaaan margin di antara pedagang pengumpul lebih disebabkan arah

distribusi dari karet. Industri di Banjarmasin memberikan nilai harga yang

cukup tinggi dalam membeli produk karet dari pedagang pengumpul yang

menyebabkan barang banyak masuk ke Banjarmasin.

Bila margin pendapatan dan rentabilitas produk karet ini dibandingkan antara

petani dan pedagang pengumpul atau industri, maka rentabilitas terbesar adalah

pada petani. Akan tetapi bila hal tersebut bila dihubungkan dengan jumlah

Page 23: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

produk yang dijual maka total rentabilitas karet yang dijual adalah lebih banyak

dinikmati oleh pedagang pengumpul atau industri.

3.2. Margin Pemasaran Komoditas Rotan

Komoditas rotan yang dijual adalah dalam bentuk rotan basah (kadar air 60 -80

%) dan rotan kering (kadar air 6 -15%). Di tingkat petani rotan yang

diperjualbelikan adalah rotan basah Jenis rotan yang dihasilkan dari kebun

petani yang paling banyak diperdagangkan adalah jenis rotan taman dan rotan

irit. Rotan-rotan tersebut dipanen dari kebun-kebun rakyat, sedangkan sebagian

kecil terutama jenis rotan bulu masih banyak dipanen penduduk dari hutan.

Margin pemasaran komoditas rotan di tingkat petani adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Margin pemasaran komoditas rotan di tingkat petani

No Desa Margin pemasaran

Rentabilitas Rata-rata volume produksi/petani

Produktivitas dlm 1 daur (15 thn)

1 Tumbang Bulan/Kasongan Rp 369,9/kg Rp 230,1/kg 6.000 kg/thn 5 kali pemanenan

2 Keruing/Kasongan Rp 290/kg Rp 310/kg 7892 kg/thn 5 kali pemanenan

Rentabilitas terendah adalah desa Tumbang Bulan (230,1/kg). Perbedaan

rentabilitas yang dirasakan petani adalah karena perbedaan harga dari penjualan

rotan. Tercatat harga rotan mencapai titik terendah di daerah Tumbang Bulan

dan Keruing (Rp 60.000/kwintal).

Adapun margin pemasaran komoditas rotan di tingkat pedagang pengumpul

dan industi adalah seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 4. Margin pemasaran komoditas rotan di tingkat pedagang pengumpul dan industri

No Klasifikasi Pedagang Margin

pemasaran Rentabilitas kapasitas Tujuan

Pengiriman Keterangan

Page 24: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

1 Kategori kecil < 15 ton/bln ± Rp 2280/kg Rp 520/kg 10-15 ton per bulan

non industri kadar air 15%

2 Kategori sedang >15-35 ton/bln

± Rp 3555/kg Rp 945/kg 15-35 ton per bulan

industri pengolahan

kadar air 6%

3 Kategori besar > 100 - 110 ton/bln

± Rp 2980/kg Rp 1580/kg 100–110 ton/bln

industri pengolahan

kadar air 6%

4 Industri pengolahan Rp 7500/kg Rp 2300-2500/kg

1000-3000 ton/bln

Luar negeri Jawa

Hati dan kulit rotan

Margin pemasaran yang terbesar adalah industri pengolahan yang berperan

sebagai mata rantai atas dalam jaringan pemasaran. Nilai rentabilitas yang

tinggi dari industri pengolahan di tambah dengan kapasitas produksi yang

tinggi, mengakibatkan rentabilitas total yang dinikmati oleh industri berada

sangat jauh dibanding level di bawahnya. Sedangkan antar pedagang

pengumpul margin pemasaran dan rentabilitas lebih banyak dipengaruhi oleh

arah distribusi dari barang yang dikirimkan. Barang-barang yang dikirimkan ke

Banjarmasin memberikan nilai rentabilitas yang tinggi Seperti halnya karet,

rentabilitas produk rotan juga secara total masih lebih banyak dinikmati oleh

pedagang pengumpul/industri pengolahan

3.3. Margin Pemasaran Komoditas Gemor

Berikut ditampilkan margin pemasaran komoditas gemor di tingkat petani:

Tabel 5. Margin pemasaran komoditas gemor di tingkat petani

No Desa Margin

pemasaran Rentabilitas Rata-rata volume

tiap panen Periode panen dalam setahun

1 Keruing/Kasongan Rp 1770,6/kg Rp 1729,4/kg 1.142 kg/panen 6-7 kali panen

2 Sebangau Mulya/P.Pisau Rp 1080/kg Rp 2420/kg 360 kg/panen 5 kali panen

3 Paduran Sebangau/P.Pisau Rp 760/kg Rp 1740/kg 1120 kg/thn 5 kali pemanenan

Rentablitas produk gemor adalah hampir merata antar desa penghasil gemor.

Perbedaan lebih disebabkan rata-rata kemampuan panen di antara petani. Ke

Page 25: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

tiga desa tersebut merupakan salah satu daerah penghasil gemor yang

keberadaannya cukup terbatas.

Berikut ditampilkan margin pemasaran komoditas gemor di tingkat pedagang

pengumpul:

Tabel 6. Margin pemasaran komoditas gemor di tingkat pedagang pengumpul

No Klasifikasi Pedagang Margin

pemasaran Rentabilitas kapasitas Tujuan

Pengiriman Keterangan

1 Pedagang level 1 ± Rp 3500/kg Rp 700-900/kg 5-7,5 ton per bulan

Kabupaten setempat

-

2 Pedagang level 2 ± Rp 4000-4070/kg

Rp 500-930/kg 10-12 ton per bulan

Sampit Banjarmasin

-

3 Pedagang level 3 Rp 6000 Rp 1500-2000/kg

50-75 ton perbulan

Surabaya

Kesulitan dalam pengumpulan data, karena tertutupnya manajemen perusahaan

dari pedagang pengumpul level 2 mengakibatkan margin pemasaran dan

rentabilitas pedagang level 3 tidak ditemukan. Walaupun secara angka

rantabilitas pedagang pengumpul lebih kecil dari petani, akan tetapi secara

totalitas rentabilitas lebih banyak dinikmati pedagang pengumpul.

4. Permasalahan-permasalahan di Tingkat Petani dan Pelaku Pasar

Pada dasarnya permasalahan di tingkat petani untuk semua komoditas relatif

sama, di mana permasalahan yang paling mendasar adalah bahwa harga produk

dinilai petani terlalu murah, karena perbandingannya adalah senantiasa

Page 26: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kalau dilihat dari pendapatan petani, maka

usaha karet, rotan dan gemor tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari

petani. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, penduduk desa umumnya

mempunyai usaha lain seperti beternak kecil-kecilan, nelayan, penyadap getah

pantung, peramu galam, dan buruh

Lahan yang budidaya yang tidak luas serta produktivitas yang rendah persatuan

luas juga menjadi permasalahan utama petani. Biaya yang cukup mahal dalam

pengolahan lahan menjadi kendala petani yang notabene sebagian besar

kekurangan modal dalam mengembangkan usahanya.

Jangkauan pasar yang relatif jauh juga mengakibatkan turunnya rentabilitas

yang bisa dirasakan petani akibat biaya transportasi yang secara tidak langsung

dibebankan oleh pedagang pengumpul kepada petani.

Musim juga mempengaruhi kemampuan petani dalam memproduksi ke tiga

komoditas tersebut. Khusus gemor yang tergantung dengan alam, jarak

pemanenan yang semakin jauh dan potensi jumlah dan besarannya semakin

menurun menjadi permasalahan yang mana peramu/pencari gemor tidak dapat

mengatasinya. Kondisi iklim yang ekstrim juga berpengaruh terhadap

perkembangan ke tiga komoditas. Kebakaran atau banjir yang timbul sebagai

akibat kondisi iklim yang ekstrim serta ditunjang oleh kerusakan lingkungan,

merupakan ancaman bagi para petani dalam melaksanakan aktivitasnya

Permasalahan di tingkat pedagang pengumpul umumnya berkisar pada kasus

transportasi, keamanan dan masih banyaknya pungutan liar yang terjadi baik di

Page 27: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

lokasi penampungan maupun dalam pengiriman barang. Pengumpulan barang

yang masih tergantung pada akses sungai menuju ke desa mempengaruhi

lamanya waktu pengumpulan barang. Biaya transportasi yang cenderung

meningkat seiring dengan meningkatnya harga bahan bakar juga menjadi

kendala utama di tingkat pedagang pengumpul.

Khusus untuk gemor, adanya bawang subtitusi yang berasal dari luar

Kalimantan dan harganya sangat kompetitif mempengaruhi lesunya

perdagangan gemor, selain dari kuantitas dan kualitas barang masuk gemor

yang cenderung menurun dari tahun ke tahun.

Kontinuitas produksi gemor yang semakin menurun akibat terbatasnya daerah

penghasil gemor ditambah adanya barang subtitusi yang berasal dari luar

Kalimantan, mengakibatkan beberapa pengumpul besar cukup kesulitan dan

sebagian ada yang menutup usahanya dalam pengumpulan gemor. Kasus yang

sama juga terjadi pada rotan dengan adanya barang pengganti lain berupa rotan

sintetis.

Terbentuknya pasar yang tidak sempurna dari ketiga komoditas karet rotan dan

gemor menciptakan suatu sistem pemasaran di mana pihak yang berada pada

level atas dalam jaringan pemasaran yang bertindak sebagai penentu dari harga

komoditas tersebut. Hal ini yang mengakibatkan harga menjadi sukar dikontrol

5. Struktur Pasar Komoditas Produk Rotan, Karet dan Gemor

Tingkat produsen sebagai sumber penghasil dari produk karet, rotan dan gemor

terutama tersebar di desa-desa dan kecamatan. Berdasarkan pengamatan, tidak

Page 28: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

ada kelembagaan di tingkat petani yang berperan mengatur pemasaran,

sehingga posisi petani dalam level pasar adalah rendah atau tidak mempunyai

posisi tawar yang baik.

Pada tingkat produsen pengelolaan kebun rotan dan karet masih bersifat alami,

di mana kebun dibiarkan berkembang sendiri secara alami dengan sedikit input

pengelolaan di dalamnya. Selain memungut rotan dari kebun, para petani juga

terkadang mengambil rotan dari dalam hutan. Khusus untuk gemor, sampai

sekarang belum ada tindakan pembudidayaan dari petani dan masih tergantung

pada gemor dari dalam hutan. Sistem bagi hasil merupakan suatu sistem

pemanenan yang banyak dipakai oleh masyarakat.

Kategori pedagang pengumpul karet pada penelitian ini terdiri dari pedagang

pengumpul yang terdapat di dalam desa, pedagang pengumpul yang datang

dari desa terdekat, pedagang pengumpul dari kecamatan, pedagang pengumpul

dari kabupaten. Pedagang pengumpul kecil umumnya terdapat di desa dan

kecamatan, sedangkan pedagang pengumpul besar umumya berada di

kabupaten atau kecamatan. Pedagang pengumpul besar mempunyai kaki

tangan yang bergerak ke desa-desa atau kecamatan untuk membeli langsung

barang ke petani. Khusus untuk gemor, beberapa pedagang pengumpul

umumnya memberikan pinjaman uang dulu sebelum pemanenan serta

menanggung biaya pemanenan. Selanjutnya hasil panen akan dijual kepada

pedagang pengumpul dengan harga yang lebih murah dari harga di pasaran

umum.

Page 29: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Elemen berikutnya yang menempati struktur pasar komoditas karet adalah

industri pengolahan. Terdapat 5 pabrik pengolahan rotan di Banjarmasin, 2

pabrik di Sampit, 1 pabrik masing-masing terdapat di Kapuas dan Buntok.

Rencananya di tahun mendatang, Gubernur Kalimantan Tengah tengah

mencanangkan pembangunan 2 buah pabrik di Kalimantan Tengah yakni

masing-masing 1 pabrik di Pulang Pisau dan Buntok.

Sedangkan pabrik pengolahan rotan 4 pabrik terdapat di Banjarmasin, 2 pabrik

di Sampit. Untuk komoditas gemor, satu-satunya pabrik terdapat di

Banjarmasin, di mana gemor diolah menjadi bubuk gemor dengan bahan

campuran tempurung kelapa dan tapioka.

6. Peluang untuk peningkatan hubungan pasar antar petani dengan pelaku pasar

Terdapat beberapa peluang untuk meningkatkan hubungan pasar agar margin

pendapatan petani meningkat, di antaranya adalah sebagai berikut:

6.1. Memperpendek mata rantai jaringan pasar

Pemutusan mata rantai jaringan pasar dapat dilakukan apabila para petani

sudah siap memerankan dirinya seperti pedagang. Kontinuitas jumlah dan

kualitas produk menjadi modal utama untuk dapat memperpendek mata

rantai jaringan pasar. Potensi yang dimiliki hampir seluruh petani dengan

adanya kelompok tani yang ada dapat difasilitasi menjadi suatu lembaga

ekonomi pedesaan yang mampu memasarkan produknya langsung ke

industri pengolahan. Berdasarkan jaringan pasar yang terjadi, peluang

Page 30: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

kelompok tani dalam memperpendek jaringan asar dapat dilakukan. Melalui

proses pemberdayaan yang benar, sistematis disertai upaya pendampingan

yang kontinue maka akan terbentuk kelompok yang akan melaksanakan

sistem kebersamaan ekonomi pengelolaan kebun dan usaha lain mereka.

Sistem kebersamaan ekonomi berdasarkan manajemen kemitraan merupakan

sistem yang dapat ditawarkan untuk membangun kebersamaan ekonomi dari

para petani. Sistem kebersamaan ekonomi berdasarkan manajemen

kemitraan adalah suatu bentuk pendekatan pemberdayaan terhadap petani

melalui 2 aspek yakni pemberdayaan potensi dan pemberdayaan

kelembagaan.

6.2. Peningkatan harga jual

Peningkatan harga jual memerlukan intervensi dari pihak pemerintah dalam

pelaksanaannya. Melalui fasilitasi dari instansi pemerintahan terkait seperti

Dinas Perdagangan dan Perindustrian dan Dinas Kehutanan diharapkan

dapat membentuk sistem tata niaga (melalui lembaga koperasi atau unit

usaha masyarakat). Peran Badan seperti Dewan Perwakilan Rakyat juga

dituntut untuk mengatasi permasalahan rendahnya nilai jual dari produk

yang dihasilkan petani. Berbagai masukan dari pakar, pengamat dan

organisasi masyarakat atau para stakeholder baik dalam bentuk dialogis

ataupun paparan-paparan di media cetak atau elektronik sangat diharapkan

dapat menciptakan opini publik untuk secara sadar dan bersama-sama

memperbaiki pendapatan petani lewat peningkatan harga jualBerdasarkan

Page 31: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

margin pemasaran dan retabilitas yang didapat dalam penelitian ini, peluang

peningkatan harga jual di tingkat petani dapat dilakukan. Selain itu petani

juga dituntut untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan agar

bernilai jual tinggi.

6.3. Peningkatan kuantitas, kualitas dan kontinuitas produk yang

dihasilkan

Peningkatan kuantitas, kualitas da kontinuitas produk yang dihasilkan harus

diiringi dengan penguasaan ilmu dan teknologi baik menyangkut budidaya,

pemanenan dan teknologi pasca panen. Optimalisasi pemanfaatan kelompok

tani yang telah terbentuk dapat menjadi modal dasar untuk pengembangan

usaha menjadi lebih baik. Pembentukan kelompok yang melaksanakan

sistem kebersamaan ekonomi berdasarkan ekonomi kemitraan seperti yang

dikemukakan di atas dapat meningkatkan pengembangan usaha ke arah

yang lebih baik. Sistem kebersamaan ekonomi berdasarkan manajemen

kemitraan ini telah terbukti berhasil diterapkan pada petani perkebunan

kelapa sawit PIR-BUN Ophir, Pasaman dan beberapa PIR-Trans lainnya

(Anonim, 2003).

6.4. Pembangunan industri pengolahan di kota sekitar sumber penghasil komoditas

Pembangunan industri pengolahan memang suatu tindakan yang cukup

dilematis. Permasalahan sering muncul dengan berdirinya industri

pengolahan terutama masalah lingkungan. Berdasarkan informasi yang

Page 32: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

didapatkan di lapangan industri pengolahan kerap berdampak negative

terhadap lingkungan. Sebagai contoh industri pengolahan karet yang sering

bermasalah dalam pencemaran bau dan air limbah yang dikeluarkan. Akan

tetapi di sisi lain secara teoritis keberadaan pabrik pengolahan sangat

membantu bagi peningkatan harga dengan memperpendek jarak angkut

dalam pemasaran. Berdasarkan informasi yang didapat jarak yang jauh

berkaitan dengan biaya transport dan keamanan dalam pemasaran. Agar

mekanisme tersebut bisa berjalan sesuai skenario pembangunan industri

yang benar, maka perlu pengawasan dan kontrol dari stakeholder dalam

pelaksanaannya. Bila hal tersebut berjalan lancar, maka akan terbentuk harga

jual yang kompetitif. Selain itu dengan berdirinya pabrik akan berdampak

positif dengan penyerapan tenaga kerja

Page 33: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

7. Analisis SWOT komoditas Karet, Rotan dan Gemor

Berikut deskripsi menyangkut analisis SWOT ke tiga komoditas

7.1. Karet

MATRIK ANALISIS SWOT UNTUK KOMODITAS KARET

KARET

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

1. Terdapat beberapa lokasi sebagai contoh tempat penanaman karet

2. Air cukup tersedia 3. Topografi relatif datar 4. KTK tanah tinggi 5. Kesesuaian tempat tumbuh berdasarkan pH dan

KTK yang dapat ditolerir tanaman 6. Tersedianya lahan yang cukup luas 7. Terdapatnya kelembagaan kelompok tani

1. pH rendah 2. kandungan pirit 3. Adanya potensi sulfat masam 4. Sering tergenang (banjir) 5. Muka air tanah tinggi 6. Kurangnya teknologi budidaya, pemasaran

dan pengolahan produk 7. Kurangnya modal masyarakat 8. Rantai perdagangan yang panjang dan jarak

yang produsen dan industri relatif jauh 9. Kelembagaan yang terbentuk atas dasar

keproyekan pemerintah 10. Rentabilitas rendah yang didapatkan petani

Peluang (O) SO-Strategi WO-Strategi

1. Besarnya minat masyarakat 2. Baiknya pasar produk karet 3. Kebutuhan akan karet yang belum

tergantikan oleh karet sintetis 4. Industri pengolahan terbuka menerima

bahan olahan 5. Baik sebagai tindakan diversifikasi usaha

1. Membuat plot penanaman karet tambahan di beberapa lokasi untuk uji jenis tanaman karet

2. Melakukan perluasan usaha karet pada daerah-daerah yang telah teruji

3. Menjalin hubungan pasar langsung ke industri melalui kelompok tani yang ada sebagai lembaga ekonomi tingkat produsen

1. Mengatur tata air / drainase/sistem tabat 2. Pengembangan sistem penanaman yang

mempraktekan kearifan budaya lokal seperti sistem tukungan

3. Meningkatkan SDM masyarakat 4. Penguatan kelembagaan kelompok tani yang

ada menjadi suatu kelembagaan yang kuat

Page 34: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

dan jenis tanaman 6. Keterkaitan dengan program perkebunan

dan kehutanan 7. Berkembangnya kearifan lokal dalam

pengolahan tanah

4. Meningkatkan produktifitas kebun karet dan alternatif pemanfaatan lahan secara bersama dengan komoditas lain pada fase-fase tertentu

5. Mensinergis program kegiatan pemerintah dengan aktifitas peningkatan produktivitas kelompok tani

melalui sistem kebersamaan ekonomi berdasarkan manajemen kemitraan

5. Intervensi dari pihak pemerintah dan stakeholder dalam upaya meningkatkan nilai jual produk karet masyarakat.

6. Pembangunan industri pengolahan

Tantangan (T) ST-Strategi WT-Strategi

1. Kualitas produk yang tinggi 2. Kebutuhan karet alam yang

meningkat 3. Luasnya lahan kurang produktif

dari aspek pertanian yang belum terolah

1. Penggunaan bibit unggul dan bibit lokal dengan menyesuaikan dengan kondisi habitat tumbuh

2. Memberdayakan pemerintah setempat (Tk I, TkII), pusat dalam pengembangan dan pengelolaan karet

3. Mengembangkan koordinasi pengelolaan kebun karet berbasis masyarakat

1. Mengkaji dan Menerapkan teknologi yang adaftif dan ramah lingkungan

2. Memberikan penyuluhan, fasilitasi dan pendampingan dalam aspek budidaya, teknologi pasca panen dan pemasaran

3. Kemudahan peminjaman dana pengembangan usaha kelompok

4. Melakukan monitoring dan evaluasi (MONEV)

Page 35: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

7.2. Rotan

MATRIK ANALISIS SWOT UNTUK KOMODITAS ROTAN

ROTAN

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

1. Masyarakat sudah berpengalaman dalam budidaya

2. Habitat mendukung untuk pertumbuhan rotan 3. Low input dalam pembudidayaan 4. Topografi relatif datar 5. KTK tanah tinggi 6. Kesesuaian tempat tumbuh berdasarkan pH dan

KTK yang dapat ditolerir tanaman 7. Tersedianya lahan yang cukup luas 8. Terdapatnya kelembagaan kelompok tani

1. Pengaruh salin dan sering tergenang (banjir) 2. Muka air tanah tinggi 3. Kurangnya teknologi budidaya, pemasaran dan

teknologi pasca panen 4. Terdapatnya barang pengganti berupa rotan sintetis 5. Kurangnya modal masyarakat 6. Jarak angkut yang jauh sehingga transport mahal 7. Rantai perdagangan yang panjang 8. Kelembagaan yang terbentuk atas dasar keproyekan

pemerintah 9. Rentabilitas rendah yang didapatkan petani

Peluang (O) SO-Strategi WO-Strategi

1. Industri pengolahan terbuka menerima rotan dengan harga kompetitif

2. Berkembangnya kearifan lokal dalam pengolahan kerajinan rotan

3. Katingan sebagai sentra produksi rotan

1. Menjalin hubungan pasar langsung ke industri melalui kelompok tani yang ada sebagai lembaga ekonomi tingkat produsen

2. Meningkatkan produktifitas kebun rotan dan alternatif pemanfaatan lahan secara bersama dengan komoditas lain pada fase-fase tertentu

3. Mensinergis program kegiatan pemerintah dengan aktifitas peningkatan produktivitas kelompok tani

4. Mengoptimalkan penerapan kearifan lokal dalam pengolahan kerajinan rotan yang didukung stakeholder

1. Pembudidayaan rotan pada daerah-daerah yang jauh dari pengaruh salin (tipe luapan B)

2. Meningkatkan SDM masyarakat 3. Penguatan kelembagaan kelompok tani yang ada

menjadi suatu kelembagaan yang kuat melalui sistem kebersamaan ekonomi berdasarkan manajemen kemitraan

4. Intervensi dari pihak pemerintah dan stakeholder dalam upaya meningkatkan nilai jual produk karet masyarakat.

5. Pembangunan industri pengolahan

Tantangan (T) ST-Strategi WT-Strategi

Page 36: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

1. Kualitas produk yang tinggi dan kadar air yang rendah

2. Peningkatan daya saing penjualan produk rotan

3. Kebutuhan lahan pemukiman meningkat

4. Luasnya lahan kurang produktif dari aspek pertanian yang belum terolah

1. Perlakuan terhadap rotan agar meningkatkan harga jual

2. Meningkatkan kreasi olah produk rotan 3. Memberdayakan pemerintah setempat (Tk I, TkII),

pusat dalam pengembangan dan pengelolaan rotan

4. Mengembangkan koordinasi pengelolaan kebun rotan berbasis masyarakat

1. Mengkaji dan Menerapkan teknologi yang adaftif dan ramah lingkungan

2. Memberikan penyuluhan, fasilitasi dan pendampingan dalam aspek budidaya, teknologi pasca panen dan pemasaran

3. Kemudahan peminjaman dana pengembangan usaha kelompok

4. Melakukan monitoring dan evaluasi (MONEV)

7.3. Gemor

MATRIK ANALISIS SWOT UNTUK KOMODITAS GEMOR

Gemor

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

1. Merupakan pekerjaan masyarakat secara turun temurun

2. Pemanenan dengan teknologi sederhana 3. Tersedia di alam dan bisa langsung dipungut 4. Topografi relatif datar 5. Jenis tanaman lokal setempat dan sudah teruji

kesesuaiannya 6. Terdapatnya kelembagaan kelompok tani

1. Jumlah pohon yang bisa dipanen semakin sedikit

2. Jarak memungut semakin jauh 3. Belum dibudidayakan secara intensif 4. Terdapatnya barang pengganti 5. Kurangnya modal masyarakat 6. Rantai perdagangan banyak dikendalikan oleh

penyedia dana terutama dalam penentuan harga

7. Kelembagaan yang terbentuk atas dasar keproyekan pemerintah

8. Rentabilitas rendah yang didapatkan peramu 9. Jumlah industri terbatas

Peluang (O) SO-Strategi WO-Strategi

Page 37: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

1. Industri pengolahan dan pengumpul di kabupaten dan provinsi terbuka menerima gemor dengan harga lebih tinggi

2. Permintaan gemor yang stabil dan cenderung meningkat

1. Menjalin hubungan pasar langsung ke industri melalui kelompok tani yang ada sebagai lembaga ekonomi tingkat produsen

2. Meningkatkan produktifitas hasil gemor

1. Pembudidayaan gemor pada daerah-daerah yang menjadi habitat alami gemor (tipe luapan A dan B)

2. Pengaturan sistem pemanenan dan harus disepakati agar hasilnya lestari

3. Meningkatkan SDM masyarakat 4. Penguatan kelembagaan kelompok tani yang

ada menjadi suatu kelembagaan yang kuat melalui sistem kebersamaan ekonomi berdasarkan manajemen kemitraan

5. Intervensi dari pihak pemerintah dan stakeholder dalam upaya meningkatkan nilai jual produk gemor masyarakat.

6. Pembangunan industri pengolahan

Tantangan (T) ST-Strategi WT-Strategi

1. Gemor kualitas baik 2. Luasnya lahan kurang produktif dari

aspek pertanian yang belum terolah untuk dapat dikembangkan gemor

1. Perlakuan terhadap gemor agar meningkatkan harga jual

2. Meningkatkan kreasi olah produk rotan 3. Memberdayakan pemerintah setempat (Tk I, TkII),

pusat dalam pengembangan dan pengelolaan rotan

4. Mengembangkan koordinasi pengelolaan gemor berbasis masyarakat

1. Mengkaji dan Menerapkan teknologi yang adaftif dan ramah lingkungan

2. Memberikan penyuluhan, fasilitasi dan pendampingan dalam aspek budidaya, teknologi pasca panen dan pemasaran

3. Kemudahan peminjaman dana pengembangan usaha kelompok

4. Melakukan monitoring dan evaluasi (MONEV)

Page 38: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

IX. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan mengenai studi market

pemasaran rotan, karet dan gemor, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Jaringan pemasaran produk karet, rotan dan gemor terdiri dari beberapa level, di

mana level produsen terletak di desa-desa Kalimantan Tengah dan aliran produk

mengalir ke industri yang terdapat di Kalimantan Tengah dan Banjarmasin

2. Margin pemasaran produk karet, rotan dan gemor baik di tingkat petani, pedagang

pengumpul adalah berbeda menurut lokasi dan arah distribusi komoditas

3. Sebagian besar masyarakat belum secara intensif mengelola kebun dan cednderung

dibiarkan berkembang secara alami. Sementara produk yang dihasilkan relatif

sedikit mendapatkan perlakuan

4. Permasalahan di tingkat petani berkisar pada rendahnya produktivitas, harga

komoditas rendah, terkendala biaya, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang rendah dan belum berperannya kelompok tani yang ada dalam membantu

pemasaran produk

5. Permasalahan pedagang pengumpul adalah transportasi, keamanan, aliran barang

yang kurang lancar dan khusus untuk gemor dan rotan adalah adanya barang

subtitusi

6. Peluang untuk meningkatkan pendapatan petani di antaranya adalah

memperpendek rantai pemasaran, optimalisasi peran kelembagaan yang ada,

peningkatan harga jual dan peningkatan kuantitas, kualitas dan kontinuitas produk

yang dihasilkan melalui penguasaan ilmu dan teknologi menyangkut budidaya,

Page 39: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

pemanenan danteknologi pasca panen, serta tersedianya industri pengolahan yang

bisa menampung hasil petani dengan harga yang kompetitif.

Referensi

Achadiat, A., I. Tjitradjaja, Suhardi dan M.A. Safitri. 1998. Laporan Diskusi Perumusan Konsep Partisipasi Masyarakat Desa Hutan dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia. Program Penelitian dan Pengembangan Antropologi Ekologi. Program Studi Antropologi. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Jakarta. 16 p.

Anonim, 2003. Pemberdayaan Petani Melalui Sistem Kebersamaan Ekonomi

Berdasarkan Manajemen Kemitraan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.

Daniel, M., Darmawati dan Nieldalina. 2005. PRA. Participatory Rural Appraisal.

Pendekatan Efektif mendukung Penerapan Penyuluhan Partisipatif dalam Upaya percepatan Pembangunan Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. 163 p.

Darusman, D. dan Widada. 2004. Konservasi dalam Perspektif Ekonomi

Pembangunan. Bogor Departemen Pertanian, 2006. Peraturan Menteri Pertanian No.33/

Permentan/OT.140/7/2006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui Program Revitalisasi Perkebunan. Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Departemen Pertanian, 2006. Keputusan Menteri Pertanian No. 490/Kpts/OT.

160/8/2006 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pelaksanaan Program Revitalisasi Perkebunan. Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Djamin, Zulkarnain, 1993. Perencanaan dan Analisa Proyek. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta Djogo, T, Sunaryo, D.Suharjito dan M.Sirati. 2003. Kelembagaan dan Kebijakan dalam

Pengembangan Agroforestri. World Agroforestry Center (ICRAF). Bogor. Eray, Clive et. al, 1997. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Indonesia. Jakarta Pranadji, T. 2003. Reformasi Kelembagaan Untuk Kemandirian Perekonomian

Pedesaan. Kajian Pada Kasus Agribisnis Padi Sawah. Makalah disampaikan

Page 40: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

pada Workshop Pengembangan Metodologi Penelitian Kelembagaan pada Puslitbang Pertanian, pada tanggal 25 – 27 Februari 2003. Bogor. 33 p.

Setyarso, A. 2001. Aktualisasi Nilai dan Manfaat Sosial Ekonomi GN-RHL Melalui

Pemberdayaan Masyarakat. Dalam : A.P. Tampubolon, T.S. Hadi, K. Budiningsih. D. Rahmanady dan T.W. Yuwati. Prosiding Seminar Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian BPPHT-IBT. Prospek dan Tantangan GN-RHL Pada Era Otonomi Daerah. Banjarbaru. Pp. 92 – 107.

Sudjana, 1992. Metode Statistika. Tarsito. Bandung Tempo Interaktif, 2007. Kalimantan Tengah Bangun Dua Pabrik Karet.

www.yahoo.com/search/tempo/ 27 September 2007

Page 41: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Lampiran foto dokumentasi

Salah satu daerah sampel penelitian

Aliran lateks dari pohon karet yang telah disadap

Page 42: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Rotan yang tumbuh di kebun masyarakat

Produk gemor dalam proses pengeringan

Page 43: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

Getah karet sesudah proses penyadapan

Proses pengumpulan data dari penduduk Lampiran beberapa alamat perusahaan:

Page 44: LAPORAN HASIL PENELITIAN STUDI MARKET DAN POTENSI …...laporan hasil penelitian studi market dan potensi pasar untuk ntfp ( gemor, karet dan rotan) di lokasi sekitar tn. sebangau

1. PT . Sampit: Jl.Ketapang Hilir, Sampit Kalimantan Tengah

Telp. (0531) 21104 (hunting line 5) Fax: (0531) 23322, 24160 Kontak person: 081349028608 Industri karet dan Rotan Pemilik: Kodrat Syukur

2. Penampung Gemor di Sampit: Jl Ketapang Hilir Sampit Kontak person: Ibu Lasmini

3. PT. Insan Bonafide: Jl. Barito Hulu No.28, Jl. A.Yani Km.1 No. 25 A-B Kontak person: 0511 4365781 Industri karet

4. PT. Sega Utama, Landasan Ulin Banjarbaru Kontak person: Linda 0511 4705833 Industri rotan 5. PT. Hok Tong: Jl. Bariot Hulu No.43, Telp 0511 3353437, 4365928

Pemilik: Amin Tanurjaya Industri karet

6. PT. Katingan Jaya Mandiri: Jl. Kasongan-Pangkaraya km.16 7. PT. Karya Sejati: Jl. Murung Keramat RT 4 No.1

Pemilik: Trisno Jaya 8. Pt. Bumi Asri Pasaman : Jl. Baru Buntok No.68 Desa Danau Sadar, Buntok, telp. 0525

22491 fax: 0525 22825 Industri karet