LAPORAN - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=9oktober2015_Heart_of_Borneo_Land_cover... ·...
Transcript of LAPORAN - gis.wwf.or.idgis.wwf.or.id/wwf/?dl_name=9oktober2015_Heart_of_Borneo_Land_cover... ·...
LAPORAN
Pemetaan Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam
Ulu Provinsi Kalimantan Timur
2013
Oleh:
Setiabudi, Arif Budiman, Hultera
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Tutupan lahan merupakan penampakan secara fisik suatu bentang lahan,
baik penampakan alami maupun penampakan buatan manusia. Peta tutupan
lahan dapat dihasilkan dari interpretasi citra sateli pengindaraan jauh. Peta
tutupan lahan hasil interpretasi citra ini perlu dilakukan pengecekan lapangan
atau ground check untuk memferifikasi dan meningkatkan hasil interpretasi.
Peta tutupan lahan merupakan data dasar untuk perencanaan suatu
wilayah. Rencana pembangunan rendah emisi GRK pada sektor berbasis lahan
Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu membutuhkan peta tutupan lahan
terkini (2013) untuk melengkapi series data tutupan lahan yang sudah ada yaitu
data tutupan lahan 1990, 2000 dan 2009. Untuk membangun Reference Level
(RL) sebagai dasar perhitungan penurunan emisinya dibutuhkan data aktifitas
(tutupan lahan) dan data factor emisi untuk setiap kelas tutupan lahan.
Peta tutupan lahan tersebut dihasilkan dari hasil penafsiran citra satelit
landsat dari beberapa path/row dan dari beberapa “times series”. Untuk data
spatial tahun 1990 dan 2000 umumnya diambil dari data citra landsat yang
telah mengalami penggabungan dalam bentuk “master-sid” sehingga
berdampak kurang tajamnya citra satelit tersebut karena telah mengalami
reduksi piksel yang cukup banyak.
Sedangkan citra landsat 2009 umumnya berupa data landsat tm-7, akan
tetapi karena adanya garis2 atau stripping dan kendala banyaknya awan
sehingga sangat mengganggu dalam melakukan delineasi dan identifikasi
obyek. Dengan keluarnya data citra landsat TM-8, dimungkinkan melakukan
penafsiran data 2013 yang cukup terbantu saat melakukan delineasi.
Walaupun data 2013 sudah tidak ada stripping pada landsat TM-8,
banyaknya awan tetap merupakan kendala utama dalam melakukan delineasi
pada poligon2 yang telah mengalami perubahan bentuk, sehingga diperlukan
cukup banyak citra pada periode waktu yang relative sama dan perlu dilakukan
pengecekan lapangan untuk memperoleh tutupan lahan yang cukup sahih.
A. Maksud dan tujuan:
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data aktifitas yg lengkap
dari tahun 1990, 2000, 2009 dan 2013, yang tujuannya adalah sebagai bagian
dari perhitungan dinamika perubahan tutupan lahan untuk membuat Reference
Level (RL) dengan menggunakan metode stock difference.
II. Metodology
Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan studi ini meliputi:
• Melakukan interpretasi citra satelit landsat 2012/2013 untuk
mengidentifikasi tipe-tipe tutupan hutan dan lahan berdasarkan tipe
ekologi dan penggunaannya sesuai dengan standard WWF
• Melakukan re-interpretasi gap-data pada data land cover tahun 1990,
2000 dan 2009 dengan menggunakan data dan informasi dari berbagai
sumber.
• Melakukan analisa perubahan tutupan lahan dalam kurun waktu 4 tahun
(dari tahun 2009 sampai 2013).
• Menentukan titik-titik pengecekan lapangan berdasarkan data sementara
hasil interpretasi awal dan titik-titik yang perlu diambil selama di
lapangan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat 1990-2000-2009-2013
diperoleh 39 kelas tutupan lahan yang dibagi ke dalam 3 kelas utama yakni :
Vegetasi alami:
1. Dry Lowland Forest rather closed canopy
2. Dry Lowland Forest medium open canopy
3. Dry Lowland Forest very open canopy
4. Tall heath forest on sandstone rock rather closed canopy
5. Tall heath forest on sandstone rock medium open canopy
6. Tall heath forest on Sandstone rock very open canopy
7. Low heath forest sandstone rock rather closed canopy
8. Peat Swamp Forest rather closed canopy
9. Peat Swamp Forest medium open canopy
10. Peat Swamp Forest very open canopy
11. Fresh Water Swamp Forest rather closed canopy
12. Fresh Water Swamp Forest medium open canopy
13. Fresh Water Swamp Forest very open canopy
14. Forest Re-growth (Belukar)
15. Forest Re-growth on Swampy
16. Shrubs (Semak/Belukar Muda)
17. Shrubs on Swampy
18. Shrubs on Sandstone Forest
19. Grassland or Fernland
20. Swamp Grasses/Fernland
21. Overgrowing Clear cut-Shrubs
Vegetasi Budi daya :
1. Industrial Forest Plantation
2. Acacia Plantation
3. Small Holder Rubber
4. Intensive Small Holder Rubber
5. Oilpalm Plantation
6. Young Oilpalm Plantation
7. Mixed Agriculture
8. Mixed Garden
Non Vegetasi :
1. Cleared for Industrial Forest Plantation
2. Burnt
3. Cleared
4. Cleared for Oilpalm Plantation
5. Cleared for Industrial Forest Plantation
6. Settlement
7. Coal Mining
8. Gold Mining
9. Water Body
10. Cloud
Gambar 1. Peta Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu,
Provinsi Kalimantan Timur 2009.
Gambar 2. Peta Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu,
Provinsi Kalimantan Timur 2013.
Tabel 1. Kelas Tutpan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu, Provinsi
Kalimantan Timur 2009-2013 beserta code dan luasan masing-masing kelas.
CLASS_Kutai Barat & Mahakam Hulu CODE Area 2009 (Ha) Area 2013 (Ha)
Dry Lowland Forest rather closed canopy 111a 1,232,273.6 1,220,370.7
Dry Lowland Forest medium open canopy 111b 875,819.3 832,103.2
Dry Lowland Forest very open canopy 111c 199,417.8 198,199.1
Tall Heath Forest on Sandstone rock rather closed canopy 116a 95,072.5 94,630.0
Tall Heath Forest on Sandstone rock medium open canopy 116b 608.9 887.3
Tall Heath Forest on Sandstone rock very open canopy 116c 20.9 20.9
Low Heath Forest on Sandstone rock rather closed canopy 116aa 645.3 645.3
Peat Swamp Forest rather closed canopy 117a 5,680.9 5,537.9
Peat Swamp Forest medium open canopy 117b 2,157.7 1,648.0
Peat Swamp Forest very open canopy 117c 616.8 236.6
Fresh Water Swamp Forest rather closed canopy 118a 6,272.1 5,568.9
Fresh Water Swamp Forest medium open canopy 118b 7,179.7 6,128.0
Fresh Water Swamp Forest very open canopy 118c 9,290.6 8,917.0
Forest Re-growth (Belukar) 120a 171,167.4 157,395.8
Forest Re-growth on Swampy 120b 33,535.3 33,069.6
Shrubs (Semak/Belukar Muda) 121a 176,968.4 191,281.8
Shrubs on Swampy 121b 51,326.4 56,497.3
Shrubs on Sandstone Forest 121c 47.3 47.3
Grassland 122a 10,736.6 10,965.7
Swamp Grasses/Fernland 122b 45,328.1 35,903.3
Overgrowing Clear cut-Shrubs 123a 59,155.1 60,834.3
Burnt 124a 2,024.4 -
Cleared 125a 14,420.3 5,216.2
Cleared for Oilpalm Plantation 126a 24,364.4 23,960.0
Industrial Forest Plantation 211a 50,241.0 63,336.1
Cleared for Industrial Forest Plantation 211b 951.4 5,067.7
Acacia Plantation 211c 2,813.3 3,175.9
Small Holder Rubber 212a 120,888.8 134,308.2
Intensive Small Holder Rubber 212b 1,358.3 1,344.7
Oilpalm Plantation 213a 5,167.4 52,404.4
Young Oilpalm Plantation 213b 22,045.6 28,718.9
Mixed Agriculture 214a 18,158.7 2,506.4
Mixed Garden 215a 6,005.2 6,677.9
Settlement 311a 2,650.3 2,805.4
Water Body 312a 31,207.8 31,276.7
Coal Mining 314b 7,856.5 10,539.4
Gold Mining 314c 133.5 133.5
Cloud 313a - 1,247.9
3,293,607.0 3,293,607.0
Kabupaten Mahakam Hulu berada di utara Kabupaten Kutai Barat.
Sebagian besar wilayahnya masih berupa hutan alam berupa hutan produksi
karena masih dijumpai kegiatan HPH di wilayah tersebut. Namun di sebelah
utara masih bisa dijumpai kawasan hutan primer yang berbatasan dengan
Kabupaten Barito Utara di Kalimantan Tengah, Kapuas Hulu di Kalimantan Barat
dan hutan yang berbatasan dengan Negara Malaysia. Sedangkan awasan hutan
di Kabupaten Kutai Barat hutan alam yang umumnya hutan bekas tebangan
hanya dijumpai di sebelah barat yang berbatasan dengan Kabupaten Barito
Utara bagian Selatan.
Berikut deskripsi tipe-tipe tutupan lahan yang dijumpai di kedua
Kabupaten tersebut antara lain:
1. Hutan Alam Lahan Kering (Dry Forest)
Hutan alam secara ekologi, dapat dibagi berdasarkan dua faktor utama
yakni faktor edaphis dan klimatis. Hutan alam yang dibedakan berdasarkan
faktor edaphis antara lain adalah hutan mangrove, hutan rawa air tawar, hutan
gambut, hutan riparian (hutan sepanjang aliran sungai) dan hutan kerangas.
Sedangkan hutan yang dibagi berdasarkan pengaruh iklim yakni hutan yang
tumbuh diatas lahan kering dibagi berdasarkan zona ketinggian.
Berdasarkan klasifikasi vegetasi secara umum di regional kawasan flora
Malaesia, van Stennis (1935, 1972) dan juga menurut Laumonier, 2009
menetapkan bahwa zone ketinggian vegetasi hutan di Borneo antara lain:
Dry Lowland Forest (0-500 m)
Hill Forest (500-1000 m)
Sub-Montane Forest (1000-2000 m)
Montane Forest (2000-2500 m)
Tropical alpine (>2500 m)
Dry Lowland Forest (hutan dataran rendah) berdasarkan struktur dan
komposisi jenis adalah paling kompleks dibandingkan dengan formasi vegetasi
hutan lainnya. Hutan hujan dataran rendah Dipterocarp dijumpai di Sumatra
dan Kalimantan adalah mengacu pada suatu tipe hutan yang didominasi oleh
tegakan pohon yang dikuasai oleh famili dipterocarpaceae seperti Shorea spp;
Pharashorea spp; Dipterocarpus spp; Hopea spp and Vatica spp. Famili ini
menguasai pada lapisan “emergent” yakni lapisan hutan diatas lapisan kanopi
bersama dengan beberapa jenis lainnya seperti dari famili Caesalpiniaceae
seperti Kompas (Koompassia malaccensis) dan sindur (Sindora sp.),
Bombacaceae (Durio spp;), Anacardiaceae (Gluta spp) dan Mangifera spp.
Lapisan kanopi umumnya dikuasai oleh jenis-jenis pohon dari keluarga
Myrtaceae, Burseraceae, Annonaceae.
Hutan perbukitan antara 500-1000 m dpl., struktur dan komposisi
hutannya hampir sama dengan hutan dataran rendah, akan tetapi secara
floristik cenderung menurun. Makin tinggi tempat tumbuh dari permukaan laut,
makin berkurang struktur dan komposisinya. Lebih ekstrim lagi, pada formasi
sub- alpine (>2500 m) yang dekat dengan kaldera gunung berapi seperti halnya
di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan beberapa puncak gunung
vulkanik di Sumatra, struktur hutannya sudah tidak mempunyai lapisan atau
stratifikasi, hanya jenis Vaccinium spp dan Anaphalis sp yang dapat tumbuh
pada habitat dengan tetinggian tersebut.
Hutan Kerangas (Heath forest) adalah tipe hutan pada tanah berpasir
kuarsa dari batuan induk sandstone adalah vegetasi hutan yang tumbuh pada
lahan kering, dan karena kandungan unsur haranya rendah, menyebabkan
struktur dan komposisi jenisnya lebih rendah dibandingkan dengan pada tanah
yang umumnya dijumpai di Sumatra dan Kalimantan yakni podsolik merah-
kuning.
Hutan kerangas yang dijumpai di Kabupaten Mahakam Hulu umumnya
berupa hutan kerangas tinggi (Tall heath forest on sandstone), yakni hutan
kerangas yang masih cukup tinggi tegakan hutannya karena lapisan tanah
berhumusnya masih cukup tebal sekitar 50 cm. Palaquium gutta (Sapotaceae)
adalah jenis pohon pengisi lapisan “emergent” yang mencapai tinggi sekitar 25
meter, sedangkan lapisan kanopinya sekitar 10-15 meter. Hanya sebagian kecil
dijumpai hutan kerangas rendah (Low heath forest on sandstone) di wilayah ini.
Hutan kerangas di Kalimantan pada tahun 1990 masih bisa dijumpai pada
daerah ekoton antara hutan lahan kering dan hutan pada lahan basah seperti
pada perjalanan sepanjang Sampit sampai Pangkalan Bun. Di wilayah lainnya di
Kalimantan dapat dijumpai di Kabupaten Kapuas Hulu yang berbatasan dengan
Kabupaten Sintang (Kalimantan Barat), Barito Utara di Kalimantan Tengah.
2. Hutan pada Lahan Basah (Wetland Forest)
Hutan pada Lahan Basah yakni vegetasi hutan yang tumbuh pada lahan basah
yang secara periodik atau sepanjang tahun tergenang air atau tipe-tipe hutan
yang sangat dipengaruhi oleh faktor edaphis.
a. Hutan Rawa Gambut
Hutan Rawa gambut memiliki flora agak terbatas. Tanah gambut yang
didefinisikan sebagai tanah berbahan organik biasanya bersifat asam dengan pH
kurang dari 4.0. Permukaan rawa gambut yang tidak terendam banjir dan
biasanya ditandai cembungnya permukaan. Hutan rawa gambut dikategorikan
dengan kedalaman minimum kedalaman ½ m, hingga 20 m (Whitmore, 1975).
Di Sumatera, hutan rawa gambut ditemukan hampir di seluruh wilayah pesisir
seluruh timur. Berdasarkan kedalaman tanah gambut, ada tiga jenis hutan rawa
gambut (Laumonier, 1992): Hutan Rawa gambut campuran (mixed peat swamp
forest), hutan rawa gambut (peat swamp forest) dan hutan Padang (pole peat
swamp forest).
Hutan Rawa gambut campuran (mixed peat swamp forest) adalah hutan
yang berada pada transisi antara hutan rawa air tawar dan hutan rawa gambut
sehingga betuk dari tajuk-tajuk pohon hutannya masih agak lebar seperti di
hutan rawa air tawar. Kedalaman Hutan rawa gambut (peat swamp forest)
cenderung lebih dari 3 meter ketebalan gambutnya. Sedangkan hutan Padang
(Padang forest) berada pada ketebalan gambut yang paling tebal sehingga
diameter pohon tidak lebih dari 12 cm dan tinggi tegakan hanya mencapai
sekitar 12 m. Jenis-jenis pohon yang menyusun komposisi hutan pada hutan
rawa gambut antara lain: Shorea uliginosa, S. teijmanniana (Dipterocarpaceae),
Dyera lowii (Apocynaceae), Tertamerista glabra (Tetrameristaceae),
Campnosperma coriaceum (Anacardiaceae), Mezzetia leptopoda, Xylopia fusca
(Annonaceae), Durio carinatus (Bombacaceae) and Santiria laevigata
(Burseraceae). Pada hutan padang di dekat D. Pulaubesar Riau dijumpai jenis
Tristania sp dengan tumbuhan bawah dikuasai oleh jenis kantong Semar
(Nepenthes spp.).
Hutan rawa gambut hanya dijumpai di sekitar D. Jempang dengan luasan
relatif kecil.
b. Hutan Rawa Air Tawar
Hutan rawa air tawar adalah hutan yang tumbuh pada tanah aluvium atau
pada lahan gambut dengan ketebalan >70 cm yang secara periodik atau
tergenang sepanjang tahun. Jenis-jenis yang tumbuh pada lahn ini biasany
antar lain: Shorea palembanica, S. belangerans, S. sumatrana, S. teijmanniana
(Dipterocarpaceae), Koompassia exelsa (Leguminosae), Calophyllum spp.
(Guttiferae) Dysoxylum alliaceum (Meliaceae), Lagerstroemia seciosa
(Litheraceae) dan lain-lain
Hutan lahan basah memiliki warna hijau tua, lebih gelap dari hutan lahan
kering yang disebabkan oleh pengaruh absorpsi air. Hutan rawa primer memiliki
tingkat kekasaran sedang sampai kasar, tergantung pada fisiognomi dari jenis
hutan. Hutan mangrove, hutan rawa gambut, hutan riparian memiliki tekstur
sedang. Hutan rawa gambut campuran dan hutan rawa air rawa hutan biasanya
bertekstur agak kasar sampai.
Berdasarkan penampakan warna pada Landsat TM band 5-4-2, hutan
alam lahan kering nampak berwarna hijau tua, akan tetapi lebih muda dari pada
hutan rawa. Hal ini disebebkan oleh stratifikasi hutan yang mencapai 4-5
lapisan, dan tingginya biomasa serta kelembaban dari hutan. Berdasarkan
elemen bentuk dan polanya, batas bagian luar dari hutan alam biasanya tidak
teratur, tidak seperti di lahan tanaan perkebunan. Cakupan areal hutan alam
umumnya mencakup areal yang luas, akan tetapi kadang-kadang dijumpai
hutan alam dengan cakupan areal yang sempit yang biasa disebut sebagai
hutan sisa. Bentuk konfigurasi dari habitat hutan dari yang agak landai,
bergelombang sampai terjal.
3. Overgrowing Clear-cut
Overgrowing clear-cut adalah vegetasi hutan yang sudah rusak berat
dengan kerapatan < 10% dan lebih dikuasai oleh shrubs atau “Semak” yang
tumbuh sebagai pionir pada proses suksesi primer bila hutan alam mengalami
penggundulan.
4. Shrubs (Semak/Belukar Muda)
Jenis-jenis tumbuhan semak yang dijumpai di daerah Kabupaten Kutai
Barat dan Mahakam Hulu ini terdiri dari kelompok famili Euphorbiaceae seperti
Macaranga spp, Homalanthus populneus, keluarga verbenaceae seperti Vitex
pubescens, keluarga dari Theaceae seperti Euria accuminata, keluarga
Melastomataceae yakni Melastoma malabatricum, Trema sp (Ulmaceae) dan
lain-lain.
Penampakan pada citra landsat, semak dan belukar muda tidak bisa
dibedakan, keduanya menampakan replektans yang sama pada citra. Keduanya
tidak mempunyai lapisan stratum, sehingga nampak dengan hijau muda dengan
texture yang lembut.
5. Forest Re-growth (Belukar)
Tipe kelas tutupan lahan “Forest re-growth” terdiri dari dua tipe yakni
secondary re-growth (tinggi tegakan antara 5-15 meters) atau biasa disebut
belukar dan kedua adalah “Old secondary re-growth” dengan tinggi >20 meters
atau biasa disebut Belukar tua. Kedua kelas ini digabungkan menjadi satu kelas
sebagai Forest Re-growth (Belukar) karena klasifikasi penafsiran pada studi ini
masuk dalam kategori penafsiran tingkat tinjau (recconaisece). Disamping itu,
dengan keberadaan citra yang kurang begitu baik dari data penampakan kedua
tipe vegetasi sulit untuk dibedakan secara jelas.
Secondary re-growth umumnya dikuasai oleh jenis-jenis pohon dengan
daun yang lebar dan cenderung tipis. Stratum tajuk tipe ini juga belum muncul.
Tipe belukar hadir sebagai hasil suksesi primer lanjutan dari kelas sebelumnya
yakni tipe semak atau Shrubs. Berdasarkan pengamatan di lapangan, jenis-jenis
dari famili Euphorbiacea seperti Macaranga triloba, M. alba, M. rizhinoides, M.
gigantea, Mallothus spp dan Homalanthus populneus cukup dominan menguasai
tipe tersebut. Jenis dari famili lainnya adalah Anthocephalus cadamba,
Anthocephaluss spp., Nauclea spp dan Neonauclea spp dari famili Rubiaceae,
Campnosperma spp dari famili Anacardiaceae serta Tristania sp dari famili
Myrtaceae.
“Old secondary re-growth” dengan tinggi pohon lebih dari 15 m,
merupakan hasil dari suksesi setelah secondary re-growth (tinggi tegakan
antara 5-15 meters) lebih dari 20 tahun yang lalu. Hal ini ditunjukkan sebagai
warna hijau gelap dengan tekstur yang agak kasar pada Landsat TM-5-7 ETM.
Di lapangan, tipe kelas ini berasosiasi dengan tanaman keret rakyat sehingga
dikenal sebagai "hutan karet". Namun, pohon-pohon karet tidak begitu
dominan, karena pohon alami menghambat pertumbuhan karet rakyat ini.
6. Forest Re-growth (Belukar) pada lahan basah
Tipe ini umumnya ditemukan di sepanjang tepi sungai pada dataran
aluvial yang secara teratur mengalami genangan. Dalam citra Landsat ETM
band 5-4-2 nampak dengan warna hijau tua dengan tekstur agak kasar.
Komposisi jenis hampir sama seperti pada tipe belukar di lahan hutan kering
dengan jenis yang dominan seperti pohon rengas (Glutha renghas) dari famili
Anacardiaceae. Pohon ini jarang dimanfaatkan penduduk karena getahnya
sangat berbahaya bagi kulit/tubuh manusia. Di beberapa tempat seperti di
antara Banjarmasin-Banjarbaru, belukar rawa ini dikuasai oleh jenis Gelam
(Melaleuca leucadendron) dari famili Myrtaceae.
7. Semak-Belukar muda dan rumput rawa
Berdasarkan aosiasi vegetasi dan situs, semak dan rumput rawa, selalu
terkait dengan lahan basah dan terletak terutama di tepian sungaipada dataran
aluvial yang hampir selalu tergenang. Pada citra landsat band 5-4-3 nampak
warna hijau tua keabu-abuan sebagai akibat atau pengaruh pantulan air atau
lahan basah.. Menurut Laumonier (1992), komposisi jenis jenis ini didominasi
oleh Scleria sumatrana, Ellidoxa sp (Cyperaceae) dan Melaleuca sp.
8. Kebun karet rakyat (Small Holder rubber)
Tanaman karet ditanam setelah tanaman padi huma dipanen atau
bersamaan pada saat menanam padi. Namun waktu itu penanaman karet tidak
seintensif sekarang, mereka membiarkan tanaman karet tersebut bersaing
dengan semak-belukar. Adakalanya tegakan tanaman karet tersebut kalah
bersaing dengan belukar dan hanya sebagian kecil yang bertahan tumbuh
sehingga saat ini masih bisa dijumpai hutan belukar tua yang di dalamnya
terselip beberapa batang tanaman karet dan kadang disebut sebagai hutan
karet.
Saat ini Kebun karet rakyat (Small Holder rubber) oleh sebagian
masyarakat sudah mulai dipelihara dengan lebih intensif, yakni membersihkan
sebagian belukarnya. Tanaman karet rakyat yang terpelihara dijumpai di sekitar
pemukiman, sedangkan di lokasi yang jauh dari pemukiman, ladang yang
dipanen padi humanya, umumnya dibiarkan dan ditumbuhi semak-belukar. Ada
juga sebagian kecil ditanami karet, sehingga hanya dapat didelineasi sebagai
semak atau belukar saja.
9. Mixed Agriculture
Kelas ini di Kalimantan adalah dikategorikan sebagai lahan pertanian
semusim seperti ladang berpindah atau ladang di belakang perkampungan.
10. Mixed Garden
Mixed garden biasanya dijumpai di sekitar pemukiman berupa tanaman
campuran kebun buah-buahan, diselingi dengan sedikit tanaman karet rakyat
dan belukar. Hampir di sepanjang tepian sungai Mahakam dari Muara Bahu ke
Minta ditanami kebun buah-buahan dan tanaman bamboo. Lahan tanggul alam
atau “Dome” tersebut tanahnya cukup subur sebagai hasil limpasan air yang
membawa unsur hara dikala banjir. Tanaman buah-buahan umumnya dari
berbagai jenis tanaman mangga dan juga beberapa jenis pohon Rengas (Gluta
spp.). Tanaman mangga dan rengas berasal dari family Anacardiaceae yang
bergetah melimpah (abundant) berwarna krem asalnya dan berubah menjadi
hitam. Tanaman keras lainnya adalah Randu (Ceiba petandra), Nangka
(Artocarpus heterophyll), Durian (Durio zibetinus) dan lain-lain.
11. Hutan Tanaman Industri
Hutan Tanaman Industri atau Industrial forest plantation adalah tipe
tutupan lahan di dalam kawasan kehutanan yang ditanami tanaman kayu yang
cepat tumbuh (fast growing species) seperti Acacia mangium, Sengon
(Paraserianthes falcataria), Gmelina, Jabon (Anthocepalus cadamba) dan lain-
lain. Namun berhubung sulit diidentifikasi jenis-jenis tanaman HTI tersebut
terutama tanaman mudanya dari citra satelit resolusi sedang seperti landsat,
maka pengklasifikasiannya dilakukan jeneralisasi sebagai kelas tanaman hutan.
Hanya Acacia mangium yang ditanam sebagai penghijauan atau reklamasi areal
bekas tambang batubara yang berlokasi di antara kampong Muara Kelawit dan
Muara Kelawit dan Muara Tae yang dapat dikenali dari citra landsat dengan
warna hijau sedang karena tanamannya sudah cukup tua.
12. Oilpalm Plantation dan Young Oilpalm plantation
Tanaman sawit di kedua Kabupaten ini umumnya dimiliki oleh perusahaan
perkebunan swasta, masyarakat belum tertarik menanam sendiri, hanya melalui
sistem plasma. Areal tanaman sawit pada lahan yang cukup datar biasanya
ditandai dengan adanya petakan bergaris berukuran 250 m x 1000 meter. Pada
citra satelit nampak dengan warna hijau muda dengan tekstur halus, sedangkan
tanaman sawit muda nampak berwarna hijau muda kekuningan.
13. Cleared, Cleared for Oilpalm, Cleared for Industrial forest
plantation.
Lahan terbuka dengan ukuran luasan yang besar biasanya diperuntukan
untuk kegiatan di bidang perkebunan, HTI maupun areal pertambangan. Lahan
terbuka yang baru dibuka Nampak berwarna merah jambu muda keputihan,
sedangkan jika pada lahan basah Nampak berwarna merah kehitaman. Jika
lahan terbuka tersebut dioverlay dengan peta konsesi HTI dan berada di wilayah
yang telah mempunyai ijin, maka diklasifikasikan sebagai “Cleared for Industrial
forest plantation”, begitu pula dengan lahan sawit akan diklasifikasikan sebagai
“Cleared for Oilpalm”. Akan tetapi jika berada di luar polygon kedua konsesi
tersebut maka dikelaskan hanya sebagai “Cleared”.
14. Areal Pertambangan batubara dan emas
Nampak dengan warna merah keunguan pada citra landsat (band 5-4-2)
dengan akseisbilitas jalan dari tempat galian sampai pelabuhan sungai nampak
dengan jelas. Di beberapa tempat biasanya ada warna hitam keunguan sebagai
lahan genangan bekas areal tambang.
15. Water body
Kelas ini nampak berwarna hitam jika airnya jernih seperti di danau
dengan air yang tenang dan bening, pada sungai yang mengandung banyak
butiran pasir atau tanah hasil erosi permukaan akan Nampak biru, biru muda
sampai putih tergantung dari tingkat kekeruhan sungai tersebut.
16. Burnt.
Kelas tutupan lahan yang terbakar dengan warna merah agak tua dan
merata.
Pada lampiran 1 dapat dilihat photo-photo tipe-tipe tutupan lahan hasil
pemeriksaan lapang atau “ground truth”.
Gambar 3. Hutan lahan kering dengan konfigurasi lahan yang datar berupa
cekungan di dataran tinggi Kabupaten Mahakam Hulu
Pada Gambar diatas, ada satu kelas yang awalnya diklasifikasi sebagai
hutan rawa air tawar di dataran tinggi karena berada pada areal yang datar
sekali, Namun dari penampakan teksturnya nampak sebagai hutan lahan kering.
Tidak ada akses jalan menuju kesana. Tim penelitian Badak ada rencana survey
bulan April/Mei? Ke lokasi tesebut. Untuk sementara, kelas tersebut dirubah
sebagai “Dry Lowland Forest rather close open canopy” dan “Dry Lowland Forest
medium open canopy”. Hal yang cukup menarik karena menurut tim WWF Kutai
Barat, kawasan tersebut sebagai wilayah jelajah badak dan sebagai hutan yang
banyak misteri menurut penduduk setempat.
Tabel 2. Kelas Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu,
Provinsi Kalimantan Timur 2009-2013 beserta code, luasan, perubahan dan
persentase perubahan. CLASS CODE Area 2009 (Ha) Area 2013 (Ha) Changes %
Dry Lowland Forest rather closed canopy 111a 1,232,273.6 1,220,370.7 -11902.94 -0.97
Dry Lowland Forest medium open canopy 111b 875,819.3 832,103.2 -43716.12 -4.99
Dry Lowland Forest very open canopy 111c 199,417.8 198,199.1 -1218.73 -0.61
Tall Heath Forest on Sandstone rock rather closed canopy 116a 95,072.5 94,630.0 -442.48 -0.47
Tall Heath Forest on Sandstone rock medium open canopy 116b 608.9 887.3 278.46 45.73
Tall Heath Forest on Sandstone rock very open canopy 116c 20.9 20.9 0.00 0.00
Low Heath Forest on Sandstone rock rather closed canopy 116aa 645.3 645.3 0.00 0.00
Peat Swamp Forest rather closed canopy 117a 5,680.9 5,537.9 -142.98 -2.52
Peat Swamp Forest medium open canopy 117b 2,157.7 1,648.0 -509.61 -23.62
Peat Swamp Forest very open canopy 117c 616.8 236.6 -380.28 -61.65
Fresh Water Swamp Forest rather closed canopy 118a 6,272.1 5,568.9 -703.21 -11.21
Fresh Water Swamp Forest medium open canopy 118b 7,179.7 6,128.0 -1051.75 -14.65
Fresh Water Swamp Forest very open canopy 118c 9,290.6 8,917.0 -373.59 -4.02
Forest Re-growth (Belukar) 120a 171,167.4 157,395.8 -13771.58 -8.05
Forest Re-growth on Swampy 120b 33,535.3 33,069.6 -465.68 -1.39
Shrubs (Semak/Belukar Muda) 121a 176,968.4 191,281.8 14313.32 8.09
Shrubs on Swampy 121b 51,326.4 56,497.3 5170.92 10.07
Shrubs on Sandstone Forest 121c 47.3 47.3 0.00 0.00
Grassland 122a 10,736.6 10,965.7 229.18 2.13
Swamp Grasses/Fernland 122b 45,328.1 35,903.3 -9424.77 -20.79
Overgrowing Clear cut-Shrubs 123a 59,155.1 60,834.3 1679.29 2.84
Burnt 124a 2,024.4 - -2024.39 -100.00
Cleared 125a 14,420.3 5,216.2 -9204.06 -63.83
Cleared for Oilpalm Plantation 126a 24,364.4 23,960.0 -404.45 -1.66
Industrial Forest Plantation 211a 50,241.0 63,336.1 13095.16 26.06
Cleared for Industrial Forest Plantation 211b 951.4 5,067.7 4116.28 432.66
Acacia Plantation 211c 2,813.3 3,175.9 362.61 12.89
Small Holder Rubber 212a 120,888.8 134,308.2 13419.46 11.10
Intensive Small Holder Rubber 212b 1,358.3 1,344.7 -13.56 -1.00
Oilpalm Plantation 213a 5,167.4 52,404.4 47236.94 914.13
Young Oilpalm Plantation 213b 22,045.6 28,718.9 6673.21 30.27
Mixed Agriculture 214a 18,158.7 2,506.4 -15652.24 -86.20
Mixed Garden 215a 6,005.2 6,677.9 672.71 11.20
Settlement 311a 2,650.3 2,805.4 155.08 5.85
Water Body 312a 31,207.8 31,276.7 68.90 0.22
Coal Mining 314b 7,856.5 10,539.4 2682.99 34.15
Gold Mining 314c 133.5 133.5 0.00 0.00
Cloud 313a - 1,247.9 1247.89 0.00
3,293,607.0 3,293,607.0
Berdasarkan matrik (Lampiran 3 & 4) yang menggabungkan data 2009
dengan 2013 diperoleh data secara kuantitatif bahwa laju degradasi Dryland
forest rather closed canopy (111a) selama periode 2009 sampai dengan 2013
berubah menjadi Dryland forest medium open canopy (111b) adalah sebesar
9231.04 Ha atau 0.76% dan dari Dryland forest rather closed canopy (111a)
menjadi Dryland forest very open canopy (111c) sebesar 201.57 Ha atau
0.02%. Dryland forest medium open canopy (111b) menjadi Dryland forest
very open canopy (111c) adalah sebesar 12, 279.17 Ha atau 1.01% .
Nampaknya tidak banyak degradasi hutan yang terjadi karena makin sedikitnya
aktifitas HPH di kedua provinsi tersebut.
Hutan rawa air tawar dan hutan rawa gambut hanya dijumpai di
Kabupeten Kutai Barat bagian timur sekitar D. Jempang degan luasan relative
sempit. Laju degradasi peat swamp forest rather closed canopy (117a) menjadi
forest medium open canopy (117b), dari forest medium open canopy (117b)
menjadi forest very open canopy (117c) dan juga Fresh water swamp forest
rather closed canopy (118a) menjadi Fresh water swamp forest medium open
canopy (118b) dan dari Fresh water swamp forest medium open canopy (118b)
menjadi Fresh water swamp forest very open canopy (118c) tidak mengalami
perubahan.
Hutan kerangas tinggi yang masih rapat atau Tall heath forest rather
close canopy (116a) terjadi perubahan sebesar 343.61 atau 0.03 %, menjadi
Tall heath forest medium open canopy (116b). Dari 116b ke 116c tidak terjadi
perubahan. Hutan kerangas walaupun potensi kayunya rendah, masih dijumpai
pembalakan pada tipe hutan tersebut.
Gambar 4. Grafik Kelas Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam
Hulu, Provinsi Kalimantan Timur 2009-2013 beserta code, luasan, perubahan
dan persentase perubahan.
-
200,000.0
400,000.0
600,000.0
800,000.0
1,000,000.0
1,200,000.0
1,400,000.0
11
1a
11
1c
11
6b
11
6aa
11
7b
11
8a
11
8c
12
0b
12
1b
12
2a
12
3a
12
5a
21
1a
21
1c
21
2b
21
3b
21
5a
31
2a
31
4c
Area 2009 (Ha) Area 2013 (Ha)
Tabel 3. Kelas Umum Tutupan Lahan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Hulu,
Provinsi Kalimantan Timur 2009-2013 beserta code, luasan, perubahan dan
persentase perubahan.
Land Cover 2009 (Ha) 2013 (Ha) Changes (Ha) %
Dryland Forest 2,403,858.2 2,346,856.4 -57,001.81 -2.37
Forest on Swampy 31,197.8 28,036.4 -3,161.42 -10.13
Mosaic of Shrubs & Forest Re-growth (Belukar) 358,919.66 359,690.58 770.92 0.21
Mosaic of Shrubs & Forest Re-growth on Swampy 130,189.72 125,470.19 -4,719.53 -3.63
Cleared 39,736.05 34,243.82 -5,492.23 -13.82
HTI 50,241.0 63,336.1 13,095.16 26.06
Acacia 2,813.3 3,175.9 362.61 12.89
Oilpalm plantation 27,213.1 81,123.2 53,910.15 198.10
Small holde rubber 122,247.0 135,652.9 13,405.90 10.97
Mixed garden 6,005.2 6,677.9 672.71 11.20
Mixed Agriculture 18,158.7 2,506.4 -15,652.24 -86.20
Settlement 2,650.3 2,805.4 155.08 5.85
Water Body 31,207.8 31,276.7 68.90 0.22
Cloud 1,247.9 1,247.89 0.00
-
500,000.0
1,000,000.0
1,500,000.0
2,000,000.0
2,500,000.0
2009 (Ha)
2013 (Ha)
Deforestasi adalah berkurangnya lahan hutan alam menjadi peruntukan
lainnya akibat dikonversi menjadi areal tanaman budi daya, baik untuk
pertanian, perkebunan maupun untuk usaha di bidang kehutanan itu sendiri
seperti Hutan Tanaman Indiustri. Pada tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa Laju
deforestasi di hutan lahan kering (Dryland forest) adalah sebesar 57,001.81 ha
atau 2.37%, sedangkan pada hutan rawa menghilang sebesar 3,161.42 ha atau
10.13%.
Hutan tanaman industri (HTI) dari 50,241.0 ha pada tahun 2009
bertambah menjadi 13,095.16 ha atau 26.06%, sedangkan kebun sawit dari
27,213.1ha pada tahun 2009 melonjak menjadi 81,123.2 ha pada tahun 2013
atau 198.10%.
Berdasarkan matrik pada lampiran 3, pertambahan areal HTI diperoleh
dari hilangnya Dryland forest rather closed canopy (111a) seluas 424.6 ha, dari
Dryland forest medium open canopy (111b) seluas 3,820.36 Ha, dari Dryland
forest very open canopy (111c) seluas 646.11 Ha. Sedangkan bukaan baru
untuk HTI (Cleared for Industrial Forest Plantation), diperoleh dari hilangnya
Dryland forest rather closed canopy (111a) seluas 549.02 ha, dari Dryland
forest medium open canopy (111b) seluas 1,513.12 Ha, dari Dryland forest very
open canopy (111c) seluas 191.42 Ha. Sedangkan dari tipe Tall heath forest
rather close canopy (116a) seluas 98.87, dari Tall heath forest medium open
canopy (116b) seluas 65.15 dan dari Fresh water swamp forest medium open
canopy (118b) seluas 41.38 Ha.
Bertambahnya lahan kebun sawit pada periode antara tahun 2009
sampai dengan 2013 yang diperoleh dari pembukaan hutan tau land clearing,
dari Dryland forest rather closed canopy (111a) seluas 7.67 Ha, dari Dryland
forest medium open canopy (111b) seluas 7883.7 Ha, dari Dryland forest very
open canopy (111c) seluas 2881.43, dari Fresh water swamp forest medium
open canopy (118b) adalah seluas 676.34 Ha dan dari Fresh water swamp
forest very open canopy (118c) seluas 118.29 Ha.
Cleared for Oilpalm Plantation atau lahan bukaan baru untuk sawit yang
diperoleh dari bukaan hutan adalah sebagai berikut: dari Dryland forest rather
closed canopy (111a) seluas 470.35 Ha, dari Dryland forest medium open
canopy (111b) seluas 12,644.64 Ha, dari Dryland forest very open canopy
(111c) seluas 2000.42 Ha, dari peat swamp forest rather closed canopy (117a)
seluas 58.7 Ha, dari forest medium open canopy (117b) seluas 50.29 Ha, peat
swamp forest very open canopy (117c) seluas 186.1, dari Fresh water swamp
forest rather closed canopy (118a) 651.24 Ha, Fresh water swamp forest
medium open canopy (118b) 216.01 Ha dan dari Fresh water swamp forest
very open canopy (118c) seluas 129.82 Ha.
IV. Kesimpulan dan Saran
Laju degradasi Dryland forest rather closed canopy (111a) selama
periode 2009 sampai dengan 2013 berubah menjadi Dryland forest medium
open canopy (111b) adalah sebesar 0.76% dan dari Dryland forest rather closed
canopy (111a) menjadi Dryland forest very open canopy (111c) sebesar
0.02%. Dryland forest medium open canopy (111b) menjadi Dryland forest
very open canopy (111c) adalah sebesar 1.01% . Nampaknya tidak banyak
degradasi hutan yang terjadi karena makin sedikitnya aktifitas HPH di daedah
ini.
Sedangkan Laju degradasi peat swamp forest rather closed canopy
(117a) menjadi forest medium open canopy (117b), dari forest medium open
canopy (117b) menjadi forest very open canopy (117c) dan juga Fresh water
swamp forest rather closed canopy (118a) menjadi Fresh water swamp forest
medium open canopy (118b) dan dari Fresh water swamp forest medium open
canopy (118b) menjadi Fresh water swamp forest very open canopy (118c)
tidak mengalami perubahan.
Tall heath forest rather close canopy rather closed canopy (116a) terjadi
perubahan sebesar 0.03 %, menjadi Tall heath forest medium open canopy
(116b). Dari 116b ke 116c tidak terjadi perubahan.
Laju deforestasi di hutan lahan kering (Dryland forest) adalah sebesar
57,001.81 ha atau 2.37%, sedangkan pada hutan rawa menghilang sebesar
3,161.42 ha atau 10.13%.
Hutan tanaman industri (HTI) dari 50,241.0 ha pada tahun 2009
bertambah menjadi 13,095.16 ha atau 26.06%, sedangkan kebun sawit dari
27,213.1ha pada tahun 2009 melonjak menjadi 81,123.2 ha pada tahun 2013
atau 198.10%.
Kendala utama dalam hal pekerjaan penafsiran ini umumnya disebabkan
kondisi data spatial berupa citra landsat yang banyak berawan, bahkan di
beberapa tempat ada yang disebut awan permanen. Disamping itu,
pemanfaatan landsat ETM-7 yang bermasalah dengan “striping” nya,
menyebabkan hasil yang kurang sempurna, terutama dalam proses delineasi.
Awan tipis juga menghambat dalam pengenalan tutupan lahan, menyebabkan
kerancuan dalam identifikasi obyek, terutama sulit membedakan antara semak,
belukar, tanaman HTI dan sawit. Kedepan, dengan memanfaatkan Landsat 8,
minimal kendala “striping” sudah dapat diatasi.
Lampiran 1. Photo-photo yang diambil selama kegiatan pemerikasaan lapangan (ground truth)
Dry Lowland Forest rather closed canopy Dry Lowland Forest rather closed canopy
Dry Lowland Forest medium open canopy Dry Lowland Forest very open canopy
Forest on Sandstone rock rather closed canopy Forest on Sandstone rock rather closed canopy
Fresh Water Swamp Forest medium open canopy Fresh Water Swamp Forest very open canopy
Shrubs (Semak/Belukar Muda) Shrubs (Semak/Belukar Muda)
Forest Re-growth (Belukar) Forest Re-growth (Belukar)
Overgrowing Clear cut-Shrubs Belukar Neonauclea sp. (Rubiaceae)
Grassland or Fernland Grassland or Fernland on Swampy
Young Oilpalm on Swampy Shihting cultivation/Dry Paddy field
Cleared for Oilpalm Plantation on Natural Forest Cleared for Oilpalm Plantation on Overgrowing Clear cut-Shrubs
Settlement and Mixed Garden behind Bare soil / Coal Mining
Sandstone rock with acid water under kerangas forest
Lampiran 2. Matriks perubahan tutupan lahan 2009 dan 2013 dalam hektar
Sum of HECTARE Column Labels
Row Labels 111a 111b 111c 116a 116aa 116b 116c 117a 117b 117c 118a 118b 118c
111a 1220370.69
111b 9231.04 822872.13
111c 201.57 12279.17 185718.31
116a 94629.97
116aa 645.3
116b 343.61 543.72
116c 20.91
117a 5537.94
117b 1648.04
117c 236.55
118a 5568.85
118b 6127.99
118c 32.83 8884.19
120a
120b
121a 431.19 9081.38 2499.82
121b 2.53
121c
122a
122b 158.32
123a 332.25 2200.5 2810.47 51.97 55.25
125a 158.94 1351.7 1643.42 84.28 236.09 27.4
126a 470.35 12644.64 2000.42 58.7 50.29 186.1 651.24 216.01 129.82
211a 424.06 3820.36 646.11
211b 549.02 1513.12 191.42 98.87 65.15 41.38
211c
212a 395.67 490.12
212b
213a 2413.61 63.47 430.65 49.36
213b 7.67 5470.09 2817.96 223.23 194.18 245.69 68.93
214a 18 423.87 84.08
215a
311a
312a
313a 78.84 918.31 18.34
314b 434.74 433.83
314c
Grand Total 1232273.62 875819.29 199417.77 95072.45 645.3 608.87 20.91 5680.92 2157.65 616.83 6272.06 7179.73 9290.62
Sambungan Lampiran 2….
Sum of
HECTARE
Row Labels 120a 120b 121a 121b 121c 122a 122b 123a 124a 125a 126a
111a
111b
111c
116a
116aa
116b
116c
117a
117b
117c
118a
118b
118c
120a 153035.9 4283.18 28.43 38.49 9.79
120b 33064.9 4.69
121a 8044.36 154280.9 1107.32 2535.66 135.12 4774.51 39.74
121b 42828.78 10491.19 679.07 811.97 697.89
121c 47.3
122a 1053.85 9350.25 94.67 12.92 78.18
122b 78.12 3078.91 31884.52 130.24 186.09 350.15
123a 54859.75 524.15
125a 671.77 167.59 93.78 96.66 43.28
126a 1003.65 110.18 1648.44 889.44 2419.01 258.69 158.61 36.23
211a 747.49 1965.17 75.25 437.61 4375.97
211b 790.04 91.35 1046.08 6.11 157.37 2.31
211c
212a 3281.08 6466.09 103.7 24.86 139.84 500.02
212b
213a 124.59 437.09 504.82 128.12 1519.36 19298.26
213b 2301.43 131.54 4386.32 3624.91 23.49 331.92 849.39 265.29 2010.86 3820.68
214a 130.88 55.9 133.86 3.83 19.52 56.69
215a 95.52 50.84 86.72
311a 30.39 49.91
312a 3.28 71.39 73.3 6.39
313a 115.99 53.47 4.55
314b 794.26 935.85 33.13 54.89 26.17
314c
Grand Total 171167.4 33535.27 176958.7 51326.38 47.3 10736.55 45328.06 59155.06 2024.4 14430.04 24364.41
Sambungan Lampiran 2….
Sum of
HECTARE
Row
Labels 211a 211b 211c 212a 212b 213a 213b 214a 215a 311a 312a 314b 314c Grand Total
111a 1220371
111b 832103.2
111c 198199.1
116a 94629.97
116aa 645.3
116b 887.33
116c 20.91
117a 5537.94
117b 1648.04
117c 236.55
118a 5568.85
118b 6127.99
118c 8917.02
120a 157395.8
120b 33069.59
121a 8292.87 58.85 191281.8
121b 985.88 56497.31
121c 47.3
122a 1.82 374.04 10965.73
122b 9.86 27.09 35903.3
123a 60834.34
125a 346.67 202.38 69.59 22.64 5216.19
126a 412.96 13.56 141.6 16.13 362.41 81.47 23959.95
211a 49730.6 951.39 134.31 9.43 18.41 63336.16
211b 138.86 98.26 278.33 5067.67
211c 2813.28 362.6 3175.88
212a 117571.1 5315.64 20.13 134308.2
212b 1344.69 1344.69
213a 470.73 5025.83 21789.85 148.61 52404.35
213b 157.48 1679.32 58.37 50.13 28718.88
214a 10.72 1569.05 2506.4
215a 51.26 600.12 5793.4 6677.86
311a 65.33 9.47 2650.31 2805.41
312a 31122.3 31276.66
313a 58.38 1247.88
314b 214.05 46.29 37.28 84.45 9.5 7434.99 10539.43
314c 133.46 133.46
Grand
Total 50240.99 951.39 2813.28 120888.8 1358.25 5167.43 22045.64 18158.65 6005.15 2650.31 31207.77 7856.44 133.46 3293607
Lampiran 3. Matriks perubahan tutupan lahan 2009 dan 2013 dalam persentase
Row Labels 111a 111b 111c 116a 116aa 116b 116c 117a 117b 117c 118a 118b 118c
111a 10- - - - - - - - - - - - -
111b 0.76 67.43 - - - - - - - - - - -
111c 0.02 1.01 15.22 - - - - - - - - - -
116a - - - 7.75 - - - - - - - - -
116aa - - - - 0.05 - - - - - - - -
116b - - - 0.03 - 0.04 - - - - - - -
116c - - - - - - - - - - - - -
117a - - - - - - - 0.45 - - - - -
117b - - - - - - - - 0.14 - - - -
117c - - - - - - - - - 0.02 - - -
118a - - - - - - - - - - 0.46 - -
118b - - - - - - - - - - - 0.50 -
118c - - - - - - - - - - - - 0.73
120a - - - - - - - - - - - - -
120b - - - - - - - - - - - - -
121a 0.04 0.74 0.20 - - - - - - - - - -
121b - - - - - - - - - - - - -
121c - - - - - - - - - - - - -
122a - - - - - - - - - - - - -
122b - - - - - - - - - - - - 0.01
123a 0.03 0.18 0.23 - - - - - - - - - -
125a 0.01 0.11 0.13 - - - - 0.01 0.02 - - - -
126a 0.04 1.04 0.16 - - - - - - 0.02 0.05 0.02 0.01
211a 0.03 0.31 0.05 - - - - - - - - - -
211b 0.04 0.12 0.02 0.01 - 0.01 - - - - - - -
211c - - - - - - - - - - - - -
212a - 0.03 0.04 - - - - - - - - - -
212b - - - - - - - - - - - - -
213a - 0.20 0.01 - - - - - - - - 0.04 -
213b - 0.45 0.23 - - - - - 0.02 0.02 - 0.02 0.01
214a - 0.03 0.01 - - - - - - - - - -
215a - - - - - - - - - - - - -
311a - - - - - - - - - - - - -
312a - - - - - - - - - - - - -
313a 0.01 0.08 - - - - - - - - - - -
314b - 0.04 0.04 - - - - - - - - - -
314c - - - - - - - - - - - - -
Grand Total 100.98 71.77 16.34 7.79 0.05 0.05 - 0.47 0.18 0.05 0.51 0.59 0.76
Sambungan Lampiran 3…. Row Labels 120a 120b 121a 121b 121c 122a 122b 123a 124a 125a 126a
111a - - - - - - - - - - -
111b - - - - - - - - - - -
111c - - - - - - - - - - -
116a - - - - - - - - - - -
116aa - - - - - - - - - - -
116b - - - - - - - - - - -
116c - - - - - - - - - - -
117a - - - - - - - - - - -
117b - - - - - - - - - - -
117c - - - - - - - - - - -
118a - - - - - - - - - - -
118b - - - - - - - - - - -
118c - - - - - - - - - - -
120a 12.54 - 0.35 - - - - - - - -
120b - 2.71 - - - - - - - - -
121a 0.66 - 12.64 - - 0.09 - 0.21 0.01 0.39 -
121b - - - 3.51 - - 0.86 - 0.06 0.07 0.06
121c - - - - - - - - - - -
122a - - 0.09 - - 0.77 - - 0.01 - 0.01
122b - 0.01 - 0.25 - - 2.61 - 0.01 0.02 0.03
123a - - - - - - - 4.50 0.04 - -
125a 0.06 - 0.01 0.01 - 0.01 - - - - -
126a 0.08 0.01 0.14 0.07 - - 0.20 0.02 - 0.01 -
211a 0.06 - 0.16 - - 0.01 - 0.04 - 0.36 -
211b 0.06 0.01 0.09 - - - - - 0.01 - -
211c - - - - - - - - - - -
212a 0.27 - 0.53 0.01 - - - 0.01 - 0.04 -
212b - - - - - - - - - - -
213a 0.01 - 0.04 0.04 - - 0.01 - - 0.12 1.58
213b 0.19 0.01 0.36 0.30 - - 0.03 0.07 0.02 0.16 0.31
214a 0.01 - 0.01 - - - - - - - -
215a 0.01 - - 0.01 - - - - - - -
311a - - - - - - - - - - -
312a - - - 0.01 - - 0.01 - - - -
313a 0.01 - - - - - - - - - -
314b 0.07 - 0.08 - - - - - - - -
314c - - - - - - - - - - -
Grand Total 14.03 2.75 14.50 4.21 - 0.88 3.71 4.85 0.17 1.18 2.00
Sambungan Lampiran 3…. Row Labels 211a 211b 211c 212a 212b 213a 213b 214a 215a 311a 312a 314b 314c
Grand Total
111a - - - - - - - - - - - - - 10-
111b - - - - - - - - - - - - - 68.18
111c - - - - - - - - - - - - - 16.24
116a - - - - - - - - - - - - - 7.75
116aa - - - - - - - - - - - - - 0.05
116b - - - - - - - - - - - - - 0.07
116c - - - - - - - - - - - - - -
117a - - - - - - - - - - - - - 0.45
117b - - - - - - - - - - - - - 0.14
117c - - - - - - - - - - - - - 0.02
118a - - - - - - - - - - - - - 0.46
118b - - - - - - - - - - - - - 0.50
118c - - - - - - - - - - - - - 0.73
120a - - - - - - - - - - - - - 12.90
120b - - - - - - - - - - - - - 2.71
121a - - - - - - - 0.68 - - - - - 15.67
121b - - - - - - - 0.08 - - - - - 4.63
121c - - - - - - - - - - - - - -
122a - - - - - - - 0.03 - - - - - 0.90
122b - - - - - - - - - - - - - 2.94
123a - - - - - - - - - - - - - 4.98
125a - - - 0.03 - - 0.02 0.01 - - - - - 0.43
126a - - - 0.03 - 0.01 - 0.03 0.01 - - - - 1.96
211a 4.08 0.08 - 0.01 - - - - - - - - - 5.19
211b 0.01 - - 0.01 - - - 0.02 - - - - - 0.42
211c - - 0.23 - - - - - - - - 0.03 - 0.26
212a - - - 9.63 - - - 0.44 - - - - - 11.01
212b - - - - 0.11 - - - - - - - - 0.11
213a - - - 0.04 - 0.41 1.79 0.01 - - - - - 4.29
213b 0.01 - - 0.14 - - - - - - - - - 2.35
214a - - - - - - - 0.13 - - - - - 0.21
215a - - - - - - - 0.05 0.47 - - - - 0.55
311a - - - 0.01 - - - - - 0.22 - - - 0.23