LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

54
i LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY POLITICS TERHADAP PARTISIPASI PEMILIH (Studi Penelitian Pemilihan Umum Tahun 2014 Di Kabupaten Gianyar Provinsi Bali) Peneliti : Dr. Ida Ayu Putu Sri Widnyani, S.Sos.,M.AP. Yudistira Adnyana, SE.,M.Si. Gede Wirata, S.Sos., SH.,M.AP. I Made Artayasa, S.Sos.,M.AP. Drs. I Wayan Astawa, M.AP. Drs. Ida Bagus Suteja, M.AP. Ni Luh Putu Suastini, SE.,M.Si UNIVERSITAS NGURAH RAI DENPASAR 2015

Transcript of LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

Page 1: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

i

LAPORAN HASIL PENELITIAN

ANALISIS DUGAAN MONEY POLITICS TERHADAP

PARTISIPASI PEMILIH

(Studi Penelitian Pemilihan Umum Tahun 2014

Di Kabupaten Gianyar Provinsi Bali)

Peneliti :

Dr. Ida Ayu Putu Sri Widnyani, S.Sos.,M.AP.

Yudistira Adnyana, SE.,M.Si.

Gede Wirata, S.Sos., SH.,M.AP.

I Made Artayasa, S.Sos.,M.AP.

Drs. I Wayan Astawa, M.AP.

Drs. Ida Bagus Suteja, M.AP.

Ni Luh Putu Suastini, SE.,M.Si

UNIVERSITAS NGURAH RAI

DENPASAR

2015

Page 2: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

ii

UNIVERSITAS NGURAH RAI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Status : Terakreditasi BAN – PT

No. 039/BAN-PT/Ak-XIV/S1/XI/2011

HALAMAN PENGESAHAN

1 Judul : Analisis Dugaan Money Politics Terhadap

Partisipasi Pemilih (Studi Penelitian

Pemilihan Umum Tahun 2014 Di

Kabupaten Gianyar Provinsi Bali).

2 Peneliti

a. Nama : Dr. Ida Ayu Putu Sri Widnyani,

S.Sos.,M.AP

b. NIDN : 0029067504

c. Jabatan Fungsional : Lektor III/b

d. Program Studi : Ilmu Administrasi Publik

e. No HP : 08124675413

f. Alamat Surat / Email : [email protected]

g. Lembaga : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Ngurah Rai Denpasar

3 Anggota Tim Peneliti (6) :

Yudistira Adnyana, SE.,M.Si

Gede Wirata, S.Sos.,SH.,M.AP

I Made Artayasa, S.Sos., M.AP

Drs. I Wayan Astawa, M.AP

Drs. Ida Bagus Suteja, M.AP

Ni Luh Putu Suastini, M.Si

3 Lama Penelitian Keseluruhan : 3 Bulan

Biaya Penelitian :

a. Dari DIPA KPU Kab. Gianyar : Rp. 10.000.000,-

Denpasar, Agustus 2015

Mengetahui Ketua Tim Pengusul

Dekan Fisip

Gede Wirata, S.Sos.,SH.,M.AP Dr. IAP. Sri Widnyani, S.Sos.,M.AP

NIDN. 0810076301 NIDN. 0029067504

Mengetahui

Ketua LPPM Universitas Ngurah Rai

Yudistira Adnyana, SE.,M.Si

NIDN. 0811037301

SEKRETARIAT : Jalan Padma, Penatih Telp / Fax.468349 Denpasar – Website : www.unr.ac.id – Email :

[email protected]

Page 3: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia

beliau maka penelitian dengan judul “Analisis Dugaan Money Politics Terhadap

Partisipasi Pemilih (Studi Penelitian Pemilihan Umum Tahun 2014 Di Kabupaten

Gianyar Provinsi Bali)”, dapat terselesaikan.

Disadari bahwa penelitian ini karena keterbatasan sumber daya, maka

diperlukan sumbang saran dan pemikiran bagi para pembaca yang bersifat

konstruktif. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

stakehoders pemilu baik dalam penyelenggaraan maupun dalam merumuskan

kebijakan manajemen pemilu selanjutnya.

Denpasar, Agustus 2015

Tim Peneliti

Page 4: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

iv

ABSTRAK

Untuk memperoleh kedudukan dan berhasil memenagkan suara dalam

pemilu tahun 2014 di Kabupaten Gianyar ada terindikasi money politics. Dan bahkan

di duga adanya partisipasi masyarakat disebabkan oleh money politics. Atas dasar

Prasangka tersebut maka dilakukan penelitian dengan rumusan masalah seperti: 1)

Bagaimanakah proses terjadinya money politics dalam pemilu tahun 2014 di

Kabupaten Gianyar? 2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya money

politics dan kaitannya dengan partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014 di

Kabupaten Gianyar? Dengan tujuan penelitian adalah: 1) untuk mengetahui dan

menganalisis proses terjadinya money politics dan untuk mengetahui faktor penyebab

terjadinya money politics dan kaitannya dengan partisipasi masyarakat.

Landasan teori untuk membedah kedua permasalahan tersebut adalah

Teori Maslow dan beberapa konsep seperti politik uang. Metode yang dipakai dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Untuk memperoleh

hasil penelitian dilakukan dengan metode pengumpulan data melalui dokumentasi,

penelusuran data on line dan wawancara secara survey kepada beberapa informan.

Cara penentuan informan adalah dengan metode purposive sampling yaitu para calon,

tim sukses, dan masyarakat pemilih.

Hasil penelitian dan pembahasan yang dianalisis menggunakan metode

Miles Huberman menghasilkan simpulan: 1) Dugaan adanya money politics

berdasarkan pernyataan informan dapat disimpulkan memang benar ada. Dengan

proses dilakukan secara langsung oleh calon dan dilakukan oleh perpanjangan tangan

calon yaitu melalui tim sukses serta melalui calo suara. 2) Faktor penyebab terjadinya

money politics adalah a) adanya motivasi akan kebutuhan penghargaan dan

aktualisasi diri dari para calon, b) adanya motivasi akan kebutuhan fisiologis dari para

tim sukses dan para calo suara. c) Adanya partisipasi pemilih dalam pemilu tahun

2014 bukan didasarkan atas money politics akan tetapi karena adanya motivasi akan

kebutuhan rasa aman dan kebutuhan sosial dari masyarakat pemilih.

Saran dapat disampaikan adalah: 1) Untuk meminimalisir terjadinya

money politics, untuk mereformasi peraturan tentang pemberian dan menerima

sumbangan, janji-janji dalam bentuk apapun kepada masyarakat dalam kaitannya

memperoleh dukungan suara selama tahapan pemilu, mematuhi secara konsisten

peraturan yang ditetapkan oleh stakeholders pemilu legislatif, menindak dengan tegas

pelanggar. 2) Kepada calon peserta pemilu agar tidak membagikan uang untuk

membeli suara. Jangan memberikan harapan dan mempercayai orang yang

memberikan janji akan memberikan kemenangan dan memperoleh suara yang

diinginkan. 3) Kepada masyarakat agar diberikan pendidikan politik secara intens,

seperti pemahaman akan hak dalam memilih, dampak dan implikasi terhadap

partisipasi dalam pemilu serta dampak dan implikasi apabila terjadi money politics.

Kata Kunci : Pemilihan Umum, money politics, dan partisipasi pemilih

Page 5: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

v

DAFTAR ISI

Contents LAPORAN HASIL PENELITIAN ................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii

ABSTRAK ................................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 6

2.1 Landasan Teori ................................................................................................ 6

2.1.1 Politik Uang ......................................................................................... 6

2.1.2 Motivasi ............................................................................................. 12

2.2 Kerangka pemikiran ...................................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 16

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian .................................................................... 16

3.2 Sumber Data .................................................................................................. 16

3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 16

3.4 Metode Penentuan Informan ......................................................................... 17

3.5 Metode Analisis Data .................................................................................... 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 19

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Gianyar .......................................................... 19

Page 6: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

vi

4.2 Hasil Penelitian .............................................................................................. 25

4.2.1 Proses terjadinya money politics di Kabupaten Gianyar ................... 26

4.2.1 Faktor Penyebab terjadinya Money Politics dan kaitannya terhadap

partisipasi pemilih di Kabupaten Gianyar ......................................... 30

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................................... 35

4.3.1 Proses terjadinya Money Politics di Kabupaten Gianyar .................. 35

4.3.2 Faktor Penyebab terjadinya Money Politics dan kaitannya terhadap

partisipasi pemilih di Kabupaten Gianyar ......................................... 37

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 41

5.1 Simpulan ........................................................................................................ 41

5.2 Saran .............................................................................................................. 41

5.3 Rekomendasi Kebijakan ................................................................................ 42

5.4 Keterbatasan penelitian .................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 40

Page 7: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Gianyar

Gambar 4.2 Luas Lahan Di Kabupaten Gianyar Menurut Kecamatan (Ha)

Page 8: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Penerapan Teori Hirarkhi Kebutuhan dari Maslow

Tabel 4.1 Luas Wilayah Daerah Kabupaten Gianyar Per Kecamatan

Tabel 4.2 Jumlah DPT dan Jumlah Pengguna dalam Pemilu 2009 s/d 2014

Page 9: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

ix

Page 10: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem demokrasi di Indonesia dewasa ini menjadi pilihan dalam

menentukan kepemimpinan, baik di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten. Sistem

ini dianggap mampu menjamin kebebasan bagi para warga negara untuk menyalurkan

aspirasinya/suaranya yang diwakilkan melalui Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan

Perwakilan Daerah, melalui Pemilihan Umum DPR, DPD, DPRD. Sedangkan untuk

menentukan pimpinan Nasional dilaksanakan Pemilu Presiden yang pada tahun 2019

akan dilaksanakan secara serentak.

Adapun untuk menentukan pemilihan kepala daerah secara demokratis,

maka dilaksanakan pemilihan Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati Wakil Bupati,

Walikota dan Wakil Walikota, yang kesemuanya dilaksanakan penyelenggaraannya

oleh KPU sesuai tingkatan. Pesertanya adalah Partai Politik dan untuk calon Kepala

Daerah dapat dari calon perseorangan.

Konsekwensi pilihan melalui sistem demokrasi di Indonesia menuntut

peserta pemilu untuk bersaing baik secara internal partai, maupun antar partai, sebab

di antara mereka sungguh ingin menjadi yang terbaik dan pemenangnya. Sehingga

dalam pelaksanaan pemilu apapun, tidak heran jika dijumpai partai-partai politik di

awal pencalonan mesra, mau saling berpelukan, siap kalah dan menang, tetapi begitu

sudah selesai pemilu saling cemooh dan saling gugat.

Page 11: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

2

Fakta seperti ini menunjukkan adanya persaingan untuk meraih

kemenangan, makanya terjadi perang baliho, perang opini, bahkan tidak jarang

didengar adanya politik uang (money poliyics) demi kemenangan. Tetapi demokrasi

ini sudah menjadi pilihan di Indonesia. Demokrasi melalui pemilihan umum secara

langsung, yang memerlukan biaya yang sangat tinggi, baik oleh Penyelenggara dan

Peserta Pemilu. Hal ini pula yang menjadi keluhan para peserta pemilu, di mana para

peserta harus mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapat dukungan pemilih, atau

bahkan tidak segan-segan pemilih aktif meminta imbalan dari dukungan yang

diberikannya. Sehingga fenomena ini menjadikan demokrasi dianggap tidak sehat.

Beberapa issue terjadinya politik uang adalah karena adanya transaksi

bila memilih aku dapat apa? Issue kalau mereka terpilih menjadi pejabat Bupati,

DPR, DPD, DPRD misalnya, paling-paling nanti juga tidak ingat, sehingga aji

mumpung dia mau calon, pemilih tak segan-segan ada yang memanfaatkan moment

ini. Atau bahkan ada semacam calo pemilu, seseorang yang merasa memiliki

ketokohan merasa mampu mendulang suara atau bahkan siap membagikan uang

untuk para pemilih, dan sebagainya. Issue ngebom (istilah umum dimasyarakat)

artinya di daerah tertentu hampir semuanya dibayar untuk memilih salah satu

pasangan calon. Issue membeli penyelenggara pemilu, agar memenangkan calon

tertentu dan isuue-issue lainnya.

Faktanya politik uang memang terjadi, meskipun pembuktiannya sulit,

ini merupakan salah satu praktik busuk yang dikhawatirkan banyak pihak dapat

mengancam pelaksanaan pemilihan secara langsung. Begitu berbahayanya praktik

Page 12: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

3

politik uang tersebut tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap kemurnian dari

proses pelaksanaan pemilu. Lalu benarkah praktik politik uang mewarnai perjalanan

pesta pemilu? Mengingat isu-isu tentang praktik politik uang dalam setiap pesta

demokrasi, di negeri ini selalu saja hampir terjadi.

Pertanyaan di atas patut dicermati, untuk dianalisis dan mencari jalan

keluar terbaik menghindari politik uang, sebab jika dibiarkan dapat mengancam

proses demokrasi yang sedang berlangsung. Wacana tentang politik uang pada setiap

pesta politik di Indonesia memang selalu menjadi topik menarik untuk di bicarakan.

Sebab permainan politik uang sulit dideteksi, meski ramai terjadi, dari laporan dan

dari mulut ke mulut, akan tetapi pembuktiannya sulit dan hampir tidak ada.

Dari segi hasil jika pelaksanaan pemilu diwarnai politik uang, maka

terkesan hasilnya kurang bahkan tidak mempunyai legitimasi bagi suatu

pembentukan pemerintahan yang kuat dan dicintai rakyat. Di samping itu, politik

uang jelas akan menghancurkan sistem demokrasi yang sedang giat-giatnya kita

bangun. Lalu apakah yang dimaksud dengan politik uang tersebut? Sehingga begitu

hebat sekali pengaruhnya dalam membunuh kehidupan demokrasi. Sampai saat ini

memang tidak ada definisi yang khusus mengenai apa itu politik uang. Dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) istilah politik uang juga tidak ditemukan,

sehingga kejahatan ini sangat sulit dibuktikan untuk kemudian diselesaikan secara

hukum.

Buktinya sampai sekarang belum ada seorang pun yang diajukan ke

meja hijau karena terlibat praktik politik uang. Dibutuhkan bukti-bukti yang sangat

Page 13: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

4

konkret untuk membuktikan kejahatan ini. Permasalahan tersebut di atas terindikasi

terjadi di wilayah Kabupaten Gianyar, di mana ketika pemilihan DPRD, DPD,

DPRD, Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014, disinyalir terjadi praktek politik

uang, dan khusus untuk Pemilu Presiden menjadi salah satu Kabupaten yang digugat

di MK tentang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU).

Mendasari yang demikian, maka perlu dilakukan kajian/penelitian secara

mendalam untuk mengetahui terjadinya politik uang dan selanjutnya dicarikan solusi

untuk mengatasi terjadinya politik uang. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian

ini mengangkat judul” “Analisis Dugaan Money Politics terhadap Partisipasi Pemilih

(Studi penelitian Pemilihan Umum Tahun 2014 di Kabupaten Gianyar Provinsi

Bali)”.

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah berikut ini.

1.2.1 Bagaimanakah proses terjadinya money politics dalam pemilu tahun 2014 di

Kabupaten Gianyar?

1.2.2 Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya money politics dan

kaitannya dengan partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014 di Kabupaten

Gianyar?

Page 14: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

5

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab ketiga

permasalahan di atas adalah berikut ini.

1.3.1 Untuk mengetahui dan menganalisis proses terjadinya money politics dalam

pemilu tahun 2014 di Kabupaten Gianyar.

1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadi money politics dan

kaitannya dengan partisipasi masyarakat dalam Pemilu tahun 2014 di

Kabupaten Gianyar.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan input terhadap

implementasi penyelenggaraan pemilu oleh penyelenggara pemilu, peserta pemilu

dan juga oleh masyarakat sebagai pemilih, serta sebagai bahan untuk perumusan

kebijakan manajemen pemilu di masa mendatang oleh KPU RI, KPU Provinsi dan

khususnya oleh KPU Kabupaten Gianyar demi terwujudnya Pemilu yang bersih dari

money politics.

Page 15: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Landasan teori untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini

adalah Teori Motivasi dari Maslow termasuk pula diuraikan konsep politik uang.

2.1.1 Politik Uang

Uang Politik adalah, uang yang diperlukan secara wajar untuk

mendukung operasionalisasi aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan oleh peserta

pemilu. Besarannya ditetapkan dengan Undang-Undang dan Perturan Pemerintah.

Contohnya biaya administrasi pendaftaran pasangan kandidat, biaya operasional

kampanye pasangan kandidat, pembelian spanduk dan stiker, dan lain sebagainya.

Sumbernya bisa berasal dari simpatisan dengan tidak memiliki kepentingan khusus

dan besarannya ditentukan dalam peraturan.

Adapun yang dimaksud dengan politik uang atau yang sering

diistilahkan dengan money politics adalah, uang yang ditujukan dengan maksud-

maksud tertentu seperti contohnya untuk melindungi kepentingan bisnis dan

kepentingan politik tertentu. Politik uang bisa juga terjadi ketika seorang kandidat

membeli dukungan parpol tertentu atau membeli suara dari pemilih untuk

memilihnya dengan iming-iming imbalan yang bersifat finansial. Politik uang bisa

Page 16: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

7

juga terjadi ketika pihak penyandang dana berkepentingan bisnis maupun politik

tertentu. Bentuknya bisa berupa uang, namun bisa pula berupa bantuan-bantuan

sarana fisik pendukung kampanye pasangan kandidat tertentu (Teddy Lesmana,

2011). Sumbangan politik uang terhadap kebutuhan dana dalam jumlah besar,

terutama untuk komponen tidak resmi yang harus dikeluarkan kandidat, signifikan.

Ini setidaknya dapat dilihat dari pendapat Hanta Yuda AR. Menurutnya, biaya besar

yang karena pilkada kerap disertai dengan praktek politik uang dan pemakelaran

pencalonan kepala daerah. Politik uang dan pemakelaran inilah yang menyebabkan

biaya pilkada semakin menggelembung dan ongkos demokrasi semakin tinggi (Koran

Tempo, 23 November 2010).

Menurut Wahyudi Kumorotomo (2009) ada beragam cara untuk

melakukan politik uang dalam pilkada langsung, yakni: (1) Politik uang secara

langsung bisa berbentuk pembayaran tunai dari "tim sukses" calon tertentu kepada

konstituen yang potensial, (2) sumbangan dari para bakal calon kepada parpol yang

telah mendukungnya, atau (3) "sumbangan wajib" yang disyaratkan oleh suatu parpol

kepada para kader partai atau bakal calon yang ingin mencalonkan diri sebagai bupati

atau walikota. Adapun politik uang secara tidak langsung bisa berbentuk pembagian

hadiah atau doorprize, pembagian sembako kepada konstituen, pembagian semen di

daerah pemilihan tertentu, dan sebagainya. Para calon bahkan tidak bisa menghitung

secara persis berapa yang mereka telah habiskan untuk sumbangan, hadiah, spanduk,

dan sebagainya, disamping biaya resmi untuk pendaftaran keanggotaan, membayar

saksi, dan kebutuhan administratif lainnya. Ramlan Surbakti (Kompas, 2 April 2005),

Page 17: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

8

mencatat bahwa peluang munculnya politik uang dalam pilkada dapat diidentifikasi

sejak awal, yakni pertama, untuk dapat menjadi calon diperlukan "sewa perahu", baik

yang dibayar sebelum atau setelah penetapan calon, sebagian atau seluruhnya. Jumlah

sewa yang harus dibayar diperkirakan cukup besar jauh melampaui batas sumbangan

dana kampanye yang ditetapkan dalam undang-undang, tetapi tidak diketahui dengan

pasti karena berlangsung di balik layar.

Kedua, calon yang diperkirakan mendapat dukungan kuat, biasanya

incumbent , akan menerima dana yang sangat besar dari kalangan pengusaha yang

memiliki kepentingan ekonomi di daerah tersebut. Jumlah uang ini juga jauh melebihi

batas sumbangan yang ditetapkan undang-undang. Karena berlangsung di balik layar,

maka sukar mengetahui siapa yang memberi kepada siapa dan berapa besarnya dana

yang diterima. Ketiga, untuk kabupaten/kota yang jumlah pemilihnya sekitar 10.000

sampai dengan 100.000 pemilih, tetapi wilayahnya memiliki potensi ekonomi yang

tinggi, pengusaha yang memiliki kepentingan ekonomi di daerah tersebut bahkan

dapat menentukan siapa yang akan terpilih menjadi kepala daerah. Dengan jumlah

dana yang tidak terlalu besar, sang pengusaha dapat memengaruhi para pemilih

memilih pasangan calon yang dikehendakinya melalui "perantara politik" yang

ditunjuknya di setiap desa. Keempat , untuk daerah dengan tiga atau lebih pasangan

calon bersaing, perolehan suara sebanyak lebih dari 25 persen dapat mengantarkan

satu pasangan calon menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Dalam

situasi seperti ini, penggunaan uang memengaruhi pemilih melalui "perantara politik"

di setiap desa/kelurahan mungkin menjadi pilihan "rasional" bagi pasangan calon”.

Page 18: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

9

Jika Ramlan Surbakti masih melihat potensi politik uang dalam Pilkada,

Didik Supriyanto mengangkatnya dari fakta empiris. Menurutnya, berdasarkan aktor

dan wilayah operasinya, politik uang dalam pilkada bisa dibedakan menjadi empat

lingkaran sebagai berikut: (1) Lingkaran satu, adalah transaksi antara elit ekonomi

(pemilik uang) dengan pasangan calon kepala daerah yang akan menjadi pengambil

kebijakan/keputusan politik pasca pilkada; (2) Lingkaran dua, adalah transaksi

antara pasangan calon kepala daerah dengan partai politik yang mempunyai hak

untuk mencalonkan; (3) Lingkaran tiga, adalah transaksi antara pasangan calon dan

tim kampanye dengan petugas-petugas pilkada yang mempunyai wewenang untuk

menghitung perolehan suara; dan (4) Lingkaran empat,adalah transaksi antara calon

dan tim kampanye dengan massa pemilih (pembelian suara) (Transkrip Diskusi

Publik Terbatas, ijrsh.files.wordpress.com/2008/06/politik-uang-dalam-pilkada.pdf,

diunduh tgl. 24 Desember 2011).

Menurut Didik Supriyanto, politik uang lingkaran empat ini biasa

disebut dengan political buying, atau pembelian suara langsung kepada pemilih.

Lebih lanjut dikatakannya, ada banyak macam bentuk political buying , yakni

pemberian ongkos transportasi kampanye, janji membagi uang/barang, pembagian

sembako atau semen untuk membangun tempat ibadah, ”serangan fajar”, dan lain-

lain. Modus politik uang tersebut berlangsung dari pemilu ke pemilu, tidak terkecuali

dalam pilkada dan praktik-praktik jual beli suara ini bukan semata-mata didasari oleh

kebutuhan ekonomi sebagian besar pemilih, tetapi juga karena hal tersebut sudah

lama berlangsung setiap kali ada pemilihan (misalnya pilkades) sehingga masyarakat

Page 19: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

10

menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah, meski mereka tahu bahwa hal itu

melanggar ketentuan.

Namun berbagai kejadian politik uang dalam pilkada langsung

seringkali tidak tersentuh oleh penegakan hukum karena sulitnya pembuktian akibat

tidak adanya batasan yang jelas mengenai politik uang, disamping sebagian

masyarakat menganggap sebagai sesuatu yang lumrah. Bahkan, yang lebih

memprihatinkan adalah masyarakat kian permisif dengan praktek politik uang dalam

pemilu. Hasil polling Litbang Harian Kompas, menemukan bahwa sebagian besar

publik tidak menolak kegiatan bagi-bagi uang yang dilakukan caleg/parpol (Kompas,

16 Maret 2009). Terkait politik uang yang makin menguat, Lingkaran Survei

Indonesia (LSI) pernah membuat survei khusus untuk mengukur tingkat skala politik

uang dalam pilkada. Survei tersebut dilakukan dengan populasi nasional pada bulan

Oktober 2005 dan Oktober 2010. Survei menggunakan metode penarikan sampel

Multistage Random Sampling (MRS). Jumlah sampel sebanyak 1.000 orang

responden dengan tingkat kesalahan sampel (sampling error ) sebesar plus minus 4%.

Hasil survey menunjukkan publik yang menyatakan akan menerima uang yang

diberikan oleh kandidat mengalami kenaikan. Pada tahun 2005, sebanyak 27,5%

publik menyatakan akan menerima uang yang diberikan calon dan memilih calon

yang memberi uang. Angka ini naik menjadi 37,5% di tahun 2010. Demikian pula

Publik yang mempersepsi bahwa politik uang akan mempengaruhi pilihan atas

kandidat, juga mengalami kenaikan dari 53,9% di tahun 2005 menjadi 63% di tahun

Page 20: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

11

2010 (suarapublik.co.id/index/index.php?...politik-uang.. diunduh tgl. 24 Desember

2011).

Situasi ini tidak lepas dari adanya perubahan radikal terhadap karakter

dan perilaku pemilih pasca reformasi, khususnya setelah Pemilu 1999. Kacung

Marijan (Kompas, 7 Agustus 2008) menyebut keikutsertaan pemilih dalam pemilu

1999 sebagai pemilih bercorak sukarela (voluntary). Di mana terjadi keterlibatan

yang intens dari pemilih selama proses pemilu. Hal ini tidak lepas dari euforia

reformasi yang masih dirasakan masyarakat serta harapan yang besar terhadap

perubahan. Pemilu 2004 menunjukkan perilaku pemilih yang berbeda. Antusiasme

pemilih mulai menurun dan perilakunya sudah mulai bercorak rasional. Bahkan

menurut Kacung Marijan sudah tergolong rasional pragmatis dengan melakukan

praktik-praktik transaksional (jual beli suara) di mana pemilih mulai menghitung

imbalan dari suara yang diberikan. Perilaku ini tidak lepas dari penilaian bahwa

wakil-wakil rakyat hasil pemilu 1999 yang mereka harapkan ternyata tak mampu

berbuat banyak dan tidak memberikan perubahan berarti (Marijan dalam

Taufiqurrahman, 2010). Survei LSI juga menemukan kecenderungan yang sama,

bahwa ada rasionalitas pragmatis pemilih, meski selain rasionalitas pragmatis,

muncul juga semangat kedaerahan, etnisitas, agama dan kelompok dalam preferensi

pemilih (www.lsi.or.id ). Kebutuhan dana yang semakin besar mendorong politisi

menggali dana dari berbagai sumber, fenomena ini tidaklah khas Indonesia. Sebagai

gambaran, sebagaimana yang ditulis Denny JA (2006) tentang “Uang dan Politik”, di

Page 21: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

12

negara Amerika Serikat yang kaya sekalipun seorang calon tidak dapat membiayai

pengeluaran pemilu sendirian.

2.1.2 Motivasi

Teori Maslow yang dibangun atas dasar asumsi bahwa orang

mempunyai kebutuhan untuk maju dan berkembang. Menurut Ali Faried (2011, 104),

“asumsi ini mengandung arti bahwa program motivasi akan lebih besar

kemungkinannya berhasil, Jika kebutuhan tingkat atas dapat terpenuhi”. Teori

Motivasi oleh Maslow dalam Ali Faried adalah:

Teori pemenuhan secara bertingkat, yang artinya ada kebutuhan yang

paling tinggi disebut kebutuhan realisasi diri (self actualization), yaitu

kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan penggunaan kemampuan

maksimum, keterampilan dan potensi, diikuti dengan kebutuhan

penghargaan (exteems) yaitu kebutuhan akan penghargaan diri, dan

penghargaan dari orang lain. Dilanjutkan dengan kebutuhan rasa

memiliki (belongings), social dan cinta, berikut kebutuhan keselamatan

dan keamanan (safety and security) yaitu kebutuhan akan kebebasan

dari ancaman, yakni aman akan ancaman kejadian/ atau lingkungan dan

yang paling di bawah adalah kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan

makan, minum, tempat tinggal dan bebas dari sakit. Jadi kebutuhan

fisiologis adalah kebutuhan yang paling mendasar dan yang paling

primer harus dipenuhi dalam kegiatan kerja sama.

Lebih lanjut peneliti uraikan teori hierarkhi kebutuhan dari Maslow

yang dikutip dari literaturnya Gitosudarmo dalam bentuk tabel berupa penerapan teori

hierarkhi kebutuhan dari Maslow :

Page 22: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

13

Tabel 2.2

Penerapan Teori Hirarkhi Kebutuhan dari Maslow

No Hierarkhi Kebutuhan Faktor-Faktor Umum Faktor-Faktor

Organisasi

1 Kebutuhan fisiologis a. Makanan

b. Minuman

c. Perumahan

d. Sex

a. Gaji

b. Kondisi kerja

yang

menyenangkan

c. kafetaria

2 Kebutuhan akan rasa

aman

a. Keamanan

b. Stabilitas

c. Perlindungan

d. Jaminan

a. Kondisi kerja

yang aman

b. Jaminan social

c. Keamanan kerja

d. Pensiun

3 Kebutuhan sosial a. Persahabatan

b. Kasih sayang

c. Rasa saling

memiliki

a. Mutu supervise

b. Kelompok kerja

yang erat

c. Perkumpulan

olah raga

4 Kebutuhan penghargaan a. Penghargaan

b. Status

c. Pengakuan

d. Dihormati

a. Bonus

b. Piagam

penghargaan

c. Jabatan

d. Tanggung jawab

e. Pekerjaan itu

sendiri

5 Kebutuhan aktualisasi

diri

a. Perkembangan

b. Prestasi

c. Kemajuan

a. Prestasi dalam

pekerjaan

b. Kesempatan

untuk berkreasi

c. Tantangan tugas

d. Kemajuan dalam

organisasi

Sumber : Gitosudarmo, 2000 hal. 33

Selanjutnya teori motivasi diungkapkan oleh ilmuan Herzberg yang

diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg.

Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi,

Page 23: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

14

yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini

yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong seseorang

berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang,

sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-

faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut

menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara

lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh,

kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene

atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan

seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan

sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan

organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan

yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg

ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam

kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

Dari beberapa teori motivasi yang peneliti deskripsikan di atas, maka

untuk menganalisis hasil penelitian ini peneliti menggunakan teori hierarkhi

kebutuhan dari Maslow. Alasan tersebut sangat tepat dengan data dari hasil

wawancara.

Page 24: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

15

2.2 Kerangka pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dapat dideskripsikan bahwa

penyelenggaraan pemilu yang berdasarkan peraturan KPU mengalami beberapa

permasalahan terkait dengan topik penelitian ini adalah adanya dugaan money

politics terhadap parrisipasi masyarakat dalam pemilu tahun 2014 di Kabupaten

Gianyar. Dari topik tersebut peneliti jabarkan ke dalam dua rumusan masalah yaitu

bagaimanakah proses terjadinya money politics terhadap partisipasi pemilih dan

faktor-faktor penyebab terjadinya money politics. Dari kedua permasalahan, peneliti

pergunakan teori motivasi untuk memecahkan permasalahan ini. Sehingga dari

penelitian ini diharapkan proses pemilu yang bersih dan bebas money politics.

Kerangka pemikiran penelitian digambarkan seperti dibawah ini.

Gambar 3.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

1. Proses Money Politics

2. Faktor Penyebab Money

Politics dan kaitannya

dengan partisipasi pemilih

Teori Motivasi

Maslow

Pemilu Bersih Money Politics

Pemilu 2014

Page 25: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

16

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis dan pendekatan penelitian deskriptif

kualitatif. Alasan penentuan pendekatan kualitatif berdasarkan pendapat Staruss dan

Corbin yaitu “Metode kualitatif dapat memberi rincian yang kompleks tentang

fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif” (Strauss dan Corbin,

2009; 5).

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah pertama, data primer berupa data

yang diperoleh melalui observasi seperti isu-isu daerah yang berkembang money

politics dan hasil wawancara secara mendalam terhadap informan yang telah

ditetapkan. Kedua adalah data sekunder berupa data yang diperoleh dari dokumen

hasil pemilu tahun 2014 di KPU Kabupaten Gianyar, seperti gambaran umum

Kabupaten Gianyar.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan pendapat Bungin (2012:110) metode pengumpulan data

dalam penelitian kualitatif terdiri dari Observasi atau pengamatan langsung,

dokumentasi, wawancara dan penelusuran data on line. Dalam penelitian ini

menggunakan metode pengumpulan data seperti dokumentasi, wawancara dan

penelusuran data on line. Oleh karena penelitian ini dilakukan setelah pelaksanaan

Page 26: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

17

pemilu sehingga untuk metode observasi tidak mungkin dilakukan sehingga peneliti

melakukan survey untuk mencari informan ke lokus penelitian. Adapun uraian

metode penelitian yang peneliti pergunakan adalah:

1. Dokumentasi atau dokumenter menurut Bungin (2012: 124), metode yang

digunakan untuk menelusuri data historis, atau data yang diperoleh karena

keterkaitan dengan penelitian yang berbentuk dokumentasi”.

2. Wawancara mendalam secara survei, menurut Bungin (2012: 111) wawancara

adalah “proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan dengan atau tanpa

pedoman wawancara”.

3. Penelusuran Data On Line, menurut Bungin (2012: 128) adalah tata cara

melakukan penelusuran data melalui media on line seperti internet atau media

jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas on line, sehingga memungkinkan

peneliti dapat memanfaatkan data informasi on line yang berupa data maupun

informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat

dipertanggungjawabkan secara akademis”.

3.4 Metode Penentuan Informan

Menurut Bungin ( 2012: 107) bahwa “ Purposive adalah salah satu

strategi menentukan informan yang paling umum di dalam penelitian kualitatif, yaitu

menentukan kelompok peserta yang menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih

yang relevan dengan masalah tertentu”. Dengan mengacu pendapat Bungin bahwa

penentuan informan penelitian ini adalah purposive sampling. Dimana informan

Page 27: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

18

yang peneliti tentukan dianggap mengetahui tentang dugaan money politics. Informan

tersebut dari masyarakat pemilih, tim sukses dan peserta pemilu (calon anggota

DPRD).

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data, peneliti pergunakan metode analisis dari Miles and

Huberman dengan tahapan seperti berikut ini:

1. Data Reduction (reduksi data), yaitu merangkum data, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya, untuk

mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

pengumpulan data selanjutnya.

2. Data Display (penyajian Data), setelah data direduksi selanjutnya adalah

mendisplay data supaya data lebih terorganisasi, tersusun dalam pola

hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami.

3. Conclusion Drawing/ verification, selanjutnya langkah penarikan kesimpulan

dan verifikasi.

Page 28: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

19

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV dari laporan hasil penelitian ini terdiri dari gambaran umum

daerah penelitian yaitu Kabupaten Gianyar, hasil penelitian berdasarkan hasil

wawancara dan pembahasan hasil penelitian dengan teori seperti dalam landasan

teori.

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Gianyar

Luas wilayah Kabupaten Gianyar 368 Km2 atau 6,53 % dari luas

wilayah Provinsi Bali secara keseluruhan. Kabupaten Gianyar terdiri dari 7

Kecamatan yaitu :

Tabel 4.1

Luas Wilayah Daerah Kabupaten Gianyar Per Kecamatan

No. Kecamatan Luas Wilayah

(Km2 )

% Dari Luas

Gianyar

% Dari Luas

Bali

(1) (2) (3) (4) (5)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Sukawati

Blahbatuh

Gianyar

Tampaksiring

Ubud

Tegallalang

55,02 Km2

39,70 Km2

50,59 Km2

42,63 Km2

42,38 Km2

61,80 Km2

14,95

10,79

13,75

11,58

11,52

16,79

0,98

0,70

0,90

0,75

0,75

1,10

Page 29: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

20

7. Payangan 75,88 Km2 20,62 1,35

Sumber : Gianyar Dalam Angka, BPS Tahun 2014

Tabel di atas menunjukkan bahwa Kecamatan Payangan memiliki luas

terbesar mencapai 75,88 Km2

atau 20,62 % dari luas Kabupaten Gianyar dan luas

wilayah terkecil yakni Kecamatan Blahbatuh dengan luas mencapai 39,70 Km2

atau

10,79 % dari luas Kabupaten Gianyar.

Topografi Kabupaten Gianyar terdiri dari daerah pantai, sungai dan

perbukitan. Kemiringan wilayah Kabupaten Gianyar diklasifikasikan menjadi empat

kategori, yaitu:

a) Wilayah datar (wilayah kemiringan 0-20) = 41,00 %;

b) Wilayah landai (kemiringan 3-150) = 28,50 %;

c) Wilayah miring (kemiringan 16-400) = 15,50 %; dan

d) Wilayah terjal (kemiringan>400)=15 %

Kabupaten Gianyar merupakan salah satu dari sembilan Kabupaten/Kota

di Provinsi Bali, dengan batas-batas wilayah administrasi di sebelah utara Kabupaten

Bangli, sebelah timur Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Bangli, sebelah selatan

Kota Denpasar dan sebelah barat Kabupaten Badung.

Dibandingkan kabupaten lain, Gianyar tidak memiliki danau maupun

gunung berapi, beberapa bagian daratan memang agak tinggi letaknya namun lebih

merupakan tanah perbukitan. Meskipun demikian, kondisi alam yang dimilikinya

Page 30: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

21

cukup menguntungkan. Sebab dengan tanah-tanah datar yang ada dimanfaatkan lahan

secara maksimal oleh masyarakat.

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Gianyar

Sumber : Gianyar Dalam Angka, BPS Tahun 2014

Page 31: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

22

Sesuai dengan data yang tercatat, keadaan Kabupaten Gianyar sampai

dengan akhir Tahun 2013 menunjukkan luas lahan sawah 14,732 Ha, Tanah/Lahan

Kering 21,879 Ha, dan tanah lainnya berupa rawa-rawa, tambak, kolam/dan lain-lain

luasnya 171 Ha. Berikut penggunaan lahan di Kabupaten Gianyar Tahun 2011 dan

Tahun 2012 :

1. Tanah Sawah Tahun 2011 seluas 14, 732 Ha dan Tahun 2012 seluas 14,729 Ha.

2. Tanah/Lahan Kering Tahun 2011 seluas 21,897 Ha dan Tahun 2012 seluas

21,900 Ha.

3. Pekarangan Rumah Tahun 2011 seluas 5,250 Ha dan Tahun 2012 seluas 5,253

Ha.

4. Tegalan Tahun 2011 dan Tahun 2012 masih sama seluas 11,248 Ha.

5. Tanaman Hutan Rakyat Tahun 2011 dan Tahun 2012 masih sama seluas 1,116

Ha.

6. Lahan lainnya Tahun 2011 dan Tahun 2012 juga masih sama seluas 171 Ha.

Berdasarkan keterangan di atas dapat kita ketahui bahwa penggunaan

lahan di Kabupaten lebih banyak dipergunakan sebagai Lahan sawah seluas 14,729

Hektar atau sebesar 40,19% dari luas lahan di Kabupaten Gianyar. Sedangkan yang

paling sempit adalah penggunaan lahan lainnya seperti tambak dan kolam atau

tebat/empang yakni 171 Hektar atau sebesar 0,46% dari luas lahan di Kabupaten

Gianyar.

Dengan membandingkan antara penggunaan lahan antara Tahun 2011

dengan Tahun 2012, dapat pula kita ketahui bahwa adanya kecenderungan

Page 32: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

23

berkurangnya luas lahan persawahan dan meluasnya lahan/tanah kering terlihat dari

data Tahun 2011 dimana sebelumnya penggunaan lahan sawah seluas 14,732 Hektar

menurun pada Tahun 2012 menjadi 14,729 Hektar. Ini berarti terjadi penyusutan

lahan sawah seluas 3 Hektar. Sedangkan penggunaan lahan bukan sawah atau

tanah/lahan kering terjadi peningkatan yang sebelumnya pada Tahun 2011 seluas

21,897 Hektar meningkat pada Tahun 2012 menjadi 21,900 Hektar dimana

peningkatan tersebut diperoleh dari meningkatnya penggunaan lahan untuk

pekarangan rumah dan sekitarnya yakni dari sebelumnya seluas 5, 250 Hektar

menjadi 5,253 Hektar.

Tentunya tidak dapat kita prediksi kemungkinan-kemungkinan yang

menyebabkan hal tersebut terjadi. Peningkatan penggunaan lahan untuk pekarangan

rumah sangat berhubungan erat dengan adanya peningkatan jumlah mobilisasi

penduduk atau kepadatan penduduk dimana kebutuhan akan lahan tempat tinggal

menjadi kebutuhan utama didalam menunjang hal lainnya.

Luas lahan sawah dan lahan bukan sawah di wilayah Kabupaten Gianyar

per Kecamatan tidaklah sama dimana Kecamatan Sukawati merupakan kecamatan

yang memiliki lahan persawahan terluas yakni 2,705 Hektar hampir sebanding

dengan luas lahan bukan sawahnya yakni 2,797 Hektar. Sedangkan Kecamatan

Payangan merupakan Kecamatan dengan luas lahan bukan sawah yang terluas yakni

5,613 Hektar sangat berbeda jauh dengan luas persawahannya yang hanya tersisa

1,975 Hektar. Untuk lebih jelasnya luas lahan di Kabupaten Gianyar menurut

Kecamatan (Ha) pada Gambar di bawah ini :

Page 33: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

24

Gambar 4.2 Luas Lahan Di Kabupaten Gianyar

Menurut Kecamatan (Ha)

Sumber : Gianyar Dalam Angka, BPS Tahun 2014

Partisipasi masyarakat Kabupaten Gianyar dalam pemilihan umum

mulai tahun 2009 sampai pemilihan umum tahun 2014 dapat dilihat dalam tabel

berikut.

Page 34: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

25

Tabel 4.2

Jumlah DPT dan Jumlah Pengguna dalam Pemilu 2009 s/d 2014

NO Pemilu Jumlah DPT Jumlah

Pengguna surat

suara

Prosentase

partisipasi

1 Pemilu Legislatif 2009 330.345 273.181 82,70%

2 Pemilu Presiden dan

Wapres tahun 2009

331.606 263.995 79,61%

3 Pemilukada 2012 349.650 285.122 81,54%

4 Pilgub Bali 2013 355.736 287.552 80,83%

5 Pemilu Legislatif 2014 361.279 302.911 83,84%

6 Pilpres 2014 361.705 290.399 80,29%

Sumber: Dokumen KPU Gianyar tahun 2014

Tabel 4.2 menunjukkan tingkat partisipasi dalam bentuk prosentase

secara umum termasuk tinggi dan berfluktuasi. Apabila dibandingkan antara pemilu

legislative tahun 2009 dengan pemilu legislative tahun 2014 partisipasi masyarakat

mengalami peningkatan 1,14%. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden juga mengalami

peningkatan sebesar 0,68%.

4.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan

terkait dua rumusan masalah tentang dugaan money politics dan kaitannya dengan

partisipasi pemilih dalam pemilihan umum tahun 2014, peneliti uraikan berdasarkan

Page 35: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

26

metode penelitian dengan jenis deskriptif dan pendekatan kualitatif, seperti peneliti

deskripsikan berikut ini.

4.2.1 Proses terjadinya money politics di Kabupaten Gianyar

Setiap ajang pemilihan umum dari periode ke periode tidak terlepas

dalam pemilihan secara langsung termasuk pemilihan umum tahun 2014, baik itu

pemilihan DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang digelar

tanggal 9 April 2014 dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Mulai dari

sebelum pencalonan sampai menjelang hari pemungutan suara dini hari memang

tidak terlepas dari adanya indikasi pembagian amplop yang sering dikenal dengan

serangan fajar. Dugaan money politics atau di kenal politik uang yang beredar selama

ini, setelah dilakukan klarifikasi ke beberapa informan di beberapa kecamatan di

wilayah Kabupaten Gianyar memang banyak terjadi. Seperti pernyataan yang di

sampaikan oleh beberapa informan. Perlu peneliti sampaikan bahwa dalam penelitian

ini semua identitas informan disamarkan karena untuk menjaga keselamatan dan

keamanan para informan, namun identitas informan secara lengkap ada di peneliti.

Dan hal seperti ini dibenarkan dalam penelitian.

Proses pembagian uang, seperti sumbangan berupa uang kepada pemilih

ataupun kelompok masyarakat sering terjadi dan prosesnya dapat secara langsung

diberikan kepada masyarakat maupun melalui tim sukses. Seperti yang disampaikan

oleh informan TW. Informan TW sebagai calon anggota DPRD dari dapil Gianyar,

menyatakan:

Page 36: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

27

“Indikasi money politics memang banyak terjadi, tidak saja di kabupaten

Gianyar, tetapi diseluruh daerah yang menyelenggarakan pemilu terjadi.

Hanya saja caranya yang berbeda-beda. Politik uang itu menurut saya

adalah memberikan sesuatu berupa uang ataupun barang ketika

penyelenggaraan pemilu oleh calon maupun oleh tim sukses calon

tersebut, kepada masyarakat pemilih agar ketika pemilihan suaranya

diberikan kepada calon yang bersangkutan. Benda baik barang ataupun

uang tersebut gencar diberikan selama menjadi bakal calon, setelah

ditetapkan menjadi calon dan bahkan sampai hari pemungutan suara.

Para calon akan mendatangi kelompok masyarakat melalui istilah

dharmasuaka ke pura, banjar, desa. Biasanya kalau sudah melakukan

seperti itu dan memberikan sumbangan, masyarakat akan sepakat

memilih calon tersebut”. (Wawancara, tanggal 12 Juli 2014).

Pernyataan TW senada dengan pernyataan ST juga dari daerah yang

sama. Dengan pendapat berikut ini.

“Pemberian bantuan saat pemilihan DPR, DPD, DPRD Provinsi dan

DPRD Kabupaten ada diberikan ke banjar, ke pura desa dan juga ke

sekaa teruna. Setelah calon itu menjadi anggota DPRD, waktu ada

ngaben massal juga diberikan bantuan ke desa dan ke masing-masing

kepala keluarga diberikan Rp.1.000.000,- Karena bantuan sudah

diberikan ke banjar, sehingga masyarakat sepakat untuk memberikan

pilihan ke calon tersebut. Pemberian bantuan ke desa saya, calon

langsung yang memberikan”. (Wawancara, tanggal 14 Juli 2015)

Pernyataan TW dan ST dibenarkan oleh informan GE yang berasal dari

Kecamatan Sukawati , dengan pendapat berikut ini.

“Menjelang pemilu tahun 2014 ada calon yang memberikan bantuan

untuk pembangunan balai banjar, pernah juga ada yang memberikan

amplop ke pemilih. untuk saya dan keluarga tidak mau mengambilnya

karena sudah kesepakatan banjar untuk memberikan pilihan ke calon

yang memberikan bantuan (maaf saya tidak sebutkan namanya)”.

(Wawancara tanggal 20 Juli 2015).

Demikian pula GM dari Kecamatan yang sama juga mengatakan hal

yang sama dengan informan di atas, bahwa:

Page 37: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

28

“Pemilu 2014 ada yang memberikan saya dan tetangga amplop dari tim

sukses calon (maaf tidak saya sebutkan namanya), ya amplopnya saya

ambil saja kan diberikan tidak boleh menolak rejeki. Tetapi untuk

memilih saya pilih calon yang disepakati banjar. Tetapi kalaupun tidak

ada kesepakatan saya tetap akan memilih, karena siapapun yang menjadi

pemimpin kehidupan saya tetap seperti ini mekuli dengan imbalan kecil,

belanja dengan harga beras yang mahal. Ya…. kalau kewajiban memilih

ya memilih”. (Wawancara tanggal 20 Juli 2015).

Informan KS selaku saksi kandidat memiliki pendapat tentang proses

politik uang dalam petikan wawancara berikut ini.

”Saya didatangi ke rumah oleh tim sukses calon yang berbeda, diberikan

uang karena dirumah ada tiga orang pemilih diberikan masing-masing

sejumlah 100 ribu rupiah dan dari tim sukses yang satunya lagi

memberikan 200 ribu rupiah. Di berikan uang saya ambil dan bagikan

kepada keluarga yang memilih”. (Wawancara tanggal 1 Agustus 2015).

Wawancara dengan informan KB menyatakan proses terjadinya money

politics seperti kutipan hasil wawancara berikut.

“Saya sebagai sukarelawan dari salah satu calon. Saya rela melakukan

apapun demi suksesnya calon yang saya usung ke DPRD Gianyar.

Pemilihan saya dengan suka rela pagi sore siang malam membantu calon

yang saya usung untuk memasang baliho di seputaran kecamatan

Sukawati. Ini saya lakukan karena saya merasa jengah adanya semacam

pengeledekan terhadap calon yang saya dukung karena gagal pada

pemilu tahun 2009 lalu. Berbagai cara kami lakukan untuk

memenangkan calon. Menjelang pemilihan kami dikumpulkan oleh

calon untuk diberikan pengarahan teknis pada saat pelaksanaan pemilu.

Salah satu tugas kami adalah mencari orang-orang yang bisa membantu

penambahan suara dengan memberikan sesuatu kepada yang

bersangkutan kalu bersedia memberikan suara. Nampaknya usaha itu

perlu kerja keras, karena di banjar kami sebelum pelaksanaan pemilu

ada acara medharma suaka dari salah satu calon yang lain untuk dibantu

di dalam pemenangan pemilu. Melihat keadaan yang demikian saya

memilih-milih orang yang kiranya bisa diajak kerjasama untuk

perolehan suara. Banyak diantara mereka yang menolak, karena takut

Page 38: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

29

terhadap kesepakatan antara banjar dengan calon yang bersangkutan.

Tetapi saya tidak kalah semangat, dan berusaha terus, untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan saya berusaha untuk mencari

nomor hp dari orang-orang di sekeliling banjar atau desa untuk minta

bantuan. Ada sekitar 50 orang yang saya hubungi. Diantara mereka

banyak juga yang bisa diajak kerjasama, dan saya pastikan kalau sudah

memilih calon yang saya usung, besoknya pasti ada sesuatu untuk yang

bersangkutan. Sehari sebelum pelaksanaan pemilihan saya selalu

memantau yang bersangkutan untuk tidak dipengaruhi oleh orang lain

dan tetap memilih calon saya. Setelah hari pemilihan dan penghitungan

suara, suara yang saya dapat mendekati usaha saya, ada juga yang tidak

tepat janji. Tapi karena sulit untuk dibuktikan, besoknya saya tetap

memberikan sesuatu sebagai balasa jasa. Tetapi saya sedikit kecewa

karena calon yang saya usung belum bisa duduk di kursi DPRD

Kabupaten Gianyar. Yang penting saya sudah berusaha”. (Wawancara

tanggal 2 Agustus 2015).

Wawancara dengan MY mengenai proses terjadinya money politics

terurai dalam petikan hasil wawancara berikut ini.

“Saya selaku relawan dari partai X, saat ada pertemuan di rumah calon,

kami diberikan pengarahan dan sekaligus menentukan saksi di masing-

masing TPS di Desa Batuan. Karena dapat honor saya lakukan tugas

dengan sebaik-baiknya. Ada beberpa teman saat itu ditugaskan untuk

mengedarkan uang sebagai balas jasa atas suara yang diberikan. Saat itu

saksi disuruh mgnecek suara terhadap orang yang diminta bantuan,

sebelum hari H saksi dikasi nama orang-orang yang diminta bantuan,

apakah dia memilih atau tidak”. (Wawancara tanggal 29 Juli 2015).

Demikian pernyataan dari beberapa informan bahwa kenyataannya

memang terdapat money politics dengan kemasan lain mencari kelompok masyarakat

seperti banjar, perkumpulan yang sudah solid di masyarakat. Sehingga peluang untuk

memperoleh suara cukup signifikan. Proses money politics ada dua yaitu melalui

calon sendiri dan melalui tim sukses baik tim sukses diminta oleh calon maupun

Page 39: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

30

sekelompok orang yang menawarkan diri menjadi tim sukses dengan meminta

sejumlah biaya dan menjanjikan suara yang mencukupi perolehan suara di Gianyar.

Walaupun demikian ada juga pemilih yang memanfaatkan kesempatan untuk

menerima serangan fajar, namun tetap konsisten memilih yang menjadi kesepakatan

banjar.

4.2.1 Faktor Penyebab terjadinya Money Politics dan kaitannya terhadap

partisipasi pemilih di Kabupaten Gianyar

Setelah mengetahui tentang proses terjadinya money politics dari hasil

wawancara dengan para informan serta menghasilkan temuan. Berikut hasil

penelitian dari metode wawancara dengan informan terkait penyebab terjadinya

money politics, dapat peneliti narasikan berikut ini.

Menurut informan TW selaku calon anggota DPRD dapil Gianyar dalam

Pemilu 2014, menyatakan penyebab terjadinya money politics diuraikan dalam

petikan wawancara berikut ini.

“Money politics terjadi awalnya bukan bersumber dari pemilih, artinya

bukan pemilih yang meminta akan tetapi pemilih diberikan sesuatu

berupa barang ataupun uang baik dalam bentuk sumbangan melalui

dharma suaka maupun ke rumah-rumah. Pelakunya oleh si calon

ataupun oleh tim sukses yang direkrut. Tujuan pemberian tersebut ya..

agar pemilih memberikan suaranya sehingga berhasil menjadi

pemenang. Kemenangan tersebut kan merupakan kebanggaan bagi diri

dan keluarga dapat menjadi anggota DPRD ingin membantu masyarakat

menyampaikan aspirasinya, sangat bangga menjadi wakil rakyat. Perlu

saya sampaikan juga apa yang saya alami juga dialami oleh rekan-rekan

saya sesama calon ketika kami saling bertukar pengalaman. Pemberian

ini akan menjadi kebiasaan dan pada akhirnya akan menjadi budaya

yang tidak baik bagi kehidupan demokrasi selanjutnya”. (Wawancara

tanggal 12 Juli 2015).

Page 40: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

31

Hal senada juga disampaikan oleh AR salah seorang calon anggota

DPRD dari dapil Gianyar, dengan petikan wawancara berikut ini.

“Penyebab dari adanya pemberian atau sumbangan berupa uang atau

barang kepada pemilih dalam pemilu karena besar keinginan untuk

mendapatkan simpati masyarakat agar dipilih saat pemungutan suara

dan dapat berhasil menjadi anggota dewan. Menjadi anggota dewan

adalah sebuah kehormatan yang sangat tinggi, sebuah prestise dan

pengalaman hidup yang sangat membanggakan. Ternyata untuk

memperoleh kedudukan sangat sulit, harus mengorbankan segala hal

baik waktu, tenaga, dan materi. Bahkan banyak rekan saya sampai

menjual tanah sebagai modal”. (Wawancara tanggal 13 Juli 2015).

Kutipan hasil wawancara antara TW dan AR mengatakan bahwa inisiatif

pemberian bantuan menjelang pemilu memang ada penyebabnya yaitu keinginan

untuk menang. Semua calon ketika itu memiliki keinginan menjadi pemenang. Dan

kemenangan tersebut adalah kebanggaan atau sebuah prestise.

Ketika peneliti melakukan wawancara kepada masyarakat sebagai

pemilih untuk memastikan apakah keinginan memilih karena adanya sumbangan atau

ada alasan lain. Berikut petikan wawancara dengan informan GE.

“Adanya sumbangan ke banjar oleh calon anggota DPRD bukan karena

permintaan masyarakat. Itu karena calon yang datang ke banjar kami

menyampaikan sumbangan dan permohonan agar dipilih. Dan anggota

banjar kami sepakat untuk memilih calon tersebut. Dan sekarang

berhasil menjadi anggota DPRD. Walaupun ada calon selain dia datang,

kami tidak berani memilih yag lain diluar yang disepakati karena takut

digunjingkan dan takut kasepekang”. (Wawancara tanggal 20 Juli 2015).

Hal senada disampaikan oleh informan GM dengan petikan wawancara

berikut ini.

“Walaupun kami tidak diberikan sumbangan, saya akan tetap memilih

dalam pemilu. Karena siapapun yang menang toh juga kehidupan saya

Page 41: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

32

tetap seperti ini. Bahkan harga menjadi semakin mahal. Karena sudah

disepakati oleh anggota banjar saya ya ikut saja. Supaya nanti tidak

menjadi masalah seandainya saya tidak ikut keputusan banjar”.

(Wawancara tanggal 20 Juli 2015).

Kutipan hasil wawancara GE dan GM bahwa masyarakat tidak meminta

sumbangan, tetapi calon yang mendatangi masyarakat. Itu artinya bahwa memang

calon yang berinisiatif untuk mencari dukungan. Sedangkan keinginan pemilih tetap

melakukan kewajibannya sebagai warga yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih

untuk memberikan pilihan walaupun tidak diberikan sumbangan. Namun dari kutipan

wawancara tersebut adanya penggiringan untuk memilih calon yang disepakati

kelompoknya karena menjaga keamanan dan agar tidak menimbulkan masalah.

Informan GP pun berpendapat mirip dengan GM dengan kutipan

pernyataan berikut ini.

“Pemilu tahun 2014 apalagi pemilu DPR, DPD, DPRD ramai sekali

yang memberikan amplop. Lumayan ada yang berisi 150 ribu, ada 100

ribu. Pemberian itu dilakukan oleh tim sukses secara sembunyi-

sembunyi. Bahkan saya pernah juga disuruh mengedarkan untuk

membantu mencari suara. Karena di lingkungan saya pilihannya sudah

disepakati. Yaa.. saya ikuti yang disepakati saja. Supaya tidak mencari

masalah. Walaupun sebenarnya tidak diberikan uangpun saya tetap

memilih. Berbeda dengan ibu saya, walaupun sudah tua dia punya

pendirian. Walaupun yang lain sepakat memilih A tetapi kalau ibu saya

tidak sreg, dia tetap saja memilih calon yang lain yang dianggapnya

cocok dengan hatinya”. (Wawancara tanggal 1 Agustus 2015).

Demikian pula dengan informan ST memilih calon yang disepakati

kelompoknya, dengan petikan wawancara berikut ini.

“Daripada saya memilih orang yang belum tentu bagus. Lebih baik saya

memilih orang yang telah disepakati dan sekaa teruna banjar saya

diberikan sumbangan dan apalagi kakak saya dibantu dicarikan

Page 42: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

33

pekerjaan, jadi pilih yang pasti pasti saja, Bu…”. (Wawancara tanggal

20 Juli 2015).

Wawancara dengan informan KB menyatakan proses terjadinya money

politics seperti kutipan hasil wawancara berikut.

“Saya sebagai sukarelawan dari salah satu calon. Saya rela melakukan

apapun demi sukesenya calon yang saya usung ke DPRD Gianyar.

Pemilihan saya dengan suka rela pagi sore siang malam membantu calon

yang saya usung untuk memasang baliho di seputaran kecamatan

sukawati. Ini saya lakukan karena saya merasa jengah adanya semacam

pengeledekan terhadap calon yang saya dukung karena gagal pada

pemilu tahun 2009 lalu. Berbagai cara kami lakukan untuk

memenangkan calon. Menjelang pemilihan kami dikumpulkan oleh

calon untuk diberikan pengarahan teknis pada saat pelaksanaan pemilu.

Salah satu tugas kami adalah mencari orang-orang yang bisa membantu

penambahan suara dengan memberikan sesuatu kepada yang

bersangkutan kalu bersedia memberikan suara. Nampaknya usaha itu

perlu kerja keras, karena di banjar kami sebelum pelaksanaan pemilu

ada acara medarma suaka dari salah satu calon yang lain untuk dibantu

di dalam pemenangan pemilu. Melihat keadaan yang demikian saya

memilih-milih orang yang kiranya bisa diajak kerjasama untuk

perolehan suara. Banyak diantara mereka yang menolak, karena takut

terhadap kesepakatan antara banjar dengan calon yang bersangkutan.

Tetapi saya tidak kalah semangat, dan berusaha terus, untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan saya berusaha untuk mencari

nomor hp dari orrang-orang di sekeliling banjar atau desa untuk minta

bantuan. Ada sekitar 50 orang yang saya hubungi. Diantara mereka

banyak juga yang bisa diajak kerjasama, dan saya pastikan kalau sudah

memilih calon yang saya usung, besoknya pasti ada sesuatu untuk yang

bersangkutan. Sehari sebelum pelaksanaan pemilihan saya selalu

memantau yang bersangkutan untuk tidak dipengaruhi oleh orang lain

dan tetap memilih calon saya. Setelah hari pemilihan dan penghitungan

suara, suara yang saya dapat mendekati usaha saya, ada juga yang tidak

tepat janji. Tapi karena sulit untuk dibuktikan, besoknya saya tetap

memberikan sesuatu sebagai balasa jasa. Tetapi saya sedikit kecewa

karena calon yang saya usung belum bisa duduk di kursi DPRD

Page 43: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

34

Kabupaten Gianyar. Yang penting saya sudah berusaha”. (Wawancara

tanggal 2 Agustus 2015).

Pernyataan EB mengenai politics uang dan hubungannya dengan

partisipasinya dalam pemilu seperti kutipan wawancara berikut.

“Sebagai pemilih saya sangat senang kalau sering ada pesta demokrasi

seperti pemilu, pemilukada. Karena bagi saya ini merupakan ajang

bisnis. Saya bisa meraup keuntungan yang lumayan karena biasanya

saya mendapat perhatian dari calon-calon dalam pemilu karena saya

memiliki banyak teman dan saudara. Mereka biasanya memberikan

sejumlah uang untuk memilih suara tertentu. Mengenai besaran uang

ada bermacam-macam. Saya tidak perduli, kalau ada yang ngasi uang

saya terima saja. Dan biasanya orang yang memberikan uang itu selalu

menginginkan untuk memilih calon yang mereka usung. Saya iyakan

saja. Pada saat pemilihan kan tidak ada yang tau saya dan teman-teman

yang saya rekrut itu memilih siapa. Siapapun yang ngasi uang saya

terima saja. Biasanya saya ditanya berapa bisa merekrut orang untuk

memilih calon. Saya lebihkan saja, saya kan dapat untung, kalau yang

bisa saya rekrut umpamanya 15 orang, saya minta dana untuk 20 orang

kan saya dapat untung. Saya tidak perduli siapa yang menang-siapa

yang kalah. Yang penting saya dapat uang”. (Wawancara tanggal 1

Agustus 2015).

Pernyataan senada juga disampaikan oleh KS dengan petikan

wawancara berikut.

“Walaupun ada banyak yang memberikan saya uang, saya ambil saja.

Semakin banyak yang memberi uang dan semakin sering ada pemilu kan

banyak rejeki jadi semakin untung. Biarkan saja mereka memberikan

uang, yang penting saya tetap memilih calon pilihan saya”. (Wawancara

tanggal 1 Agustus 2015).

Informan Iwan pun berpendapat senada bahwa money politics tidak

berpengaruh terhadap pilihannya. Petikan wawancara berikut ini.

“Disini orang sudah punya pilihan, kalau dikasi uang akan diterima saja.

Siapapun ngasi uang. Semakin banyak orang ngasi uang akan semakin

bagus, makin tebal dompetnya. Uang itu tidak berpengaruh terhadap

Page 44: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

35

pilihan mereka, karena mereka sangat loyal dengan partainya. Yang

dipilih di sini adalah orang partainya, bukan pribadinya. Pada pemilu

2014 ada yang ngasi saya uang sebesar 100.000 dengan syarat memilih

salah satu calon, saya jawab iya, tetapi saat pemilihan saya tetap

memilih calon partai saya. Kenapa mau menerima uang karena memang

butuh uang, siapa yang tidak butuh uang”. (Wawancara tanggal 29 Juli

2015).

Faktor penyebab money politics berdasarkan hasil wawancara adalah

karena adanya keinginan untuk menang dalam pemilu, dan juga desakan dan janji

dari orang yang mengaku memiliki massa. Hubungan antara money politics dengan

partisipasi masyarakat untuk memilih bukan menjadi faktor utama namun yang

menjadi faktor partisipasi pemilih adanya kesepakatan kelompok untuk menghindari

konflik dan terciptanya rasa aman dan nyaman di masyarakat.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Sub pembahasan hasil penelitian berdasarkan temuan yang

terdeskripsikan dalam sub 5.1 peneliti akan sandingkan dengan teori motivasi dan

teori partisipasi seperti berikut ini.

4.3.1 Proses terjadinya Money Politics di Kabupaten Gianyar

Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan seperti TW, ST,

GE, GM, dan yang lainnya. Bahwa memang terjadi money politics dengan cara

memberikan bantuan kepada masyarakat melalui kelompok masyarakat seperti

banjar, sekaa teruna, pura yang dilakukan langsung oleh calon yang dikemas dalam

acara dharma suaka. Pemberian bantuan atau sumbangan berupa uang tujuannya agar

calon mendapat simpati dukungan dan dipilih oleh anggota masyarakat ketika

Page 45: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

36

pemungutan suara. Dalam proses ini, tergambar strategi perilaku calon adalah

melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat. Karena di daerah Gianyar dari

aspek historis ketokohan seseorang masih sangat kental terjadi di masyarakat.

Sehingga orang yang ditokohkan sangat berpengaruh di mata warga masyarakat.

Cara lain dalam proses money politics adalah pemberian amplop yang di

dalamnya berisi uang dibagikan oleh tim sukses. Pemberian tersebut dilakukan secara

sembunyi-sembunyi. Ada yang mengedarkan sebelum pemungutan suara dan bahkan

ada tim sukses mengedarkan dini hari pemungutan suara yang disebut dengan

serangan fajar.

Kedua cara tersebut di atas, apabila disandingkan dengan pendapat

Teddy Lesmana (2011) politik uang atau yang sering diistilahkan dengan money

politics adalah “uang yang ditujukan dengan maksud-maksud tertentu seperti

contohnya untuk melindungi kepentingan bisnis dan kepentingan politik tertentu.

Politik uang bisa juga terjadi ketika seorang kandidat membeli dukungan parpol

tertentu atau membeli suara dari pemilih untuk memilihnya dengan iming-iming

imbalan yang bersifat finansial”. Pendapat Teddy Lesmana sesuai dengan hasil

penelitian berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan, dimana pemberian

sumbangan kepada kelompok masyarakat dan juga pemberian amplop untuk tujuan

mendapatkan imbalan suara ketika pemilihan umum di sebut money politics.

Pendapat Teddy Lesmana juga dibenarkan oleh Undang-Undang No 8

Tahun 2012 pasal 86 point j bahwa tidak dibenarkan menjanjikan atau memberikan

uang atau materi lainnya kepada peserta Kampanye Pemilu. Walaupun bunyi pasal

Page 46: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

37

tersebut masih bersifat abu-abu yaitu larangan janji tersebut kepada hanya peserta

kampanye bukan secara door to door ke pemilih dan ke organisasi. Seharusnya,

apabila menginginkan pemilu yang bersih bebas money politics, peraturan harus tegas

mengatur secara detail pelarangan bagi peserta pemilu baik persorangan maupun

partai menjanjikan memberikan uang atau materi baik yang dikemas dalam bentuk

sumbangan selama tahapan pemilu.

Apabila dilihat dari perspektif teori berdasarkan apa yang terjadi di

sejumlah wilayah Kabupaten Gianyar dapat dikatakan bahwa di Kabupaten Gianyar

dalam pemilu tahun 2014 memang terjadi money politics.

4.3.2 Faktor Penyebab terjadinya Money Politics dan kaitannya terhadap

partisipasi pemilih di Kabupaten Gianyar

Faktor penyebab money politics berdasarkan hasil wawancara adalah

karena adanya keinginan untuk menang dalam pemilu, dan juga desakan dan janji

dari orang yang mengaku memiliki massa. Hubungan antara money politics dengan

partisipasi masyarakat untuk memilih bukan menjadi faktor utama namun yang

menjadi faktor partisipasi pemilih adanya kesepakatan kelompok untuk menghindari

konflik dan terciptanya rasa aman dan nyaman di masyarakat.

Hasil wawancara dari sejumlah informan menyatakan sebagai penyebab

money politics adalah keinginan untuk menjadi anggota DPRD baik tingkat Provinsi

Bali maupun Kabupaten Gianyar. Apalagi ada sejumlah orang yang memiliki

maksud tertentu demi keuntungan dirinya, memanfaatkan kesempatan mengais rejeki

Page 47: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

38

dengan menawarkan jasa sanggup mendulang suara dikarenakan memiliki banyak

teman dan keluarga. Ternyata memang benar rumor ada calo suara sebagai salah satu

aktor penyebab terjadinya money politics. Karena adanya keinginan akan menduduki

jabatan yang penting, sehingga menjadi kebanggaan bagi diri dan keluarganya adalah

merupakan penghargaan yang sangat diinginkan.

Faktor rasa bangga karena memperoleh penghargaan sebagai anggota

DPRD merupakan motivasi dari diri para calon. Motivasi berdasarkan teori hierarkhi

kebutuhan dari Maslow adalah “kebutuhan akan penghargaan dengan unsur-unsur

pendukungnya adalah penghargaan, status, pengakuan dan dihormati. Serta unsur-

unsur dari organisasi berupa bonus, piagam penghargaan, jabatan, tanggungjawab dan

pekerjaan itu sendiri”. (Maslow dalam Gitosudarmo, 2000: 33).

Selain faktor motivasi karena kebutuhan akan penghargaan juga karena

kebutuhan akan aktualisasi diri. Di mana menurut Maslow, “unsur-unsur umum yang

mendorongnya adalah perkembangan, prestasi dan kemajuan. Sedangkan unsur-unsur

organisasi yang mendorong adalah prestasi dalam pekerjaan, kesempatan untuk

berkreasi, tantangan tugas dan kemajuan dalam organisasi”. (Maslow dalam

Gitosudarmo, 2000: 33).

Perilaku money politics terjadi karena faktor motivasi dari kebutuhan

akan penghargaan dan aktualisasi diri. Sedangkan motivasi dari tim sukses yang

memberikan janji kepada para calon akan sanggup memperoleh suara sesuai yang

diinginkan, apabila dikaitkan dengan teori hierkhi kebutuhan dari Maslow adalah

“kebutuhan Fisiologis dengan unsur-unsur umum yang mendorong adalah kebutuhan

Page 48: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

39

akan makanan, minuman, perumahan dan sex. Unsur organisasi yang mendorong

adalah gaji, kondisi kerja yang menyenangkan dan kafetaria”. (Maslow dalam

Gitosudarmo, 2000: 33). Mengapa kebutuhan fisiologis yang memotivasi para tim

sukses. Di lihat dari identitas para informan yang menjadi tim sukses rata-rata tidak

memiliki pekerjaan yang tetap, pendidikan yang kurang. Dengan demikian untuk

memperoleh penghasilan dan memiliki peluang dan kesempatan sehingga menjadi

tim sukses untuk memperoleh penghasilan.

Hasil wawancara menyimpulkan tentang hubungan money politics

terhadap partisipasi masyarakat adalah tidak berhubungan signifikan, dapat dikatakan

berhubungan secara parsial. Karena hasil wawancara dengan informan sebagai

pemilih menyatakan walaupun tidak ada sumbangan atau money politics, masyarakat

sebagai pemilih akan tetap memberikan pilihan dalam pemilu. Namun karena adanya

kesepakatan secara berkelompok dalam hal ini adalah banjar, maka pemilih

memberikan pilihan sesuai dengan yang disepakati hal ini demi menjaga keamanan,

kenyamanan dan kedamaian. Hal ini apabila dikaitkan dengan teori Motivasi Maslow,

bahwa motivasi pemilih berpartisipasi dalam pemilu karena “kebutuhan akan rasa

aman dengan unsur-unsur pendukungnya adalah keamanan, stabilitas, perlindungan

dan jaminan. Dan kebutuhan soisal dengan unsur pendukungnya persahabatan, kasih

sayang dan rasa saling memiliki”. (Maslow dalam Gitosudarmo, 2000: 33).

Kebutuhan akan rasa aman, stabilitas dan perlindungan lebih

diutamakan oleh masyarakat pemilih karena adanya ketakutan akan kasepekang

(dikucilkan), digunjingkan. Apabila terjadi hal seperti itu maka akan timbul rasa tidak

Page 49: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

40

nyaman dengan kehidupannya sepanjang hari. Demikian pula halnya dengan

kebutuhan sosial, karena adanya rasa persahabatan yang sangat kental, rasa saling

memiliki di internal banjar.

Page 50: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

41

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat disampaikan dari hasil penelitian terdeskripsikan

seperti berikut.

5.1.1 Dugaan adanya money politics berdasarkan pernyataan informan dapat

disimpulkan memang benar ada. Dengan proses dilakukan secara

langsung oleh calon dan dilakukan oleh perpanjangan tangan calon yaitu

melalui tim sukses serta melalui calo suara.

5.1.2 Faktor penyebab terjadinya money politics adalah 1) adanya motivasi

akan kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri dari para calon, 2)

adanya motivasi akan kebutuhan fisiologis dari para tim sukses dan para

calo suara.

5.1.3 Adanya partisipasi pemilih dalam pemilu tahun 2014 bukan didasarkan

atas money politics akan tetapi karena adanya motivasi akan kebutuhan

rasa aman dan kebutuhan sosial dari masyarakat pemilih sehingga

partisipasi pemilih menjadi tersumbat bukan dari keinginan hati nurani

dalam memilih calon kandidat.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka saran dapat

disampaikan seperti berikut ini.

Page 51: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

42

5.2.1 Untuk meminimalisir terjadinya money politics, disarankan untuk

mereformasi peraturan tentang pemberian dan menerima sumbangan,

janji-janji dalam bentuk apapun kepada masyarakat dalam kaitannya

memperoleh dukungan suara selama tahapan pemilu. Semua stakeholders

pemilu legislatif konsisten mematuhi peraturan yang ditetapkan serta

menindak dengan tegas pelanggar peraturan.

5.2.2 Kepada para calon peserta pemilu agar mengendalikan diri dalam

memperoleh dukungan masyarakat tidak dengan membagikan uang.

Jangan memberikan harapan dan mempercayai orang yang memberikan

janji akan memberikan kemenangan dan memperoleh suara yang

diinginkan.

5.2.3 Kepada masyarakat agar diberikan pendidikan politik secara intens, seperti

memberikan pemahaman akan hak dalam memberikan suara, dampak dan

implikasi terhadap partisipasi dalam pemilu serta dampak dan implikasi

terjadinya money politics.

5.3 Rekomendasi Kebijakan

Hasil penelitian ini dapat merekomendasikan agar mereformasi

peraturan tentang pemberian dan menerima sumbangan, janji-janji dalam bentuk

apapun seperti barang ataupun uang kepada masyarakat dalam kaitannya memperoleh

dukungan suara selama tahapan pemilu. Khusus dalam Undang-Undang No 8 Tahun

Page 52: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

43

2012 pasal 86 point j. pelarangan tidak saja mengatur pelarangan dalam tahapan

kampanye tetapi selama mulainya tahapan pemilu.

5.4 Keterbatasan penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan seperti keterbatasan waktu, biaya

sehingga masih ada faktor atau unsur lain yang bisa di kaji dari penelitian sejenis ini.

Dengan demikian diharapkan kepada peneliti yang lain untuk dapat melakukan

penelitian dari aspek yang belum sempat dikaji dalam penelitian ini. Sehingga

menghasilkan penelitian di bidang kepemiluan yang lebih bervariasi demi perbaikan

demokrasi melalui pemilu.

Page 53: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

40

DAFTAR PUSTAKA

Ali Faried, 2011. Teori dan Konsep Administrasi dari Pemiliran Paradigmatik

Menuju Redefinisi.PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Ali, Danny Januar, 2006. Politik Yang Mencari Bentuk: Kolom di Majalah Gatra,:

LKiS, Yogyakarta.

Bungin, Burhan. 2012. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekoomi, Kebijakan Publik,

dan Ilmu Sosial lainnya, Edisi ke-2. Jakarta: Kencana Prenada Media

Grup.

Gitosudarmo Indriyo, 2000. Perilaku Keorganisasian. Fakultas Ekonomi UGM,

Yogyakarta.

Kumorotomo Wahyudi, 2002. Etika Administrasi Negara. PT. RajaGrafindo Persada,

Jakarta.

Kumorotomo Wahyudi, “Intervensi Parpol, Politik Uang Dan Korupsi: Tantangan

Kebijakan Publik Setelah Pilkada Langsung”, Makalah, disajikan dalam

Konferensi Administrasi Negara, Surabaya, 15 Mei

2009http://r.search.yahoo.com/_ylt.

Fitriyah,http://www.academia.edu/5254598/FENOMENA_POLITIK_UANG_DALA

M_PILKADA

Lesmana,Teddy, “Politik Uang Dalam Pilkada”(elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index

.php/searchkatalog/.../9009.pdf , diunduh tgl. 2 Desember 2011).

Lingkaran Survey Indonesia dalam artikelnya di Kajian Bulanan Edisi 09-Januari

2008 dan Edisi 10 -Februari 2008 ( dapatdiunduh di www.lsi.or.id ).

Sugiyono, 2009.Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung.

Strauss and Corbin, 2009.Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Page 54: LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS DUGAAN MONEY ...

41

Taufiqurrahman, Rasionale Pilihan Pemilih Pada Pemilu Kepala Daerah Kabupaten

Sijunjung Tahun 2010” (pasca.unand.ac.id/id/wp-

content/uploads/2011/09/Artikel-tesis.pdf, diunduh tgl. 1 Desember 2011).

Gatra, 19 Pebruari 2009

Kompas tanggal 2 April 2005

Kompas, 16 Maret 2009