LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

37
LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: Perubahan Sistem Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Tim Peneliti : DWI NUR MUHAMMAD MUHAMAD AKBAR Bidang Lomba Penelitian : ISH SMA Negeri 2 Unggulan Talang Ubi Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

Transcript of LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Page 1: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI

Kenormalan Baru: Perubahan Sistem Pembelajaran Pada Masa Pandemi

Covid-19 Di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

Tim Peneliti :

DWI NUR MUHAMMAD

MUHAMAD AKBAR

Bidang Lomba Penelitian :

ISH

SMA Negeri 2 Unggulan Talang Ubi

Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

Page 2: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Provinsi Sumatera Selatan

Tahun 2020

KENORMALAN BARU: PERUBAHAN SISTEM PEMBELAJARAN

PADA MASA PANDEMI COVID-19

DI KABUPATEN PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR

Dwi Nur Muhammad1, Muhamad Akbar2, dan Agung Dirga Kusuma3

1Program Studi IPS, 2Program Studi MIPA SMA Negeri 2 Unggulan Talang Ubi,

Kab. Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan 31211, Tel : (0713) 3921475,

e-mail: [email protected] 3Alumni Program Studi Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan sistem pembelajaran yang diterapkan sekolah,

dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 terhadap sistem tersebut, dan mengetahui

bagaimana sekolah, guru, orang tua, dan peserta didik menghadapi situasi kenormalan baru dalam

menjalankan sistem pembelajaran. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Penukal Abab Lematang

Ilir Provinsi Sumatera Selatan.

Dalam memahami fenomena perubahan sistem pembelajaran pada masa pandemi covid-19, peneliti

menggunakan pendekatan penelitian campuran (mixed method) yang menggabungkan antara

pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data secara kuantitatif yang digunakan

adalah angket atau kuesioner, sedangkan untuk kualitatif menggunakan wawancara dan observasi.

Kegiatan analisis data secara kuantitatif meliputi pengolahan dan penyajian data, melakukan

perhitungan untuk mendeskripsikan data dan melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan

uji statistik. Sedangkan proses analisis data kualitatif menggunakan empat tahap penyusunan yaitu

tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perubahan sistem pembelajaran yang diterapkan sekolah pada

peserta didik di Kabupaten PALI belum sepenuhnya siap dan efektif. Hal ini terkait dengan teori

Pierre Bordieu dengan konsep Habitus yang merujuk pada kebiasaan seorang individu. Semua

informan memiliki kendala yang berbeda-beda dalam menerima perubahan sistem pembelajaran.

Sekolah, guru, orang tua, dan peserta didik menghadapi suasana adaptasi kenormalan baru ini

dengan berbagai kendala. Dalam menjalankan sistem pembelajaran, guru diwajibkan untuk belajar

lagi demi meningkatan kompetensi bidang teknologi, orang tua diharuskan mengawasi proses

belajar peserta didik di rumah, dan peserta didik terdominasi diwajibkan untuk menuntaskan capaian

kurikulum yang sudah disiapkan sekolah meskipun dengan berbagai kendala.

Kata kunci: perubahan sistem pembelajaran, covid-19, habitus

Page 3: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

BAB 1. PENDAHULUAN

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada 28 Mei 2020 mengumumkan bahwa terdapat

24.538 kasus positif Covid-19 dengan rincian 16.802 dalam perawatan, 6.240 sembuh, dan 1.496

meninggal dunia. Selanjutnya terdapat 942 kasus positif Covid-19, 123 sembuh, dan 25 meninggal

dunia di Provinsi Sumatera Selatan (https://covid19.go.id/peta-sebaran). Hingga 27 Mei 2020 status

Kabupaten Penukal Abab Lematang lir (PALI) masih zona hijau. Status zona hijau yang selama ini

disandang Kabupaten (PALI), Sumatera Selatan kini berubah menjadi zona kuning setelah satu

Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dinyatakan positif Covid-19 serta jubir gugus tugas Covid-19

provinsi Sumatera Selatan secara resmi mengumumkan satu warga PALI terkonfirmasi virus corona

pada 28 Mei 2020. Terkonfirmasinya pasien positif Covid-19 di Kabupaten PALI mulai membuat

resah masyarakat. Dengan perubahan situasi ini, gugus tugas percepatan penanganan Covid-19

Kabupaten PALI memperketat pengawasan dan mengumpulkan data bagi warga yang pernah

bersentuhan dengan PDP yang ditetapkan positif.

Sejak Maret 2020 memang Kab. PALI masih zona hijau akan tetapi kegiatan belajar mengajar di

sekolah dilaksanakan dari rumah secara daring guna mencegah penyebaran virus Covid-19. Kondisi

pandemi Covid-19 memang memberikan dampak yang multidimensional tidak terkecuali pada

bidang pendidikan. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Corona belum dapat ditaklukkan

membuat pemerintah Indonesia ingin berdamai dengan corona. Muncul padanan kata baru yang

disebut kenormalan baru.

Kenormalan baru yang diwacanakan pemerintah juga berdampak pada kegiatan pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tengah menunggu pertimbangan dari Gugus Tugas

Penanganan Covid-19. Hingga kini belum ada kepastian kapan tahun ajaran baru 2020/2021 dibuka.

Tentu ini akan menimbulkan polemik di masyarakat.

Menurut Mendikbud, Nadiem Makarim, di banyak negara, tahun ajaran baru relatif tetap. Namun,

belum ada keputusan kapan akan dibuka. Ia menampik telah ada keputusan sekolah dibuka Juli

mendatang. Kemendikbud menilai saat ini tidak diperlukan adanya perubahan tahun ajaran maupun

tahun akademik. Tetapi metode belajarnya apakah belajar dari rumah atau di sekolah akan

berdasarkan pertimbangan Gugus Tugas (https://tirto.id/fDaQ).

Realitas sosial kenormalan baru tidak bisa dihindari, konsep sekolah di rumah (home-schooling)

tidak pernah menjadi pilihan utama dalam wacana pendidikan nasional akan tetapi untuk situasi saat

ini, mau tidak mau harus dijalankan. Meski makin populer, penerapan pembelajaran online (online

learning) selama ini hanya terbatas pada Universitas Terbuka, program kuliah bagi karyawan di

sejumlah universitas dan kursus-kursus tambahan (online courses). Tetapi, kebijakan physical

distancing untuk memutus penyebaran wabah, memaksa perubahan dari pendidikan formal di

bangku sekolah menjadi belajar dari rumah, dengan sistem online, dalam skala nasional.

Kondisi ini memaksa masyarakat Kab. PALI yang notabennya adalah kabupaten baru yang

penduduknya mayoritas petani karet kesulitan. Masalah tidak hanya terbatas pada bidang ekonomi

dimana para orang tua kesulitan membeli paket internet karena harga karet yang merosot tajam, akan

tetapi masalah jaringan internet yang tidak stabil di beberapa wilayah Kab. PALI ikut menambah

daftar kendala yang dihadapi pelajar maupun masyarakat. Belum lagi sekolah yang tidak siap

menghadapi kondisi ini dengan guru-guru yang tidak sedikit gagap teknologi.

Realitas sosial atau kenyataan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat seperti pandemi Covid-19

ini sangat menarik dibahas, apalagi ketika muncul wacana kenormalan baru atau kehidupan setelah

pandemi, bahkan jangan-jangan kehidupan di masa pandemi yang panjang. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk membahas penelitian dengan judul; “Kenormalan Baru: Perubahan Sistem

Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir”.

Page 4: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat

2. Kasus positif Covid-19 di Provinsi Sumatera Selatan terus meningkat

3. Kabupaten PALI tidak lagi ditetapkan sebagai zona hijau ketika satu kasus positif Covid-19

diumumkan pada 27 Mei 2020

4. Kegiatan belajar-mengajar dilakukan secara daring atau belajar dari rumah

5. Masyarakat Kab. PALI kesulitan memenuhi kebutuhan paket internet untuk anak-anak

belajar online

6. Dampak multidimensional yang ditimbulkan dari realitas sosial pandemi Covid-19

7. Jaringan internet yang tidak stabil di beberapa wilayah Kab. PALI

Sekolah belum sepenuhnya siap menghadapi sistem pembelajaran online

8. Guru-guru yang kurang berkompeten dalam pelaksanaan pembelajaran online

9. Adanya kesenjangan sosial antara peserta didik kelas atas dengan peserta didik kelas bawah

yang memiliki ekonomi lemah.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka diperoleh

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi Covid-19 yang diterapkan

sekolah pada peserta didik di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir ?

2. Apa dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 terhadap sistem pembelajaran yang

diterapkan oleh sekolah ?

3. Bagaimana sekolah, guru, orang tua, dan peserta didik menghadapi situasi kenormalan baru

dalam menjalankan sistem pembelajaran daring sebagai dampak dari pandemi Covid-19 ?

Dilihat dari rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini

adalah:

1. Menganalisis perubahan sistem pembelajaran yang diterapkan sekolah dan dampak yang

ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 terhadap sistem tersebut.

2. Mengetahui bagaimana sekolah, guru, orang tua, dan peserta didik menghadapi situasi

kenormalan baru dalam menjalankan sistem pembelajaran sebagai dampak dari pandemi

Covid-19.

3. Memberikan kontribusi terhadap berkembangnya ilmu-ilmu sosial, khususnya ilmu

sosiologi, terutama bahasan mengenai realitas baru yang terjadi di masyarakat yaitu

kenormalan baru.

4. Dapat dipakai sebagai acuan atau bahan rujukan bagi penelitian-penelitian sejenis untuk

tahap selanjutnya atau dijadikan informasi ilmiah bagi kepentingan ilmu pengetahuan yang

diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khusunya pada bidang sosiologi

5. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang dampak pandemi Covid-19 terhadap

pelaksanaan sistem pembelajaran daring pada peserta didik di Kecamatan Talang Ubi

Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Kenormalan Baru

Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Kenormalan baru adalah keadaan normal yang baru (belum

pernah ada sebelumnya). Kenormalan baru merupakan padanan dari istilah Bahasa Inggris

yaitu new normal.

Page 5: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Menurut Watiknas (Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional) dalam Langkah

Strategis Transformasi Digital Sebagai Fundamental Kondisi Kenormalan Baru (2020)

menyatakan bahwa ada empat situasi setelah pandemi Covid-19 yang disebut Kenormalan

Baru Indonesia. Adapun empat situasi tersebut menyangkut:

1. Solidaritas Sosial; banyak korban nyawa akibat Covid-19 melahirkan masyarakat

baru yang penuh empati, welas asih dan syarat solidaritas sosial.

2. Media Digital; dengan adanya Covid-19 konsumen menghindari kontak fisik

manusia, mereka beralih menggunakan media virtual/digital.

3. Stay at Home; gaya hidup baru tinggal dirumah dengan aktivitas working-living-

playing, karena adanya social distancing.

4. Dasar Piramida; mengacu pada piramida Maslow, konsumen kini berkeser

kebutuhannya dari puncak piramida yaitu aktualisasi diri dan esteem ke dasar

piramida yaitu, makanan, kesehatan, dan keamanan jiwa raga.

Pengaruh Pandemi Covid-19 Terhadap Pendidikan

Sekitar 25 juta anak sekolah dasar di Indonesia kini belajar di bawah ancaman pandemi Covid-19.

Seperti dilakukan oleh banyak negara, untuk mencegah penularan virus corona di sekolah, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan surat edaran bertanggal 24 Maret 2020 yang mengatur

pelaksanaan pendidikan pada masa darurat penyebaran coronavirus. Kebijakan “Belajar dari

Rumah” ini tepat untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah, namun survei awal

dan terbatas menunjukkan implementasinya masih beragam di lapangan.

Virus ini pun memaksa kehidupan sosial harus berubah, termasuk metode pembelajaran. Selama ini,

pendidik berkutat pada metode pembelajaran konvensional, yaitu tatap muka di kelas antara guru

dengan peserta didik. Proses pembelajaran, diskusi, tanya-jawab, dan bimbingan semua berlangsung

tatap muka. Sekarang harus menggali diri kepada metode belajar dalam jaringan atau disingkat

daring (online). Masih terbatasnya kepemilikan komputer/laptop dan akses internet, misalnya,

merupakan masalah utama yang berdampak pada tidak meratanya akses pembelajaran online.

Temuan ini sama dengan yang terjadi di negara maju seperti di Amerika Serikat, Inggris, juga negara

tetangga Singapura.

Pada awal April lalu, dari Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) melakukan riset untuk

mengetahui implementasi kebijakan “Belajar dari Rumah.” Riset mensurvei sekitar 300 orang tua

siswa sekolah dasar di 18 kabupaten dan kota di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa

Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Utara (Kaltara), dan Jawa Timur. Hasil menunjukkan adanya

ketimpangan akses media pembelajaran, yang semakin dalam antara anak-anak dari keluarga

ekonomi mampu dan kurang mampu. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hanya sekitar 28%

responden yang menyatakan anak mereka belajar dengan menggunakan media daring

(https://theconversation.com/riset-dampak-covid-19-potret-gap-akses-online-belajar-dari-rumah-

dari-4-provinsi-136534).

Sistem Pembelajaran Daring

Secara umum, Pembelajaran Daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu secara

dalam jaringan (daring) yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau audiens yang lebih

banyak dan lebih luas. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang diselenggarakan melalui

jejaring web. Setiap mata kuliah/pelajaran menyediakan materi dalam bentuk rekaman video atau

slideshow, dengan tugas-tugas mingguan yang harus dikerjakan dengan batas waktu pengerjaan yang

telah ditentukan dan beragam sistem penilaian (Bilafaqih dan Qomarudin, 2015).

Page 6: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Teori Habitus Pierre Bordieau

Peneliti akan menggunakan teori habitus yang dikemukakan oleh Pierre Bordieau dalam

menganalisis pembahasan penelitian. Hal ini didasari dengan adanya habitus antara kelas atas dan

kelas bawah dalam sistem pembelajaran daring. Dimana habitus kelas atas mendominasi, sementara

kelas bawah mengalami alienasi terhadap sistem pembelajaran daring karena terbatasnya akses dan

peralatan teknologi serta kemampuan ekonomi.

Pendidikan menurut Bourdieu menjadi reproduksi sosial kelas, melalui penyebaran habitus kelas

sosial dominan. Reproduksi sosial kelas itu terjadi, ketika seorang guru masih menjadi kelas

dominasi dan murid menjadi kelas terdominasi. Intinya seorang murid tidak bisa melakukan

transformasi ideologi kelas sosialnya yang terdominasi, jika diberikan habitus oleh guru habitus

kelas terdominasi (malas, pendiam, penakut, terlalu patuh, pasrah pada nasib, tidak kreatif, hanya

ibadah tidak berusaha). Habitus diperoleh sebagai akibat dari ditempatinya posisi di dunia sosial

dalam waktu yang panjang (Ritzer & Goodman, 2012).

Suatu identitas, atribut, serta praktek sosial dapat disebut sebagai bentuk kekerasan simbolik jika hal

tersebut disalahkenali sebagai sesuatu yang absah dan terberi serta kemampuan untuk menjamin

terjadinya kesalahkenalan tersebut disebut kuasa. Kesalahkenalan tersebut merupakan hal yang

“dipaksakan” secara halus untuk memahami suatu realitas sehingga ada pihak tertentu yang lebih

diuntungkan sementara ada pihak lain yang dirugikan (Indi Aunullah, 2006).

Kesalahkenalan tersebut dimungkinkan oleh habitus sebagai sistem skema produksi praktek

sekaligus sistem skema persepsi dan apresiasi atas praktek (Pierre Bordieu, 2011). Persepsi yang

dibentuk oleh habitus menjadikan dunia sosial yang ditempati oleh agen sebagai realitas sosial yang

sudah terbukti dengan sendirinya.

Kemampuan untuk mengonstruksi realitas dunia sosial sebagai sesuatu yang terberi ini oleh

Bourdieu disebut sebagai kuasa simbolik. Kuasa simbolik ini bekerja melalui

tatanan gneoseological, yaitu pemaknaan yang paling dekat dengan dunia sosial untuk

menyembunyikan suatu relasi kuasa yang membentuk persepsi tersebut. Pemaknaan ini, yang

menyembunyikan suatu relasi kuasa di baliknya, disusun oleh suatu sistem simbol yang memiliki

kegunaan tidak hanya sebagai sarana komunikasi, namun juga sebagai sarana dominasi dikarenakan

sistem simbol tersebut dideterminasi oleh relasi kuasa yang tersembunyi di baliknya (Pierre Bordieu,

1991).

Pada ranah pendidikan, modal yang paling dicari adalah modal kultural dalam berbagai bentuknya.

Bourdieu menjelaskan terdapat tiga bentuk modal kultural: bentuk menubuh yaitu ilmu dan

pengetahuan yang ada dalam diri agen; bentuk terbenda yaitu dalam bentuk benda-benda kultural

seperti buku, lukisan, kamus, peralatan, mesin, dan semacamnya; dan dalam

bentuk terinstitusional yaitu dalam bentuk kualifikasi pendidikan seperti ijazah dan sertifikat, yang

harus dibedakan dari bentuk terbenda lainnya karena bentuk ini selalu mengandaikan garansi

institusional (Pierre Bordieu, 1986).

Ranah pendidikan tidak dilihat Bourdieu hanya pada tataran pendidikan formal di sekolah-sekolah

ataupun di perguruan tinggi. Pembentukan habitus seorang agen sudah dilakukan dari masa kanak-

kanak yang terjadi dalam lingkup struktur sosial terkecil, yaitu keluarga. Habitus yang dibentuk

sejak dari keluarga kemudian mendasari penataan pengalaman dalam sekolah (terutama penerimaan

terhadap sekolah dan asimilasi pesan pedagogis khusus) serta persepsi dan apresiasi terhadap

kegiatan pedagogis berikutnya (Pierre Bordieu, 1977).

Ranah pendidikan, walau sudah terinstitusionalisasi secara resmi pada sebuah sistem struktur sosial

yang liberal dan sekuler, masih memiliki tingkat otonomi yang rendah. Hal ini berkaitan dengan

fungsi pendidikan sebagai sarana internalisasi habitus ke dalam diri agen. Apa yang direproduksi

dalam sekolah, sebagai sarana kegiatan pedagogis yang sahih, tidak lain adalah kultur dominan yang

berkontribusi terhadap reproduksi struktur relasi kuasa dalam dunia sosial di mana sistem

Page 7: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

pendidikan yang dominan cenderung menjamin monopoli kekerasan simbolik yang dianggap sah

oleh sistem yang berkuasa. Dengan demikian, pendidikan bertujuan untuk mereproduksi sistem yang

sudah mapan. Sebuah sistem yang dibentuk serta dipaksakan secara halus oleh kelompok dominan

yang berkuasa demi kepentingan material dan simbolik mereka. Kelompok dominan, sebagai

pemegang modal terbanyak dalam berbagai bentuknya, akan selalu memaksakan secara halus

habitusnya kepada kelompok subordinat (Pierre Bordieu, 1990).

BAB 3. METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian campuran (mixed

method) yang menggabungkan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sebagaimana

dikemukakan oleh Creswell (2013) bahwa, “Penelitian metode campuran merupakan pendekatan

penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif.”

Penelitian ini merupakan penelitian fenomena sosial, yaitu perubahan sistem pembelajaran di masa

pandemi Covid-19 yang diterapkan sekolah pada peserta didik di Kabupaten Penukal Abab

Lematang Ilir.

Menurut Tashakori & Teddlie dalam Putra & Hendarman (2013) terdapat tiga keunggulan dari

penelitian campuran yaitu: (1) Penelitian metode campuran sanggup menjawab pertanyaan

penelitian yang tidak mampu dijawab oleh metodologi yang lain. (2) Penelitian metode campuran

memberikan proses pengambilan kesimpulan yang lebih baik (atau lebih kuat). (3) Metode campuran

memberikan peluang untuk menyajikan keanekaragaman pandangan yang lebih besar.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan strategi metode campuran sekuensial/bertahap

(sequential mixed methods) terutama strategi eksplanatoris sekuensial. Creswell (2013)

mengemukakan bahwa: Strategi metode campuran sekuensial/ bertahap (sequential mixed methods)

merupakan prosedur-prosedur di mana di dalamnya peneliti berusaha menggabungkan atau

memperluas penemuan-penemuannya yang diperoleh dari satu metode dengan penemuan-

penemuannya dari metode yang lain.

Strategi eksplanatoris sekuensial merupakan penelitian metode campuran yang lebih condong pada

kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Creswell (2013) bahwa, “Strategi eksplanatoris

sekuensial merupakan strategi yang cukup populer dalam penelitian metode campuran sering kali

digunakan oleh para peneliti yang lebih condong pada proses kuantitatif.” Menurut Creswell (2013)

bahwa, “Strategi eksplanatoris sekuensial diterapkan dengan pengumpulan data analisis data

kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti oleh pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap

kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.” Dalam penelitian ini prioritas diberikan

pada data kuantitatif, kemudian hasil kuantitatif diperdalam dengan data kualitatif.

Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif menurut Silalahi (2012) bahwa, “Penelitian deskriptif menyajikan satu gambar

yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting sosial, atau hubungan.” Hal tersebut sependapat

dengan Zuriah (2009) bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk

memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian, secara sistematis dan akurat,

mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.” Dengan menggunakan metode deskriptif

diharapkan dapat memaparkan realitas sosial sebenarnya mengenai wacana kenormalan baru:

Perubahan Sistem Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kabupaten Penukal Abab

Lematang Ilir.

Page 8: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Desain Penelitian

Untuk menjelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian ini penulis membuat

desain penelitian sebagai bentuk rencana peneliti dalam membuat alur, mengumpulkan data dan

kemudian menganalisisnya agar kegiatan penelitian yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien.

Tentang desain penelitian dijelaskan Nasution (2007) bahwa, “Desain penelitian merupakan rencana

tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta

serasi dengan tujuan penelitian itu.” Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif

dengan pendekatan penelitian campuran (mix method), hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang

dilakukan yaitu menganalisis perubahan sistem pembelajaran yang diterapkan sekolah dan dampak

yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 terhadap sistem tersebut dan mengetahui bagaimana

sekolah, guru, orang tua, dan peserta didik menghadapi situasi kenormalan baru dalam menjalankan

sistem pembelajaran sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

.

Gambar 1. Desain Penelitian

Keterangan:

X1 : Masa Pandemi Covid-19

X2 : Wacana Kenormalan Baru

Y : Perubahan Sistem Pembelajaran

Dalam desain penelitian ini dijabarkan variabel independen (X1) adalah, masa pandemi

Covid-19 dan variabel intervening (X2) adalah wacana kenormalan baru, variabel dependen (Y)

adalah perubahan sistem pembelajaran.

Menurut Tuckman dalam Sugiyono (2009) variabel intervening adalah variabel yang secara

teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi

hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel intervening merupakan

variabel penyela antara yang terletak di antara variabel independen dengan variabel dependen,

sehingga variabel independen tidak langsung memengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel

dependen.

Selanjutnya peneliti kemukakan secara garis besar alur penelitian. Sesuai karakteristik

metode kombinasi sequential explanatory, dimana pada tahap pertama penelitian menggunakan

metode kuantitatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kualitatif. Dengan demikian

penelitian kombinasi dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian kuantitatif dan

rumusan masalah kualitatif, atau rumusan masalah yang berbeda tetapi saling melengkapi. Dalam

alur penelitian ini peneliti menempuh prosedur penelitian kuantitatif sebagai berikut:

1. Menentukan masalah/potensi dan rumusan masalah

2. Melakukan kajian teori dan merumuskan hipotesis.

3. Mengumpulkan dan analisis data untuk menguji hipotesis.

4. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis

Selanjutnya menempuh prosedur penelitian kualitatif sebagai berikut:

1. Menentukan sumber data penelitian.

2. Mengumpulkan dan menganalisis data kualitatif.

X1 Y

X2

Page 9: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

3. Menganalisis data kuantitatif dan data kualitatif

4. Memberikan kesimpulan

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Talang Ubi Kabupaten PALI dan tempat yang disepakati

antara peneliti dan informan antara lain sekolah informan, rumah informan, rumah peneliti, dan

tempat makan. Pada saat penelitian masih dalam suasana PSBB atau tidak memungkinkan

melaksanakan wawancara tatap muka, maka wawancara dilakukan secara virtual menggunakan

aplikasi yang tersedia dalam gawai seperti whatsapp dan telegram. Dengan subyek atau informan

penelitian yaitu peserta didik, guru, dan orang tua di Kabupaten PALI.

Waktu Penelitian

Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dan pengambilan data dilaksanakan dalam jangka waktu dua

bulan, setelah proposal ini diterima dan lolos seleksi Kompetisi Penelitian Siswa Indonesia (KOPSI).

Sesuai jadwal dari panitia, penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Minggu ke-3

bulan September 2020.

Objek Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian maka peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam

penentuan objek penelitian. Artinya, teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin

dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang

diteliti (Sugiono, 2013: 54). Kriteria objek yang dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yaitu: orang

tua, guru, dan peserta didik jenjang SD, SMP, dan SMA di Kabupaten PALI. Sekolah yang dipilih

peneliti yang mewakili populasi sampel adalah SDN 6 Talang Ubi, SMPN 2 Penukal Utara, SDN 3

Abab, SMAN 1 Penukal, SDN 11 Tanah Abang, dan SMAN 2 Unggulan Talang Ubi.

Populasi Dan Sampel

Populasi

Menurut Sugiyono (2009) bahwa, “Populasi wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa yang menjadi populasi itu seluruh data yang menjadi

perhatian peneliti dan tidak hanya orang atau manusia, akan tetapi benda atau objek lainnya bisa

menjadi populasi asalkan mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh sekolah jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA yang ada di Kabupaten PALI sebanyak

216 sekolah.

Tabel 1. Keadaan Populasi Penelitian Berdasarkan Jumlah Sekolah Tahun 2020

Jenjang Jumlah

SD/MI 127

SMP/MTs 53

SMA/SMK/MA 36

Page 10: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Total 216

Sumber : data Dinas Pendidikan Kab. PALI 2020

Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, yang oleh

peneliti dipandang mewakili populasi target. Untuk itu sampel diambil dari sebagian jumlah dan

karakteristik yang dimiliki populasi saja tidak mengambil keseluruhan untuk diteliti dan dipandang

mewakili populasi target. Karakteristik sampel ditentukan oleh peneliti untuk memenuhi kebutuhan

data dilapangan secara objektif, karakteristik itu sendiri dijadikan sebagai bentuk identitas bagi

responden dalam memberikan data, diantaranya: jenjang, lokasi sekolah, akreditasi. Dari 216

sekolah yang ada di Kabupaten PALI, peneliti mengambil 6 sekolah yang mewakili populasi sampel

yaitu, SDN 6 Talang Ubi, SMPN 2 Penukal Utara, SDN 3 Abab, SMAN 1 Penukal, SDN 11 Tanah

Abang, dan SMAN 2 Unggulan Talang Ubi.

Tabel 1. Sampel Penelitian

Keterangan:

Untuk mendapatkan sampel diperlukan pertimbangan penentuan teknik sampling. Pada

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Artinya kami menentukan sampel

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Jumlah pada tabel tersebut dianggap

peneliti mewakili populasi penelitian berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti, waktu,

keterjangkauan lokasi, kemampuan peneliti, dan mengingat adanya pembatasan keluar rumah dalam

masa pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan peneliti mengambil data lebih besar.

Variabel Penelitian

Terdapat dua macam variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas atau variabel independen,

dan variabel terikat atau variabel dependen. Sebagaimana menurut Sugiyono (2011).

Variabel bebas atau independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), sedangkan variabel terikat atau dependen

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini dijabarkan variabel independen (X1) adalah, masa pandemi Covid-19 dan

variabel intervening (X2) adalah wacana kenormalan baru, variabel dependen (Y) adalah perubahan

sistem pembelajaran.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan angket atau

kuesioner sebagai alatnya. Penentuan metode dalam pengumpulan data menjadi sesuatu yang

penting bagi peneliti untuk menentukan hasil dari penelitian tersebut. Menurut Sugiyono (2009)

terdapat dua hal utama yangmempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen

penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian selain dibutuhkan metode yang tepat,

Page 11: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

perlu juga memilih teknik dan pengumpulan data yang relevan agar hasil dari penelitiannya objektif.

Menurut Bungin (2011) “Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data

yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian.” Oleh karena itu teknik pengumpulan data

yang digunakan harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan. Karena

penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian campuran (mixed method) maka dalam

pengumpulannya menggunakan teknik pengumpulan pendekatan kuantitatif dan pendekatan

kualitatif. Untuk kuantitatif teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket atau kuesioner,

sedangkan untuk kualitatif menggunakan wawancara dan observasi dalam pengumpulan datanya.

Angket Atau Kuesioner

Menurut Sugiyono (2009) “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.”

Sedangkan kuesioner menurut Zuriah (2009) adalah “Suatu alat pengumpul informasi dengan cara

menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula.” Kemudian

Riduwan (2012) menyatakan bahwa, “Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang

lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.” Berdasarkan

pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa angket atau kuesioner merupakan salah satu alat

mengumpulkan data dalam penelitian dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada responden

dengan tujuan memperoleh data dan informasi yang lengkap mengenai suatu masalah.

Sasaran dalam penyebaran angket adalah guru, peserta didik, dan orang tua/wali peserta didik yang

sudah dianggap sebagai sampel atau yang dianggap mewakili dari keseluruhan objek penelitian.

Sehingga dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui angket ini dapat membantu

peneliti dalam mencari dan mengumpulkan data dari lapangan. Angket disebar menggunakan

aplikasi google form.

Observasi

Menurut Bungin (2011) “Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan

pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya.”

Sedangkan menurut Riduwan (2012) “Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke

objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.”

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi merupakan salah satu

teknik pengumpulan data dalam penelitian dengan melakukan pengamatan langsung objek yang

akan diteliti yang dalam pengamatannya menggunakan pancaindera mata.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi langsung. Menurut Zuriah (2009)

“Observasi langsung yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang

diselidiki.”Alasan peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan observasi di antaranya untuk

memperoleh data dari objek penelitian yang tidak bisa didapatkan melalui wawancara dan angket,

kemudian dengan observasi peneliti dapat berbaur langsung dengan objek penelitian di lapangan.

Sehingga dengan observasi peneliti bisa melihat secara langsung keadaan yang sebenarnya di

lapangan.

Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010) dokumentasi yaitu “Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan

sebagainya.” Sedangkan menurut Riduwan (2012) “Dokumentasi adalah ditujukan untuk

memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-

peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.”

Page 12: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dokumentasi merupakan teknik

pengumpulan data dengan mencari data langsung dari tempat penelitian yang meliputi data yang

relevan seperti buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film

dokumenter, surat kabar dan sebagainya.

Dalam penelitian ke lapangan, peneliti akan menggunakan teknik ini untuk mendapatkan bahan

maupun informasi yang mendukung penelitian ini, serta sebagai bagian dari teknik pengumpulan

data yang lain untuk saling menguatkan. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data seperti

data berbagai dokumen yang akan menguatkan penelitian ini dan foto-foto sebagai bukti otentik di

lapangan.

Instrumen Penelitian

Sugiyono (2011) menjelaskan bahwa “instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai

variabel yang diteliti.” Dengan demikian jumlah variabelakan menentukan banyaknya instrumen

penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu masa pandemi COVID-19 sebagai

variabel X1 dan wacana kenormalan baru sebagai variabel intervening X2 serta perubahan sistem

pembelajaran sebagai variabel Y. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket atau

kuesioner dan pedoman wawancara.

ANALISIS DATA

Analisis Data Kuantitatif

Kegiatan analisis data meliputi pengolahan dan penyajian data, melakukan perhitungan untuk

mendeskripsikan data dan melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji statistik.

Penyajian data dan analisis data melalui data yang terkumpul dari lapangan bisa disajikan dalam

bentuk tabel, grafik, maupun diagram. Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif adalah menguji teori, membangun fakta, menunjukkan

hubungan dan pengaruh serta perbandingan antar variabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir

dan meramalkan hasilnya.

Analisis Data Kualitatif

Menurut Miles & Huberman dalam Sugiyono (2009, hlm. 337) aktivitas dalam analisis data

kualitatif di antaranya data reduction, data display, dan conclusion drawing verification. Adapun

dalam penelitian ini langkah-langkah yang akan ditempuh dijabarkan sebagai berikut:

Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data menurut Sugiyono (2009, hlm. 338) artinya “merangkum, memilah hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak

perlu.” Dalam melakukan reduksi data peneliti harus mempunyai wawasan yang luas, sebagaimana

dikemukakan oleh Sugiyono (2009, hlm. 339) bahwa “Reduksi data merupakan proses berpikir

sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.”

Display Data (Penyajian Data)

Menurut Sugiyono (2009, hlm. 341) “dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.”

Selanjutnya Miles & Huberman (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 341) mengatakan, yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif.

Conclusion drawing/verification

Langkah ke tiga dalam analisis data menurut Miles & Huberman dalam Sugiyono (2009, hlm. 345)

adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dalam hal ini kesimpulan yang diambil harus kredibel

Page 13: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

yang didukung oleh bukti. Kesimpulan kredibel menurut Sugiyono (2009, hlm. 345) merupakan

“kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data.”

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelumnya peneliti menargetkan jumlah sampel kuantitatif terdiri dari 85 guru, 170 peserta didik,

dan 29 orang tua. Kemudian untuk sampel penelitian kualitatif terdiri dari 17 guru, 25 peserta didik,

dan 17 orang tua. Jumlah pada rencana sampel tersebut tidak terpenuhi. Kondisi pandemi covid-19

yang semakin memburuk membuat proses pengambilan data terhambat. Belum lagi pengambilan

data di kecamatan lainnya di Kabupaten PALI terpaksa ditunda karena terkendala kebijakan

pemerintah daerah untuk berada di rumah saja. Pengambilan data melalui sistem daring juga

terhambat karena terbatasnya jumlah peserta didik yang memiliki alat komunikasi seperti gawai,

terutama peserta didik yang duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Kondisi

kian memburuk ketika mendapati temuan bahwa banyak orang tua yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan kuota internet, yang membuat peneliti kesulitan untuk berkomunikasi. Berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan seperti, waktu, keterjangkauan lokasi, kemampuan peneliti, dan

mengingat adanya pembatasan keluar rumah dalam masa pandemi Covid-19 yang tidak

memungkinkan peneliti mengambil data lebih besar, maka peneliti berhasil mengumpulkan sampel

kuantitatif terdiri dari 39 guru, 89 peserta didik, dan 38 orang tua. Kemudian untuk sampel

penelitian kualitatif terdiri dari 12 guru, 20 peserta didik, dan 7 orang tua. Data ini dianggap peneliti

sudah mewakili populasi penelitian.

Sebelum membahas topik utama terkait dengan perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi

Covid-19 ada baiknya kita melihat tingkat kesukaan informan terhadap sistem pembelajaran dalam

jaringan (daring). berikut data kuantitatif yang berhasil kami kumpulkan melalui pengisian aplikasi

google form yang kami berikan kepada kepala sekolah atau wakil kurikulum masing-masing sekolah

yang menjadi sampel penelitian.

Gambar 1. Diagram Orang Tua, Diagram Peserta Didik, Diagram Orang Tua

Seperti yang kita lihat pada gambar 1 tingkat persentase guru yang menyukai atau setuju dengan

pembelajaran daring ini adalah sebanyak 76,9% dari total informan yang kami dapatkan Namun, jika

kita melihat diagram peserta didik hanya 47,2% dari jumlah peserta didik yang menyukai sistem

pembelajaran daring. Hal ini menunjukkan bahwa tidak sampai separuh dari jumlah seluruh peserta

didik yang menyukai atau setuju dengan sistem pembelajaran daring ini. Kemudian pada diagram

orang tua yang menyukai dan setuju dengan sistem pembelajran daring hanya 36,8% saja. Dari

ketiga diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa ada yang salah dengan sistem pembelajaran dalam

jaringan (daring) ini.

Page 14: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Dalam penyelenggaraan sistem pembelajaran daring, tentunya kendala yang umumnya dirasakan

oleh guru, peserta didik, maupun orang tua adalah ketersediaan kuota maupun akses internet.

Namun, setelah peneliti mengkaji lebih dalam lagi ternyata banyak sekali kendala lain yang

dirasakan guru, peserta didik maupun orang tua. Dari informasi yang telah peneliti dapatkan,

ditemukan bahwa peran guru sebagai pendidik belum bisa sejalan dengan perubahan sistem

pembelajaran ini. Beberapa guru justru belum memahami situasi dan keadaan peserta didik maupun

orang tuanya. Terdapat 43,6% guru yang memberikan hukuman terhadap peserta didik yang tidak

mengikuti pembelajaran tanpa mendengarkan kendala yang dialami peserta didik terlebih dahulu.

Peneliti mendapati bahwa perubahan sistem pembelajaran daring ini memberikan dampak yang

bersifat multidimensional. Secara tidak langsung sistem ini merubah struktur dan tatanan kehidupan

keluarga. Meskipun orang tua telah menyepakati kontrak dengan guru untuk melakukan fungsi

pengawasan ketika anak belajar dari rumah, fungsi pengawasan ini tidak dapat berjalan maksimal

dikarenakan orang tua juga memiliki peran untuk bekerja di sektor publik, ibu yang bekerja di sektor

privat (melaksanakan tugas di rumah) juga merasa kesulitan mengawasi anak dalam proses

pembelajaran. Pada awalnya fungsi pengawasan ini berjalan baik, akan tetapi lama-kelamaan fungsi

ini menjadi longggar lantaran orang tua harus bekerja ekstra guna memenuhi kebutuhan hidup

dikarenakan terdapat banyak potongan pendapatan yang didapat orang tua yang bekera di kantor,

dan terdapat penurunan pendapatan bagi yang menjadi pedagang dan petani karet di tengah pandemi.

Hal ini menyebabkan anak-anak tidak mengikuti proses pembelajaran daring yang dilaksanakan

sekolah. Masalah baru muncul ketika manajemen sekolah tidak bisa mengontrol tugas yang

diberikan masing-masing guru ke peserta didik yang menjadi beban bagi peserta didik.

Perubahan Sistem Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19

Masa pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat di

Indonesia. Sederet perubahan kebijakan diterapkan pemerintah guna menyesuaikan sistem

pembelajaran dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini. Kementerian Pendidikan di Indonesia telah

mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan sekolah dan mengganti Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM) dengan menggunakan sistem dalam jaringan (Daring).

Secara tidak sadar, dengan adanya pandemi COVID-19 ini, dunia pendidikan dipaksa untuk

bertransformasi dengan pembelajaran daring, tentunya belum semuanya siap. Berbagai macam

media pembelajaran baik dari pemerintah maupun swasta sudah tersedia. Media tersebut dapat

menunjang kualitas pendidikan, karena pendidikan juga merupakan tolak ukur keberhasilan

pembangunan suatu bangsa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Edaran

Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 yang berisi tentang Ujian Nasional, Belajar Dari Rumah, Ujian

Sekolah, Ujian Kenaikan Kelas, PPDB 2020, dan BOS BOP. Pada kebijakan belajar dari rumah, ada

empat poin yang kami tangkap yaitu:

1. Siswa tidak dibebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum

2. Difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai covid-19

3. Tugas dan aktivitas disesuaikan dengan minat dan kondisi siswa, serta mempertimbangkan

akses dan fasilitas belajar di rumah

4. Bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif

dari guru, tanpa harus berupa skor/ nilai kualitatif.

Perubahan Sistem Pembelajaran di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

Pandemi Covid-19 berdampak pada dunia pendidikan, termasuk kegiatan belajar mengajar di

sekolah. Adanya wabah virus corona ini menghambat kegiatan belajar mengajar yang biasanya

berlangsung secara tatap muka. Kendati begitu, pandemi ini mampu mengakselerasi pendidikan 4.0.

Page 15: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Sistem pembelajaran dilakukan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi. Namun

begitu, ada tantangan besar dalam pelaksanaan model pembelajaran jarak jauh. Salah satunya, guru

dan peserta didik belum terbiasa menggunakan sistem pembelajaran yang bersifat blended dan

sepenuhnya online.

Dari informasi yang kami dapatkan, proses belajar mengajar di kabupaten PALI juga disesuaikan

dengan kondisi yang pandemi Covid-19. Kegiatan pembelajaran dialihkan menjadi sistem dalam

jaringan (daring). Namun tidak sedikit sekolah yang menerapkan sistem luar jaringan (luring). Bagi

peserta didik yang tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajaran daring, beberapa sekolah

memberikan kesempatan untuk peseerta didik tersebut datang ke sekolah dan mengikuti kegiatan

pembelajaran secara luring. Dari wawancara yang telah kami lakukan, terdapat sekitar 10% peserta

didik yang datang ke sekolah untuk mengikuti pembelajaran secara luring karena beberapa kendala,

diantaranya tidak memiliki gawai 10%, tidak memiliki kuota internet 52%, tidak memiliki akses

jaringan internet 38%.

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kegiatan Pembelajaran yang Diterapkan

Sekolah

Beberapa dampak yang dirasakan peserta didik pada proses belajar mengajar di rumah adalah para

peserta didik merasa dipaksa belajar jarak jauh tanpa sarana dan prasarana memadai di rumah.

Keluhan yang banyak dirasakan peserta didik adalah ketersediaan kuota dan akses internet. Kendala

selanjutanya peserta didik selama belajar di rumah yaitu peserta didik belum terbiasa belajar jarak

jauh karena selama ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui tatap muka, peserta didik

merasakan adanya sesuatu yang hilang selama belajar di rumah. Peserta didik telah terbiasa berada

di sekolah dan berinteraksi dengan teman-temannya. Namun, selama belajar di rumah peserta didik

hanya dapat berinteraksi dengan orang tua dan membuat peserta didik merasa jenuh belajar di

rumah. Secara tidak sadar selama berada di rumah kemampuan peserta didik dalam menyerap

pelajaran yang diberikan guru pun menurun. Sekitar 80% informan merasa dirugikan karena nilai

mereka yang menurun selama belajar di rumah. Dengan demikian dibutuhkan dukungan dan kerja

sama orang tua untuk memberikan pengawasan terhadap anaknya selama belajar.

Dampak yang dirasakan para orang tua adalah pengeluaran yang ikut bertambah karena selama

belajar daring, orang tua harus membelikan kuota internet untuk anaknya agar dapat mengikuti

kegiatan pembelajaran. Kendala selanjutnya yang dirasakan orang tua yaitu mereka harus

meluangkan lebih ekstra waktu kepada anak anak mendampingi belajar online. Tak sedikit orang tua

yang memprotes karena tidak bisa mengawasi anaknya selama belajar di rumah. Alasan yang paling

banyak di berikan orang tua adalah karena mereka juga harus bekerja selama anaknya belajar

dirumah. Tak sedikit juga orang tua yang ikut belajar bersama anak-anaknya dan ikut membantu

mengerjakan tugas anak-anaknya. Dengan sistem pembelajaran daring orang tua ikut menyadari

betapa susahnya mengawasi satu anak dalam belajar sedangkan guru yang harus mengawasi sekitar

20-40 anak di sekolah.

Dampak yang dirasakan guru yaitu guru kesulitan untuk memantau atau melihat perkembangan

peserta didik selama belajar di rumah. Kompetensi guru dalam menggunakan teknologi akan

mempengaruhi kualitas program belajar mengajar oleh karena itu guru diharuskan untuk mengikuti

pelatihan guna menunjang sistem pembelajaran daring. Tak hanya peserta didik yang terkendala

kuota dan akses internet, guru pun juga merasakan hal yang sama. Kendala selanjutnya yaitu para

guru belum terbiasa dalam melakasanakan moda pembelajaran jarak jauh, dengan adanya metode

pembelajaran jarak jauh membuat para guru perlu waktu untuk beradaptasi dan mereka menghadapi

perubahan baru yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas hasil belajar. Banyak guru

yang kesulitan dalam memberikan materi dan peserta didik yang merasakan secara langsung karena

Page 16: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

mereka pun kesulitan dalam menyerap materi yang diberikan tersebut. Selain itu, ketidakmauan

beberapa peserta didik dalam mengikuti pembelajaran juga menjadi pekerjaan rumah bagi guru. Tak

sedikit guru yang harus menyempatkan waktunya untuk datang ke rumah peserta didik untuk

membujuknya mengikuti kegiatan pembelajaran.

Strategi Sekolah Dalam Menghadapi Suasana Adaptasi Kenormalan Baru

Dalam menghadapi perubahan sistem pembelajaran dalam susasana adaptasi kenormalan baru ini,

tentunya pihak sekolah menjadikan momentum ini menjadi bagian dari proses untuk meningkatkan

kemampuan, baik guru maupun juga manajemen di sekolah. Dalam perubahan sistem pembelajaran

ini guru telah dipaksa untuk belajar lagi dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat

menunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang diselenggarakan secara daring. Di samping itu

jika tidak memungkinkan, guru dapat belajar secara otodidak dengan memanfaatkan artikel atau

jurnal ilmiah dan juga dapat melalui aplikasi seperti youtube. Perubahan sistem pembelajaran ini

menuntut guru untuk meningkatkan kompetensi penguasaan Informasi teknologi.

Dalam mempersiapkan Kegiatan Belajar mengajar (KBM) pada saat susasana adaptasi kenormalan

baru, sekolah harus menjamin peserta didik benar-benar mematuhi protokol kesehatan dan pihak

sekolah wajib menyediakan sarana dan prasarana cuci tangan yang layak untuk warga sekolah.

Kesuksesan pembelajaran daring selama masa Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua

pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen

yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dilakukan dengan membuat jadwal

yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orang tua dengan sekolah

agar peserta didik yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif.

Strategi Guru Dalam Menghadapi Suasana Adaptasi Kenormalan Baru

Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka

secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan

internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun peserta didik

berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi

dengan memanfaatkan media daring (online). Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat

personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat

melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti

WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media

pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam

waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda. Dari hasil penelitian guru menggunakan

bantuan aplikasi dalam melaksanakan pembelajaran daring. 61,5% guru menggunakan google

classroom, 20% menggunakan whatsapp, 4% menggunakan edmodo, 15% menggunakan aplikasi

lainnya (zoom meeting, webex, google meet, telegram, teams, dan lain sebagainya).

Gambar 2. Diagram Aplikasi Pembelajaran Daring

Page 17: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Beberapa guru di sekolah mengaku, jika pembelajaran daring ini tidak seefektif kegiatan

pembelajaran tatap muka langsung, karena beberapa materi harus dijelaskan secara langsung dan

lebih lengkap. Selain itu materi yang disampaikan secara daring belum tentu bisa dipahami semua

siswa. Berdasarkan pengalaman mengajar secara daring, sistem ini hanya efektif untuk memberi

penugasan, dan kemungkinan hasil pengerjaan tugas-tugas ini diberikan ketika siswa akan masuk,

sehingga kemungkinan akan menumpuk.

Mengamati pengalaman dari beberapa guru tersebut, maka guru juga harus siap menggunakan

teknologi sesuai dengan perkembangan zaman. Guru harus mampu membuat model dan strategi

pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa di sekolahnya. Penggunaan beberapa aplikasi pada

pembelajaran daring sangat membantu guru dalam proses pembelajaran ini. Guru harus terbiasa

mengajar dengan memanfaatkan media daring kompleks yang harus dikemas dengan efektif, mudah

diakses, dan dipahami oleh siswa.

Dengan demikian guru dituntut mampu merancang dan mendesain pembelajaran daring yang ringan

dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang tepat dan sesuai dengan materi

yang diajarkan. Walaupun dengan pembelajaran daring akan memberikan kesempatan lebih luas

dalam mengeksplorasi materi yang akan diajarkan, namun guru harus mampu memilih dan

membatasi sejauh mana cakupan materinya dan aplikasi yang cocok pada materi dan metode belajar

yang digunakan.

Strategi Peserta Didik Menghadapi Suasana Adaptasi Kenormalan Baru

Peserta didik merupakan komponen yang paling diutamakan dalam kegiatan pembelajaran.

Mengingat indikator keberhasilan suatu pendidikan bergantung pada peserta didik itu sendiri.

Peserta didik telah berusaha semaksimal mumgkin untuk mengikuti perubahan sistem pembelajaran

di masa pandemi Covid-19 ini .Tak hanya guru saja yang harus belajar lagi, banyak dari peserta

didik yang juga mengikuti seminar online yang dapat menambah wawasan dan juga berguna dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran yang disajikan secara daring.

Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media pembelajaran akan tetapi

ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup tinggi harganya bagi peserta didik guna

memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi

melonjak dan banyak diantara orangtua peserta didik yang tidak siap untuk menambah anggaran

dalam menyediakan jaringan internet.

Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting bagi peserta didik, jam berapa mereka harus

belajar dan bagaimana data (kuota) yang mereka miliki, sedangkan orangtua mereka yang

berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah kebawah (kurang mampu). Hingga akhirnya hal

seperti ini dibebankan kepada orangtua yang ingin anaknya tetap mengikuti pembelajaran daring.

Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Koneksi jaringan internet menjadi salah

satu kendala yang dihadapi peserta didik yang tempat tinggalnya sulit untuk mengakses internet,

apalagi peserta didik tersebut tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal.

Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil, karena letak

geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga menjadi permasalahan yang

banyak terjadi pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran daring sehingga kurang optimal

pelaksanaannya.

Page 18: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Gambar 3. Diagram Persentase Kesulitan Anak Mengikuti Pembelajaran Daring

Dari hasil penelitian, 64% peserta didik mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran

daring yang dilakukan oleh sekolah. Setelah di wawancara lebih dalam, alasan utamanya adalah

ketersediaan kuota internet, akses jaringan, dan tidak memiliki gawai. Adapun beberapa strategi

informan (peserta didik) dalam menghadapi suasana adaptasi kenormalan baru dalam sistem

pembelajaran ini adalah dengan belajar sambil bekerja. 84% dari 64% informan yang mengalami

kesulitan menjalani kehidupan sebagai pelajar sambil bekerja. Beberapa pekerjaan yang mereka

lakukan adalah, tukang parkir, penjaga toko, petani karet, petani sawit, dan tukang ojek. Dampak

multidimensional dari pandemi Covid-19 merubah tatanan kehidupan pelajar. Selain belajar, mereka

harus membantu orang tua mereka bekerja guna memenuhi kebutuhan kuota internet untuk belajar.

Tak sedikit dari mereka yang merelakan waktunya untuk bekerja.

Masalah tidak berhenti di sini saja, karena jadwal belajar dan bekerja berjalan pada waktu yang

sama, maka tidak sedikit dari peserta didik yang kadang melewatkan waktu belajar daring. Hal ini

berdampak pada materi yang disampaikan oleh guru tidak diserap dengan baik oleh peserta didik.

65,2% peserta didik mengatakan bahwa hasil pembelajaran yang mereka peroleh selama proses

pembelajaran daring tidak mengalami peningkatan.

Gambar 4. Diagram Persentase Hasil Pembelajaran Daring

Strategi Orang Tua Menghadapi Suasana Adaptasi Kenormalan Baru

Menurut orang tua para peserta didik, cara untuk menghadapi perubahan sistem pembelajaran pada

suasana adaptasi kenormalan baru adalah sebisa mungkin membagi waktu antara bekerja dan

mengawasi anak dalam belajar. Sebagai orang tua, tentu mereka harus memberikan pengawasan

selama anak belajar di rumah. Namun di sisi lain mereka juga perlu bekerja untuk mencari nafkah

guna membelikan kuota internet untuk anaknya belajar. Jadi, mereka harus membagi waktu. Ramai

diberbagai media sosial yang menceritakan pengalaman orang tua siswa selama mendampingi anak-

anaknya belajar baik positif maupun negatif. Seperti misalnya ternyata ada orangtua yang sering

marah-marah karena mendapatkan anaknya yang sulit diatur sehingga mereka tidak tahan dan

menginginkan anak mereka belajar kembali di sekolah. Kejadian ini memberikan kesadaran kepada

orang tua bahwa mendidik anak itu ternyata tidak mudah, diperlukan ilmu dan kesabaran yang

Page 19: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

sangat besar. Sehingga dengan kejadian ini orangtua harus menyadari dan mengetahui bagaimana

cara membimbing anak-anak mereka dalam belajar. Mendampingi anak belajar dari rumah, sambil

orang tua mengerjakan pekerjaan yang harus diselesaikan dari kantor atau dari rumah memang

menjadi tantangan tersendiri. Yang perlu dingat adalah orang tua di rumah bukan untuk

menggantikan semua peran guru di sekolah. Dari hasil penelitian yang dilakukan, berikut adalah

beberapa strategi orang tua dalam menghadapi suasana adaptasi kenormalan baru perubahan sistem

pembelajaran di tengah pandemi:

1. Membuat jadwal dan aturan bersama antara anak dan orang tua

2. Membangun komunikasi positif bagi anak

3. Melakukan kegiatan-kegiatan sederhana yang menyenangkan bersama anak

4. Mendampingi anak ketika sedang melaksanakan proses pembelajaran daring di rumah

5. Membangun komunikasi dengan guru dan pihak sekolah

Analisis Perubahan Sistem Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19 Di

Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir Dalam Perspektif Habitus Pierre Bordieau

Bourdieu merumuskan konsep habitus sebagai analisis sosiologis dan filsafati atas perilaku manusia.

Dalam arti ini, habitus adalah nilai-nilai sosial yang dihayati oleh manusia, dan tercipta melalui

proses sosialisasi nilai-nilai yang berlangsung lama, sehingga mengendap menjadi cara berpikir dan

pola perilaku yang menetap di dalam diri manusia tersebut. Habitus seseorang begitu kuat, sampai

mempengaruhi tubuh fisiknya. Habitus yang sudah begitu kuat tertanam serta mengendap menjadi

perilaku fisik disebutnya sebagai Hexis (Reza A.A Wattimena: 2012).

Setiap kelas akan memiliki habitus yang berbeda-berbeda. Habitus inilah yang kemudian dipaksakan

kelas dominan kepada kelas terdominasi. Kelas dominan akan selalu memaksakan habitusnya

melalui berbagai mekanisme kekuasaan.

Pendidikan bagi Bourdieu, hanyalah sebuah alat untuk mempertahankan eksistensi kelas dominan.

Sekolah pada dasarnya hanya menjalankan proses reproduksi budaya (cultural reproduction), sebuah

mekanisme sekolah, dalam hubungannya dengan institusi yang lain, untuk membantu mengabadikan

ketidaksetaraan ekonomi antargenerasi. Kelas dominan mempertahankan posisinya melalui apa yang

disebut Illich-hidden curriculum, sekolah memengaruhi sikap dan kebiasaan siswa dengan

menggunakan budaya kelas dominan. Kelas dominan memaksakan kelas terdominasi untuk bersikap

dan mengikuti budaya kelas dominan melalui sekolah. Sekolah hampir selalu menerapkan budaya

kelas dominan dalam aktivitasnya. Siswa dari latar belakang kelas bawah (kelompok minoritas di

sekolah) mengembangkan cara berbicara dan bertindak yang biasa digunakan kelas dominan atau

yang biasa diistilahkan Bourdieu dengan habitus.

Sekolah-sekolah menurut Bourdieu merupakan tempat untuk menyosialisasikan habitus kelas

dominan sebagai jenis habitus yang alami dan memosisikan habitus kelas dominan sebagai satu-

satunya habitus yang tepat dan paling baik serta memperlakukan setiap anak (siswa) seolah-olah

mereka memiliki akses yang sama kepada habitus tersebut. Kelas dominan yang dimaksud oleh

peneliti dalam penelitian ini adalah peserta didik dari kalangan ekonomi menengah ke atas, guru,

dan sekolah sebagai struktur sosial. Sedangkan kelas terdominasi adalah peserta didik dari kalangan

ekonomi menengah kebawah.

Dari hasil penelitian, peneliti menangkap bahwa ada yang tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah

dalam Surat Edaran MENDIKBUD Nomor 4 Tahun 2020 khususnya pada bagian belajar dari

rumah.

Pada poin pertama dalam peraturan belajar dari rumah, disebutkan bahwa siswa tidak dibebani

tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum. Namun, fakta yang peneliti dapat adalah banyak

guru yang mengajar daring menuntut siswanya untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum,

Page 20: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

apabila siswa tersebut tidak mampu dalam mengikutinya karena beberapa alasan, nilai siswa tersebut

akan dikurangkan. Hal ini sangat menguntungkan kelas dominan karena mereka memiliki akses

untuk menjangkau kegiatan proses pembelajaran terutama menuntaskan seluruh capaian kurikulum.

Sedangkan kelas terdominasi tidak memiliki akses yang cukup untuk menuntaskan seluruh capaian

kurikulum dikarenakan kendala jaringan internet maupun ketersediaan kuota. Orang tua mereka

tidak mampu dalam memenuhi kuota belajar anak. Solusi sistem pembelajaran luring yang diberikan

sekolah bukan tanpa masalah, tidak sedikit guru yang kurang memberikan perhatian bagi anak-anak

yang belajar luring karena guru fokus mengajar daring di waktu bersamaan dengan pembelajaran

luring.

Poin kedua menyebutkan bahwa difokuskan pada kecakapan hidup mengenai Covid-19, sedangkan

yang peneliti dapatkan adalah sangat sedikit sekali guru-guru yang mengajarkan tentang kecakapan

hidup mengenai Covid-19 maupun kecakapan hidup lainnya yang disesuaikan dengan bahan ajar.

Lagi-lagi baik siswa dari kelas dominasi dan kelas terdominasi sama-sama tidak mendapatkan

pengajaran tentang kecakapan hidup, tetapi fokus menuntaskan capaian kurikulum. Dalam hal ini

guru dan sekolah selaku struktur sosial yang berada di kelas dominasi menggunakan kuasanya untuk

memberikan sistem pembelajaran.

Poin ketiga disebutkan bahwa tugas dan aktivitas disesuaikan dengan minat dan kondisi siswa, serta

mempertimbangkan aspek dan fasilitas belajar dari rumah. Sedangkan, yang peneliti temui adalah

guru memberikan banyak tugas kepada siswa tanpa melihat minat dan kondisi siswa, banyak siswa

yang kurang memiliki fasilitas merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan

guru.

Poin keempat menyebutkan bahwa bukti atau produk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik

yang bersifat kualitatif dari guru, tanpa harus berupa skor/nilai kuantitatif. Tapi, nyatanya peneliti

mendapatkan informasi bahwa guru masih memberi nilai kepada siswanya berupa angka. Guru tidak

menjelaskan apa kesalahan dari siswa yang mengerjakan tugas tersebut.

Sistem pembelajaran daring ini sangat menguntungkan kelas dominan dan sangat merugikan kelas

terdominasi karena kelas dominan (ekonomi kelas atas) memiliki banyak fasilitas dalam menunjang

sistem pembelajaran daring ini berupa smartphone/android/laptop dan kuota internet. Mereka mudah

untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Sedangkan, kelas terdominasi (ekonomi kelas

bawah) mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena

kurangnya fasilitas dalam menunjang sistem pembelajaran daring berupa smartphone/android/laptop

dan kuota internet. Ketidakadaan fasilitas membuat kelas terdominasi harus menyelesaikan tugas ke

tempat jasa rental yang jelas harganya cukup mahal untuk di daerah kabupaten PALI. Contohnya

untuk mencetak satu naskah tugas per lembar siswa harus membayar Rp. 2000,-. Jika satu naskah

terdapat 10 lembar maka mereka akan membayar Rp. 20.000,-. Itu baru satu mata pelajaran, jika

dalam seminggu mereka membuat 5 naskah maka biaya yang diperlukan jadi Rp. 100.000,-.

Bayangkan jika satu keluarga terdapat lebih dari satu anak yang sekolah, belum lagi di masa

pandemi banyak orang tua yang tidak bekerja dan mengandalkan bantuan pemerintah. Memang akan

ada bantuan dari pemerintah untuk memenuhi kuota setelah sistem pembelajaran ini dimulai dari

bulan maret 2020 lalu, hingga tengah september 2020 bantuan ini belum juga sampai ke peserta

didik. Bantuan kuota internet yang diberikan pemerintah akan sedikit banyak membantu kelas

terdominasi untuk mengikuti proses pembelajaran daring, akan tetapi bagaimana dengan mereka

yang tidak dapat menjangkau jaringan? tidak punya gawai? Dan fasilitas penunjang lainnya. Kami

simpulkan bahwa pelajar di Kabupaten PALI belum siap secara penuh melakukan sistem

pembelajaran daring, walaupun mau tidak mau ini adalah pilihan terbaik di masa pandemi. Fakta

sosial lain yang kami temukan adalah para pelajar yang harusnya memanfaatkan teknologi untuk

mempermudah proses belajar malah sebaliknya dimanfaatkan oleh teknologi, contohnya gawai.

Fenomena yang berkembang adalah mereka lebih sibuk bermain game online dari pada belajar,

Page 21: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

hingga tidak sedikit siswa yang dipanggil ke sekolah karena sering absen mengikuti proses belajar

daring. Alasan mereka rata-rata sama, main game sampai larut malam atau saat proses pembelajaran

berlangsung mereka juga membuka game online. Jika terus berlanjut maka ini akan juga menjadi

habitus yang menetap di dalam diri pelajar tersebut. Hal ini akan berdampak multidimensional,

bukan hanya pada bidang pendidikan, tetapi juga kualitas sumber daya manusia Indonesia juga

menurun.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian perubahan sistem pebelajaran pada masa pandemi COVID-19 di

Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, peneliti dapat menyimpulakn bahwa:

a) Perubahan sistem pembelajaran yang diterapkan sekolah pada peserta didik di Kabupaten PALI

belum sepenuhnya siap dan efektif. Hal ini terkait dengan teori Pierre Bordieu dengan konsep

Habitus yang merujuk pada kebiasaan seorang individu. Semua informan memiliki kendala

yang berbeda-beda dan tidak semua informan menerima perubahan sistem pembelajaran ini.

b) Sekolah, guru, orang tua, dan peserta didik menghadapi suasana adaptasi kenormalan baru ini

dengan berbagai ketidaksiapan. Dalam menjalankan sistem pembelajaran, guru diwajibkan

untuk belajar lagi demi meningkatan kompetensi di bidang informasi teknologi, orang tua

diharuskan untuk mengawasi proses belajar peserta didik di rumah padahal mereka harus

bekerja, dan peserta didik dipaksa untuk terus menatap layar smartphone, computer, maupun

internet selama mengikuti kegiatan pembelajaran yang mungkin berdampak langsung pada

kesehatan peserta didik karena paparan radiasi yang dimiliki smarphone cukup besar. Selain itu

peserta didik terdominasi (golongan menengah ke bawah) dipaksa untuk menuntaskan

pencapaian kurikulum meskipun dengan segala kendala

c) Suasana adaptasi kenormalan baru menuntut seluruh pihak untuk melakukan persiapan. Sekolah

harus siap menyediakan sarana dan prasarana terkait protokol kesehatan selama melaksanakan

kegiatan pembelajaran, orang tua harus siap membekali anaknya dengan Alat Pelindung Diri

(APD), dan peserta didik harus siap mematuhi kebijakan yang telah diberikan oleh pihak

sekolah selama melaksanakan kegiatan pembelajaran.

d) Berdasarkan teori Pierre Bordieu, sistem pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19

menguntungkan kelas dominasi (ekonomi kelas atas) karena mereka memiliki fasilitas untuk

menunjang pembelajaran daring dan merugikan kelas terdominasi (ekonomi kelas bawah)

karena mereka kurang memiliki fasilitas untuk menunjang pembelajaran daring.

Saran

a) Perlu adanya kebijakan yang diberikan oleh pemerintah melalui pihak sekolah terkait dengan

sarana dan prasarana yang mempermudah peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

yang disajikan secara daring.

b) Pemerintah perlu mencari alternatif lain dalam menyelenggarakan sistem pembelajaran karena

hanya dengan Daring Method saja kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif.

c) Perlu adanya rencana pembelajaran yang jelas dan sistematis bagi guru kedepannya demi

terselenggaranya sistem pembelajaran yang efektif.

d) Perlu adanya konsep bagi para guru dalam menyampaikan materi agar tidak tidak terkesan

monoton yang membuat peserta didik merasa bosan dan malah membuat peserta didik memilih

untuk bermain game.

e) Untuk peserta didik yang lebih mementingkan bermain game dibandingkan mengikuti kegiatan

pembelajaran, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk melakukan pemblokiran

sementara game yang terindikasi dapat menggangu proses kegiatan pembelajaran peserta didik.

Page 22: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini tidak terlepas dukungan dari berbagai pihak. Peneliti

secara khusus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu. Peneliti banyak menerima bimbingan, petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai

pihak baik yang bersifat moral maupun material. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT dengan segala rahmat serta karunia-Nya yang memberikan kekuatan bagi

peneliti dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

2. Kepada kedua orang tua tercinta yang selama ini telah membantu peneliti dalam bentuk

perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang tidak henti-hentinya mengalir demi

kelancaran dan kesuksesan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Kepada Bapak Agung Dirga Kusuma S.Pd, selaku guru pembimbing yang selalu

memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan semangat kepada peneliti, sehingga laporan

hasil penelitian ini dapat terselesaikan.

4. Segenap guru dan seluruh staf akademik yang selalu membantu dalam memberikan fasilitas,

ilmu, serta pendidikan pada peneliti hingga dapat menunjang dalam penyelesaian laporan

hasil penelitian ini.

5. Kepada para guru, orang tua, dan peserta didik yang menjadi narasumber karena telah

memberikan kesempatan bagi peneliti untuk dapat melangsungkan penelitian dan

memperoleh data.

6. Teman-teman seperjuangan penelitian, Rangga dan Shafa dari SMAN 2 Unggulan Talang

Ubi yang telah memberikan banyak masukan serta dukungan kepada peneliti.

7. Serta masih banyak lagi pihak-pihak yang sangat berpengaruh dalam proses Penyelesaian

penelitian yang tidak bisa penelti sebutkan satu persatu Semoga Allah SWT senantiasa

membalas semua kebaikan yang telah diberikan yang telah diberikan. Semoga penelitian ini

dapat bermanfaat bagi peneliti umumnya kepada para pembaca.

Page 23: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

DAFTAR PUSTAKA

Bilafaqih, yusuf dan Qomarudin, M. Nuh. 2015. Esensi Pengembangan Pembelajaran Daring. Deepublish,

Yogyakarta. Bourdieu, Pierre and Jean-Claude Passeron. 1990. Reproduction in Education, Society and Culture. terj. dari

bahasa Prancis oleh Richard Nice.Sage Publications Ltd, London.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. 2020. https://covid19.go.id/peta-sebaran 29 Mei 2020

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Salemba Humanika,

Jakarta. Indi Aunullah. 2006. Bahasa dan Kuasa Simbolik dalam Pandangan Pierre Bourdieu. Skrips. Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

Inovasi Untuk Sekolah Anak Indonesia. 2020. https://theconversation.com/riset-dampak-covid-19-potret-

gap-akses-online-belajar-dari-rumah-dari-4-provinsi-136534 29 Mei 2020 Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda Karya, Bandung.

Pierre Bourdieu. 1977. Outline of a Theory of Practices. Cambridge University Press, Cambridge

Pierre Bourdieu. 1986. “The Forms of Capital”. terj. dari bahasa Jerman oleh Richard Nice dalam J. G. Richardson (Ed.). Handbook for Theory and Research for the Sociology of Education. Greenwood

Press, New York.

Pierre Bourdieu. 1991. Language and Power. Polity Press, Cambridge. Pierre Bourdieu. 2011. Choses Dites: Uraian dan Pemikiran, terj. Ninik Rohani Sjams. Kreasi Wacana,

Bantul.

Ritzer & Goodman. 2012. Teori Sosiologi Klasik – Post Modern Edisi Terbaru (Trans: Nurhadi). Kreasi

Wacana, Yogyakarta.

Page 24: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Lampiran 1. Pedoman Angket (Googleform)

ANGKET GURU

1. Apakah bapak/Ibu setuju dengan adanya sistem pembelajaran daring? 2. Apakah Bapak/Ibu selalu mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

sebelum mengajar?

3. Adakah usaha Bapak/Ibu untuk membuat kelas tetap kondusif di masa pandemi Covid-19

saat kegiatan pembelajaran daring berlangsung?

Jika ada, tuliskan!

4. Aplikasi apa yang Bapak/Ibu gunakan dalam melaksanakan pembelajaran daring?

Pilihan : Whatsapp, telegram, GC, Edmodo, Teams, lainnya

5. Apakah Bapak/Ibu mahir menggunakan teknologi?

6. Apakah Bapak/Ibu memiliki kendala dalam proses pembelajaran daring?

7. Apakah Bapak/Ibu memberikan hukuman terhadap peserta didik yang tidak mengikuti

pembelajaran daring?

8. Apakah Bapak/Ibu selalu menyediakan soal evaluasi untuk peserta didik tiap akhir kegiatan

pembelajaran?

9. Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan media dalam proses pembelajaran daring?

10. Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran daring?

11. Apakah yang Bapak/Ibu lakukan ketika ada peserta didik yang tidak ikut atau tertib

mengikuti jadwal kegiatan pembelajaran?

12. Apakah Bapak/Ibu selalu mempertimbangkan validitas dan relevansi materi ketika

Bapak/Ibu memilih materi pembelajaran untuk peserta didik?

13. Apa Bapak/Ibu menggunakan sumber belajar pada saat melaksanakan pembelajaran daring? 14. Apakah Bapak/Ibu sudah berlaku adil terhadap seluruh peserta didik dalam melaksanakan

pembelajaran daring?

15. Apa yang Bapak/Ibu lakukan terhadap peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran daring?

16. Apakah Bapak/Ibu memberikan kemudahan bagi peserta didik yang tidak memiliki gawai?

17. Apakah Bapak/Ibu memberikan kemudahan bagi peserta didik yang tidak memiliki akses

internet? 18. Apakah Bapak/Ibu memberikan motivasi bagi peserta didik yang kurang memiliki semangat

belajar secara daring?

ANGKET PESERTA DIDIK

1. Apakah anda setuju dengan adanya sistem pembelajaran daring?

2. Apakah anda mengalami kesulitan untuk membeli paket internet?

3. Apakah anda siap menghadapi sistem pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19?

4. Apakah semua guru anda melaksanakan sistem pembelajaran daring? Jika Tidak, berapa guru dari

jumlah mata pelajaran yang melaksanakan?

5. Apakah guru anda menggunakan aplikasi pembelajaran daring?

6. Apakah guru anda menggunakan media dalam proses pembelajaran daring?

7. Apakah materi yang diberikan guru dalam pembelajaran daring dapat anda serap dengan baik?

8. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran daring yang dilakukan oleh

sekolah?

9. Apakah guru anda bersikap adil saat memberikan perlakuan kepada semua peserta didik dalam

pembelajaran daring?

Page 25: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

10. Adakah kebijaksanaan guru dalam mentoleransi peserta didik yang tidak bisa mengikuti

pembelajaran daring?

11. Apakah guru anda memberikan soal penilaian untuk peserta didik tiap akhir kegiatan pembelajaran?

12. Apakah anda pernah tidak mengikuti penbelajaran daring?

13. Apakah anda merasa dirugikan dengan adanya sistem pembelajaran daring? 14. Apakah anda diberikan hukuman saat anda tidak mengikuti pembelajaran daring?

15. Apakah guru memberikan kemudahan ketika anda sedang kesulitan mendapatkan akses internet ?

16. Apakah hasil pembelajaran anda mengalami peningkatan ketika belajar secara daring?

ANGKET ORANG TUA

1. Apakah Bapak/Ibu ikut membantu mempersiapkan kebutuhan anak anda dalam mengikuti program

belajar dari rumah?

2. Apakah Bapak/Ibu setuju dengan adanya sistem pembelajaran daring?

3. Adakah hambatan yang Bapak/Ibu temui dalam menghadapi sistem pembelajaran daring?

4. Apakah sekolah memberikan kebijakan terhadap perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi?

5. Apakah ada kontak antara guru dan orang tua dalam memantau sistem pembelajaran daring? 6. Apakah Bapak/Ibu selalu memberikan perhatian ketika anak Bapak/Ibu mengikuti pembelajaran

daring?

7. Apakah anak Bapak/Ibu memiliki kendala dalam proses pembelajaran daring? 8. Apakah Bapak/Ibu mampu menyediakan kebutuhan anak dalam mengikuti pembelajaran daring?

9. Apakah Bapak/Ibu merasa dirugikan dengan adanya sistem pembelajaran daring?

10. Apakah Bapak/Ibu merasa puas dengan hasil belajar anak Bapak/Ibu secara daring di masa

pandemi?

Page 26: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Lampiran 2. Pedoman Wawancara

WAWANCARA MENDALAM GURU

1. Bagaimana pengalaman anda selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh? 2. Untuk mempersiapkan pembelajaran jarak jauh, kemampuan apa yang ingin anda tingkatkan

sebagai guru?

3. Apa kemampuan literasi digital yang telah anda miliki/kuasai?

4. Seberapa besar frekuensi anda dalam mengoperasikan computer, smartphone, dan internet? 5. Berapakah presentase siswa di kelas anda yang memiliki android/smartphone?

6. Berapa presentase siswa di kelas anda yang memiliki paket data internet?

7. Moda pembelajaran apa saja yang dapat diterapkan di kelas Bapak/Ibu? 8. Apa saja jenis pelatihan yang pernah Bapak/Ibu ikuti untuk menunjang sistem pembelajaran?

9. Bagaimana usaha Bapak/Ibu untuk membuat kelas tetap kondusif di masa pandemi?

10. Bagaimana Bapak/Ibu menghadapi perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi?

11. Bagaimana cara Bapak/Ibu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran daring untuk membuat peserta didik aktif?

12. Bagaimana Bapak/Ibu memberikan perlakuan terhadap peserta didik yang tidak mengikuti

pembelajaran daring? 13. Bagaimana kiat Bapak/Ibu untuk mengembangkan sistem pembelajaran yang disajikan secara

daring?

14. Adakah kendala Bapak/Ibu dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara daring? Jika ada, apa saja?

WAWANCARA MENDALAM PESERTA DIDIK

1. Bagaimana pendapat anda tentang perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi?

2. Bagaimana cara anda menghadapi kesulitan saat mengikuti pembelajaran daring?

3. Bagaimana cara guru memberikan informasi pembelajaran daring? 4. Bagaimana perlakuan guru kepada teman yang tidak mengikuti pembelajaran daring?

5. Apakah anda lebih menyukai belajar secara daring atau tatap muka di sekolah? Berikan alasannya!

6. Bagaimana hasil belajar yang didapat ketika belajar secara daring? 7. Apakah menurut anda sistem pembelajaran daring ini menguntungkan? Berikan alasannya!

8. Bagaimana perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi COVID-19 yang diterapkan sekolah

kepada anda?

9. Apa pendapat anda tentang wacana kenormalan baru dalam melaksanakan sistem pembelajaran? 10. Bagaimana harapan anda terhadap sistem pembelajaran yang diterapkan pemerintah?

11. Apa saja kekurangan dari sistem pembelajaran daring menurut anda?

12. Apa saja kelebihan dari sistem pembelajaran daring menurut anda? 13. Menurut anda, apa saja yang hilang dari sistem pembelajaran yang diterapkan pada masa pandemi

COVID-19

WAWANCARA MENDALAM ORANG TUA

1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu terhadap perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi?

2. Bagaimana dampak perubahan sistem pembelajaran yang terjadi pada anak Bapak/Ibu ? 3. Bagaimana kebijakan sekolah terhadap perubahan sistem pembelajaran?

4. Bagaimana bentuk pengawasan Bapak/Ibu terhadap anak ketika sedang belajar secara daring?

5. Bagaimana cara Bapak/Ibu menghadapi situasi di tengah pandemi yang mengharuskan anak belajar dari rumah?

6. Apakah Bapak/Ibu membantu anak ketika ia tidak bisa mengerjakan soal evaluasi yang diberikan?

7. Bagaimana perubahan pola belajar yang anak Bapak/Ibu alami saat ini?

8. Apakah anak Bapak/Ibu mengalami perubahan perilaku selama belajar dari rumah? 9. Apa saja kendala yang anak Bapak/Ibu alami dalam mengikuti sistem pembelajaran jarak jauh?

Page 27: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

10. Apakah Bapak/Ibu lebih menyukai anak belajar secara daring atau tatap muka di sekolah? Berikan

alasannya!

Page 28: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Lampiran 3. Pedoman Observasi

Berilah tanda cek () pada kolom “Ya” apabila aspek yang diamati muncul dan berilah tanda cek

pada kolom “Tidak” apabila aspek yang diamati tidak muncul serta tuliskan deskripsi mengenai

aspek yang diamati jika diperlukan.

Tabel 1. Instrumen Lembar Observasi Guru

Nomor

Aspek-aspek yang diamati

Pemunculan Hasil

Pengamatan

Ya Tidak

1. Guru menggunakan media yang membuat

peserta didik aktif dalam pembelajaran daring.

2. Guru menggunakan media pembelajaran yang

sesuai dengan kompetensi dasar

3. Guru menyusun skenario pembelajaran daring yang

sesuai

dengan perkembangan peserta didik

4. Guru menyusun skenario pembelajaran sesuai

dengan materi pembelajaran

5. Guru menyampaikan kompetensi yang akan

dicapai

kepada peserta didik

6. Guru mengaitkan materi pembelajaran

dengan pengetahuan lain yang relevan

7. Guru mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

8. Guru melaksanakan pembelajaran daring sesuai

dengan

kompetensi yang akan dicapai

9. Guru melaksanaan pembelajaran kontekstual

10. Guru menyelenggarakan proses pembelajaran yang

berorientasi pada kegiatan peserta didik

11. Guru menggunakan aplikasi online dalam

melaksanakan pembelajaran daring secara efektif

12. Guru menggunakan aplikasi online dalam

melaksanakan pembelajaran daring secara efisien

13. Guru mengutamakan keterlibatan peserta didik

dalam

pemanfaatan media pembelajaran daring

14. Guru memantau kemajuan belajar peserta didik

15. Guru melaksanakan evaluasi akhir sesuai dengan

kompetensi peserta didik

16. Guru menyusun rangkuman pembelajaran

dengan melibatkan peserta didik

17. Guru memberikan tugas pengayaan tindak lanjut

18. Guru bersifat adil terhadap semua peserta didik

Page 29: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Berilah tanda cek () pada kolom “Ya” apabila aspek yang diamati muncul dan berilah tanda cek

pada kolom “Tidak” apabila aspek yang diamati tidak muncul serta tuliskan deskripsi mengenai

aspek yang diamati jika diperlukan.

Tabel 2. Instrumen Lembar Observasi Peserta Didik

Nomor

Aspek-aspek yang diamati

Pemunculan Hasil

Pengamatan

Deskripsi

Kegiatan

Ya Tidak

1. Peserta didik mengikuti pembelajaran daring

dengan aktif

2. Peserta didik mengikuti pembelajaran daring

dengan tepat waktu

3. Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan

dalam pembelajaran daring

4. Kegiatan peserta didik di rumah

Tabel 3. Instrumen Lembar Observasi Orang Tua/Wali Peserta Didik

Nomor

Aspek-aspek yang diamati

Pemunculan Hasil

Pengamatan

Deskripsi

Kegiatan

Ya Tidak

1. Kegiatan Orang Tua di rumah

2. Aktivitas Orang Tua di luar rumah (terkait

pekerjaan)

3. Dukungan orang tua terhadap perubahan sistem

pembelajaran

4. Apakah orang tua aktif membantu peserta didik

melaksanakan proses belajar dari rumah

5. Adakah hambatan yang dihadapi orang tua dalam

mendukung proses belajar dari rumah

Page 30: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Lampiran 4. Dokumen Contoh Hasil Wawancara

Hasil Wawancara

Guru

1. Apa pengalaman anda selama mengajar daring di masa pandemi Covid-19?

Jawab: sebenarnya terkait pengalaman itu sangat banyak sekali, ada negatif dan positifnya. Positifnya

adalah terus mengasah peserta didik dalam hal penguasaan terhadap IT. Kemudian yang kedua, dari

sisi negatifnya bagi saya selaku guru adalah susahnya untuk mengkoordinir siswa dalam satu kelas,

tidak semuanya bisa ikut.

2. Untuk mempersiapkan pembelajaran jarak jauh, kemampuan apa yang ingin anda tingkatkan sebagai

seorang guru?

Jawab: kalau dari diri saya pribadi selaku guru tentunya untuk meningkatkan kualitas di bidang IT.

3. Apa kemampuan literasi digital yang telah anda kuasai?

Jawab: untuk literasi digital, saya harus banyak membaca dan googling terutama jurnal-jurnal

pendidikan, bagaimana cara saya untuk mengakses media yang diberikan oleh google, salah satunya

adalah google classroom, bagaimana proses pengerjaannya sampai siswa tersebut mengumpulkan

tugas hingga saya mengoreksinya atau mengevaluasinya.

4. Seberapa besar frekuensi anda dalam mengoperasikan android/laptop/internet dalam jangka waktu

sehari?

Jawab: mungkin sekitar 70%. bila dalam satuan jam, maksimal pembelajaran dimulai dari jam 07.30-

12.00, artinya kurang lebih 6-8 jam sehari, karena selain mengajar, saya juga mengecek bagaimana

prosesnya.

5. Berapa presentase peserta didik yang memiliki android/smartphone?

Jawab: sebenarnya bervariasi karena saya mengajar di beberapa kelas yang berbeda tapi

Alhamdulillah sekitar 85% peserta didik sudah memiliki android.

6. Berapa presentase peserta didik yang memiliki kuota internet?

Jawab: ini sebenarnya salah satu poin minus kalau menurut saya selaku guru selama mengajar daring,

karena tidak semuanya peserta didik itu bisa memiliki kuota internet, presentasenya kemungkinan

sekitar 50%.

7. Moda pembelajaran apa yang anda terapkan di kelas anda?

Jawab: sebenarnya ada yang daring dan luring, jika mereka terkendala di sinyal/kuota mereka belajar

luring, tetapi tetap memperhatikan protokol kesehatan. Kemudian, untuk daring saya menggunakan

media diantaranya google classroom, untuk materi yang sifatnya harus saya jelaskan saya

menggunakan aplikasi zoom meeting, saya juga menggunakan aplikasi whatsapp.

8. Adakah pelatihan yang pernah anda ikuti untuk menunjang sistem pembelajaran daring ?

Jawab: sejauh ini saya belajar sendiri atau otodidak, sebenarnya ada beberapa kesempatan yang

memberikan peluang untuk belajar tetapi saya belum ada waktu.

9. Bagaimana usaha anda agar kelas menjadi kondusif selama pandemi Covid-19?

Jawab: untuk membuat kegiatan belajar mengajar pada saat daring menjadi tertib bagi saya itu sangat

susah, kita harus benar-benar memantau siswa dan tidak semua siswa bisa ikut kelas zoom, mungkin

saya akan berikan teguran jika mereka ikut zoom tetapi mereka tidak menggunakan pakaian seragam,

dan saya akan berikan waktu untuk mereka mengganti pakaian.

10. Bagaimana cara anda menghadapi perubahan sistem pembelajaran di masa pandemi Covid-19 ?

Jawab: ya saya harus belajar, kata kuncinya seperti itu, tidak mungkin saya menentang. Sekarang

kondisinya seperti ini, saya mau berbeda itu tidak bisa dan juga pemerintah menyuruh untuk sekolah

secara daring dari saya pribadi sisi positifnya ya saya harus belajar, intinya harus belajar.

Page 31: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

11. Bagaimana perlakuan anda terhadap siswa yang tidak mengikuti pembelajaran daring? apakah diberi

hukuman?

Jawab: Setelah satu kali pertemuan saya buat rekapannya, kemudian siapa yang tidak mengikuti kelas

atau tidak mengumpulkan tugas, saya akan kerja sama dengan wali kelas, saya akan menyarankan

siswa tersebut agar mengikuti kelas dan segera mengumpulkan tugas walau terlambat. Menurut saya

itu bukan hukuman, itu adalah salah satu cara kita mengedukasi ke peserta didik agar mereka sadar

pentingnya belajar daring ini.

12. Bagaimana kiat anda untuk mengembangkan sistem pembelajaran daring ini?

Jawab: saya sudah mencoba beberapa cara, salah satunya membuat video pembelajaran, jadi secara

otodidak saya juga menggunakan aplikasi ice cream. Tujuan saya membuat itu adalah agar siswa

tidak bosan dan termotivasi lagi untuk belajar.

13. Apa saja kendala selama mengajar daring di masa pandemi Covid-19?

Jawab: yang pertama kendala kuota sudah pasti, kemudian kendala kelelahan mata karena kita kontak

langsung dengan android dan laptop yang tentunya tidak sedikit radiasi yang disebarkan oleh benda-

benda elektronik itu, jadi membuat kita mudah lelah. Kemudian faktor sinyal juga, terkadang ada

kuota tapi sinyal tidak mendukung, itu bisa menjadi kendala juga.

14. Menurut anda pribadi lebih suka belajar secara daring atau luring tatap muka di kelas?

Jawab: saya pribadi sangat mendukung belajar secara luring, karena belajar secara luring, kita

langsung tahupserta didik ini jelas atau tidak, daya serapnya bagaimana terhadap materi yang saya

berikan.

15. Apa harapan anda kedepannnya terhadap sistem pembelajaran daring?

Jawab: harapannya satu, pembelajaran daring segera berakhir, karena beberapa dampak negatif sudah

saya rasakan, untuk penilaian peserta didik sedikit sulit dalam pembelajaran daring.

Hasil Wawancara

Peserta Didik

1. Apa pendapat anda tentang sistem pembelajaran daring?

Jawab: Kurang bagus. lebih baik belajar di sekolah, saya lebih mudah memahami materi.

2. Apa saja kesulitan belajar secara daring?

Jawab: belajarnya susah, mahalnya kuota, sering gangguan sinyal saat belajar. saya sekarang tidak

punya kuota dan hp saya sedang rusak.

3. Lalu bagaimana anda belajar daring jika hp anda rusak?

Jawab: saya tidak belajar daring, saya belajar secara luring ke sekolah. Tetapi, tetap mematuhi

protokol kesehatan.

4. Apakah ada bantuan/kebijakan sekolah?

Jawab: sejauh ini belum ada bantuan dari sekolah saya, mereka menyuruh kami untuk belajar ke

sekolah.

5. Apa perlakuan guru jika anda tidak ikut kelas atau mengumpulkan tugas? apa diberi hukuman?

Jawab: tidak, mereka tidak memberikan hukuman. Mereka menyuruh kami agar segera

mengumpulkan tugas secepatnya.

6. Anda lebih menyukai belajar daring atau luring? apa alasannya?

Jawab: luring tatap muka di sekolah. Karena materi yang diberikan mudah dipahami sehingga saya

mudah untuk mengerjakan soal. Terlebih bisa bermain bersama teman-teman di sekolah.

7. Bagaimana hasil belajar anda selama belajar secara daring?

Jawab: nilai saya menurun karena materi yang diberikan susah untuk dipahami.

8. Apa harapan anda terhadap pembelajaran daring?

Page 32: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Jawab: harapannya ingin segera masuk sekolah seperti biasa kembali. Agar saya bisa bertemu teman-

teman saya di sekolah dan bermain bersama.

9. Apa kekurangan belajar secara daring?

Jawab: saya tidak bisa bertemu teman-teman saya, saya tidak bisa bermain. Materi yang diberikan

susah dipahami. Harga kuota yang cukup mahal bagi saya, susah sinyal, terlebih sekarang hp saya

sedang rusak.

10. Apa kelebihan belajar secara daring?

Jawab: menurut saya mungkin bisa sambil santai belajarnya.

Hasil Wawancara

Orang Tua

1. Apa pendapat anda tentang sistem pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19?

Jawab: sangat mengganggu. Terutama saya sebagai orang tua tidak bisa leluasa mengawasi

bagaimana anak belajar di rumah.

2. Bagaimana dampak dari belajar daring terhadap anak anda?

Jawab: terlalu banyak dampak terhadap anak-anak. Pertama, anak keseringan main, walaupun ada

kuota jika tidak ada pengawasan lebih, anak lebih memilih untuk bermain game online daripada

belajar daring. Kedua, anak sudah jarang bergaul dengan dunia luar, karena di rumah terus, anak jadi

bermain hp terus.

3. Adakah kebijakan dari sekolah terhadap sistem pembelajaran daring?

Jawab: saat ini mungkin belum ada. Sekolah menyuruh anak mengerjakan tugas, dan setiap

minggunya dikumpulkan ke sekolah.

4. Apa perlakuan guru jika anak tidak mengerjakan tugas?

Jawab: kena hukum. Anak dimarahi terkadang dikasih tugas piket bersih-bersih sekolah jika tidak

mengumpulkan tugas.

5. Bagaimana bentuk pengawasan anda terhadap anak anda selama belajar daring?

Jawab: masalah pengawasan, saya ini pekerjaannya pedagang, jadi saya tidak selalu mengawasi anak

dalam belajar karena saya harus bekerja. Saya mengawasi anak itu Cuma sebentar. Tugas dikasih di

hp saya lalu saat di sore hari saat saya pulang bekerja barulah saya mengawasi anak itupun Cuma

sebentar.

6. Bagaimana cara anda menyikapi perubahan sistem pembelajaran daring?

Jawab: saya harus bisa membagi waktu untuk anak dan bekerja. Mengurus anak itu pasti tapi di sisi

lain saya juga harus bekerja demi menghidupi keluarga, saya harus memegang semua kendali, sebagai

ibu rumah tangga sekaligus guru anak.

7. Apa anda membantu anak anda jika tidak bisa mengerjakan tugas yang diberikan guru?

Jawab: pasti. Jika anak tidak bisa mengerjakan soal, saya memberi petunjuk/wawasan kepada anak,

saya menyuruh anak untuk mencari dulu di buku, jika memang tidak bisa barulah saya yang

membantu.

8. Bagaimana pola belajar selama pandemi Covid-19?

Jawab: pola belajarnya tidak rutin, hasilnya tidak menjamin.

9. Apa hasil dari pembelajaran secara daring?

Jawab: nilai anak saya menurun, lebih bagus saat anak belajar di sekolah.

10. Apa anak ibu mengalami perubahan perilaku selama belajar secara daring?

Jawab: ya benar, anak saya sering marah, menangis. Karena jika kami sebagai orang tua tidak seperti

seorang guru, kalau guru bisa menjelaskan materi dengan cukup baik tetapi saya sebagai orang tua

tidak bisa seperti itu, tetapi kakmi bisa sedikit membantu.

11. Apa saja kendala yang anak anda alami selama belajar daring?

Page 33: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Jawab: banyak kendala, dari paket data. Keluarga saya bukan keluarga mampu jadi cukup kesulitan

untuk membeli paket data. Kedua, anak kadang tidak mengerti cara pengisiannya bagaimana.

Terkadang sinyalnya hilang.

12. Apa harapan ibu terhadap sistem pembelajaran daring?

Jawab: saya berharap agar belajar secara daring cepat selesai, pandemi Covid-19 cepat selesai, agar

cepat masuk sekolah seperti biasa, saya sudah kerepotan terhadap sistem pembelajaran daring ini.

Page 34: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Lampiran 5. Biodata Ketua Peneliti

Kode Registrasi Project ISH22073

Nama Lengkap

(Sesuai KTP/Kartu Pelajar)

Dwi Nur Muhammad

NISN 0040573383

Posisi dalam Penelitian Ketua

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat Lahir Pendopo

Tanggal Lahir 22 Mei 2004

Nomor Induk Siswa 1692

Kelas XI

Peminatan/Jurusan IPS

Alamat Rumah Jalan: Merdeka Simpang 5 RT 002, RW 007

Kelurahan/Desa: Talang Ubi Timur

Kecamatan: Talang Ubi

Kabupaten/Kota: PALI (Penukal Abab Lematang Ilir)

Provinsi: Sumatera Selatan

Nomor Telpon Rumah 082178253886

Nomor Ponsel 081294283155

E-mail Siswa [email protected]

Nama Ibu Kandung Ponirah

Ukuran Kaos/T-Shirt XL

Lomba Penelitian yang Pernah Diikuti 2

Tahun Terakhir

Nama Sekolah SMA Negeri 2 Unggulan Talang Ubi

Provinsi: Sumatera Selatan

Kabupaten/Kota: PALI (Penukal Abab Lematang Ilir)

Status Negeri

Alamat Sekolah Jalan: Jl.Bongas No. 421

Kelurahan/Desa: Talang Kerangan

Kecamatan: Talang Ubi

Page 35: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Nomor Telpon Sekolah (0713) 3921475

E-mail Sekolah [email protected]

Nama Lengkap Guru Pembimbing Agung Dirga Kusuma

Jenis Kelamin Laki-Laki

Mata Pelajaran/Bidang Studi Sosiologi

NIP/Nomor Register Guru 199208172015031004

Nomor Ponsel Guru Pembimbing 081278116689

E-mail guru [email protected]

Page 36: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Lampiran 6. Biodata Anggota Peneliti

Kode Registrasi Project ISH22073

Nama Lengkap

(Sesuai KTP/Kartu Pelajar)

Muhamad Akbar

NISN 0041272957

Jenis Kelamin Laki-Laki

Tempat Lahir Muara Enim

Tanggal Lahir 24 Oktober 2004

Nomor Identitas Siswa 1665

Kelas XI

Peminatan/jurusan IPA

Alamat Rumah Jalan: Pahlawan

Kelurahan/Desa: Talang Ubi Selatan

Kecamatan: Talang Ubi

Kabupaten/Kota: PALI (Penukal Abab Lematang Ilir)

Provinsi: Sumatera Selatan

Nomor Telepon Rumah 082374810424

Nomor Ponsel 082269774810

E-mail Siswa [email protected]

Nama Ibu Kandung Irma wati

Ukuran Kaos/T-Shirt L

Lomba Penelitian yang Pernah Diikuti 2 Tahun

Terakhir

Nama Sekolah SMA Negeri 2 Unggulan Talang Ubi

Provinsi: Sumatera Selatan

Kabupaten/Kota: Penukal Abab Lematang Ilir

Status Negeri

Alamat Sekolah Jalan: Bongas, Nomor. 421

Kelurahan/Desa: Talang Kerangan

Kecamatan: Talang Ubi

Nomor Telepon Sekolah (0713) 3921475

E-mail Sekolah [email protected]

Nama Lengkap Guru Pembimbing Agung Dirga Kusuma

Jenis Kelamin Laki-Laki

Mata Pelajaran Sosiologi

NIP/Nomor Register Guru 199208172015031004

Nomor Ponsel Guru Pembimbing 081278116689

E-mail Guru [email protected]

Page 37: LAPORAN HASIL PENELITIAN KOPSI Kenormalan Baru: …

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian