Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

35
Oleh: Sudiyanto, M.Pd. Yoga Guntur Sampurno M.Pd Ibnu Siswanto S.Pd.T Dibiayai oleh Dana DIPA UNY Tahun Anggaran 2011. Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Program Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta No: 910.28/UN34.15/PL/2011 FAKULTAS TEKNIK UNIV ERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 Laporan Penelitian TEACHING FACTORY DI SMK ST. MIKAEL SURAKARTA

description

Depok, Jawa Barat

Transcript of Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

Page 1: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

Oleh: Sudiyanto, M.Pd.

Yoga Guntur Sampurno M.Pd Ibnu Siswanto S.Pd.T

Dibiayai oleh Dana DIPA UNY Tahun Anggaran 2011. Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Program

Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

No: 910.28/UN34.15/PL/2011

FAKULTAS TEKNIK UNIV ERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TAHUN 2011

Laporan Penelitian

TEACHING FACTORY DI SMK ST. MIKAEL SURAKARTA

Page 2: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

i

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN

1. Judul : Teaching factory di SMK St. Mikael

Surakarta 2. Ketua Pelaksana Penelitian :

a. Nama : Sudiyanto, M.Pd. b. NIP : 19540221 198502 1 001 c. Pangkat/Golongan : Pembina/ IVa d. Jabatan : Lektor Kepala e. Pengalaman di Bidang Penelitian : Ya f. Fakultas/Jurusan : Teknik/Pendidikan Teknik Otomotif g. Bidang Keahlian : Pendidikan Teknik Otomotif h. Universitas : UNY i. Waktu Penelitian : 8 Jam

3. Jenis Penelitian : Kelompok 4. Jumlah Tim Peneliti : 3 Orang 5. Jangka Waktu Penelitian : 5 Bulan 6. Bidang Ilmu : Pendidikan 7. Lokasi Penelitian : SMK St. Mikael Surakarta 8. Kerjasama :

a. Nama Instansi : SMK St. Mikael Surakarta b. Alamat : Jl. Mojo No. 1 Karangasem,

Laweyan, Surakarta 9. Biaya yang Diperlukan :

a. Sumber dari Fakultas : Rp 5.000.000,00 b. Sumber lain : - c. Jumlah : Rp 5.000.000,00

Yogyakarta, 14 November 2011 Mengetahui: Dekan, Dr. Moch. Bruri Triyono NIP. 19560216 1986 1 003

BPP Fakultas, Suyitno HP.,M.T. NIP. 19520814 197903 1 003

Peneliti, Sudiyanto, M.Pd. NIP. 19540221 198502 1 001

Page 3: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

ii

ABSTRAK

TEACHING FACTORY DI SMK ST. MIKAEL SURAKARTA Sudiyanto, dkk.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah mengetahui dan

mendeskripsikan secara faktual, akurat dan sistematis tentang 1) Manajemen teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta dan 2) Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Objek penelitian ialah Kepala Sekolah dan Guru/Karyawan SMK St. Mikael Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, angket, dan observasi.. Teknik analisis data yang dipergunakan ialah metode analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta melalui perencanaan dengan pembuatan rencana jangka panjang, menengah, dan pendek, pelaksanaan dengan mengintegrasikan ke dalam kurikulum sehingga melibatkan semua siswa, serta pengawasan dengan melakukan koordinasi rutin dan form penilaian untuk semua siswa, karyawan, dan guru. 2) Faktor pendukung pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta ialah budaya atau kultur yang baik, sumber daya manusia yang berkompeten dibidangnya, dan fasilitas peralatan yang memadai. Sedangkan faktor penghambatnya ialah: belum adanya ruang atau bangunan khusus untuk unit produksi dan belum adanya karyawan yang khusus mengelola unit produksi

Page 4: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

karunia-Nya, sehingga kami telah berhasil melaksanakan penelitian dengan judul

“Teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta”.

Penelitian ini dapat berjalan lancar atas bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, sehingga sudah selayaknya pada kesempatan ini kami tim

peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

2. Kepala Sekolah SMK St. Mikael Surakarta

3. Guru-guru SMK St. Mikael Surakarta

4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah

membantu kelancaran pelaksanaan program ini.

Semoga segala perbuatan baik yang telah dilakukan mendapatkan berkah

dari Allah SWT. Saran dan kritik untuk penyempurnaan laporan ini sangat kami

harapkan dan semoga laporan ini bermanfaat bagi lembaga dan masyarakat.

Yogyakarta, 14 November 2011 Tim Pelaksana

Sudiyanto, M.Pd. Yoga Guntur Sampurno, M.Pd. Ibnu Siswanto, S.Pd.T.

Page 5: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... i ABSTRAK .......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ v BAB I. LATAR BELAKANG MASALAH

A. Pendahuluan .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3 C. Tujuan .................................................................................................. 3 D. Manfaat ................................................................................................. 3

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Teaching factory ..................................................................................... 4 B. Manajemen Teaching factory ................................................................... 5

1. Perencanaan ..................................................................................... 5 2. Pelaksanaan ...................................................................................... 6 3. Pengawasan ...................................................................................... 7

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 8 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 8 C. Subjek Penelitian .................................................................................... 8 D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 8 E. Teknik Analisis Data ................................................................................ 8

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

1. Perencanaan .................................................................................... 9 2. Pelaksanaan ..................................................................................... 12 3. Pengawasan ..................................................................................... 16 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan

Teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta ...................................... 17 B. Pembahasan

1. Perencanaan .................................................................................... 18 2. Pelaksanaan ..................................................................................... 19 3. Pengawasan ..................................................................................... 20 4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan

Teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta ...................................... 21 BAB V. KESIMPULAN

A. Simpulan ............................................................................................... 23 B. Saran .................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

Page 6: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

v

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Kisi-kisi wawancara dengan kepala sekolah

2. Lampiran 2. Insrumen angket untuk guru

3. Lampiran 3. Berita acara seminar penelitian

Page 7: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

1

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

A. Pendahuluan

Seperti tertuang dalam roadmap ditjen PSMK 2010-2014, visi ditjen

PSMK adalah Terwujudnya SMK yang dapat menghasilkan tamatan berjiwa

wira usaha yang siap kerja, cerdas, kompetitif, dan memiliki jati diri bangsa,

serta mampu mengembangkan keunggulan lokal dan dapat bersaing di pasar

global. Untuk meraih visi tersebut, maka misi yang dibuat adalah

meningkatkan perluasan dan pemerataan akses SMK yang bermutu untuk

semua lapisan masyarakat; meningkatkan kualitas SMK melalui penerapan

sikap disiplin, budi pekerti luhur, berwawasan lingkungan, dan pembelajaraan

berpusat pada peserta didik yang kontekstual berbasis TIK; memberdayakan

SMK dalam menciptakan lulusan yang berjiwa wirausaha dan memiliki

kompetensi keahlian melalui pengembangan kerjasama dengan industri dan

berbagai entitas bisnis yang relevan dalam bentuk ”teaching industry”

Selain itu, teaching industry atau teaching factory juga merupakan

salah satu indikator untuk mengevaluasi kinerja SMK Bertaraf Internasional

(SMK BI). Dalam roadmap SMK 2010-2014, ditargetkan diakhir tahun 2014

sebanyak 70% SMK memiliki unit pembelajaran usaha dalam bentuk teaching

industry atau teaching factory.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di 8 SMK RSBI dan 3

SMK yang dipersiapkan menjadi SBI Invest di Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY), terlihat bahwa SMK RSBI maupun SMK yang dipersiapkan menjadi SBI

Invest mengalami kesulitan dalam pelaksanaan teaching factory.

Page 8: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

2

SMK yang mengalami kesulitan dalam pengembangan teaching

factory terutama di SMK yang melaksanakan teaching factory meliputi

kegiatan produksi dan pemasaran suatu produk. Misalkan saja SMK kelompok

teknologi (SMKN 2 Yogyakarta, SMKN 2 Depok Sleman, dan SMKN 2

Wonosari), SMK Kelompok pariwisata (SMKN 5 Yogyakarta dan SMKN 4

Yogyakarta). Sedangkan SMK yang melaksanakan teaching factory terbatas

pada kegiatan pemasaran cenderung dapat meraih keberhasilan. Misalkan

saja SMKN 1 Depok dan SMKN 1 Bantul.

Oleh karena itu diperlukan suatu model atau contoh dari SMK yang

melaksanakan teaching factory mulai dari kegiatan produksi sampai dengan

penjualan untuk menjadi model atau contoh bagi SMK yang lain. Salah satu

SMK yang dianggap berhasil dalam pelaksanaan teaching factory adalah SMK

St. Mikael Surakarta.

SMK St. Mikael Surakarta adalah SMK Kelompok Teknologi yang

memiliki program keahlian Teknik Mesin perkakas atau mesin industri. Sejak

tahun 2003 mendapatkan akreditasi ISO 9001:2000 dan menjadi sister school

dari Indonesian German Institute (IGI). SMK St. Mikael menggunakan model

production based training sebagai salah satu model pembelajaran yang

diterapkan.. Dalam hasil uji kompetensi, SMK St. Mikael masuk dalam 10

besar untuk SMK dengan program keahlian mesin industri. SMK St. Mikael

juga dipercaya oleh pemerintah untuk melakukan review atas kurikulum SMK

program keahlian teknik mesin perkakas.

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan, untuk itu

diperlukan penelitian tentang bagaimana pelaksanaan teaching factory di

Page 9: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

3

SMK St. Mikael Surakarta supaya dapat menjadi bahan pedoman atau

inspirasi bagai SMK-SMK yang lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan

masalah tentang pelaksanaan Teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah manajemen teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta?

2. Apakah faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan teaching factory di

SMK St. Mikael Surakarta?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan

secara faktual, akurat dan sistematis tentang :

a. Manajemen teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta.

b. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan teaching

factory di SMK St. Mikael Surakarta.

D. Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

untuk mendapatkan gambaran yang ideal mengenai manajemen dan faktor-

faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael

Surakarta serta dapat menjadi rujukan untuk mengembangkan model

teaching factory di SMK-SMK yang lain.

Page 10: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teaching factory

Dalam konsep sederhana Teaching factory merupakan

pengembangan dari unit produksi yang sudah dilaksanakan di SMK –

SMK. Sebenarnya konsep teaching factory merupakan salah satu bentuk

pengembangan dari sekolah kejuruan menjadi model sekolah produksi.

Menurut Greinert dan Weimann dalam Heru Subroto (2004), terdapat tiga

model dasar sekolah produksi, yaitu: 1) Sekolah produksi sederhana (Der

einwickelte produktionsschullyp Training Cum production); 2) Sekolah

produksi yang berkembang (Der einwickelte produktionsschullyp) dan 3)

Sekolah produksi yang berkembang dalam bentuk pabrik sebagai tempat

belajar (Der einwickelte produktionsschullyp inform der Lernfabrik

Prroduktion Training Corporation).

Model yang ketiga, yaitu Sekolah produksi yang berkembang

dalam bentuk pabrik sebagai tempat belajar (Der einwickelte

produktionsschullyp inform der Lernfabrik Prroduktion Training

Corporation) selanjutnya dikenal dengan Teaching factory Model.

Penyelenggaraan model ini memadukan sepenuhnya antara belajar dan

bekerja, tidak lagi memisahkan antara tempat penyampaian materi teori

dan tempat materi produksi (praktik).

Pelaksanaan teaching factory di sekolah menengah kejuruan di

Indonesia menurut Moerwishmadhi (2009) yaitu dengan mendirikan unit

usaha atau perusahaan di dalam sekolah. Unit usaha atau pabrik tersebut

Page 11: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

5

berproduksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi standar

kualitas sehingga dapat diterima oleh masyarakat atau konsumen.

Dengan kegiatan produksi yang bisa menghasilkan barang atau jasa yang

memiliki nilai jual, SMK dapat secara luas mengembangkan potensinya

untuk menggali sumber-sumber pembiayaan sekaligus merupakan

sumber belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teaching factory

adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa secara langsung melakukan

kegiatan produksi baik berupa barang atau jasa di dalam lingkungan

pendidikan sekolah. Barang atau jasa yang dihasilkan memiliki kualitas

sehingga layak jual dan diterima oleh masyarakat atau konsumen. Hasil

keuntungan yang didapatkan diharapkan dapat menambah sumber

pendapatan sekolah yang berguna untuk keberlangsungan kegiatan

pendidikan. Teaching factory menghadirkan dunia industri/kerja yang

sesungguhnya dalam lingkungan sekolah untuk menyiapkan lulusan yang

siap kerja.

B. Manajemen teaching factory

Manajemen teaching factory yang dimaksudkan adalah kegiatan

pengelolaan teaching factory. Ricky W. Griffin (2006) mendefinisikan

manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian dan

pengkoordinasian, serta pengawasan sumber daya untuk mencapai

sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan

dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti

bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan

Page 12: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

6

sesuai dengan jadwal. Dengan pengertian tersebut, fungsi manajemen

kemudian dikelompokkan menjadi tiga meliputi: perencanaan (planning),

pelaksanaan (organizing) , dan pengawasan (controlling).

1. Perencanaan (planning)

Suharsimi Arikunto (1988) menjelaskan bahwa

perencanaan adalah proses mempersiapkan rangkaian pengambilan

keputusan untuk dilakukannya tindakan dalam mencapai tujuan-

tujuan organisasi. Adapun aspek-aspek perencanaan meliputi : 1) apa

yang akan dilakukan; 2) siapa yang melakukan; 3) kapan dilakukan;

4) dimana dilakukan; 5) bagaimana dilakukan; dan 6) apa saja yang

diperlukan agar tercapai tujuan secara maksimal.

Perencanaan bertujuan untuk 1) sebagai standar

pengawasan; 2) mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu

kegiatan; 3) mengetahui siapa saja yang terlibat, baik kualifikasi

maupun kuantitasnya; 4) mendapatkan kegiatan-kegiatan yang

sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan; 5) meminimalkan

kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga,

dan waktu; 6) memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai

kegiatan pekerjaan; 7) menyerasikan dan memadukan beberapa

subkegiatan; 8) mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui;

dan 9) mengarahkan pada pencapaian tujuan (Husaini : 2006)

2. Pelaksanaan (organizing)

Sudjana (2000) mengatakan bahwa pengorganisasian

adalah kegiatan mengidentifikasi dan memadukan sumber-sumber

Page 13: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

7

yang diperlukan ke dalam kegiatan yang akan dilakukan dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber-sumber itu meliputi

tenaga manusia, fasilitas, alat-alat, dan biaya yang tersedia atau

dapat disediakan. Pengorganisasian menekankan pentingnya tingkah

laku orang-orang yang diberikan peranan dan tugas.

Pengaturan tingkah laku orang-orang yang diberikan

peranan dan tugas dapat dilakukan dengan menetapkan pembagian

kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi

dalam bagan organisasi. Organisasi merupakan alat untuk mencapai

tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya

tujuan secara efektif.

3. Pengawasan (controlling)

Pengawasan merupakan suatu proses yang harus

dilakukan secara sistematis dan rasional sesuai dengan pedoman-

pedoman yang telah dimiliki (seperti rencana, tujuan, dan petunjuk-

petunjuk umum organisasi). Proses pengawasan meliputi kegiatan

penentuan tujuan yang pragmatis, menetapkan standar

“performance”, mengadakan pengamatan terhadap kegiatan-

kegiatan, mengadakan koreksi atau modifikasi terhadap segala bentuk

penyimpangan yang terjadi (Burhanuddin : 1994)

Page 14: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif. Penelitian ini akan memuat deskripsi, gambaran yang

sistematis, faktual, dan akurat mengenai manajemen dan faktor-faktor

pendukung dalam pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK St. Mikael Surakarta. Penelitian

dilaksanakan selama 5 bulan mulai dari Maret-Juli 2011

C. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Kepala Sekolah atau Pimpinan

yayasan dari SMK St. Mikael Surakarta, Pengelola teaching factory, dan Guru

SMK St. Mikael Surakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

wawancara, angket, dan observasi.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif. Hasil penelitian

dan pembahasan dilakukan dengan mendeskripsikan pemaknaan dari data-

data hasil penelitian.

Page 15: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

9

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Perencanaan

Dalam proses perencanaan yang dilakukan oleh pengelola SMK

St. Mikael Surakarta untuk pelaksanaan program teaching factory,

dibuatlah sebuah pedoman pelaksanaan teaching factory. Pedoman

pelaksanaan yang dibuat menyatu dalam Rencana Kerja Kegiatan atau

Rencana Anggaran dan Kegiatan Sekolah. Seluruh program yang dibuat

mengacu pada visi SMK St. Mikael Surakarta.

Visi SMK St. Mikael Surakarta ialah Menjadi pusat pendidikan

teknik yang unggul dalam mewujudkan 9C (Competence, Conscience,

Compassion, Communicative, Cooperative, Commitment, Creativity,

Capability, Caring). Pusat pendidikan teknik yang unggul diartikan sekolah

mampu menyediakan fasilitas yang lengkap untuk kegiatan manufaktur

mulai dari disain atau perancangan sampai dengan proses produksi.

Sementara kepribadian 9C mewarnai dalam setiap kegiatan baik

akademis maupun non akademis.

Kepribadian 3C yang pertama fokusnya pada kelas X, yaitu

competence (kemampuan kompetensi teknis), conscience (kompetensi

moral/kemampuan bertanggung jawab sehingga mampu memutuskan

apa yang baik dan yang tidak), compassion (kompetensi

sosial/kemampuan berbagi dengan orang lain). Ketiganya adalah pondasi

dari seluruh pembentukan sumber daya manusia yang diinginkan.

Page 16: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

10

Dengan demikian, akhir seluruh proses pembelajaran menghasilkan

lulusan dengan kompetensi yang baik, memiliki rencana masa depan

yang jelas serta mampu memberikan manfaat kepada orang lain dari

kompetensi yang dimiliki.

Pada awalnya kepribadian yang ingin dihasilkan SMK St Mikael

Surakarta ialah competence, conscience, dan compassion. Akan tetapi

setelah mendapatkan masukan dari alumni bahwa pondasi dasar saja

tidak cukup, maka dibuatlah nilai tambah lain yang harus dimiliki lulusan

SMK St Mikael Surakarta. Nilai tambah tersebut ialah communicative,

cooperative, commitment, creativity, capability, dan caring.

Communicative ialah kemampuan berkomunikasi, cooperative ialah

kemampuan bekerjasama, dan commitment ialah kemampuan

membangun komitmen. Dengan demikian, lulusan SMK St Mikael

Surakarta diharapkan memiliki nilai tambah mampu mengkomunikasikan

idenya dengan orang lain, bekerjasama dan membangun komitmen,Nilai

tambah tersebut fokus diberikan dikelas XI sebagai arahan.

Sedangkan Kelas XII arahnya 3C yang terakhir, yaitu creativity,

capability, dan caring. Creativity atau kreatifitas mengajarkan kepada

siswa untuk selalu berfikir bagaimana membuat sesuatu bisa lebih baik.

Sedangkan capability ialah kemampuan untuk belajar terus menerus

sehingga dapat beradaptasi dengan pengetahuan yang baru. Sementara

kepribadian yang ke tiga adalah caring atau kemampuan untuk

memelihara yang baik. Dengan demikian siswa tidak hanya terpacu pada

serba cepat, murah, tapi juga memiliki sertamemelihara nilai-nilai utama

Page 17: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

11

yang harus dipegang teguh dan diperjuangkan. Secara ringkas, 3C yang

pertama adalah pondasi, 3C yang kedua adalah nilai tambah,dan 3C yang

berikutnya adalah kemampuan untuk belajar terus menerus.

Visi tersebut menjadi menjadi ruh dan mewarnai seluruh aspek

program yang akan dilaksanakan baik akademis maupun non akademis.

Setiap program yang dibuat memiliki target jangka panjang, jangka

menengah dan jangka pendek. Target jangka panjang ialah target yang

ingin dicapai sampai dengan 5 tahun ke depan. Sedangkan target jangka

menengah ialah target yang akan dicapai antara 1-5 tahun. Sementara

target jangka pendek ialah target yang ingin dicapai tahun dala waktu 1

tahun. Setiap program juga memiliki indicator pencapaian program yang

jelas untuk setiap tahunnya.

Program yang secara langsung terkait dengan pelaksanaan

teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta ialah program pendirian unit

produksi yang memiliki badan hukum dan penerapan model backward

design dalam proses pembelajaran.

Program pendirian unit produksi bertujuan untuk mendirikan

sebuah unit produksi yang memiliki badan hukum legal serta mampu

melakukan kegiatan produksi menggunakan peralatan sendiri. Pada saat

ini, proses produksi yang dilakukan SMK St Mikael Surakarta menyatu

dengan peralatan dan tempat yang dipergunakan untuk praktik siswa.

SMK St Mikael belum memiliki ruangan atau bangunan yang khusus

dipergunakan untuk kegiatan unit produksi. Program pendirian unit

produksi tersebut direncanakan dapat diraih pada tahun 2015.

Page 18: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

12

Sedangkan penerapan model backward design bertujuan untuk

mendukung pencapaian profil lulusan yang ingin dihasilkan oleh SMK St

Mikael Surakarta. Backward design ialah

metode merancang kurikulum dengan menetapkan tujuan sebelum

memilih kegiatan atau konten untuk mengajar. Tujuannya untuk

menjamin proses pembelajaran mampu mencapai sasaran yang

diinginkan dengan menjaga materi yang disampaikan tetap fokus dan

terorganisir serta memberikan pemahaman yang lebih baik bagi siswa.

Pada saat membuat rancangan implementasi kurikulum dalam bentuk

silabus dan Rancangan Pembelajaran, seluruh guru berkontribusi

terhadap pencapaian visi dengan memasukkan nilai-nilai yang ingin

ditanamkan ke dalam mata pelajaran yang diampunya.

Seluruh perencanaan yang dibuat dilakukan oleh pengelola SMK

St Mikael Surakarta dengan memperhatikan atau mempertimbangkan

masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan. Misalkan saja dari

pemerintah, Perguruan Tinggi, industry dan alumni. Seluruh rencana

beserta dengan target pencapiannya telah dibuat dan didokumentasikan

secara baik sehinnga mudah dipahami oleh semua warga sekolah.

2. Pelaksanaan

Konsep teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta sudah mulai

dilaksanakan sejak lama, bahkan sebelum pemerintah memberikan acuan

kepada SMK untuk melaksanakannya. Teaching factory menjadi salah

satu solusi dari pemenuhan kebutuhan siswa SMK akan suasana belajar

yang mirip dengan suasana kerja di industri dimana mereka akan bekerja

Page 19: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

13

setelah menamatkan studinya di SMK. Teaching factory terintegrasi

dalam pembelajaran produktif yang menghasilkan barang pada tuntutan

kompetensi tertentu.

Mata pelajaran yang berkaitan langsung dengan teaching factory

adalah Gambar Teknik, Kewirausahaan, Komputer, Pengetahuan

Penunjang Teknik Permesinan, Teori dan Praktik Bubut Dasar, Teori dan

Praktek Bubut Lanjut, Teori dan Praktek Gerinda Dasar, Teori dan Praktek

Gerinda Lanjut, Teori Kelistrikan Dasar, Kerja Bangku dan Pengukuran,

Teori dan Praktik Permesinan Dasar, Teknik Frais, CNC Dasar, Applied

CNC, dan Solid Work. Materi pelajaran yang berkaitan dengan teaching

factory tersebut dilaksanakan semirip mungkin seperti suasana kerja di

industri. Disiplin waktu, toleransi pekerjaan, kecepatan, orisinalitas, serta

sikap kerja benar-benar dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar

pada mata pelajaran tersebut. Dengan demikian semua guru memberikan

kontribusi terhadap usaha pencapaian visi dan misi sekolah melalui

pelajaran yang diampunya.

Teaching factory dilaksanakan sejak semester I dimana

pekerjaan yang diberikan dengan siswa disesuaikan kompetensi yang

dimiliki. Siswa semester I sudah harus mampu menghasilkan suatu

bentuk benda kerja dasar yang nantinya merupakan bagian dari produk

utuh yang dihasilkan oleh siswa setelah sampai pada kelas XI.

Pembelajaran teaching factory meminimalisir kemungkinan produk kerja

siswa tidak digunakan sama sekali. Satu-satunya produk praktek yang

tidak bisa digunakan adalah produk praktek pengelasan dasar.

Page 20: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

14

Peserta didik yang belum menguasai materi sesuai dengan

kompetensi minimal yang ditetapkan akan diberikan remidi. Remidi

berupa pengulangan kompetensi yang belum dikuasai, hal ini

dilaksanakan dengan tambahan waktu kerja (kerja lembur). Sistem remidi

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga pada kelas X dan XI

sudah jarang ditemukan siswa yang harus droup out karena penguasaan

materi nya kurang. Drop out beberapa kali ditemukan pada siswa kelas IX

karena tidak bisa memenuhi kompetensi minimal bahkan setelah

dilaksanakan remidi.

Siswa yang tidak bisa memenuhi kompetensi minimal adalah

siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar ataupun kemampuan

ketrampilan yang dimiliki tidak dapat berkembang. Pada umumnya guru-

guru membuat kesimpulan bahwa salah satu penyebab turunnya prestasi

siswa ialah karena motivasi belajar kurang dan kurang bekerja keras.

Teaching factory adalah pembelajaran yang mempunyai suasana

kerja seperti yang terjadi di industri oleh karena itu untuk mendapatkan

suasana tersebut maka yayasan yang menaungi SMK St. Mikael dan ATMI

membangun unit produksi. Unit produksi tersebut mempunyai usaha pada

bidang die casting maupun molding, filling cabinet, kursi dan tempat tidur

yang dibutuhkan rumah sakit, serta beberapa pesanan yang bervariasi

dan dapat dikerjakan menggunakan mesin-mesin yang terdapat di sana.

Dengan demikian produk-produk yang dihasilkan oleh siswa dan

guru SMK St. Mikael berupa produk massal dan produk sesuai pesanan.

Produk massal ialah produk yang dirancang oleh guru SMK St. Mikael

Page 21: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

15

Surakarta dan diproduksi dalam jumlah banyak disesuaikan dengan

kemampuan siswa dan peralatan yang ada di sekolah. Sedangkan produk

sesuai pesanan dibuat berdasarkan pesanan oleh konsumen. Bentuk atau

spesifikasi produk disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

Produk-produk yang dibuat di SMK St Mikael Surakarta laku

dipasaran karena sudah memiliki branding tersendiri. Kepercayaan

konsumen bahwa produk yang dihasilkan sudah teruji dan terbukti

membuat konsumen tidak ragu untuk membeli produk buatan siswa atau

guru SMK St. Mikael ataupun memesan suatu produk khusus sesuai

dengan kebutuhannya. Kepercayaan dari konsumen tidak datang dengan

tiba-tiba. Pada awal merintis produksi di SMK St. Mikael Surakarta,

konsumen juga tidak langsung percaya terhadap kualitas produk yang

dihasilkan. Akan tetapi dengan usaha yang tidak pantang menyerah, divisi

marketing produk SMK St. Mikael Surakarta memasarkan ke toko-toko

atau pasar yang ada disekitar sekolah dan di Klaten. Pada akhirnya sedikit

demi sedikit, produk yang dihasilkan laku dan konsumen percaya

terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Pada saat ini, SMK St. Mikael

Surakarta sudah menjalin kerjasama dengan bebeapa buah toko atau kios

yang ada disekitar sekolah dan juga di kota Solo serta Klaten untuk

memasarkan hasil produk Unit Produksi sekolah.

Karena memiliki Unit Produks yang berjalan dengan baik, peserta

didik yang belajar di St. Mikael tidak sulit untuk mendapatkan tempat

melaksanakan praktek industri seperti peserta didik di SMK yang lain.

Para siswa tersebut setelah dianggap kompetensinya cukup (biasanya

Page 22: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

16

kelas X atau XI) melaksanakan praktek industrinya di unit produksi

tersebut.

Peran serta peserta didik dalam produksi barang pada umumnya

berkisar pada proses produksi. Bagian perencanaan dan pemasaran

dilaksanakan oleh instruktur ataupun guru SMK St. Mikael. Walaupun

dikatakan oleh guru bahwa beberapa siswa ada yang berhasil untuk

sampai memasarkan barang produksi. Siswa juga seringkali ikut serta

dalam pelaksanaan perencanaan yaitu pada proses perancangan dengan

drawing. Dasar drawing dan bagian-bagian yang masih rumit dirancang

dan digambar oleh instruktur sedangkan peserta didik menyelesaikan

rancangan yang sudah ada dengan batasan toleransi yang harus

dipenuhi.

3. Pengawasan

SMK St Mikael memiliki beberapa metode yang dipergunakan

untuk melakukan pengawasan. Yang pertama, setiap satu minggu sekali

pengelola melakukan koordinasi untuk melakukan evaluasi kegiatan-

kegiatan yang telah dilaksanakan dan mencari alternatif solusi untuk

permasalahan-permasalahan yang timbul. Selain pertemuan setiap satu

minggu sekali yang diikuti koordinator sekolah, SMK St Mikael melakukan

koordinasi beserta seluruh staf dan tenaga pengajar setiap satu bulan

sekali. Pertemuan-pertemuan rutin yang dilakukan setiap minggu atau

setiap bulan sekali menekankan pada koordinasi kegiatan yang bersifat

jangka pendek. Sedangkan koordinasi yang dilakukan untuk kegiatan

Page 23: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

17

yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang dilakukan setiap

tahun sekali.

Metode yang kedua ialah dengan membuat form penilaian untuk

seluruh warga SMK St Mikael Surakarta. Form tersebut berisi penilaian

kinerja yang ditunjukkan oleh guru, karyawan sekolah, dan siswa.

Penilaian kinerja yang dibuat untuk guru dan karyawan berpengaruh

kepada gaji yang akan diberikan. Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh

warga SMK St Mikael Surakarta akan diberikan sanksi. Sanksi yang

dilakukan pada umumnya ialah penambahan jam kerja. Sanksi tersebut

diberikan sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia yang dihasilkan. Sedangkan guru atau karyawan yang

berprestasi akan mendapatkan reward dalam bentuk fasilitas yang

menunjang kinerjanya.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Teaching

factory di SMK St Mikael Surakarta.

a. Faktor pendukung dalam pelaksanaan teaching factory di SMk St

Mikael Surakarta ialah:

1) Budaya atau kultur yang baik

2) Sumber daya manusia yang berkompeten dibidangnya.

3) Fasilitas peralatan yang memadai

b. Faktor penghambat dalam pelaksanaan teaching factory di SMk St

Mikael Surakarta ialah:

1) Belum adanya ruang atau bangunan khusus untuk unit produksi

2) Belum adanya karyawan yang khusus mengelola unit produksi

Page 24: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

18

B. Pembahasan

1. Perencanaan

SMK St Mikael Surakarta membuat perencanaan tentang program

pelaksanaan teaching factory yang bersifat jangka panjang, menengah,

dan pendek. Setiap program memiliki target dan indikator yang jelas

untuk mengukur keberhasilannya. Selain itu, setiap program yang dibuat

juga mengacu pada visi sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Hunsaker (2001: 155) yang menyatakan bahwa sebuah perencanaan

berisi tujuan yang ingin dicapai sebuah organisasi dan menjabarkan

strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan dan

strategi tersebut dijabarkan dalam sutu program yang spesifik, terukur,

dan realistis untuk diraih.

Perencanaan yang dibuat tidak hanya sekedar dokumen tertulis

yang tidak pernah dilihat kembali dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya.

Perencanaan yang dibuat betul-betul dilaksanakan dengan penuh

tanggungjawab dan komitmen yang kuat. Salah satu contoh bentuk

komitmen sekolah terhadap target dan indicator yang dibuat ialah adanya

siswa yang tidak lulus sekolah dikarenakan nilai siswa tersebut dalam

ujian sekolah ada yang kurang. Padahal nilai yang didapatkan siswa

tersebut dalam Ujian Nasional sudah melampaui standar yang ditentukan

oleh pemerintah. Kejadian seperti ini sulit ditemukan terjadi di sekolah

yang lain.

Page 25: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

19

2. Pelaksanaan

Teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta bisa terlaksana

dengan baik dikarenakan kultur yang ada di sekolah tersebut sudah

terbangun. Pengurus sekolah membuat rancangan pembelajaran dan

target strategis yang dilaksanakan dengan cukup baik. Guru maupun

karyawan juga bisa mengadopsi dan menjalankan program-program yang

dirancang dengan baik.

Barang-barang yang diproduksi oleh sekolah yang terintegrasi

dalam teaching factory berupa barang-barang pesanan dari pihak luar

maupun barang-barang yang digunakan untuk stok kebutuhan yang

kontinyu. Stok untuk kebutuhan kontinyu tersebut misalnya ragum, palu,

dan beberapa peralatan perkakas lain.Barang-barang stok tersebut

dipasok ke beberapa toko peralatan teknik di beberapa tempat.

Selama beberapa waktu, SMK St. Mikael memberikan

kesempatan kepada beberapa guru SMK Negeri maupun swasta untuk

mendapatkan pelatihan instruktur. Hasil yang diperoleh adalah pada saat

pelatihan, hampir semua guru bisa menerapkan disiplin, peningkatan

perhatian terhadap pembelajaran serta pengembangan diri untuk

perbaikan kegiatan belajar diri sendiri. Hanya saja semua yang

didapatkan itu sulit untuk diterapkan setelah para guru yang dilatih

tersebut kembali ke sekolah masing-masing. Akhirnya budaya kerja yang

menyebabkan proses teaching factory sulit untuk dilaksanakan di sekolah

lain.

Page 26: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

20

3. Pengawasan

Metode pengawasan yang dilakukan SMK St Mikael Surakarta

dengan melakukan pertemuan rutin setiap minggu sekali dan setiap bulan

sekali untuk membicarakan program yang bersifat jangka pendek, serta

pertemuan setiap tahun sekali untuk membicarakan program yang

bersifat jangka menengah atau panjang juga sangat baik. Sebuah

organisasi haruslah memiliki jadwal koordinasi yang rutin dalam kurun

waktu tertentu (Hunsaker, 2001). Dalam pertemuan tersebut dibicarakan

permasalahan-permasalahan yang terjadi beserta dengan alternatif

solusinya.

Sementara metode evaluasi dengan menggunakan form penilaian

kinerja untuk guru, karyawan dan siswa juga sangat baik. Dengan adanya

form penilaian kinerja tersebut, setiap orang akan mendapatkan hasil

sesuai dengan kinerja yang ditunjukkan. Hal ini memacu setiap guru,

karyawan, dan siswa untuk lebih bersemangat dalam menjalankan tugas

dan kewajibannya masing-masing. Sanksi yang diberikan untuk

pelanggaran yang dibuat juga bersifat mendidik karena diberikan dalam

bentuk penambahan jam kerja. Dengan adanya penambahan jam kerja

tersebut, ketrampilan yang dimiliki semakin meningkat. Selain sanksi

yang mendidik, pemberian reward bagi guru atau karyawan yang

berprestasi juga baik. Reward tidak harus diberikan dalam bentuk uang,

akan tetapi diberikan dalam bentuk fasilitas kerja yang dapat menunjang

prestasi yang bersangkutan untuk lebih baik lagi. Dengan demikian,

Page 27: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

21

orientasi guru dan karyawan tidak sekedar profit oriented akan tetapi

juga unsur pengabdian.

4. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam pelaksanaan teaching

factory di SMK St. Mikael Surakarta.

a. Faktor pendukung dalam pelaksanaan teaching factory di SMk St

Mikael Surakarta ialah:

1) Budaya atau kultur yang baik

SMK St Mikael Surakarta mampu membangun budaya

sesuai dengan visi yang dimilikinya dan tercermin dalam berbagai

aktifitas di sekolah. Budaya tersebut ialah disiplin, komitmen,

ketelitian, komunikasi yang baik, dan selalu belajar terus menerus.

2) Sumber daya manusia yang berkompeten dibidangnya.

SMK St Mikael Surakarta memiliki banyak sumber daya

manusia yang berkompeten sesuai dengan bidang yang

diampunya.

3) Fasilitas peralatan yang memadai

Fasilitas peralatan yang dimiliki sangat baik. Misalkan saja

mesin bubut yang dimiliki SMK St Mikael Surakarta dapat

dipergunakan untuk menghasilkan produk dengan tingkat

ketelitian sampai dengan 0,001 mm. SMK St Mikael Surakarta juga

memiliki peralatan yang diperlukan untuk membuat desain sebuah

produk sampai dengan produksi.

Page 28: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

22

b. Faktor penghambat dalam pelaksanaan teaching factory di SMk St

Mikael Surakarta ialah:

1) Belum adanya ruang atau bangunan khusus untuk unit produksi

SMK St Mikael Surakarta pada saat ini belum memiliki

fasilitas ruang atau bangunan khusus untuk kegiatan unit

produksi. Kegiatan produksi yang dilakukan menyatu dengan

tempat praktik siswa.

2) Belum adanya karyawan yang khusus mengelola unit produksi

Jika sekolah mendapatkan order untuk membuat sebuah

produk khusus maka yang mengerjakan ialah guru yang memiliki

kemampuan dalam bidang pembuatan produk tersebut.

Terkadang guru merasa kesulitan untuk membagi waktu antara

mengajar dengan mengerjakan produk yang harus segera

diselesaikan.

Page 29: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta melalui

perencanaan dengan pembuatan rencana jangka panjang, menengah,

dan pendek, pelaksanaan dengan mengintegrasikan ke dalam

kurikulum sehingga melibatkan semua siswa, serta pengawasan

dengan melakukan koordinasi rutin dan form penilaian untuk semua

siswa, karyawan, dan guru.

2. Faktor pendukung pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael

Surakarta ialah budaya atau kultur yang baik, sumber daya manusia

yang berkompeten dibidangnya, dan fasilitas peralatan yang

memadai. Sedangkan faktor penghambatnya ialah: belum adanya

ruang atau bangunan khusus untuk unit produksi dan belum adanya

karyawan yang khusus mengelola unit produksi

B. Saran

1. SMK lain yang ingin melaksanaan teaching factory sebagaimana di

SMK St. Mikael Surakarta sebaiknya mulai dengan menumbuhkan

kultur budaya baru berupa kedisplinan, ketelitian, dan kreatifitas.

Page 30: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

24

DAFTAR PUSTAKA

Triatmoko. (2009). The ATMI Story, rainbow of excellence. Surakarta : Atmipress.

Burhanuddin. (1994). Analisis administrasi manajemen dan kepemimpinan

pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Direktorat PSMK. (10 Mei 2008). Kewirausahaan dalam kurikulam SMK. Makalah

disajikan dalam Seminar Nasional Wirausaha Kuliner, di Jurusan Teknologi Industri , Fakultas Teknik , Universitas Negeri Malang.

Heru Subroto. (2004). Kinerja Unit Produksi SMK Negeri Kelompok Teknologi dan

Industri di Jawa Tengah. Tesis. Program Pascasarjana UNY. Moerwismadhi. (2009). Teaching factory suatu pendekatan dalam pendidikan

vokasi yang memberikan pengalaman ke arah pengembangan technopreneurship. Makalah : disampaikan pada seminar nasional technopreneurship learning for teaching factory tanggal 15 Agustus 2009 di Malang Jawa Timur.

Sudjana. (2000). Manajemen program pendidikan untuk pendidikan non formal

dan pengembangan sumber daya manusia. Bandung : Falah production Suharsimi, A. (1998). Organisasi dan adminnistrasi pendidikan teknologi dan

kejuruan. Jakarta : P2LPTK Husaini Usman. (2006). Manajemen pendidikan terpadu anak berbakat.

Yogyakarta : PT. Bumi Aksara. Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.

Page 31: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

Lampiran 1. Kisi-kisi wawancara dengan kepala sekolah

Wawancara

1. Bagaimanakah penjelasan Visi SMK St. Mikael menjadi pusat pendidikan

teknik yang unggul dalam mewujudkan 9C (competence, conscience,

compassion, communicative, cooperative, commitment, creativity,

capability, caring)?

2. Bagaimanakah strategi/kiat-kiat yang dilakukan dalam upaya mencapai

visi tersebut?

3. Bagaimanakah strategi yang dilakukan untuk menggerakkan seluruh

anggota sekolah sehingga berkontribusi dalam pencapaian visi dan misi

sekolah?

4. Bagaimanakah kiat-kiat supaya guru/instruktur termotivasi dan komitmen

untuk bisa memberikan keteladanan bagi siswa?

5. Bagaimanakah implementasi teaching factory di SMK Mikael Surakarta?

6. Bagaimanakah upaya yang dilakukan sekolah dalam membuka maupun

menjaga hubungan dengan pihak perusahaan atau industri?

7. Bagaimanakah strategi yang dilakukan untuk memasarkan produk hasil

siswa?

8. Kesulitan apa yang dialami selama menjalankan kegiatan teaching factory

dan upaya solusinya?

9. Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan oleh sekolah lain khususnya

sekolah negeri yang ingin menerapkan teaching factory di sekolahnya?

Page 32: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

1

Lampiran 2. Instrumen untuk guru

INSTRUMEN

PELAKSANAAN TEACHING FACTORY (TF) SMK ST MIKAEL SURAKARTA

PENGANTAR

Kuisioner ini dimaksudkan untuk mengetahui pelaksanaan teaching factory di SMK ST MIKAEL Surakarta.

PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER:

Berilah jawaban dengan cara:

a. Memberikan tanda centang (√) pada tanda (□) atau jawaban yang dianggap paling sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

b. Jawaban boleh lebih dari satu. c. Mengisi titik-titik (........) yang disediakan

Nama Guru : …………………………………..

Mata pelajaran yang diampu : …………………………………..

1. Jenjang pendidikan terakhir saya adalah :

□ S2 Pendidikan

□ S2 Murni

□ S1 Pendidikan

□ S1 Murni

□ D3

□ SMA/SMK

2. Diklat yang pernah saya ikuti :

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

Kode

Responden Guru

Page 33: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

2

3. Mata pelajaran yang Anda ampu ialah :

□ Teori

□ Praktik

□ Teori dan Praktik

4. Jumlah jam mengajar anda dalam 1 minggu adalah : …………… jam

5. Berapakah jumlah mata pelajaran yang pernah Anda ampu selama ini? Apakah Anda

selalu mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki?

…………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………

6. Apakah Anda membuat silabus untuk setiap mata pelajaran yang anda ampu?

□ Ya □ Tidak, karena : ……………………

7. Apakah Anda membuat Rencana Pembelajaran (RPP) untuk setiap mata pelajaran

yang anda ampu?

□ Ya □ Tidak, karena : ……………………

8. Apakah Anda menginformasikan silabus kepada siswa di awal pertemuan?

□ Ya □ Tidak, karena : ……………………

9. Apakah Anda menginformasikan kriteria penilaian kepada siswa di awal pertemuan?

□ Ya □ Tidak, karena : ……………………

10. Standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) untuk mata pelajaran yang anda ampu

pada tahun terakhir ialah :

□ ≥ 70,00

□ 6,50-6,90

□ 6,00-6,49

□ ≤ 60,00

11. Kriteria nilai produk yang dibuat oleh siswa adalah :

□ Kreatifitas/orisinilitas

□ Kualitas produk

□ Fungsi/kegunaan

□ Laku/tidak

□ Kesesuaian dengan mata

pelajaran yang diikuti

□ Lainnya : ……………………………..

12. Keterlibatan siswa dalam kegiatan TF meliputi proses :

□ Perencanaan

□ Produksi

□ Pemasaran

□ Evaluasi

Page 34: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

3

13. SDM yang bertanggungjawab untuk mengontrol mutu produk yang dihasilkan dalam

TF ialah :

□ Siswa

□ Guru/Instruktur

□ Karyawan TF

□ Lainnya ……………………………..

14. Desain produk untuk kegiatan di pembelajaran praktik/TF dibuat oleh :

□ Guru

□ Karyawan

□ Siswa

□ Lainnya :

15. Bagaimana kriteria penilaian sehingga siswa dinyatakan lulus (memenuhi KKM) dalam

mata pelajaran yang anda ampu?

…………..............................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

.........................................................................................................................................

16. Deskripsikan pendidikan karakter yang Anda terapkan kepada siswa selama proses

pembelajaran beserta dengan kiat-kiat yang diterapkan

………………………………………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………

.………………………………..…………………………………………………………………………………………………

.…………………………………………………………………………………………………………………………………

….………………………………………………………………………………………………………………………………

…….……………………………………………………………………………………………………………………………

………….

17. Deskripsikan strategi/kiat-kiat yang Anda pergunakan sehingga siswa mampu

melaksanakan praktik dan menghasilkan produk yang memiliki nilai jual/memenuhi

standar yang telah ditetapkan (khusus guru praktik)

……………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………………………………………

Page 35: Laporan Hasil Penelitian SMK St Mikael Surakarta

4

18. Bagaimanakah solusi yang anda lakukan untuk mengatasi hasil praktik siswa yang

tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan?

………………………………………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………

.…………………………………………………………………………………………………………………………………

….………………………………………………………………………………………………………………………………

…….…………………………………………………………………………………………………

19. Sebutkan kesulitan yang Anda temui pada saat proses pembelajaran praktik terhadap

siswa

………………………………………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………………………………………

.…………………………………………………………………………………………………………………………………